PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS INTRINSIK CERPEN “IBU PERGI KE SURGA” KARYA SITOR SITUMORANG DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS X SEMESTER 1 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh Rosalia Desinta Kumala 091224074
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS INTRINSIK CERPEN “IBU PERGI KE SURGA” KARYA SITOR SITUMORANG DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS X SEMESTER 1 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh Rosalia Desinta Kumala 091224074
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI ANALISIS INTRINSIK CERPEN “IBU PERGI KE SURGA” KARYA SITOR SITUMORANG DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS X SEMESTER 1
Oleh Rosalia Desinta Kumala NIM : 091224074
Telah disetujui oleh
Pembimbing
Drs. B. Rahmanto, M.Hum.
Tanggal, 20 Februari 2017
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan sekaligus sebagai ucapan terima kasih kepada: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas berkat yang berlimpah dan penyertaannya sehingga terselesaikanlah skripsi ini. Bapak Hery wahyudi dan Ibu Sri Rahayu Yustina,yang selalu mendoakan dan mendukung selama penyelesian skripsi ini. Kakak perempuanku Ch. Ratna Wulandari Suamiku tercinta Yohanes Tatang Nugroho dan anak lelakiku Bertrand Realino Fadil Nugroho Adik lelakiku Alm. Andreas Ivan Hermawan terima kasih.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTO Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. (Luk 18:1)
Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya. (Mat 21:22)
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. (Flp 4:13)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Februari 2017 Penulis,
Rosalia Desinta Kumala
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Rosalia Desinta Kumala NIM
: 091224074
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Karya Ilmiah saya yang berjudul: ANALISIS INRTINSIK CERPEN “IBU PERGI KE SURGA” KARYA SITOR SITUMORANG DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS X SEMESTER 1
Dengan demikian, saya memberikan hak kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, dan mempublikasikannya melalui internet maupun media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 28 Februari 2017 Yang menyatakan,
Rosalia Desinta Kumala
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Kumala, Rosalia Desinta. 2017. Analisis Intrinsik Cerpen “Ibu Pergi ke Surga” Karya Sitor Situmorang dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA Kelas X Semester 1. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji unsur intrinsik pada cerpen “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor situmorang. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan unsur intrinsik dalam cerpen “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor Situmorang yang meliputi tokoh, alur, latar, tema, sudut pandang, dan bahasa (2) mendeskripsiskan implementasi tokoh, alur, latar, tema, sudut pandang dan bahasa cerpen “Ibu Pergi ke Surga” dalam pembelajaran sastra di SMA kelas X semester I. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analisis yang bertujuan mendeskripsikan unsur intrinsik cerpen “Ibu Pergi ke Surga”. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik membaca dan tekni catat. Langkah awal dari analisis ini adalah mendeskripsikan, tokoh, alur, latar, tema, sudut pandang, dan bahasa. Berdasarkan hasil analisis tokoh utama dalam cerpen ini adalah Aku. Ibu, Bapak, dan Pendeta merupakan tokoh bawahan. Alur dalam cerpen ini dibagi menjadi tiga yaitu, tahap awal, tengah dan akhir. Terdapat tiga latar dalam cerpen ini yaitu, latar, tempat, waktu dan sosial. Latar tempat dalam cerpen ini mnegambil rumah Aku, rumah Pendeta, dan Gereja. Latar waktu dalam cerpen adalah siang hari dan malam hari. Latar sosial ditunjukan dengan perlakuan sepesial yang diterima Bapak saat berada digereja oleh masyarakat. Tema dalam cerpen ini adalah religius yang terlihat dalam kematian Ibu yang membahagiakan, karena Ibu telah lepas dari penderitaan dan kematian bukan akhir dari segalanya. Sudut pandang yang dipakai dalam cerpen inju adalah sudut pandang orang pertama, pengarang sebagi pelaku cerita (tokoh Aku). Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini adalah bahsa sehari-hari masyarakat batak pada masa cerpen dibuat. Cerpen ini dapat diimplementasikan sebagai bahan ajar sastra di SMA kelas X semester I dalam bentuk RPP dan Silabus. Kata Kunci: analisis intrinsik
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Kumala, Rosalia Desinta. 2017. The Intrinsic Analysis Short Story “Ibu Pergi ke Surga” By Sitor Situmorang and Its Implementation in Learning Literature for Senior High School Students of Class X Semester 1. A Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP,University of Sanata Dharma.
This study investigates the intrinsic aspects of a short story “Ibu Pergi ke Surga” written by Sitor Situmorang. The purposes of the study are (1) to describe in the intrinsic aspects of a short story “Ibu Pergi ke Surga” written by Sitor Situmorang including the characters, plots, settings, points of view, and languages (2) to describe the implementation of the characters, plots, settings, points of view, and languages of a short story “Ibu Pergi ke Surga” in literature learning in Senior High School Grade X Semester 1. This study uses descriptive analysis that has purpose to describe the intrinsic aspects of a short story “Ibu Pergi ke Surga”. The data collection methods are reading technique and recording technique. The first step of this analysis is to describe the characters, plots, settings, themes, points of view, and languages. Based on the analysis of the main character of the short story is I or Aku (the writer). Ibu, Bapak, and Pendeta are peripherial characters. The plots of the story are divided into three; beginning, middle, ending. There are three settings in the short story; setting of place, time, society. The settings of place in this short story are the house of Aku, the Pendeta house, and the church. The settings of time are in the day and night. The setting of society is shown by the special treatment from the people for the father when in the church. The theme of this short story is religiosity that is seen from the beatifying death of the mother (Ibu) because she has escaped from her misery and death is not the end of everything. The point of view used in this short story is the first person point of view; the author as the character (Aku character). The language used in this short story is Batak people daily language used when the short story was written. This short story can be implemented as a literature learning material in senior high school Grade X Semester 1 in the form of both lesson plans and syllabus. Key words: Intrinsic Analysis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus karena melalui berkat dan penyertaan-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini bertujuan memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak skripsi ini tidak dapat segera selesai. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama proses penyelesaian skripsi ini kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Ibu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PBSI beserta seluruh dosen PBSI yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. 3. Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang selalu ramah selama penyusunan skripsi. 4. Bapak Robertus Marsidiq selaku Staf administrasi Program Studi PBSI USD yang telah banyak membantu menyelesaikan keperluan administrasi selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi. 5. Teman-teman yang senantiasa memberikan dukungan dan kebahagiaan selama menempuh perkuliahan: Etik Safilah, Kika Ayu Swastanti Putri, Katarina Yulita Simanulang, Angelina Mellisa yuliyanto, Beti Meliana Fitri, Yustrinus Kurniawan, Rusita Devi Kumalasari, dan teman-teman angkatan 2009-2010. 6. Yang utama, kedua orang tuaku, Bapak FX. Hery Wahyudi dan Ibu Sri Rahayu Yustina. 7. Kakakku tersayang Ch. Ratna Wulandari, suamiku tercinta Yohanes Tatang Nugroho dan anak lelakiku Bertarnd Realino Fadil Nugroho 8. Semua pihak yang telah membantu dan tidak saya sebutkan satu persatu pada kesempatan ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu khususnya pembelajaran sastra. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena, itu diharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi.
Yogyakarta, 28 Februari 2017
Rosalia Desinta Kumala
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..........................................................................
iv
MOTO ...................................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..............................................................
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...........................................
vii
ABSTRAK ............................................................................................................
viii
ABSTRACT ...........................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR..........................................................................................
x
DAFTAR ISI.........................................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................
3
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................
4
1.5 Batasan Istilah ......................................................................................
4
1.6 Sistematika Penyajian ..........................................................................
6
BAB II LANDASAN TEORI ..............................................................................
7
2.1 Penelitian yang Relevan .......................................................................
7
2.2 Cerpen ..................................................................................................
8
2.2.1 Hakikat Cerpen .............................................................................
8
2.2.2 Unsur Intrinsik Cerpen..................................................................
9
2.2.2.1 Tokoh .........................................................................................
9
2.2.2.2 Penokohan..................................................................................
12
2.2.2.3 Alur (Plot) ..................................................................................
14
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2.2.4 Latar (Setting) ...........................................................................
18
2.2.2.5 Tema ..........................................................................................
19
2.2.2.6 Sudut Pandang ...........................................................................
20
2.2.2.7 Bahasa........................................................................................
22
2.2.3 Pembelajaran Sastra SMA.................................................................
22
2.2.3.1 Pembelajaran Sastra Berdasar KTSP .............................................
22
2.2.3.2 Bahan Ajar Pembelajaran Sastra di SMA ......................................
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................
35
3.1 Jenis Penelitian.....................................................................................
35
3.2 Subjek Penelitian..................................................................................
35
3.3 Sumber Data dan Data Penelitian.........................................................
36
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
36
3.5 Instrumen Penelitian ............................................................................
36
3.5 Teknik Analisis Data ...........................................................................
37
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................
38
4.1 Deskripsi Data ......................................................................................
38
4.2 Analisis Unsur Intrinsik Cerpen ...........................................................
38
4.2.1 Analisis Tokoh dalam Cerpen “Ibu Pergi ke Surga” ....................
38
4.2.2 Penokohan ....................................................................................
39
4.2.3 Alur ...............................................................................................
42
4.2.4 Latar ............................................................................................
47
4.2.5 Tema.............................................................................................
48
4.2.6 Sudut Pandang..............................................................................
49
4.2.7 Bahasa .........................................................................................
49
4.3 Cerpen Ibu Pergi ke Surga ditinjau dari Aspek Bahasa, Psikologi dan Latar Belakang Budaya .......................................................................
50
4.3.1 Aspek Bahasa ..............................................................................
50
4.3.2 Apek Psikologi ............................................................................
52
4.3.3 Latar Belakang Budaya ...............................................................
52
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.4 Implementasi cerpen dalam pembelajaran sastra di SMA Kelas X Semester I............................................................................................
52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................
65
5.1 Kesimpulan .......................................................................................
65
5.2 Saran ..................................................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
67
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
68
Lampiran Cerpen Ibu Pergi ke Surga.....................................................................
69
Lampiran Materi Pembelajaran Cerpen .................................................................
78
BIODATA PENULIS …………………………………………………………...
80
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat diartikan sebagai kemahiran seseorang dalam mengolah kata-kata menjadi sebuah tulisan yang yang indah, berirama, mengena, dan bermakna. Di sekolah, sastra sendiri termasuk dalam sebuah materi atau ilmu yang perlu untuk dipelajari. Sastra sering kali masuk dalam materi pembelajaran di sekolah. Salah satu maanfaat belajar sastra tentang keterampilan berbahasa dalam hal ini meliputi membaca, menulis, berbicara dan menyimak. Keempat hal tersebut saling berkaitan dan dapat dijadikan sebagai dasar atau bekal seorang pembelajar dalam proses belajar di sekolah. Siswa dapat melatih keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya yang dibacakan oleh guru, teman atau lewat pita rekaman. Siswa dapat melatih keterampilan wicara dengan ikut berperan dalam suatu drama. Siswa dapat juga meningkatkan keterampilan membaca dengan membacakan puisi atau prosa cerita. Karena sastra itu menarik, siswa dapat mendiskusikannya kemudian menuliskan hasil diskusinya sebagai latihan keterampilan menulis. Salah satu jenis karya sastra yang sering dijadikan bahan pembelajaran sastra di sekolah adalah cerpen. Cerpen dapat kita jumpai dalam surat kabar, majalah, tabloid atau bahkan sebuah buku tentang kumpulan cerpen. Cerpen sendiri dalam KBBI (2008: 264) atau Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cerita pendek. Edgar Allan Poe (Nurgiyantoro, 2009:10) mengatakan cerpen
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Meski bentuknya relatif pendek, tidak berarti cerpen kurang bernilai tinggi seperti novel. Cerpen dapat menyuguhkan cerita seperti kehidupan sehari-hari, dan problematiknya, sehingga dari sebuah cerpen kita dapat mengambil nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya. Di SMA khususnya, pembelajaran sastra dan cerpen terdapat hubungan yang sangat erat. Siswa dapat belajar memahami hal baik buruk yang terkandung dalam sebuah cerpen dan dapat mengambil pesan atau amanat yang ada dalam cerpen tersebut. Untuk dapat memahami isi dari sebuah cerpen, siswa dapat menganalisis unsur intrinsiknya. Sumardjo (1988: 4) mengungkapkan bahwa unsur intrinsik adalah unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri, sedangkan yang dimaksud analisis intrinsik adalah mencoba memahami karya sastra berdasarkan informasi-informasi yang dapat ditemukan dalam karya sastra. Tokoh, alur, latar, tema dan bahasa adalah unsur intrinsik dalam karya sastra. Sesuai latar belakang di atas, cerpen “Ibu Pergi ke Surga” ditulis oleh pengarangnya dengan tujuan tertentu. Melalui cerpen ini, Sitor Situmorang ingin mengungkakan realita kehidupan yang kerap muncul dalam kehidupan sehari-hari manusia. Realita kehidupan tersebut ada di sekitar masyarakat kita. Dalam cerpen ini, tokoh Aku mengalami peristiwa-peristiwa yang membuat dirinya bergejolak. Penulis tertarik mengambil cerpen ‘Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor Situmorang karena dalam cerpen ini terdapat nilai-nilai sosial, religius yang erat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Tokoh Aku yang dihadapkan kembali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dengan kenangan masa kanak-kanaknya saat pulang kembali ke kampung halamannya. Aku harus menyaksikan penderitaan ibu karena saktit tua yang dideritanya dan menghadiri pemakaman ibunya. Dari uraian di atas peneliti melakukan penelitian tentang “Analisis Intrinsik Cerpen Ibu Kembali ke Surga karya Sitor Situmorang dan
Implementasinya
dalam Pembelajaran Sastra di SMA Kelas X Semester 1”. Penulis memilih cerpen Sitor Situmorang karena bahasa yang digunakan lugas dan cukup mudah dipahami serta mengandung nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dijadikan teladan bagi generasi muda saat ini
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, penulis merumuskan masalah sebagai berikut a.
Bagaimana, tokoh, alur, latar, tema, sudut pandang, dan bahasa dari cerpen “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor Situmorang?
b.
Bagaimana implementasi tokoh, alur, latar, tema, sudut pandang dan bahasa dari cerpen “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor Situmorang dalam pembelajaran sastra di SMA kelas X semester I?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Mendeskripsikan tokoh alur, latar, tema, sudut pandang dan bahasa dari cerpen “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor Situmorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
b.
Mendeskripsikian implementasi tokoh, alur, latar, tema, sudut pandang dan bahasa dari cerpen “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor Situmorang dengan pembelajaran sastra di SMA kelas X semester I.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermnanfaat bagi: a. Bagi pembelajaran sastra, penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang cerpen “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor Situmorang. b. Bagi ilmu sastra, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan memberikan informasi tentang analisis cerpen “Pergi Ke Surga” karya Sitor Situmorang. c. Bagi peneliti lain diharapkan dapat menjadi referensi dan informasi tentang karya sastra dalam analisis struktural cerpen “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor Situmorang.
1.5 Batasan Istilah Didalam penelitian ini terdapat beberapa batasan istilah atau definisi operasional. Batasan istilah ini bertujuan agar pembaca mendapat gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti. a. Cerpen Adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kirakira berkisar antara setengah sampai dua jam (Nurgiyantoro, 2009: 10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
b. Alur Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasar hubungan kausalitas (Wiyatmi, 2006:36). c. Tokoh Adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang dideskripsikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan
(Abrams dalam
Nurgiyantoro, 2009: 165). d. Penokohan Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Nurgiyantoro, 2009: 165). e. Latar Latar adalah tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2009: 216). f. Bahasa Bahasa adalah sarana pengungkapan sastra 272).
(Nurgiyantoro, 2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.6 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab. Bab I akan menguraikan tentang (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian (e) batasan istilah, dan (f) sistematika penyajian. Bab II menguraikan tentang landasan teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang terdiri dari (a) penelitian terdahulu yang relevan, (b) kajian pustaka yang meliputi unsur intrinsik karya sastra, KTSP, dan pembelajaran sastra di SMA. Bab III adalah metodologi penelitian yang berisi (a) jenis penelitian, (b) data penelitian, (c) teknik pengumpulan data, (d) teknik analisis data. Bab IV berisikan (a) analisis pembahasan intriksik cerpen “Ibu Pergi ke Surga”, (b) implementasinya dalam pembelajran sastra di SMA. Bab V penutup berisikan (a) kesimpulan, (b) saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan Rubingah (2000) dalam penelitiannya “Struktur Delapan Cerpen dalam Kumpulan Cerpen Tegak Lurus dengan Langit karya Iwan Simatupang dan Relevansinya sebagai bahan Pembelajaran Sastra di SMU”, menggunakan pendekatan struktural yang menekankan pada struktur intrinsik karya sastra, yaitu tokoh, latar, alur, dan tema. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan memperoleh gambaran secara sistematis dan faktual pada sumber data. Hasil analisis dalam skripsi ini menunjukan bahwa kedelapan cerpen dalam kumpulan cerpen Tegak Lurus dengan Langit karya Iwan Simatupang relevan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMU kelas II dengan tujuan pengajaran sastra siswa dapat menggali nilai-nilai moral, sosial, dan budaya dalam karya sastra Indonesia dan terjemahan. Adapun butir pembelajrannya adalah membaca cerita pendek atau novel terjemahan kemudian mendiskusikan pesan dan informasi budaya darin cerpen atau novel. Agus Dirtomulyono (2005) dalam penelitiannya “Analisis Struktural Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini dan Relevansinya sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA”, menggunakan pendekatan struktural yang bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar unsurunsur tersebut, dan menggunakan metode deskriptif untuk memecahkan masalah
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Hasil penelitian ini meliputi, tokoh protagonis dalam novel Tarian Bumi adalah Telaga dan Kenanga, sedangkan tokoh antagonis adalah nenek. Latar dalam novel ini ada tiga macam yaitu, latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Alur dalam novel ini alur maju, namun dalam pengalurannya terdapat peristiwa sorot balik. Tema dari novel ini adalah keberanian dua orang gadis untuk mewujudkan sebuah keinginan meski harus menentang tradisi yang ada.
2.2 Cerpen 2.2.1 Hakikat Cerpen Cerpen adalah cerita (bukan analisis argumentatif) yang tidak benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja serta relatif pendek (Sumardjo dan Saini, 1988:37). Bukan analisis argumentatif artinya cerpen murni ciptaan yang direka pengarangnya dan dapat mengadopsi peristiwa kehidupan yang ada di sekitar kita. Cerpen juga bersifat relatif pendek, artinya dapat selesai dibaca dengan sekali duduk (setengah jam - dua jam). Keutuhan atau kelengkapan sebuah cerpen tadi di lihat dari segi-segi unsur yang membentuknya (Sumardjo dan Saini, 1988: 37). Adapun unsur-unsur itu adalah unsur intrinsik dan unssur ekstrinsik. Unsur intriksik meliputi peristiwa (alur atau plot), tokoh dan penokohan, tema, suasana (mood atau atmosfer), latar (setting), sudut pandang (point of view), dan gaya bahasa (style). Unsur ekstrinsik meliputi factor social politik saat karya sastra itu dihasilkan, factor ekonomi, factor latar belakang kehidupan pengarang, dan sebagainya. Struktur karya sastra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
(fiksi) terdiri atas unsurr alur, penokohan, tema, latar, dan amanat sebagai unsur yang paling menunjang dan paling dominan dalam membangun karya sastra (fiksi) (Sumardjo, 1986: 54).
2.2.2 Unsur Intrinsik Cerpen 2.2.2.1 Tokoh Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, tokoh dibedakan menjadi dua tokoh utama dan tokoh tambahan. Nurgiyantoro (2009: 176 – 178) menjelaskan bahwa tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot. Di pihak lain, pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung. Sumardjo (1986: 144) menjelaskan tokoh adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian dari peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam plot. Tokoh dalam sebuah cerita merupakan objek yang menjalankan sebuah cerita. Dalam sebuah karya sastra tokoh atau pelaku merupakan hal penting. Tanpa ada sebuah tokoh yang mengisi sebuah cerita. Tanpa seorang tokoh maka cerita yang ditampilkan akan mati. Abrams dalam Nurgiyantoro (2009:165), tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
adalah orang-orang yang ditampilkan dalam sebuah karya naratif, atau drama tertentu seperti diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dalam novel, tokoh biasanya diceritakan dengan penjabaran yang lebih lengkap dan jelas. Hal tersebut karena di dalam sebuah novel penjabaran ceritanya pun lebih berkembang. Penokohan dalam sebuah novel biasanya dijabarkan dengan hal yang berhubungan dengan ciri-ciri fisik, keadaan sosial, tingkah laku, kebiasaan, dan hubungan antar tokoh baik yang dilukiskan secara langsung maupun tidak langsung (Nurgiyantoro, 2009: 13). Dalam pengertiannya tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, karakter dan karakterisasi menunjukkan pengertian yang hampir sama. Namun, dalam tokoh dan penokohan memiliki keterkaitan yang sangat erat. Istilah tokoh tersebut menunjuk pada orang atau si pelaku cerita, sedangkan penokohan pengertiannya lebih luas daripada tokoh. Penokohan tersebut mencakup bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca pada perwujudan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2009: 164 – 166). Nurgiyantoro (2009: 176 – 194) membedakan tokoh menjadi beberapa jenis yaitu, tokoh utama dan tokoh tambahan, tokoh protagonis dan tokoh antagonis, tokoh sederhana dan tokoh bulat, tokoh statis dan tokoh berkembang, tokoh tipikal dan tokoh sentral. Adapun pengertian beberapa tokoh tersebut adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
a)
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam pencitraannya atau tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang kemunculan dalam suatu cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya keterkaitan dengan tokoh utama secara langsung maupun tidak langsung.
b)
Tokoh protagonis adalah tokoh yang mampu memberikan rasa empati terhadap pembaca karena tokoh ini merupakan tokoh yang sangat dikagumi biasanya tokoh ini digambarkan dengan tokoh yang baik
hati,
sedangkan
tokoh
antagonis
adalah
tokoh
yang
menimbulkan konflik dan beroposisi dengan tokoh protagonis yang sering dengan tokoh penjahat dan sering membuat masalah. c)
Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu dan tidak diungkap berbagai sisi kehidupannya, sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang kompleks dan diungkap lebih mendalam dari sisi kehidupannya. Tokoh bulat ini lebih menyerupai dengan kehidupan manusia yang sesungguhnya.
d)
Tokoh statis adalah tokoh yang memiliki watak dan sikap yang relatif tetap, tak berkembang dari awal cerita hingga akhir cerita sedangkan tokoh berkembang adalah tokoh yang dalam cerita mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa yang diceritakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
e)
Tokoh tipikal adalah penggambaran, pencerminan, dan pertunjukan terhadap seseorang, atau sekelompok orang yang terikat dalam suatu lembaga. Penggambarannya bersifat tidak langsung dan tidak menyeluruh, sedangkan tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi dalam dunia fiksi.
2.2.2.2 Penokohan Penokohan adalah sifat dan sikap para pelaku cerita. Sumardjo (1986: 63) sebagian besar tokoh-tokoh karya fiksi adalah tokoh rekaan. Tokoh-tokoh tersebut tidak hanya berfungsi untuk menaikkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot, dan tema. Hubungan tokoh dengan aspek lain tidak bisa dipisahkan. Istilah tokoh menunjuk pada orang (pelaku cerita), sedangkan watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang ditafsirkan oleh pembaca. Jones dalam Nurgiyantoro (2009: 165) menyebutkan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Secara garis besar teknik penulisan tokoh dalam suatu karya: pelukisan sifat, sikap, watak, tingkah laku dan berbagai hal yang berhubungan dengan jati diri tokoh dapat dibedakan ke dalam dua cara atau teknik, yaitu teknik penjelasan, ekspositori (expository) dan teknik dramatik (dramatic) (Abrams dalam Nurgiyantoro 2009: 194). Sebenarnya para ahli menyebut kedua teknik tersebut dengan sebutan mereka sendiri. Misalnya: Abrams menyebut kedua teknik tersebut dengan sebutan teknik uraian (telling) dan teknik ragaan (showing) tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pada dasarnya mempunyai pengertian dan esensi yang sama. Dalam penokohan, kedua cara tersebut yang paling dominan digunakan oleh para pengarang tergantung pada selera pengarang dan penceritaan. a. Teknik Ekspositori Dalam teknik ekspositori, pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang kehadapan pembaca secara tidak berbelit-belit melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya, yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, dan tingkah laku, atau bahkan juga ciri fisiknya. Kutipan berikut merupakan contoh pembicaraan yang dimaksud yang diambil dari novel Katak Hendak Jadi Lembu. Bahkan, sejak pertama cerita, ia telah mengarah pada deskripsi kedirian tokoh utama cerita itu, Suria yang malas dan berlagak. “Bapaknya yang masih duduk senang di atas kursi rotan itu jadi menteri kabupaten di kantor patih Sumedang. Ia sudah lebih dari separuh baya-sudah masuk bilangan orang tua, tua umur tetapi badannya masih muda rupanya. Bahkan hatinya pun sekali-kali belum boleh dikatakan “tua” lagi, jauh dari itu. Barang dimana ada keramaian di Sumedang atau di desa-desa yang tiada jauh benar dari kota itu, hampir selalu ia kelihatan. Istimewa dalam adat kawin, yang diramaikan dengan permainan seperti tari-menari, tayuban, dan lain-lain, seakan-akan dialah yang jadi tontonan! Sampai pagi mau ngibing, dengan tiada berhenti-hentinya. Hampir di dalam segala perkara ia hendak di atas dan terkemuka … rupanya dan cakapnya. Memang ia pantang kerendahan, perkataannya pantang dipatahkan. Meskipun ia hanya berpangkat manteri kabupaten dan “semah” pula di negeri Sumedang, tetapi hidupnya tak dapat dikatakan berkekurangan. Rumahnya bagus, lebih daripada sederhana: perabotnya cukup, lebih banyak, lebih pantas daripada perkakas rumah antenar yang sederajat dengan dia, bahkan …"(Katak Hendak Jadi Lembu, 1978: 12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Teknik pelukisan tokoh seperti di atas bersifat sederhan dan cenderung ekonomis. Hal inilah kelebihan teknik analitis tersebut. Pengarang dengan cepat dan singkat dapat mendeskripsikan kedirian tokoh ceritanya. b. Teknik Dramatik Penampilan tokoh cerita dalam teknik dramatik, artinya mirip dengan yang ditampilkan pada drama, dilakukan secara tak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi.
2.2.2.3 Alur (Plot) Alur (plot) merupakan unsur terpenting, bahkan tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi lain. Secara tradisional, orang sering menyamakan alur (plot) dengan istilah alur atau jalan cerita. Penyamaan antara alur (plot) dengan jalan cerita atau mendefinisikan alur (plot) sebagai jalan cerita sebenarnya kurang tepat. Alur (plot) memang mengandung unsur jalan cerita, tepatnya peristiwa demi peristiwa yang susulmenyusul, namun ia lebih dari sekedar rangkaian peristiwa (Nurgiyantoro, 2009: 111).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Walau cerita rekaan berbagai ragam coraknya, ada pola-pola tertentu yang hampir selalu terdapat di dalam sebuah cerita rekaan, (Sudjiman, 1988: 30 – 36), struktur umum alur dapatlah digambarkan sebagai berikut: a. Tahap awal Tahap awal (beginning) sering dikenal dengan tahap perkenalan. Tahap ini berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap berikutnya. Tahap ini juga masih dibagi menjadi tiga, yaitu paparan (exposition), rangsangan (incitingmoment), gawatan (rising action) (Sudjiman, 1988: 30). 1) Paparan (exposition) Paparan biasanya merupakan fungsi utama awal suatu cerita (Sudjiman, 1988: 32). Tentu saja bukan informasi selengkapnya yang diberikan, melainkan keterangan sekadarnya untuk memudahkan pembaca mengikuti kisah selanjutnya. Selain itu, situasi yang digambarkan pada awal harus membuka kemungkinan cerita itu berkembang. 2) Rangsangan (inciting moment) Rangsangan adalah peristiwa yang mengawali timbulnya gawatan (Sudjiman, 1988: 32). Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator. Namun, tidak ada patokan tentang panjang paparan, kapan disusul oleh rangsangan, dan beberapa lama sesudah itu sampai pada gawatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
3) Gawatan (rising action) Konflik-konflik
yang
telah
dimunculkan
pada
tahap
sebelumnya semakin berkembang dan peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. Konflik-konflik, pertentangan-pertentangan, benturan-benturan antar kepentingan, masalah, dan tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tak dapat dihindari. b. Tahap tengah Tahap tengah (middle) sering disebut dengan tahap pertikaian. Tahap ini menampilkan pertentangan yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat dan menegangkan. Tahap ini juga dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap tikaian (conflict), tahap rumitan (complication), tahap kimaks. 1) Tikaian (conflict) Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan (Sudjiman, 1988: 42); satu diantaranya diwakili oleh manusia atau pribadi yang biasanya menjadi protagonis dalam cerita. Protagonis itu dapat dari kekuatan alam, masyarakat, dan orang tua atau tokoh lain. 2) Tahap rumitan (complication) Perkembangan dari gejala mulai tikaian menuju ke klimaks cerita disebut rumitan (Sudjiman, 1988: 34). Tanpa rumitan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
memadai, tikaian akan lambat. Oleh karena itu, penciptaan dan cara mengendalikan rumitan menunjukkan kemahiran pengarang. 3) Tahap klimaks Klimaks tercapai apabila rumitan mencapai puncak kehebatan (Sudjiman, 1988: 41). Konflik-konflik atau pertentangan yang terjadi atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik puncak. c. Tahap akhir (end) Tahap akhir (end) sering disebut juga dengan tahap peleraian. Tahap ini menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Jadi, bagian ini berisi bagaimana kesudahan cerita atau menyarankan pada hal bagaimanakah akhir sebuah cerita. Tahap ini juga dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap leraian (falling action), dan tahap selesaian (denouement). 1) Tahap leraian Leraian yang menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah selesaian. Dalam menghadapi tikaian ada kalanya diturunkan orang atau barang yang muncul dengan tiba-tiba dan memberikan pemecahan atau jalan keluar atas kesulitan itu (Sudjiman, 1988: 35). 2) Tahap selesaian Selesaian bukan penyelesaian masalah yang dihadapi tokoh cerita. Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita (Sudjiman, 1988: 35-36). Selesaian dapat mengandung penyelesaian masalah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
menyenangkan atau menyedihkan, penyelesaian dalam keadaan yang penuh ketidakpastian, ketidakjelasan, atau ketidakpahaman.
2.2.2.4 Latar (Setting) Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2009: 216). Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Latar dibedakan atas tiga hal, yaitu: a. Latar tempat Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama-nama tertentu, inisial tertentu, dan mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Tempat-tempat yang bernama sering kita jumpai dalam dunia nyata sedangkan tempat dengan inisial tertentu biasanya berupa huruf awal (kapital) nama suatu tempat, juga menyaran pada tempat tertentu, tetapi pembaca harus memperkirakan sendiri. b. Latar waktu Latar waktu berhubungan dengan “kapan” terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” biasanya dihubungkan dengan waktu yang ada kaitannya atau dapat juga dikaitkan dengan peristiwa sejarah yang dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam suasana cerita. Adanya persamaan perkembangan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
sejalan dengan waktu tersebut juga dimanfaatkan untuk mengesani pembaca seolah-olah cerita itu sungguh-sungguh ada dan terjadi. c. Latar sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencangkup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Selain itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, tinggi, menengah dan atas.
2.2.2.5 Tema Tema adalah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar yang terdapat dalam cerita. Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema merupakan makna cerita, tema pada dasarnya merupakan sejenis komentar terhadap subjek atau pokok masalah baik secara eksplisit maupun implisit, di dalam tema terkandung sikap pengarang terhadap subjek atau pokok cerita. Tema memiliki fungsi untuk menyatukan unsur-unsur lainnya; juga berfungsi untuk melayani visi atau response pengarang terhadap pengalaman dan hubungan totalnya dengan jagat raya (Wiyatmi, 2006). Wiyatmi (2006) membedakan tema menjadi (a) tema jasmaniah : tema yang berkaitan dengan jiwa seorang manusia, (b) tema social : tema yang berhubungan dengan masalah politik, (c) tema organik atau moral : tema yang berhubungan dengan moral manusia, (d) tema egoik : tema yang berhubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dengan reaksi-reaksi pribadi yang pada umumnya menentang pengaruh social, (e) tema ketuhanan : tema yang berhubungan dengan kondisi dan situasi manusia sebagai makhluk sosial.
2.2.2.6 Sudut Pandang Sudut pandang (point of view), menyaran pada sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dana tau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dakam sebuah karya fiksi kepada pembaca Abrams dalam (Nurgiyantoro, 2009:248). Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun, kesemuannya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang adalah pandangan pencerita yang dipilih oleh pengarang untuk menceritakan suatu cerita (Sumardjo 1986: 63-64). Kadangkadang orang sulit membedakan antara pengarang dengan tokoh pencerita, pada prinsipnya pengarang berbeda dengan tokoh pencerita. Tokoh pencerita merupakan tokoh individu ciptaan pengarang yang mengemban misi membawa cerita, ia bukan pengarang itu sendiri. Sebuah cerita memang dituturkan oleh pengarangnya, tetapi pengarang harus menentukan tokoh atau orang yang menceritakan cerita tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Sumardjo (1986: 63-64) membagi sudut pandang menjadi empat macam yaitu: a. Sudut pandang Yang Maha Kuasa, pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya. Ia tahu segalanya, pengarang dapat menggambarkan semua tingkah laku dan mengetahui perasaan para tokohnya, mengerti apa yang mereka pikirkan mengetahui semua apa yang mereka kerjakan. b. Sudut pandang orang pertama, pengarang sebagai pelaku cerita. Pengarang berlaku sebagai karakter utama cerita, ini ditandai dengan menggunakan kata “aku”. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang narator. Keuntungan dari teknik ini adalah pembaca merasa menjadi bagian dari cerita. Dengan demikian semua cerita bergantung pada tokoh “aku”. c. Sudut pandang peninjau, pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian kita ikuti bersama tokoh ini. Cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti: mereka dan dia. Pengarang hanya dapat melukiskan keadaan tokoh “dia”, tetapi tidak dapat melukiskan kedadaan jiwa tokoh lain. d. Sudut pandang objektif, pengarang serba tahu tetapi tidak memberikan komentar apapun. Pembaca hanya disuguhi pendangan mata, apa yang seolah dilihat pengarang. Sudut pandang ini hamper sama sama dengan sudut pandang Yang Maha Kuasa, tetapi perbedaanya pengarang tidak sampai melukiskan keadaan batin tokoh-tokoh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2.2.2.7 Bahasa Bahasa merupakan sarana pengungkapan sastra (Nurgiyantoro, 2005: 272). Di pihak lain, sastra lebih dari sekadar bahasa dan deretan kata. Namun, unsur kelebihannya itu pun hanya dapat diungkap dan ditafsirkan melalui bahasa. Jika, sastra dikatakan ingin menyampaikan dan mendialogkan sesuatu hanya dapat dikomunikasikan lewat sarana bahasa. Pengungkapan bahasa itu sendiri juga memerlukan suatu gaya. Oleh karena itu, banyak orang sering mengenal gaya bahasa dengan istilah ‘style’. Di samping itu, penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. Maka, gaya bahasa juga berhubungan sangat erat dengan kosakata. Semakin orang mempunyai banyak kosakata, orang tersebut juga semakin kaya akan gaya bahasa. Meskipun begitu, penelitian ini tidak akan membahas bahasa yang lebih mendalam. Peneliti hanya memfokuskan pada bagaimana penulis menggunakan bahasa di dalam karya sastranya (cerpen) itu. Dengan begitu, peneliti dapat mengetahui bahasa seperti apa yang digunakan penulis di dalam menulis karyakaryanya.
2.2.3 Pembelajaran Sastra di SMA 2.2.3.1 Pembelajaran Sastra Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Menurut BSNP (2006: 5), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum ini juga dikenal dengan sebutan kurikulum 2006 karena kurikulum ini mulai diberlakukan secara berangsur-angsur. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis, dan menyenangkan. Dengan begitu, siswa dapat mengekspresikan dirinya dalam berbagai bidang studi yang dipelajarinya, khususnya pembelajaran sastra di sekolah. a. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA Kelas X Semester 1 Penelitian ini memilih kurikulum KTSP kelas X semester 1, yaitu memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen. SK yang diambil dalam penelitian ini adalah membaca tentang memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen, KD yang digunakan 7.2 Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan seharihari.
Pada
standar
kompetensi
tersebut,
pembelajaran
cerpen
dapat
diimplementasikan, siswa mempelajari, memahami unsur intrinsik cerpen, kemusian
siswa
dapat
menganalisis
unsur
mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.
intrinsik
cerpen
yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
b. Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan / atau kelompok mata pelajaran / tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok / pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber / bahan / alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok / pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (BSNP, 2006: 14). Ada beberapa prinsip pengembangan silabus, sebagai berikut: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. 2. Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. 3. Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. 4. Konsisten Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
5. Memadai Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. 6. Aktual dan kontekstual Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. 7. Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. 8. Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotorik). Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau
beberapa sekolah, kelompok
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan (BSNP, 2006: 14 – 15). Langkah-langkah pengembangan silabus menurut BSNP (2006: 16 – 18) yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada standar ini, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Urutan berdasarkan hirarki konsep disiplin ilmu dan / tingkat kesulitan materi, tidak harus lebih sesuai dengan urutan yang ada standar isi. b. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran. c. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran. 2. Mengidentifikasi Materi Pokok / Pembelajaran Mengidentifikasi materi pokok / pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan: a. Potensi peserta didik. b. Relevansi dengan karakteristik daerah. c. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual peserta didik. d. Struktur keilmuan. e. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran. f. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan muatan lingkungan. g. Alokasi waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik, pengalaman tersebut melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar prestasi didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hirarki konsep materi pembelajaran. d. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi. 4. Merumuskan Indikator dan Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
5. Penentuan Jenis Penilaian Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian (BSNP, 2006: 17), yaitu: a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi. b. Penilaian menggunakan acuan cerita. c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. 6. Menentukan Alokasi Waktu Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar. Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan untuk alokasi waktu mata pelajaran dapat menyesuaikan pada materi. 7. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan / bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok / pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi. c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan evaluasi hasil belajar, evaluasi proses pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi rencana pembelajaran (BSNP, 2006: 22). RPP adalah rancangan pembelajaran yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan dari RPP ini seorang guru diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan). RPP juga harus memiliki daya terap yang tinggi. Secara teknis rencana pembelajaran minimal mencakup komponenkomponen sebagai berikut: 1. Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar. 2. Tujuan pembelajaran. 3. Materi pembelajaran. 4. Pendekatan dan metode pembelajaran. 5. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran. 6. Alat dan sumber belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
7. Evaluasi pembelajaran. Langkah-langkah yang patut dilakukan guru dalam menyusun RPP menurut Muslich adalah: 1. Ambillah satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan dalam pembelajaran. 2. Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit trsebut. 3. Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut. 4. Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator tersebut. 5. Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut. 6. Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. 7. Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran. 8. Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan. Pembagian dari setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran atau sifat / tipe / jenis materi pembelajaran. 9. Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari dua jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan. Pembagian dari setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satu tujuan pembelajaran atau sifat / tipe / jenis materi pertemuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
10. Sebutkan sumber / media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran secara konkret dan untuk setiap bagian / unit pertemuan. 11. Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Jika bentuk instrumen berbentuk tugas, rumuskan tugas tersebut secara jelas dan bagaimana rambu-rambu penilaiannya dan / atau kunci jawabannya. Jika penilaiannya berbentuk proses, susunlah rubriknya dan indikator masing-masingnya.
2.2.3.2 Bahan Ajar Pembelajaran Sastra di SMA Masalah yang kita hadapi sekarang adalah menentukan bagaimana pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk pendidikan secara utuh (Rahmanto, 1988: 16). Untuk itu bahan ajar yang akan disampaikan hendaknya mencakup: 1. Membantu keterampilan berbahasa Mengikutsertakan pengajaran sastra dalam kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih keterampilan membaca dan mungkin ditambah sedikit keterampilan menyimak, wicara, dan menulis yang masing-masing erat hubungannya. 2. Meningkatkan pengetahuan budaya Setiap karya sastra selalu menghadirkan “sesuatu” dan kerap menyajikan banyak hal yang apabila dihayati benar-benar akan semakin menambah pengetahuan yang menghayatinya. Suatu bentuk pegnetahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
khusus yang harus selalu dipupuk dalam masyarakat adalah pengetahuan tentang budaya yang dimilikinya. 3. Mengembangkan cipta dan rasa Penting sekali kiranya memandang pengajaran sebagai proses pengembangan individu secara keseluruhan. Oleh karenanya, hendaknya kecakapan itu dikembangkan secara harmonis. Dalam hal pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan adalah kecakapan yang bersifat indra, yang bersifat penalaran, yang bersifat afektif, yang bersifat sosial. 4. Menunjang pembentukan watak Dalam hal ini hendaknya mampu membina perasaan siswa agar menjadi lebih tajam. Hal lain yang bisa disumbangkan adalah memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa. Selanjutnya, Rahmanto (1988: 26 – 33) menjelaskan berdasarkan pendapatnya mengenai tiga aspek yang mempertimbangkan jika ingin memilih bahan pengajaran sastra, yaitu sebagai berikut: 1) Bahasa Agar pengajaran sastra berhasil, guru perlu mengembangkan keterampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan peserta didik. Aspek kebahasaan dalam sastra ini tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas, tetapi juga faktor-faktor lain seperti: cara penulisan yang dipakai si pengarang, ciriciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2) Psikologi Dalam menulis bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologi perlu diperhatikan karena sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan peserta didik dalam segala hal. Tahap perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerjasama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan problem yang dihadapi. Berikut ini pengelompokan berdasarkan tahap-tahap perkembangan psikologis peserta didik: a.
Tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun) Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.
b.
Tahap romantik (10 sampai 12 tahun) Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke realitas. Meski pandangannya tentang dunia ini masih sangat sederhana, tapi pada tahap ini anak telah menyenangi cerita-cerita kepahlawanan, petualangan dan bahkan kejahatan.
c.
Tahap realistik (13 sampai 16 tahun) Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
d.
Tahap generalisasi (umur 16 tahun dan selanjutnya) Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Dengan menganalisis fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran filsafati untuk menentukan keputusan-keputusan moral.
3) Latar Belakang Budaya Biasanya peserta didik akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau dengan orang-orang di sekitar mereka. Di masa lalu peserta didik terpaksa mempelajari karya sastra dengan latar belakang budaya yang tidak dikenalnya, maka harus ada kesadaran bahwa karya sastra hendaknya menghadirkan sesuatu yang erat hubungannya dengan kehidupan peserta didik dan peserta didik hendaknya terlebih dahulu memahami budayanya sebelum mencoba mengetahui budaya lain. Lewat karya sastra yang dibacanya, asalkan para guru dapat memilihkan bahan bacaan dengan tepat, peserta didik akan dapat mengenal budaya asing yang lain dibanding dengan budaya mereka sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bagian ini disajikan metodologi penelitian. Metodologi yang digunakan meliputi: jenis penelitian, subjek penelitian, sumber data, data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis. Penelitian ini akan menguraikan mengenai, tokoh, alur, latar, tema, sudut pandang, dan bahasa.
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hal ini didasarkan pada data dalam penelitian ini yang berupa teks tulis, yaitu cerpen yang diambil dari buku kumpulan cerpen Ibu Pergi ke Surga karya Sitor Situmorang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis.
3.2 Subjek penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah salah satu cerpen dalam kumpulan cerpen Ibu Pergi ke Surga karya Sitor Situmorang yang berjudul Ibu Pergi ke Surga. Penelitian ini menganalisis unsur intrinsik cerpen dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA kelas X semester I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
3.3 Sumber Data dan Data Penelitian Sumber data dalam penelitian ini berupa buku kumpulan cerpen karya Sitor Situmorang. Judul Buku
: Kumpulan Lengkap Cerpen Sitor Situmorang Ibu Pergi ke Surga
Judul Cerpen
: Ibu Pergi ke Surga
Pengarang
: Sitor Situmorang
Penerbit
: Komunitas Bambu
Tahun Terbit
: 2015
Jumlah Halaman
: 222
Dalam kumpulan cerpen ini terdapat dua puluh tiga judul cerpen, cerpen yang akan dianalisis berjudul “Ibu Pergi ke Surga”.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data ini adalah dengan membaca keseluruhan isi cerpen, kemudian mengidentifikasi dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan analisis unsur intrinsik cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor Situmorang, hanya satu judul cerpen yang dianalisis yaitu “Ibu Pergi Ke Surga” halaman 67-74.
3.5 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah human instrument. Artinya, bahwa peneliti selaku orang yang berkecimpung dalam dunia akademisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dan memiliki kalifikasi dalam bidang yang diteliti (penulisan) secara sungguhsungguh melakukan penlitian.
3.6 Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan dan merumuskan data yang diperoleh dari cerpen yang berjudul “Ibu Pergi ke Surga” dari buku kumpulan cerpen Ibu Pergi ke Surga karya Sitor Situmorang. Untuk mendeskripsikan hasil implementasi cerpen tersebut peneliti menyajikan dalam bentuk RPP dan Silabus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai (1) tokoh, alur, latar, tema, sudut pandang dan bahasa (2) relevansi cerpen “Ibu Pergi ke Surga” sebagai bahan pembelajaran Sastra di SMA kelas X semester I.
4.2 Analisis Unsur Intrinsik Cerpen 4.2.1 Analisis Tokoh dalam Cerpen “Ibu Pergi ke Surga” Tokoh dalam karya sastra adalah tokoh rekaan yang memiliki peranan penting dalam membangun cerita. Selain itu, tokoh juga berfungsi sebagai pemain cerita, penyampai ide, motif, plot, dan tema (Sumardjo, 1988:63), sedangkan tokoh yang biasa menjadi tumpuan penelitian adalah tokoh utama, tetapi tokoh bawahan pun penting untuk mendukung dan memperjelas karakter atau watak tokoh utama (Minderop, 2010:62). Berikut tokoh-tokoh yang turut andil dalam terbentuknya cerpen “Ibu Pergi ke Surga” Aku, Bapak, Ibu dan Pendeta, tokoh Aku sebagai tokoh yang paling banyak mendapatan porsi dalam cerpen ini sebagai tokoh utama. Aku cukup berperan dalam jalan cerita dari tahap awal tengah hingga akhir. Kemudian, tokoh bawahan dalam cerpen “Ibu Pergi ke Surga” adalah Ibu, Bapak, dan Pendeta. Tokoh-tokoh bawahan tersebut memiliki keterlibatan dan
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
mengambil bagian dalam munculnya konflik pada cerpen ini. Mereka juga memiliki peran masing – masing dalam jalan cerita cerpen “Ibu Pergi Ke Surga.”
4.2.2 Penokohan Penciptaan suatu tokoh biasanya dibuat semirip mungkin dengan tokohtokoh yang ada di dunia nyata agar dapat diterima oleh pembaca. Dalam menentukan pembentukan karakteristik tokoh, penulis harus memperhatikan watak tokoh yang wajar. Walaupun tokoh tercipta dari hasil imajinasi penulisnya sebisa mungkin pencitraan tokoh yang hidup dalam kewajaran layaknya manusia hidup pada umunya dan tidak berlebihan. Pada cerpen “Ibu Pergi ke Surga” penulis menggunakan teknik dramatic secara keseluruhan, penulis tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat, sikap dan tingkah laku tokoh. Penulis membiarkan tokoh-tokoh menunjukan dirinya dengan aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal maupun non verbal lewat tindakan dan tingkah laku serta peristiwa yang terjadi. a. Tokoh Aku Dalam cerpen “Ibur pergi ke Surga”, Aku menjadi tokoh utama dan paling banyak diceritakan, peran Aku dalam cerpen ini memliki peran penting dalam pembentukan keseluruhan cerita. Aku adalah seorang anak pertama dari dua bersaudara dapat dilihat dari kutipan (1), kutipan sebagai berikut;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
(1) Lalu datanglah telegram ketiga. Semacam firasat menyuruh aku pulang. Ketika tiba di kampong seorang diri, bapak berkata dengan kesal, “Hanya kau sendiri?” Adikku sejak beberapa tahun tak ketahuan lagi dimana tempatnya. (Situmorang, 2015: 68)
Tokoh Aku kurang aktif dalam kegitaan keagamaan dan tidak kurang taat beribadah. (2) Pada hari kedua saya datang, pendeta berkunjung ke rumah. Karena ibu tidak dapat ke gereja di malam hari Natal, jemaat akan merayakan hari Natal di rumah kami! Ibu setuju, dan mengangguk seperti menerima hal yang sewajarnya. Aku merasa keberatan karena sesuatu, tapi tak berkata. (Situmorang, 2015: 68-69) (3) “Ya, saya tahu Tuan juga percaya, walaupun orang terpelajar tidak lagi suka datang ke gereja. Saya selalu yakin Tuan berpegang pada Kristus,” kata pendeta seperti pada dirinya sendiri. (Situmorang, 2015: 78)
Aku adalah sorang yang sayang terhadap ibunya. (4) Setelah ia meninggal, aku mengucapkan, “Syukurlah!” dalam hati. Terlalu penderitaan si tua itu. (Situmorang, 2015:67) (4) Lalu datanglah telegram ketiga. Semacam firasat menyuruh aku pulang. (Situmorang, 2015:68) (5) Pada hari kedua saya datang, pendeta berkunjung ke rumah. Karena ibu tidak dapat ke gereja di malam hari Natal, jemaat akan merayakan hari Natal di rumah kami! Ibu setuju, dan mengangguk seperti menerima hal yang sewajarnya. Aku merasa keberatan karena sesuatu, tapi tak berkata. (Situmorang, 2015:68-69)
Dari kutipan diatas tokoh Aku merupakan tokoh utama dan tokoh protagonis, yang kurang taat dalam beribadah namun memiliki rasa sayang terhadap ibunya. b. Tokoh Ibu Ibu dalam cerita ini sebagai sosok yang selalu merindukan anaknya, tak percaya takhayul dan jemaat yang setia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
(6) Beberapa bulan sebelumnya, aku dua kali dipanggil dengan telegram, “Ibu sakit keras. Datang!” Saya datang. Ibu segar kembali. “Lihat, kau akan sehat kembali. Kau hanya rindu melihat anakmu!” (Situmorang, 2015:67) (7) Saya tahu, ibu hanya suka saya berada di hari Natal di dekatnya. (Situmorang, 2015:68) (8) Tapi ibu lain. Selain tak percaya pada takhayul, ia pengunjung gereja yang setia dan merupakan pengikut persatuan jemaat di tengahtengah penduduk yang kebanyakan masih zakil. Ibu memang terkenal peramu obat-obatna, tapi tanpa mantra. Resep buatannya hanya diludahinya. (Situmorang, 2015:68)
Dari kutipan diatas tokoh Ibu merupakan tokoh protagonis yang taat bribadah dan peramu obat tanpa mantra. c. Tokoh Bapak Sosok tokoh Bapak dalam cerpen ini adalah seorang yang sayang dan setia kepada ibu (9) “Kalau ibumu mati, aku pun tidak lama lagi hidup, sedang cucuku belum pernah kulihat!” (Situmorang, 2015:68) (10) “Di sini aku ingin dikubur. Kau harus membuat kuburan semen yang indah buat aku. Kalau aku sudah mati, ibumu kau pindahkan kemari.” (Situmorang, 2015:73)
Sebagai orang yang sudah cukup tua tokoh Bapak menjadi sorang tokoh
masyrakat dan dihormati oleh warga.
(11) Bapak kalau di gereja diberi juga tempat istimewa dekat pendeta, di atas kursi besar menghadap jemaat, sebab ia orang yang dirajakan, pun sebelum zending dan kompeni datang. Itu haknya dan saban kali ia duduk di gereja, ia duduk terkantuk-kantuk di sana sampai habis gereja. (Situmorang, 2015:68)
Dalam cerpen ini tokoh Bapak juga digambarkan sebagai orang yang beragama namun masih mempercayai takhayul. (12) Tak pernah ia kukira merasakan arti ia dipermandikan jadi orang Kristen, ketika ia sudah berusia empat puluh tahun dulu. Ia masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
mengucapkan mantra kalau ada kejadian istimewa dengan diri atau keluarganya. Kalau kerbaunya diterkam harimau di padang bebas di gunung, ia juga mengucapkan mantranya sambil membakar ranting di malam gelap. Harimau yang rakus itu akan mati! Begitulah keyakinannya. (Situmorang, 2015:68)
Dari kutipan di atas Tokoh Bapak merupakan tokoh protagonis yang setia dan sayang terhadap pasangannya, dia joga sosok yang dihormati warga masyarakat dilingkungannya. d. Tokoh Pendeta Tokoh pendeta dalam cerpen digambarkan sebagai seorang yang peduli terhadap jemaatnya dan bijaksana. (13) Pada hari kedua saya datang, pendeta berkunjung ke rumah. Karena ibu tidak dapat ke gereja di malam hari Natal, jemaat akan merayakan hari Natal di rumah kami! (Situmorang, 2015:68-69) (14) Pendeta bertanya, “Mengapa Tuan tak ke gereja ketika kemari beberapa bulan yang lalu? Tuan lebih seminggu di sini ketika itu, bukan?’ (Situmorang, 2015:69) (15) Ketika menghirup kopinya, pendeta berkata dengan hormat, “Tuan hendaknya membaca Injil di malam hari Natal nanti! Ibu tentu gembira sekali kalau Tuan melakukan hal ini.” (Situmorang, 2015:70) (16) “Bukankah begitu, Tuan? Mana bisa manusia tak ber-Tuhan! Mana mungkin tak ada surga!” katanya dengan pandang seakan-akan kambing menghadap batu. (Situmorang, 2015:74)
Tokoh pendeta merupakan tokoh tipikal yang bijaksana dan peduli terhadap jemaatnya.
4.2.3 Alur Alur yang digunakan dalam cerpen ini menggunakan tiga tahapan, yaitu tahap awal, tahap tengah dan tahap akhir. Setiap tahap yang dianalisis memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
bagian-bagian sub tahap yang berhubungan dengan peristiwa yang dialami tokoh utama. a. Tahap awal Dalam tahap ini cerpen Ibu pergi ke Surga dibagi menjadi tiga bagian lagi yang membentuk alur tahap awal. I.
Paparan (exposition) dalam cerpen ini mnegisahkan tentang bagai mana awal mula kejadian sebelum Ibu tokoh Aku meninggal (17) Ibu akhirnya meninggal setelah mengidap penyakit dada satu tahun saja. Badannya yang tua dan aus pada usia 65 tahun tak tahan lebih lama menolak rongrongan kuman-kuman yang merajalela di paru-parunya. Obat tak terbeli, makanan tak tercukupi di kampong jauh di pegunungan, apalagi perawatan yang semestinya. Setelah ia meninggal, aku mengucapkan, “Syukurlah!” dalam hati. Terlalu penderitaan si tua itu. Kebetulan saja aku dapat menghadiri saat matinya. Beberapa bulan sebelumnya, aku dua kali dipanggil dengan telegram, “Ibu sakit keras. Datang!” Saya datang. Ibu segar kembali. “Lihat, kau akan sehat kembali. Kau hanya rindu melihat anakmu!” kata orang menghibur hatinya, yang sudah tak segan mati. Hal itu kuketahui dari pandangnya. Bersama Bapak yang jauh lebih tua, ia tak punya apa-apa lagi di dunia untuk menjadi alasan hidup terus. Kami (dua anaknya) semua sudah merantau. Rumah besar kosong. Sawah terbengkalai. Cukup sebagian saja yang dikerjakan. Mereka mengembara dalam rumah seperti dalam ruang kubur besar, demikian kata ibu sendiri. Orang pun tak singgah lagi. Apa hendak dipercakapkan si tua nyinyir serta istrinya yang sudah dekat mati? (Situmorang, 2015:67)
II.
Rangsangan (inciting moment) dalam cerpen dimulai dengan datangnya telegram kedua yang berisikan tentang keinginan sang ibu. (18) Kedua kalinya saya dapat telegram. Tapi saya tak datang. Entah berdasar perhitungan apa saya menaksir dalam hati saya bahwa ibu akan tahan hidup kira-kira enam bulan lagi. Lalu kukirimkan sebuah baju panas. Surat ibu, yang didiktekan pada orang lain, sebab ia buta huruf, dan ditujukan pada anakku laki-laki yang sulung berkata, “Nenek lakimu cemburu, baik kirim baju laken padanya seperti dulu!” Pernyataan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
keinginan tersebut diperkuat dengan cap jempol bapak. Jas itu kukirimkan. (Situmorang, 2015:67-68)
III.
Gawatan (rising action) cerpen Ibu Pergi ke Surga diawali dengan datangya telegram ketiga yang memberi isyarat kepada tokoh Aku untuk segera pulang kekampung halaman menjenguk ibunya. (19) Lalu datanglah telegram ketiga. Semacam firasat menyuruh aku pulang. Ketika tiba di kampong seorang diri, bapak berkata dengan kesal, “Hanya kau sendiri?” Adikku sejak beberapa tahun tak ketahuan lagi dimana tempatnya. (Situmorang, 2015:68).
b. Tahap Tengah Tahap berikutnya dalam cerpen ini juga dibagi menjadi tiga dalam terbentunya tahap tengah. I.
Tikaian (conflict) pada bagian ini dimulai saat makan malam bersama Bapak dan Ibu tokoh Aku, sang Bapak mulai menanyakan kenapa Tokoh pulang sendiri tak mengajak anak dan Istrinya. (20) Malamnya ketika makan, bapak bertanya, “Apa kau cekcok dengan istrimu?” Lalu ia memberengut, pergi keluar. “Ongkos mahal, pak!” kataku, tapi ia menghilang dalam gelap setelah berkata, “Kalau ibumu mati, aku pun tidak lama lagi hidup, sedang cucuku belum pernah kulihat!” Ibu tersenyum saja. (Situmorang, 2015:68) (21) Pada hari kedua saya datang, pendeta berkunjung ke rumah. Karena ibu tidak dapat ke gereja di malam hari Natal, jemaat akan merayakan hari Natal di rumah kami! Ibu setuju, dan mengangguk seperti menerima hal yang sewajarnya. Aku merasa keberatan karena sesuatu, tapi tak berkata. Sebelum itu, sudah beberapa kali orang berhari Minggu di rumah kami rupanya. Hal itu terasa bagiku seakan-akan upacara kematian. (Situmorang, 2015:68-69)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
II.
Tahap rumitan (complication) cerpen ini ketika Pendeta mengajak Tokoh Aku kerumahnya, dan saat itu pendeta menanyakan bebrapa hal yang tak ingin dijawab oleh tokoh Aku. (22) Ketika hendak pulang, pendeta mengajak aku ikut ke rumahnya. Karena taka da yang dapat dilakukan di dusun lembah yang begitu sepi, aku ikut. Lagi aku ingin juga melihat gereja yang dulu yang sudah tak kulihat sejak lepas dari sekolah dasar kira-kira dua puluh tahun yang lalu. Jalan menuju gereja melalui tegalan dan jalan kampong. Pendeta bertanya, “Mengapa Tuan tak ke gereja ketika kemari beberapa bulan yang lalu? Tuan lebih seminggu di sini ketika itu, bukan?’ Pertanyaan itu kuelakkan dengan bertanya ini dan itu tentang keadaan penduduk. (Situmorang, 2015:69)
Rumitan juga terjadi saat Tokoh aku sudah berada di rumah Pendeta. (23) Ketika menghirup kopinya, pendeta berkata dengan hormat, “Tuan hendaknya membaca Injil di malam hari Natal nanti! Ibu tentu gembira sekali kalau Tuan melakukan hal ini.” (Situmorang, 2015:70) (24) “Orang-orang tua mengatur jemaat membakar lilin, membaca nyanyian, mengatur anak-anak sekolah. Kor harus dipimpin. Kami telah melatih lagu kesukaan ibu: Di Tangan Tuhan!” Aku tak suka, tapi aku diam. Pendeta rupanya menganggapnya tanda setuju. “Kue-kue disediakan juga buat anak-anak. Sihotang telah bermurah hati memberi sumbangan besar. Tuan masih ingat dia?” Aku pulang ke rumah dengan perasaan hampa dalam dada. Terbayang orang berumpul di rumah. Bagai8mana dan dimana ibu akan ditaruh? Ia tak dapat duduk lama-lama. Berbaring kiranya? (Situmorang, 2015:70)
III.
Tahap klimaks terjadi saat tokoh aku muali memperhatikan Ibunyayang tengah tidur dan dia merasakan ada sesuatu yang janggal. (24) Kuperhatikan wajahnya dengan mata dan pipinya yang cekungcekung. Lalu dadanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
“Seperti dada ayam,” pikirku. Tiba-tiba kusadari dadanya tak bergerak. Kuraba keningnya, lalu kubuka kelopak matanya. Ibu telah mati! (Situmorang, 2015:71)
c.
Tahap akhir (end) dibagi menjadi dua untuk menylesaikan cerita ini. I.
Tahap leraian pada tahap ini Tokoh aku mengatakan kepada Bapak kalua sang Ibu telah meninggal. (25) Sesudah orang semua pergi, pada bapak kukatakan ibu taka da lagi. Ia lalu terhenti sebentar menumbuk sirihnya, berkata, “Panggil pamanmu!” Sebelum pergi, lilin kupadamkan. (Situmorang, 2015:73)
II.
Tahap selesaian untuk akhir dari masalah yang dialami tokoh Aku setelah beberapa hari kematian Ibu Bapak mengajaknya berbincang dan kata-kata pendeta yang menguatkan tokoh Aku. (26) Ia berdiri di pekarangan luas dan memberi isyarat kepadaku untuk mengikutinya ke sudut pekarangan. Tak tahu aku maksudnya. Setelah aku dekat ia berkata, “Kau ada uang?” Aku terkejut karena tak tahu maksud apa yang terkandung dalam pertanyaannya, tapi akhirnya kubilang, “berapa pak perlu?” Seribu, dua ribu rupiah sudah cukup,” katanya. “Buat apa?” tanyaku sambil mengikuti dia, dan pada ketika itu kami sampai di sudut pekarangan. Ia memegang bahuku dan sambil memandang ke danau di bawah ia berkata, “Di sini aku ingin dikubur. Kau harus membuat kuburan semen yang indah buat aku. Kalau aku sudah mati, ibumu kau pindahkan kemari.” Aku hanya bertanya, “Mengapa mesti di sini?” Bapak melepaskan tangan kirinya dari bahuku. Ia berpaling memandang ke puncak gunung dan berkata, “Dari tempat ini aku dapat memandang lepas ke dataran tinggi dan ke danau.” (Situmorang, 2015:73) (27) Pendeta itu menuju tempatku dan setelah sampai berkata, “Kudengar Tuan besok pergi. Mudah-mudahan selamat saja di perjalanan!” Kemudian, “Tuan jangan sedih! Tuan melihat betapabesar cinta penduduk dan kerabat ibu. Tak ada orang tua yang begitu dicintai dan dihormati di daerah ini! Ia sekarang disamping Tuhan!” (Situmorang, 2015:74)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
4.2.4 Latar Latar yang digunakan dalam pembentukan cerpen ini terbagi menjadi tiga, latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. a. Latar tempat Latar tempat pada cerpen ini adalah rumah Tokoh Aku dan Gereja dan rumah pendeta. (28) Pada hari kedua saya datang, pendeta berkunjung ke rumah. Karena ibu tidak dapat ke gereja di malam hari Natal, jemaat akan merayakan hari Natal di rumah kami! Ibu setuju, dan mengangguk seperti menerima hal yang sewajarnya, (Situmorang, 2015:68-69). (29) Ketika sampai di rumah, ibu kujumpai sedang menyediakan minuman susu kental yang kubawa, sendirian jongkok di lantai ruangan tengah. (Situmorang, 2015:70-71) (30) Akhirnya, kami sampai di pekarangan gereja. Pada kesan pertama, aku heran betapa kecilnya gereja dan rumah pendeta. (Situmorang, 2015:69) (31) Kami masuk ke dalam gereja yang juga masih dipergunakan sebagai sekolah, hanya sekarang lebih banyak bangku dan di sudut pekarangan telah didirikan bangsal darurat. (Situmorang, 2015:70) (32) Istri pendeta memanggil. Ia sudah menyediakan kopi. “Sebentar!” balas pendeta dan suaranya membahana pada lereng, bukit yang mengapit lembah. Setelah pendeta mengunci pintu gereja, anjingnya datang menjilat kaki saya: kesepian yang tetap. Ketika menghirup kopinya, pendeta berkata dengan hormat, “Tuan hendaknya membaca Injil di malam hari Natal nanti! Ibu tentu gembira sekali kalau Tuan melakukan hal ini.” (Situmorang, 2015:70)
b. Latar Waktu Latar waktu pada cerpen ini adalah malam hari, malam natal, dan siang hari. (33) Malamnya ketika makan, bapak bertanya, “Apa kau cekcok dengan istrimu?” Lalu ia memberengut, pergi keluar. “Ongkos mahal, pak!” kataku, tapi ia menghilang dalam gelap setelah berkata, “Kalau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
ibumu mati, aku pun tidak lama lagi hidup, sedang cucuku belum pernah kulihat!” (Situmorang, 2015:68) (34) Tibalah malam hari Natal. Bapak sudah siang-siang mengenakan pakaian yang bersih. Ia duduk sendirian di sudut ruangan dalam yang besar sambil menumbuk sirihnya di lesung kecil dibuat dari perak. (Situmorang, 2015:71) (35) Danau di bawah ditimpa sinar tengah hari, berkilau-kilau. (Situmorang, 2015:73)
c. Latar social yang terlihat dalam cerpen inik adalah cara masyarakat memperlakukan bapak saat di gereja. (36) Bapak kalau di gereja diberi juga tempat istimewa dekat pendeta, di atas kursi besar menghadap jemaat, sebab ia orang yang dirajakan, pun sebelum zending dan kompeni datang. (Situmorang, 2015:78)
4.2.5 Tema Tema adalah pokok pembicaraan yang mendasari cerita dalam karya sastra. Tema yang terkandung dalam cerpen “Ibu Pergi ke Surga” adalah religius dapat dilihat dari kutipan berikut. Ibu akhirnya meninggal setelah mengidap penyakit dada satu tahun saja. Badannya yang tua dan aus pada usia 65 tahun tak tahan lebih lama menolak rongrongan kuman-kuman yang merajalela di paruparunya. Obat tak terbeli, makanan tak tercukupi di kampong jauh di pegunungan, apalagi perawatan yang semestinya. Setelah ia meninggal, aku mengucapkan, “Syukurlah!” dalam hati. Terlalu penderitaan si tua itu. (Situmorang, 2015:67) “Seperti dada ayam,” pikirku. Tiba-tiba kusadari dadanya tak bergerak. Kuraba keningnya, lalu kubuka kelopak matanya. Ibu telah mati! Perasaan syukur yang ganjil tak memberi kesempatan pada haru yang menyumbat kerongkonganku. Kupandang ke arah bapak, tapi ia tak tahu apa-apa. Bagaimana mengatakan hal itu? Orang akan datang berpesta segera: kututupi wajah ibu dengan kain dan sebentar lagi kedengaran orang datang. Pendeta dan orang tua-tua: jemaat pun masuk, mengambil tempatnya di lantai, duduk bersila dengan khidmat, mula-mula di sudut-sudut, hingga terisi, kemudian dengan segan-segan menyerak ke tengah ruangan. (Situmorang, 2015:71)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Dari dua kutipan di atas dapat dilihat bahwa tema dalam cerpen “Ibu Pergi ke Surga” adalah rekigius yang menggambarkan kematian yang bahagia, karena Ibu sudah tidak menderita lagi dalam kesakitan. Kematian bukanlah akhir dari sebuah kehidupan duniawi yang perlu ditangisi dan disesali melainkan kematian merupakan sebua pintu yang menjembatani antra dunia dan surga yang kekal yang penuh kedamaian dalam kelahiran baru manusia.
4.2.6 Sudut Pandang Sudut pandang yang dalam cerpen “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor Situmorang adalah, sudut pandang orang pertama, pengarang sebagai pelaku cerita. Hal ini dapat dibuktikn dalam kutipan di bawah ini; Setelah ia meninggal, aku mengucapkan, “Syukurlah!” dalam hati. Terlalu penderitaan si tua itu. (Situmorang, 2015:67) Lalu datanglah telegram ketiga. Semacam firasat menyuruh aku pulang. (Situmorang, 2015:68) Lalu datanglah telegram ketiga. Semacam firasat menyuruh aku pulang. Ketika tiba di kampong seorang diri, bapak berkata dengan kesal, “Hanya kau sendiri?” (Situmorang, 2015:68).
4.2.7 Bahasa Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini adalah bahasa sehari-hari orang batak pada masa cerpen ini dibuat, dan terpengaruh dari daerah asal si penulis cerpen. Karakteristik bahasa yang digunakan lugas dan tidak basa basi, jadi meskipun cerpen ini menggunakan bahasa batak tetap dapat dinikmati dan dicerna oleh awam. Karakteristik bahasa batak tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
(37) Malamnya ketika makan, bapak bertanya, “Apa kau cekcok dengan istrimu?” Lalu ia memberengut, pergi keluar. “Ongkos mahal, pak!” kataku, tapi ia menghilang dalam gelap setelah berkata, “Kalau ibumu mati, aku pun tidak lama lagi hidup, sedang cucuku belum pernah kulihat!” (Situmorang, 2015:68)
Karakteristik bahasa orang batak yang terlihat lugas dan tidak basa basi tampak dalam kutipan diatas
4.3 Cerpen Ibu Pergi ke Surga Ditinjau Dari Aspek Bahasa, Psikologi Dan Latar Belakang Budaya Karya sastra dalah media atau bahan ajar yang relevan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Cerpen dapat mengembangkan pengetahuan siswa tentang sastra dengan cara membaca dan menganalisis unsurunsur pembangun yang terkandung di dalamnya. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab II, bahan ajar berbentuk teks sastra hendaknya memenuhi tiga aspek penting, yakni aspek Bahasa, aspek psikologi, dan aspek latar belakang budaya. Cerpen Ibu Pergi ke Surga dapat dijadikan bahan ajar pembelajaran siswa karena telah memnuhi aspek penting bahan ajar.
4.3.1 Aspek Bahasa Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini menggunakan bahasa sehari-hari orang batak meski menggunakan bahasa penduduk batak isi dari cerpen ini tetap bisa dipahami karena dari bahasanya yang lugas dan tidak berbelit. Penggunaan bahasa sehari-hari budaya batak dalam cerpen ini menghasilkan bentuk kalimat yang mudah dipahami. Melalui kutipan berikut akan terlihat bagaimana bahasa yang digunakan dalam cerpen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
(37) Lalu datanglah telegram ketiga. Semacam firasat menyuruh aku pulang. Ketika tiba di kampong seorang diri, bapak berkata dengan kesal, “Hanya kau sendiri?” (Situmorang, 2015:68) (38) Pada hari kedua saya datang, pendeta berkunjung ke rumah. Karena ibu tidak dapat ke gereja di malam hari Natal, jemaat akan merayakan hari Natal di rumah kami! Ibu setuju, dan mengangguk seperti menerima hal yang sewajarnya. (Situmorang, 2015:68-69) (39) Ketika hendak pulang, pendeta mengajak aku ikut ke rumahnya. Karena taka da yang dapat dilakukan di dusun lembah yang begitu sepi, aku ikut. Lagi aku ingin juga melihat gereja yang dulu yang sudah tak kulihat sejak lepas dari sekolah dasar kira-kira dua puluh tahun yang lalu. (Situmorang, 2015:69)
Selain menggunakan bahasa sehari-hari pengarang jiga menggunakan majas dalam kalimat-kalimatnya. Penggunaan beberapa majas dalam cerpen membuat cerpen ini lebih menarik. Penggunaan majas dalam cerpen dapat dilihat dalam kutipan berikut. (40) Mereka mengembara dalam rumah seperti dalam ruang kubur besar, demikian kata ibu sendiri. (Situmorang, 2015:67) (41) “Seperti dada ayam,” pikirku. Tiba-tiba kusadari dadanya tak bergerak (Situmorang, 2015:71)
Majas yang terdapat dalam kutipan (40) dan (41) adalah majas simile, yaitu pengungkpan dengan perbandiingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung bagaikan, umpama, ibarat, bak, bagai, seperti, dll. Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen “Ibu Pergi ke Surga” relevan dengan pembelajaran sastra di SMA kelas X semester 1. Hal ini didasari dengan penggunaan bahasa yang mudah dipahami dan penggunaan majas dalam cerpen sehingga dapat membantu siswa dalam memahami gaya bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
4.3.2 Aspek Psikologi Dilihat dari aspek psikologi, cerpen Ibu Pergi ke Surga sesuai dengan tahap-tahap perkembangan psikologi siswa didik di SMA kelas X. Cerpen ini bercerita tentang seorang anak yang kembali kekampung halamannya karena Ibunya sudah tua dan sakit-sakitan, sang anak memnuhi panggilan ibunyan dan kembali kekampung hingga Ibu akhirmya meninggal. Dengan membaca cerpen ini siswa didik dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen. Nilai-nilai tersebut dapat diambil dari sikap-sikap tokoh yang ada dalam cerpen. Nilai-nilai yang dapat diteladani dari cerpen ini adalah.
Sikap tokoh aku yang tetap menghormati dan menjalankan permintaan dari orang yang lebih tua meskipun permintaan tersebut berlawanan dengan diriinya.
Tokoh aku yang selalu menyayangi ke dua orang tuanya
Pendeta yang memiliki rasa perduli terhadap orang lain dan sikap bijaksanya
Nilai spiritual ibu yang taat beribadah
4.3.3 Aspek Latar Belakang Budaya Jalan cerita dalam cerpen ini dapat dijadikan pembelajaran yang baik. Latar belakang budaya yang masih kental dan toleransi dalam hidup berdampingan juga masih terlihat. Masyarakat disini masih memiliki rasa kebersamaan yang besar dan sikap murah hati digambarkan dalam kutipan cerpen dibawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
(42) “Orang-orang tua mengatur jemaat membakar lilin, membaca nyanyian, mengatur anak-anak sekolah. Kor harus dipimpin. Kami telah melatih lagu kesukaan ibu: Di Tangan Tuhan!” (Sitor Situmorang, 2015:70) (43) “Kue-kue disediakan juga buat anak-anak. Sihotang telah bermurah hati memberi sumbangan besar. Tuan masih ingat dia?” (Sitor Situmorang, 2015:70) (44) Dua gadis yang tak kukenal sedang membenahi ibu dan meletakkannya di bale-bale, lalu ibu ditaruh dekat dinding agak jauh dari tempat duduk bapak. Pohon natal yang diambil dari hutan telah tersedia di sudut. Lilinnya belum dibakar. (Sitor Situmorang, 2015:71) (45) Kemudian, “Tuan jangan sedih! Tuan melihat betapabesar cinta penduduk dan kerabat ibu. Tak ada orang tua yang begitu dicintai dan dihormati di daerah ini! Ia sekarang disamping Tuhan!” (Sitor Situmorang, 2015:74)
Ketiga kutipan di atas: aspek bahasa, aspek, psikologi dan aspek latar belakang budaya dapat dipelajari siswa dengan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan berdasarkan silabus dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). RPP membantu pengajar menentukan tujuan pembelajaran dan pencampaian kompetensi akhir siswa setelah membaca cerpen “Ibu Pergi ke Surga”. Di dalam silabus terdapat penjabaran standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, alokasi waktu dan sumbe r belajar. RPP lebih detail dari silabus karena dilengkapi dengan metode pembelajaran dan evaluasi belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa
Indikator Pencapaian Kompetensi
Kegiatan Pembelajaran
7.2 Menganalisis Membaca cerpen Bersahaba/ Membaca cerpen “Ibu keterkaitan Unsur-unsur komunikatif Pergi ke Surga” karya unsur intrinsik cerpen Tanggung jawab sitor Situmorang. intrinsik (tokoh, alur, Mengidentifikasi unsursuatu cerpen tema,latar dan unsur cerita pendek dengan bahasa ) (tokoh, alur, tema,latar kehidupan dan bahasa ) yang telah sehari-hari dibaca Mengaitkan unsur intrinsic (tokoh, alur, tema,latar, sudut pandang dan bahasa ) dengan kehidupan seharihari
Menemukan nilai-nilai yang dapat diteladani dari tokoh-tokoh cerpen
Membaca cerpen yang akan dianalisis Mengidentifikasi unsurunsur intrinsik dalam cerpen Mencatat hal-hal dibutuhkan dalam analisis intrinsik cerpen Menulis analisis intrinsik cerpen dengan memperhatikan prinsipprinsip penulisan unsur intrinsik cerpen.
Penilaian
Jenis Tagihan: Tugas individu Tugas kelompok Diskusi Presentasi Jenis instrumen: Essay Format penilaian dan diskusi dan presentasi Contoh instrumen: analisislah unsur
Alokasi Waktu
4jp
Sumber Belajar
Buku kumpulan cerpen Sitor Situmorang ‘Ibu Pergi ke Surga” proyektor, laptop
4.4 Implementasi Cerpen dalam Pembelajaran Sastra di SMA Kelas X Semester I
SILABUS PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas :X Semester :1 Standar Kompetensi : Membaca 8. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen.
54
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
intrinsik cerpen Ibu Pergi ke Surga karya Sitor Situmorang
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas, semester
: X, semester I
Kelas, semester
: Bahasa Indonesia
Jumlah Pertemuan
: 2 kali pertemuan ( 4 X 45 menit)
Standar Kompetensi
: Membaca 7.
Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca dan menulis cerpen.
Kompetensi Dasar
: 7. 2 Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan seharihari.
Indikator
:
Membaca cerpen yang akan dianalisis
Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dalam cerpen
Melaporkan hasil analisis intrinsik cerpen
Menunjukan unsur intrinsik dalam cerpen
Mencatat hal-hal dibutuhkan dalam analisis intrinsik cerpen
Menulis analisis intrinsik cerpen dengan memperhatikan prinsip-prinsip penulisan unsur intrinsik cerpen.
A.
Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu membaca cerpen dengan cermat. Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dalam cerpen dengan baik dan benar Siswa dapat melaporkan hasil hasil analisis intrinsik cerpen kepada temantemanya. Siswa dapat menunjukan unsur intrinsik dalam cerpen yang telah dibacanya. 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Siswa mampu mencatat hal-hal yang dibutuhkan dalam analisis intrinsik cerpen secara runtut, Siswa mampu menulis analisis unsur intrinsik cerpen dengan memperhatikan prinsip penulisan unsur intrinsik cerpen dengan lengkap.
B.
Alokasi Waktu
C.
Metode Pembelajaran
: 4 x 45 menit
Ceramah Tanya Jawab Latihan
D. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal
Kegiatan Inti
Langkah Pembelajaran
Alokasi Waktu
Guru memberi salam. Guru menjelaskan tentang materi pembelajaran. Siswa ditanya mengenai unsurunsur intrinsik yang ada pada 15 menit cerpen. Guru memaparkan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Eksplorasi Siswa membentuk kelompok (1 kelompok = 4 - 5 siswa). Siswa membaca cerpen “Ibu Pergi ke Surga” yang disediakan oleh guru. Elaborasi Siswa berdiskusi untuk 60 menit mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen (tokoh, alur latar, tema, sudut pandang dan bahasa) Siswa berdiskusi untuk mengaitkan unsur intrinsik cerpen dengan kehidupan sehari-hari. Siswa berdiskusi untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mengidentifikasi nilai-nilai terkandung dalam cerpen.
yang
Konfirmasi Setiap kelompok membacakan hasil diskusi di depan kelas dan kelompok lain memberikan tanggapan dan komentar terhadap presentasi kelompok. Guru dan peserta didik memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa. Siswa dan guru bertanya jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami.
Kegiatan Akhir
Siswa dan guru bersama-sama membuat rangkuman atau kesimpulan. Siswa dan guru melakukan penilaian atau refleksi 15 menit pembelajaran. Siswa dan guru menutup pembelajaran.
Pertemuan ke- 2 2x45 menit Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal
Kegiatan Inti
Langkah Pembelajaran
Alokasi Waktu
Guru memberi salam. Guru menjelaskan tentang materi pembelajaran. Siswa ditanya mengenai unsurunsur intrinsik yang ada pada 15 menit cerpen. Guru memaparkan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Eksplorasi Guru dan siswa membahas kembali tentang materi tokoh, alur, latar dan 60 menit tema cerpen “Ibu Pergi ke Surga”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Secara acak siswa menyebutkan nilai-niai yang dapat diambil/diteladai dari tokoh Guru membantu peserta didik mengaitkan unsur-unsur intrinsic dalam kehidupan sehari-hari. Elaborasi Dalam kelompok yang sama siswa mendiskusikan hasil dari analisis unsur intrinsik cerpen “Ibu Pergi ke Surga” Siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen. Konfirmasi Setiap kelompok membacakan hasil diskusi yang telah diarahkan oleh guru. Guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui siswa dari materi tersebut.
Kegiatan akhir
Siswa menyimpulkan hasil diskusi terhadap materi yang telah dipelajari Guru memberikan umpan balik 15 menit terhadap hasil pembelajran. Salam penutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
E. Penilaian 1. Teknik
: Tes unjuk kerja
2. Bentuk instrument
: Tes esai
3. Soal/instrument
:
Bacalah dengan saksama cerita pendek yang berjudul “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor Situmorang, kemudian kerjakanlah soal berikut ini! 1.
Sebutkan tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerpen “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor Situmorang?
2.
Analisislah tahapan alur pada cerpen “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor Situmorang?
3.
Sebutkan latar yang ada pada cerpen “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor Situmorang, berikan bukti!
4.
Sebutkan Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam cerpen “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor Situmorang?
5.
Apakah tema dari cerpen “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor Situmorang kemudian presentasikan!
Pedoman Penilaian Soal 1 2 3 4 5
Skor 20
Skor 15
Skor 10
Skor 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Perhitungan Nilai Akhir dalam skala 1-100 adalah sebagai berikut. Nilai Akhir
=
Perolehan Skor
X Skor Ideal
Skor Maksimal = Perolehan Skor
X 100
100 F. Sumber Belajar Situmorang, Sitor. 2015. Kumpulan Lengkap Cerpen: Ibu Pergi ke Surga. Depok: Komunitas Bambu. Rangkuman materi dari guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Kunci jawaban Nomor Soal 1.
Jawaban
Bukti
Tokoh Aku
Lalu datanglah telegram ketiga. Semacam firasat menyuruh aku pulang. (Situmorang, 2015:67)
Tokoh Ibu
Ibu tersenyum saja. (Situmorang, 2015:68)
Tokoh Bapak
Malamnya ketika makan, bapak bertanya, “Apa kau
cekcok
memberengut,
dengan pergi
istrimu?” keluar.
Lalu
ia
(Situmorang,
2015:68) Tokoh Pendeta
Jalan menuju gereja melalui tegalan dan jalan kampong. Pendeta bertanya, “Mengapa Tuan tak ke gereja ketika kemari beberapa bulan yang lalu? Tuan lebih seminggu di sini ketika itu, bukan?’ (Situmorang, 2015:69)
2.
Tahap awal
Ibu akhirnya meninggal setelah
mengidap
penyakit dada satu tahun saja. Badannya yang tua dan aus pada usia 65 tahun tak tahan lebih lama menolak rongrongan kuman-kuman yang merajalela di paru-parunya. Obat tak terbeli, makanan tak tercukupi di kampong jauh di pegunungan, semestinya.
apalagi Setelah
perawatan ia
yang
meninggal,
aku
mengucapkan, “Syukurlah!” dalam hati. Terlalu penderitaan si tua itu. (Situmorang, 2015:67) Tahap tengah
Malamnya ketika makan, bapak bertanya, “Apa kau
cekcok
dengan
istrimu?”
Lalu
ia
memberengut, pergi keluar. “Ongkos mahal, pak!” kataku, tapi ia menghilang dalam gelap setelah berkata, “Kalau ibumu mati, aku pun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
tidak lama lagi hidup, sedang cucuku belum pernah kulihat!” Ibu tersenyum saja. (Situmorang, 2015:68) Tahap akhir
Pendeta itu menuju tempatku dan setelah sampai berkata, “Kudengar Tuan besok pergi. Mudahmudahan selamat saja di perjalanan!” Kemudian, “Tuan jangan sedih! Tuan melihat betapabesar cinta penduduk dan kerabat ibu. Tak ada orang tua yang begitu dicintai dan dihormati di daerah ini! Ia sekarang disamping Tuhan!” (Situmorang, 2015:74)
3.
Latar tempat Rumah tokoh aku
(Pada
hari
kedua
saya
datang,
pendeta
berkunjung ke rumah. Karena ibu tidak dapat ke gereja di malam hari Natal, jemaat akan merayakan hari Natal di rumah kami! Ibu setuju, dan mengangguk seperti menerima hal yang sewajarnya. (Situmorang, 2015:68-69) (Ketika sampai di rumah, ibu kujumpai sedang menyediakan
minuman
susu
kental
yang
kubawa, sendirian jongkok di lantai ruangan tengah. (Situmorang, 2015:70-71) Gereja
Kami masuk ke dalam gereja yang juga masih dipergunakan sebagai sekolah, hanya sekarang lebih banyak bangku dan di sudut pekarangan telah didirikan bangsal darurat. (Situmorang, 2015:70)
Latar waktu
Malamnya ketika makan, bapak bertanya, “Apa kau
cekcok
dengan
istrimu?”
Lalu
ia
memberengut, pergi keluar. “Ongkos mahal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
pak!” kataku, tapi ia menghilang dalam gelap setelah berkata, “Kalau ibumu mati, aku pun tidak lama lagi hidup, sedang cucuku belum pernah kulihat!” (Situmorang, 2015:68) Tibalah malam hari Natal. Bapak sudah siangsiang mengenakan pakaian yang bersih. Ia duduk sendirian di sudut ruangan dalam yang besar sambil menumbuk sirihnya di lesung kecil dibuat dari perak. (Situmorang, 2015:71) (Danau di bawah ditimpa sinar tengah hari, berkilau-kilau. (Situmorang, 2015:73) Latar social
Bapak kalau di gereja diberi juga tempat istimewa dekat pendeta, di atas kursi besar menghadap jemaat, sebab ia orang
yang
dirajakan, pun sebelum zending dan kompeni datang. (Situmorang, 2015:78) 4.
Nilai
-
Sikap tokoh aku yang tetap menghormati dan menjalankan permintaan dari orang yang lebih tua meskipun permintaan tersebut berlawanan dengan diriinya.
-
Tokoh aku yang selalu menyayangi ke dua orang tuanya
-
Pendeta yang memiliki rasa perduli terhadap orang lain dan sikap bijaksanya
5.
Tema
Nilai spiritual ibu yang taat beribadah
Tema dalam cerpen “Ibu Pergi ke Surga” adalah religius yang menggambarkan kematian yang bahagia, karena Ibu sudah tidak menderita lagi dalam kesakitan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap cerpen “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor Situmorang dapat ditarik beberapa kesimpulan. Tokoh utama dalam cerpen ini adalah Aku, tokoh lain yang ada dalam cerpen ini adalah Ibu, Bapak dan Pendeta. Alur dalam cerpen ini terbagi menjadi tiga tahapan yaitu, tahap awal, tengah dan akhir. Latar dalam cerpen ini ada tiga yaitu, latar tempat, waktu dan social. Tema cerpen ini adalah religius yang menceritakan tentang kematian ibu bukanlah akhir dari segalanya melainkan sebuah kebahagisn kerena ibu sudah terbebas dadi penderitaan. Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen ini adalah sudut pandang orang pertama, pengarang sebagai pelaku cerita.
Bahasa dalam cerpen ini
menggunakan bahasa orang batak pada masa cerpen dibuat. Implementasi cerpen “Ibu Pergi ke Surga” untuk pembelajaran sastra di SMA kelas X dituangkan dalam wujud Silabus dan RPP yang dapat digunakan sebagai bahan ajar.
4.2 Saran Peneliti berharap hasil penelitian yang masih ada kekurangan dan kelemahan ini dapat memberikan pengetahuan bagi guru-guru bahasa Indonesia dan peneliti lain yang akan membahas mengenai unsur intrinsik cerpen. Peneliti 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
juga berharap implementasi penelitian pada pembelajaran sastra ini dapat berguna bagi dunia pendidikan khususnya pembelajaran sastra di SMA. Peneliti juga menyarankan agar para guru dapat mengambil nilai yang terkandung dalam cerpen “Ibu Pergi ke Surga” karya Sitor Situmorang untuk diajarkan kepada siswa. Bagi mahasiswa, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau referensi dalam penyusunan skripsi. Peneliti lain dapat menindaklanjuti penelitian yang berhubungan dengan cerpen ini menggunakan pendekatan lain agar mendapatkan informasi dan referensi yang lebih lengkap lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini.2006. Prosedur Penelitian Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. BSNP.2006. Badan Standar Nasional Penididikan: Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP. Dirtomulyono, Agus. 2005. “Analisis Struktural Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini dan Relevansinya sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA.” Skripsi. Yogyakarta: PBSID. FKIP. Universitas Sanata Dharma. Luxemburg, Jan Van, Meikel Basl, Willem G Westejin. 1986. Pengantar Ilmu Sastra (Terjemahan: Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia. Mendiknas. 2006. Kurikulum. Jakarta: Mendiknas. Nurgiyantoro, Burhan, 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Rubingah. 2000. “Struktur Deapan Cerpen dalam Kumpulan Cerpen Tegak Lurus dengan Langit Karya Iwan Simatupang dan Relevansinya sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMU.” Skripsi. Yogyakarta: FKIP. PBSID. Universitas Sanata Dharma. Sayekti, Sri dkk. 1998. Analisis Stuktur Cerita Pendek dalam Majalah 1930-1934. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Situmorang, Sitor. 2015. Kumpulan Lengkap Cerpen: Ibu Pergi ke Surga. Depok: Komunitas Bambu. Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sumardjo, Jacob. 1986. Memahami Kesusastraan. Bandung: Penerbit Alumni. Sumardjo, Jacob dan Saini, K.M. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menulis sebagai Salah Satu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Teuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UNSUR INTRINSIK CERPEN 1.
Tokoh
Tokoh adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian dari peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam plot. Tokoh dalam sebuah cerita merupakan objek yang menjalankan sebuah cerita
2.
Penokohan
Penokohan adalah sifat dan sikap para pelaku cerita. Jones dalam (Nurgiyantoro, 2009:165) menyebutkan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya: pelukisan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan berbagai hal yang berhubungan denganjati diri tokoh dapat dibedakan ke dalam dua cara atau teknik, yaitu teknik penjelasan ekspositori (expository) dan teknik dramatic (dramatik) (Abrams dalam Nnurgiyantoro,2009:14) 3.
Alur
Alur adalah suatu urutan cerita atau peristiwa yang teratur dan padu,. Kaitan antara peristiwa tersebut hendaknya jelas, logis, dapat di awal tengah, atau akhir (Nurgiyantoro, 2009:42). Alue atau plot dapat diartikan sebagai jalan atau urutan cerita yang menunjukan sebab akibat dan mewakili keseluruhan isi cerita. Unsurunsur dalam plot meliputi peristiwa, konflik, dan klimaks. Tahap-tahap dalam alur meliputi (1) tahap awal (perkenalan), (2) tahap tengah (pertikaian), (3) tahap akhir (peleraian).
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.
Latar
Latar dalam sebuah prosa tidak dapat ditinggalkan, karena latar berfungsi sebagai penggambaran sebuah peristiwa itu dilukiskan atau terjadi. Biasanya, latar mengarah kepada tempat kejadian atau dimensi peristiwa itu terjadi. Abrams (dalam Nurgiyantoro 2009:216) menyatakan, latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosia tempat terjadinya peristiwa. 5.
Bahasa
Bahasa merupakan sarana pengungkapan sastra (Nurgiyantoro, 2009: 272). Di pihak lain, sastra lebih dari sekedar bahasa dan deretan kata. Namun, unsur kelebihannya itu pun hanya dapat diungkap dan ditafsirkan melalui bahasa.Jika, sastra dikatakan ingin menyampaikan dan mendialogkan sesuatu hanya dapat dikomunikasikan lewat sarana bahasa. 6.
Tema
Tema dalam sebuah karya sastra fiksi, hanyalah merupakan salah satu dari sejumlah unsur pembangun cerita yang lain dan secara bersama membentuk sebuah kemenyeluruhan. Bahkan, sebenarnya eksistensi tema itu sendiri bergantung dari berbagai unsur yang lain. Oleh sebab itu, tema hanya berupa makna atau gagasan dasar umum suatu cerita dan tidak mungkin hadir tanpa unsur bentuk yang menampungnya.
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIODATA
Rosalia Desinta Kumala lahir di Kulon Progo , 04 Desember 1990. Menempuh pendidikan di Taman Kanakkanak Putra Giri lulus pada tahun 1997. Pendidikan Dasar ditempuh di SD Negeri Niten lulus pada tahun 2003. Pendidikan
Menengah
Pertama
di
SMP
Negeri
1
Nanggulan lulus pada tahun 2006. Pendidikan Menengah atas ditempuh di SMA Negeri 1 Girimulyo, lulus tahun 2009. Tahun itu, ia juga melanjutkan studi ke Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Tugas akhir ditempuh dengan penulisan skripsi yang berjudul Analisis Intrinsik Cerpen Ibu Pergi Ke Surga Karya Sitor Situmorang dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA Kelas X Semester I.
80