ANALISIS HAMBATAN PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI DAN CARA PEMECAHANNYA DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU KELAS X SMA NEGERI SE-KOTA LAMONGAN Rizka Ayu Mei Fitriany, Herawati Susilo Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang 65145, Indonesia E-mail:
[email protected] ABSTRAK: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan bersifat deskriptif. Metode yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru ada yang belum memahami secara umum mengenai Kurikulum 2013 dilihat berdasarkan pernyataan 3 guru dari 3 sekolah di SMA Negeri Se-Kota Lamongan karena kegiatan sosialisasi oleh pemerintah yang diberikan kepada guru secara langsung sangat kurang. Ada beberapa hambatan yang dialami guru yaitu (1) Kesadaran dan pengetahuan guru tentang konsep Kurikulum 2013, (2) Persiapan perangkat awal, (3) Proses pembelajaran, (4) Penilaian hasil belajar. Dalam proses pembelajaran mata pelajaran biologi berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dilakukan dengan baik mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan semua mengacu pada Permendikbud No. 65 Th. 2013 tentang standar proses dan Permendikbud No. 81a tentang implementasi Kurikulum 2013. Tetapi pada penyusunan RPP guru belum memahami benar seluk-beluk penyusunan RPP. Padahal sebagaimana yang kita ketahui, seorang guru itu diharuskan dan diwajibkan untuk menyusun RPP. Pada RPP inilah rencana pembelajaran guru tertuang. Pelajaran yang dapat diambil dari pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMA Negeri Se-Kota Lamongan adalah pemahaman guru mengenai Kurikulum 2013 memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Kata Kunci: Kurikulum 2013, Hambatan dan Alternatif, Keterlaksanaan Proses pembelajaran ABSTRACT: This research used a qualitative approach and descriptive. The methods used were interviews, observation, and documentation. Techniques of data analysis done by data reduction, data presentation, and conclusion. The results research showed that there are teachers who do not understand in general about the curriculum 2013 statement seen by 3 teachers from three schools in all Senior High School in Lamongan, because socialization by the government that are given to the teacher directly very less. There are several barriers experienced by teachers: (1) Awareness and knowledge of teachers about Curriculum 2013 concept, (2) Preparation of the initial device, (3) the learning process, (4) assessment of learning outcomes. In the process of studying the subject of biology based Curriculum 2013 has been done starting from planning, implementation, and evaluation. Feasibility study carried out all reference to Permendikbud No. 65 Th. 2013 standards and Permendikbud No. 81A about the implementation of Curriculum 2013. But in the preparation of lesson plans teachers have not really understand about how to preparation of the RPP. As we know, a teacher must and required to prepare lesson plans. In this lesson plan include of teacher learning plan. The lesson that can be drawn from the implementation of Curriculum 2013 in all Senior High School in Lamongan is teacher’s understanding of the Curriculum 2013 that had a major effect on the success of the learning activities done in class. Keywords: Curriculum 2013, Barriers and Alternative, Learning Process
1
2 Kurikulum 2013 didesain berdasarkan pada budaya dan karakter bangsa, berbasis peradaban, dan berbasis pada kompetensi (Fauziah dkk, 2013). Kurikulum 2013 menekankan pada domain sikap (spiritual, sosial), domain pengetahuan dan domain keterampilan. Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa. Siswa adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan (Permendikbud, 2013b). Perubahan Kurikulum 2013 harus didukung oleh peran serta guru dalam kegiatan pembelajaran, sehingga guru memegang peran penting dalam perubahan Kurikulum. Sebaik apapun Kurikulum yang dibuat jika guru yang menjalankan tidak memiliki kemampuan yang baik maka Kurikulum tersebut tidak akan berjalan dengan baik (Kemendiknas, 2013). Pemerintah sudah melaksanakan pelatihan implementasi Kurikulum 2013 pada 61.074 guru, terdiri atas 572 orang instruktur nasional, 4.740 orang guru inti dan 55.762 guru sasaran. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) Bidang Pendidikan menyatakan bahwa hasil pelatihan yang diperoleh ternyata banyak guru yang belum paham dengan Kurikulum 2013, sehingga dari segi pemahaman harus segera ditingkatkan pada tahun ajaran selanjutnya 2014/2015 (Zubaedah, 2014). Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan ilmiah (scientific) tidak lepas dari beberapa hal antara lain, tahap perencanaan yaitu penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah, evaluasi, dan refleksi oleh guru.Keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan Kurikulum 2013 masih ada beberapa kendala. Kendala yang sering dihadapi oleh guru adalah bagaimana mengarahkan siswa berpikir kritis dan analitis dalam kegiatan pembelajaran, sehingga guru tidak hanya bertugas untuk menyelesaikan materi pelajaran tetapi harus mengutamakan kualitas dalam seluruh kegiatan pembelajaran. Saat kegiatan pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang tidak aktif. Siswa mengalami kesulitan bagaimana cara untuk menyampaikan pertanyaan dan melakukan analisis dari hasil pengamatan yang dilakukan sesuai dengan kriteria pendekatan ilmiah. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) Hambatan-hambatan apakah yang dihadapi guru kelas X SMA Negeri Se-Kota Lamongan dalam proses pembelajaran biologi pada pelaksanaan Kurikulum 2013, (2) Bagaimanakah alternatif cara pemecahan hambatan-hambatan yang dihadapi guru kelas X SMA Negeri Se-Kota Lamongan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi guru untuk dapat digunakan sebagai referensi dalam pembelajaran biologi dengan menggunakan Kurikulum 2013. Guru secara umum mengetahui kondisi pembelajaran yang menghambat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan Kurikulum 2013. Bagi sekolah mampu mempersiapkan lulusan yang kreatif, berkompeten dan selalu dapat memanfaatkan lingkungannya sendiri sebagai sumber belajar yang efektif. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilaksanakan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data utama pada penelitian ini adalah wawancara dan observasi yang
3 dilakukan peneliti dengan guru mata pelajaran biologi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 sekolah di SMA Negeri Se-Kota Lamongan yaitu SMA Negeri 1 Lamongan dengan responden Ibu Dra. Hj. Wiwik Pujiastuti, SMA Negeri 2 Lamongan dengan responden Ibu Izatul Laily, S.Pd, dan SMA Negeri 3 Lamongan dengan responden Ibu Mula Haryati, S.Pd. Materi disampaikan guru selama 3 kali pertemuan kegiatan pembelajaran dalam setiap sekolah, dan 3 siswa mengenai pembelajaran biologi dengan melaksanakan Kurikulum 2013. Hal ini digunakan untuk data pendukung penelitian setelah sumber data utama diperoleh peneliti. Selain itu pengumpulan data dengan dokumentasi juga diperlukan sebagai bukti autentik penelitian. Tahap penelitian meliputi tahap persiapan yang terdiri dari kegiatan penyusunan rancangan penelitian, fokus penelitian, penyusunan instrumen penelitian. Selanjutnya adalah tahap pelaksanaan yang meliputi kegiatan pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan menarik kesimpulan. Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 1 Lamongan di Jalan Veteran No 41 Jetis, SMA Negeri 2 Lamongan di Jalan Veteran No 1 dan SMA Negeri 3 Lamongan di Desa Tanjung Kecamatan Lamongan. Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2010: 193). Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan lapangan, wawancara, penelaah dokumen. Alat penelitian yang digunakan adalah catatan lapangan, panduan wawancara, panduan observasi, kamera dan alat tulis. Pengumpulan data dengan pengamatan lapangan dalam istilah lain observasi adalah untuk memperoleh informasi terkait kondisi lapangan ketika dilakukan pembelajaran biologi dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 terkait hambatan-hambatan proses pembelajaran biologi di kelas. Lembar observasi diisi oleh peneliti dan 3 teman guru/mahasiswa sesuai dengan rubrik yang tersedia, pelaksanaannya pada saat pembelajaran berlangsung. PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Hambatan Guru Biologi Kelas X SMA Negeri Se-Kota Lamongan dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 1. Kesadaran dan Pengetahuan Guru tentang Konsep Kurikulum 2013 Rendahnya kesadaran guru meliputi rendahnya kualitas guru, kurangnya kesiapan guru mengajar, kepekaan guru dalam menanggapi hal-hal baru termasuk implementasi proses pembelajaran yang sering terabaikan oleh guru, karena pada realitanya banyak guru yang mengajar hanya sekedar mengajar tidak ada timbal balik apa-apa antara pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku serta kreativitas siswa terkait pelajaran yang sedang dipelajari. Guru tidak punya kesadaran untuk belajar sendiri dengan mencari informasi di internet, sehingga kesadaran akan pengetahuan guru mengenai konsep Kurikulum 2013 masih sangat rendah. Pada dasarnya guru belum siap melaksanakan Kurikulum 2013. Padahal seorang guru seharusnya menjadi
4 promotor untuk mengembangkan pemikiran, kreativitas, keterampilan dan yang paling penting adalah potensi dari siswa. Secara konseptual tidak ada guru yang keberatan dengan pengembangan Kurikulum 2013, karena hampir semua guru menyadari bahwa Kurikulum selalu memerlukan pengembangan baru sesuai dengan perkembangan masyarakat. Namun yang menjadi masalah adalah mengenai kesiapan guru dan waktu implementasinya yang dinilai terlalu mendesak bila harus diimplementasikan pada Tahun Ajaran 2013/2014. Dengan persiapan yang sangat mendesak tersebut maka guru dituntut belajar mengenai seluruh aspek Kurikulum 2013 mulai dari konsep dan implementasi sehingga guru kurang memahami tentang standar konsep, standart isi secara maksimal, standart lulusan maupun penilaian. 2. Persiapan Perangkat Awal Dengan adanya perubahan menjadi Kurikulum 2013 maka secara tidak langsung perangkat pembelajaran juga ikut berubah sesuai standar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Namun yang menjadi kendala dalam hal ini adalah belum adanya kepastian format perangkat pembelajaran dari pemerintah dan guru juga tidak berani membuat format perangkat pembelajaran sendiri. Struktur Kurikulum terbaru akan membawa perubahan pula bagi struktur perangkat pembelajaran yang disusun oleh guru. Dalam hal ini struktur Kurikulum yang membingungkan dan belum ada kepastian ini membuat guru susah memahami konsep dan struktur Kurikulum yang ada mengenai perubahan pada standar kompetensi menjadi kompetensi inti dan kompetensi lulusan dengan perbedaan sistem penilaian yang terbaru. 3. Proses Pembelajaran Dalam proses pembelajaran guru mendapat kesulitan untuk membuat siswa berperilaku kreatif saat menyelesaikan tugas yang tidak hanya memiliki satu jawaban benar, padahal pelajaran biologi sebagian besar memiliki jawaban pasti. Guru dituntut mentolerir jawaban yang kurang tepat saat proses pembelajaran, hal tersebut sulit dilakukan karena sejak lama sudah menggunakan Kurikulum KTSP dan KBK yang memiliki karakter hampir sama. Guru kurang mampu menerapkan Kurikulum secara umum dalam proses pembelajaran. Hal ini karena guru tidak dilibatkan atau berpartisipasi dalam pengembangan Kurikulum. Dalam Kurikulum 2013 seluruh silabus RPP dan buku disediakan oleh pemerintah pusat sehingga guru tidak bebas mendesain pembelajaran. Selain itu untuk meningkatkan motivasi dan kreativitas siswa agar siswa tidak cenderung pasif guru menerapkan pendekatan menggunakan Scientific, model pembelajarannya menggunakan GI (Group Investigation), STAD, dan JIGSAW, metode yang sering digunakan yaitu diskusi, presentasi, tanya jawab, praktikum, dan observasi. 4. Penilaian Hasil Belajar Jika dulu guru hanya fokus pada aspek kognitif, dalam Kurikulum 2013 guru harus melakukan penilaian terhadap psikomotor dan sikap siswa. Dalam hal
5 ini guru mengalami kesulitan dalam sistem penilaian karena indikator penilaian belum jelas. Kurikulum 2013 merupakan Kurikulum baru yang sangat perlu pelatihan yang cukup lama karena Kurikulum 2013 bukan evaluasi dari Kurikulum 2006. Sehingga sistem penilaian juga perlu latihan khusus supaya maksimal. B. Alternatif Cara Pemecahan Hambatan-Hambatan yang dihadapi Guru Kelas X SMA Negeri Se-Kota Lamongan 1. Kesadaran dan Pengetahuan Guru tentang Konsep Kurikulum 2013 Berkaitan mengenai hambatan yang ditemukan kesadaran dan pengetahuan guru mengenai konsep Kurikulum 2013 adalah kurangnya sosialisasi serta pelatihan yang diberikan pusat kepada guru-guru di seluruh Indonesia. Maka solusi yang ditawarkan adalah perlunya pemberian sosialisasi serta pelatihan yang intensif tentang Kurikulum 2013. Alternatif menurut peneliti, Strategi yang digunakan oleh guru dalam menghadapi penerapan Kurikulum 2013 yakni dengan guru bertanya kepada rekan sesama guru terutama dilakukan dalam kegiatan MGMP dengan metode sharingdengan guru lain yang dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan, mencari buku referensi yang digunakan sebagai sumber kegiatan pembelajaran, serta mencari informasi dengan browsing dari internet sebagai salah satu bentuk usaha dalam menambah pengetahuan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Strategi yang dilakukan guru merupakan salah satu bentuk belajar mandiri guna menunjang penerapan Kurikulum 2013 yang ada di sekolah. 2. Persiapan Perangkat Awal Adanya beberapa hambatan terkait persiapan perangkat awal dapat diatasi dengan beberapa alternatif solusi yang disampaikan, antara lain adalah: upaya penyesuaian sesuai dengan perkembangan pemahaman tentang Kurikulum 2013; pelatihan dan pemantapan penyusunan perangkat pembelajaran agar guru menjadi kreatif serta pengembangan indikator berdasarkan Kompetensi Dasar oleh guru. Alternatif menurut peneliti, sebaiknya guru tetap menyiapkan perangkat pembelajaran sesuai kemampuan atau pemahaman guru. Karena perangkat pembelajaran sebagai skenario pembelajaran. Skenario tersebut akan dilaksanakan ketika proses pembelajaran, sehingga guru itu sangat membutuhkan segala skenario sebagai kesiapan pembelajaran termasuk perangkat pembelajaran. 3. Proses pembelajaran Dalam proses pembelajaran tentu saja guru akan banyak mengalami kesulitan yang dihadapi terkait kurangnya persiapan pembelajaran mengenai Kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. Untuk mengatasi beberapa hambatan tersebut antara lain adalah adanya penguatan pendekatan saintifik pada guru; Guru perlu mendapatkan pelatihan secara kontinyu agar mahir mengimplementasikan 5M; Guru menggunakan paket subtema dengan tidak terpaku pada proses belajar, dan adanya penilaian melalui penggolongan sesuai kemampuan siswa, “person by person”.
6 Alternatif menurut peneliti, sebaiknya guru lebih pandai-pandainya untuk meningkatkan motivasi dan kreativitas siswa agar siswa tidak cenderung pasif guru sebaiknya menerapkan pendekatan menggunakan Scientifiec, model pembelajarannya menggunakan GI (Group Investigation), STAD, dan JIGSAW, PBL, PjBL, NHT, dan TGT, metode yang digunakan yaitu diskusi, presentasi, tanya jawab, praktikum, eksperimen, simulasi, demonstrasi dan observasi. Guru bisa saja memadukan model pembelajaran agar proses pembelajarannya Lebih menarik dan tidak membuat siswa itu merasa bosan. 4. Penilaian Hasil Belajar Mengenai penilaian hasil belajar siswa yang sudah diidentifikasi hambatan yang terjadi yaitu adanya perbedaan antara penilaian Kurikulum 2013 dengan KTSP, sehingga solusi yang dapat diberikan untuk mengatasinya adalah sebagai berikut: mempersiapkan macam-macam antisipasi penilaian, mencetak sendiri format buku rapor yang lebih sesuai menurut sekolah, dan perlu pendampingan berkala dan pembimbingan dalam menyusun instrumen. Alternatif menurut peneliti, guru sebaiknya melaksanakan segala penilaian tanpa mengurangi makna yang terkandung dalam struktur Kurikulum 2013. Menurut beberapa informan, SMA Negeri1 Lamongan, SMA Negeri 2 Lamongan, dan SMA Negeri 3 Lamongan dinilai memiliki persiapan yang belum begitu matang dalam melaksanakan Kurikulum 2013. Hal ini terlihat dari pemahaman guru tentang Kurikulum 2013 yang masih sangat minim. Sebagian besar guru kelas X yang telah diberikan kepercayaan untuk menerapkan Kurikulum 2013 mengaku belum begitu paham tentang Kurikulum 2013. Hal mendasar yang belum dimengerti guru tentang Kurikulum 2013 adalah implementasi mengajar di kelas menurut Kurikulum 2013. Guru hanya mengerti dalam Kurikulum 2013 menggunakan metode scientific. Tentang bagaimana metode scientific itu sendiri juga belum begitu dipahami oleh guru. Salah satu nara sumber juga mengalami kebingungan ketika ditanyakan tentang inti Kurikulum 2013. Hal ini tentu menunjukkan bahwa pemahaman guru tentang Kurikulum 2013 masih sangat kurang. Selain itu guru juga masih belum begitu memahami tentang pembuatan RPP menurut Kurikulum 2013. Menurut Ibu Wiwik dari SMA Negeri 1 Lamongan memang sudah ada sosialisasi tentang pembuatan RPP, namun sosialisasi yang diberikan juga masih berubah-ubah. Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, guru juga banyak mengeluhkan dan mengalami kebingungan tentang system penilain Kurikulum 2013. Menurut guru penilain yang harus dilakukan sangatlah banyak. Aspek yang harus dinilai oleh guru tidak hanya nilai tertulis siswa, namun juga karakter dan sikap siswa yang harus selalu diawasi oleh guru satu per satu. Menurut bapak Kepala Sekolah, penilain yang harus dilakukan memang lumayan banyak. Ada beberapa perubahan tentang sistem penilaian dari Kurikulum sebelumnya. C. Keterlaksanaan Proses Pembelajaran Biologi Berdasarkan Kurikulum 2013 Bagi Guru Kelas X SMA Negeri Se-Kota Lamongan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dengan menggunakan metode observasi secara langsung selama 3 kali pertemuan pada setiap sekolah, peneliti
7 telah mendapatkan beberapa temuan hasil observasi. Temuan hasil observasi tersebut dibagi ke dalam 3 tahapan yaitu (a) tahap perencanaan pembelajaran, (b) tahapan pelaksanaan pembelajaran, (c) tahap evaluasi pembelajaran. (a) Tahap perencanaan pembelajaran Tahap perencanaan pembelajaran yang meliputi pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal ulangan harian, soal penugasan, instrumen penilain yang berupa lembar pengamatan sikap, lembar pengamatan diskusi, lembar pengamatan presentasi yang semuanya disertai rubrik yang lengkap. Kegiatan pengembangan RPP dilakukan secara mandiri oleh guru dengan memperhatikan kondisi siswa di sekolah. Pengembangan RPP oleh guru dilakukan pada awal semester genap tahun ajaran 2013/2014. Sesuai dengan Permendikbud, 2013b, pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara kelompok. RPP paling sedikit memuat (1) tujuan pembelajaran, (2) materi pembelajaran, (3) metode pembelajaran, (4) sumber belajar, (5) penilaian. Tujuan pembelajaran dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan mengacu pada yang telah disusun (Permendikbud, 2013b) tujuan pembelajaran yang telah disusun oleh guru semua mencakup pada indikator yang tertulis dan disusun untuk seluruh kompetensi dasar yang sama. Pengembangan oleh guru dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi siswa serta kebutuhan satuan pendidikan, yang telah disusun memperhatikan tingkatan kognitif dan psikomotor. Guru memang sengaja tidak menuliskan yang mengacu pada KI-1 dan KI-2 karena memang tidak wajib. Permendikbud, 2013b, menyatakan bahwa KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan dalam indikator karena keduanya dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak langsung. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dikembangkan oleh guru telah mencantumkan materi pembelajaran. Materi pembelajaran mencakup materi pokok dan sup materi yang memuat konsep, fakta, prinsip serta prosedur. Berdasarkan Permendikbud, 2013a bahwa materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi. Penulisan materi pembelajaran yang jelas menjadi batasan minimal bahwa dalam kegiatan pembelajaran yang mengacu Kurikulum 2013 harus menggunakan materi yang berbasis fakta dan dapat dijelaskan dengan logika (Semiawan 1992 dalam Haryono, 2006). Metode yang digunakan guru dalam RPP adalah diskusi, tanya jawab, ceramah interaktif yang semuanya dimasukkan ke dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) yang dipadu dengan pendekatan ilmiah. Menurut Majid (2008), metode pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan dan materi pembelajaran. Pemilihan metode yang tepat, langkah yang dilaksanakan dengan baik serta memanfaatkan waktu yang tepat dapat membantu siswa dalam memahami materi. Metode pembelajaran juga dapat
8 digunakn oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan KD yang akan dicapai (Permendikbud, 2013a). Sumber belajar yang digunakan oleh guru adalah buku cetak, dan media elektronik. Selain itu, guru juga menyiapkan worksheet sebagai sumber siswa. Media elektronik berupa laptop dan layar LCD. Menurut Alfiyani (2013), media pembelajaran juga memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Penilaian yang dugunakan guru meliputi jenis penilaian yaitu tes dan nun tes. Penilain merupakan serangkaian untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara tematis dan berkesinambungan (Permendikbud, 2013b). Penilaian tes digunakan untuk teknik serta bentuk penilaian kompetensi pengetahuan. Sedangkan penilaian nun tes meliputi penilaian kompetensi sikap, dan kompetensi keterampilan. (b) Tahap pelaksanaan pembelajaran Tahap pelaksanaan pembelajaran merupakan kegiatan untuk melaksanakan kegiatan perencanaan yang dilakukan sebelumnya. Kegiatan secara umum dilakukan pada 3 kegiatan yaitu (1) pendahuluan, (2) kegiatan inti, dan (3) penutup. Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam proses pembelajaran yang harus dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang efektif. Kegiatan ini mencakup (a) menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, (b) mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari, (c) mengantarkan siswa kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai, (d) menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan siswa untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas (Permendikbud, 2013b). Kegiatan inti yang telah dilakukan dengan menggunakan pendekatan saintifik dengan tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru selalu mengedepankan keaktifan siswa untuk berfikir, menanya, mencari, dan menggali pengetahuan sendiri. Kegiatan inti yang dilakuakn guru memang tidak menggunakan lingkungan nyata sebagai objek pembelajaran. Tetapi guru menggunakan media-media elektronik untuk menutup kekurangan tersebut. Gambar-gambar dan video yang ditampilkan guru merupakan gambar yang ada di sekitar kita, sehingga walau hanya terbatas pengetahuan visual 2 dimensi siswa tetap bisa memanfaatkan dan mengolah informasi tersebut dengan mudah. Kegiatan mengumpulkan data memang tidak harus dilakukan dengan kegiatan praktikum. Kegiatan ini bisa diganti dengan kegiatan seperti membaca sumber lain selain buku teks, mengamati aktivitas atau wawancara (Permendikbud, 2013b). Kegiatan penutup yang harus dilakukan oleh guru meliputi, guru bersamasama dengan siswa membuat kesimpulan pelajaran yang sudah di pelajar. Guru
9 melakuakan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Anitah (2012), menyatakan penutupan adalah kegiatan pembelajaran tidak boleh dilakukan dengan tiba-tiba. Penutup harus dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya agar sesuai. Guru perlu merencanakan suatu penutup yang tidak Teresa-gesa. Menutup pelajaran bukan sekedar mengeluarkan pertanyaan bahwa pelajaran sudah selesai. Maka dari itu, kegiatan ini sangat penting sekali kutuk dilakukan walaupun dengan waktu yang relatif singkat. (c) Tahap evaluasi pembelajaran Penilaian yang dilakukan oleh guru meliputi penilaian selama kegiatan pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran selesai dilaksanakan (penialain hasil). Penilaian selama kegiatan pembelajaran seperti penilaian sikap, penilain keterampilan diskusi, dan presentasi, sedangkan penilaian di akhir pembelajaran dengan kegiatan ulangan. Penialain formal yang dilakukan oleh guru dengan mempersiapkan segala bentuk instrumen penialain yang mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Aspek sikap dilakukan dengan teknis non tes, mencakup penilaian sikap terhadap materi pembelajaran, sikap terhadap guru pengajar, sikap terhadap proses pembelajaran, sikap terhadap norma yang berkaitan demam materi pembelajaran, dan penilaian diri pada kompetensi spiritual dan sosial. Penilaian aspek pengetahuan dilakukan dengan teknik tes. Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi, tes lebih bersifat resmi apabila dibandingkan dengan teknik yang lain karena penuh batasan-batasan (Arikunto, 2012). Penilaian untuk aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan tersebut semua dirancang secara firma, dalam penilaian rormal merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dirancang untuk menidentifikasi dan merekam pengetahuan dan keterampilan siswa serta untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan siswa (Permendikbud, 2013b). Selain penilaian secara formal, saat kegiatan pembelajaran berlangsung guru juga sering memberikan penilaian secara informal, seperti memberikan komentar, kritik, dan saran saat siswa mengajukan pertanyaan atau tanggapan. Penialain terakhir adalah penilaian portofolio. Penilaian portofolio dilakukan guru dengan mengumpulkan semua tugas-tugas siswa selama satu semester yang berupa worksheet, poster, dan tugas-tugas. Instrumen penilaian sudah dipersiapkan guru dengan baik yang diambil dari beberapa sumber. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Berdasarkan informasi tersebut, guru dan siswa sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan siswa dan terus melakukan perbaikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa melalui karyanya (Permendikbud, 2013b).
10 D. Hambatan Guru Biologi dalam Keterlaksanaan Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 Mengajar sebagai proses pemberian atau penyampaian pengetahuan saja tidak cukup, tetapi harus diiringi dengan mendidik. Artinya guru secara tidak langsung harus dapat membimbing siswa untuk melakukan dan menyadari etika, budaya serta moral yang berlaku di tempat siswa tinggal. Guru bukan sebagai pemberi informasi sebanyak-banyaknya kepada para siswa, melainkan guru sebagai fasilitator, teman, dan motivator. Oleh karena itu, pengajaran minimal harus dipandang sebagai suatu proses sistematis dalam merencanakan, mendesain, mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan pembelajaran secara efektif dalam jangka waktu yang layak. Berdasarkan pengalaman guru di lapangan, masalah-masalah yang timbul di dalam pelaksanaan pengajaran sebagai berikut. 1. Kegiatan Pendahuluan Proses pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila guru dapat mengkondisikan kegiatan belajar secara efektif. Kondisi belajar tersebut harus dimulai dari tahap pendahuluan atau awal pembelajaran. Menurut hasil wawancara dan berdasarkan pengalaman guru di lapangan dengan guru bidang studi biologi kelas X SMA Negeri 1 Lamongan, guru kurang mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari dan guru kurang memiliki keterampilan dalam mengkomunikasikan tujuan pelajaran kepada siswa. Keadaan ini mengakibatkan secara jelas terhadap tujuan yang mempelajari materi tersebut, mereka tidak mendapat kepuasan dalam menerima pelajaran, siswa menyadari bahwa tujuan pelajaran yang diberikan guru tidak relevan dengan kebutuhannya dan tidak bermakna bagi kehidupannya di kemudian hari. Menurut Guru dari SMA Negeri 2 Lamongan, guru kurang mampu menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan siswa untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas. Guru juga kesulitan dalam mengajukan pertanyaan yang konkret sesuai dengan topik yang dipelajari. Keadaan ini mengakibatkan respons siswa kurang aktif dalam mengikuti tahapan-tahapan yang diberikan oleh guru. Menurut Guru SMA Negeri 3 Lamongan, guru sering kali lupa dalam mengecek kehadiran siswa. Dan guru kurang menciptakan kesiapan belajar siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, serta guru kurang menyesuaikan tujuan pelajaran dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. Keadaan ini mengakibatkan siswa tidak akan bisa menerima apa yang dijelaskan oleh guru karena kesiapan belajar siswa itu salah satu prinsip belajar yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Alternatif yang harus dilakukan untuk mewujudkan kondisi awal pembelajaran yang baik di antaranya sebagai berikut. a. Menciptakan sikap dan suasa kelas yang menarik kondisi belajar dapat dipengaruhi oleh sikap guru di depan kelas. Guru harus memperlihatkan sikap yang menyenangkan supaya siswa tidak merasa tegang, kaku, bahkan takut. Kondisi yang menyenangkan ini harus diciptakan mulai dari awal pembelajaran sehingga siswa akan mampu melakukan aktivitas belajar dengan
11 penuh percaya diri tanpa ada tekanan yang dapat menghambat kreativitas siswa. b. Menunjukkan minat dan penuh semangat yang tinggi dalam mengajar c. Menciptakan suasana belajar yang demokratis, pada hakikatnya suasa belajar yang demokratis dapat dikondisikan melalui pendekatan proses belajar. Untuk menciptakan suasana belajar yang demokratis guru harus membimbing siswa agar berani menjawab, berani bertanya, berani berpendapat, atau berani mengeluarkan ide-ide, dan berani memperlihatkan unjuk kerja. Suasa belajar yang demokratis harus dikondisikan sejak awal pembelajaran, guru harus selalu memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan kreativitas. Proses pembelajaran membutuhkan interaksi positif antara guru dengan siswa, sehingga komunikasi dua arah akan terwujud dalam suasana kondusif dan terjadi keseimbangan antara kebebasan siswa dalam mengekspresikan perasaannya dengan kewibawaan guru. Dengan demikian ada asumsi yang menjadi dasar dalam melaksanakan pembelajaran jika pembelajaran diorientasikan sebagai penciptaan lingkungan belajar, atau pembelajaran dimaknai sebagai upaya guru dalam menciptakan lingkungan belajar. Dalam kasus tertentu, seorang guru gagal dalam menciptakan lingkungan belajar. Guru hanya mampu menjadi oase atau sumber belajar utama bagi siswa-siswanya. Hal tersebut tidak salah karena guru merupakan sumber pengetahuan bagi siswa-siswanya. Tetapi akan lebih biijak jika guru mampu mendorong dan memberi jalan bagaimana siswa mencari dan menemukan oase pengetahuan yang dibutuhkan (Sholeh, 2007). Bagi siswa SMA, mereka sudah layak untuk diberi motivasi dalam tataran yang lebih “berat”, yaitu mengemban tanggungjawab dan disiplin untuk memahami makna belajar. Berkaca dari pandangan Leibnitzs, bahwa manusia adalah organisme yang aktif, maka siswa SMA sebagai manusia bebas untuk berbuat, dan membuat suatu pilihan dalam setiap situasi, namun demikian kebebasan tersebut harus didasarkan pada kesadaran yang muncul pada dirinya, dan peran gurulah untuk memberi kesadaran, agar jiwa kebebasan dapat tersalurkan dengan baik. Guru harus mampu membuat perencanaan atau desain dalam proses pembelajaran agar mampu memberi stumulus positif untuk menciptakan lingkungan belajar. 2. Kegiatan Inti Kegiatan inti dalam pembelajaran sangat memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran maupun dalam membentuk kemampuan siswa yang telah ditetapkan. Proses kegiatan inti dalam pembelajaran akan menggambarkan tentang penggunaan strategi dan pendekatan belajar yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, karena pada hakikatnya kegiatan inti pembelajaran merupakan implementasi strategi dan pendekatan belajar. Menurut hasil wawancara dan berdasarkan pengalaman guru di lapangan dengan guru bidang studi biologi kelas X SMA Negeri 1 Lamongan yaitu Guru kurang menguasai materi, Materi yang disajikan tidak relevan dengan tujuan, Materi yang diberikan sangat luas, Guru kurang mampu dalam menyesuaikan penyajian bahan dengan waktu yang tersedia, Guru kurang terampil dalam mengorganisasikan materi pelajaran, Guru kurang mampu mengembangkan materi pelajaran yang
12 diberikannya, Guru kurang mempertimbangkan urutan tingkat kesukaran dari materi pelajaran yang diberikan. Menurut SMA Negeri 2 Lamongan, Agar guru dapat menyajikan bahan pelajaran dengan menarik dan berhasil, maka perlu menguasai beberapa teknik sistem penyajian juga dapat memilih siswa penyajian yang tepat untuk setiap materi tertentu yang akan disajikan, ataupun dapat membuat variasi dalam menyajikan bahan tersebut. Namun dengan demikian dalam pengamatan pelaksanaan pengajaran itu para guru menemukan masalah-masalah sebagai berikut: Guru kurang menguasai beberapa siswa penyajian yang menarik dan efektif, Pemilihan metode kurang relevan dengan tujuan pelajaran dan materi pelajaran, Kurang terampil dalam menggunakan metode, Sangat terikat pada satu metode saja, Guru tidak memberikan umpan balik pada tugas yang dikerjakan siswa. Menurut SMA Negeri 3 Lamongan, guru kurang menggunakan variasi dalam metode mengajar, dengan kata lain guru cenderung menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi serta pemberian tugas yang bersumber dari buku paket atau buku kerja. Selain itu, pembelajaran di lingkungan sekolah jarang dilakukan dan laboratorium juga jarang dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar, sehingga kegiatan belajar mengajar hanya berlangsung di dalam kelas dan berpusat pada guru. Pada saat guru membuat kelompok diskusi hasil yang dicapai tidak memuaskan, hal ini dapat terlihat dari hanya sebagian siswa yang aktif mengikuti diskusi, begitu juga apabila pada proses tanya jawab, siswa yang aktif menjawab hanya beberapa orang saja. Hal ini membuat proses pembelajaran tidak efektif, dan berdampak pada hasil belajar dan aktivitas siswa yang rendah, sehingga perlu pendekatan yang tepat untuk mengatasi masalah di atas, pendekatan kontekstual dirasakan tepat untuk mengatasi masalah tersebut, karena dengan pendekatan kontekstual, siswa diajak berinteraksi langsung dengan objek yang diamati, sehingga mendorong siswa untuk aktif terlibat dalam proses belajar mengajar serta membantu siswa mengingat pelajaran lebih lama yang akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa. Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam menciptakan lingkungan belajar untuk memiliki pengalaman belajar. Dengan kata lain pembelajaran adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi siswa. Penyampaian materi pelajaran kepada siswa yang lain membutuhkan serangkaian perencanaan dan pendekatan yang tepat agar daya serap siswa dapat dimaksimalkan. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan maka pembelajaran akan berlangsung dengan baik. Dalam arti positif kegiatan pembelajaran akan membawa pengalaman batin yang menyenangkan, khususnya bagi siswa dan memberi tambahan pengetahuan, keterampilan sehingga akan terbentuk sikap yang diinginkan dalam kegiatan pembelajaran (Sholeh, 2007). Menurut Alfiyani (2013), media pembelajaran juga memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. 3. Kegiatan Penutup Kegiatan akhir dalam pembelajaran tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar siswa dan kegiatan tindak lanjut.
13 Menurut hasil wawancara dan berdasarkan pengalaman guru di lapangan dengan guru bidang studi biologi kelas X SMA Negeri 1 Lamongan yaitu guru kurang memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil belajar siswa dan guru kadang tidak merencanakan kegiatan tindak lanjut hasil pembelajaran. Menurut SMA Negeri 2 Lamongan, Guru kadang tidak melakukan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran serta guru dalam melaksanakan kegiatan penutup kurang memperhatikan alokasi waktu sehingga kegiatan penutup tidak sesuai dengan yang direncanakan dan tidak berjalan maksimal. Menurut SMA Negeri 3 Lamongan, yaitu Guru dalam menyusun kriteria keberhasilan tidak jelas, Prosedur evaluasi tidak jelas, Guru tidak melaksanakan prinsip-prinsip evaluasi yang efisien dan efektif, Kebanyakan guru memiliki cara penilaian yang tidak seragam, Guru kurang menguasai teknik-teknik evaluasi, Guru tidak memanfaatkan analisa hasil evaluasi sebagai bahan umpan balik. Dengan evaluasi yang semacam itu, siswa yang menerima evaluasi tidak puas. Mereka tidak mengerti pelajaran yang sudah diterimanya. Guru juga tidak mengetahui apakah siswanya sudah mempelajari materi pelajaran yang diberikan atau belum. Guru tidak mengerti bahwa pada siswa sudah ada perubahan tingkah laku, sebagai pengaruh pengajaran yang diberikan atau tidak. Dari ketiga SMA Negeri Se-Kota Lamongan tersebut banyak masalah hambatan-hambatan yang ditemui saat di lapangan. Dalam pelaksanaan pengajaran guru kadang-kadang menemui banyak hambatan, di antaranya: a. Banyak guru kurang menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar b. Guru kurang mempertimbangkan latar belakang siswa yang tidak sama c. Guru kurang mengerti tentang kemampuan dasar siswa yang kurang d. Kurangnya buku-buku bacaan ilmiah e. Keadaan sarana yang kurang Dengan menemukan hambatan-hambatan itu dalam pengajaran menjadi kurang lancar. Guru mengalami kesulitan dalam meningkatkan proses belajar mengajar agar hasilnya efektif dan efisien. Begitu juga siswa sendiri kurang bersemangat untuk mendalami setiap bagian pengetahuan yang diperolehnya di bangku sekolah. Dari ketiga sekolah tersebut yang mengalami banyak hambatan adalah SMA Negeri 3 Lamongan dalam tahap kegiatan inti dan penutup karena guru merasa kurang dilatih untuk melaksanakan Kurikulum 2013 dalam kegiatan pembelajarannya. Para guru Sekolah Menengah Atas (SMA) merasa kebingungan karena semula hanya tiga mata pelajaran saja yang menggunakan Kurikulum 2013 yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Sejarah namun tiba-tiba Kurikulum 2013 diterapkan untuk semua mata pelajaran padahal guru-guru lain selain Matematika, Bahasa Indonesia, dan Sejarah belum dilatih bagaimana menerapkan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran yang diampunya. KESIMPULAN 1. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru biologi kelas X di SMA Negeri SeKota Lamongan adalah rendahnya kesadaran guru tentang konsep Kurikulum 2013, kurangnya persiapan sehingga kesulitan menyusun perangkat awal pembelajaran, kesulitan memaksimalkan pembelajaran dengan menumbuhkan
14 kreatif diri siswa, terlalu banyaknya penambahan jam pelajaran dan tidak jelasnya sistem penilaian hasil belajar siswa. 2. Alternatif pemecahan dan solusi yang diberikan untuk mengatasi hambatanhambatan yang terjadi adalah: pemberian sosialisasi serta pelatihan yang intensif tentang Kurikulum 2013, perlunya waktu yang ideal untuk implementasi Kurikulum 2013 adalah tahun ajaran 2014/2015, dengan pengandaian buku-buku dan gurunya sudah disiapkan secara cukup, adanya pelatihan dan pemantapan penyusunan perangkat pembelajaran agar guru menjadi kreatif serta secara kontinyu agar mahir mengimplementasikan 5M, guru mempersiapkan macammacam antisipasi penilaian dan perlu adanya pendampingan berkala serta pembimbingan dalam menyusun instrumen pembelajaran. 3. Keterlaksanaan pembelajaran biologi berdasarkan Kurikulum 2013 di SMA Negeri Se-Kota Lamongan ini sudah dilakukan dengan baik mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi tetapi masih banyak masalah hambatanhambatan yang ditemui saat di lapangan. Dalam pelaksanaan pengajaran guru kadang-kadang menemui banyak hambatan, di antaranya: Banyak guru kurang menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar, Guru kurang mempertimbangkan latar belakang siswa yang tidak sama, Guru kurang mengerti tentang kemampuan dasar siswa yang kurang, Kurangnya buku-buku bacaan ilmiah, dan Keadaan sarana yang kurang. SARAN Saran yang dapat diberikan peneliti antara lain bagi guru sebaiknya diadakan pelatihan rutin bagi guru yang telah maupun yang belum menerapkan Kurikulum 2013 dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, alangkah lebih baik apabila guru menambah sumber informasi tentang Kurikulum 2013, tidak hanya dari bertanya dan browsing melainkan dapat juga mengikuti berbagai seminar atau pelatihan-pelatihan yang ada. Bagi Kepala Sekolah sebaiknya lebih ditingkatkan lagi bentuk pelatihan terhadap guru yang telah menerapkan Kurikulum 2013 sehingga pemahaman guru tentang Kurikulum 2013 semakin meningkat, sebaiknya untuk Kurikulum 2013 dipersiapkan dari sekarang supaya pada saat waktunya menerapkan guru telah memiliki bekal yang cukup dalam penerapan Kurikulum 2013. Bagi pemerintah sebaiknya dibuat kebijakan untuk mempersiapkan sekolah yang akan menerapkan Kurikulum 2013 pada tahun sebelum sekolah tersebut benar-benar menerapkan Kurikulum 2013, pemerintah sebaiknya memantau pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang telah menerapkan untuk mengetahui pelaksanaanya. DAFTAR RUJUKAN Alfiyani, L, T. 2013. Analisis Penggunaan Media Pembelajaran Mata Pelajaran Akuntansi di Kelas X Akuntansi Smk Negeri 1 Jombang. Jurnal Pendidikan Akuntansi. (online). (journal.unesa.ac.id/article/6042/52/article.pdf). diakses 21 April 2014. Anitah, S. 2013. Penerapan Kurikulum 2013 masih Alami Kendala. (Online), (http://www.suarapembaruan.com/home/penerapan-kurikulum-2013-masihalami-kendala/42349), diakses tanggal 3 Mei 2014.
15 Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Fauziah, R., Abdullah, A. D., Hakim, D. L. 2013. Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. INVOTEC, IX (2) 165178. Haryono. 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pendidikan Dasar. 7 (1). Kemendiknas (Kementrian Pendidikan Nasional). 2013. Keberhasilan Kurikulum2013. (Online), (http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/ujipublik-kurikulum-2013-5), diakses tanggal 12 Maret 2014 Majid, A. 2008. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT. Rosda Karya. Permendikbud . 2013a. Jurnal Lampiran Peraturan Menteri Pendidikandan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Permendikbud. 2013b. Jurnal Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Permendikbud. 2013c. Jurnal Lampiran Peraturan Menteri Pendidikandan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sholeh, Muh. 2007. Perencanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Geografi Tingkat Sma Dalam Konteks KTSP. Jurnal Geografi vol. 4. Zubaedah, N. 2014. Implementasi Kurikulum 2013, Banyak Guru Gagal Paham. (Online),(http://nasional.sindonews.com/read/2014/01/09/15/825173/impleme ntasi-kurikulum-2013-banyak-guru-gagal-paham), diakses 27 Maret 2014.