ANALISIS JAM KERJA DAN UPAH TENAGA EDUKATIF DI LUAR TUGAS UTAMA SEBAGAI PNS BERDASARKAN UU RI NO 13 TENTANG KETENAGAKERJAAN DI KOTA MAKASSAR MADRIS (Tenaga edukatif pada Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar)
Abstrak
Penelitian ini menggunakan data primer, 2006. Populasi adalah tenaga edukatif PTN yang berpendidikan minimal S2 dan golongan IIIc, sampel sebesar 220 responden, dipilih secara purposive sampling dengan kuota tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurva penawaran bertentangan dengan pola penawaran penawaran tenaga kerja secara teoretis, yakni awalnya mengarah negatif (hubungan negatif) kemudian balik menjadi hubungan positif, jadi berbentuk ” Forward bending supply curve”. Upah yang diterima tenaga edukatif di luar pekerjaan utama sebgai PNS tidak bertentangan dengan penetapan upah minimum propinsi (UMP) dan peraturan pengupahan nasional yang tertuang dalam pasal 88 Undangundang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Penggunaan waktu di luar jam kerja pokok sebagai PNS untuk mengajar dapat nampak bahwa 55,70 persen tenaga edukatif PTN yang mengajar di perguruan tinggi negeri dan swasta berstatus sebagai pengajar tidak tetap (pekerjaan tambahan). Khusus untuk perguruan tinggi negeri (PTN) terdapat 40,79 persen tenaga edukatif berstatus sebagai tenaga edukatif tidak tetap (pekerjaan tambahan). Dengan kata lain, tenaga edukatif PTN memiliki jam kerja tambahan sebesar sebesar 40,79 persen dan selebihnya, yakni 59,21 persen waktu kerja tenaga edukatif PTN yang dialokasikan pada pekerjaan pokok di Kota Makasassar ((BPS, Kota Makassar, 2004). Fenomena lain adalah karakteristik tenaga kerja edukatif dilihat dari gaji pada pekerjaan pokok tenaga edukatif sebagai PNS pada PTN (UNM dan Unhas). Berdasarkan data yang ada, nampak bahwa rata-rata gaji/tunjangan fungsional tenaga kerja edukatif tersebut hanya sebesar Rp. 2,03 juta per bulan atau Rp 507 500,- per minggu. Angka ini relatif cukup rendah dibandingkan dengan rata-rata pendapatan bagi pekerja profesional lainnya, seperti para konsultan, peneliti, pengacara, ahli medis, politisi dan lain-lain (Bendaharawan, Unhas dan UNM, 2004). Ada dua hal yang diputuskan oleh individu dalam teori penawaran tenaga kerja. Pertama, apakah ikut dalam kegiatan pasar kerja (bekerja) atau tidak ikut dalam kegiatan pasar kerja (tidak bekerja). Kedua, keputusan untuk menentukan berapa banyak waktu yang disediakan untuk kegiatan pasar kerja (jumlah jam kerja) bila memutuskan untuk berpartisipasi dalam pasar
kerja. Pada umumnya seseorang akan bekerja bila tingkat upah di pasar kerja adalah sama atau lebih tinggi dari pada reservation wage-nya, yaitu upah minimal yang mendorong pemilik tenaga kerja bersedia memasuki pasar kerja dengan menawarkan sejumlah jam kerjanya.
Terkait dengan teori tersebut dan tingginya penggunaan waktu luang (leisure time) tenaga edukatif PNS yang dialokasikan untuk bekerja (time for work) di luar pekerjaan utama sebagai PNS, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : (1) Apakah upah kerja tambahan tenaga edukatif berpengaruh terhadap jam kerja tenaga edukatif di luar pekerjaan utama sebagai PNS dan (2) Apakah upah yang diterima oleh tenaga edukatif di luar pekerjaan utama sebagai PNS sesuai dengan upah minimum propinsi (UMP) dan peraturan pengupahan nasional yang tertuang dalam pasal 88 Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. II. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Makassar pada dua Perguruan Tinggi Negeri, yakni Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Universitas Negeri Makassar (UNM). Pengumpulan data (survei) dilakukan pada awal April sampai akhir Juni, 2006. B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga edukatif yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ditempatkan pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang memiliki tingkat pendidikan formal minimal berijazah S2 atau spesialis I ke atas dan memiliki pangkat/golongan fungsional minimal Lektor (IIIc) dan maksimal pangkat Guru Besar (IVd) yang belum diperpanjang reatensi kerjanya. C. Metode Pengumpulan Data Dari jumlah populasi yang ada (1.657) ditarik sampel masing-masing 155 tenaga edukatif UNHAS dan 65 tenaga edukatif UNM berdasarkan strata pendidikan S2 dan S3. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode claster dan stratified random sampling, yakni berdasarkan jenis Universitas dan strata tingkat pendidikan. Penentuan responden berdasarkan karekteristik sampel dilakukan dengan metode purposive sampling pada kuota tertentu. D. Model Analisis Untuk mengestimasi fungsi penawaran tenaga kerja yang backward bending, maka digunakan fungsi upah kuadrat (wage squared) sebagai berikut : Y =
0 + 1X + 2 X2
+
Dimana : Y : Jumlah jam kerja tenaga edukatif PNS di luar pekerjaan utama sebagai Pegawai Negeri Sivil. X : Upah kerja tenaga edukatif di luar upah (penghasilan) sebagai PNS. Nilai 1 dan 2 masing-masing diharapkan bertanda positif dan negatif agar mengikuti pola penawaran jam kerja tambahan tenaga edukatif yang berbentuk backward bending.
III. HASIL ESTIMASI MODEL PENAWARAN TENAGA KERJA A. Karakteristik Jam Kerja dan Pendapatan Tenaga edukatif Berdasarkan hasil pengolahan data sampel (n=220) tenaga edukatif PNS yang berpendidikan minimal S2 dan golongan IIIc, secara deskriptif beberapa hal dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Beban kerja pokok relatif lebih tinggi daripada beban kerja tambahan (jam kerja tambahan), yakni, masing-masing sebanyak 24,72 jam/minggu dan 23,69 jam/minggu. b. Reward rata-rata PNS relatif lebih tinggi daripada reward tambahan, yakni masing-masing sebesar Rp 2.110.364,- per bulan dan Rp 2.057.026,- per bulan. c. Rata-rata upah PNS lebih tinggi daripada upah kerja tambahan, yakni masing-masing sebesar Rp 23.629,- per jam kerja dan Rp 20.400,- per jam kerja. d. Rata-rata gaji/tunjangan fungsional rumah tangga per kapita responden sebesar Rp.454.192,- per bulan atau sebesar $ 605,60,- per tahun (nilai kurs Rp.9.000,- per $US). B. Estimasi Kurva Penawaran Jam Kerja Tambahan Tenaga edukatif Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penawaran tenaga kerja edukatif mengikuti pola penawaran tenaga kerja secara teoretik, yakni berbentuk “backward bending supply curve” dari arah positif kemudian belok mengarah negatif. Berdasarkan hasil estimasi, maka didapat persamaan penawaran tenaga kerja edukatif sebagai berikut : Y = f(X) Y = 0 + 2 X + 3X2 Y = 55,182 – 4,566 X + 0,147 X2 Dari persamaan 6.3. maka, dapat digambar kurva penawaran tenaga edukatif seperti pada gambar 3 berikut : Y4 (upah kerja tambahan per jam kerja)
Y5 = f (Y4)
Rp. 15.530
0
19,73
55,18
Y5 (jam kerja tambahan per minggu) Gambar . Forward bending labor supply curve
Berdasarkan gambar 1 di atas, nampak bahwa kurva penawaran tidak mengikuti pola penawaran penawaran tenaga kerja secara teoretis, justru terjadi sebaliknya, yakni awalnya mengarah negatif (hubungan negatif) kemudian balik menjadi hubungan positif, jadi berbentuk ” Forward bending supply curve”. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya di Indonesia, antara lain Saimul (1994) penawaran tenaga kerja di propinsi Lampung, menggunakan data Sakernas, 1987, Lestari (1996) menulis tentang penawaran tenaga kerja di Jawa Tengah, menggunakan data Sakernas 1992 dan Sugiharso (1996) meneliti tentang karakteristik pengusaha kecil di Indonesia, menggunakan data IFLS (Indonesia Family Life Survey), 1993. Mereka menemukan, pola kerja yang berbentuk parabola (forkward bending supply), dimana pada awalnya hubungan upah dengan jam kerja, negatif kemudian setelah mencapai titik minimum hubungan berubah menjadi positif. Jadi kebalikan dengan teori penawaran tenaga kerja yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, yakni Simanjuntak (1998) dan Madris (1998), masing-masing meneliti tentang penawaran tenaga di Indonesia (data Sakernas, 1994) dan Sulawesi Selatan (data Supas, 1995) menemukan pola penawaran tenaga kerja masing-masing di Indonesia dan Sulawesi Selatan berbentuk parabola yang pada awalnya hubungan antara upah dengan jam kerja positif kemudian menjadi negatif setelah melewati titik balik maksimum (backward bending). Jika memperhatikan Gambar 1, nampak bahwa titik balik minimum jam kerja 19,73 jam per minggu adalah merupakan jam kerja pokok (tugas pokok) tenaga edukatif. Olehkarena itu, sesungguhnya tenaga edukatif baru akan menawarkan jam kerja tambahan di pasar kerja pada saat upah di atas Rp. 15.530,- per jam kerja . Batas tertinggi total jam kerja tenaga edukatif (jam kerja pokok + jam kerja tambahan) sebesar 55,18 jam kerja per minggu. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ada kecenderungan tenaga edukatif enggan menawarkan jasa ke pasar tenaga kerja pada saat tingkat upah di bawah Rp. 15.530,- per jam kerja. Oleh karena itu kurva penawaran tenaga kerja tambahan tenaga edukatif yang memungkinkan (possible) sesungguhnya mulai dari tingkat upah Rp. 15.530,- ke kanan atas (arah positif). Sementara upah kerja tambahan di bawah Rp. 15.530,- per jam kerja kurva penawaran tenaga kerja tenaga edukatif pada pekerjaan tambahan tidak memungkinkan. Sementara itu jam kerja 19,73 jam per minggu merupakan jam kerja rata-rata pada pekerjaan pokok (tugas pokok sebagai tenaga edukatif PNS) yang mendapat balas jasa sebesar gaji/tunjangan fungsional tenaga edukatif. Nampak bahwa penawaran tenaga kerja edukatif kurang elastis dimana digambarkan oleh koefisien regresi pada fungsi upah kuadrat sebesar 0,147. Hal tersebut memberi indikasi bahwa kenaikan tingkat upah di atas posisi tingkat Rp. 15.530,- per jam akan mendorong tenaga kerja edukatif untuk menawarkan jasa di pasar kerja relatif lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan tingkat upah. Tentu saja akan relatif berbeda jika seorang pekerja yang tidak memiliki pekerjaan pokok, diman posisi kurva penawaran tenaga kerjanya akan lebih elastis (Saimul, 1994 dan Lestari, 1996). Pada model persamaan penawaran tenaga kerja (10.3) nampak signifikan pada tingkat signifikansi 1 persen (Lampiran 11). Jika dianalisis lebih jauh maka model ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat upah kerja tambahan minimum, yakni dengan menggunakan tingkat
upah pada saat terjadi titik balik upah kerja tambahan minimum sebesar Rp. 15.530,- per jam kerja. Jika hal tersebut diproyeksi menjadi jam kerja berdasarkan satuan kredit semester (SKS), yakni 3 X 45 menit per SKS, maka upah kerja tambahan minimum sebesar 3 X 45 X Rp. 15.530,- = Rp. 34.943,- per SKS. Dengan demikian, jika suatu mata kuliah memiliki 2 SKS, maka upah kerja tambahan minimum sebesar 2 X Rp. 34.943,- atau Rp. 69.886,- per satu tatap muka. Demikian halnya jika suatu mata kuliah memiliki nilai SKS sebanyak 3 SKS, maka balas jasa minimum sebesar 3 X Rp. 34.943 = Rp. 104.830,- per satu kali perkuliahan di kelas. Dengan demikian dapat diestimasi tingkat upah kerja tambahan minimum, baik berdasarkan satuan jam kerja (60 menit) maupun berdasarkan satuan SKS (3x45 menit) melalui persamaan upah kerja tambahan pada persamaan (10.3) di atas. Berdasarkan hasil analisis (Persamaan regresi 10.3) tersebut, maka didapat tingkat upah kerja tambahan berdasarkan satuan jam kerja dan atau satuan SKS. Nampak bahwa upah kerja tambahan minimum per hari kerja (8 jam per hari) sebesar Rp. 124.240,-. Dapat diprediksi gaji kerja tambahan minimum per bulan (8 jam x 24 hari kerja per bulan) sebesar Rp. 2.981.760,- per bulan. Jika dibulatkan maka kontra kerja tambahan tenaga edukatif minimum sebesar Rp. 3.000.000,- per bulan (Tabel 1). Tabel 1 Estimasi Upah Kerja Tambahan Minimum Berdasarkan Satuan Jam Kerja dan Satuan SKS
Jumlah Satuan
Upah kerja tambahan minimum
Jam Kerja/SKS
Satu Satuan Jam Kerja (60 Menit)
Satu Satuan SKS
1
Rp. 15.530,-
Rp. 34.943,-
2
Rp. 31.060,-
Rp. 69.885,-
3
Rp. 46.590,-
Rp. 104.828,-
8
Rp. 124.240,-
Rp. 279.540,-
12
Rp. 186.360,-
Rp. 419.310,-
(3 X 45 Menit)
Sumber : Dihitung berdasarkan persamaan regresi. Sementara jika upah kerja tambahan berdasarkan satuan SKS, maka per SKS minimal Rp. 34.943,- atau untuk mata kuliah 3 SKS sebesar Rp. 104.828,-. Dapat diprediksi bahwa upah (honor) membimbing tesis (6 SKS) minimal Rp. 628.974 per satu unit tesis.
Dapat dikalkulasi bahwa upah minimum tenaga edukatif di luar pekerjaan utama sebagai PNS per bulan sekitar Rp. 2.500.000,- perbulan. Hal ini memberi indikasi bahwa upah minimum tenaga edukatif di luar pekerjaan utama sebagai PNS sebesar 4 kali lipat dari UMP Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2007. Dengan demikian upah yang diterima tenaga edukatif di luar pekerjaan utama sebgai PNS tidak bertentangan dengan penetapan upah minimum propinsi (UMP) dan peraturan pengupahan nasional
yang tertuang dalam pasal 88 Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
IV. PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis maka beberapa hal dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Model fungsi upah kuadrat memberi konstribusi pada pengembangan teori penawaran tenaga kerja. Nampak bahwa penawaran tenaga kerja edukatirf (tenaga edukatif) mengikuti pola foreward bending labor supply curve yang berlawanan dengan teori konvensional. (backward bending labor supply curve). b. Upah yang diterima tenaga edukatif di luar pekerjaan utama sebgai PNS tidak bertentangan dengan penetapan upah minimum propinsi (UMP) dan peraturan pengupahan nasional yang tertuang dalam pasal 88 Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. B. Saran-saran Dari berbagai temuan disertasi ini dapat diaplikasikan beberapa rekomendari terhadap stockholder antara lain tenaga edukatif, pengelola perguruan tinggi dan pemerintah (Diknas), pengguna tenaga kerja tenaga edukatif dan kepada peneliti berikutnya dengan topik yang terkait sebagai berikut : 1. Bagi tenaga edukatif dalam rangka meningkatkan tingkat kesejahteraan melalui kenaikan tingkat upah kerja tambahan tidak diharapkan untuk selalu mengandalkan pengalaman kerja dan golongan kepangkatan melalui perolehan kredit point, tetapi harus meningkatkan kompetensi diri melalui pendidikan lanjutan. 2. Bagi pengguna jasa tenaga edukatif sebagai pekerja tambahan, diharapkan pemberian balas jasa (reward) tenaga edukatif yang berpendidikan S2 dan golongan kepangkatan IIIc ke atas menggunakan standar minimal upah kerja tambahan tenaga edukatif, baik berdasarkan satuan SKS pengajaran maupun berdasarkan satuan jam kerja. 3. Untuk penelitian berikutnya yang terkait dengan fungsi upah dan penawaran tenaga kerja. Studi ini menggunakan data cross section, oleh karena itu tidak disarankan dijadikan dasar forecasting untuk pengambilan kebijakan. Diharapkan untuk peneliti berikutnya menggunakan data time series dengan model estimasi dengan persamaan dasar fungsi pangkat tiga (Cubic function) selain fungsi kuadrat (wage, square model), sehingga hasil temuan dapat digunakan sebagai model forecasting tingkat upah dan jam kerja tambahan yang optimal bagi tenaga edukatif PTN. DAFTAR PUSTAKA
Baker, Michael, Dwayne Banjamin and Shuchita Stanger, 1999. The Hings and Lows of the Minimum Wage Effect: A Time Series Cross-Section Study of the Canadian Law; Journal Labor Economics, Vol. 17 (318-350), The University of Chicago Press, Chicago. Becker, Gary S., 1993. Human Capital: A Theoretical and Empirical Analysis, with Special Reference to Education, 3rd Ed, Universitas of Chicago, Chicago. Boskin, Michael J. Lawrence J. Lau, 1992. Capital, Technology and Economic Growth, Calipornia : Stanford University Press. Dickens, Richard and Alan Manning, 1999. The Effects of Minimum Wages on Employmen: Theory and Evidence from Britain; Journal Labor Economics, Vol. 17 (1-22), The University of Chicago Press, Chicago. Ehrenberg, Ronald G. and Rober S. Smith. 1988. Modern Labor Economics Theory and Public Policy, 3rd Edition, USA. Freeman, Ricard B, 1972. Labor Economics. New Jersey, Prentice-Hill. Halide, 1979. Pemanfaatan Waktu Luang Petani Di Daerah Aliran Sungai Jeneberang. Disertasi S3. Sekolah Pascasarjanan IPB, Bogor. Hanoch, Giora, 1980a. Hours and Weeks in the Theory of Labor Supply, in Famela Labor Supply : Theory and Estimation, Editor James P Smith, Prenceton, New Jersey. ------, 1980b. A Multivariate Model of Labor Supply : Methodology and Estimation, in Famela Labor Supply : Theory and Estimation, Editor James P Smith, Prenceton, New Jersey. Heckman, James, 1976. A Life Cycle Model Of Earnings, Learning and Consumption ; Journal of Political Economics, (310-329). ------- and Thomas, MaCurdy, 1978. A Dynamic Models of Famela Labor Supply; Review of Economic Studies. Herrin, Alejaudron, 1989. Population, Poperty and Public Policy in the Philippines dalam Framworks for Population and Development Integration ESCAP, Bangkok, Thailand. Indrawati, Sri M., 1992. Measuring the Labor Supply Effect Income Taxation Using A Life Cycle Model of Labor Supply, PhD., Diss., Univ., of Ilinois at Urbania, Champaign. Kanitkar, Tara. 1988. The Principle of Population Studies, Himalaya Publishing House. Bombay. Klevmarken, N.Anders, 2004. Estimates of a Labour Supply Function Using Alternative Measures of Hours of Work : Journal Institute for The Study of Labor, Germany. Lemos, Sara, 2004. A Manual Labor of Minimum Wage Variables for Evaluating Wage and Employment Effects: Evidence from Brazil; Journal Institute of the Study of Labor, Germany. Lestari. Ninik Wara. 1996. Penawaran Tenaga Kerja di Jawa Tengah, Tesis untuk Mencapai Gelar Magister dalam PSKK-PPSUI. Jakarta.
Madris, 1991. Labour Force Participation Rate in Indonesia : An Analysis; Populatin Science, DPS, Seminar Paper), Bombay, India.
(Diploma
--------, 1998. Penawaran Tenaga Kerja di Sulawesi Selatan: Analisia Data Supas 1995. Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister dalam Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan, PPSUI, Jakarta. McConnell, Campbell R. and Stanley L. Brue. 1999. Contemporary Labor Economics, First Edition, Mc Graw-Hill International Editions, Singapore. Nurland, Faridah, 1993. Alokasi Waktu dan Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan Etnis Bugis, Makassar dan Mandar di Sulawesi Selatan. Disertasi S3, Programpasca Sarjana KPK IPB-Unhas, Makassar. Rahmatia, 2004. Pola dan Efisiensi Konsumsi Wanita Pekerja Perkotaan Sulsel : Suatu Aplikasi Model Ekonomi Rumah Tangga Untuk Efek Human Capital dan Sosial Kapital. Disertasi S3, PPS, UNHAS. Saimul. 1994. Penawaran Tenaga Kerja di Lampung, Tesis untuk Mencapai Gelar Magister dalam PSKK-PPSUI, Jakarta. Simanjuntak, Pardamaian. 1998. Estimasi Penawaran Tenaga Kerja Di Indonesia, Tesis untuk Mencapai Gelar Magister dalam PSKK-PPS-UI, Smith J.P., 1980. Famela Labor Supply : Theory and Estimation. Editor James P. Smith. Prenceton, New Jersey. Smith J.P., 1980. Famela Labor Supply : Theory and Estimation. Editor James P. Smith. Prenceton, New Jersey. Standing, Guy, 1981. Labor Force Participation and Development, ILO, Jeneva. Sugiharso, 1996. Karakteristik Pengusaha Kecil di Indonesia : Analisis Fungsi Penawaran dan Permintaan, dalam Jurnal Ekonomi, Penerbit UKI. No. 19. Tahun VII. Vol. VI, Jakarta. Terrell, Katherine, 2004. Legal Minimum Wage and the Wages of Formal and Informal Sector Workes in Costa Rica: Journal Institute of the Study of Labor, Germany. Yunus Z, Muhammad, 2003. Signalling The Amount and Quality of Training whith Reputation : Jurnal Administrasi Negara, STIA, Kampus Makassar