ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh : Muhammad Aidi Faiz NIM. 21411012
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH (HES) FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
i
ii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id email:
[email protected]
PENGESAHAN Skripsi Berjudul:
ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI Oleh: Muhammad Aidi Faiz NIM. 21411012 Telah dipertahankan di depan sidang munaqosyah skripsi Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Kamis, tanggal 17 Maret 2016, dan telah dinyatakan telah memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Hukum Islam. Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Sidang
: Prof. Dr. H. Muh Zuhri, M.A
...................................
Sekretaris Sidang
: Evi Ariyani, S.H., M.H.
...................................
Penguji I
: Farkhani, S.H., S.HI., M.H.
...................................
Penguji II
: Drs. H. Badwan, M.Ag
................................... Salatiga, 21 Maret 2016 Dekan Fakultas Syariah
Dra. Siti Zumrotun , M.Ag. NIP.19670115 199803 2 002
iii
NOTA PEMBIMBING
Lamp Hal
: 4 (empat) eksemplar : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama NIM Judul
: Muhammad Aidi Faiz : 21411012 : ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI
Dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 4 Februari 2016 Pembimbing
Evi Ariyani, SH., MH. NIP. 19731117 200003 2003
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Muhammad Aidi Faiz
NIM
: 21411012
Jurusan
: Hukum Ekonomi Syari’ah
Fakultas
: Syari’ah
Judul Skripsi
: ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 4 Februari 2016 Yang menyatakan
Muhammad Aidi Faiz
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Barang siapa yang meringankan kesulitan seorang mukmin dari kesulitan dunia, maka Allah akan meringankan kesulitannya dari kesulitan di hari kiamat. Barang siapa yang memudahkan orang yang tertimpa kesulitan, maka Allah akan memudahkan kepadanya di dunia & akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia & akirat. Allah akan membantu hamba-Nya selagi hamba tersebut membantu saudaranya (HR. Muslim).
Dan sesungguhnya ketika kita berbuat baik pada seseorang, maka pasti akan dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan pula.
PERSEMBAHAN Buah karya sederhana ini Penulis persembahkan untuk: 1.
Kedua orang tuaku yang selalu mengasihi dan menyayangiku dengan tulus dan ikhlas.
2.
Adikku tersayang Muhammad Afriza yang selalu menemani hari hariku dalam menciptakan hiburan dan memberi motivasi.
3.
Saudara-saudaraku Kak Nila, Afghany, Wisnu, dan Barly yang selalu menemani dan membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini.
vi
4.
Teman-teman progdi HES yang selalu menemaniku berjuang dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.
5.
Ahmad Permadi yang selalu membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada hamba hambanya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia menuju jalan kebenaran dan keilmuan. Alhamdulillah, dengan rasa syukur penulis skripsi dengan judul ”Analisis Hukum Islam Terhadap Pembiayaan Griya Bank Syariah Mandiri” ini telah selesai. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Dalam Hukum Islam pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tanpa ada bantuan dari berbagai pihak baik spiritual maupun material, laporan ini tidak akan mungkin akan selesai sesuai yang ditargetkan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis menghaturkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu sehingga terwujudnya skripsi ini. Adapun pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini adalah: 1. Bapak Dr.H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga.
viii
3. Ibu Evi Ariyani, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syariah IAIN Salatiga dan sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya semata-mata untuk membimbing dan mengarahkan penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. 4. Ayah Muhammad Ta’wilullah, dan Ibu Ponijah tercinta dan tersayang sebagai orang yang bersusah payah dalam membiayai studi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di IAIN Salatiga. 5. Adikku Muhammad Afriza yang selalu menemani dan memberi motivasi. 6. Saudara-saudaraku, Kak Nila, Afghany, Wisnu, dan Barly yang selalu menemaniku dalam mengerjakan skripsi ini. 7. Bank Mandiri Syariah Cabang Ungaran khususnya Ahmad Permadi yang selalu membantu saya dalam penelitian. Terima kasih kepada semua pihak atas bantuannya, penulis hanya bisa berdo’a kepada Allah SWT membalas amal baik semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang konstruktif senantiasa penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skirpsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca terutama bagi civitas akademika IAIN Salatiga. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Penulis
ix
ABSTRAK Faiz, Muhammad Aidi. 2016. Analisis Hukum Islam Terhadap Pembiayaan Griya Bank Syariah Mandiri.Skripsi Fakultas Syariah Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Evi Ariyani, SH., MH. Kata Kunci: Pembiayaan, Hukum Islam Bank Syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dengan prinsip kerja yang sesuai dengan hukum Islam. Diantara beberapa produk Bank Syariah ternyata terdapat produk yang masih diragukan sistem pengelolaannya. Oleh karena itu penulis memilih zakat hasil pertanian untuk dijadikan kajian yang menarik untuk dibahas. Penulis mengambil judul Hukum Islam Terhadap Pembiayaan Griya Bank Syariah Mandiri. Rumusan masalah yang diangkat untuk dijadikan pembahasan tentang bagaimanakah praktik pelaksanaan Produk Pembiayaan Griya BSM, dan Apakah Produk Pembiayaan Griya BSM sudah sesuai dengan prinsip-prinsip hukum Islam. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui bagaimana bentuk pelaksanaan Produk Pembiayaan Griya BSM dan Mengetahui kesesuaian Produk Pembiayaan Griya BSM dengan Hukum Islam. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) dengan metode kualitatif, Pendekatan induktif dimana penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan. Produk Pembiayaan Griya Bank Syariah merupakan produk pembiayaan konsumtif untuk membiayai pembelian rumah dengan sistem murabahah. Dimana dari pihak bank membayarkan rumah yang dinginkan oleh Nasabah, lalu Nasabah akan membayar kepada bank dengan tambahan margin keuntungan bagi bank sesuai dengan kesepakatan dan pembayarannya dilakukan dengan cicilan dalam waktu yang telah disepakati antara pihak bank dan nasabah. Maka dalam hal ini menunjukan bahwa Produk Pembiayaan Griya Bank Mandiri Syariah sudah sesuai dengan hukum Islam. Karena produk ini sudah menggunakan akad murabahah yang merupakan akad jual beli antara Penjual dan Pembeli sebesar harga pokok ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati oleh kedua belah pihak.
x
DAFTAR ISI SAMPUL JUDUL ..............................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO ........................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iv HALAMAN PENYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix DAFTAR ISI .......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................
3
C. Tujuan Penelitian .........................................................................................
4
D. Kegunaan Penelitian ....................................................................................
4
E. Penegasan Istilah ..........................................................................................
4
F. Tinjauan Pustaka .........................................................................................
5
G. Metode Penelitian ........................................................................................
5
H. Sistematika Penulisan .................................................................................. 12
xi
BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Bank ............................................................................... 13 a. Pengertian ............................................................................................... 13 b. Sejarah .................................................................................................... 13 c. Jenis-Jenis Bank ..................................................................................... 16 d. Prinsip Kerja Bank ................................................................................. 17 e. Kegiatan Bank ........................................................................................ 17 f. Produk-Produk Bank .............................................................................. 24 B. Gambaran Umum Bank Syariah ................................................................. 26 a. Pengertian ............................................................................................... 26 b. Sejarah .................................................................................................... 27 c. Sistem Operasional Bank Syariah .......................................................... 31 d. Prinsip Dasar Bank Syariah .................................................................... 34 e. Produk Bank Syariah .............................................................................. 47 f. Dasar Hukum Bank Syariah ................................................................... 51 C. Pembiayaan Kepemilikan Rumah (PPR) Syariah ....................................... 55 a. Pengertian ............................................................................................... 55 b. Akad yang Digunakan Pembiayaan Kepemilikan Rumah (PPR) Syariah ..................................................................................................... 55 c. Syarat dan Rukun Pembiayaan Kepemilikan Rumah (PPR) Syariah...... 56
BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI A. Sejarah Perkembangan Bank Syariah Mandiri (BSM) ...........................
xii
60
B. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri (BSM) .........................................
62
C. Prinsip Operasional Bank Syariah Mandiri (BSM) ...............................
62
D. Produk-Produk Bank Syariah Mandiri (BSM) ......................................
63
E. Produk Pembiayaan Griya Bank Syariah Mandiri (BSM) .....................
71
F. Pelaksanaan Produk Pembiayaan Griya Bank Syariah Mandiri (BSM) .
74
BAB IV PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH SYARIAH MENURUT HUKUM ISLAM A. Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri (BSM) .......................................
77
B. Pelaksanaan Produk Pembiayaan Griya Bank Syariah Mandiri (BSM) .
78
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................
86
B. Saran .......................................................................................................
87
C. Penutup ..................................................................................................
87
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
89
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Maksimum Pembiayaan ................................................................
xiv
71
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Konsultasi
Lampiran 2
Surat Ijin Penelitian
Lampiran 3
Daftar Nilai SKK
Lampiran 4
Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 5
Surat Pernyataan Permohonan Pembiayaan
Lampiran 6
Cheklist Dokumen Pembiayaan
Lampiran 7
Tabel Angsuran Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR)
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Rumah merupakan kebutuhan pokok manusia, sebagaimana halnya makanan dan pakaian. Rumah memiliki arti penting bagi sebuah keluarga, karena rumah merupakan tempat untuk istirahat dan mencurahkan kasih sayang setelah sibuk bekerja atau beraktivitas di luar. Maka tidak heran apabila permintaan masyarakat akan rumah tiap tahun terus bertambah. Namun harga rumah yang terus membumbung menyebabkan jarang orang yang mampu membeli rumah secara tunai. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh banyak lembaga pembiayaan dan perbankan untuk menawarkan produk konsumtif yang banyak dikenal dengan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR). Berbagai fasilitas kemudahan mulai dari proses pengajuan, keringanan biaya admnistrasi, rendahnya tingkat suku bunga dan sebagainya pun ditawarkan sebagai daya tarik. Bank di Indonesia ada dua macam, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Dimana bank konvensional merupakan lembaga keuangan yang berorientasi pada keuntungan semata, sedangkan bank syariah merupakan suatu lembaga perbankan yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah (Dahlan, 2012:101). Perbedaan bank konvensional dan bank syariah terletak pada prinsip pengelolaannya. Bank konvensional menggunakan prinsip yang berorientasi pada
1
keuntungan semata dan menggunakan sistem bunga yang tetap. Berbeda dengan bank syariah yang mengunakan prinsip islam, dimana islam sendiri mengajarkan untuk saling tolong menolong dan saling menguntungkan satu sama lain yaitu dengan menggunakan prinsip bagi hasil. Apabila mengamati dunia perbankan saat ini, banyak bank-bank yang menyiapkan satu bagian atau unit tersendiri untuk melayani keinginan masyarakat dengan sistem syariah. Dan sampai saat ini tercatat ada 11 bank umum syariah dan 24 unit usaha syariah. Hal ini menunjukan bahwa Islam mempunyai daya tarik tersendiri dalam sistem pengelolaan keuangan yang tentunya berbeda dengan bank konvensional. Bank syariah lebih mengedepankan prinsip keadilan dan tolong menolong antara sesama manusia (Ali, 2008:8). Dasar hukum didirikannya bank syariah di Indonesia adalah Undangundang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang No. 7 tahun 1992, Undang-undang No.3 tahun 2004 tentang bank Indonesia, undang-undang No.3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, dan Fatwa MUI yang berkaitan dengan Perbankan Syariah. Bank Syariah mempunyai pelayanan seperti Bank Konvensional, namun sistem yang digunakan adalah sistem yang sesuai dengan prinsip syariah. Salah satu produk dari bank syariah adalah Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah) yang Merupakan salah satu produk pembiayaan Bank Syariah yang membiayai kebutuhan nasabah dalam hal pengadaan rumah tinggal.
2
Suku bunga bank konvensional yang fluktuatif dan tidak pasti terkadang membuat orang merasa ragu untuk mengambil kredit kepemilikan rumah dari perbankan. Hal itu menyebabkan Nasabah merasa khawatir jika di tengah masa kredit suku bunga tiba-tiba naik dan menyebabkan mereka tidak mampu lagi membayar sisa angsurannya. Kekhawatiran seperti itu seharusnya tidak perlu terjadi jika memanfaatkan fasilitas pembiayaan kepemilikan rumah dari bank syariah (KPR iB). Namun pada pelaksanaannya produk Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) ini menggunakan sistem yang mirip dengan produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dijalankan oleh Bank konvensional. Hal ini terlihat pada cara pembayarannya dan perjanjiannya. Dengan kata lain terdapat suatu kesenjangan antara teori hukum islam dan pada praktek Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) ini. Maka Peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah pada produk Pembiayaan Griya Bank Syariah Mandiri.
B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah bentuk pelaksanaan Produk Pembiayaan Griya BSM ? 2. Apakah Produk Pembiayaan Griya BSM sudah sesuai dengan prinsip-prinsip hukum Islam ?
3
C. TUJUAN PENELITIAN 1. Mengetahui bagaimana bentuk pelaksanaan Produk Pembiayaan Griya BSM. 2. Mengetahui kesesuaian Produk Pembiayaan Griya BSM dengan Hukum Islam.
D. KEGUNAAN PENELITIAN Manfaat atau kegunaan yang bisa diambil dari Penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menambah pengetahuan bagi Masyarakat yang membutuhkan Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah) agar lebih selektif dan melalui ini masyarakat dapat menyesuaikan konsisi finansialnya dalam pengadaan rumah tinggal yang nyaman bagi keluarganya. 2. Memberikan masukan dan penyempurnaan kepada Lembaga keungan Bank Syariah, khususnya Bank Syariah Mandiri supaya menerapkan sistem yang benar-benar syariah.
E. PENEGASAN ISTILAH 1. Analisis Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, atau perbuatan) untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (Poerwadarminta,2006:37). 2. Hukum Islam Hukum Islam berarti ketentuan-ketentuan yang menjadi batas antara yang baik dan yang benar menurut Islam (Ash-Shiddieqy,1994:32).
4
3. Pembiayaan Pemilikan Rumah suatu fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan
yang
akan
membeli
atau
memperbaiki
rumah
(https://affgani.wordpress.com/ekonomi-islam/pembiayaan-bank-syariah-kprsyariah/ Akses tanggal 5 Agustus 2015).
F. TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan sepengetahuan Penulis, Penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) yaitu Skripsi Karya Ratnaningrum mahasiswaUIN Sunan Kalijaga tahun 2009 dengan judul Penerapan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Syariah di Indonesia. Penelitian ini mengkaji mengnai akad, jangka waktu dan harga unitnya. Sedangkan Penelitian yang yang dilakukan oleh penulis adalah terfokus pada Pelaksanaan Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) Syariah yaitu Pembiayaan Griya BSM.
G. METODE PENELITIAN a. Jenis Penelitian Metode merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu Penelitian. Terutama dalam hal pengumpulan data, karena data yang diperoleh dalam suatu Penelitian merupakan gambaran dari objek Penelitian. Dalam Penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Maksud dari pendekatan kualitatif adalah meneliti dengan cara terjun
5
langsung mengamati pristiwa-peristiwa sosial yang sedang terjadi. Tahap Selanjutnya adalah menentukan fokus penelitian yaitu melalui data-data yang berupa hasil wawancara, dokumen-dokumen, yang dianalisis menggunakan analisis deskriptif, yaitu menggambarkan sesuatu keadaan dari objek penelitian
dengan
memandang
itu
sudah
demikian
keadaannya
(Moleong,2008:8-13). Alasan Peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif adalah Metode ini fleksibel sehingga bisa menyesuaikan dengan masalah yang sedang terjadi. b. Pendekatan Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan Pendekatan induktif dimana penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang tenjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas tidak dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak mungkin sama dalam konteks lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat. Temuan penelitian dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan dikembangkan dari lapangan bukan dari teori yang telah ada. Prosesnya induktif yaitu dari data yang terpisah namun saling berkaitan.
6
c. Kehadiran Peneliti Dalam Penelitian ini Peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan instrumen atau alat Penelitian yang aktif dalam mengumpulkan data-data di lapangan. Sedangakan instrumen pengumpulan data yang lain selain Peneliti adalah dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil Penelitian serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya Penelitian. Demi memperoleh data yang akurat dan sesuai dengan fakta yang dilakukan, maka Peneliti akan berperan sebagai Peneliti yang aktif mengumpulkan data dan menjalin hubungan baik dengan para karyawan di Bank Syariah Mandiri. d. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian adalah tempat dimana Penelitian dilakukan. Penelitian mengenai Analisis Hukum Islam terhadap Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah). Peneliti memilih tempat penelitian di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Ungaran. Peneliti memilih lokasi tersbut karena lokasi tersebut merupakan lokasi terdekat dan mudah dijangkau oleh Peneliti. Jadi Peneliti dapat mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan mendapatkan data yang paling akurat. e. Kebutuhan dan Sumber Data Sumber data yang bisa didapatkan untuk mendukung Penelitian ini adalah sebagai berikut :
7
a) Sumber data primer Sumber data primer adalah sumber data pokok yang didapatkan dari lapangan. Yaitu data berupa hasil diskusi dan hasil wawancara dengan dan nasabah, Foto-foto, dan dokumen-dokumen perjanjian Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah). b) Sumber data sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari berbagai bacaan atau hasil Penelitian sebelumnya yang bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung Penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku-buku, jurnal ataupun hasil Penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai Perbankan Syariah, Khususnya Produk Pembiayaan
Pemilikan
Rumah
Syariah
(PPR
Syariah),
(Moloeng,2008:157-163). f.
Teknik Pegumpulan Data Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu Penelitian, oleh karena itu Peneliti harus pandai dalam mengumpulkan data, sehingga data yang diperoleh valid. Pengumpulan data merupakan prosedur yang standar dan sistematis dalam memperoleh data yang dibutuhkan. a. Observasi langsung Peneliti melihat langsung peristiwa yang sedang diteliti. Tujuan dari metode ini adalah untuk mengetahui secara langsung bagaimana proses pelaksanaan Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah) mulai dari awal sampai dengan akhir, yaitu disetujuinya Pembiayaan.
8
b. Wawancara Wawancara adalah tehnik penegumpulan data dengan tanya-jawab langsung dengan informan, yaitu dengan Karyawan yang diberi tugas mengurus PPR dari Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah) dan Nasabah dari Pembiayaan Rumah ini. Tujuan Peneliti mengunakan teknik pengumpulan data ini adalah untuk mendapatkan data yang kongkrit mengenai Pelaksanaan Hukum Islam pada Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah). c. Dokumentasi Untuk mendapatkan data yang jelas dan kongkrit, maka Peneliti juga menggunakan metode dokumentasi berupa, Surat-surat Perjanjian, Brosur-brosur, dan dokumen lain yang memuat tentang tema yang akan diteliti. g.
Analisis Data Karena banyaknya jenis data yang diperoleh maka Peneliti perlu mengelompokan data-data yang diperoleh. Mulai dari catatan lapangan, fotofoto, hasil wawancara, hasil pengamatan, hasil diskusi serta telaah pustaka. Setelah semua data terkumpul maka Peneliti akan menganalisis semua data dengan menggunakan metode deskripsi kualitatif, yaitu teknik menggambarkan seluruh aspek Penelitian yang ada, sehingga bisa mendapatkan gambaran antara yang seharusnya terjadi. Dengan cara tersebut, Peneliti dapat mengetahui kenapa, alasan apa dan bagaimana ternjadinya peristiwa tersebut. Maka peneliti tidak akan
9
memandang bahwa sesuatru itu memang sudang sedemikian keadaannya (Meloeng,2008:9). h. Pengecekan Keabsahan Data Amalia,(2013:11) Mengutip dari Tjuju Sundari bahwa Kriteria keabsahan data Penelitian ada empat macam yaitu, credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas) dan confirmability (objektivitas). Dalam Penelitian kualitatif penegecekan keabsahan ada tiga yaitu, credibility, transferbility dan confirmability. a. Credibility (kepercayaan) untuk membuktikan bahwa data yang dilaporkan sama dengan objek yang ada di lapangan. Apabila laporan dengan objek yang dilaporkan sama maka data tersebut valid. Apabila data yang dilaporkan dengan objek Penelitian berbeda maka data tidak valid. b. Dependability(kebergantungan)
kriteria ini dilakukan untuk menjaga
kehati-hatian dalam mengumpulkan dan mengambarkan data sehingga bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Untuk menghindari hal itu bisa dilakukan pengecekan oleh pembimbing. c. Confirmability (kepastian) Kriteria ini digunakan untuk mengecek data dan informasi serta gambaran hasil Penelitian. Setelah dilakukan pengecekan sebelumnya.
10
i. Tahap-Tahap Penelitian Tahap-tahap yang dilakukan dalam Penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum melakukan Penelitian seperti pembuatan proposal Penelitian, mengajukan surat ijin Penelitian, menetapkan fokus Penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan Penelitian. b. Tahap pekerjaan
lapangan, yaitu mengumpulkan data melalui
pengamatan pada Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah) di Bank Mandiri Syariah cabang Ungaran. c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut dan mengambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada objek yang diteliti. d. Tahap penulisan laporan, yaitu jika semua data telah terkumpul dan telah dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka yang dilakukan Peneliti selanjutnya adalah menulis hasil Penelitian tersebut sesuai
dengan
pedoman
penulisan
(Moloeng,2008:127-148).
11
yang
telah
ditentukan
H. SISTEMATIKA PENULISAN Pada bab pertama membahas Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka Dan Metodologi Penelitian. Pada bab kedua diuraikan tentang teori-teori mengenai Bank syariah beserta produk dan akadnya. Pada bab ketiga dijelaskan tentang Gambaran Umum Bank Mandiri Syariah berikut Profil, Sejarah, dan produk-produk yang ada di Bank Mandiri Syariah, khususnya dilakukan penekanan pada Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah). Pada bab keempat dijelaskan tentang analisa Peneliti tentang bagaimana pelaksanaan Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah) yang dilakukan oleh Bank Mandiri Syariah. Pada Bab kelima berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan berisi saran-saran yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Gambaran Umum Bank a. Pengertian Kata Bank berasal dari kata Banque dalam bahasa perancis, dan kata Banco dalam bahasa italia, yang berarti peti, lemari atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat penyimpanan bendabenda berharga seperti emas, uang, dan sebagainya (Sudarsono, 18:2003). Menurut Suyatno (1999:1), bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai penyimpanan benda-benda berharga, dan lain-lain. UU No 10 Tahun 1998 mendefinisikan bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. b. Sejarah Sejarah perbankan
di Indonesia tidak
terlepas
dari
zaman
penjajahan Hindia Belanda. Pada masa itu De javasche Bank, NV didirikan di
Batavia
pada
tanggal 24
Januari 1828 kemudian
menyusul Nederlandsche Indische Escompto Maatschappij, NV pada
13
tahun 1918 sebagai pemegang monopoli pembelian hasil bumi dalam negeri dan penjualan ke luar negeri serta terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia Belanda. Bank-bank yang ada itu antara lain : 1. De Javasce NV. 2. De Postspaarbank. 3. Hulp en Spaar Bank. 4. De Algemene Volkskrediet Bank. 5. Nederlandsche Handelsmaatschappij (NHM). 6. Nationale Handelsbank (NHB). 7. De Escompto Bank NV. 8. Nederlansch Indische Handelsbank Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik orang Indonesia dan orang-orang asing seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bankbank tersebut antara lain: 1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank 2. Bank Nasional Indonesia. 3. Bank Abuan Saudagar. 4. NV Bank Boemi. 5. The Chartered Bank of India, Australia and China 6. Hongkong & Shanghai Banking Corporation 7. The Yokohama Species Bank. 8. The Matsui Bank.
14
9. The Bank of China. 10. Batavia Bank. Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada pada zaman awal kemerdekaan antara lain: 1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank (saat ini Bank OCBCNISP), didirikan 4 April 1941 dengan kantor pusat di Bandung 2. Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang sekarang dikenal dengan BNI '46. 3. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal dari De Algemene Volkskrediet Bank atau Syomin Ginko. 4. Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di Solo. 5. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946. 6. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan. 7. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian menjadi Bank Amerta. 8. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946. 9. Bank
Dagang
Indonesia
NV
di Samarinda tahun
1950
kemudian merger dengan Bank Pasifik. 10. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari. Kemudian merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949 (Suyatno,1999:4-6).
15
Di Indonesia, sampai saat ini praktek perbankan sudah tersebar sampai ke pelosok pedesaan. Lembaga keuangan berbentuk bank di Indonesia berupa Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Umum Syariah, dan juga Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). c. Jenis-Jenis Bank Jenis-Jenis bank yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Bank Sentral, yaitu bank yang tugasnya dalam menerbitkan uang kertas dan logam sebagai alat pembayaran yang sah dalam suatu negara dan mempertahankan konversi uang dimaksud terhadap emas atau perak atau keduanya. 2. Bank Umum, yaitu bank yang bukan saja dapat meminjamkan atau menginvestasikan berbagai jenis tabungan yang diperolehnya, tetapi juga dapat memberikan pinjaman dari menciptakan sendiri uang giral. 3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 4. Bank Syariah, yaitu bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil
(sesuai
kaidah
ajaran
islam
tentang
hukum
riba)
(https://ferdinandwisnu.wordpress.com/2013/03/10/pengertian-bankjenis-jenis-bank-fungsi-bank-dan-reformasi-bank/)
16
d. Prinsip kerja Menurut Sudarsono (2003:18-19), kegiatan kerja dari bank akan selalu berkaitan dengan dengan masalah uang. Kegiatan ini akan selau berkaitan dengan komoditas antara lain : 1. Pemindahan uang 2. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran 3. Mendiskonto surat wesel, surat order, maupun surat berharga lainnya 4. Membeli dan menjual surat-surat berharga 5. Membeli dan menjual cek wesel, surat wesel, kertas dagang 6. Memberi kredit 7. Memberi jaminan kredit e. Kegiatan Bank Kegiatan bank umum secara lengkap meliputi kegiatan sebagai berikut : 1. Menghimpun Dana (Funding) Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal juga dengan kegiatan funding. Kegiatan membeli dana dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai jenis simpanan. Simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account. Jenis-jenis simpanan yang ada dewasa ini adalah:
17
a. Simpanan Giro (Demand Deposit) Simpanan
giro
merupakan
simpanan
pada
bank
yang
penarik¬annya dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit) Merupakan simpanan pada bank yang penarikan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. c.
Simpanan Deposito (Time Deposit), Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka wak¬tu tertentu (jatuh tempo).
2. Menyalurkan Dana (Lending) Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan Lending. Sebelum kredit dikucurkan bank terlebih dulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah. Kelayakan ini meliputi berbagai aspek penilaian. Penerima kredit akan dikenakan bunga kredit yang besarnya tergantung dari bank yang menyalurkannya. Besar kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi keuntungan bank, mengingat keuntungan utama bank adalah dari selisih bunga kredit dengan bunga simpanan. Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi :
18
a. Kredit Investasi Yaitu merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki jangka waktu yang relatif panjang yaitu di atas 1(satu) tahun. b. Kedit Modal Kerja, Merupakan kredit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit jenis ini berjangka waktu pendek yaitu tidak.lebih dari 1 (satu) tahun. c. Kredit Perdagangan, Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka memperlancar atau memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya. d. Kredit Produktif, Merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal keda atau perdagangan. Dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali sehingga pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang dibiayai. e. Kredit Konsumtif, Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan pribadi misainya keperluan konsumsi, baik pangan, sandang maupun papan.
19
f. Kredit Profesi Merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional
seperti
dosen,
dokter
atau
pengacara.
3. Memberikan jasa- jasa Bank Lainnya (Services) Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Sekalipun sebagai kegiatan penunjang, kegiatan ini sangat banyak memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah, bahkan dewasa ini kegiatan ini memberikan kontribusi keuntungan yang tidak sedikit bagi keuntungan bank, apalagi keuntungan dari spread based semakin mengecil, bahkan cenderung negatif spread (bunga sim-panan lebih besar dari bunga kredit). Semakin lengkap jasa-jasa bank yang dapat dilayani oleh suatu bank maka akan semakin baik. Kelengkapan ini ditentukan dari permodalan bank serta kesiapan bank dalam menyediakan SDM yang handal. Disamping itu ,juga perlu didukung oleh kecanggihan teknologi yang dimilikinya. Dalam praktiknya jasa-jasa bank yang ditawarkan meliputi: a. Kiriman Uang (Transfer) Merupakan jasa pengiriman uang lewat bank. Pengiriman uang dapat dilakukan pada bank yang sama atau bank yang
20
berlainan. Pengiriman uang juga dapat dilakukan derigan tujuan dalam kota, luar kota atau luar negeri. b. Kliring (Clearing) Merupakan penagihan warkat (surat-surat berharga seperti cek, bilyet giro) yang berasal dari dalam kota. Proses penagihan lewat kliring hanya memakan waktu 1 (satu) hari. c. Inkaso (Collection) Merupakan penagihan warkat (surat-surat berharga seperti cek, bilyet giro) yang berasal dari luar kota atau luar negeri. Proses penagihan lewat inkaso tergantung dari jarak lokasi penagihan dan biasanya memakan waktu 1 (satu) minggu sampai 1 (satu) bulan. d. Safe Deposit Box Safe Deposit Box atau dikenal dengan istilah safe loket jasa pelayanan ini memberikan layanan penyewaan box atau kotak pengaman tempat menyimpan surat-surat berharga atau barangbarang berharga milik nasabah. Biasanya surat-surat atau barangbarang berharga yang disimpan di dalam box tersebut aman dari pencurian dan kebakaran. e. Bank Card (Kartu kredit) Bank card atau lebih populer dengan sebutan kartu kredit atau juga uang plastik. Kartu ini dapat dibelanjakan di berbagai tempat perbelanjaan atau tempat-tempat hiburan. Kartu ini juga
21
dapat digunakan untuk mengambil uang tunai di ATM-ATM yang tersebar diberbagai, tempat yang strategis. g. Bank Notes Merupakan jasa penukaran valuta asing. Dalam jual beli bank notes bank menggunakan kurs (nilai tukar rupiah dengan mata uang asing). h. Bank Garansi Merupakan jaminan bank yang diberikan kepada nasabah dalam rangka membiayai suatu usaha. Dengan jaminan bank ini si peng¬usaha memperoleh fasilitas untuk melaksanakan kegiatannya dengan pihak lain. Tentu sebelum jaminan bank dikeluarkan bank terlebih dulu mempelajari kredibilitas nasabahnya. i. Bank Draft Merupakan wesel yang dikeluarkan oleh bank kepada para nasabahnya. Wesel ini dapat diperjualbelikan apabila nasabah membutuhkannya. j. Letter of Credit (L/C) Merupakan surat kredit yang diberikan kepada para eksportir dan
importir
yang digunakan untuk
melakukan
pembayaran atas transaksi ekspor-impor yang mereka lakukan. Dalam tran¬saksi ini terdapat berbagai macam jenis L/C, sehingga nasabah dapat meminta sesuai dengan kondisi yang diinginkannya.
22
k. Cek Wisata (Travellers Cheque) Merupakan cek perjalanan yang biasa digunakan oleh turis atau wisatawan. Cek Wisata dapat dipergunakan sebagai alat pem¬bayaran diberbagai tempat pembelanjaan atau hiburan seperti hotel, supermarket. Cek Wisata juga bisa digunakan sebagai hadiah kepada para relasinya. l. Menerima setoran-setoran. Dalam hal ini bank membantu nasabahnya dalam rangka menampung setoran dari berbagai tempat antara lain : 1) Pembayaran pajak 2) Pembayaran telepon 3) Pembayaran air 4) Pembayaran listrik 5) Pembayaran uang kuliah 6) Melayani pembayaran-pembayaran lain Sama halnya seperti dalam hal menerima setoran, bank juga melakukan
pembayaran
seperti
yang
nasabahnya antara lain : 1) Membayar Gaji/Pensiun/honorarium 2) Pembayaran deviden Pembayaran kupon 3) Pembayaran bonus/hadiah
23
diperintahkan
oleh
m. Bermain di dalam pasar modal. Kegiatan bank dapat memberikan atau bermain surat-surat berharga di pasar modal. Bank dapat berperan dalam berbagai kegiatan seperti menjadi : 1) Penjamin emisi (underwriter) 2) Penjamin (guarantor) 3) Wali amanat (trustee) 4) Perantara perdagangan efek (pialang/broker) 5) Pedagang efek (dealer) 6) Perusahaan
pengelola
dana
(invesment
company)
(http://wikimedya.blogspot.co.id/2009/11/kegiatan-bankumum.html).
f. Produk – Produk Bank Produk – produk Bank adalah antara lain : 1. Simpanan Giro (Demand Deposit) Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarik¬annya dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. 2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit) Merupakan simpanan pada bank yang penarikan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan di¬lakukan
24
menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM). 3. Simpanan Deposito (Time Deposit) Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka wak¬tu tertentu (jatuh tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Dalam praktiknya jenis deposito terdiri dari deposito berjangka, sertifikat deposito dan deposit on call. 4. Kredit Investasi Merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan investasi atau penanaman modal. 5. Kredit Modal Kerja Merupakan kredit yang digunakan sebagai modal usaha. 6. Kredit Perdagangan Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka memperlancar
atau
memperluas
atau
memperbesar
kegiatan
perdagangannya. 7. Kredit Produktif Merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal keda atau perdagangan. 8. Kredit Konsumtif Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan pribadi mi¬sainya keperluan konsumsi, baik pangan, sandang maupun papan.
25
9. Kredit Profesi Merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional seperti
dosen,
dokter
atau
pengacara
(http://ikemurwanti.blogspot.co.id/2011/11/produk-produk-bankumum.html).
B. Gambaran Umum Bank Syariah a. Pengertian Bank Syariah menurut Undang-undang No. 21 tahun 2008 adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Sedangkan menurut Dahlan, (2012:99) Bank syariah adalah lembaga
keuangan
yang
operasional
dan
berbagai
produknya
dikembangkan berlandaskan Islam. Khususnya berkaitan dengan pelaragan Riba (bunga), Maisir (Spekulasi), dan Gharar (ketidak jelasan). Pada umumnya yang dimaksud bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip syariah (Sudarsono, 2003:18). Jadi pada intinya, Bank syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha di bidang keuangan dengan menggunakan prinsip-prinsip Islam. Pada dasarnya Bank syariah memang
26
mirip dengan Bank pada umumnya, namun perbedaannya terletak pada pengelolaan usahanya, yaitu dikelola dengan prinsip yang sesuai dengan ajaran Islam.
b. Sejarah Walaupun Bank Islam mulai muncul pada tahun 1960-an, pada masa Nabi Muhammad SAW juga sudah berlangsung sistem perbankan syariah, misalnya pada penitipan barang. Berkat keamanahan beliau, para sahabat mulai meniru tidakan Nabi Muhammad SAW dalam menjaga barang titipan tersbut, dan juga mengembangkannya dengan cara meminjamkannya dan tentunya juga mengembalikannya (Arifin,2002:5). Perbankan
syariah
pertama
kali
muncul
di
Mesir
tanpa
menggunakan embel-embel islam, karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai gerakan fundamentalis. Pemimpin perintis usaha ini Ahmad El Najjar, mengambil bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr pada tahun 1963. Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu sudah berdiri 9 bank dengan konsep serupa di Mesir. Bankbank ini, yang tidak memungut maupun menerima bunga, sebagian besar berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara langsung dalam bentuk partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan para penabung.
27
Masih di negara yang sama, pada tahun 1971, Nasir Social bank didirikan dan mendeklarasikan diri sebagai bank komersial bebas bunga. Walaupun dalam akta pendiriannya tidak disebutkan rujukan kepada agama maupun syariat islam. Islamic Development Bank (IDB) kemudian berdiri pada tahun 1974 disponsori oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam, walaupun utamanya bank tersebut adalah bank antar pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan dana untuk
proyek
pembangunan
di
negara-negara
anggotanya.
IDB
menyediakan jasa finansial berbasis fee dan profit sharing untuk negaranegara tersebut dan secara eksplisit menyatakan diri berdasar pada syariah islam. Dibelahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis islam kemudian muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri Dubai Islamic Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977) serta Bahrain Islamic Bank (1979). Dia AsiaPasifik, Phillipine Amanah Bank didirikan tahun 1973 berdasarkan dekrit presiden, dan di Malaysia tahun 1983 berdiri Muslim Pilgrims Savings Corporation yang bertujuan membantu mereka yang ingin menabung untuk menunaikan ibadah haji (Karim, 2013:18-25). Pada awal periode 1980, bank-bank syariah yang berkembang di dunia makin berkembang dan mulai berpengaruh pada Indonesia. Diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat adalah Karnaen A. Perwataatmaja, M. Dawam Raharjo, A.M.
28
Saefudin, M. Amien Azis, dan lain-lain. Uji coba yang pertama adalah didirikannya Baitut Tamwil – Salman Bandung, yang dapat tunmbuh mengesankan. Dan di jakarta ada Koperasi Ridho Gusti. Dan secara khusus Bank Islam di Indonesia didirikan pada tahun 1990. MUI membentuk suatu kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI yang bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan pihak terkait. Berkat kerja dari tim perbankan MUI, Bank Muaamalat Indonesia lahir dan akte pendiriannya ditanda tangani tanggal 1 November 1991 dan terkumpul saham sebanyak 84 miliar. Pada awal pendiriannya, Bank Muamalat Indonesia hanya dikategorikan sebagai bank dengan sistem bagi hasil dan belum ada rincian secara jelas tentang jenis-jenis usaha yang akan dilakukan. Setelah disetujuinya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, banyak bank-bank konvensional yang mulai membuka cabang syariah, bahkan ada juga yang mengkonversi diri menjadi bank syariah. Dalam undang-undang ini diatur secara rinci mengenai landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dilakukan oleh bank syariah. Peluang tersebut ternyata disambut dengan baik oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan di bidang perbankan syariag bagi para stafnya. Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan Bank milik pemerintah pertama yangmelandaskan operasionalnya pada prinsip syariah. BSM ini
29
berasal dari Bank Susila Bakti yang merupakan anak cabang dari Bank Mandiri yang kemudian dikonversikan secara penuh menjadi Bank Syariah. Sebagai Bank yang dimiliki oleh Bank Mandiri dan memiliki asset tinggi dan jaringan yang luas, BSM memiliki keunggulan yang komparatif dibandingkan pendahulunya (Antonio, 2001:18-26). Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, Bank Umum Umum diperbolehkan untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu melalui pembukaan UUS (Unit Usaha Syariah). Bank umum dapat memilih untuk melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan sistem umum atau berdasarkan prinsip syariah atau melakukan kedua kegiatan tersebut. Sehingga kemudian tahun 2008, keluarlah UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang melengkapi minimnya regulasi perbankan syariah selama ini. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 mengatur beberapa ketentuan baru di bidang perbankan syariah, antara lain otoritas fatwa dan komite perbankan syariah, pembinaan dan pengawasan syariah, pemilihan dewan pengawas
syariah
(DPS),
masalah
pajak,
penyelesaian
sengketa
perbankan, dan konversi unit usaha syariah (UUS) menjadi bank umum syariah (BUS). Lalu Undang-undang ini memberikan keleluasaan dalam pengembangan perbankan syariah sehingga memberi peluang besar ke depannya. Keleluasaan itu antar lain adalah Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) tidak bisa dikonversi menjadi Bank Umum. Sedangkan Bank Umum dapat dikonversi menjadi
30
Bank Syariah (Pasal 5 ayat 7). Bila terjadi penggabungan (merger) atau peleburan (akuisisi) antara Bank Syariah dengan Bank Non Syariah wajib menjadi Bank Syariah (Pasal 17 ayat 2). Ketiga, bank umum umum yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) harus melakukan pemisahan (spin off) apabila (Pasal 68 ayat 1), UUS mencapai asset paling sedikit 50 persen dari total nilai aset bank induknya, atau 15 tahun sejak berlakunya UU Perbankan Syariah(Sudarasono, 2003: 25-28). Sampai sekarang terdapat 11 Bank Umum Syariah dan 29 Unit Usaha Syariah. Hal ini menunjukan bahwa Bank syariah mendapatkan sambutan yang baik dari masyarakat Indonesia dan semakin berkembang dari tahun ke tahun.
c. Sistem Operasional Bank Syariah Pada intinya sistem operasional bank syariah terfokus pada Penghimpunan dana dan penyaluran dana kepada masyarakat, namun dalam hal ini Antonio (2001:136) membagi sistem operasional Bank syariah sebagai berikut ini : 1. Profit Sharing Sebagai Karakteristik Dasar Bank Syariah Prinsip
Bagi
Hasil
(Profit
sharing)
merupakan
suatu
karakteristik umum dan merupakan landasan dasar bagi operasional bank islam secara keseluruhan. Dengan prinsip ini bankislam berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana.
31
Bank Islam tidak hanya menggunakan akad Mudharabah saja dalam sistem pengelolaannya, namun Bank Islam juga mengunakan sistem pengkongsian, jual beli, sewa-menyewa, dan sistem lain yang sah menurut Islam. Keuntungan yang diperoleh oleh Bank di peroleh dari bagi hasil antara Bank dan Pengusaha yang meminjam modal kepada bank. Jadi Sistem Profit Loss Sharing ini menjadi suatu dasar sistem pengoperasian Bank Islam. 2. Sistem Penghimpunan Dana Bank Syariah Menghimpun dana merupakan suatu tugas pokok bank syariah dalam melakukan operasionalnya, pada intinya, sistem penghimpunan dana Bank Islam terdiri atas : a) Modal Dalam hal ini Modal diserahkan oleh pemilik modal kepada Bank untuk disalurkan dalam bentuk Pembiayaan. Dalam suatu periode, Pemilik modal tersebut juga akan menerima keuntungan dari modal yang ditanamkan di Bank tersebut. b) Titipan Salah satu sistem yang digunakan oleh Bank Syariah dalam menghimpun dana menggunakan prinsip titipan. Adapun akad yang digunakan adalah wadiah. Wadiah ini merupakan suatu titipan murni
yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya
menghendaki.
32
c) Investasi Prinsip lain yang digunakan adalah prinsip investasi. Akad yang digunakan dalam prinsip ini adalah Mudharabah. Tujuannya adalah kerjasama untuk memperoleh keuntungan dengan cara bagi hasil. 3. Menabung di Bank Syariah Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh Islam. Manfaat dari menabung sendiri adalah untuk mempersiapkan hari esok supaya lebih baik. Atau bisa juga digunakan untuk jaga-jaga sewaktu-waktu. Dalam bank syariah dikenal beberapa jenis tabungan, yaitu giro, tabungan, dan deposito. Perbedaan menabung di bank syariah dan bank konvensional adalah terletak pada akadnya, bank syariah menggunakan akad bagi hasil, sedangkan bank konvensional menggunakan prinsip bunga yang berlaku tetap. 4. Sistem Pembiayaan Bank Syariah Menurut
Anshori
(2008:53),
Dalam
perbankan
Syariah
penyaluran dana ini dikenal dengan pembiayaan dengan prinsip syariah, yaitu penyediaan uang untuk disalurkan berdasarkan kesepakatan antara pihak bank dengan pihak lain yang dibiayai. Tentunya dalam jangka waktu tertentu dan dengan imbalan tertentu ataupun dengan bagi hasil.
33
Pembiayaan merupakan satu tugas pokok dari bank, yaitu pemberian fasilitas dana untuk memnuhi kebutuhan pihak yang membutuhkan (Antonio, 2001:160). Secara umum Pembiayaan dibagi menjadi dua, yaitu pembiayaan modal kerja dan pembiayaan investasi.
Hampir sama dengan pernyataan di atas, sistem operasional bank syariah menurut UU No 21 tahun 2008 adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat. Tentunya sesuai dengan prinsip muamalah yang diperbolehkan oleh ajaran Islam. d. Prinsip Dasar Bank Syariah Menurut Wirdyaningsih (2006:15-16) menyatakan bahwa pada intinya, Bank syariah mempunyai visi menjadi wadah terpercaya bagi masyarakat yang ingin melakukan investasi dengan sistem bagi hasil secara adil sesuai dengan prinsip syariah. Demi mewujudkan visi ini, Bank syariah menggunakan prinsip yaitu sebagai berikut : 1. Prinsip Titipan (Wadi’ah) Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Antonio,2001:85). Landasan Hukum dari Wadi’ah ini adalah Surat An-Nisa ayat 58 :
َّ ٌَّ ِإ ٌْ َاس أ ِ َّللاَ ٌَأْ ُي ُش ُك ْى أَ ٌْ تُ َؤ ُّدٔا األ َياََا ِ َُّت إِنَى أَ ْْهَِٓا َٔإِ َرا َح َك ًْتُ ْى بَ ٍٍَْ ان َّ ٌَّ َِّللاَ َِ ِؼ ًَّا ٌَ ِؼظُ ُك ْى بِ ِّ إ َّ ٌَّ ِتَحْ ُك ًُٕا بِ ْان َؼ ْذ ِل إ )٥٨ ( صٍشًا ِ ََّللاَ َكاٌَ َس ًٍِؼًا ب
34
Artinya :“Sesungguhnya Allah memerintahkan (menyuruh) kamu melaksanakan (menunaikan/menyampaikan) amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran (pelajaran) yang sebaikbaiknya (sangat berharga) kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
2. Prinsip Bagi Hasil (Profit and Loss Sharing) Menurut Antonio (2001:90), prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu: a) Musyarakah Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau lebih pengusaha pemilik modal bekerja sama sebagai mitra usaha. Dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan bersama. Seperti firman Allah dalam Surat Shad ayat 24 :
Artinya : "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.
35
Ayat di atas menunjukan bahwa Allah SWT membolehkan adanya
persekutuan
dibidang
muamalah,
tentunya
adalah
muamalah yang tidak dilarang oleh agama Islam. b) Mudharabah Mudharabah adalah sebagai suatu kontrak bagi hasil ketika pemilik modal yang biasa disebut sebagai shahibul mal menyediakan 100% modal kepada pengusaha sebagai pengelola, yang biasa disebut Mudharrib,. Kontrak ini ditujukan untuk membentuk suatu aktivitas produktif dengan syarat keuntungan yang dihasilkan akan dibagi diantara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad (Ascarya,2011:60). Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah AlMuzammil ayat 20 :
َّ ض ٌَ ْبتَ ُغٌَٕ ِي ٍْ فَضْ ِم )٢٠ (. َِّللا ِ َْٔآ َخشٌَُٔ ٌَضْ ِشبٌَُٕ فًِ األس Artinya : Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah. Dalam surat ini terkandung makna bahwa kita sesama kaum muslimin didorong untuk melakukan upaya perjalanan usaha (Antonio,2001:96). Manfaat yang diperoleh dari kagiatan usaha ini adalah Bank dapat menikmati peningkatan bagi hasil pada saat usaha nasabah
36
meningkat, dan bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, karena disesuaikan dengan pendapatan usaha bank. Namun hal ini juga mempunyai resiko, yaitu jika kelalaian-kelalaian yang disengaja oleh mudharib dan penyembunyian keuntungan oleh nasabah yang tidak jujur (Antonio,2001:97-98). Menurut Nabhan (2008:93), Murabahah dapat dilakukan berdasarkan
pesanan
atau
tanpa
pesanan.
Dalam
cara
pembayarannya, murabahah juga dapat dilakukan dengan cara cicilan. Namun harga yang disepakati dalam akad adalah harga jual dan harga beli yang diketahui oleh kedua belah pihak. Transaksi Murabahah juga masih mendominasi transaksi penyaluran dana Bank Syariah, sebagai contoh, transaksi ini biasa dilakukan dalam produk Pengadaan barang, perseediaan modal kerja, dan renovasi rumah (Wiroso,2005:56-57).
c) Muzara’ah Menurut Antonio (2001:99), Muzara’ah adalah kerja sama pengolahan suatu lahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap. Dimana pemilik lahan emberikan lahan pertanian kepada di penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagain tertentu dari hasil panen sesuai dengan kesepakan antara kedua belah pihak.
37
Dalam konteks ini, bank dapat
memberikan suati
pembiayaan dalam bidang plantation atas dasar bagi hasil dari hasil panen. Dasar hukum dari Muzara’ah ini adalah Hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim :
صهَّى َّللاُ َػهَ ٍْ ِّ َٔ َسهَّ َى ػَا َي َم أَ ْْ َم َخ ٍْبَ َش بِشَشْ ِط َ ًِّ ِػ ٍَْ اِ ْب ٍِ ُػ ًَ َشاَ ٌَّ انَُّب ( ع (سٔاِ يسهى ٍ َْياٌَ ْخ ُش ُج ِي َُْٓا ِي ٍْ ثَ ًَ ٍش أَْ صَس Artinya: Dari Ibnu Umar: “Sesungguhnya Nabi SAW. Telah memberikan kebun kepada penduduk khaibar agar dipelihara oleh mereka dengan perjanjian mereka akan diberi sebagian dari penghasilan, baik dari buah – buahan maupun dari hasil pertahun (palawija)” (H.R Muslim) Hadis di atas menunjukan bahwa Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kepada umatnya untuk bekerja sama dan tolong menolong dalam bidang muamalah yaitu dilakukan dengan cara bagi hasil sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak, dan tentunya Muzara’ah ini diperbolehkan oleh Islam.
d) Musaqah Menurut Antonio (2001:100), Musaqah adalah bentuk sederhana dari Muzara’ah dimana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
38
3. Prinsip Jual Beli Jual beli atau perdagangan dalam terminologi fiqh berarti tukar menukar atas dasar saling rela, atau memindahkan kepemilikan dengan imbalan pada sesuatu yang diizinkan (Ascarya,2011:76). Ada tiga jenis akad jual beli yang digunakan dalam perbankan syariah, yaitu : a) Murabahah Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tembahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam hal ini penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu (Sudarsono,2003:47). Landasan hukum dari akad Murabahah ini adalah Q.S AlBaqarah ayat 275 yaitu :
ُ َانَّ ِزٌٍَ ٌَأْ ُكهٌَُٕ ان ِّشبَا ال ٌَقُٕ ُيٌَٕ إِال َك ًَا ٌَقُٕ ُو انَّ ِزي ٌَتَ َخبَّطُُّ ان َّش ٍْط ٍَاٌ ِي َّ ك بِأَََُّٓ ْى قَانُٕا إََِّ ًَا ْانبَ ٍْ ُغ ِي ْث ُم ان ِّشبَا َٔأَ َح َّم َّللاُ ْانبَ ٍْ َغ َٔ َح َّش َو ان ِّشبَا َ ِْان ًَسِّ َرن َّ فَ ًَ ٍْ َجا َءُِ َيْٕ ِػظَةٌ ِي ٍْ َسبِّ ِّ فَا َْتََٓى فَهَُّ َيا َسهَفَ َٔأَ ْي ُشُِ إِنَى َّللاِ َٔ َي ٍْ ػَا َد ٌَٔاس ُْ ْى فٍَِٓا َخانِ ُذ َ ِ َفَأُٔن ِ َُّك أَصْ َحااُ ان Yang artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
39
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Menurut Sudarsono (2003:48) Dalam dunia perbankan syariah, bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual suatu produk dicantumkan dala akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Biasanya akad ini ditemukan dalam akad pembiayaan, yang lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bitsaman ajil). Pada awalnya menurut Ascarya (2011:83) Murabahah ini merupakan konsep jual beli biasa dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembiayaan. Namun akad ini selanjutnya digunakan sebagai tambahan bagi konsep lain sehinggamenjadi bentuk pembiayaan. Akan tetapi, validitas transaksi ini tergantung pada beberapa syarat yang benar-benar harus diperhatikan agar transaksi tersebut diterima secara syariah. Mudharabah ini memberi banyak keuntungan bagi bank syariah. Salah satu keuntungannya adalah adanya selisih harga yang disepakati bersama,
dan
Murabahah
ini
sangatlah
sederhana,
sehingga
memudahkan jalannya penanganan administrasinya di bank syariah (Antonio,2001:107).
40
b) Salam Salam berasal dari kata Salama. Disebut Salam karena pemesan barang menyerahkan uangnya ditempat akad. Definisi dari Salam sendiri adalah akad pemesanan barang yang disebutkan sifat-sifatnya, yang dalam majelis itu pemesan barang menyerahkan uang seharga barang pesanan yang menjadi tanggungan dari penerima pesanan (Sudarsono,2003:48). Seperti dalam Surat Al Baqarah Ayat 282 yang berbunyi :
41
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu´amalahmu itu), kecuali jika mu´amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
Dalam ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bermuamalah dengan cara salam atau pesanan diperbolehkan asalkan dilakukan dengan jelas dan kedua belah pihak saling melakukan kesepakatan. Dalam akad ini barang belum tersedia, namun pemesan diwajibkan untuk membayar secara penuh. Kualitas barang pesanan tidak boleh berbeda dengan spesifikasi yang telah disebutkan pada awal akad yang telah disepakati bersama (Ascaraya,2011:92).
42
Akad Salam ini sangatlah bermanfaat bagi penjual, karena pembayaran dilaukan di muka. Namun juga bermanfaat bagi pembeli karena pada umumnya harga dengan akad Salam ini lebih murah dibandingkan dengan jual beli biasa (Ascarya,2011:91). Dalam aplikasi perbankan, akad ini digunakan dalam transaksi pembiayaan pertanian maupun pembiayaan industri. Yaitu pembiayaan dengan pembayaran yang dilakukan dengan cara mengangsur maupun tunai dengan barang pesanan sesuai dengan produk yang diproduksi (Antonio,2001:111). c) Istishna’ Menurut Sudarsono (2003:50), Istishna’ merupakan suatu jenis khusus dari Salam. Ketentuan-ketentuannya pun juga mengeikuti ketentuan produk Salam. Namun dalam akad Istishna’ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran. Biasanya akad ini digunakan dalam pembiayaan di bidang manufaktur. Antonio (2001:113) menjelaskan bahwa dalam kontrak Istishna’ ini pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untu membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Dalam aplikasi perbankan syariah, bank bertindak sebagai penerima pesanan dari nasabah, kemudian bank memesankan permintaan
barang
nasabah
43
kepada
penjual
barang
tersebut.
Pembayarannya dapat dilaukan dengan cara di bayar dimuka, dicicil, atau di belakang dengan jangka waktu penyerahan yang disepakati bersama (Ascarya,2011:99). 4. Prinsip Sewa Sewa atau ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan perpindahan kepemilikan atas barang itu sendiri (Sudarsono,2003:51). Dalam hal ini individu yang membutuhkan pembiayaan untuk membeli aset dapat mendatangi bank sebagai pemilik dana untuk membiayai pembelian aset produktif. Pemilik dana kemudian membeli barang yang dimaksud dan kemudian menyewakan kepada yang membutuhkan aset tersebut (Ascarya,2011:191). Dalam prinsip sewa ini juga dikenal akad Al-Ijarah Muntahia BitTamlik (IMB) yang merupakan transaksi sewa dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa di akhir periode sehingga transaksi
ini
diakhiri
dengan
alih
kepemilikan
objek
sewa
(Sudarsono,2003:103). Akad yang biasa digunakan dalam perbankan adalah akad AlIjarah Muntahia Bit-Tamlik (IMB) atau sering dikenal dengan leasing. AlIjarah Muntahia Bit-Tamlik (IMB) adalah suatu transaksi sewa dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa di akhir periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan alih epemilikan objek sewa (Ascarya,2011:103).
44
5. Prinsip Jasa a) Wakalah Wakalah dapat diartikan sebagai penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Atas jasanya, maka penerima mandat dapat menerima imbalan tertentu dari pemberi mandat (Ascarya,2011:104). Islam mensyariatkan Al-Wakalah karena manusia sangat membutuhkannya. Tidak semua orang mempunyai kemapuan untuk menyelesaikan segala urusannya sendiri. Manusia sewaktu-waktu akan membutuhkan bantuan dari orang lain. Dalam penerapan perbankan, Wakalah ini digunakan dalam L/C (letter of credit), transfer, kliring, RTGS, Inkaso, dan pembayaran gaji. b) Kafalah Kafalah
adalah jaminan, beban, atau tanggungan yang
diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Kafalah ini juga bisa diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. Atas jasa dari penjamin itu, maka penjamin diperbolehkan meminta imbalan tertentu kepada yang dijamin (Ascarya,2011:105). Dalam aplikasi perbankan, akad ini digunakan dalam segala bentuk produk garansi.
45
c) Hawalah Hawalah diambil dari kata tahwil yang berarti perpindahan. Yang dimaksud disini adalah perpindahan hutang dari tanggungan orang yang berhutang kepada orang yang diberi kewajiban untuk membayarkan hutang (Sudarsono,2003:56). Dalam penerapan perbankan, akad ini digunakan dalam pembiayaan, dimana bank bertindak sebagai penanggung hutang dari nasabahnya dengan supplier. Dan dengan ini bank akan mendapatkan imbalan atas jasa perpindahan hutang tersebut (Sudarsono,2003:57). d) Rahn Rahn merupakan suatu penahanan terhadap harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Selain itu barang yang ditahan adalah barang yang memiliki nilai ekonomis. Dalam perbankan, akad ini biasa digunakan dalam penjaminan hutang dan gadai (Sudarsono,2003:57). e) Qardh Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam fiqh klasik, akad ini dapat diategorikan sebagai akad saling tolong menolong, dan bukan merupakan akad komersional. Dalam perbankan akad ini digunakan dalam produk dana talangan haji, pinjaman dana dari produk kartu kredit syariah, dan lain-lain (Sudarsono,2003:59).
46
e. Produk bank syariah Secara umum, produk-produk bank syariah dibagi menjadi tiga, yaitu, Pendanaan, Pembiayaan, dan jasa perbankan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai produk-produk tersebut : 1) Pendanaan Produk pendanaan bank syariah ditujukan untuk investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dengan cara yang adil untuk mendapatkan keuntungan yang adil untuk kedua belah pihak. a) Pendanaan prinsip Wadi’ah 1. Giro Wadi’ah Produk pendanaan bank syariah berupa simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening giro untuk keamanan dan kemudahan pemakainya. Dalam hal ini bank memberikan dua pilihanyaitu giro Wadi’ah dengan bonus dan giro wadiah tanpa bonus (Ascarya,2012:113) 2. Tabungan Wadi’ah Merupakan produk bank syariah berupa simpanan dari nasabah dalam bentu rekening tabungan untuk keamanan dan emudahan pemakainya. Namun dalam hal ini bank lebih leluasa
menggunakan
47
dana
tersebut
untuk
investasi
dibandingkan dengan giro Wadi’ah. Dan bonusnyapun juga lebih besar (Ascarya, 2012:115).
b) Pendanaan prinsip Qardh Karakteristik dari produk ini adalah mirip dengan giro dan tabungan Wadi’ah. Bank sebagai pemijam dapat memberikan bonus karena bank menggunakan dana untu tujuan produktif dan menghasilkan keuntungan. Namun produk ini masih jarng digunakan di indonesia, hanya bank syariah Iran yang menggunaan akad ini (Ascarya, 2012:116). c) Pendanaan prinsip Mudharabah 1. Tabungan Mudharabah Tabungan ini merupakan produk bank syariah dalam bentuk simpanan yang menggunakan prinsip bagi hasil, dimana bagi hasilnya telah disepakati antara kedua belah pihak. 2. Deposito / Investasi Umum (tidak terikat) Bank syariah juga menggunakan simpanan berjangka dan juga menggunakan prinsip bagi hasil. Nasabah dalam rekening ini lebih bertujuan untuk investasi dari pada untu mengamankan uangnya (Ascarya,2012:118).
48
3. Deposito / Investasi Khusus (terikat) Investasi ini mirip dengan investasi umum, namun disini bank memberikan suatu rekening investasi khusus untuk
nasabah
yang
ingin
menginvestasikan
dananya
langsung dalam proyek yang disukainya yang dilaksanakan oleh bank dengan prinsip bagi hasil (Ascarya, 2012:118). 4. Sukuk Al-Mudharabah Akad Mudharabah pada bank syariah juga digunakan untuk menghimpun dana dengan menernitkan sukuk. Dengan sukuk ini, bank syariah mendapatkan alternatif sumber dana berjangka panjang, yaitu selama lima tahun tau lebih (Ascarya,2012:119). d) Pendanaan prinsip ijarah 1. Sukuk Al Ijarah Akad ijarah ini digunakan oleh bank syariah untuk menghimpun dana berupa sukuk yang merupakan obligasi syariah. Penerbitan sukuk ijarah ini dimulai dari suatu akad jual beli suatu aset dan diikuti dengan akad persewaan pada aset tersebut. Dengan adanya akad sewa menyewa tersebut, maka penerbitan suatu instrumen investasi berbasis syariah dapat dilakukan (Ascarya, 2012: 120).
49
2) Pembiayaan Dari sekian banyak produk pembiayaan bank syariah, ada tiga produk yang mendominasi pembiayaan bank syariah, diantaranya adalah : b) Pembiayaan modal kerja Dari produk pembiayaan ini bank menggunakan dua akad, yaitu bagi hasil dan jual beli. Kebutuhan masyarakat yang beragam membuat bank syariah menggunakan dua akad ini. Produk ini biasanya digunakan oleh pengusaha-pengusaha yang ingin menambah modal dan juga mendirikan usaha baru. c) Pembiayaan Investasi Sebenarnya,
pembiayaan
investasi
ini
mirip
dengan
pembiayaan modal kerja, pada intinya bank memberikan suatu suntikan dana untuk pengusaha yang membutuhkan modal, dan bank akan memperoleh keuntungan dari usaha yang dilakukan oleh pengusaha yang diberi tambahan modal tersebut, yaitu dengan akad bagi hasil. d) Pembiayaan Aneka Barang, perumahan, dan properti Pembiayaan ini merupakan pembiayaan yang konsumtif, yaitu untuk membeli suatu aset seperti rumah, mobil, dan lain-lain. Dalam produk pembiayaan ini, bank menggunakan akad bagi hasil, dan sewa, dimana suatu aset dibeli oleh bank, dan kemudian bagian sewadari nasabah digunakan sebagai cicilan pembelian aset
50
tersebut. Jika pembayaran sewa tersebut sudah jatuh tempo, maka aset tersebut sepenuhnya menjadi milik nasabah. 3) Jasa Perbankan Produk jasa perbankan ini lebih dititik beratkan pada pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh bank syariah. Berikut adalah beberapa produk dari jasa perbankan : 1. Dana Talangan 2. Anjak Piutang 3. Letter of Credit 4. Inkaso 5. Kliring 6. Transfer 7. Gadai 8. Payroll 9. Dan lain-lain.
f. Dasar Hukum Bank Syariah Bank syariah tentunya tidak serta merta berdiri dan melakukan kegiatan usaha. Bank syariah memiliki dasar hukum yang menjadi landasan untuk mendirikan dan melakukan semua kegiatannya, yaitu : 1. UU No.7 Tahun 1992 Sejak
diberlakukannya
UU
No.7
Tahun
1992,
yang
memosisikan bank Syariah sebagai bank umum dan bank perkreditan
51
rakyat, memberikan angin segar kepada sebagian umat muslim yang anti-riba, yang ditandai dengan mulai beroperasinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tanggal 1 Mei 1992. Meskipun UU No.7 Tahun 1992 tersebut tidak secara eksplisit menyebutkan pendirian bank syariah atau bank bagi hasil dalam pasalpasalnya, kebebasan yang diberikan oleh pemerintah melalui deregulasi
tersebut
telah
memberikan
pilihan
bebas
kepada
masyarakat untuk merefleksikan pemahaman mereka atas maksud dan kandungan peraturan tersebut. 2. UU No.10 Tahun 1998 UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang No.7 Tahun 1992 hadir untuk memberikan kesempatan meningkatkan peranan bank syariah untuk menampung aspirasi dan kebutuhan masyarakat . Dalam pasal 6 UU No.10 Tahun 1998 ini mempertegas bahwa: a) Bank Umum adalah bank yang menyelesaikan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatan
usahanya
memberikan
jasa
dalam
lalu
lintas
pembayaran. b) Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
52
Dalam UU No.10 Tahun 1998 ini pun memberi kesempatan bagi masyarakat untuk mendirikan bank yang menyelenggarakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah, termasuk pemberian kesempatan kepada BUK untuk membuka kantor cabangnya yang khusus menyelenggarakan kegiatan berdasarkan Prinsip Syariah. Selain itu, pemerintah juga menjabarkan apakah yang dimaksud dengan Prinsip Syariah dalam pasal ini, yaitu terdapat dalam pasal 1 ayat 13 UU No.10 Tahun 1998: Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan
berdasarkan
prinsip
bagi
hasil
(Mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (Musyarakah), prinsip
jual
beli
barang
dengan
memperoleh
keuntungan
(Murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). 3. UU No.23 Tahun 2003 UU No.23 Tahun 2003 tentang Bank Indonesia telah menugaskan kepada BI untuk mempersiapkan perangkat aturan dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya yang mendukung kelancaran operasional bank berbasis Syariah serta penerapan dual bank sistem.
53
4. UU No.21 Tahun 2008 Undang-undang
yang
secara
spesifik
mengatur
tentang
perbankan syariah adalah Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008. Undang-undang ini muncul setelah perkembangan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam undangundang ini berisi tentang Ketentuan Umum perbankan syariah serta perbedaan antara bank kovensional beserta jenis-jenisnya dengan bank syariah beserta jenis-jenisnya. 5. PBI No.9/19/PBI/2007 Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank syariah. 6. PBI No.7/35/PBI/2005 Perubahan atas peraturan bank Indonesia No. 6/24/PBI/2004 tentang bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah 7. PBI No.6/24/PBI/2004 Bank umum yang melaksnakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah 8. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2008 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
54
C. Pembiayaan Kepemilikan Rumah (PPR) Syariah a. Pengertian PPR merupakan suatu produk dari perbankan di bidang property, yaitu pembiayaan untuk perumahan. Tidak hanya untuk rumah tinggal saja, Pembiayaan ini juga meliputi membuka usaha baru, rumah toko (ruko), dan Rumah kantor (Rukan), serta apartemen mewah. Pada bank syariah, produk ini menggunakan akad Murabahah dan Istishna’ (Haris, 2007:115).
b. Akad yang Digunakan Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) Syariah 1. Murabahah Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tembahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam hal ini penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu (Sudarsono,2003:47). 2. Istishna’ Antonio (2001:113) menjelaskan bahwa dalam kontrak Istishna’ ini pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untu membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir.
55
Dalam aplikasi perbankan syariah, bank bertindak sebagai penerima pesanan dari nasabah, kemudian bank memesankan permintaan barang nasabah kepada penjual
barang tersebut.
Pembayarannya dapat dilaukan dengan cara di bayar dimuka, dicicil, atau di belakang dengan jangka waktu penyerahan yang disepakati bersama (Ascarya,2011:99). 3. Ijarah Muntahiya Bit Tamlik Al Ijarah Al Muntahiya bit Tamlik (financial leasing with purchase option) atau Akad sewa menyewa yang berakhir dengan kepemilikan dengan jangka waktu tertentu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, biasanya akad ini digunakan dalam transaksi Pembiayaan Kepemilikan Rumah, dan Pembiayaan pembelian kendaraan bermotor (Dahlan,2012:184-190).
c. Syarat dan Rukun Pembiayaan Kepemilikan Rumah (PPR) Syariah 1. Syarat Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) Mengacu pada akad yang ada dalam Pembiayaan PPR Syariah, maka syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah : a) Pihak Bank harus memberitahukan biaya pembelian rumah kepada nasabah b) Kontrak transaksi harus jelas dan sah c) Objek perjanjian harus jelas
56
d) Penjual juga harus menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan barang yang dijualnya (Antonio,2001:102). 2. Rukun Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) Berikut merupakan rukun untuk Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) : a) Pihak yang berakad yaitu Penjual dan Pembeli Syarat dari Pihak yang berakad yang sah menurut Islam adalah : 1) Dewasa atau sadar Pembeli ataupun penjual harus baligh dan berakal, menyadari dan mampu memelihara agama dan hartanya. Dengan demikian, akad anak mumayyiz (belum baligh) dipandang belum sah. Sebagian ulama memperboleh anak kecil untuk melaksanakan jualbeli jika ada izin dan dalam pengawasan orangtuanya dan barang-barang yang dibeli yang harganya murah dan tidak berbahaya. 2) Tidak dipaksa dengan cara yang tidak benar, maka tidak sah jual beli oleh orang yang dipaksa. 3) Islam, bila barang yang akan dibeli kepadanya berupa mushaf al- Quran dan lain sebagainya. 4) Pembeli bukan musuh Umat Islam dilarang menjual barang berupa senjata maupun sesuatu kepada musuh yang digunakan untuk memerangi dan menghancurkan musuh.
57
b) Objek yang diakadkan yaitu Barang yang diperjual belikan dan harga jual Syarat sah Objek yang di perjual belikan adalah : 1) Suci, maka tidak sah menjual barang najis (atau barang yang haram sesuai ketentuan fiqih) 2) Bermanfaat. Dapat dimanfaatkan secara syara’. 3) Dapat diserahkan. 4) Barang milik sendiri atau menjadi wakil orang lain 5) Jelas dan diketahui oleh kedua orang yang melakukan akad, baik zat, ukuran maupun sifatnya. c) Serah terima (Sighat) 1) Berhadap-hadapan Pembeli dan penjual harus menunjukkan sigat akadnya kepada orang yang sedang bertransaksi dengannya, yaitu harus sesuai dengan orang yang dituju. 2) Ditujukan
kepada
badan
yang
akad
Tidak sah mengatakan, “ Saya menjual barang ini kepada kepala atau tangan kamu”. 3) Qabul (kalimat yang diucapkan oleh pembeli kepada penjual saat transaksi) diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijāb. Orang yang mengucapkan qabul haruslah orang yang diajak bertransaksi oleh yang mengucapkan ijāb, kecuali jika diwakilkan.
58
4) Ketika mengucapkan sigat harus disertai niat 5) Harus menyebutkan barang atau jasa. 6) Pengucapan
ijāb
dan
qabul
harus
sempurna.
Jika seseorang yang sedang bertransaksi itu gila sebelum mengucapkan qabul, maka jual beli yang dilakukan hukumnya batal. 7) Ijāb dan qabul tidak terpisah. 8) Antara ijāb dan qabul tidak terpisah dengan pernyataan lain 9) Tidak berubah lafaz.Lafaz ijab tidak boleh berubah, seperti seperti perkataan, “Saya jual dengan lima ribu, kemudian berkata lagi, “Saya menjualnya dengan sepuluh ribu, padahal barang yang dijual masih sama dengan barang yang pertama dan belum ada qabul. 10) Bersesuaian antara ijāb dan qabul secara sempurna.Tidak dikaitkan dengan sesuatu. Akad tidak boleh dikaitkan dengan sesuatu yang tidak ada hubungan dengan akad.
59
BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI
A. Sejarah dan Perkembangan Bank Syariah Mandiri (BSM) Latar belakang didirikannya Bank Syariah Mandiri (BSM) adalah dengan adanya krisis moneter dan ekonomi pada tahun 1997 tepatnya bulan Juli krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didorong oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat yang menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merekonstruksi dan merekapitalisasi sebagian bank Indonesia. Lahirnya Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank syariah di Indonesia. UndangUndang tersebut telah memungkinkan baik beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang syariah. PT. Susila Bakti yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang Negara dan PT. Mandiri Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997-1999 dengan berbagai cara dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik. Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Daya, Bank Exim dan Bapindo) ke dalam PT. Bank Mandiri pada tanggal 31 Juli 1999 rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank syariah dengan nama Bank Syariah Sakinah diambil alih oleh PT. Bank Mandiri (persero). PT. Bank
60
Mandiri (persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah dengan keinginan PT. Bank Mandiri (persero) untuk membuka bank syariah, langkah awalnya adalah merubah anggaran dasar tentang nama Bank Susilo Bakti menjadi menjadi PT Bank Syariah Sakinah
berdasarkan Notaris Ny.
Machrani M.S, S.H, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999 kemudian melalui Akta No 23 tanggal 8 September 1999 notaris, nama PT. Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT. Bank Syariah Mandiri. Pada tanggal 25 Oktober 1999 Bank Indonesia melalui surat keputusan Gubernur Bank Indonesia No.1/24/KEP.BI/1999 telah memberikan perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berupa prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti selanjutnya dengan surat keputusan deputi Gubernur Bank Indonesia No.1/1/KEP. Dir, pada tanggal 25 Oktober 1999 Bank Indonesia telah menyetujui Bank Susila Bakti menjadi Bank Syariah Mandiri (BSM), pada tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri (BSM). Kelahiran Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan buah usaha dari para perintis Bank Syariah di PT. Bank Susila Bakti dan menejemen PT. Bank Mandiri (persero) memandang pentingnya kehadiran Bank Syariah di lingkungan PT. Mandiri (persero). Bank Syariah Mandiri (BSM) hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya.
61
Adapun untuk wilayah Ungaran yaitu Bank Syari’ah Mandiri Ungaran berada di Ungaran Square Jl. Diponegoro No 745, Ungaran, Semarang Nomor Telepon (024) 6925868.
B. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri (BSM) 1. Visi Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha. 2. Misi a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan. b. Mengutamakan penghimpunan dana consumen dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM. c. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja yang sehat. d. Mengembangkan nilai nilai syari’ah universal. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat.
C. Prinsip Operasional Bank Syariah Mandiri (BSM) Bank Syariah Mandiri (BSM) menganut prinsip-prinsip operasi sebagai berikut: a. Prinsip keadilan Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan mengambil margin keuntungan yang disepakati bersama.
62
b.
Prinsip kemitraan Maksudnya
adalah bahwa
Bank Syariah
Mandiri
(BSM)
menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank pada kedudukan yang sama dan sederajat dengan mitra usaha, hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, resiko dan keuntungan yang berimbang diantara nasabah penyimpan dana. asabah pengguna dana maupun bank. Bank berfungsi sebagai intermediary institution lewat skim-skim pembiayaan yang dimilikinya. c. Prinsip keterbukaan Melalui
laporan
keuangan
bank
yang
terbuka
secara
berkesinambungan nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan kualitas menejemen bank. d.
Universalitas Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membeda-bedakan.
D. Produk-produk Bank Syariah Mandiri (BSM) 1. Produk pendanaan a. Tabungan BSM. Tabungan dalam mata uang rupiah yang penarikan dan penyetoranya dapat dilakukan setiap saat selama jam kas dibuka di konter BSM atau ATM.
63
Fitur & Syarat:
1) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah muthlaqah 2) Minimum setoran awal: Rp80.000 3) Minimum setoran berikutnya: Rp10.000 4) Saldo minimum: Rp50.000 5) Biaya tutup rekening: Rp20.000. 6) Biaya adm/bln: Rp6.000. Syarat
1) Kartu Identitas: (KTP/SIM/Paspor) nasabah. Manfaat: 1) Aman dan terjamin 2) Online di seluruh outlet BSM 3) Bagi hasil yang kompetitif 4) Fasilitas BSM Card yang berfungsi sebagai kartu ATM & debit 5) Fasilitas e-Banking, yaitu BSM Mobile Banking & BSM NetBanking
6) Kemudahan dalam penyaluran zakat, infaq dan sedekah.
b. Tabungan Simpatik BSM. Tabungan dengan prinsip wadiah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat yang disepakati. Fitur & Syarat: 1) Berdasaran prinsip syariah dengan akad Wadiah 2) Setoran awal minimal Rp25.000 (tanpa ATM) & Rp80.000 (dengan ATM)
64
3) Setoran berikutnya minimal Rp10.000 4) Saldo minimal Rp20.000 (tanpa ATM) & Rp50.000 (dengan ATM) 5) Biaya tutup rekening Rp10.000 6) Biaya administrasi Rp2.000 per rekening per bulan atau sebesar bonus bulanan (tidak mengurangi saldo minimal). Syarat: 1) Kartu identitas: KTP/SIM/Papor nasabah Manfaat: 1) Aman dan terjamin 2) Online di seluruh outlet BSM 3) Bonus bulanan yang diberikan sesuai dengan kebijakan BSM 4) Fasilitas BSM Card, yang berfungsi sebagai kartu ATM & debit 5) Fasilitas e-Banking, yaitu BSM Mobile Banking & BSM Net Banking
6) Penyaluran zakat, infaq dan sedekah.
c. Tabungan Berencana BSM. Tabungan berjangka yang memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta
Kepastian pencapaian target dana yang telah
ditetapkan. Fitur 1) Berdasarkan prinsip syariah mudharabah muthlaqah. 2) Periode tabungan 1 s.d. 10 tahun.
65
3) Usia nasabah minimal 18 tahun dan maksimal 60 tahun saat jatuh tempo. 4) Setoran bulanan minimal Rp100 ribu. 5) Target dana minimal Rp1.200.000 dan maksimal Rp200 juta. 6) Jumlah setoran bulanan dan periode tabungan tidak dapat diubah. 7) Tidak dapat menerima setoran diluar setoran bulanan. 8) Saldo tabungan tidak bisa ditarik, dan bila ditutup sebelum jatuh 9) tempo (akhir masa kontrak) akan dikenakan biaya administrasi. Syarat: 1) Memiliki Tabungan BSM sebagai rekening asal (source account). Manfaat 2) Santunan tunai berfungsi untuk memenuhi kekurangan target dana sehingga manfaat asuransi dihitung dengan cara sbb.: Manfaat asuransi = Target dana – Saldo saat klaim.
d. Tabungan Mabrur BSM Tabungan
dalam
mata
uang
rupiah
untuk
membantu
pelaksanaan ibadah haji dam umrah. Fitur: 1) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah muthlaqah. 2) Tidak
dapat
dicairkan
kecuali
untuk
Penyelenggaraan Ibadah Haji/ Umrah (BPIH). 3) Setoran awal minimal Rp500.000.
66
melunasi
Biaya
4) Setoran selanjutnya minimal Rp100.000. 5) Saldo minimal untuk didaftarkan ke SISKOHAT adalah Rp20.000.000 atau sesuai ketentuan dari Departemen Agama 6) Biaya penutupan rekening karena batal Rp25.000. Syarat: 1) Kartu identitas: KTP/SIM/Paspor nasabah. Manfaat: 1) Aman dan terjamin 2) Fasilitas talangan haji untuk kemudahan mendapatkan porsi haji 3) Online dengan SISKOHAT Departemen Agama untuk kemudahan pendaftaran haji.
e. Deposito BSM Investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan pringsip Mudharabah Muthlaqah. Fitur: 1) Jangka waktu yang fleksibel: 1, 3, 6 dan 12 bulan 2) Dicairkan pada saat jatuh tempo 3) Setoran awal minimum Rp2.000.000 4) Biaya Materai Rp6.000. Syarat: 1) Perorangan: KTP/SIM/Paspor nasabah
67
Manfaat: 1) Dana aman dan terjamin 2) Pengelolaan dana secara syariah 3) Bagi hasil yang kompetitif 4) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan 5) Fasilitas Automatic Roll Over (ARO).
f. Giro BSM. Sarana penyampanan dana dalam mata uang Rupiah untuk kemudahan transaksi dengan pengelola berdasarkan prinsip Wadi’ah yad dhamanah. Fitur: 1) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad wadiah yaddhamanah 2) Setoran Awal minimum Rp500.000 3) Saldo minimum Rp500.000. 4) Biaya administrasi bulanan Rp15.000 (tanpa ATM) dan Rp20.000 (dengan ATM). 5) Biaya tutup rekening Rp20.000 6) Biaya administrasi perbuku Rp100.000. Syarat: 1) Perorangan: KTP/SIM/Paspor nasabah Manfaat: 1) Dana aman dan tersedia setiap saat
68
2) Kemudahan transaksi dengan menggunakan cek atau B/G 3) Fasilitas Intercity Clearing untuk kecepatan pembayaran inkaso (kliring antar wilayah) 4) Fasilitas BSM Card, sebagai kartu ATM sekaligus debet (untuk 5) perorangan) 6) Fasilitas pengiriman account statement setiap awal bulan
7) Bonus bulanan yang diberikan sesuai dengan kebijakan BSM.
2. Produk pembiayaan a. BSM Implan BSM Implan adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap Perusahaan yang pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok). BSM Implan dapat mengakomodir
kebutuhan
pembiayaan
bagi
para
karyawan
perusahaan, misalnya dalam hal perusahaan tersebut tidak memiliki koperasi karyawan, koperasi karyawan belum berpengalaman dalam kegiatan simpan pinjam, atau perusahaan dengan jumlah karyawan terbatas. Peruntukkan: 1) Untuk pembelian barang konsumer (halal) 2) Untuk pembelian/memperoleh manfaat atas jasa (contoh: untuk biaya dana pendidikan). Akad Pembiayaan:
69
1) Untuk pembelian barang digunakan akad Wakalah wal Murabahah 2) Untuk memperoleh manfaat atas jasa digunakan akad Wakalah wal Ijarah. b. Pembiayaan Talangan Haji Merupakan pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi/seat haji dan pada saat pelunasan BPIH. c. Pembiayaan BSM Griya Pembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan Jangka pendek, menengah, atau memberikan yang Panjang untuk membiayai rumah Tinggal (konsumer), baru maupun bekas baik, di Lingkungan pengembang maupun pengembang non dengan Sistem murabahah. Akad yang digunakan adalah akad akad murabahah. Akad murabahah adalah akad jual beli bank yang murah antara nasabah, dimana bank membeli barang murah menjualnya Yang Dibutuhkan Kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah marjin keuntungan dengan yang disepakati. d. Pembiayaan kendaraan bermotor BSM Pembiayaan Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan pembiayaan untuk pembelian kendaraan bermotor dengan sistem murabahah. Pembiayaan yang dapat dikategorikan sebagai PKB adalah: 1) Jenis kendaraan
: Mobil dan motor
70
2) Kondisi kendaraan
: Baru dan bekas..
Untuk kendaraan baru, jangka waktu pembiayaan hingga 5 tahun sedangkan kendaraan bekas hingga 10 tahun (dihitung termasuk usia kendaraan dan jangka waktu pembiayaan). Syarat & Ketentuan: 3) Pemohon harus mempunyai pekerjaan dan/atau pendapatan yang tetap. 4) Usia pemohon pada saat pengajuan PKB minimal 21 tahun dan maksimal 55 tahun pada saat jatuh tempo fasilitas PKB. 5) Pengajuan PKB dapat dilakukan sendiri-sendiri atau koordinir secara kolektif oleh instansi dimana pemohon bekerja.
E. Produk Pembiayaan Griya Bank Syariah Mandiri (BSM) Pembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan jangka pendek, menengah, atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal (konsumer), baik baru maupun bekas, di lingkungan developer maupun non developer dengan sistem murabahah. 1. Akad yang digunakan: a. Akad yang digunakan adalah akad murabahah Akad murabahah adalah akad jual beli antara bank dan nasabah, dimana bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati.
71
2. Manfaat yang diberikan: a. Membiayai kebutuhan nasabah dalam hal pengadaan rumah tinggal (konsumer), baik baru maupun bekas b. Nasabah dapat mengangsur pembayarannya dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah selama masa perjanjian. 3. Fitur: a. Angsuran tetap hingga jatuh tempo pembiayaan b. Proses permohonan yang mudah dan cepat c. Fleksibel untuk membeli rumah baru atau second d. Maksimum plafon pembiayaan sampai dengan Rp 5 milyar e. Jangka waktu pembiayaan yang panjang f. Fasilitas autodebet dari Tabungan BSM. 4. Persyaratan: a. WNI cakap hukum b. Usia minimal 21 tahun dan maksimal 55 tahun pada saat jatuh tempo pembiayaan c. Maksimum pembiayaan: Tabel 3.1 Maksimum Pembiayaan Pembiayaan dan Tipe Agunan
FTV Maksimum FP 1 (Pertama)
FP 2 (Kedua)
FP 3 (ketiga) dst
PPR Tipe > 70
70%
60%
50%
PPRS Tipe >70
70%
60%
50%
72
PPR Tipe 22 – 70
Tidak Diatur
70%
60%
PPRS Tipe 22 – 70
80%
70%
60%
PPRS Tipe s/d 21
Tidak Diatur
70%
60%
Ruko/Rukan
Tidak Diatur
70%
60%
Keterangan: FP
= Fasilitas Pembiayaan
FP1 = Fasilitas Pembiayaan untuk rumah pertama, dst. PPRS = Pembiayaan Pemilikan Rumah Susun d. Besar angsuran tidak melebihi 40% dari penghasilan bulanan bersih. e. Fasilitas pembiayaan untuk unit yang belum selesai dibangun/inden dapat diberikan untuk fasilitas pembiayaan yang pertama. f. Pencairan pembiayaan dapat diberikan apabila progress pembangunan telah mencapai 50%, dengan total pencairan maksimal sebesar 50%. g. Untuk pencairan unit yang belum selesai dibangun/inden, harus melalui perjanjian kerja sama antara developer dan BSM Kantor Pusat. 5. Dokumen yang diperlukan: a. Fotokopi KTP pemohon b. Surat Keterangan Domisili c. Fotokopi Kartu Keluarga d. Fotokopi Surat Nikah (bila sudah menikah) e. Foto 4x6 warna f. Surat keterangan pegawai (dari tempat bekerja) g. Asli slip Gaji & Surat Keterangan Kerja h. Fotokopi Tabungan/Rekening Koran 3 bulan terakhir
73
i. Fotokopi NPWP untuk pembiayaan di atas Rp50 juta j. Fotokopi rekening telepon dan listrik k. Fotokopi SHM/SHGB l. Fotokopi IMB dan Denah Bangunan. m. Bukti Pelunasan Pembayaran uang muka n. Surat pernyataan nasabah mengenai fasilitas pembiayaan yang telah diterima maupun yang sedang dalam proses pengajuan permohonan di Bank (BSM) maupun pada Bank lain
F. Pelaksanaan Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Griya BSM Berdasarkan wawancara dengan Ahmad Permadi, salah satu pegawai Bank Mandiri Syariah bagian marketing pembiayaan mikro menyatakan letak penerapan akad Mudharabah dalam transaksi PPR terdapat dalam perjanjian antara Bank dan Nasabah, dimana Bank akan membayarkan terlebih dahulu rumah yang akan dibeli sesuai harga dari Penjual. Selanjutnya Bank akan menjualnya kepada Nasabah sesuai dengan harga pokok, namun ditambah margin keuntungan yang disepakati antara Nasabah dengan Bank. Besar marginnya ditetapkan oleh Bank, biasanya Bank menetapkan margin sesuai dengan Surat Keputusan yang dibuat oleh Pemerintah. Dalam pengajuan PPR ini, Nasabah juga diwajibkan membayar DP sebesar 30% dari harga rumah dan 70% akan dibayarkan terlebih dahulu okeh pihak Bank. Selanjutnya Nasabah akan membayar cicilan sesuai jumlah yang sudah disepakati.
74
Dalam transaksi PPR ini, Nasabah dapat mengajukan Pembiayaan dengan plafond Minimal Rp 100.000.000 dan bisa mengajukan sampai dengan Rp 1.500.000.000. untuk mengajukan pembiayaan ini diperlukan suatu jaminan, yaitu berupa Sertifikat Rumah yang menjadi objek jual beli. Jika terjadi wanprestasi maka untuk bulan pertama akan diberikan surat peringatan, bulan kedua diberikan surat peringatan beserta kunjungan dari Bank, dan jika lebih dari 3 bulan akan dilakukan pelelangan oleh pihak Bank (wawancara dengan Ahmad Permadi 12 Desember 2015, pukul 16.30 WIB). Menurut Desy Listya (tanggal 12 Desember 2015, pukul 13.00 WIB) marketing dari Perumahan Permata Kangjati, Untuk Pemibayaan Perumahan biasanya pihak perumahan tidak ikut campur masalah Nasabah dengan Bank. Disini pihak perumahan hanya bertindak sebagai penjual rumah. Mengenai masalah perjanjian jual beli, semuanya diserahkan kepada pihak bank yang dipercaya oleh pembeli untuk membayarkan rumah tersebut. Jika surat-surat perjanjian jual beli sudah ditanda tangani, dan surat-surat mengenai rumah tersebut telah selesai diurus, maka hak sepenuhnya diberikan kepada pembeli. Dwi Kunthi (tanggal 12 Desember 2015, Pukul 10.00 WIB) adalah seorang marketing dari perumahan Ungaran Asri, yang terletak di Candirejo, Ungaran barat. Mengatakan bahwa biasanya Bank membayar rumah tersebut dengan Cash. Jadi dari pihak perumahan sudah tidak ikut campur mengenai akad yang dilakukan antara Nasabah dengan Bank yang menangani Pembiayaan Pembelian Rumah tersebut.
75
Abdi Nur Khoiri (tanggal 24 Desember 2015, Pukul 19.30 WIB) bertempat tinggal di Desa Candirejo, Tuntang. Seorang Nasabah Pembiayaan Pemilikan rumah yang sudah menjadi nasabah selama 1 tahun 4 bulan. Dia membeli tanah sekaligus ingin
membangun rumah di Karangjati. Dia
mengajukan KPR pada bulan September, dan pencairan dilakukan pada bulan Desember 2014. Dia memilih KPR syariah karena akadnya menggunakan akad jual beli, jadi pada awal akad dia diberitahu harga dasar dari rumah tersebut, dan dia juga diberitahu mengenai seberapa banyak kentungan yang diperoleh Bank Syariah Mandiri. Ahmad Kudlori (tanggal 28 Desember 2015, Pukul 10.00 WIB) bertempat tinggal di Cikal, Kecamatan Tuntang selaku Developer dari Perumahan Griya Delik Tuntang, mengatakan bahwa dia tidak ikut campur mengenai akad yang dilakukan oleh bank dan nasabahnya, dia hanya melayani pembelian rumah saja, yang terpenting menurut dia adalah rumah yang dia pasarkan terjual. Ibu Vivi (tanggal 13 Januari 2016, Pukul 11.00 WIB) yang membeli Perumahan di Graha Candi Soba, yang juga membeli rumah menggunakan produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah dari Bank Mandiri Syariah mengatakan bahwa pada awal akadnya dia diberitahu harga dasar dari rumah tersebut dan juga diberitahu mengenai keuntungan Bank dalam menjual Rumah tersebut kepada Ibu Vivi. Tidak jauh berbeda dengan Ibu Vivi, Bapak Rudi juga Salah satu penghuni Perumahan Graha Candi Soba, menyatakan bahwa mengenai
76
akadnya, bank menggunakan akad Jual beli atau Murabahah. Dalam hal ini secara otomatis Pak Rudi mengetahui berapa keuntungan yang diperoleh dan berapa harga pokoknya. Pak Rudi menegetahui semua itu dari brosur harga yang diberikan oleh Graha Candi Soba dan tabel ilustrasi angsuran yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri (tanggal 24 Januari 2016, Pukul 11.00 WIB).
77
BAB IV PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH (PPR) SYARIAH MENURUT HUKUM ISLAM
A. Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri (BSM) Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang mempunyai tugas menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana itu kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Sedangkan Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang mempunyai tugas menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana itu kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan, tentunya dalam pengelolaannya menggunakan prinsip syariah islam.
Kelahiran Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan buah usaha dari para perintis Bank Syariah di PT. Bank Susila Bakti dan menejemen PT. Bank Mandiri (persero) memandang pentingnya kehadiran Bank Syariah di lingkungan PT. Mandiri (persero). Bank Syariah Mandiri (BSM) hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Sejak awal Berdirinya Bank Sayariah Mandiri Cabang Ungaran, telah dipersiapkan untuk mencapai suatu perkembangan dengan mengacu pada mutu pelayanan. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan strategi pemasaran produk yang ada di Bank Syariah Mandiri. Bank Syariah Mandiri Cabang Ungaran merupakan salah satu lembaga yang bergerak dalam bidang ekonomi yang diperuntukan bagi masyarakat pada
78
umumnya. Semua kegiatan Bank Sayiah Mandiri dapat berjalan lancar dan berkembang karena modal yang dimiliki mampu memenuhi kebutuhan yang diperlukan. Tentunya semua itu berkat kerjasama masyarakat dengan lembaga keuangan tersebut. B. Pelaksanaan Pembiayaan Kepemilikan Rumah (PPR) Syariah Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup suatu usaha dibutuhkan suatu strategi pemasaran yang sesuai, untuk itu banyak perusahaan menerapkan strategi pemasaran untuk mencari laba sebagai tujuan yang hendak dicapai. Seperti Bank syariah pada umumnya, Bank Mandiri Syariah mempunyai produk Pendanaan dan Pembiayaan.
Salah satu produk pembiayaan Bank Syariah Mandiri adalah produk Pembiayaan Griya BSM, yaitu pembiayaan Jangka pendek, menengah, dan Panjang untuk membiayai rumah Tinggal (konsumer), baru maupun bekas baik, di Lingkungan pengembang maupun non pengembang dengan Sistem Murabahah. Dengan beberapa manfaat yang diberikan yaitu untuk membiayai kebutuhan nasabah dalam hal pengadaan rumah tinggal (konsumer), baik baru maupun bekas, dan dalam hal ini Nasabah dapat mengangsur pembayarannya dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah selama masa perjanjian. Dalam pengajuan PPR ini, Nasabah juga diwajibkan membayar uang muka sebesar 30% dari harga rumah dan 70%
akan dibayarkan terlebih
dahulu okeh pihak Bank. Selanjutnya Nasabah akan membayar cicilan sesuai jumlah yang sudah disepakati.
79
Uang muka yang dimaksud adalah uang yang digunakan sebagai tambahan untuk membayar rumah tersebut, dikarenakan dari pihak Bank Syariah Mandiri hanya memberikan Pembiayaan Pemilikan Rumah untuk Nasabah maksimal sebesar 70% dari harga rumah tersebut. Jadi uang muka disini hanyalah istilah yang digunakan oleh Bank untuk memberikan informasi kepada nasabah, supaya nasabah lebih mudah mengerti mengenai produk Griya BSM. Dalam transaksi PPR ini, Nasabah dapat mengajukan Pembiayaan dengan plafond Minimal Rp 100.000.000 dan bisa mengajukan sampai dengan Rp 1.500.000.000. untuk mengajukan pembiayaan ini diperlukan suatu jaminan, yaitu berupa Sertifikat Rumah yang menjadi objek jual beli. Jika terjadi wanprestasi maka untuk bulan pertama akan diberikan surat peringatan, bulan kedua diberikan surat peringatan beserta kunjungan dari Bank, dan jika lebih dari 3 bulan akan dilakukan pelelangan oleh pihak Bank Dalam dunia perbankan syariah, bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual suatu produk dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Biasanya akad ini ditemukan dalam akad pembiayaan, yang lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bitsaman ajil). Pada awalnya menurut Ascarya (2011:83) Murabahah ini merupakan konsep jual beli biasa dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembiayaan. Namun akad ini selanjutnya digunakan sebagai tambahan bagi
80
konsep lain sehingga menjadi bentuk pembiayaan. Akan tetapi, validitas transaksi ini tergantung pada beberapa syarat yang benar-benar harus diperhatikan agar transaksi tersebut diterima secara syariah. Mudharabah ini memberi banyak keuntungan bagi bank syariah. Salah satu keuntungannya adalah adanya selisih harga yang disepakati bersama, dan Murabahah ini sangatlah sederhana, sehingga memudahkan jalannya penanganan administrasinya di bank syariah. Pembiayaan ini adalah pembiayaan untuk seorang pegawai atau karyawan dengan penghasilan yang tetap. Besar angsurannyapun tidak boleh melebihi 40% dari penghasilan perbulan.
Menurut Hirsanuddin (2008:7-8), Syarat sahnya perjanjian adalah : a. Al-Aqid atau sering disebut juga pelaksana akad, yaitu dua orang yang berakad. b. Shighat atau sebuah ucapan yang terdiri dari akad yaitu ucapan yang diucapkan oleh Penjual dan Qabul yang diucapkan oleh Pembeli yang setuju atau rela. c. Al-Ma’qud alaih atau benda yang diakadkan yaitu benda yang bermanfaat. Jadi perjanjian harus merupakan kesepakatan antara kedua belah pihak untuk mengikatkan diri tentang perbuatan yang akan dilakukan dalam suatu hal yang khusus yaitu perjanjian kesanggupan Nasabah untuk membayarkan cicilan untuk setiap bulannya sesuai dengan kontrak (perjanjian) yang disepakati oleh pihak Nasabah dan Bank yang memberikan Pembiayaan
81
Pemilikan Rumah (PPR). Dari sini yang bertindak sebagai Al-Aqid adalah Nasabah dan Bank yang memberikan Pembiayaan,
Shighatnya adalah
perjanjian antara Nasabah dan Bank, sedangkan yang menjadi Al-Ma’qud alaih adalah Rumah yang akan dibeli. Seperti jual beli pada umumnya, jual beli harus memenuhi syarat dan rukun yang ditetapkan oleh hukum Islam, yaitu :
d) Pihak yang berakad yaitu Penjual dan Pembeli Syarat dari Pihak yang berakad yang sah menurut Islam adalah : 5) Dewasa atau sadar Pembeli ataupun penjual harus baligh dan berakal, menyadari dan mampu memelihara agama dan hartanya. Seperti syarat yang diberikan oleh Bank Mandiri Syariah untuk Pengajuan Pembiayaan Pemilikan Rumah, yaitu Nasabah diharuskan mempunyai KTP dan surat keterangan Domisili. Maka dari sini dapat diketahui bahwa Pembeli adalah seorang yang sudah baligh dan berakal. 6) Tidak dipaksa dengan cara yang tidak benar, maka tidak sah jual beli oleh orang yang dipaksa. 7) Islam, bila barang yang akan dibeli kepadanya berupa mushaf alQuran dan lain sebagainya. 8) Pembeli bukan musuh
82
Umat Islam dilarang menjual barang berupa senjata maupun sesuatu kepada musuh yang digunakan untuk memerangi dan menghancurkan musuh. e) Objek yang diakadkan yaitu Barang yang diperjual belikan dan harga jual, Syarat sah Objek yang di perjual belikan adalah : 6) Suci, maka tidak sah menjual barang najis (atau barang yang haram sesuai ketentuan fiqih) 7) Bermanfaat. Dapat dimanfaatkan secara syara’. 8) Dapat diserahkan. 9) Barang milik sendiri atau menjadi wakil orang lain. Dalam hal ini sudah diketahui secara jelas mengenai kepemilikan rumah yang akan di beli oleh Pembeli, yaitu melalui kelengkapan surat-suratnya, seperti IMB dan sertifikat rumah tersebut. 10) Jelas dan diketahui oleh kedua orang yang melakukan akad, baik zat, ukuran maupun sifatnya. Penjual diharuskan menyebutkan spesifikasi rumah yang akan dijual, dan menjelaskan segala hal yang ditanyakan oleh Pembeli. Dalam kasus pada penelitian ini biasanya Pembeli akan menghitung terlebih dahulu berapa harga jual rumahnya dan cicilan rumanya yang telah ditambah margin keuntungan yang diperoleh Bank Mandiri Syariah. Jadi antara Bank sebagai Penjual dan Nasabah sebagai Pembeli sama-sama mengetahui seberapa harga
83
dasar rumah tersebut, dan berapa harga rumah tersebut setelah ditambah margin keuntungan. f) Serah terima (Sighat) 11) Berhadap-hadapan Pembeli dan penjual harus menunjukkan sigat akadnya kepada orang yang sedang bertransaksi dengannya, yaitu harus sesuai dengan orang yang dituju. Disini sudah jelas bahwa jual beli dilakukan dengan surat perjajian dan syarat-syarat yang jelas pula. 12) Ditujukan kepada badan yang akad Tidak sah mengatakan, “ Saya menjual barang ini kepada kepala atau tangan kamu”. 13) Qabul (kalimat yang diucapkan oleh pembeli kepada penjual saat transaksi) diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijab. Orang yang mengucapkan qabul haruslah orang yang diajak bertransaksi oleh yang mengucapkan ijāb, kecuali jika diwakilkan. Dalam konteks ini jika Pembeli sejutu dengan segala syarat yang diberikan oleh Bank sebagai penjual rumah, maka Pembeli akan menanda tangani surat perjanjian antara Pembeli dengan Bank sebagai Penjual. 14) Ketika mengucapkan sigat harus disertai niat. 15) Harus menyebutkan barang atau jasa. Pengucapan ijab dan qabul harus sempurna. Jadi dalam surat perjanjian sudah dijelaskan bahwa Pembeli membeli rumah dari
84
Bank dengan harga tertentu dan sekaligus jumlah pembayaran yang dilakukan oleh Pembeli. Dalam transaksi ini dapat diketahui bahwa Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Griya BSM merupakan transaksi jual beli seperti yang dilakukan pada umumnya, namun hanya berbeda pada cara pembayarannya yaitu dengan cara diangsur tiap bulannya sampai jangka waktu tertentu atau sampai dengan jumlah yang disetujui oleh kedua belah pihak. Margin keuntungan yang diperoleh oleh Bank sudah ditentukan dari Bank itu sendiri. Nasabah dipersilahkan membaca kontrak yang telah dibuat oleh Bank. Nasabah secara otomatis mengetahui harga dasar rumah tersebut dari Pihak Penjual rumah tersebut, dan Pembeli akan diberikan informasi mengenai besar margin keuntungan dari pihak bank melalui ilsutrasi pembayar cicilan dengan sistem online. Jika nasabah telah mengerti dan menyetujui kontrak, Nasabah akan menandatangani kontrak Pembiayaan Griya BSM. Setelah Kontrak ditandatangani, Nasabah dianggap telah mengerti isi perjanjian dan telah bersedia membayar cicilan tiap bulannya sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Dari pernyataan di atas maka antara Bank dan Nasabah sudah melaksanakan akad (perjanjian) yang sesuai dengan hukum Islam. Kedua belah pihak sudah sepakat dan telah mengerti apa yang diperjanjikan, maka akad ini sebagai hubungan antara ijab dan qabul sesuai dengan kehendak syariat yang menerapkan adanya pengaruh dalam objek perikatan.
85
BAB V KESIMPULAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai Analisis Hukum Islam terhadap pembiayaan griya bank syariah mandiri, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Produk Pembiayaan Griya Bank Mandiri Syariah merupakan produk pembiayaan konsumtif dengan prinsip syariah yang mempunyai tujuan memberikan kemudahan bagi nasabah untuk memiliki rumah. 2. Akad Pembiayaan Griya Bank Mandiri Syariah ini menggunakan akad Murabahah, akad ini merupakan akad jual beli yang dilakukan antara bank dan nasabah, dimana bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa Nasabah Pembiayaan Griya BSM, akad Murabahah ini sudah diterapkan dalam perjanjian Pembiayaan Griya BSM ini. 3. Dalam Pembiayaan Griya BSM ini juga terdapat konsep pembayaran uang muka atau sering disebut uang panjar sebesar 30%. Namun berdasarkan analisis penulis, uang muka yang dimaksud adalah uang yang digunakan sebagai tambahan untuk membayar rumah tersebut, dikarenakan dari pihak
86
Bank Syariah Mandiri hanya memberikan Pembiayaan Pemilikan Rumah untuk Nasabah maksimal sebesar 70% dari harga rumah tersebut.
B. SARAN Agar dalam pengelolaan Pembiayaan Griya Bank Syariah Mandiri ini dapat berjalan dengan lancar, sesuai dengan prinsip syariah, dan calon Nasabah menjadi tertarik dengan produk ini
maka perlu
dilakukan hal
sebagai berikut : 1. Peningkatan
etos
kerja
karyawan
dalam
memasarkan
dan
mensosialisasikan produk Pembiayaan Griya BSM, karena masih banyak calon nasabah yang belum mengetahui perbedaan Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan Kredit dengan sistem bunga. 2. Membuka seluas-luasnya kesempatan bagi semua orang khususnya Mahasiswa yang ingin melakukan Penelitian, untuk dapat mengetahui produk-produk dari Bank Syariah Mandiri, karena Penelitian ini juga merupakan suatu sarana sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai beberapa produk yang dikelola Bank Syariah Mandiri.
C. PENUTUP Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya, Penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini dengan tanpa ada halangan yang berarti.
87
Demikianlah Skripsi yang bisa Penulis sajikan, apabila masih ada kekeliruan dan kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing, penguji serta pembaca semuanya. Akhirnya saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Skripsi ini.
88
DAFTAR PUSTAKA
Ali,Zainuddin. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika Amalia, Dina, Aidi Faiz, Faza Atika. 2013.Status Sistim Jual Beli Ijon Dalam Hukum Islam (Fiqh) Studi Kasus Di Desa Sruwen Dan Candirejo. Laporan Penelitiaan tidak di terbitkan. Salatiga: Jurusan Syari’ah STAIN Salatiga. Anshori, Abdul Ghofur. 2008.Tanya Jawab Perbankan Syariah.Yogyakarta: UII Press. Antonio, Syafi’i.2001. Bank Syari’ah: dari teori ke praktik.Jakarta : Gema Insani. Arifin, Zainul.2002.Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah.Jakarta:AlvaBet. Ascarya. 2011. Akad dan Produk Bank Syariah.Depok:PT. Raja Grafindo _______. 2012. Akad dan Produk Bank Syariah.Depok:PT. Raja Grafindo Ash-Shidieqy,Hasbi.1994.Pengantar Hukum Islam I. Jakarta:PT. Bulan Bintang. Burhanuddin.2008.Hukum Perbankan Syariah di Indonesia.Yogyakarta:UII Press. Dahlan, Ahmad. 2012.Bank Syariah Teoritik, Praktik, Kritik. Yogyakarta:Sukses offset. Haris, Helmi.2007.Pembiayaan Kepemilikan Rumah (Sebuah Inovasi Perbankan syari’ah). Jurnal Ekonomi Islam. Hirsanuddin.2008.Hukum Perbankan Syariah.Yogyakarta:Genta Press. Karim, Adiwarman A. 2013.Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Poerwadarminta.2006.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka.
89
Moloeng, Lexy J.2008.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya. Nabhan,Faqih.2008.Dasar-Dasar Akuntasi Bank Syariah.Yogyakarta: Lumbung Ilmu. Sudarsono, Heri. 2003. Bank Lembaga Keuangan Syariah : Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia. Suhendi,Hendi.2005.Fiqh Muamalah.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. Suyatno, Thomas.1999.Kelembagaan Perbankan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Wirdyaningsih,dkk.2006.Bank dan Asuransi Islam di Indonesia.Jakarta: Kencana. Wiroso.2005.Jual Beli Murabahah.Yogyakarta: UII Press. Undang-undang No.7 Tahun 1992 Undang-undang No.10 Tahun 1998 Undang-undang No.23 Tahun 2003 Undang-undang No.21 Tahun 2008 https://affgani.wordpress.com/ekonomi-islam/pembiayaan-bank-syariah-kprsyariah/ (akses tanggal 20 Oktober 2015) https://ferdinandwisnu.wordpress.com/2013/03/10/pengertian-bank-jenis-jenisbank-fungsi-bank-dan-reformasi-bank/ (akses tanggal 19 Januari 2016) http://ikemurwanti.blogspot.co.id/2011/11/produk-produk-bank-umum.html (akses tanggal 19 Januari 2016) http://wikimedya.blogspot.co.id/2009/11/kegiatan-bank-umum.html tanggal 19 Januari 2016)
90
(akses
LAMPIRAN-LAMPIRAN
91
92
93
94
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Muhammad AidiFaiz
NIM Tempat, Tgl Lahir
: 21411012 : Kab. Semarang, 28 Maret 1993
Alamat
: Dsn. CandiLor, RT 03 RW 06, Candirejo, KecamatanTuntang, Kabupaten Semarang
Jenjang Pendidikan: 1. SD Negeri 2 Candirejo
2002-2007
2. SMP N 2 Tuntang
2007-2009
3. SMA N 1 Tuntang
2009-2011
4. IAIN Salatiga
2011-2016
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Candirejo, Penulis
Muhammad AidiFaiz
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104