ANALISIS KADAR ARSEN (As) PADA KERANG (Bivalvia) YANG BERASAL DARI LAUT BELAWAN TAHUN 2009
SKRIPSI
Oleh:
Nur Hayati 051000056
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
ABSTRAK Analisis Kadar Arsen (As) pada Kerang (Bivalvia) yang Berasal dari Laut Belawan Tahun 2009 Kerang (Bivalvia) adalah hewan yang termasuk Phylum Molusca Klass palecypoda. Kerang darah (Anadara Granosa), kerang bulu (Anadara antiquata), dan kerang hijau (Mytilus viridis) merupakan jenis kerang yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satu penghasil kerang di Kota Medan adalah Perairan Belawan yang terletak di kawasan pantai timur Sumatera. Dalam journal Nature Geoscience disebutkan bahwa kawasan pantai timur Sumatera adalah kawasan yang rawan tercemar arsen (As). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar arsen (As) pada kerang yang berasal dari laut Belawan. Penelitian ini adalah penelitian survai deskriptif yaitu untuk mengetahui kadar arsen (As) pada kerang yang berasal dari laut Belawan. Sampel diperoleh dari penjual kerang yang berada disekitar Laut Belawan. Sampel yang diperoleh didestruksi di Laboratorium Biokimia Fakultas MIPA USU dan untuk mengetahui kadar arsen maka sampel diperiksa di Laboratorium BTKL-PPM dengan metode ICP (Inductively Couple Plasma) Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar arsen (As) yang terkandung pada kerang darah (Anadara Granosa), kerang bulu (Anadara antiquata), dan kerang hijau (Mytilus viridis) adalah 0,05382 ppm, 0,04259 ppm, dan 0,04522 ppm. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan No. 03725/B/SK/VII/1989 tentang batas maksimum cemaran logam dalam makanan, batas maksimum Arsen pada ikan dan hasil olahannya maka kadar arsen yang terkandung pada kerang tersebut masih memenuhi syarat. Penulis menyarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk melakukan pengawasan kepada setiap industri agar melakukan pengolahan limbah dengan baik. Selain itu juga memberikan informasi kepada masyarakat mengenai aceptable daily intake (asupan harian yang diperbolehkan) karena konsumsi kerang secara berlebihan dapat mengakumulasi arsen (As) dalam tubuh. Kepada peneliti selanjutnya perlu melakukan analisis kadar arsen pada air tanah penduduk dan pemeriksaan kadar logam lain pada kerang.
Kata kunci : analisis, kadar arsen (As), kerang, Laut Belawan
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
2
ABSTRACT Analysis Of The Arsenic (As) Level On Shellfish That Got From Belawan Seas On 2009 The shellfish (Bivalvia) is the animal that including Phylum Molusca and Klass palecypoda. The blood shellfish (Anadara Granosa), the hair shellfish (Anadara antiquata), and the green shellfish (Mytilus viridis) was the shellfish kind that often consumed by the community. One of the producen of the shellfish in Medan was Belawan seas that were located in the East Sumatra coastal region. In journal Nature Geoscience was talked that the east Sumatran coastal region was the serious region most contamined of arsenic (As). The goal of this research was to know the level of arsenic (As) to the shellfish that got from Belawan seas. This research was the descriptive survey research that is to know the level of arsenic (As) to the shellfish that got from Belawan sea. The sample was received from the seller of the shellfish that was around Belawan Sea. The sample that was received was destroyed in the Biokimia Fakultas MIPA USU Laboratory and to know the level of arsenic (As) then the sample was checked in the BTKL-PPM Laboratory with the ICP method (Inductively Coupled Plasma) Results of the research showed that the level of arsenic (As) that was contained to the blood shellfish (Anadara Granosa), the hair shellfish (Anadara antiquata), and the green shellfish (Mytilus viridis) was 0,05382 ppm, 0,04259 ppm, and 0,04522 ppm. Was based on Director General's Instruction the Supervision of Medicine And Food of No. 03725/B/SK/VII/1989 about the maximum limit contamined metal in food, the limit of the arsenic (As) maximum on the fish and results of his whim then the level of arsenic that was contained to this shellfish was qualify standard. The author recommended the Health Institution of the Medan City to carry out the supervision to each industry in order to carry out the processing of the waste well. Moreover also sosialisation to the community concerning aceptable daily intake because consumption of the shellfish could excessively accumulate arsenic (As) in the body. To next research must analysis the arsenic level on society water drink and the else heavy methal level on shellfish.
Keyword: analysis, arsenic level, sellfish, Belawan sea
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
3
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Tempat/Tanggal Lahir Agama Status Perkawinan Jumlah Bersaudara Alamat Rumah
: Nur Hayati : Medan, 31 Agustus 1986 : Islam : Belum kawin : 4 (empat) orang : Jl. Tuar III No 27 Medan Kecamatan Medan Amplas 20229 Riwayat Pendidikan Formal : 1. SD Negeri 064972 Medan 1993-1999 2. MTs Negeri 1 Medan 1999-2002 3. MA Negeri 2 Model Medan 2002-2005 4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 2005-2009 Riwayat Pendidikan Non Formal : 1. Masa Orientasi Pengenalan (MOP) HMI Komisariat FKM USU Tahun 2005 2. Training Mahasiswa Islam (Tamsil) PHBI FKM USU Tahun 2005 3. Training Pendidik Sebaya Tahun 2006 4. Latihan Kader I HMI Komisariat FKM USU Tahun 2006 5. Pelatihan Community Organizer LKMI HMI Cabang Medan Tahun 2007 6. Latihan Khusus KOHATI HMI Cabang Medan Tahun 2007 7. Latihan Kader II HMI Cabang Medan Tahun 2008 8. Training of Trainer HMI Komisariat FKM USU Tahun 2009 Riwayat Organisasi : 1. Anggota Departemen Bidang Eksternal KOHATI HMI Komisariat FKM USU Periode 2006-2007 2. Wakil Sekretaris Umum Bidang Eksternal KOHATI HMI Komisariat FKM USU Periode 2006-2007 3. Ketua Bidang Eksternal KOHATI HMI Komisariat FKM USU Periode 20072008 4. Anggota Departemen Pembinaan Anggota LDK Izzatul Islam Periode 20072008 5. Wakil Sekretaris Umum Pemberdayaan Perempuan ex officio Sekretaris Umum KOHATI HMI Komisariat FKM USU Periode 2007-2008 6. Ketua Umum KOHATI HMI Komisariat FKM USU Periode 2008-2009
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
4
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segenap rasa syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena limpahan karunia-NYa penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009”. Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk memperkaya materi skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Ir. Indra Chahaya, M.Si selaku Kepala bagian Departemen Kesehatan Lingkungan Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing I dan Ibu dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan sumbangan pikiran dengan keikhlasan untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi ini. 3. Seluruh dosen dan staf pegawai khususnya di peminatan Kesehatan Lingkungan. 4. Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si dan Kak Syafiah selaku Kepala Laboratorium dan Laboran di Biokimia FMIPA USU yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian serta para asisten lab yang telah banyak membantu penulis (Agung, Tetty, dan Bang Arsyad). 5. Kepada Pak Noviandi, S.Si selaku Kepala Instalasi kimia di BTKL-PPM serta seluruh staff BTKL-PPM yang telah banyak membantu penulis (Pak Darul, Bu Rumanti, dan Bu Sela) 6. Teristimewa kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda Albert dan Ibunda Ertifa Lubis serta adik-adikku tersayang yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan doa yang tak terputus kepada penulis 7. Seluruh sanak keluarga, nenek, paman, etek, uwak, serta sepupuku yang telah mendukung, mengingatkan, dan memotivasiku agar selalu menjadi kebanggaan keluarga. 8. Terkhusus untuk saudara-saudaraku di “PT Compil” yang telah memberikan kasih sayang persaudaraan dan pelajaran kemanusiaan. Semoga kita bersaudara selamanya dalam membangun mimpi kita. 9. Sahabat-sahabat terbaikku Gita, Rina, Welly dan Tania serta Ratna dan Evi yang selalu memberikan perhatian, dukungan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan perjuangan ini. 10. Kakanda senioren yang telah banyak memberikan pengalaman berharganya serta bantuan, dukungan, dan sumbangan ide-ide cemerlang dalam mengahadapi dinamika perkuliahan. Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
5
11. Adik-adik tersayang stambuk 2006-2008 yang telah memberikan warna disetiap hari-hari penulis. 12. Teman-teman seperjuangan di stambuk 2005 khususnya di Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah mengisi hari-hari penulis dengan penuh keceriaan. 13. Orang-orang yang telah hadir memberikan semangat kepada penulis dalam menghadapi dinamika penelitian ini (Nando, Parhan, Elvi, Mila, Iqbal, Pak Bobby, Bu Ria, Kak Anes, dan Bang Faisal) 14. Buat semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan, kerjasama dan doanya. Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunianya kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Medan,
Juni 2009
Penulis
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
6
DAFTAR ISI Halaman Halaman Pengesahan ......................................................................................... Abstrak .............................................................................................................. Riwayat Hidup Penulis....................................................................................... Kata Pengantar................................................................................................... Daftar Isi ................................................................................................... Daftar Tabel ................................................................................................... Daftar Lampiran.................................................................................................
i ii iv vi viii x xi
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................. 1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................
1 1 6 6 6 7 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 2.1 Pencemaran Laut .................................................................................... 2.1.1 Laut Sebagai Tempat Pembuangan Limbah ................................. 2.1.2 Sumber-Sumber Arsen (As) di Laut ............................................ 2.2 Karakteristik Arsen................................................................................. 2.3 Sumber dan Kegunaan Arsen .................................................................. 2.3.1 Sumber Arsen................................................................................ 2.3.2 Kegunaan Arsen ............................................................................ 2.4 Absorbsi, Distribusi, dan Ekskresi Arsen (As) ........................................ 2.5 Dampak Paparan Arsen (As) Terhadap Kesehatan .................................. 2.5.1 Secara Akut .................................................................................. 2.5.2 Secara Kronis ................................................................................ 2.6 Kerang.................................................................................................... 2.6.1 Pengertian Kerang ......................................................................... 2.6.2 Jenis-Jenis Kerang ......................................................................... 2.6.3 Toksisitas Logam Pada Jenis Kerang ............................................. 2.7 Penilaian Keamanan/Risiko .................................................................... 2.8 Kerangka Konsep ...................................................................................
8 8 9 10 10 12 12 13 14 17 19 20 21 21 24 26 27 29
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 3.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................................... 3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................... 3.3 Objek Penelitian .....................................................................................
30 30 30 30 30 30
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
7
3.4
Metode Pengumpulan Data .................................................................... 3.4.1 Data Primer.................................................................................... 3.4.2 Data Sekunder ............................................................................... Analisis Data .......................................................................................... Metode Pengambilan sampel .................................................................. Pelaksanaan Penelitian............................................................................ Alat dan Bahan ....................................................................................... 3.8.1 Alat ............................................................................................... 3.8.2 Bahan ............................................................................................ Cara Kerja .............................................................................................. 3.9.1 Preparasi sampel ............................................................................ 3.9.2 Analisis Kadar Arsen (As) dengan Metode ICP.............................. Definisi Operasional ...............................................................................
31 31 31 31 31 32 32 32 33 33 33 34 35
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 4.2 Hasil Pemeriksaan kadar Arsen (As) pada Kerang yang Berasal dari Laut Belawan dengan Metode ICP .............................. 4.3 Perhitungan Laju Konsumsi Aman ......................................................... 4.3.1 Kerang Darah ................................................................................ 4.3.2 Kerang Bulu .................................................................................. 4.3.3 Kerang Hijau .................................................................................
36 36
3.5. 3.6 3.7 3.8
3.9
3.10
37 38 38 39 41
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 43 5.1 Arsen (As) pada Kerang ......................................................................... 43 5.2 Risiko Konsumsi Kerang Mengandung Arsen (As) Melalui Perhitungan Acceptable Daily Intake ......................................... 45 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 47 6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 47 6.2 Saran ............................................................................................... 48 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
8
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Jenis jenis senyawa arsen yang terdapat di lingkungan kerja ............ 11 Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kadar Arsen (As) pada Kerang yang Berasal dari Laut Belawan Tahun 2009 ................................... 37
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
9
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan Lampiran 2 : Surat Permohonan Izin Peninjauan Riset/wawancara/The job training dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Lampiran 3 : Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Laboratorium Biokimia Fakultas MIPA USU Lampiran 4 : Surat Hasil Pemeriksaan Sampel Kerang dari Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Lampiran 5 : Hasil Pemeriksaan Kadar Arsen (As) pada Kerang Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
10
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Wilayah Republik Indonesia wilayah kelautan yang letaknya sangat strategis.
Laut Indonesia selain dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan lokal maupun internasional, juga memiliki sumber daya laut yang sangat kaya dan penting antara lain sumber daya perikanan, terumbu karang, mangrov, bahan tambang, dan pada daerah pesisir dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata yang menarik. Laut juga mempunyai arti penting bagi kehidupan makhluk hidup seperti manusia, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan biota laut lainya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor kelautan mempunyai potensi yang sangat besar untuk dapat ikut mendorong pembangunan di masa kini maupun masa depan (Misran, 2002). Salah satu pembangunan yang dilakukan di sektor kelautan adalah pembangunan dibidang industri. Dalam proses pembangunan tersebut umumnya aspek lingkungan kurang diperhatikan, baru disadari kemudian setelah ada perusakan dan pencemaran lingkungan (Supardi, 2003). Menurut Chahaya (2003) yang mengutip pendapat Soemarwoto, pencemaran adalah perubahan sifat fisika, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Perubahan tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan manusia atau organisme lainya, tempat tinggal dan peninggalan-peninggalan, atau dapat merusak sumber bahan mentah. Pencemaran terjadi apabila terdapat gangguan dalam daur materi yaitu apabila laju produksi suatu zat melebihi laju pembuangan atau penggunaan zat tersebut. Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
11
Berbagai usaha penggalian sumber daya alam dan pembangunan industriindustri untuk memproduksi barang-barang konsumsi tanpa adanya usaha perlindungan terhadap pencemaran lingkungan oleh buangan merupakan racun bagi lingkungan di sekitarnya, baik untuk kehidupan masa kini maupun kehidupan yang akan datang dan tidak mustahil dapat membawa kematian (Supardi, 2003). Akhir-akhir ini pencemaran laut telah menjadi suatu masalah yang perlu ditangani secara sungguh-sungguh. Hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Di samping menghasilkan produk-produk yang diperlukan bagi kehidupannya, kegiatan manusia menghasilkan pula produk sisa (limbah) yang dapat menjadi bahan pencemar (polutan). Cepat atau lambat polutan itu sebagian akan sampai ke laut karena laut menerima zat-zat pencemar baik yang berupa zat padat maupun cair terutama yang dibawa oleh sungai sebagai tempat yang paling mudah membuang limbah yang akhirnya bermuara ke laut. Hal ini perlu dicegah atau setidaknya dibatasi hingga sekecil mungkin. Unsur percemar yang paling berbahaya baik bagi manusia maupun bagi organisme lain adalah logam berat. Dampak pencemaran akibat logam-logam berat dikarenakan sifatnya yang tak dapat terurai dan mudah diabsorpsi oleh biota laut sehingga terakumulasi dalam tubuh. Unsur logam berat dapat masuk ke dalam tubuh biota laut melalui 3 cara yaitu melalui permukaan tubuh, terserap insang, dan rantai makanan. Selain mengganggu ekosistem, unsur logam berat secara tidak langsung juga merusak perikanan dan kesehatan manusia (Supriharyono, 2000). Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
12
Diantara beberapa jenis logam ternyata hanya beberapa logam yang sangat berbahaya dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan keracunan fatal. Menurut Darmono (2001) yang mengutip pendapat Gossel dan Bricker, ada 5 logam yang berbahaya pada manusia yaitu arsen (As), cadmium (Cd), timbal (Pb), mercuri (Hg), dan besi (Fe). Absorbsi logam berat secara tidak langsung biasanya terjadi melalui rantai makanan.
Mikroorganisme
dan
mikroflora
mempunyai
kemampuan
untuk
mengakumulasi logam berat kedalam sel-sel hidup. Logam berat tersebut cenderung terakumulasi di dalam jaringan tertentu pada organisme, seperti di dalam hati, ginjal, limpa, dan sebagainya. Unsur logam berat tersebut masuk ke lingkungan laut melalui sungai dan udara; umumnya sebagian besar masuk melalui aliran sungai, hanya unsur-unsur yang menguap saja yang banyak dibawa oleh udara seperti merkuri dan selenium (Supriharyono, 2000). Kasus keracunan besar-besaran akibat arsen pada air pernah terjadi di Bangladesh pada tahun 2000. Kasus ini menyerang sekitar 97 persen penduduk Bangladesh. Penduduk tersebut menderita penyakit kanker paru-paru, kanker perut serta kanker kulit. Menurut penelitian Jones (2000), lebih dari 90 persen air tanah di Bangladesh mengandung hampir 50 ppb arsen. Hal ini berarti kandungan arsen dalam air tanah di Bangladesh lima kali lipat di atas ambang batas amannya. Kasus terbaru yang memiliki gejala keracunan serupa arsen adalah kasus Teluk Buyat di Minahasa tahun 2004. Banyak warga menderita benjolan di sekujur tubuh, kram, mual, sakit kepala, panas di dada dan penyakit kulit yang parah. Pada Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
13
awalnya kasus ini diberitakan di media sebagai kasus Minamata disease. Namun penelitian National Minamata Institute, Jepang, meyatakan penyakit Minamata tidak terjadi di Buyat. Tim Terpadu Penanganan Kasus Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup di Desa Buyat juga menyampaikan laporan hasil penelitiannya. Bahwa Teluk Buyat tercemar logam berat, paling dominan berperan dalam masalah lingkungan dan kesehatan di wilayah tersebut adalah logam arsen (Siregar, 2006). Pada pertengahan Juli 2008 dalam Journal Nature Geoscience, seorang peneliti dari Swiss mengungkap bahwa kawasan pantai Timur Sumatera ternyata tergolong sebagai titik panas berbahaya: “hotspots” daerah dengan kualitas sumber air tanahnya rawan tercemar arsen (Iptek, 2008). Jika arsen telah mencemari perairan di Pantai Timur Sumatera, maka akan berdampak pada kelangsungan biota laut yang ada (Arifin, 2008). Belawan yang merupakan salah satu kawasan pantai di Sumatera adalah Kecamatan yang berada di bagian utara kota Medan. Perairan Belawan merupakan tempat bermuaranya Sungai Deli yang disinyalir telah tercemar oleh logam berat berbahaya dan beracun. Hal ini disebabkan di daerah aliran sungai ini, mulai daerah kecamatan Medan Timur sampai Kecamatan Medan Belawan terdapat beberapa industri yang merupakan konstributor pencemar utama logam berat pada aliran Sungai Deli. Kawasan Belawan dikenal sebagai kawasan pelabuhan bertaraf Internasional dan di daerah tersebut tersebar industri dan terdapat pemukiman dan tempat-tempat fasilitas umum. Muara sungai ini paling dekat dengan muara di kelurahan Bagan Deli Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
14
yang dikenal sebagai Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Ikan-ikan dan kerang yang dilelang ditempat ini berasal dari hasil tangkapan diperairan Belawan (Azhar, 2004). Penelitian yang pernah dilakukan di Kelurahan Bagan Deli mengungkapkan bahwa beberapa biota laut seperti udang, kerang bulu, ikan gulamah, ikan kepa-kepe, kerang darah dan ikan dencis sudah tercemar Pb. Biota laut yang tercemar Cd dan Cr antara lain: cumi-cumi dan ikan gulamah dan kerang darah (Siagian, 2008). Pada penelitian Alfian (2005) diungkapkan bahwa hasil pemeriksaan kadar kadmium dalam kerang hijau, kerang bulu, dan kerang batu dari daerah Belawan telah melebihi ambang batas SNI (Standar Nasional Indonesia). Kerang dapat mengakumulasi logam lebih besar dari pada hewan air lainnya karena sifatnya yang menetap, lambat untuk dapat menghindarkan diri dari pengaruh polusi, dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi logam tertentu. Karena itu jenis kerang merupakan indikator yang sangat baik untuk memonitor suatu pencemaran linkungan (Darmono, 2001). Beberapa jenis kerang yang populer dan sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah kerang darah (Anadara granosa), kerang bulu (Anadara antiquata), dan kerang hijau (Mytilus viridis). Secara umum, kerang bersifat filter feeder non selective (menyaring makanannya) dan sessile (menetap) maka kandungan logam berat yang relatif cukup tinggi ditemukan dalam tubuhnya karena adanya akumulasi logam berat tersebut (Buwono, 2005). Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa unsur pencemar paling berbahaya adalah logam berat, termasuk arsen. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan No. 03725/B/SK/VII/1989 tentang Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
15
batas maksimum cemaran logam dalam makanan, batas maksimum arsen pada ikan dan hasil olahannya (termasuk kerang), adalah 1,0 ppm. Jika air laut telah mengandung arsen maka akan mempengaruhi kesehatan manusia yang mengonsumsi hasil laut. Pengaruh paparan arsen bisa secara akut maupun kronik. Dampak secara akut misalnya mual, muntah, hingga diare, sedangkan secara kronik dapat menyebabkan kanker paru-paru, kanker hati, dan kanker kulit. Karena adanya bahaya tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar arsen pada kerang yang berasal dari Laut Belawan. Jenis kerang yang akan diteliti adalah kerang darah (Anadara granosa), kerang bulu (Anadara antiquata), dan kerang hijau (Mytilus viridis). 1.2.
Perumusan Masalah Mengingat telah adanya penelitian dari Nature geosciences bahwa perairan
Timur Sumatera tercemar oleh arsen maka diduga Belawan adalah salah satu daerah yang ikut tercemar. Dengan adanya pencemaran tersebut kemungkinan besar biota laut, seperti kerang, akan turut terkontaminasi oleh arsen. Maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar arsen pada kerang dan bagaimana kesesuainnya dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan No. 03725/B/SK/VII/1989 . 1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui kadar arsen pada kerang yang berasal dari Laut Belawan tahun 2009. Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
16
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui kadar arsen pada kerang yang berasal dari Laut Belawan, antara lain: kerang darah, kerang bulu dan kerang hijau 2. Untuk mengetahui kadar arsen yang ada pada beberapa jenis kerang tersebut apakah memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh Keputusan Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/1989 tentang batas maksimum cemaran logam di dalam makanan 3. Untuk mengetahui laju konsumsi aman pada kerang darah 4. Untuk mengetahui laju konsumsi aman pada kerang bulu 5. Untuk mengetahui laju konsumsi aman pada kerang hijau 1.4.
Manfaat Penelitian 1. Sebagai
Informasi
bagi
konsumen untuk
mengetahui
keamanan
mengonsumsi kerang yang berasal dari laut Belawan 2. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai dampak pencemaran laut Belawan dengan mengunakan kerang sebagai bioindikator pencemaran. 3. Memberi informasi dan bahan masukan bagi Dinas Kesehatan, Badan POM tentang pencemaran logam berat pada makanan hasil laut. 4. Untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Pencemaran Laut Menurut hasil yang dicapai dalam seminar laut nasional menyebutkan fungsi
laut bagi bangsa Indonesia antara lain (Wibisono, 2005) : 1. Sebagai media komunikasi dan transportasi 2. Sebagai sumber mineral dan hasil-hasil tambangnya 3. Sebagai sumberdaya hayati laut yang dapat menghasilkan sumber protein konsumtif di samping protein hewani yang berasal dari ternak potong dan protein nabati 4. Sebagai media pertahanan dan keamanan nasional 5. Sebagai media olahraga dan sarana pariwisata yang mampu menghasilkan devisa negara. 6. Sebagai sumber ilmu pengetahuan Adanya fungsi tersebut menjadikan kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan, manusia harus menjaga kebersihan dan
kelangsungan
kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Dengan demikian, laut seakan-akan merupakan sabuk pengaman kehidupan manusia di muka bumi ini. Dilain pihak, lautan merupakan tempat pembuangan benda-benda asing dan pengendapan barang sisa yang diproduksi oleh manusia. Lautan juga menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air dari daerah pertanian dan limbah rumah tangga, dari atmosfir, sampah dan bahan buangan dari kapal, tumpahan minyak dari kapal tanker dan pengeboran minyak lepas pantai, dan masih banyak lagi bahan yang terbuang di lautan. Lautan Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
18
dapat melarutkan dan menyebarkan bahan-bahan tersebut sehingga konsentrasinya menjadi menurun, terutama di daerah laut dalam. Kehidupan laut dalam juga terbukti lebih sedikit terpengaruh daripada laut dangkal. Daerah pantai, terutama daerah muara sungai, sering mengalami pencemaran berat, yang disebabkan karena proses pencemaran yang sangat lambat (Darmono, 2001). Hal inilah yang menyebabkan laut menjadi tercemar, terutama oleh bahanbahan kimia. Pencemaran laut dapat didefenisikan sebagai dampak negatif (pengaruh yang membahayakan) terhadap kehidupan biota, sumber daya, dan kenyamanan ekosistem laut serta kesehatan manusia yang nilai guna lainnya dari ekosistem laut yang disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh pembuangan bahanbahan atau limbah (termasuk energi) ke dalam laut yang berasal dari kegiatan manusia (Dahuri, 2004). 2.1.1. Laut Sebagai Tempat Pembuangan Limbah Masalah pencemaran lingkungan pesisir dan lautan telah banyak terjadi dimana-mana, terutama di negara yang sedang berkembang. Pencemaran tersebut disebabkan karena masuknya zat-zat asing ke dalam lingkungan. Laut yang luas diperkirakan akan mampu menghancurkan atau melarutkan setiap bahan-bahan yang dibuang keperairan laut. Namun, laut sebagai sistem tentu mempunyai kemampuan daya urai yang terbatas. Akibatnya terjadi penumpukan sampah dan tercemarnya organisme-organisme laut. Limbah industri termasuk sumber bahan pencemar, walaupun sudah diproses di IPAL namun jika tidak melalui prosedur yang benar maka kualitas limbah yang Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
19
dihasilkan masih jelek. Sehingga permasalahan lingkungan masih sering muncul di daerah industri (Supriharyono, 2000). 2.1.2. Sumber-Sumber Arsen (As) di Laut Arsen (As) merupakan salah satu hasil sampingan dari proses pengolahan bijih logam non-besi terutama emas, yang mempunyai sifat sangat beracun dengan dampak merusak lingkungan. Arsen (As) digunakan untuk campuran logam lain (Pb) dalam pembuatan shot (partikel bundar berukuran pasir) dan insektisida berbentuk arsenat–Ca dan Pb. Arsen putih (As2O3) biasanya digunakan untuk membasmi rumput liar; sementara senyawa arsenik tertentu dimanfaatkan dalam peleburan gelas, pengawet kayu dan kulit, bahan pencelup, pigmen, petasan/ kembang api, dan bahan kimia. Penambangan logam mengandung As dan pembuangan tailing dengan keterlibatan atmosfir akan mempercepat mobilisasi unsur tersebut dan selanjutnya memasuki sistem air permukaan atau merembes ke dalam akifer-akifer air tanah setempat. Akibat merugikan dari arsen bagi kesehatan manusia adalah apabila terkandung lebih dari 100 ppm dalam air minum; dengan gejala keracunan kronis berupa iritasi usus, kerusakan syaraf dan sel, kelainan kulit atau melanoma serta kanker usus. Ini terjadi di negara-negara yang memproduksi emas dan logam dasar di antaranya Afrika Selatan, Zimbabwe, India, Thailand, Cina, Filipina, dan Meksiko (Herman, 2006). 2.2.
Karakteristik Arsen Arsen, arsenik, atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki simbol As dan nomor atom 33. Arsen (As) adalah metal yang mudah patah, Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
20
berwarna keperakan dan sangat toksik. Arsen (As) elemental didapat di alam dalam jumlah yang sangat terbatas, terdapat bersama-sama Cu (Slamet, 1994). Arsenik secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan sering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga beracun. Arsen memiliki titik didih 614 oC dan titik lebur 817oC. Ketika dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsenik, yang berbau seperti bau bawang putih. Arsenik dan beberapa senyawa arsenik juga dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsenik ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73 (Wikipedia, 2008). Jika dilihat dari sifat kelarutannya, terdapat perbedaan diantara beberapa persenyawaan arsen. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 2.1: Jenis jenis senyawa arsen yang terdapat di lingkungan kerja Nama Rumus Kimia Sifat fisik – kimia Arsen trioksida As2O3 atau As4O6 Larut dalam air dingin, hangat, basa dan HCL. Arsen Pentoksida As2O5 Sangat mudah larut dalam air, basa dan asam. Arsen trisulfida As2S3 Sulit larut dalam air, mudah larut dalam asam dan basa. Gallium arsenida GaAs Sedikit larut dalam air, larut dalam buffer fosfat pH 7. Arsine atau hidrogen AsH3 Gas yang tidak berwarna, arsenida tidak flamable, berbau seperti bawang putih (garlic odour). Sumber: industrial-hygiene, 2007
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
21
2.3.
Sumber dan Kegunaan Arsen
2.3.1. Sumber Arsen Seperti kebanyakan zat kimia lain, pemaparan manusia terhadap arsenik terjadi dari sumber alami, sumber industri, dan sumber pertanian. Arsenik juga dapat ditemukan dalam bijih tambang berbagai logam seperti emas, timbal, tembaga, timah, dan zink. Arsenik dilepas ke atmosfer sebagai produk samping dari peleburan bijih tambang nonfero, dari proses pembuatan pestisida, dan dari pembakaran kaca yang digunakan untuk pembuatan gelas. Karena senyawa arsenik terkadang dipakai sebagai pestisida, maka debu dan gas yang dilepaskan dari mesin pemisah biji kapas dan dari mesin pemotong tembakau mengandung arsenik (WHO, 2002). Dalam kerak bumi, arsen terdapat pada konsentrasi rata-rata 2-5 ppm. Pembakaran bahan bakar fosil terutama batubara, mengeluarkan sejumlah As2O3 ke lingkungan dan sebagian besar akan masuk ke dalam perairan. Arsen terdapat di alam bersama-sama dengan mineral fosfat dan dilepaskan ke lingkungan bersama dengan senyawa fosfor (Achmad, 2004). Meskipun arsen merupakan logam yang terdapat dimana-mana, kadarnya dalam air dan udara sehari-hari biasanya rendah. Sumber utama pajanan manusia adalah makanan, dan pada makanan hasil laut kadar arsen dapat mencapai 5 ppm (Lu, 1995). Sumber alami arsenik dalam air segar terjadi karena erosi permukaan dan erosi batu-batuan vulkanis. Air dimusim semi yang panas teryata dapat mengandung arsenik sampai 14 ppm. Organisme laut terpapar arsenik dalam konsentrasi 0.01-200 Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
22
ppm, merupakan konsentrasi yang paling tinggi dari semua binatang yang ada (WHO, 2002). 2.3.2 Kegunaan Arsen Karena arsen dapat berikatan dengan Cu membentuk CuAs sehingga didapat sebagai produk sampingan pabrik peleburan Cu. Arsen sering digunakan untuk racun tikus, pestisida, herbisida, insektisida; dan keracunan arsen pada manusia sudah sangat dikenal baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Senyawa arsen terutama digunakan di dalam pertanian dan kehutanan. Sejumlah kecil digunakan dalam industri keramik, gelas, dan sebagai aditif. Contoh penggunaan arsen trioksida pada tahun 1975-1978 adalah sebagai berikut: pembuatan zat kimia untuk pertanian (pestisida) 82%, gelas dan peralatan dari gelas (pecah belah) 8%, industri kimia seperti amalgam dari tembaga, timah hitam, dan farmasi 10%. Di dalam pertanian, senyawa timah arsenat, tembaga acetoarsenit, natrium arsenit, kalsium arsenat, dan senyawa arsen organik digunakan sebagai pestisida. Sejumlah kecil methylarsenik acid dan dimethyl arsenik acid secara selektif digunakan sebagai herbisida. Herbisida ini terutama penting untuk pembasmian sorghum halepense dalam perkebunan kapas. Bahan-bahan tersebut juga digunakan untuk pembasmian terhadap rerumputan sebagaimana "sandbur" (cenchrus sp), cocklebur (xanthium sp), dan rumput ketam dalam petak rumput. Dimethylarsinic acid digunakan sebagai silvisida dalam perlindungan hutan. Oleh karena itu pekerjanya akan terpapar senyawa ini, yang merupakan penguapan saat pemakaian. Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
23
Sedangkan dimethyl arsenik acid telah digunakan sebagai Agent Blue di perang Vietnam. Tembaga arsenat, natrium arsenat, dan seng arsenat bila ditambahkan senyawa kromat dapat digunakan untuk pengawetan kayu, yang mana senyawa ini digunakan di bawah tekanan dan bereaksi dengan kayu dan menghasilkan senyawa tidak larut dalam air. Pengawetan gelondong kayu ini tahan pada serangan jamur dan insektisida. Penggunaan arsen dalam bidang pengawetan kayu ini dari tahun ke tahun semakin bertambah. Beberapa senyawa phenyl-arsenik sebagaimana arsenik acid digunakan sebagai aditif pada peternakan ayam untuk melawan serangan penyakit. Penggunaan lain dari arsen ditemukan dalam bidang peleburan baja, di mana digunakan sebagai doping germanium dan silikon atau dalam produksi gallium arsenida dan indium arsenide ( Sukar, 2003). 2.4.
Absorbsi, Distribusi, dan Ekskresi Arsen (As) Menurut Sari yang mengutip pendapat Frank, selain menyebabkan efek lokal
di tempat kontak, suatu zat toksik akan menyebabkan kerusakan bila ia diserap oleh organisme. Absorbsi dapat terjadi melalui kulit, saluran cerna, dan saluran nafas. Selain itu sifat dan hebatnya zat kimia terhadap organisme tergantung dari kadarnya di organ sasaran. Kadar ini tidak hanya tergantung pada konsentrasi dosis yang diterima, tetapi juga pada faktor lain misalnya derajat absorbsi, distribusi, dan ekskresi (Sari, 2002). Racun arsen yang masuk ke dalam saluran cerna akan diserap secara sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh organ Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
24
tubuh. Sebagai suatu racun protoplasmik arsen melakukan kerjanya melalui efek toksik ganda, yaitu : 1. Arsen mempengaruhi respirasi sel dengan cara mengikat gugus sulfhidril (SH) pada dihidrolipoat sehingga menghambat kerja enzim yang terkait dengan transfer energi, terutama pada piruvate dan succinate oxidative pathway, sehingga menimbulkan efek patologis yang reversibel. Efek toksik ini dikatakan reversible karena dapat dinetralisir dengan pemberian dithiol, 2,3, dimerkaptopropanol (dimercaprol, BritishAnti-Lewisite atau BAL) yang akan berkompetisi dengan arsen dalam mengikat gugus sulfhidril (2,3). Selain itu sebagian arsen juga menggantikan gugus fosfat sehingga terjadi gangguan oksidasi fosforilasi dalam tubuh 2. Senyawa arsen mempunyai tempat predileksi pada endotel pembuluh darah, khususnya di dearah splanknik dan menyebabkan paralisis kapiler, dilatasi dan peningkatan permeabilitas yang patologis. Pembuluh darah jantung yang terkena menyebabkan timbulnya petekie subepikardial dan subendokardial yang jelas serta ekstravasasi perdarahan. Efek lokal arsen pada kapiler menyebabkan serangkaian respons mulai dari kongesti, stasis serta trombosis sehingga menyebabkan nekrosis dan iskemia jaringan 3.
Didalam darah, arsen yang masuk akan mengikat globulin dalam darah. Dalam waktu 24 jam setelah dikonsumsi, arsen dapat ditemukan dalam konsentrasi tinggi di berbagai organ tubuh, seperti hati, ginjal, limpa, paruparu serta saluran cerna, dimana arsen akan mengikat gugus sulfhidril dalam protein jaringan. Sebagian kecil dari arsen yang menembus blood brain
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
25
barrier. Didalam tulang arsen menggantikan posisi fosfor, sehingga arsen dapat dideteksi didalam tulang setelah bertahun-tahun kemudian Sebagian arsen dibuang melalui urin dalam bentuk methylated arsenik dan sebagian lainnya ditimbun dalam kulit, kuku dan rambut. Fakta terakhir ini penting, karena setiap kali ada paparan arsen, maka menambah depot arsen di dalam kulit, kuku dan rambut. Dalam penyidikan kasus pembunuhan dengan menggunakan arsen, adanya peracunan kronis dan berulang dapat dilacak dengan melakukan pemeriksaan kadar arsen pada berbagai bagian (fragmen) potongan rambut dari pangkal sampai ke ujungnya. Bentuk fisik senyawa arsen yang masuk ke dalam tubuh mempengaruhi efeknya pada tubuh. Menelan senyawa atau garam arsen dalam bentuk larutan lebih cepat penyerapannya dibandingkan penyerapan arsen dalam bentuk padat. Penyerapan senyawa arsen dalam bentuk padat halus lebih cepat dibandingkan bentuk padat kasar, sehingga gejala klinis yang terjadipun lebih berat juga. Secara umum efek arsen terhadap tubuh tergantung dari sifat fisik dan kimiawi racun, jumlah racun yang masuk, kecepatan absorpsi, serta kecepatan dan jumlah eliminasi, baik yang terjadi alamiah (melalui muntah dan diare) maupun buatan, misalnya akibat pengobatan. Arsen anorganik yang masuk ke tubuh wanita hamil dapat menembus pembuluh darah plasenta dan masuk ke tubuh janin. Pada keadaan ini pemberian obat BAL tampaknya aman, tetapi D-penicillamin tidak boleh diberikan karena bersifat teratogen pada janin (Atmadja, 2008). Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
26
Untuk eliminasi satu dosis terapeutik arsen dari semua jaringan (kecuali rambut dan kuku) diperlukan waktu 2 minggu. Setelah itu sejumlah kecil arsen tetap akan dijumpai dalam urin dan feses selama berbulan-bulan kemudian setelah paparan arsen jangka panjang dihentikan. Ekskresi arsen lewat urin mencapai puncaknya dalam beberapa hari setelah intake oral dosis tunggal atau setelah penghentian paparan kronis. Eliminasi melalui urin ini tidak berlangsung seragam, sehingga kadarnya dalam urin bervariasi dari hari ke hari. Dengan demikian untuk mendapatkan data akurat mengenai keadaan pasien dan respons terhadap terapi, maka pemeriksaan urin harus dilakukan pemeriksaan serial pada beberapa sampel urin 24 jam (Atmadja, 2008). 2.5.
Dampak Paparan Arsen (As) Terhadap Kesehatan Intoksikasi tubuh manusia terhadap arsen (As) dapat berakibat buruk terhadap
mata, kulit, darah, dan liver. Efek arsen terhadap mata adalah gangguan penglihatan dan kontraksi mata pada bagian perifer sehingga mengganggu daya pandang (visual fields) mata. Pada kulit menyebabkan berwarna gelap (hiperpigmentasi), penebalan kulit (hiperkeratosis), timbul seperti bubul (clavus), infeksi kulit (dermatitis)
dan
mempunyai efek pencetus kanker (karcinogenik). Pada darah, menyebabkan kegagalan fungsi sumsum tulang dan terjadinya pancytopenia (yaitu menurunnya jumlah sel darah perifer). Pada liver, mempunyai efek yang signifikan pada paparan yang cukup lama (paparan kronis), berupa meningkatnya aktifitas enzim pada liver (enzim SGOT, SGPT, gamma GT), ichterus (penyakit kuning), liver cirrhosis Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
27
(jaringan hati berubah menjadi jaringan ikat dan ascites (tertimbunnya cairan dalam ruang perut). SGOT dan SGPT merupakan dua enzim transaminase yang dihasilkan terutama oleh sel-sel hati. Bila sel-sel hati rusak, biasanya kadar kedua enzim ini meningkat sedangkan Gamma GT adalah enzim yang berhubungan dengan penanda adanya sumbatan pada kantung empedu. Pada ginjal akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage (terjadi ischemia dan kerusakan jaringan). Pada saluran pernafasan, akan menyebabkan timbulnya laryngitis (infeksi laryng), bronchitis (infeksi bronchus) dan dapat pula menyebabkan kanker paru. Pada pembuluh darah, logam berat arsen (As) dapat menganggu fungsi pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan penyakit arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah), portal hypertention (hipertensi oleh karena faktor pembuluh darah potal), oedema paru dan penyakit pembuluh darah perifer (varises, penyakit burger). Pada sistem reproduksi, efek arsen (As) terhadap fungsi reproduksi biasanya fatal dan dapat pula berupa cacat bayi waktu dilahirkan, lazim disebut efek malformasi. Pada sistem immunologi, terjadi penurunan daya tahan tubuh /penurunan kekebalan, akibatnya peka terhadap bahan karsinogen (pencetus kanker) dan infeksi virus. Pada sistem sel, efek terhadap sel mengakibatkan rusaknya mitochondria dalam inti sel menyebabkan turunnya energi sel dan sel dapat mati. Pada gastrointestinal (saluran pencernaan), arsen (As) akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta nyeri perut, mual (nausea) dan muntah (vomiting) (Sudarmaji, dkk; 2006). Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
28
2.5.1. Secara Akut Pada konsentrasi 0,05 mg/l telah menimbulkan bahaya pada lingkungan laut (Made, 1989). Apabila arsen termakan dalam jumlah yang sedikit, tanda dan gejalanya mungkin tidak akan terlihat, akibatnya diagnosis pasti tidak dapat diketahui. Tetapi bila termakan dalam jumlah besar, kematian dapat terjadi dengan mendadak dan biasanya tanpa memperlihatkan gejala klinis. Bau nafas yang khas seperti bau bawang putih tercium pada nafas korban keracunan dan hal ini dapat dipakai sebagai petunjuk yang kuat dari keracunan arsen akut. Pertama terjadi dilatasi pembuluh darah kapiler, kemudian terjadi kerusakan arteriola (arteri paru) dan myocardial (arteri otot jantung). Bila penderita dapat bertahan pada toksisitas akut ini gambaran ECG (Electro Cardiografi) terlihat abnormal dan mungkin akan terjadi selama beberapa bulan. Pada umumnya reaksi toksis pada peristiwa keracunan akut ini terjadi 30 menit sampai 1 jam setelah menelan arsen dalam dosis yang tinggi. Gejala yang terlihat menunjukkan adanya tanda-tanda radang lambung dan usus (gastroenteritis) yang parah, dimulai dengan rasa terbakarnya tenggorokan, sulit untuk menelan, dan sakit perut yang sangat. Gejala ini diikut i dengan rasa mual (nausea), rasa ingin muntah dan diare. Diare profus dengan feces bercampur air dan lendir. Gejala ini mirip dengan penyakit kolera, tetapi segera diikuti dengan diare bercampur darah. Hal ini disebabkan karena terjadinya iritasi dan pembengkakan dinding mukosa lambung yang terisi transudat (cairan dari kapiler darah). Bila vesicula pecah dan cairan masuk ke dalam saluran gastro intestinal jaringan mengelupas, plasma darah masuk dalam rongga usus dan terjadi koagulasi. Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
29
Volume cairan yang meningkat dalam usus, akan menyebabkan diare campur darah. Perdarahan saluran pencernaan dapat menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah dengan cepat sehingga sisitem sirkulasi darah menjadi kolaps. Kerusakan ginjal terjadi pada pembuluh darah kapiler dalam tubulus dan glomeroulus. Glomeroulus ginjal rusak dan terisi dengan plasma protein di dalam kapiler yang dilatasi. Tubulus ginjal menjadi nekrosis sehingga penurunan volume urine yang keluar meyebabkan annuria (tidak dapat kencing). Hasil pemeriksaan darah memperlihatkan adanya perubahan bentuk sel darah, dan jumlah sel darah merah dan putih sangat menurun. Hati menunjukkan adanya degenerasi lemak, diikuti dengan nekrosis centralis disertai dengan sirosis hepatis. Tanda-tanda toksitas arsen yang akut juga terlihat jelas dengan ditemukannya gejala rambut rontok (kebotakan/alopsea), tidak berfungsinya saraf tepi yang ditandai dengan kelumpuhan anggota gerak bagian bawah, kaki lemas, persendian tangan lumpuh, dan daya refleks menurun. 2.5.2. Secara Kronis Toksisitas kronis terjadi bila preparat arsen (As) sebagai obat, yang paling populer ialah obat penyakit kulit tertentu. Bila kulit diolesi obat yang mengandung arsen (As) dosis rendah, akan terlihat warna kemerahan pada kulit tersebut, hal ini disebabkan oleh adanya pelebaran pembuluh darah kapiler kulit (fase dilator). Bila pemberian dilakukan terus menerus akan terjadi hyperkeratosis, keratosis telapak tangan dan kaki serta dermatitis, terutama di daerah yang mengeluarkan keringat seperti ketiak dan persendian. Dermatitis disebabkan oleh pengaruh iritasi dan sensitifitas terhadap arsen (As). Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
30
Keracunan kronis juga terjadi dari dalam tubuh (per oral dosis rendah) yang terlihat dari gejala kelemahan, kelelahan, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan iritabilitas. Gejala tersebut merupakan gejala umum yang tidak menimbulkan gejala khas keracunan arsen. Gejala yang khas dari keracunan arsen ini ialah warna coklat gelap pada kulit dan perubahan kulit. Kuku menebal, terciri dengan garis putih diatas persambungan kuku. Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut. Saraf kaki akan lebih parah daripada saraf tangan, menyebabkan kelumpuhan pada saraf motorik dan sensorik. Terlihat kecenderungan terjadinya ulcer (borok) dalam saluran pencernaan, hepatitis kronis, dan sirosis. Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pancytopenia (sel darah berkurang), terutama neutropenia (sel darah putih menurun). Produksi sel darah merah terhenti dan adanya gambaran basofilik stippling. Anemia yang ada hubungannya dengan defesiensi asam folat juga terlihat. Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungannya antara toksisitas kronis dari arsentrivalen dan arsenpentavalen dengan ditemukannya kasus kanker paru, kanker limfa dan kanker kulit (Darmono, 2001). 2.6.
Kerang
2.6.1. Pengertian Kerang Kerang adalah salah satu hewan lunak (Mollusca) kelas Bivalvia atau Pelecypoda. Mereka biasanya simetri bilateral, mempunyai cangkang setangkup dan sebuah mantel yang berupa daun telinga atau cuping. Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
31
Cangkang terdiri dari tiga lapisan, yakni: a)
lapisan luar tipis, hampir berupa kulit dan disebut periostracum, yang melindungi
b)
lapisan kedua yang tebal, terbuat dari kalsium karbonat; dan
c)
lapisan dalam terdiri dari mother of pearl, dibentuk oleh selaput mantel dalam bentuk lapisan tipis. Lapisan tipis ini yang membuat cangkang menebal saat hewannya bertambah tua. Mantel dilekatkan ke cangkang oleh sederetan otot yang meninggalkan bekas
melengkung yang disebut garis mantel. Fungsi dari permukaan luar mantel adalah mensekresi zat orgnik cangkang dan menimbun kristal-kristal kalsit atau kapur. Mulut kerang terdiri dari palpus-palpus atau cuping-cuping bibir yang merupakan dua daun daun telinga terlipat dua, akar insang melekat pada tempat yang terletak diantara dua daun telinga tersebut. Dalam mengalirkan makanan ke mulut, cilia memegang peranan penting. Sebagai filter feeder, sebagian besar kerang menyaring makanannya menggunakan insang yang berlubang-lubang. Makanan utamanya adalah plankton terutama fitoplankton (Suwignyo, 2005). Plankton yang dibawa oleh arus insang (pernafasan) mengalami seleksi lagi. Beberapa jasad yang tidak dikehendaki, misal karena mereka berduri, diarahkan keakhir cuping. Di tempat ini mereka jatuh ke dalam rongga mantel dan secara berkala dikeluarkan sebagai kumpulan benda kecil, atau benda seperti feces, ke dalam air laut. Zat hara yang diterima diteruskan ke mulut dan ke kerongkongan berbulu getar yang berakhir ke perut. Partikel-partikel yang besar diteruskan ke usus, Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
32
sedangkan zat hara lainnya dikirim ke kantung atau tabung pencernaan yang mengelilingi perut. Usus memanjang membentuk lingkaran di dalam kelenjar genital, melewati atas jantung, melilit sekeliling otot pengikat, dan berlanjut sebagai rektum. Anus berbentuk corong, yang membuang feses ke luar dari mantel (Romimohtarto, 2001). Peredaran darah bivalvia adalah peredaran darah terbuka yaitu darah dari jantung ke sinus organ, ginjal, insang dan kembali ke jantung. Darah bivalvia biasanya tidak berwarna, namun kerang jenis Anadara, famili Arcidae mempunyai sel darah yang mengandung hemoglobin. Hasil ekskresi bivalvia dibuang ke rongga suprabranchia melalui nephrostome dalam rongga perikardium. Hasil buangan utama adalah amonia, dan urea, keluar dari tubuh melalui sifon ekshalant. Pembuahan bivalvia umumnya eksternal, gamet dikeluarkan melalui sifon ekshalant. Faktor yang mempengaruhi pemijahan adalah suhu air, pasang surut dan zat yang dihasilkan oleh gamet dari lawan jenisnya. Pembuahan eksternal, merupakan kekhasan bivalvia laut, mengahasilkan larva trochopore, kemudian menjadi veliger yang berenang bebas sebagai meroplankton. Veligernya mempunyai dua keping cangkang. Masa hidup larva veliger sebagai plankton bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan, sebelum akhirnya turun ke substrat. Metamorfosa dicirikan oleh lepasnya velum dengan tiba-tiba, untuk kemudian tumbuh menjadi kerang muda (Suwignyo, 2005). Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
33
2.6.2. Jenis-Jenis Kerang Jenis kerang yang sering menjadi konsumsi masyarakat, yaitu kerang darah (Anadara granosa), kerang bulu (Anadara antiquata), dan kerang hijau (Mytilus viridis) (Suwignyo, dkk, 2005). Kerang darah (Anadara granosa) dan kerang Bulu (Anadara antiquata) adalah family arcidae dan genus Anadara. Secara umum kedua kerang ini memiliki ciri morfologi yang hampir sama. Cangkang memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain pada batas cangkang. Laju pertumbuhan 0,098 mm/hari, untuk tumbuh sepanjang 4 sampai 5 mm memerlukan waktu sekitar 6 bulan (Sudradjat, 2008). Kerang hijau hidup di laut tropis seperti Indonesia, terutama di perairan pantai dan melekatkan diri secara tetap pada benda-benda keras yang ada disekelilingnya. Kerang ini tidak mati walaupun tidak terendam selama air laut surut. Kerang hijau termasuk binatang lunak, mempunyai dua cangkang yang simetris, kakinya berbentuk kapak, insangnya berlapis-lapis satu dengan lainnya dihubungkan dengan cilia. Habitat kerang hijau belum diketahui secara merata di perairan Indonesia, namun dapat dicatat karakteristik perairan yang sesuai bagi budidaya kerang hijau antara lain suhu perairan berkisar antara 27oC – 37oC, pH air antara 3 – 4, arus air dan angin tidak terlalu kuat dan umumnya pada kedalaman air antara 10 m-20 m. Kerang hijau ini merupakan hewan yang makan dengan cara filter feeder, yaitu memakan suspense terutama plankton yang ada di perairan. Umumnya hidup diperairan dengan substrat lumpur berpasir atau menempel pada substrat yang keras, batu-batuan atau kayu (Anonimous, 2009). Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
34
Perbedaan dari kedua kerang ini adalah morfologi cangkangnya. Kerang bulu (Anadara antiquata) memiliki cangkang yang ditutupi oleh rambut-rambut serta cangkang tersebut lebih tipis daripada kerang darah (Anadara granosa). Kerang darah memiliki cangkang yang lebih tebal, lebih kasar, lebih bulat, dan bergerigi dibagian puncaknya serta tidak ditumbuhi oleh rambut-rambut. Kerang Anadara biasanya hidup di pantai laut pada substrat lumpur berpasir yang kaya organik dengan kedalaman 10 m sampai 30 m (Suwignyo, dkk, 2005). Adapun klasifikasi kerang-kerang tersebut adalah (Ramadhan, 2008): 1.
Kerang Darah
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Class
: Bivalvia
Ordo
: Arcioda
Family
: Arcidae
Genus
: Anadara
Spesies
: Anadara granosa
2.
Kerang Bulu
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Class
: Bivalvia
Ordo
: Arcioda
Family
: Arcidae
Genus
: Anadara
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
35
Spesies 3.
: Anadara antiquata
Kerang Hijau
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Class
: Bivalvia
Ordo
: Mytilioda
Family
: Mytilidae
Genus
: Mytilus
Spesies
: Mytilus viridis
2.6.3. Toksisitas Logam Pada Jenis Kerang Hewan air jenis kerang-kerangan (Bivalvia) atau jenis binatang lunak (Molusca), baik jenis Clam (kerang besar) atau Oister (kerang kecil), pergerakannya sangat lambat di dalam air. Mereka biasanya hidup menetap disuatu lokasi tertentu di dasar air. Hal inilah yang mengakibatkan kerang mampu mengakumulasi logam lebih besar daripada hewan air lainnya. Jenis kerang baik yang hidup di air tawar maupun di air laut banyak digunakan sebagai indikator pencemaran logam. Hal ini disebabkan karena habitat hidupnya yang menetap atau sifat bioakumulatifnya terhadap logam berat. Karena kerang banyak dikonsumsi oleh manusia maka sifat bioakumulatif inilah yang menyebabkan kerang harus diwaspadai bila dikonsumsi terus menerus (Darmono, 2001).
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
36
2.7.
Penilaian Keamanan /Risiko Meskipun semua zat kimia bersifat toksik, pajanannya mungkin menimbulkan
risiko keracunan tetapi mungkin juga tidak, bergantung pada tingkat pajanan dan faktor lain. Karena pajanan zat kimia tidak dapat dihindari, harus dilakukan evaluasi toksikologik terhadap banyak zat kimia untuk menentukan tingkat pajanan yang kiranya tidak akan menimbulkan risiko. Beberapa badan ahli memakai istilah Acceptable Daily Intake (asupan harian yang dapat diterima) untuk evaluasi toksikologik zat kimia dalam makanan, air, dan lain-lain sebagai dasar untuk menentukan standar. Acceptable Daily Intake (ADI) dibuat oleh Komite Ahli Gabungan FAO/WHO mengenai Zat Tambahan Makanan pada tahun 1961. ADI dinyatakan dalam miligram zat kimia perkilogram berat badan (mg/kg) atau biasa juga disebut dengan ppm (part per million). Dari nilai Acceptable Daily Intake dapat diestimasikan suatu dosis – aman dengan menggunakan pendekatan matematis untuk memperkirakan dosis yang tampaknya aman pada tingkat pajanan tertentu (Lu, 1995). Menurut Rahman untuk melakukan analisis pajanan perlu diketahui jalur-jalur pajanan risk agent ( inhalasi, ingesti, dan absorbsi) dan menghitung asupan risk agent dengan rumus persamaan intake :
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
37
C x R x fE x Dt I= Wb x tAvg
Keterangan : I = Intake (asupan) (mg/kg/hari) C = Konsentrasi risk agent (mg/kg) R = Laju (rate) asupan (kg/hari) fE = Frekuensi pajanan tahunan (350 hari/thn) Dt = Durasi pajanan, 30 tahun proyeksi Wb = Berat badan (kg) tAvg = Periode waktu rata-rata, 70 tahun x 365 hari Menurut Sediaoetama (2008) berat badan rata –r ata untuk laki-laki dewasa adalah 55 kg sedangkan berat badan untuk perempuan dewasa adalah 47 kg. Setelah diperoleh nilai I maka diuji apakah nilai tersebut masih aman untuk dikonsumsi dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan rumus : ECR ECR = I x CSF
I = CSF
Keterangan : ECR = Excess Canser Risk CSF = Cancer Sloped factor (1,5 x10-5) ECR (Excess Canser Risk) adalah penghitungan risiko kasus kanker yang akan terjadi dalam setiap 100.000 penduduk jika nilai asupan sebesar I. ECR ≥ 1 x 10 -5 artinya dalam 100.000 penduduk terdapat tambahan kasus kanker, maka kadar arsen (As) yang terkandung dalam setiap 1 kg kerang tidak aman bila dikonsumsi dengan jumlah tertentu dan sampai waktu tertentu ECR < 1 x 10-5 artinya dalam 100.000 penduduk tidak terdapat tambahan kasus, maka kadar arsen (As) yang terkandung dalam setiap 1 kg kerang masih aman bila Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
38
dikonsumsi dengan jumlah tertentu dan sampai waktu tertentu. Untuk memperoleh banyaknya kerang yang aman dikonsumsi perhari maka harus diketahui nilai I jika nilai ECR < 1 x 10-5. Setelah diperoleh nilai I maka dapat diperoleh niai Laju Konsumsi Aman (R) dengan rumus :
RfD x Wb x tAvg R= C x fE x Dt Keterangan : R = Laju konsumsi aman (kg/hari) RfD = Reference Dosis, sama dengan I yang diperoleh jika ECR (Excess Cancer Risk) < 1 2.8.
Kerangka Konsep SK Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/1989
1. Kerang darah (Anadara granosa) 2. Kerang bulu (Anadara antiquata) 3. Kerang hijau (Mytilus viridis)
Memenuhi Syarat Kadar Arsen (As) Tidak Memenuhi Syarat Pemeriksaan Laboratorium
Laju Konsumsi Aman Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian Penelitian ini adalah survai bersifat deskriptif sederhana yaitu mengetahui
gambaran kadar kandungan arsen (As) pada kerang (bivalvia) yang berasal dari Laut Belawan tahun 2009. 3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Belawan, di Laboratorium Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dan di Balai Teknologi Kesehatan Lingkungan-Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL-PPM). Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena kawasan Medan Belawan merupakan daerah padat industri dan berdasarkan penelitian Journal Nature Geoscience perairan Belawan diduga telah tercemar arsen. 3.2.2. Waktu Penelitian Waktu penelitian pada Mei 2009 sampai dengan Juni 2009 3.3.
Objek Penelitian Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kerang yang berasal dari laut
Belawan. Diambil tiga ekor kerang dengan jenis kerang yang berbeda yaitu kerang darah (Anadara granosa), keramg bulu (Anadara antiquata), dan kerang hijau (Mitylus viridis) Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
40
3.4.
Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer Pengumpulan data dilakukan secara observasi langsung ke Medan Belawan, kemudian sampel dipreparasi di Laboratorium Bioimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara lalu untuk mengetahui kadar arsen (As) dilakukan pemeriksaan di Balai Teknologi Kesehatan LingkunganPemberantasan Penyakit Menular (BTKL-PPM). 3.4.2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Balai POM Medan dan literatur-literatur yang berhubungan serta mendukung penelitian. 3.5.
Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium disajikan dalam
bentuk tabel distribusi menurut jenis kerang dan pembahasan dilakukan secara deskriptif. Berdasarkan Lampiran Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan No. 03725/B/SK/VII/1989 tentang batas maksimum cemaran logam dalam makanan, batas maksimum arsen pada ikan dan hasil olahannya (termasuk kerang ), adalah 1,0 ppm 3.6.
Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposif sampling, yaitu
sampel ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang tidak terambil mempunyai mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2002) Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
41
3.7.
Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapkan segala sesuatu untuk pengambilan sampel, misalnya catatan tentang jenis dan kondisi kerang. 2. Kumpulkan tiga sampel dengan masing-masing jenis yang berbeda dan berasal dari Laut Belawan dan dimasukkan kedalam kantung plastik untuk menghindari penambahan pencemaran. 3. Membawa sampel kerang ke laboratorium dengan tujuan preparasi dan pemeriksaan kadar arsen pada kerang 4. Preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dan Pemeriksaan kadar Arsen (As) dilakukan di Balai Teknologi Kesehatan Lingkungan-Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL-PPM) pada Juni 2009
3.8.
Alat dan Bahan
3.8.1. Alat 1. Kjehdal Aparatus 2. ICP (Inductively Coupled Plasma) 3. Neraca analitik kapasitas 200 g, ketelitian 0,1 4. Beaker glass 5. Gelas ukur 6. Labu kjehdal 7. Labu ukur 50 ml 8. Pipet tetes Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
42
9. Spatula 3.8.2. Bahan 1.
Asam sulfat (H2SO4) p.a
2.
Asam nitrat (HNO3) p.a
3.
Asam perklorat (HClO4) p.a
4.
Air suling
3.9.
Cara Kerja Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu destruksi kerang dengan
menggunakan Kjehdal aparatus dan dengan menggunakan ICP (Inductively Coupled Plasma) untuk dapat menganalisa kadar arsen pada kerang. 3.9.1. Preparasi sampel (Standar Nasional Indonesia 01-4866-1998) Sebelum dilakukan pemeriksaan kadar arsen pada kerang maka kerang harus dipreparasi terlebih dahulu dengan proses destruksi yang dilakukan oleh peneliti dibantu laboran. Adapun prosedur kerja yang dilakukan yaitu: 1. Timbang 10 gr kerang dalam labu kjehdal 2. Tambah 20 mL H2SO4 p.a dan 15 mL HNO3 p.a 3. Setelah reaksi selesai, panaskan dan tambahkan lagi HNO3 p.a sedikit demi sedikit, panaskan lagi hingga sampel berwarna coklat atau kehitaman 4. Tambah 10 mL HClO4 sedikit demi sedikit, panaskan lagi hingga larutan menjadi jernih atau berwarna kuning (Jika terjadi pengarangan setelah penambahan HClO4, tambahkan lagi sedikit HNO3 p.a) 5. Masukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan himpitkan dengan air suling Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
43
6. Setelah dingin masukkan larutan destruksi ke dalam labu ukur 50 ml dan himpitkan dengan air suling 3.9.2. Analisis Kadar Arsen dengan Metode ICP (Inductively Coupled Plasma) ICP adalah alat untuk pengujian/deteksi parameter logam. Adapun prosedur kerja penggunaan ICP adalah: 1. Hidupkan komputer 2. Alirkan gas argon, tunggu 5 menit 3. Hidupkan instrumen ICP, tunggu 10 menit 4. Hidupkan water chiller, tunggu 5 menit sampai temperatur stabil (190C-200C) 5. Buka ICP software, klik instrumen icon 6. Klik W/L Calib, tunggu ICP selesai wavelength calibration 7. Masukkan blank (=aquadest) 8. Hidupkan plasma, tunggu 5 menit sampai stabil 9. Setting parameter yang diperlukan. Setiap ada perubahan angka setting, klik read spectrum 10. Klik standard dan masukkan jumlah standar, nilai standar (0,01 mg/L; 0,03 mg/L; 0,05 mg/L; 0,1 mg/L; 0,25 mg/L; 0,5 mg/L) 11. Masukkan sample number dan calibration solution 12. Setelah klik OK, Klik manual sample source 13. Klik analysis page 14. Pilih standar dan sampel yang akan dianalisa, aktifkan dengan cara diblok, klik kanan, dan pilihlah select for analysis, kemudian klik start icon arsen, Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
44
maka kadar arsen yang terkandung pada larutan destruksi kerang akan terbaca pada layar komputer 15. Setelah selesai mengukur standar dan sampel, celupkan blanko selama 3 menit 16. Matikan plasma, tutup worksheet, tutup ICP software 17. Matikan water chiller 18. Matikan ICP instrument 19. Matikan komputer 20. Matikan exhaust sistem, tutup gas 3.10. Definisi Operasional 1. Kerang adalah binatang laut yang merupakan salah satu jenis Mollusca dengan ciri-ciri mempunyai tubuh yang pipih, mempunyai cangkang, adanya mantel yang melekat di bawah cangkang. 2. Kadar arsen (As) dalam kerang adalah banyaknya arsen yang ditemukan dalam sample melalui pemeriksaan laboratorium dalam satuan ppm. 3. Memenuhi syarat adalah jika kadar arsen (As) dalam kerang belum melebihi Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan, Depkes RI yaitu 1,0 ppm 4. Tidak memenuhi syarat adalah jika kadar Arsen (As) dalam kerang melebihi Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan, Depkes RI yaitu 1,0 ppm 5. Laju konsumsi aman adalah estimasi jumlah maksimal pengonsumsian kerang yang diperbolehkan dalam setiap hari untuk menghindari akumulasi arsen (As) dalam tubuh Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
45
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu wilayah yang terletak di Kota Medan. Luas wilayahnya adalah 2.192 Ha yang terdiri dari enam kelurahan. Batas-batas wilayah Belawan : a. Sebelah Utara
: Selat Malaka
b. Sebelah Timur
: Percut Sei Tuan
c. Sebelah Selatan
: Kecamatan Medan Labuhan
d. Sebelah Barat
: Hamparan Perak
Jumlah penduduk di kecamatan tersebut adalah 117.498 jiwa dengan 23.177 KK. Pada wilayah kerjanya terdapat 4 rumah sakit 1 puskesmas induk dan 4 puskesmas pembantu. Kecamatan Medan Belawan adalah daerah pesisir Kota Medan dan merupakan wilayah bahari dan maritim yang berbatasan langsung pada Selat Malaka. Di Kecamatan Medan Belawan ini terdapat Pelabuhan Belawan yang merupakan pelabuhan terbuka untuk perdagangan internasional, regional dan nasional. Pelabuhan Belawan ini merupakan urat nadi perekonomian Sumatera Utara khususnya arus keluar masuk barang dan penumpang melalui angkutan laut, sehingga Kota Medan dikenal dengan pintu gerbang Indonesia bagian Barat (Medan Dalam Angka, 2007). Tidak semua kelurahan yang ada di Medan Belawan merupakan tempat pendistribusian kerang. Daerah yang menjadi tempat pendistribusian kerang dari nelayan kepenjual adalah kelurahan Bagan Deli. Para penjual kemudian memasarkan Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
46
kerang baik ke pasar tradisional setempat ataupun ke daerah lain hingga akhirnya kerang sampai kepada konsumen. 4.2.
Hasil Pemeriksaan Kadar Arsen (As) pada Kerang yang Berasal dari Laut Belawan dengan Metode Inductively Coupled Plasma (ICP) Hasil pemeriksaan kandungan arsen (As) pada seluruh sampel yang berasal
dari perairan Belawan menunjukkan bahwa kandungan arsen (As) tersebut masih berada di bawah baku mutu yang telah ditetapkan oleh Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/1989 Tentang Batas Maksimum Cemaran Logam pada Makanan yaitu sebesar 1,0 ppm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Arsen (As) pada Kerang yang Berasal dari Perairan Belawan Tahun 2009
No
Jenis Kerang
Hasil Pengukuran (ppm) 0,05382
1,0 ppm
Standar
1
Kerang Darah
2
Kerang bulu
0,04259
1,0 ppm
3
Kerang Hijau
0,04522
1,0 ppm
Metode
ICP
Keterangan: ppm : part per million ICP : Inductively Coupled Plasma Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kandungan arsen (As) tertinggi terdapat pada kerang darah sebesar 0,05382 ppm sedangkan terendah pada kerang bulu yaitu sebesar 0,04259 ppm. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa kandungan arsen pada seluruh sampel masih berada di bawah nilai ambang batas yang telah ditetapkan.
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
47
4.3.
Perhitungan Laju Konsumsi Aman (R) Meskipun konsenterasi arsen (As) dalam kerang masih di bawah ambang
batas, namun karena sifat arsen (As) yang dapat terakumulasi dalam tubuh maka jika dikonsumsi dalam jangka waktu dan jumlah tertentu akan menimbulkan dampak bagi kesehatan. Oleh karena itu harus diketahui jumlah konsumsi maksimum kerang perhari agar kadar arsen (As) tidak sampai terakumulasi dalam tubuh. Untuk mengetahuinya dengan menggunakan rumus Intake (I), Excess Cancer Risk (ECR), dan Laju Konsumsi aman (Rate) (Rahman, 2008). 4.3.1 Kerang Darah (Anadara granosa) Nilai Asupan (I), jika diasumsikan laju asupan kerang darah perhari sebanyak 0,25 kg, selama 350 hari pertahun dalam jangka waktu 30 tahun dan berat badan 55 kg. C x R x fE x Dt I= Wb x tAvg 0,05382 mg/kg x 0,25 kg/hari x 350 hari/thn x 30 thn I= 55kg x 365 hari x 70 I = 1,01 x10-4 mg/kg/hari Artinya terdapat 0,0000101 mg arsen (As) dalam setiap 1 kilogram kerang yang dimakan setiap hari. Untuk menguji apakah nilai asupan (I) ini masih aman jika dikonsumsi dalam jumlah dan waktu teretentu, maka dicari nilai Excess Cancer Risk (ECR). Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
48
ECR = I x CSF = 1,0 1x10-4 mg/kg/hari x 1,5 x 10-5 = 1,51x10-5 mg/kg/hari Nilai ECR ini menunjukkan bahwa ada kasus tambahan kanker setiap 100.000 penduduk. Karena nilai ECR≥ 1 maka kerang darah tidak
aman bila dikonsumsi
sebanyak 0,25 kg selama 350 hari/tahun dalam jangka waktu 30 tahun oleh orang dengan berat badan 55 kg atau kurang. Jika diasumsikan nilai ECR sebesar 0,4 x 10-5 maka dapat diketahui nilai I (RfD). 0,4 x 10-5 I=
= 1,5 x 10
0,000027 mg/kg/hri
-5
Dengan asumsi nilai 0,000027 mg/kg/hari, dapat diperoleh nilai laju konsumsi aman kerang perhari yaitu : RfD x Wb x tAvg
0,000027 x 55 x 70 x365
R=
= C x fE x Dt
0,05382 x 350 x 30 =
0,067 kg/hari
Maka banyak kerang darah yang aman dikonsumsi adalah 0,067 kg/hari. 4.3.2 Kerang Bulu (Anadara antiquata) Nilai Asupan (I), jika diasumsikan laju asupan kerang bulu perhari sebanyak 0,25 kg, selama 350 hari pertahun dalam jangka waktu 30 tahun dan berat badan 55 kg.
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
49
C x R x fE x Dt I= Wb x tAvg 0,04259 mg/kg x 0,25 kg/hari x 350 hari/thn x 30 thn I= 55kg x 365 hari x 70 I = 0,795 x10-4 mg/kg/hari Artinya terdapat 0,0000795 mg arsen (As) dalam setiap 1 kilogram kerang yang dimakan setiap hari. Untuk menguji apakah asupan (I) masih aman jika dikonsumsi dalam jumlah dan waktu teretentu, maka dicari nilai Excess Cancer Risk (ECR). ECR = I x CSF = 0,795 x 10-4 mg/kg/hari x 1,5 x 10-5 = 1,2x10-5 mg/kg/hari Nilai ECR ini menunjukkan bahwa ada kasus tambahan kanker setiap 100.000 penduduk. Karena nilai ECR≥ 1 maka kerang bulu tidak aman bila dikonsumsi sebanyak 0,25 kg selama 350 hari/tahun dalam jangka waktu 30 tahun oleh orang dengan berat badan 55 kg atau kurang. Jika diasumsikan nilai ECR sebesar 0,4 x 10-5 maka dapat diketahui nilai I (RfD). 0,4 x 10-5 I=
= 1,5 x 10
0,000027 mg/kg/hri
-5
Selanjutnya dapat diperoleh nilai laju konsumsi aman kerang perhari yaitu : RfD x Wb x tAvg
0,000027 x 55 x 70 x365
R=
= C x fE x Dt
0,04259 x 350 x 30 =
0,085 kg/hari
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
50
Maka banyak kerang bulu yang aman dikonsumsi adalah 0,085 kg/hari.
4.3.3 Kerang Hijau (Myttlus viridis) Nilai Asupan (I), jika diasumsikan laju asupan kerang hijau perhari sebanyak 0,25 kg, selama 350 hari pertahun dalam jangka waktu 30 tahun dan berat badan 55 kg. C x R x fE x Dt I= Wb x tAvg 0,04522 mg/kg x 0,25 kg/hari x 350 hari/thn x 30 thn I= 55kg x 365 hari x 70 I = 0,85 x 10-4 mg/kg/hari Untuk menguji apakah asupan (I) masih aman jika dikonsumsi maka dicari nilai Excess Cancer Risk (ECR). ECR = I x CSF = 0,85 x 10-4 mg/kg/hari x 1,5 x 10-5 = 1,28x10-5 mg/kg/hari Nilai ECR ini menunjukkan bahwa ada kasus tambahan kanker setiap 100.000 penduduk. Karena nilai ECR ≥ 1 maka kerang hijau tidak
aman bila dikonsumsi
sebanyak 0,25 kg selama 350 hari/tahun dalam jangka waktu 30 tahun oleh orang dengan berat badan 55 kg atau kurang. Jika diasumsikan nilai ECR sebesar 0,4 x 10-5 maka dapat diketahui nilai I (RfD). 0,4 x 10-5 I=
= 1,5 x 10
0,000027 mg/kg/hri
-5
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
51
Selanjutnya dapat diperoleh nilai laju konsumsi aman kerang perhari yaitu : RfD x Wb x tAvg
0,000027 x 55 x 70 x365
R=
= C x fE x Dt
0,04522 x 350 x 30 =
0,077 kg/hari
Maka banyak kerang hijau yang aman dikonsumsi adalah 0,077 kg/hari
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
52
BAB V PEMBAHASAN 5.1.
Arsen (As) pada Kerang Penelitian ini dilakukan karena arsen sebagai logam berat merupakan salah
satu zat kimia yang tidak diinginkan terdapat dalam makanan. Namun kandungan arsen (As) pada bahan makanan masih memiliki batas maksimum. Pemeriksaan kadar arsen (As) dalam beberapa jenis kerang pada penelitian ini menggunakan metode Inductively Coupled Plasma (ICP). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ternyata kadar arsen (As) masih memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan, Depkes RI yaitu 1,0 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa kerang yang berasal dari laut Belawan masih aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kerang darah memiliki kandungan arsen (As) lebih tinggi daripada kerang bulu dan kerang hijau. Hal ini menunjukkan bahwa jika orang yang memiliki berat badan 55 kg ingin mengonsumsi kerang setiap hari selama 30 tahun maka estimasi jumlah yang paling sedikit untuk dimakan adalah kerang darah. Berdasarkan rumus yang ada dapat dianalisa bahwa semakin tinggi berat badan seseorang maka akan semakit tinggi laju konsumsi amannya. Artinya orang yang memiliki berat badan 60 kg akan lebih aman mengonsumsi kerang jika dibandingkan dengan orang dengan berat badan 55 kg.
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
53
Adanya kandungan arsen pada kerang diasumsikan bahwa laut Belawan merupakan muara sungai yang dilalui daerah-daerah industri sehingga limbah dari industri kemungkinan telah mencemari air sungai tersebut. Menurut penelitian Bapedalda Sumut (2003) di 10 titik di sungai Belawan terungkap, sebanyak empat titik kandungan logam berat jauh melampaui ambang batas. Keempat titik tersebut adalah bagian hilir Sei Krio, Kampung Lalang, Kelambir Lima, dan Hamparan Perak. Pencemaran yang terparah terjadi di bagian hilir sungai, yaitu Hamparan Perak dengan kandungan Hg mencapai 0,7012 mg/l. Padahal menurut standar baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, kandungan Hg yang aman adalah 0,002 mg/l. Tingginya kandungan logam berat ini diduga disebabkan pembuangan limbah dari puluhan industri yang berada di sekitar sungai. Menurut Astri (2004) yang mengutip pendapat Perdana, sedikitnya terdapat 24 industri yang berada di sekitar daerah aliran sungai Belawan yang diduga membuang limbah ke sungai. Jenis industri di sekitar daerah sungai tersebut yaitu industri baterai kering, pelapisan logam, pembuatan pipa PVC, pabrik minyak inti sawit, pupuk dolimit, alat-alat berat, kawat kasar, pengawetan kayu, pembuatan kapur, etanol, pabrik arang, dan sejumlah peternakan hewan (Astrie, 2004). Industri-industri tersebut dianalisa berkonstribusi terhadap pencemaran arsen (As) pada air laut. Air laut yang telah mengandung arsen (As) yang berasal dari sisasisa buangan limbah industri akan terserap oleh plankton algae, selanjutnya plankton algae ini merupakan makanan dari kerang dan binatang laut lainnya. Akibatnya melalui rantai makanan ini dalam tubuh kerang terdapat arsen. Apabila kerang-kerang Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
54
tersebut dimakan oleh manusia, akan terjadi penumpukan arsen (As) dalam tubuh manusia dan hal ini akan menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia Hasil penelitian sebelumnya yang mengambil sampel kerang dari Teluk Jakarta diperoleh bahwa kandungan kadmium pada kerang darah juga relatif lebih tinggi daripada kerang lainnya (1,06 ppm) oleh karena itu kerang darah lebih baik dipakai sebagai bioindikator dibanding jenis kerang lainnya (Inswiasri, 1995). 5.2.
Risiko Konsumsi Kerang Mengandung Arsen (As) Melalui Perhitungan Acceptable Daily Intake Kerang merupakan makanan berprotein yang dapat diolah menjadi berbagai
jenis makanan misalnya kerang rebus, sate kerang, dan lain sebagainya. Berbagai jenis makanan hasil olahan kerang digemari oleh masyarkat. Menurut Siregar (2004), untuk mengevaluasi terjadinya pencemaran melalui rantai makanan, perlu diketahui pola makan, meliputi air yang diminum, makanan (ikan dan jenis makanan lain) dan udara serta kadar pencemar logam berat yang terkait dengan pemaparan terhadap manusia. Kandungan zat pencemar tersebut dievaluasi dengan membandingkan terhadap baku mutu. Berdasarkan hasil penelitian ternyata terdapat kandungan arsen di dalam kerang dan kandungan tersebut masih sesuai dengan baku mutu. Walaupun demikian, perlu dilakukan manajemen risiko arsen dengan mengestimasikan laju konsumsi aman terhadap kerang. Kadar arsen pada kerang darah adalah 0,05382 ppm, dari kadar arsen dengan jumlah ini ternyata kerang darah sebanyak 0,25 kg belum aman dikonsumsi oleh orang dengan berat badan 55 kg atau kurang selama 350 hari pertahun dalam jangka Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
55
waktu 30 tahun. Berdasarkan perhitungan laju konsumsi aman, ternyata konsumsi kerang darah yang dianjurkan adalah 0,067 kg /hari atau sekitar 6 ekor kerang. Kadar arsen pada kerang bulu adalah 0,04259 ppm, dari kadar arsen dengan jumlah ini ternyata kerang bulu sebanyak 0,25 kg belum aman dikonsumsi oleh orang dengan berat badan 55 kg atau kurang selama 350 hari pertahun dalam jangka waktu 30 tahun. Berdasarkan perhitungan laju konsumsi aman, ternyata konsumsi kerang bulu yang dianjurkan adalah 0,085 kg/hari atau sekitar 8 ekor kerang. Kadar arsen pada kerang hijau adalah 0,04522 ppm, dari kadar arsen dengan jumlah ini ternyata kerang hijau sebanyak 0,25 kg belum aman dikonsumsi oleh orang dengan berat badan 55 kg atau kurang selama 350 hari pertahun dalam jangka waktu 30 tahun. Berdasarkan perhitungan laju konsumsi aman, ternyata konsumsi kerang hijau yang dianjurkan adalah 0,077 kg /hari atau sekitar 8 ekor kerang.
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
56
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1. Kandungan arsen (As) pada kerang darah (Anadara granosa) adalah 0,05382 ppm 2. Kandungan arsen (As) pada kerang bulu (Anadara antiquata) adalah 0,04259 ppm 3. Kandungan arsen (As) pada kerang hijau (Mytilus viridis) adalah 0,04522 ppm 4. Kadar arsen (As) yang terdapat pada kerang darah, kerang bulu, dan kerang hijau masih berada di bawah ambang batas yang telah ditetapkan oleh Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/1989 tentang batas maksimum cemaran logam didalam makanan, dan batas maksimum untuk arsen (As) yaitu 1,0 ppm 5. Laju konsumsi aman kerang darah jika dikonsumsi selama 350 hari dalam jangka waktu 30 tahun oleh orang dengan berat badan 55 kg adalah 0,067 kg/hari atau sekitar 6 ekor kerang 6. Laju konsumsi aman kerang bulu jika dikonsumsi selama 350 hari dalam jangka waktu 30 tahun oleh orang dengan berat badan 55 kg adalah 0,085 kg/hari atau sekitar 8 ekor kerang 7. Laju konsumsi aman kerang hijau jika dikonsumsi selama 350 hari dalam jangka waktu 30 tahun oleh orang dengan berat badan 55 kg adalah 0,077 kg/hari atau sekitar 8 ekor kerang Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
57
6.2. Saran 1. Perlu dilakukan pengawasan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan terhadap setiap industri agar melakukan pengolahan limbah sebelum limbah tersebut dibuang ke badan air. 2. Mengingat bahaya arsen (As) terhadap kesehatan maka perlu dilakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai batas maksimum konsumsi kerang yang berasal dari laut Belawan. 3. Balai Pengawas Obat dan Makanan perlu menginformasikan kepada masyarakat bahwa kerang yang berasal dari laut Belawan mengandung arsen dan kandungan arsen masih berada di bawah ambang batas yang telah ditetapkan 4. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan analisis kadar arsen pada air tanah penduduk dan pemeriksaan kadar logam berat lainnya pada kerang
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
58
DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2008. Arsen. “http://id.wikipedia.org/wiki/Keracunan_arsenik”. Diakses September 2008.
(online). tanggal 15
Anonimous, 2008. Budi Daya Kerang Hijau. (online). “http:///www.Filepesisir_Budidaya_Kerang_Hijau.pdf”. Diakses tanggal 9 Desember 2008. Acmad, Rukaesih, 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi Alfian, Zul, 2005. Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd) Dari Kerang yang diperoleh dari daerah Belawan Secara Spektrofotometer Serapan Atom. Jurnal Sains Kimia. Vol 9 No 2.Universitas Sumatera Utara. Arifin, Syamsul, 2008. Racun Arsenik Cemari Air Tanah di Pantai Timur Sumut. (online). “http://www.SumutCyber.com. Diakses Tanggal 14 September 2008 . Astrie,
2004. Air Sungai Belawan Bahaya Dikonsumsi. (online). http://www.Kompas.pdf.com/Astrie’s_document/product/onweb/berita/air. diakses tanggal 3 Juni 2009.
Atmadja, Djaja Surya, 2008. Deteksi Dini dan Tatalaksana Intoksikasi Arsen. (online). “http://www.freeweb.com/arsenpapdi/distribusarsen.html”. Diakses Tanggal 17 September 2008. , 2008. Deteksi Dini dan Tatalaksana Intoksikasi Arsen. (online). “http://www.freewebs.com/arsenpapdi/ekskresiarsen.html. Diakses Tanggal 17 September 2008. Azhar, Chairul, 2004. Kandungan Logam Berat Cd (Cadmium), Pb (Timah Hitam), Dan Zn (Seng) dalam Daging Ikan Bandeng, Ikan Baronang, dan Ikan Kakap Putih Yang Diperoleh dari Perairan Belawan. Jurnal Komunikasi Penelitian. Jakarta: USU Press. Buwono, Ibnu Dwi, dkk, 2005. Upaya Penurunan Kandungan Logam Hg (Merkuri) Dan Pb (timbal) pada kerang hijau (Mytilus viridis) Dengan Konsentrasi dan waktu perendaman Na2CaEDTA yang berbeda. Jurnal Bionatura, Vol 7 No 3. Chahaya, Indra, 2003. Ikan sebagai alat Monitor Pencemaran. “http://id.USU digitallibrary/fkm-indra c2.pdf”. Diakses tanggal 2 Desember 2008. Dahuri, Rokhmin, dkk, 2004. Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
59
Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: UI Press. Departemen Kesehatan RI, 1992. Protap Juklak dan Juknis Pengamanan Makanan KTT Non Blok ke 10. Jakarta Dir Jen POM, 1989. Keputusan Dir Jen POM No. 03725/B/SK/VII/1989 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Pada Makanan. Jakarta Herman, Danny Zulkifli, 2006. Tinjauan terhadap tailing mengandung unsur pencemar Arsen (As), Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) dari sisa pengolahan bijih logam. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 1 Industrial Hygiene Indonesia, 2007. “http://industrialhygiene.com/2007/05/arsen.html”. Desember 2008.
Arsen. Diakses
(online). tanggal 30
Inswiasri, dkk, 1995. Kandungan Logam Cadmium Dalam Biota Laut Jenis Kerang-Kerang Dari Teluk Jakarta. http://cdk_103_makanan_dan_kesehatan.pdf. Diakses tanggal 18 November 2008. Lu, Frank, 1995. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Risiko. Edisi II. Jakarta: UIP Medan
Dalam Angka, 2007. Medan Belawan. (online). “http://pemkomedan.go.id/mdnbel.php. Diakses Tanggal 26 April 2009.
Misran, Erni, 2002. Aplikasi Teknologi Berbasiskan Membran dalam Bidang Bioteknologi Kelautan: Pengendalian Pencemaran. “http://library.usu.ac.id/download/ft/kimia-erni.pdf”.Diakses Tanggal 17 Oktober 2008 Notoatmodjo, Soekidjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Politeknik Negeri Lhoksumawe, 2008. Pencemaran Arsenic ancam sumber air tanah di Sumatera. (online).”http:///www.iptek.net.id. Diakses tangggal 19 September 2008. Ramadhan, 2008. Identifikasi Formalin pada Produk Perikanan. (online). “http//www.wahyu_ramadhan.blogspot.com. Diakses Tanggal 18 Mei 2009. Rahman, Abdur, 2007. Public Health Assasment: Model Kajian Prediktif Dampak Lingkungan dan Aplikasinya Untuk Manajemen Risiko Kesehatan. FKM UI: Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri. Diakses tanggal 14 September 2008 Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
60
Romimohtarto, Kasijan, 2001. Biota Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan Sari, Halinda, 2002. Deteksi dan Pengendalian Keracunan Arsen pada Pekerja. Majalah Kesehatan Masyarakat, Vol. VI N0 1. Penerbit : FKM USU Sediaoetama, Daeni Ahmad, 2008. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat Siagian, Lestina, 2008. Pengaruh Pencemaran Logam Berat Pb, Cd, Cr Terhadap Biota Laut Dan Konsumennya Di Kelurahan Bagan Deli Belawan. “http//www.USU Library: Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.ac.id. Diakses tanggal 11 November 2008 Siregar, P. Raja, 2006. Singkap Buyat. (online).”http:///www. Isi Buyat Out Put.pmd”. Diakses tanggal 27 November 2008. Slamet, Juli Soemirat, 1994. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Gajah Mada University Press. Standar Nasional Indonesia 01-4866-1998. Penetapan Kadar Arsen. Sudarmaji, J.Mukono, Corie I.P. 2006. Toksikologi Logam Berat B3. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Sudradjat, Ahmad, 2008. Budi Daya 23 Komunitas Laut yang Menguntungkan. Jakarta: Penebar Swadaya. Sukar. 2003. Sumber dan Terjadinya Arsen di Lingkungan. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 2 No 2. Supardi, Imam. 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung: Alumni. Edisi 2 Cetakan 2. Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Suwignyo, Sugiarti, dkk. 2005. Avertebrata Air Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya. WHO. 2002. Bahaya Bahan Kimia Pada Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC Wibisono, M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta: Gramedia
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
61
Lampiran-lampiran Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian
Gambar lampiran 6.1. Jenis Kerang darah (Anadara granosa)
Gambar lampiran 6.2. Jenis Kerang bulu (Anadara antiquata) Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
62
Gambar lampiran 6.3. Jenis Kerang hijau (Mytilus viridis)
Gambar lampiran 6.4. Ketiga jenis kerang diletakkan pada beaker glass
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
63
Gambar lampiran 6.5. Kerang ditimbang dengan neraca analitik
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
64
Gambar lampiran 6.6. Kerang yang sudah ditetesi latutan, didestruksi menggunakan Kjehdal apparatus
Gambar lampiran 6. 7. Gambar larutan setelah proses destruksi selesai, larutan berubah warna
Gambar lampiran 6.8. Jenis kerang darah dan kerang bulu setelah didestruksi, dianalisa menggunakan ICP
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
65
Gambar lampiran 6.9. Jenis kerang hijau setelah didestruksi, dianalisa menggunakan ICP
Gambar lampiran 6.10. Hasil pengukuran kadar arsen dibaca menggunakan sistem komputer Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
66
Nur Havati : Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009, 2009.
67