Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAYURAN PADA LAHAN LEBAK DI KALIMANTAN SELATAN (Kasus di Desa Amparaya Kabupaten Hulu Sungai Selatan) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan
ABSTRAK Lahan lebak merupakan salah satu sumber lahan yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian khususnya padi dan sayuran. Kendala utama pengembangan lahan lebak saat ini yakni belum optimalnya pengelolaan sumberdaya yang tersedia, dengan permasalahan tersebut penelitian ini dilakukan untuk mengetahui usahatani sayuran yang ditanam petani di desa Amparaya dengan katagori lahan lebak dangkal di Kabupaten Hulu Sungai Selatan provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011, dengan observasi lapangan yang difokuskan pada permasalahan dan peluang pengembangan yang pada akhirnya berujung perubahan pendapatan usahatani di lahan rawa lebak. Data dikumpulkan dengan metode PRA (Participatory Rural Appraisal), data yang terkumpulkan dianalisis secara diskreptif dan analisis kelayakan Finansial (R/C ratio). Hasil penelitian usahatani terong dengan produktivitas 10 ton per Hektar dengan nilai penerimaan sebesar Rp 20.000.000,- dengan biaya produksi Rp 5,000,000,- (R/C Ratio : 4), sedangkan untuk Labu (kuning) dengan tingkat produktivitas 20 Ton per Hektar dengan tingkat penerimaan sebesar Rp 20.000.000,- dengan biaya produksi sebesar Rp 6.000.000.- (R/C Ratio : 3,3) dan lombok besar produktivitasnya mencapai 20 ton per Hektar dengan penerimaan mencapai Rp 70,000,000,- Biaya produksi sebesar Rp 20,000.000,- (R/C Ratio : 3,5), untuk jagung manis biaya produksinya per hektarnya sebesar Rp 4.000.000,- penerimaannya sebesar Rp 12.500.000 dan pendapatan bersihnya Rp 8.500.000,- Nilai R/C Ratio nya : 3,12. Jadi usahatani terong, labu, lombok besar dan jagung manis produktivitasnya di lahan lebak cukup tinggi dan R/C Ratio >1 berarti layak untuk diusahakan dan berprospek baik untuk peningkatan pendapatan petani, Kata kunci: lahan rawa lebak, usahatani, sayuran
PENDAHULUAN Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani utamanya petani padi baik pada lahan irigasi, tadah hujan,lahan kering, lahan rawa pasang surut dan rawa lebak. Namun sampai sekarang 60 % produksi nasional masih dipasok dari lahan-lahan subur di Pulau Jawa yang notabene adalah lahan irigasi. Sedangkan lahan-lahan diluar Jawa terutama lahan rawa lebak masih dipandang sebagai lahan marjinal, sehingga perhatian masih sangat kurang yang berakibat pada produksi maupun kontribusnya masih kurang (KrisnaMurti 2006) Lahan lebak merupakan salah satu sumber lahan yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan khususnya padi dan sayuran. Potensi lahan lebak di Provinsi Kalimantan selatan dengan luas wilayah
385
Rismarini Zuraida: Analisis Finansial Usahatani Sayuran ….
3.753.052 ha, diantaranya terdapat lahan lebak seluas 208.893 ha (Dinas Pertanian dan
Hortikultura
Propinsi
Kalimantan
Selatan
2009).
Permasalahan
utama
pengembangan lahan lebak yakni belum optimalnya pengelolaan sumberdaya yang tersedia. Sebagian besar mempunyai prospek yang cukup baik dalam penyediaan pangan dan pengembangan agribisnis.
Akan tetapi dilihat dari kondisi fisik dan
lingkungannya, tidak semua lahan rawa lebak dapat dikembangkan.
Hal tersebut
disebabkan oleh genangan air yang terlalu dalam, kematangan tanah masih mentah dan penentuan waktu tanam yang sulit diprediksi (Suwarno dan Suhartini 1993). Oleh sebab itu diperlukan ke cermatan untuk menentukan lokasi prioritas pengembangan, teknologi dan pemilihan komoditas yang dapat dikembangkan. Berbagai komoditas pertanian pada lahan rawa lebak dapat dikembangkan dengan memperhatikan aspek fisik/kimia tanah, aspek pola genangan dan aspek sosial ekonomi (Achmadi 2006 ). Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah lebak terluas kedua setelah Hulu Sungai Utara. Desa Panjampang salah satu desa di Hulu sungai Selatan, usahatani yang dominan meliputi padi dan sayuran. setahun.
Usahatani padi ditanam hanya sekali
Sedangkan usahatani sayuran diusahakan pada
daerah atas dari areal
persawahan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui usahatani sayuran di lahan lebak yang dapat mendukung pendapatan petani.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Desa Amparaya Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan, pada bulan Juli 2012. Tujuan penelitian ini yaitu melihat kelayakan usahatani sayuran di lahan lebak dengan permasalahannya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey melalui pendekatan PRA (Participatory Rural Appraisal), PRA adalah metode penelitian partisipatif dengan melibatkan masyarakat dalam penelitian untuk menilai potensi dan masalah di pedesaan. Metode partisipatif ini berorientasi pada proses pembelajaran dan melibatkan sebanyak mungkin berbagai kalangan masyarakat (Chambers 1996). Data skunder diperoleh dari kepustakaan dan Instansi terkait di Kalimantan Selatan, data yang dikumpulkan dianalisis secara diskreptif dan analisis kelayakan Finansial (analisis biaya dan pendapatan).
386
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN 1 . Karakteristik Lahan Rawa Desa panjampang merupakan rawa lebak dangkal , Rawa lwbak terdiri atas lebak dangkal (watun I), lebak tengahan (watun II) dan lebak dalam (watun III). Lebak dangkal adalah lahan yang mengalami genangan selama 3 bulan dengan ketinggian air <50 cm. Lebak tengahan adalah lahan yang mengalami genangan selama 4 – 6 bulan dengan ketinggian air 50 - 100 cm. Sedangkan lebak dalam adalah lahan yang mengalami genangan selama >6 bulan dengan ketinggian air mencapai > 100 cm. Menurut Susanto (1987) lahan rawa lebak dibedakan atas lebak dangkal/pematang, lebak tengahan dan lebak dalam. Lebak dangkal mempunyai hidrografi relatif cukup tinggi dengan genangan air di musim hujan kurang dari 50 cm selama 3 bulan, lebak tengahan mempunyai topografi lebih rendah dengan genangan air di musim hujan antara 50-100 cm dalam waktu 3-6 bulan. Lebak dalam mempunyai topografi paling rendah dengan genangan air lebih dari 100 cm dalam waktu lebih dari 5 bulan. Lahan rawa lebak dapat dikembangkan untuk berbagai komoditas pertanian (padi, palawija, hortikultura dan perikanan/peternakan) dengan memperhatikan aspek fisik/kimia tanah, aspek pola genangan dan aspek sosial ekonomi (Alwi 2005). Kendala dalam pengembangan usaha pertanian di lahan rawa adalah meliputi: a) lama dan kedalaman genangan air banjir serta kualitas air, b) ketebalan gambut, kandungan hara dan tingkat kematangan gambut, c) kedalaman lapisan pirit serta kemasaman setiap lapisan tanahnya (Adimihardja et al. 1998). Pendapat lain menyebutkan permasalahan utama lahan lebak adalah datangnya air di musim hujan dan kekeringan sukar diprediksi, tetapi secara tradisional masyarakat setempat mengetahuinya dengan melihat gejala alam (kearipan lokal), maka air diperkirakan akan naik dan sekaligus untuk memperkirakan waktu tanam (Zuraida et al. 2006). Usahatani masyarakat di Desa Panjampang
adalah berusahatani padi dan
sayuran. Usahatani sayuran yang diusahakan adalah Terung, labu. Lombok besar dan jagung manis, Usahatani sayuran ini dilaksanakan pada awal musim kemarau 2. Teknologi di tingkat petani (terung, labu, cabe/lombok besar dan jagung manis) Teknologi yang ada ditingkat petani sangat sederhana seperti penggunaan benih, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Untuk teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) meliputi: penggunaan bibit bermutu (unggul, hibrida), penggunaan pupuk berimbang dan penanggulangan Hama penyakit .
387
Rismarini Zuraida: Analisis Finansial Usahatani Sayuran ….
a. Usahatani Terung (Solanum melongena) Pengolahan Tanah, dicangkul 2-3 kali dengan kedalaman Buat bedengan dengan lebar 100-120 cm dan kondisi
lahan,
jarak
panjang
20-30
disesuaikan
cm. dengan
antara bedengan 50 cm. d i lakukan pengapuran dengan
dolomit 1-2 t/ha 3 minggu sebelum tanam. Diantara bedengan dibuat
parit dengan
kedalaman 30 cm. Apabila menggunakan mulsa plastik, pemasangan dilakukan setelah pembuatan bedengan. Pupuk organik atau kompos diberikan 0,5-1 kg per lubang tanam, 1 minggu sebelum tanam. Benih, kebutuhan benih untuk satu hektar 150-500 gr biji dengan tanaman. Di uji petani dulu daya tumbuh nya 75%. Biji tumbuh kurang lebih 10 hari setelah disemai. Persemaian,
b enih
disebar merata pada bedengan dengan media berupa
campuran tanah dan pupuk organik (1:1) tutup dengan tanah tipis, kemudian di tutup dengan alang-alang atau daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian diberi naungan Lakukan penyiraman sesuai dengan keadaan tanaman. Bibit siap dipindahkan ke lapangan setelah mempunyai 4-5 helai daun. Penanaman, jarak tanam dalam barisan 50-70 cm (tergantung varietas) dan jarak antar barisan 80-90 cm, pada tiap bedengan terdapat dua baris. Pemupukan, pupuk buatan diberikan setelah tanaman berumur 1-2 minggu setelah tanam berupa pupuk majemuk NPK disekeli ling tanaman dengan jarak ± 5 cm dari pangkal batang. Pemupukan berikutnya diberikan saat tanaman berumur 2-3 bulan, 150 kg/ha. Pemeliharaan, penyiangan dilakukan sesuai dengan keadaan gulma, dapat dilakukan
secara
manual
dengan kebutuhan tanaman,
atau
dengan
cangkul. Penyiraman dilakukan sesuai
pada musi m hujan drainase per lu diperdalam.
Pertumbuhan tanaman yang terlalu subur perlu di lakukan perompesan yaitu pengurangan daun. b. Usahatani Labu/Waluh Benih dan Persemaian, benih yang dipergunakan petani di lahan lebak benih yang bermutu, benih dipilih petani dari
pertumbuhan sebelumnya, apabila
pertumbuhan sebelumnya baik ini dijadikan bibit untuk pertanaman akan datang. Sebelum ditanam, benih perlu disemai. Tempat penyemai khusus diolah tersendiri. Penyemaian biji disebar secara teratur agar tidak terlalu berdekatan dan bertumpuk saat benih telah tumbuh. Bibit di tanam setelah berumur 1,5 bulan sejak disemaikan, dipindahkan kelapangan. 388
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Pengolahan Tanah, pengolahan pada lahan lebak ini tidak terlalu sulit, gulma yang pada saat musim kemarau menjadi kering
dan pembersihannya hanya
di
cangkul sedikit sedikit. Penanaman, waktu tanam yang sering dilaksanakan ditingkat petani yaitu pada awal musim kemarau). Jarak yang dilaksanakan petani tidak teratur. Dan diberikan satu lobang satu tanaman. Pemupukan, pemupukan labu/waluh pada daerah penelitian hanya dilakukan 10-15 hari setelah tanam dan pemberiannya hanya satu kali pemberian, ini sekaligus dengan penyulaman, pabila ada yang tidak tumbuh. Penyiangan, penyiangan dilakukan tergantung banyaknya rumput yang ada, biasa juga dilakukan 10 hari-15 hari setelah tanam, ini juga hanya rumput yang mengganggu saja yang dibuang. Pada umumnya petani rumput-rumput kecil dibiarkan saja, untuk memelihara tanah tetap lembab. Panen, bila dirawat dengan baik maka umur tanaman dapat mencapai 10 bulan, panen dilakukan bisa mencapai 8 kali pemetikan. Dengan demikian pemanenan dapat dilakukan 4-5 bulan. Biasa panen dilakukan petani pada pagi hari. Produksi yang paling tinggi yaitu pada pemetikan yang ke 3 sampai ke 6.(Berat 1 biji labu berkisar antara 10 kg- 20 kg). c. Usahatani cabe/Lombok merah Persemaian, tanah persemaian digemburkan dan dibikin bedengan dengan lebar 125 cm panjang menurut ukuran tanah dan diberi pupuk kandang dan diberi TSP 1 kg per meter bujur sangkar 2 (dua) hari sebelum benih ditaburkan. Setelah itu ditutup dengan tanah atau sekam untuk menghindari hujan dan angin. Benih cabe dapat dipindahkan setelah berumur 1 (satu) bulan. Pengolahan Tanah, Sambil menunggu bibit yang disemai akan dipindahkan, petani menyiapkan dengan pengolahan tanah dengan pemberian pupuk . kandang yang dicampur dengan TSP.selama 20 hari.
Satu hektar membutuhkan pupuk
kandang 15 ton. Seminggu sebelum tanam, pupuk kandang dan juga dimasukkan kedalam lubang tanam kurang lebih 0,2 Kg per lubang dengan jarak tanam 50 x 60 cm. Pemeliharaan, setelah tanaman berumur 15 – 20 hari tanam, dilakukan pemupukan pertama. Petani memberikan pupuk kira-kira 10 gram per lubang.
Pada
umur 35 – 40 hari setelah tanam dipupuk lagi. Pemupukan selanjutnya pada umur 60 hari setelah tanam dengan memberikan Pemupukan tetap diulangi lagi setiap 20 hari sekali setelah tanaman cabe panen 4 – 5 kali. 389
Rismarini Zuraida: Analisis Finansial Usahatani Sayuran ….
d. Usahatani Jagung Manis Benih, beberapa benih jagung manis yang sudah ditanam petani diantaranya Sweet boy merupakan hibrida, Super Sweet inbrida dan lain-lain. Persiapan lahan, pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah menjadi gembur, Membuat bedengan dengan lebar 1 m , jarak bedengan 30 m dan panjangnya sesuai dengan lahan. Pemupukan Organik dan Non Organik, pemberian pupuk kandang diberikan sebelum pemasangan mulsa dan diratakan di atas tanah bedengan. Pemberian pupuk yaitu pupuk majemuk NPK sebanyak 50 Kg/ Ha dengan meratakan di atas bedengan dengan jarak per 1 m dan diberikan 100 g. Pemasangan Mulsa, mulsa adalah plastik untuk bedengan, ada 2 warna yang berwarna perak berada di atas, sedangkan warna hitam di bawah.sinar matahari. Penanaman, penanaman dilakukan pada lubang yang sudah diberi pupuk dengan kedalaman lubang 3 cm dengan jumlah bibit per lubang tanam sebanyak 2 bibit kemudian ditutup dengan tanah. Jarak tanam yang digunakan adalah 75 cm x 25 cm. Penyiangan, penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma di sekitar tanaman yang dilakukan sebanyak 3 kali. Penjarangan dan Penyulaman, penjarangan dilakukan 7 hst dengan cara meninggalkan satu tanaman yang pertumbuhannya baik. Sedangkan penyulaman dilakukan apabila tanaman pada lubang tanam tidak ada yang tumbuh atau mati. 3. Analisis Finansial Usahatani ((Terung, Labu, cabe/lombok besar dan Jagung Manis) Hasil analisis usahatani menunjukan penerimaan sebesar Rp 20.000.000 dan total biaya Rp 5.000.000, pendapatan sebesar Rp 15.000.000
nilainya R/C ratio: 4
dan untuk labu mencapai 20 ton/ha biaya produksi Rp 6.000,- dan pendapatan bersih sebesar Rp 14.000.000 dengan nilai R/C ratio: 3,3. Lebih rincinya tertera pada Tabel 1.
390
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Tabel 1. Analisis finansial terung dan labu di lahan lebak per hektar Desa Amparaya Kab. Hulu Sungai Selatan Tahun 2012 Uraia n a. Penerimaan (ton) b. Saprodi : Benih (Bks) Urea Ponska Herbisida (btl) Penutup tanah (Set) Furadan (bks ) c. Tenaga kerja : (OH) Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan Pemeliharaan/peniangan Penen & Pasca Panen d. Total biaya e. Pendapatan f. R/C Rasio
Terung Fisik Nilai (Rp) 10 10.000.000
Fisik 20
Labu Nilai (Rp) 20.000.000
8 75 500 4 75 meter 40
600.000 150.000 750.000 400.000 300.000 800.000
8 75 500 5 40
800.000 150.000 750.000 500.000 800.000
10 10 4 8 8
500.000 500.000 200.000 400.000 400.000 5.000.000 5.000.000 2
10 10 10 10 20
500.000 500.000 500.000 500.000 1.000.000 6.000.000 14.000.000 3,3
Dengan hasil tersebut di atas menunjukkan bahwa usahatani terung dan labu di Desa Panjampang layak diusahakan karena nilai R/C ratio ketiga komoditas ini nilainya >1 (Soekartawi. 1995). Namun karena kebiasaan petani menanam tanaman yang sama, sehingga pada waktu panen jumlah produk yang dihasilkan melimpah dan harga cenderung jatuh.
391
Rismarini Zuraida: Analisis Finansial Usahatani Sayuran ….
Tabel 2. Analisis Finansial Cabe dan Jagung manis di Lahan Lebak per hektar Desa Amparaya Kab. Hulu Sungai Selatan Tahun 2012
Uraia n
Fisik 2.000
a. Penerimaan b. Saprodi : Benih Urea (kg) Ponska (Kg) Pupuk Kandang Kapur/dolomit Polybag Plastik Tonggak/batang Obat-obatan (padat,cair) c. Tenaga kerja : Pengolahan lahan Penanaman Pemupukan Pemeliharaan/peniangan Penen & Pasca Panen d. Total biaya e. Pendapatan f. R/C Rasio
Cabe Nilai (Rp) 50.000.000
Jagung Manis Fisik Nilai (Rp) 2500 12.500.000 Tongkol
10 bks 100 1 ton 10 ton 2 ton 15 pak 75 meter
1.000.000 200/000 3.000/000 2.500.000 1.000.000 500.000 300.000
5 bks 100 200 2 ton 1 ton -
500.000 200.000 600.000 250.000 500.000 -
20.000 1 set
2.000.000 300.000
1set
300.000
20 20 20 50 40
1.500.000 1.500.000 1.500.000 3.750.000 3.000.000 22.050.000 27.950.000 2,2
10 10 4 10 4
750.000 750.000 300.000 750.000 300.000 6.040.0000 5.918.800 2,06
Pada Tabel 2 produktivitas cabe merah 2 ton dengan penerimaan sebesar Rp 50.000.000,- degan total biaya produksi yang meliputi saprodi,tenaga kerja mencapai Rp 22.050.000,-dan pendapatan bersih mencapai Rp 27.950.000,- (R/C Ratio 2,2) Usahatani cabe ini memang menerlukan input yang tinggi dan juga tehnik budidayanya harus perlu sekali diperhatikan karena salah satu kunci keberhasilan. Begitu juga dengan jagung manis dalam satu hektar penerimaan mencapai Rp 12.500.000 dengan total biaya Rp 6.040.000,- dan pendapatan bersih yang didapat petani sebesar Rp 5.918.800 dengan nilai R/.C Ratio 2,06 ( R/C Ratio > 1) juga layak untuk diusahakan. Dengan
melihat pendapatan petani di desa
Amparaya sangat menunjang
pendapatan rumah tangga petani. Ini disebabkan sayuran panen bisa beberapa kali, jadi bisa memenuhi keperluan petani sehari-hari karena menperoleh uang tunai setiap sehari. Dari segi produktivitas masih berpeluang untuk di tingkatkan dengan memperhatikan teknologi anjuran. Produktivitas meningkat sekaligus menunjang pendapatan Daerah/Nasional,
392
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
KESIMPULAN Usahatani sayuran di lahan lebak seperti terung, labu, cabe merah dan jagung manis memperoleh pendapatan masing-masing untuk terung Rp 15.000.000, untuk labu Rp 14.000.000, cabe merah sebesar Rp 50.000.000, dan jagung manis sebesar Rp 8.500.000, ini sangat menguntungkan dan layak diusahakan dengan melihat R/C >1.
DAFTAR PUSTAKA Achmadi dan Irsal Las,2006, Inovasi Teknologi Pengembangan Pertanian Lahan Rawa Lebak. Dalam Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Lahan Terpadu Adimihardja, A., Sudarman, K dan Suriadikara, D.A. 1998. Potensi dan Kendala Pengembangan Usaha Pertanian di Lahan Rawa Kalimantan dalam Prosiding Lokakarya Strategi Pembangunan Pertanian Wilayah Kalimantan. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Banjarbaru Chambers, R. 1996. PRA (Participatory Rural Appraisal) Memahami Desa Secara Partisipatif. Kanisius. Yogyakarta. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Selatan . Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Selatan Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. Jakarta. Zuraida. R. Hikmah. Z., dan Yohanes GB., 2006. Kelayakan usahatani tanaman pangan pada lahan lebak dan kontribusnya terhadap pendapatan rumah tangga di Kalimantan Selatan (Kasus di Desa Banyu Tajun Dalam Kabupaten Hulu Sungai Utara). ntb.litbang.deptan.go.id/2006/SP/ kelayakanusahatani.doc
393