ANALISIS KANDUNGAN UNSUR HARA PADA PEMBUATAN MOL BONGGOL PISANG DENGAN PENAMBAHAN AMPAS TEBU (BAGASSE)
Oleh : M. FAIZ KAMIL NIM : 130500101
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA 2016
ANALISIS KANDUNGAN UNSUR HARA PADA PEMBUATAN MOL BONGGOL PISANG DENGAN PENAMBAHAN AMPAS TEBU (BAGASSE)
Oleh : M. FAIZ KAMIL NIM : 130500101
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA 2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
:
Analisis Kandungan Unsur Hara pada Pembuatan Mol Bonggol Pisang dengan Penambahan Ampas Tebu (bagasse)
Nama
:
M. Faiz Kamil
NIM
:
130500101
Program Studi
:
Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan
:
Manajemen Perkebunan
Penguji I,
Pembimbing,
Riama Rita Manullang, SP.MP NIP.197011162000032002
Penguji II,
Ir. Budi Winarni, M.Si NIP. 196109141990012001
Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
Nur Hidayat, SP, M.Sc NIP. 197210252001121001
Roby, SP, MP NIP. 197305172005011009
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. M. Masrudy, MP NIP.196008051988031003
ABSTRAK
M. FAIZ KAMIL. Analisis Unsur Hara pada Pembuatan Mol Bonggol Pisang dengan Penambahan Ampas Tebu (Bagasse) (dibawah bimbingan Riama Rita Manullang) Salah satu masalah utama dalam pembangunan pertanian adalah terus berlangsungnya proses degradasi lahan pertanian. Akibat penggunaan pupuk kimia yang over intensive, serta menurunnya penggunaan pupuk organic serta kurangnya penerapan usaha tani serta konservasi. Berdasarkan hal tersebut maka dipandang perlu untuk melakuakan penelitian pembuatan pupuk organic cair sehingga kita dapat memahami cara pembuatan pupuk dan manfaat limbah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan unsur N terhadap mol bonggol pisang dengan menambahkan ampas tebu. Penelitian ini dilaksanakan di laboratarium produksi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Dan selanjutnya dilakukan uji analisis kandungan unsure hara di laboratorium tanah dan air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Berdasarkan hasil analisis lab menunjukkan peningkatan unsur N terhadap mol bonggol pisang yang dilakukan penambahan dengan ampas tebu. Kata kunci:Mol bonggol pisang, ampas tebu (bagase), nitrogen (N).
RIWAYAT HIDUP
M. Faiz Kamil lahir pada tanggal 18 Desember 1993 di Desa Laren Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur. Merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Imam Suhari dan Ibu Nurroini. Tahun 2000 memulai Pendidikan Sekolah Dasar Swasta MI ThoriqotulHidayah Desa Laren Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur lulus pada tahun 2006, melanjutkan Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Darul Rohmah Desa Laren Kecamatan Laren lulus tahun 2009 dan melanjutkan Pendidikan di SMA Wachid Hasjim Maduran Lamongan pada jurusan Ilmu Pengetahuan Alam lulus tahun 2012. Tahun 2013 memulai Pendidikan Tinggi di Perguruan Tinggi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.Selama dalam pendidikan pernah mengikuti program Praktik Kerja Lapang yang dilaksanakan selama 2 (dua) bulan terhitung dari tanggal 3 Maret sampai dengan 3 Mei 2016 di PT. Sentosa Kalimantan Jaya Kecamatan Pulau Derawan Kabupaten Berau Provinsi Kalimatan Timur.
/
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah. Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan Karya Ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.
Bapak Nur Hidayat, SP,M.Sc selaku ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
2.
Ibu Riama Rita Manullang, SP, MP selaku dosen pembimbing.
3.
Ibu Ir. Budi Winarni, M.Si selaku dosen penguji I.
4.
Bapak Robi, SP, MP selaku dosen penguji II.
5.
Bapak Ir. M. Masrudy, MP Selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
6.
Para staff pengajar, administrasi dan teknisi di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
7.
Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberi dukungan dan doa kepada penulis selama ini baik materi dan moril.
8.
Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Ilmiah ini masih terdapat
kekurangan, namun semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca sekalian.
Penulis,
Kampus Sei Keledang......2016
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ....................................................................................
i
DAFTAR ISI .................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
v
I.
PENDAHULUAN .................................................................................
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ A. Pupuk Organik Cair .................................................................. B. Bioaktivator (Mikroorganisme Lokal/MOL)................................ C. Tanaman Pisang ...................................................................... D. Tanaman Tebu......................................................................... E. Unsur Nitrogen .........................................................................
4 4 5 6 10 13
III.
METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. B. Alat dan Bahan ........................................................................ C. Prosedur Penelitian .................................................................. D. Parameter yang diamati ...........................................................
16 16 16 17
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ......................................................................................... B. Pembahasan............................................................................
19 21
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................. B. Saran .......................................................................................
29 29
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
30
LAMPIRAN...................................................................................................
32
IV.
V.
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Tabel pengamatan Suhu Mol Bonggol Pisang...................................... ...
19
2. Tabel pengamatan aroma mol bonggol
..
20
3. Tabel pengamatan tekstur mol bonggol
.
21
4. Tabel pengamatan permukaan mol bonggol
.
22
5. Tabel hasil analisa unsur hara mol bonggol
23
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Bahan-bahan pembuatan mol bonggol pisang .........................................
33
2. Dokumentasi Hasil Penelitian...................................................................
36
3. Hasil Analisa unsur hara mol bonggol pisang ..........................................
39
?
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah, terutama untuk budidaya tanaman pisang. Indonesia merupakan Negara yang beriklim tropis sehingga sangat toleran untuk membudidayakan tanaman pisang. Akan tetapi banyak dari masyarakat yang tidak sadar bahwa banyak manfaat dari setiap bagian pohon pisang, terutama pada bagian bonggol pisang yang bisa dijadikan sebagai bahan dasar untuk pembuatan pupuk kompos, karena banyak kandungan yang bisa menjadi bahan aktif dalam pengomposan.
Tanaman
pisang yang memiliki siklus hidup sekali berbuah dan mati tentu meninggalkan bagian-bagian pohon yang biasa dikatakan merupakan limbah. Melihat limbah yang sangat banyak, maka dari itu dirasa perlu melakukan sebuah penelitian untuk memanfaatkan limbah tanaman pisang. Bonggol pisang mengandung gizi yang cukup tinggi dengan komposisi yang lengkap. Bonggol pisang mengandung karbohidrat (66%), protein, air, dan mineral-mineral penting (Munadjim, 1983). Menurut (Sukasa dkk, 1996), bonggol pisang mempunyai kandungan pati 45,4% dan kadar protein 4,35%. Komposisi antara satu jenis pisang dengan lainnya hampir sama hanya jumlah kandungan gizinya yang berbeda. Bonggol pisang mengandung mikrobia pengurai bahan organik. Mikrobia tersebut terletak pada bonggol pisang bagian luar maupun pada bagian dalam (Suhastyo, 2011). Jenis mikrobia yang telah diidentifikasi pada MOL bonggol pisang antara lain Bacillus sp., Aeromonas sp., dan Aspergillus nigger. Mikrobia inilah yang biasa menguraikan bahan organik (Suhastyo, 2011). Mikrobia pada MOL bonggol pisang akan bertindak sebagai dekomposer bahan organik yang akan dikomposkan.
?
Ampas tebu atau lazimnya disebut bagase, adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 35-40% dari berat tebu yang digiling (Indriani dan Sumiarsih, 1992). Pada musim giling 2006 lalu, data yang diperoleh dari Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57 pabrik gula di Indonesia mencapai sekitar 30 juta ton (Anonim, 2007b), sehingga ampas tebu yang dihasilkan diperkirakan mencapai 9.640.000 ton.
Namun,
sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas, bahan baku industri kanvas rem, industri jamur dan lain-lain. Oleh karena itu diperkirakan sebanyak 45 % dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan (Husin, 2007). Salah satu masalah utama dalam pembangunan pertanian adalah terus berlangsungnya proses degradasi lahan pertanian. Akibat penggunaan pupuk kimia yang over intensif (berlebihan), serta menurunnya penggunaan pupuk organik serta kurangnya penerapan usaha tani serta konservasi. Pupuk cair organik adalah jenis pupuk yang berbentuk cair tidak padat yang mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur penting guna kesuburan tanah (Slamet, dkk, 2005).
Penggunaan pupuk organik tidak
meninggalkan residu yang membahayakan bagi kehidupan. Pengaplikasianya mampu memperkaya sekaligus mengembalikan ketersediaan uns ur hara bagi tanah dan tumbuhan dengan aman. Nilai tambah dari peggunaan pupuk organik diketahui bersama seperti produk pertanian yang mempunyai nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian anorganik (pupuk buatan pabrik). Apalagi dipadukan dengan penggunaan pestisida organik dimana produknya
dikenal
?
sebagai beras organik non pestisida, mempunyai harga jual yang hampir dua kali dari produk pertanian anorganik.
Meskipun segmen pasarnya masih tertentu,
misalnya jaringan perhotelan, supermarket, dengan pelanggan orang asing dll. Pupuk organik adalah aman kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Berdasarkan hal tersebut maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian pembuatan pupuk organik cair sehingga kita dapat memahami cara pembuatan pupuk dan manfaat limbah. Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengukur waktu yang diperlukan pembuatan mol ampas tebu dengan mol bonggol pisang 2. Mengukur unsur hara nitrogen dengan penambahan ampas tebu terhadap mol bonggol pisang. Manfaat penelitian ini adalah menambah pengetahuan dalam pembuatan pupuk
organik
membacanya.
cair
bagi
para
mahasiswa
maupun
masyarakat
yang
?
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pupuk organik cair Pupuk organik cair adalah pupuk yang berfase cair yang dibuat dari bahan-bahan organik melalui proses pengomposan. Pupuk cair organik adalah jenis pupuk yang berbentuk cair tidak padat yang mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur penting guna kesuburan tanah. Pupuk organik cair adalah pupuk yang dapat memberikan hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman pada tanah, karena bentuknya yang cair maka jika terjadi kelebihan kapasitas pupuk pada tanah maka dengan sendirinya tanaman akan mudah mengatur pemupukan dengan merata, tidak akan terjadi penumpukan kosentrasi pupuk di satu tempat Terdapat cukup banyak
(Slamet, dkk, 2005).
bahan-bahan organik yang dapat digunakan
sebagai pupuk organik antara lain kompos, pupuk kandang, azola, pupuk hijau limbah industri, limbah rumah tangga atau limbah perkotaan. Karakteristik umum yang dimiliki pupuk organik adalah kandungan unsur hara rendah dan sangat bervariasi, penyediaan hara terjadi secara lambat, dan menyediakan unsur hara dalam jumlah terbatas. Pengembangan
pupuk
organik
sejak
diterapkannya
program
intensifikasi pertanian mengalami penurunan, terabaikan dan tertinggal. Padahal disisi lain pupuk organik juga memiliki berbagai keunggulan, misalnya mengandung unsur makro (N, P, K) dan unsur mikro esensial lainnya walaupun dalam kadar rendah dan sangat bervariasi. Disamping itu pupuk organik dapat dapat memperbaiki sifat fisik tanah.
?
B.
Bioaktivator (Mikroorganisme Lokal/MOL) Bioaktivator merupakan perombak bahan organik biologis yang diracik khusus untuk meningkatkan efisiensi dekomposisi sisa-sisa tanaman, mengurangi penyebab penyakit, dan masalah lingkungan pada sistem penumpukan sampah, dan juga merupakan konsorsia mikroba perombak selulosa dan lignin dengan fungsi metabolik yang komplementer merombak dan merubah residu organik
menjadi
bahan
organik
tanah,
serta
mikroorganisme
yang
menyuburkan tanah. Mikroorganisme
lokal
(MOL)
adalah
dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama MOL terdiri dari beberapa
komponen
yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan daun gamal. Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta sumber mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah busuk, terasi, keong, nasi basi, dan urin sapi (Hadinata, 2008). Menurut Fardiaz (1992), semua mikroorganisme yang tumbuh pada bahan-bahan tertentu membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan dan proses metabolisme.
Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada
suatu bahan dapat menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia, seperti adanya perubahan warna, pembentukan endapan, kekeruhan, pembentukan gas, dan bau asam.
?
Mikro Organisme Lokal atau kumpulan mikro organisme yang dapat digunakan sebagai pupuk mikroba bagi tanaman. Selain itu MOL juga dapat digunakan untuk dekomposer dalam pembuatan kompos. Kegunaan MOL sebagai pupuk tergantung dari bahan MOL itu sendiri.
Misalnya pupuk
dengan kandungan N tinggi untuk masa pertumbuhan tanaman bahan dasarnya dari akar tanaman kacang-kacangan atau daun-daunan terutama dari jenis leguminacea (gamal, lamtoro dll).
Untuk pupuk dengan
kandungan P tinggi untuk masa pembentukan buah, bahan dasarnya batang pisang. Pupuk dengan kandungan K tinggi bahan dasarnya sabut kelapa. Tetapi selain ketiga jenis tersebut diatas sebetulnya semua bahan organik baik dari unsur tumbuhan maupun binatang bisa dijadikan bahan MOL dan bisa diaplikasikan untuk pupuk cair (Hadinata, 2008). C. Tanaman pisang Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan Terna raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata, M. balbisiana, dan M. paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama.
Hampir semua bagian pisang dapat
dimanfaatkan salah satunya yaitu bonggolnya yang dapat dijadikan mikroorganisme lokal. Hal ini disebabkan karena pisang mengandung Zat Pengatur Tumbuh Giberellin dan Sitokinin. Selain itu dalam mol bonggol pisang tersebut juga mengandung 7 mikroorganisme yang sangat berguna bagi tanaman yaitu
: Azospirillium, Azotobacter, Bacillus, Aeromonas,
Aspergillus, mikroba pelarut phospat dan mikroba selulotik. MOL bonggol pisang juga tetap bisa digunakan untuk dekomposer atau mempercepat proses pengomposan (Lukitaningsih, 2010).
?
1.
Klasifikasi tanaman pisang a. Klasifikasi
2.
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas
: Commelinidae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Musaceae (suku pisang-pisangan)
Genus
: Musa
Spesies
: Musa paradisiaca
Morfologi tanaman pisang a. Akar Sistem perakaran yang berada pada tanaman pisang umumnya keluar dan tumbuh dari bongo (corm) bagian samping dan bagian bawah, berakar serabut, dan tidak memiliki akar tunggang. Pertumbuhan akar pada umumnya berkelompok menuju arah samping di bawah permukaan tanah dan mengarah ke dalam tanah mencapai sepanjang 4-5 meter. Walaupun demikian, daya jangkau akar hanya menembus pada kedalaman tanah antara 150200 cm. b. Batang Batang pisang dibedakan menjadi dua macam yaitu batang asli yang disebut bongo dan batang semu atau juga batang palsu.
?
Bongol berada di pangkal batang semu dan berada di bawah permukaan tanah serta memiliki banyak mata tunas yang merupakan calon anakan tanaman pisang dan merupakan tempat tumbuhnya akar.
Batang semu tersusun atas pelepah-pelapah
daun yang saling menutupi, tumbuh tegak dan kokoh, serta berada di atas permukaan tanah. c. Daun Bentuk daun pisang pada umumnya panjang, lonjong, dengan lebar yang tidak sama, bagian ujung daun tumpul, dan tepinya tersusun rata. Letak daun terpencar dan tersusun dalam tangkai yang berukuran relatif panjang dengan helai daun yang mudah robek. d. Bunga Bunga pisang atau yang sering disebut dengan jantung pisang keluar dari ujung batang.
Susunan bunga tersusun atas
daun-daun pelindung yang saling menutupi dan bunga-bunganya terletak pada tiap ketiak di antara daun pelindung dan membentuk sisir. Bunga pisang termasuk bunga berumah satu .letak bunga betina di bagian pangkal, sedangkan letak bunga jantan berada di tengah. Bunga sempurnya yang terdiri atas bunga jantan dan bunga betina berada di bagian ujung. e. Buah Buah pisang tersusun dalam tandan tiap tandan terdiri atas beberapa sisir dan tiap sisir terdapat 6-22 buah pisang tergantung varietasnya.
Buah pisang umumnya tidak berbiji dan bersifat
?
triploid. Kecuali pada pisang kluthuk yang bersifat diploid dan memiliki biji. Proses pembuahan tanpa adanya biji disebut dengan partenokarpi. 3.
Potensi bonggol pisang sebagai dekomposer Bonggol pisang mengandung gizi yang cukup tinggi dengan komposisi yang lengkap.
Bonggol pisang mengandung karbohidrat
(66%), protein, air, dan mineral -mineral penting (Munadjim , 1983). Menurut (Sukasa dkk, 1996), bonggol pisang mempunyai kandungan pati 45,4% dan kadar protein 4,35%. Komposisi antara satu jenis pisang dengan lainnya hampir sama hanya jumlah kandungan gizinya yang berbeda. Bonggol pisang mengandung mikrobia pengurai bahan organik. Mikrobia tersebut terletak pada bonggol pisang bagian luar maupun pada bagian dalam (Suhastyo, 2011).
Jenis mikrobia
yang telah
diidentifikasi pada MOL bonggol pisang antara lain Bacillus sp., Aeromonas sp., dan Aspergillus nigger. Mikrobia inilah yang biasa menguraikan bahan organik (Suhastyo, 2011).
Mikrobia pada MOL
bonggol pisang akan bertindak sebagai dekomposer bahan organik yang akan dikomposkan. Kandungan karbohidrat yang tinggi akan memacu perkembangan mikroorganisme.
Kandungan karbohidrat yang tinggi pada bonggol
pisang memungkinkan untuk difermentasi untuk menghasilkan cuka (Wulandari, dkk, 2009).
Dalam proses fermentasi karbohidrat akan
diubah menjadi gula oleh S, cerevisiae, gula diubah menjadi alkohol dan alkohol akan diubah oleh A, aceti menjadi asam asetat. Selain potensi
??
sebagai
fermentasi
juga
berpotensi
menjadi
bioaktivator
dalam
pengomposan (Widiyastuti, 2008). MOL bonggol pisang memiliki peranan dalam masa pertumbuhan vegetatif tanaman dan tanaman toleran terhadap penyakit. Kadar asam fenolat yang tinggi membantu pengikatan ion-ion Al, Fe dan Ca sehingga membantu ketersediaan P tanah yang berguna pada proses pembungaan dan pembentukan buah (Setiyaningsih, 2009). D. Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula.
Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim
tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun.Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra (Anonim, 2007). 1.
Klasifikasi tanaman tebu Kingdom
: Plantae
Divisi
: Tracheophyta
Sub divisi
: Spermatophytina
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae
Genus
: Saccharum L.
Spesies
: Saccharum officinarum L.
??
2.
Morfologi tanaman tebu. a.
Akar Akar tanaman tebu berserabut, tunggang, dengan panjang 20-30 cm, berwarna keputihan kotor hingga kecoklatan, dapat menembus permukaan tanah berkisar 20 cm bahkan lebih tergantung dengan pertumbuhan.
b.
Batang Batang tanaman tebu bulat, berdiamater 4 tegak, berbuku
10 cm, tumbuh
buku dengan jarak 3-5 cm, panjang batang
tanaman ini mencapai 3-5 meter. Selain itu, batang tanaman tebu ini memiliki perkulitan tebal, keras, dengan warna yang sangat beragam jenis mulai dari merah, kuning dan juga keunguan. c.
Daun Daun tanaman tebu termasuk daun tidak lengkap, karena terdiri dari pelepah dan beberapa helaian daun.
Selain itu, daun
pada tanaman tebu tidak bertangkai panjang, namun langsung daunnya memanjang dengan panjang 1-2 meter, daun ini juga memiliki garis garis yang memanjang, dan juga berbulu, biasanya daun ini tumbuh di bagian ketiak daun serta daun tanaman tebu ini berwarna kehijauan muda hingga tua. d.
Bunga Bunga tanaman tebu ini termasuk kedalam bunga majemuk, yang tersusun dari beberapa malai yang terbatas. Bunga tanaman ini memiliki panjang sekitar 70-90 cm, dengan memiliki tiga daun kelopak, satu daun mahkota, tiga benang sari, dan dua kepala
??
putik.
Pada umumnya, bunga pada tanaman tebu ini jarang
kelihatan atau tampak karena bunga tanaman sangat rentan berguguran atau berjatuhan keketika masih muda atau proses pertumbuhan. 3.
Ampas tebu (bagase) Ampas tebu atau lazimnya disebut bagase, adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu.
Dari satu pabrik
dihasilkan ampas tebu sekitar 35-40% dari berat tebu yang digiling (Indriani
dan
Sumiarsih,
1992).
Husin
(2007)
menambahkan,
berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu giling. Pada musim giling 2006 lalu, data yang diperoleh dari Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57 pabrik gula di Indonesia mencapai sekitar 30 juta ton (Anonim, 2007b), sehingga ampas tebu yang dihasilkan diperkirakan mencapai 9.640.000 ton.
Namun, sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut dimanfaatkan
oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas, bahan baku industri kanvas rem, industri jamur dan lain-lain. Oleh karena itu diperkirakan sebanyak 45 % dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan (Husin, 2007). Ampas
tebu
sebagian
besar
mengandung ligno-cellulose.
Panjang seratnya antara 1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20 mikro, sehingga ampas tebu ini dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi papan-papan buatan.
Bagase mengandung air 48 -
52%, gula rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47,7%. Serat bagase tidak
??
dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin (Husin, 2007). E.
Unsur nitrogen Nitrogen adalah salah satu unsur yag sangat penting untuk tanaman. Sumber utama dari N ini adalah N bebas yang berada di atmosfer dengan persentase hamper 78 % volume dan juga bersumber dari semua senyawa yang berada di dalam jasad. Didalam tanah N sangat sulit sekali ditemukan karena N memiliki sifat yang sangat mudah larut dalam air. Secara umum unsur N diserap oleh tanaman dalam bentuk NO3 dan NH4+ Yang masuk menjadi gas amino dan protein. Ada juga bentuk N namun hanya dalam tanah mineral, yaitu nitrogen organik, yang bersimbiosis atau berinteraksi dengan humus tanah, sementara itu nitrogen amonium dapat diikat oleh mineral lempung tertentu, dan amonium anorganik dapat larut dan senyawa nitrat. N yang tersedia didalam tanah tidak dapat langsung digunakan oleh tanaman, banyak proses yang harus dilewati dahulu.
Pada kondisi tanah
yang imobilitanya rendah, N yang ditambahkan akan beraksi dahulu dengan pH tanah yag sangat mempengaruhi proses N. Dalam proses ini juga terjadi proses denitrifikasi yang mana proses ini juga sagat tergantung dari mikroba tanah yag secara umum lebih menyukai senyawa dalam bentuk ion ammonium dai pada ion dalam bentuk nitrat. Sebenarnya unsur N memiliki banyak fungsi untuk tanaman, antara lain sebagai berikut : 1.
Dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.
2.
Dapat meningkatkan kadar protein dalam tanah.
??
3.
Dapat
meningkatkan
tanaman
sayur
mayur
yang
diproduksi
dedaunannya. 4.
Dapat meningkatkan aktivitas organisme di dalam tanah.
5.
Berfungsi dalam proses sintesa asam amino dan protein di dalam tanaman. Sedangkan tanaman yang kekurangan unsur N memiliki gejala atau
ciri : pertumbuhannya yang lambat bahkan tanaman bisa mejadi kerdil, daun mudah menguning, daun pada tanaman sempit, pendek dan bahkan tegak, jaringan buah cepat mati dan tidak dapat berkembang dengan baik, buah kecil dan mudah rontok. Unsur N banyak didapat di udara atau di atmosfer yang merupakan salah satu sumber yag paling besar. Selain yang sudah dijelaskan diatas kelebihan
nitrogen juga berdampak negatif
bagi tanaman, adapun
dampaknya yaitu : 1.
Menjadikan tunas yang tidak kuat dan tidak kokoh
2.
Menghasilkan biji yang sedikit.
3.
Dalam proses pemasakan buah sangat lambat dan juga lambatnya proses pembentukaan biji.
4.
Dapat menurunkan pH tanah yang tentunya sangat merugikan tanaman, sebab akan mengikat unsur hara lain, sehingga tidak tersedia untuk tanaman dan akan sulit untuk diserap oleh tanaman.
5.
Pemupukan yang dilakukan akan tidak efisien dan efektif. Dalam prinsipnya unsur N sangat penting dan dibutuhkan oleh
tanaman namun apabila pemberiannya secara berlebihan maka akan berdampak tidak baik pula untuk tanaman.
??
III. METODE PENELETIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Desember 2015 sampai Februari 2016 dari pencarian bahan mol bonggol pisang sebagai pupuk cair, pembuatan mol sebegai pupuk cair, analisa unsur hara pada pupuk cair dan pembuatan laporan karya ilmiah. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Produksi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan laboratorium Ilmu Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. B. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: drum plastik dengan kapasitas 100 l air, timbangan, mesin pencacah, termometer, pisau, talenan dan alat pengaduk. Sedangkan bahan yang digunakan air bekas cucian beras (leri), bonggol pisang, gula merah, ampas tebu (bagase), dan pupuk kandang sapi. C. Prosedur Penelitian 1.
Mempersiapkan alat-alat
dan bahan-bahan yang digunakan untuk
penelitian. 2.
Menyediakan bonggol pisang, air bekas cucian beras dan ampas tebu.
3.
Melakukan penimbangan terhadap bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian yaitu 10 kg bonggol pisang, 2 kg gula merah, 30 l air cucian beras, 1,5 kg ampas tebu, dan 1 kg pupuk kandang sapi.
??
4.
Pembuatan pupuk cair : a.
Mencacah bonggol pisang dan ampas tebu dengan mesin pencacah dan
menghaluskan gula merah dengan pisau di atas
talenan. b.
Potongan bonggol pisang , ampas tebu, pupuk kandang sapi dan gula yang telah diiris dimasukkan ke dalam drum plastik.
c.
Mencampur bahan-bahan dengan air cucian beras dan mengaduk hingga merata kemudian tutup rapat (tutup drum sudah diberi lubang untuk selang).
d.
Melakukan pengadukan terhadap mol satu kali sehari selama fermentasi berlangsung kurang lebih 2-3 minggu.
e.
Adapun ciri pupuk cair yang sudah jadi : ketika dibuka tidak ada gas, bau pupuk cair seperti tape, permukaan pupuk cair terdapat benang putih merambat seperti permukaan tempe.
D. Parameter yang diamati 1.
Mengukur suhu pada pupuk cair Pengukuran terhadap suhu pupuk cair dilakukan 1 kali sehari pada sore hari pada pukul 16.00 Wita.
2.
Mencium aroma pada pupuk cair Pengamatan perubahan aroma dilakukan setelah pengamatan suhu. Aroma pada pupuk cair yang belum jadi/masak tidak menimbulkan adanya bau, namun pupuk cair yang sudah jadi/masak memiliki aroma seperti tape.
??
3.
Melakukan pengamatan terhadap permukaan pupuk cair. Setelah pengamatan terhadap aroma kemudian dilakukan pengamatan pada permukaan pupuk cair dalam drum, apakah dijumpai benangbenang berwarna putih (miselium).
4.
Analisa unsur hara Analisa unsur hara dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Air Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. dianalisa adalah C/N ratio unsur N, P, K.
Adapun Unsur hara yang
??
IV. HASIL DAN PENGAMATAN
A. Hasil Pengamatan 1. Pembuatan Mol Berdasarkan pelaksanaan pembuatan mol yang terbuat dari bonggol pisang dengan air cucian beras dan penambahan ampas tebu , pengamatan terhadap aroma, suhu, tekstur dan permukaan larutan mol dapat dilihat pada tabel 1, 2, 3 dan 4. Hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Data pengamatan suhu mol bonggol pisang dengan penambahan ampas tebu. No Hari Suhu 1 Hari ke-1 28°C 2 Hari ke-2 32°C 3 Hari ke-3 32°C 4 Hari ke-4 32°C 5 Hari ke-5 32°C 6 Hari ke-6 32°C 7 Hari ke-7 31°C 8 Hari ke-? 31°C 9 Hari ke-9 33°C 10 Hari ke-10 33°C 11 Hari ke-11 33°C 12 Hari ke-12 33°C 13 Hari ke-13 33°C 14 Hari ke-14 33°C Tabel 1. Pengamatan suhu pada pembuatan MOL bonggol pisang ditambah Bagasse
Pada tabel tersebut dapat dilihat, pada hari ke 1-8 keadaan suhu masih belum stabil. Sedangkan ciri pupuk yang telah jadi adalah dengan adanya suhu yang tidak berubah lagi (stabil).
??
Tabel 2. Pengamatan aroma pembuatan mol bonggol pisang dengan penambahan ampas tebu. No Hari Aroma 1 Hari ke-1 Tidak Ada Aroma 2 Hari ke-2 Tidak Ada Aroma 3 Hari ke-3 Beraroma Tape 4 Hari ke-4 Beraroma Tape 5 Hari ke-5 Beraroma Tape 6 Hari ke-6 Beraroma Tape 7 Hari ke-7 Beraroma Tape 8 Hari ke-8 Beraroma Tape 9 Hari ke-9 Beraroma Tape 10 Hari ke-10 Beraroma Tape 11 Hari ke-11 Beraroma Tape 12 Hari ke-12 Beraroma Tape 13 Hari ke-13 Beraroma Tape 14 Hari ke-14 Beraroma Tape Tabel 2. pengamatan aroma pada pembuatan MOL bonggol pisang ditambah bagasse
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui, proses fermentasi dimulai pada hari ketiga yaitu ditandai dengan aroma pupuk yang berbau tape. Tabel 3. Pengamatan tekstur Pembuatan mol bonggol pisang dengan penambahan ampas tebu. No Tanggal/Bu lan/Tahun Tekstur 1 Hari ke-1 Keras 2 Hari ke-2 Keras 3 Hari ke-3 Keras 4 Hari ke-4 Keras 5 Hari ke-5 Keras 6 Hari ke-6 Keras 7 Hari ke-7 Keras 8 Hari ke-8 Keras 9 Hari ke-9 Keras 10 Hari ke-10 Lembek 11 Hari ke-11 Lembek 12 Hari ke-12 Lembek 13 Hari ke-13 Lembek 14 Hari ke-14 Lembek Tabel 3. pengamatan tekstur pada pembuatan MOL bonggol pisang ditambah bagasse
??
Pada hari ke-10 pengamatan tekstur mol ampas tebu baru mengalami perubahan dari keras ke lembek. Perubahan teksur berlangsung lama disebabkan tekstur ampas tebu yang keras. Tabel 4. Pengamatan permukaan pembuatan mol bonggol pisang dengan penambahan ampas tebu No Tanggal/Bulan/Tahun Permukaan Mol 1 Hari ke-1 Belum Ada Benang miselium 2 Hari ke-2 Belum Ada Benang miselium 3 Hari ke-3 Belum Ada Benang miselium 4 Hari ke-4 Terdapat benang miselium 5 Hari ke-5 Terdapat benang miselium 6 Hari ke-6 Terdapat benang miselium 7 Hari ke-7 Terdapat benang miselium 8 Hari ke-8 Terdapat benang miselium 9 Hari ke-9 Terdapat benang miselium 10 Hari ke-10 Terdapat benang miselium 11 Hari ke-11 Terdapat benang miselium 12 Hari ke-12 Terdapat benang miselium 13 Hari ke-13 Terdapat benang miselium 14 Hari ke-14 Terdapat benang miselium Tabel 4. pengamatan permukaan pada pembuatan MOL bonggol pisang ditambah bagasse
Berdasarkan Tabel 4 di atas pembuatan mol tersebut cukup baik karena pada hari keempat sudah menunjukkan adanya benang-benang miselium di atas permukaan mol. Hal ini disebabkan oleh bahan-bahan mol yang digunakan menjalankan fungsi dan manfaatnya masing-masing, dimana sumber energinya seperti gula merah cukup tersedia, sumber karbohidratnya
juga
mencukupi.
Untuk
keperluan
kehidupan
mikroorganisme yang diharapkan berasal dari limbah bonggol pisang dan ampas tebu. Sedangkan hasil analisa unsur hara pada mol bonggol pisang dengan penambahan ampas tebu dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.
??
Tabel 5. Hasil analisa unsur hara pada mol bonggol pisang dengan penambahan ampas tebu. Hasil mol bonggol pisang dengan No Parameter penambahan ampas tebu 1 N 0.042 2 P 0.026 3 K 0.073 4 C 0.868 Laboratorium Ilmu Air dan Tanah. 2016. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Berdasarkan hasil analisa unsur hara untuk mol bonggol pisang kandungan unsur haranya sangat kecil hal ini diduga
karena
mikroorganisme yang bekerja pada kedua mol tersebut mengambil unsur hara tersebut sebagai bahan makanannya untuk dapat bertahan hidup. Mol
bongggol
pisang
mengandung
bakteri
Lactobacillus
sp,
Pseudomonas sp, Azospirillium, Azotobacter, Bacillus, Aeromonas, Aspergillus, mikroba pelarut phospat dan mikroba selulotik. B. Pembahasan Penelitian Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia setempat.
Larutan MOL
mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang
berpotensi
sebagai
perombak
bahan
organik,
perangsang
pertumbuhan, dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai dekomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungisida. Larutan MOL dibuat sangat sederhana yaitu dengan memanfaatkan limbah da ri rumah tangga atau tanaman disekitar lingkungan misalnya sisa-sisa tanaman seperti bonggol pisang, gedebong pisang, buah nanas, jerami padi, sisa sayuran,
??
nasi basi, dan lain-lain. Bahan utama dalam larutan MOL teridiri dari 3 jenis komponen, antara lain : Karbohidrat : air cucian beras, nasi bekas, singkong, kentang dan gandum : Glukosa : cairan gula merah, cairan gula pasir, air kelapa/nira dan : Sumber bakteri : keong mas, buah-buahan misalnya tomat, pepaya, dan kotoran hewan (Purwasasmita, 2009). Kurnia et.al (2003) melakukan analisis sampel larutan MOL Berenuk dan larutan MOL Air Kelapa dan Sampah Dapur. Ditemukan bahwa larutan MOL berenuk mengandung bacillus sp, sacharomyces sp, azospirillium sp, dan azotobacter.
MOL sampah dapur mengandung pseudomonas,
aspegillus sp, dan lactobacillus sp. Keunggulan utama penggunaan MOL adalah murah bahkan tanpa biaya, selain itu ada beberapa keuntungan : mendukung pertanian ramah lingkungan, dapat mengatasi permasalahan pencemaran limbah pertanian dan limbah rumah tangga, pembuatan serta aplikasinya mudah dilakukan, mengandung unsur kompleks dan mikroba yang bermanfaat dalam produk pupuk dan dekomposer organik yang dihasilkan, memperkaya keanekaragaman biota tanah, memperbaiki kualitas tanah dan tanaman. Menurut beberapa literatur, dalam MOL bonggol pisang mengandung zat pengatur tumbuh Giberellin dan Sitokinin. Selain itu dalam mol bonggol pisang tersebut juga mengandung 9 mikroorganisme yang sangat berguna bagi tanaman yaitu : Lactobacillus sp, Pseudomonas sp, Azospirillium, Azotobacter, Bacillus, Aeromonas, Aspergillus, mikroba pelarut phospat dan mikroba selulotik.
Bakteri tersebut mampu mengurai bahan
organik termasuk nitrogen, phospat dan kalium dalam bahan organik yang ada dalam tanah menjadi nutrisi yang siap digunakan oleh tanaman. Tidak hanya itu MOL bonggol pisang selain sebagai penghasil hormon sitokinin
??
mol bonggol pisang
juga tetap bisa digunakan sebagai pupuk hayati,
dekomposer atau mempercepat proses pengomposan.
Limbah organik
harus dihancurkan/dikomposkan terlebih dahulu oleh mikroba tanah menjadi unsur hara yang dapat diserap oleh tamanan. Proses pengomposan secara alami
memerlukan
waktu
yang
lama
sehingga
diperlukan
mikroba
dekomposer yang mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Mikroorganisme Lokal (MOL) banyak ditemukan di lapang dan sudah terbukti bermanfaat sebagai dekomposer, pupuk hayati dan pestisida hayati. (Balai Pengakajian Teknologi Pertanian, 2011), menambahkan saat ini telah banyak mikroba pengompos komersil yang ada dipasaran tetapi masih mengalami tantangan dalam pengembangannya ditingkat petani dalam hal efektivitas dan efisiensi dekomposer yang digunakan terkait dengan mutu yang dihasilkan, biaya dan tingkat kemudahan aplikasinya. Pemanfaatan Mikroorganisme Lokal (MOL) yang mempunyai keuntungan dari segi biaya yang relatif murah dan kemudahan aplikasinya merupakan pilihan yang telah diterapkan oleh beberapa petani di beberapa daera h. Selain sebagai dekomposer, MOL juga digunakan sebagai pupuk dan pestisida hayati yang dapat diaplikasikan langsung ke tanaman.
Fungsi
MOL dapat digunakan untuk membuat pupuk kompos, dalam hal ini MOL bisa disebut sebagai starter/dekomposer. MOL dapat digunakan sebagai pupuk cair pada aplikasi pemupukan. MOL sebagai ZPT (Zat Perangsang Tumbuh). Selain itu, MOL dapat juga sebagai pengurai atau pabrik pupuk sehingga unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman. Untuk memahami cara pembuatan MOL, ada beberapa poin yang harus dipahami terlebih
??
dahulu. Minimal, ada 3 poin yang harus ada dalam pembuatan setiap MOL yaitu : 1. Tersedianya bahan yang akan digunakan seperti bahan yang dominan mengandung unsur N misalnya rebung, daun gamal, pucuk -pucuk daun, dll. MOL ini sangat baik, untuk pertumbuhan vegetatif awal tanaman. Dominan unsur N dan P agak berimbang : bonggol pisang, keong mas, buah-buahan, limbah dapur, dll. MOL ini sangat baik, untuk pertumbuhan vegetatif susulan tanaman dominan unsur P : batang pisang, biji coklat, dll. MOL ini sangat baik, untuk aplikasi masa primordial tanaman. Dominan unsur K : sabut kelapa, ampas teh, dll. MOL ini sangat baik, untuk aplikasi pengisian bulir. 2. Tersedianya bahan sebagai sumber karbohidrat bisa berupa : air cucian beras (lira), dedak, nasi, gabah/beras yang ditumbuk, jagung yang dihaluskan, dll. 3. Tersedianya bahan sebagai sumber energi, biasa dalam bentuk bahanbahan yang manis. Misalnya: molase/tetes tebu, gula merah, gula aren, gula pasir, air kelapa, isi buah maja matang, batang tebu, dll. Misalnya membuat MOL keong mas, bahan utamanya ada 3 saja: keong mas, air cucian beras dan buah maja. Tapi, ada juga yang menggunakan : keong mas, air cucian beras, air kelapa dan gula merah. Dari penelitian di atas berikut pembahasan pengamatan. 1. Pengamatan suhu Pengamatan terhadap suhu
dapat pada pembuatan mol
bonggol pisang dengan penambahan ampas tebu telah sesuai dengan prosedur.
??
Bila
suhu
atau
temperatur
terlalu
tinggi
maka
mikroorganisme akan mati. Bila suhu atau temperatur relatif lebih rendah maka mikroorganisme belum dapat bekerja atau masih dalam keadaan dorman. Aktifitas mikroorganisme dalam proses pembuatan pupuk organik umumnya menghasilkan panas sehingga untuk menjaga suhu tetap optimal sering dilakukan pembalikan atau pengadukan. Suhu atau temperatur optimal pupuk organik sekitar 30
50oC (hangat) (Indriani, 2003). Terjadinya perubahan suhu
pada mol menurut Isroi (2008) hal ini menunjukkan terjadinya dekomposisi/penguarai bahan organik yang sangat aktif. Mikroba dalam mol dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap dan panas.
Setelah sebagian besar
bahan terurai, suhu akan berangsur-angsur mengalami perubahan. 2.
Pengamatan aroma Aroma pembuatan mol berubah pada hari ke-3. Hal tersebut dikarenakan dimulainya proses fermentasi. Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada suatu bahan dapat menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia, seperti adanya perubahan warna, pembentukan endapan, kekeruhan, pembentukan gas, dan bau asam (Hidayat, 2006).
3.
Pengamatan permukaan (miselium) Benang miselium dijumpai saat memasuki hari ke-4 , benang miselium muncul akibat dari sisa sisa organisme. Menurut Fardiaz (1992), semua mikroorganisme yang tumbuh pada bahan-bahan tertentu membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan dan
??
proses
metabolisme.
Mikroorganisme
yang
tumbuh
dan
berkembang pada suatu bahan dapat menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia, seperti adanya perubahan
warna,
pembentukan
endapan,
kekeruhan,
pembentukan gas, dan bau asam (Hidayat, 2006). Susanto, 2002 menambahkan terjadinya perubahan warna pada mol disebabkan oleh terdekomposisinya bahan organik oleh aktivitas bermacammacam mikroorganisme. Terjadi peningkatan unsur N pada parameter dengan penambahan ampas tebu. Seperti diketahui ampas tebu (Bagas) memiliki kandungan N sebesar 1,04%, Risvank (2012). Kandungan N total yang dihasilkan pada perlakuan P 1, yaitu 0,03% dan P2 yaitu 0,042%.
Proses penguraian bahan organik
yang dilakukukan akan mengurangi kandungan N total pupuk organik cair. Hal ini disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme dimana mikroorganisme selain merombak nitrogen tersebut juga menggunakannya
untuk
(Notohadiprawiro, 1999).
aktivitas
metabolisme
hidupnya
??
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Penambahan ampas tebu (bagase) pada mol bonggol pisang hingga jadi/masak memerlukan waktu 14 hari dengan ciri-ciri suhunya stabil, beraroma seperti tape, dan dijumpai benang miselium. Penambahan ampas tebu (bagase) mampu meningkatkan unsur N pada mol bonggol pisang sebesar 0.012 %. B. Saran Ampas tebu (bagase) mampu meningkatkan unsur N terhadap mol bonggol pisang. Meskipun peningkatan N tidak signifikan. Diharapkan ada penelitian lanjutan dengan bagasse ditambahkan setelah MOL bonggol pisang telah masak/jadi.
??
LAMPIRAN
??
Lampiran 1. Alat dan bahan
Gambar. 1. Termometer
Gambar. 2. Ampas tebu (bagase)
??
Gambar. 3. Gula aren
Gambar. 4. Air cucian beras/leri
??
Gambar. 5. Bonggol pisang
Gambar 6 Pengambilan Bonggol pisang
??
Lampiran 2. Pproses menimbang bahan Pembuatan Mol bonggol pisang ditambah ampas tebu
Gambar. 7 penimbangan bahan
. Gambar 8 Pembuatan Mol Bonggol Pisang Proses fermentasi dalam bak tertutup
??
Gambar 9. Mol bonggol pisang proses fermentasi anaerob Pengamatan permukaan
Gambar 10. Permukaan dijumpai benang miselium