ANALISIS FRAMING KUIS KEBANGSAAN DI RCTI MARINA AZHARI 100904043 ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Analisis Framing Kuis Kebangsaan di RCTI”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana RCTI membingkai Kuis Kebangsaan, mengetahui apakah terdapat perbedaan materi siaran kuis yang ditayangkan sebelum dan sesudah dikritik oleh KPI, dan juga untuk mengetahui intervensi konten yang dilakukan sponsorship kuis ini. Teori yang digunakan untuk mengupas penelitian ini adalah Teori Konstruksi Sosial Media Massa, Teori Ekonomi Politik Media, Komunikasi Massa dan Komunikasi Politik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan paradigma konstruktivis yang membahas mengenai bagimana RCTI membingkai Kuis Kebangsaan. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis framingmodel William Gamson dan Andre Modigliani. Objek penelitian ini adalah teks Kuis Kebangsaanyang terdapat dalam empat tayangan kuis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa RCTI membingkai Kuis Kebangsaan dengan menempatkan Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo sebagai sosok yang memiliki wawasan kebangsaan dan kepedulian terhadap bangsa Indonesia. Penelitian ini juga menunjukkan pembingkaian RCTI dalam Kuis Kebangsaan menunjukkan Partai Hati Nurani Rakyat dan calon-calon legislatif dari partai tersebut sebagai partai yang layak dipilih dengan kader-kader yang pantas duduk di kursi legislatif. Selain itu, tidak adanya perbedaan materi siaran yang diubah sesuai kritik dari KPI. Kata kunci: Framing, Gamson dan Modigliani, Kuis Kebangsaan, RCTI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kesadaran menggunakan media massa sebagai sarana membangun citra diri ditambah dengan kreativitas pelaku media massa seolah merupakan paket lengkap. Setiap hari berbagai tayangan disiarkan oleh stasiun televisi yang saling adu kreativitas untuk mendapatkan perhatian penonton, dalam hal ini masyarakat. Adu kreativitas ini menghasilkan berbagai program seperti reality show, talk show, variety show, situasi komedi, sinema elektronik, program berita umum dan berita olahraga, program pencarian bakat, program petualangan ke berbagai daerah, dan juga program kuis. Kuis dianggap sebagai program yang cukup menarik minat pemirsa dikarenakan ada hadiah yang langsung diberikan kepada peserta kuis dan disiarkan ke seluruh Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia III (2005), kuis adalahujian lisan atau tertulis yang singkat; acara hiburan dalam radio atau televisi yang berupa 1
perlombaan adu cepat menjawab pertanyaan; cepat tepat; cerdas cermat; (dalam majalah) daftar pertanyaan sederhana yang berhadiah (kadang-kadang mengandung promosi dagang). Dalam Pedoman Perilaku Penyiaran Pasal 1 Ayat 17 disebutkan: “Program kuis, undian berhadiah, dan permainan berhadiah lainnya adalah program siaran berupa perlombaan, adu ketangkasan, adu cepat menjawab pertanyaan, undian, dan permainan lain yang menjanjikan hadiah.”
Kuis Kebangsaan sudah tayang sebanyak 274 kali dan butuh 4 bulan bagi Komisi Penyiaran Indonesia untuk mengeluarkan sanksi mulai dari sanksi administratif berupa teguran tertulis hingga penghentian sementara. Walaupun sanksi penghentian sementara sudah diberikan, pihak RCTI tetap menayangkan program tersebut. Fokus Masalah “Bagaimanakah pembingkaian (framing) yang dilakukan oleh RCTI lewat teks Kuis Kebangsaan dalam upaya mendongkrak elektabilitas Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo”. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana RCTI membingkai Kuis Kebangsaan. 2. Untuk mengetahui bagaimana posisi RCTI dalam Kuis Kebangsaan. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan materi siaran kuis yang ditayangkan sebelum dan sesudah dikritik oleh KPI. 4. Untuk mengetahuiintervensi konten yang dilakukan sponsorship dalam teks Kuis Kebangsaan di RCTI. KAJIAN PUSTAKA Paradigma Konstruktivis Menurut paradigmakonstruktivisme, realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasi pada semua orang yang biasa dilakukan oleh kaum klasik danpositivis. Paradigma konstruktivisme menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang mengonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna ataupun pemahaman perilaku dikalangan mereka sendiri. Analisis Framing Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) yang dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Di sini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa yang terjadi dipahami dengan bentukan tertentu (Eriyanto, 2012:3). Entman dalam Journal of Communication (1993) seperti dikutip oleh Sudibyo (2001:221) dalam bukunya Politik Media dan Pertarungan Wacana mengatakan:“To frame is to select some aspects of a perceived reality and make them more salient in a communicating text, in such a way as to promote a particular problem defenition, causal interpretation, moral evaluation, and/or treatment recommendation for the item described.”Jika diartikan secara bebas, pernyataan tersebut ditujukan pada sisi lain proses framing yang juga merujuk pada pendistribusian defenisi, eksplanasi, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu
2
wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap entitas yang diwacanakan. Teori Konstruksi Sosial Media Massa Berger dan Luckman menjelaskan bahwa realitas sosial dengan memisahkan pemahaman ‘kenyataan dan pengetahuan’. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri. Pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik. Mereka mengatakan terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi (Bungin, 2008:14-15). Teori Ekonomi Politik Media Pendekatan politik ekonomi media berpendapat bahwa isi media lebih ditentukan oleh kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik di luar pengelolaan media. Faktor seperti pemilik media, modal, dan pendapatan media dianggap lebih menentukan bagaimana wujud isi media. Faktor-faktor inilah yang menentukan peristiwa apa saja yang bisa atau tidak bisa ditampilkan dalam pemberitaan, serta kearah mana kecenderungan pemberitaan sebuah media hendak diarahkan (Sudibyo, 2001:2). Dalam pendekatan politik ekonomi media, kepemilikan media (media ownership) memunyai arti penting untuk melihat peran, ideologi, konten media dan efek yang ditimbulkan media kepada masyarakat. Komunikasi Massa Jay Black dan Frederick C. Whitney yang dikutip oleh Nuruddin (2004:11) menyebutkan, “Mass communication is a process whereby mass-produced message are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses of receivers.” Jika diterjemahkan secara bebas bisa berarti, komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan yang diproduksi secara massal ditransmisikan/disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan heterogen. Komunikasi Politik Nimmo (2005:9) menganggap komunikasi politik sebagai kegiatankegiatan komunikasi berdasarkan kesadaran akan konsekuensi-konsekuensi (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia dalam suatu kondisi konflik.
3
Kerangka Pemikiran Kuis Kebangsaan
Teks
Analisis Framing Model Gamson dan Modigliani
Core frame
Condensing symbol
Mengetahui bagaimana RCTI membingkai Kuis Kebangsaan METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis framing sebagai alatnya. Sudibyo (2001) menjelaskan bahwa framing merupakan metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan penonjolan terhadap aspek-aspek tertentu, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya. Dengan kata lain, bagaimana realitas dibingkai, dikonstruksi dan dimaknai oleh media. (Bungin, 2008:255). Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah teks Kuis Kebangsaanyang ada dalam empat tayangan kuis. Tayangan-tayangan tersebut terbagi ke dalam dua momen, yaitu sebelum menerima kritik dan sesudah menerima kritik dari Komisi Penyiaran Indonesia. Tayangan yang belum menerima kritik dari Komisi Penyiaran Indonesia adalah tayangan pada tanggal 1 Oktober 2013 pukul 09.30 WIB dan 17 November 2013 pukul 17.00 WIB. Dan, tayangan yang sudah menerima kritik dari Komisi Penyiaran Indonesia adalah tayangan pada tanggal 7 Januari 2014 pukul 17.00 WIB dan4 Mei 2014 pukul 17.00 di RCTI. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah presenter dan bintang tamu yang mendampingi presenter dalam acara Kuis Kebangsaan di RCTI. Kerangka Analisis
4
Analisis kualitatif umumnya tidak digunakan untuk mencari data dalam arti frekuensi, akan tetapi digunakan untuk menganalisis makna dari data yang tampak di permukaan itu, dengan demikian analisis kualitatif digunakan untuk memahami sebuah fakta dan bukan untuk menjelaskan fakta tersebut (Bungin, 2008:309). Penelitian ini menggunakan analisis framing model Gamson dan Modigliani. Teknik Pengumpulan Data a. Studi Dokumen b. Studi Kepustakaan Teknik Analisis Data Peneliti menggunakan analisis framing model Gamson dan Modigliani yang dapat dilihat pada gambar berikut: MEDIA PACKAGE CORE FRAME CONDENSINGSYMBOL FRAMING DEVICES REASONING DEVICES 1. Metaphor 1. Root 2. Exemplar 2. Appeals to Principle 3. Catchphrase 3. Consequence 4. Depiction 5. Visual Image Sumber: Diadopsi dari William A. Gamson dan Andre Modigliani,”Media Discourse and Public Opinion on Nuclear Power A Constructionist Approach”, Journal of Sociology, Vol.95, No.1, July 1989, hlm.3, dalam Siahaan et al., 2001, hlm.87 dalam Sobur, hlm.177.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Secara ringkas, pembingkaian Kuis Kebangsaan dapat dilihat dalam tabeltabel berikut ini: Tabel 1.4 Kuis Kebangsaan tanggal 1 Oktober 2013 Condensing symbols Episode Core frame Framing devices Reasoning devices 1
Wiranto-Harry Tanoesoedibjo adalah sosok yang memiliki wawasan kebangsaan dan kepedulian terhadap bangsa Indonesia.
Metaphor: Kuis Root: masyarakat Kebangsaan. memiliki wawasan luas mengenai bangsa Exemplar: Indonesia. Catchphrase: bersih, Appeals to principle: peduli, tegas. masyarakat yang Depiction: termencintai tanah air update. harus mengetahui seluk Visual image: beluk negara Indonesia. paparan grafis huruf
5
W-I-N-H-T.
Consequence: Wiranto dan Harry Tanoesodibjo adalah sosok yang murah hati.
Tabel 2.4 Kuis Kebangsaan tanggal 17 November 2013 Condensing symbols Episode Core frame Framing devices Reasoning devices 96
Wiranto-Harry Tanoesoedibjo adalah sosok yang memiliki wawasan kebangsaan dan kepedulian terhadap bangsa Indonesia.
Metaphor: Kuis Root: pengetahuan Kebangsaan. masyarakat mengenai Indonesia akan Exemplar: bertambah. pertanyaan kuis mengenai Pangeran Appeals to principle: Diponegoro masyarakat yang peduli diasosiasikan akan selalu mengikuti dengan sosok Harry perkembangan yang Tanoesoedibjo. terjadi di Indonesia. Catchphrase: bersih, Consequence: peduli, tegas Kehadiran Harry Tanoesoedibjo Depiction: tamu membuat Kuis istimewa Kebangsaan begitu Visual image: istimewa. paparan grafis huruf W-I-N-H-T
Tabel 3.4 Kuis Kebangsaan tanggal 7 Januari 2014 Condensing symbols Episode Core frame Framing devices Reasoning devices 198
Wiranto-Harry Tanoesoedibjo adalah sosok yang memiliki wawasan kebangsaan dan kepedulian terhadap bangsa Indonesia.
Metaphor: Kuis Root: pengetahuan Kebangsaan. masyarakat Indonesia akan bertambah jika Exemplar: mengikuti Kuis Catchphrase: bersih, Kebangsaan. peduli, tegas. Appeals to principle: Depiction: Kuis Kebangsaan Visual image: membuat masyarakat paparan grafis huruf tahu mengenai W-I-N-H-T. pencapaian-pencapaian Indonesia di bidang penerbangan. Consequence: Wiranto
6
dan Harry Tanoesodibjo adalah sosok yang peduli terhadap tanah air dengan berbagi pengetahuan dan juga membagikan hadiah kepada masyarakat. Tabel 4.4 Kuis Kebangsaan tanggal 4 Mei 2014 Condensing symbols Episode Core frame Framing devices Reasoning devices 428
Wiranto-Harry Tanoesoedibjo adalah sosok yang memiliki wawasan kebangsaan dan kepedulian terhadap bangsa Indonesia.
Metaphor: Kuis Root: masyarakat harus Kebangsaan. mengikuti Kuis Kebangsaan jika ingin Exemplar: menambah pertanyaan pengetahuan. mengenai Presiden Soekarno. Appeals to principle: masyarakat Indonesia Catchphrase: bersih, seharusnya peduli, tegas. berkeinginan mencari Depiction: tertahu segala sesuatu update. mengenai Indonesia Visual image: karena warga negara paparan grafis huruf lain saja begitu W-I-N-H-T dan semangat mempelajari slide foto Wiranto tentang Indonesia. dan Harry Consequence: Tanoesoedibjo masyarakat Indonesia dalam acara harus mengikuti Kuis Mewujudkan Mimpi Kebangsaankarena ada Indonesia. hadiah yang dibagikan secara cuma-cuma hanya dengan ikut berpartisipasi dalam kuis.
Pembahasan Konstruksi Kuis Kebangsaan: Keberpihakan Semu kepada Masyarakat RCTI sebagai konstruktor dalam program Kuis Kebangsaan memosisikanWiranto dan Harry Tanoesoedibjo sebagai objek yang harus dipersepsi baik oleh masyarakat. Citra baik sebagai sosok yang memiliki wawasan kebangsaan, tokoh spesial, tokoh yang peduli pada bangsa Indonesia diinternalisasikan oleh RCTI ke dalam sosok Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo. Dan konsep bersih, peduli, tegas yang disandingkan dalam penyebutan kata kunci
7
kuis ini pun seolah melekat kepada sosokWiranto dan Harry Tanoesoedibjo. Hasil dari eksternalisasi ini kemudian disampaikan lewat bahasa yang digunakan dalam kuis. Dari amatan model pembingkaian yang peneliti amati, tujuan kuis ini hanya terfokus pada pembangunan citra Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo sebagai sosok yang memiliki wawasan kebangsaan dan peduli pada masyarakat Indonesia. Padahal, penciptaan kondisi tersebut hanyalah konstruksi dari penyelenggara kuis. Konstruksi ini menunjukkan bahwa RCTI mengarahkan masyarakat pada tokoh mana yang harus dilihat bukan pada berapa banyak tokoh yang bisa dilihat dan dijadikan sebagai acuan memilih dalam pemilihan umum calon legislatif juga pemilihan umum presiden dan wakil presiden. Media sebagai Alat Kontrol Pemilik Dalam teori ekonomi politik media dikatakan bahwa media merupakan alat kontrol pemilik media dan elit-elit politik yang berafiliasi dengannya.Dari hasil analisis peneliti, dapat dikatakan bahwa RCTI sebagai penyelenggara kuis merupakan alat bagi Harry Tanoesoedibjo dan kelompoknya untuk memaksakan hasrat politiknya kepada masyarakat Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan seseorang di bidang ekonomi cenderung mendorong orang tersebut untuk melebarkan pengaruhnya di bidang politik praktis. Harry Tanoesoedibjo yang dikenal sebagai salah satu raja media yang memiliki 3 televisi nasional, 18 televisi lokal, 22 jaringan radio, 1 surat kabar, 4 majalah, 2 tabloid dan media online mulai melebarkan pengaruhnya di bidang politik. Tak heran jika seluruh media yang dimilikinya pun menjadi alat untuk menyalurkan kepentingannya.Kuis Kebangsaan merupakan salah satu bukti bahwa faktor pemilik media, benar, menentukan wujud dan isi media. Berkuasa dengan Bahasa Bahasa merupakan sistem simbol utama dalam masyarakat dan medium yang paling mudah dikonstruksi oleh manusia. Dari hasil amatan peneliti, bahasa yang digunakan dalam Kuis Kebangsaan menunjukkan bahwa Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo adalah sosok yang paling ideal sebagai pemimpin. Manipulasi simbol dan pemelintiran bahasa yang digunakan ingin menunjukkan bahwa kepedulian dan wawasan kebangsaan yang dimiliki oleh Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo merupakan dua kunci utama untuk memilih pemimpin bangsa. Peneliti juga menemukan penggunaan bahasa ini dalam penyebutan akronim “WIN-HT” pada Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo. Dalam politik pencitraan, penyingkatan nama lazim dilakukan oleh elit politik untuk membuat nama mereka terdengar lebih familiar. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. RCTI membingkai Kuis Kebangsaan dengan menunjukkan Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden yang paling ideal untuk dipilih karena memiliki wawasan kebangsaan dan kepedulian terhadap bangsa Indonesia. Kuis ini juga menggambarkan partai yang menaungi Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo, Partai Hati Nurani Rakyat, sebagai satu-satunya partai yang calon-calon legislatifnya
8
layak dipilih oleh masyarakat lewat partisipasi mereka dalam penayangan kuis.Hal ini menunjukkan bahwa RCTI hanya digunakan sebagai alat bagi pemiliknya, Harry Tanoesoedibjo, dan elit politik yang berafiliasi dengannya yaitu Wiranto, untuk menyebarkan kepentingan politik mereka. 2. Citra yang dibangun RCTI terhadap sosok Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo menunjukkan posisi RCTI sebagai penyelenggara kuis tidak netral atau dengan kata lain berpihak kepada Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo. Dengan begitu, Kuis Kebangsaan yang merupakan satusatunya kuis di Indonesia yang bermuatan politis jelas menunjukkan keberpihakannya kepada Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo.Begitupun dengan presenter kuis sebagai salah satu elemen pendukung yang penting dalam sebuah program untuk menyebarkan ide-ide dari penyelenggara kuis. Dalam kuis ini, posisi presenter kuis juga tidak netral karena menyampaikan tujuan tersembunyi dari pemilik media.Bintang tamu selaku pedamping presenter yang mengajukan pertanyaan dan memberikan informasi seputar pertanyaan tentu tidak netral karena termasuk juga sebagai pelaku utama yang menyampaikan tujuan tersembunyi dalam Kuis Kebangsaan. Meskipun begitu, pemirsa sebagai penerima informasi tetap memiliki kuasa penuh untuk menentukan pilihan politiknya. 3. Materi siaran pada ke-empat tayangan yang terbagi dalam dua momen, sebelum dan sesudah dikritik Komisi Penyiaran Indonesia, tidak berbeda. Perubahan materi siaran yang menunjukkan dukungan kepada Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo, yang diminta oleh Komisi Penyiaran Indonesia untuk dihilangkan, tidak dilakukan oleh pihak RCTI. Perubahan yang dilakukan justru semakin menguatkan keberpihakan kuis ini kepada pasangan Wiranto-Harry Tanoeoedibjo dan Partai Hati Nurani Rakyat. Keberpihakan pada Partai Hati Nurani Rakyat disampaikan lewat kata kunci kuis, bintang tamu yaitu calon-calon legislatif dari partai tersebut, dan warna yang dipakai pada tampilan kuis yang sangat identik dengan warna Partai Hati Nurani Rakyat. Keberpihakan kepada Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo disampaikan lewat bentuk grafis berupa paparan huruf W-I-N-H-T, kata kunci kuis, dan juga foto-foto kegiatan mereka dalam acara reality show Mewujudkan Mimpi Indonesia yang ditunjukkan dalam latar belakang layar penampil kuis ini. 4. Intervensi konten oleh Wiranto dan Harry Tanoesoedibjo yang mensponsoriKuis Kebangsaan jelas terlihat dalam materi siaran dan juga persembahan hadiah kuis. Saran Saran dalam Kaitan Akademis 1. Media televisi tidak lagi memiliki kuasa yang cukup besar untuk memengaruhi keputusan politik masyarakat. Karena itu, patut kiranya untuk tidak lagi memosisikan media televisi sebagai media yang paling berkuasa menyebarkan ideologi kepada masyarakat. 2. Media televisi tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi politik bagi masyarakat.Kehadiran media online dan jejaring sosial telah
9
menggantikan posisi media televisi sebagai sumber informasi politik masyakarat. Karena itu, pembahasan politik melalui media online dan jejaring sosial harus lebih ditingkatkan lagi. Saran dalam Kaitan Praktis 1. RCTI seharusnya tetap bersikap netral pada masa pemilihan umum presiden dan wakil presiden lalu. Sikap yang netral akan menunjukkan RCTI sebagai media yang sehat karena memberikan informasi politik yang benar dan berimbang kepada masyarakat. Sebagai media yang sehat, RCTI akan menjalankan fungsinya sebagai agen informasi yang bebas nilai sehingga dapat digunakan masyarakat untuk menentukan keputusan politiknya. 2. RCTI harus menunjukkan kemandirian sebuah media massa, maksudnya adalah bahwa RCTI harus mampu lepas dari pengaruh serta dominasi seorang atau sekelompok orang yang ada dalam publik. Kemandirian ini akan menunjukkan RCTI sebagai media yang berintegritas. 3. RCTI harus mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi atau sekelompok orang. 4. Kritik Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang meminta perubahan pada materi siaran video Kuis Kebangsaan seharusnya dilakukan oleh RCTI. Hal ini karena menurut UU No.32 Tahun 2002 Pasal 7 ayat 2:“KPI sebagai lembaga negara yang bersifat independen mengatur hal-hal mengenai penyiaran.” Oleh karena itu, Komisi Penyiaran Indonesia adalah lembaga yang berwenang memberikan sanksi kepada stasiun televisi yang melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. Pembangkangan RCTI atas kritik KPIjustru hanya menunjukkan arogansi industri televisi yang tidak bermartabat. 5. Segala informasi yang disebarkan oleh RCTI menggunakan spektrum frekuensi yang dimiliki oleh publik. Oleh sebab itu, sudah seharusnya sebagai lembaga penyiaran yang bertanggung jawab terhadap kepentingan publik, RCTI mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia dan juga Badan Pengawas Pemilihan Umum terkait penayangan mengenai pemilihan umum. DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan. (2008). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana. Eriyanto. (2012). Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta. ___________. (2005). Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Nuruddin. (2004). Komunikasi Massa. Malang: Cespur. Sobur, Alex. (2004). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sudibyo, Agus. (2001). Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.
10