ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI INFORMASI PERUSAHAAN ALAS KAKI YANG BERAGLOMERASI DAN DAYA SAING UMKM INDUSTRI ALAS KAKI (Studi Kasus Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)
OLEH ADNAN H14080001
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
RINGKASAN
ADNAN. Analisis Faktor yang Memengaruhi Informasi Perusahaan Alas Kaki yang Beraglomerasi dan Daya Saing Umkm Industri Alas Kaki Studi Kasus Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor (dibimbing oleh YETI LIS PURNAMADEWI) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) banyak berjalan di Indonesia meski sumbangsih terhadap perekonomian tidak sebesar dibandingkan pengusaha besar yang hampir seluruh bentuk usaha masih berbentuk UMKM. Tenagakerja di Indonesia bekerja untuk UMKM sebesar 98 persen dari total tenagakerja Indonesia. Salah satu industri UMKM yang berkontribusi besar terhadap PDB Indonesia adalah UMKM industri pengolahan. Berdasarkan studi terdahulu dan data sekunder yang ada, Kabupaten Bogor memiliki banyak UMKM industri pengolahan dan salah satu yang beraglomerasi dalam industri pengolahan adalah industri pengolahan kulit dan imitasi hal ini adalah industri pengerajin sepatu dan sandal sebagai turunan dari kulit dan imitasi. Menurut Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor tahun 2009, Kecamatan Ciomas memiliki industri alas kaki dalam jumlah besar, ada tiga desa yang memiliki industri ini dalam sekala besar yaitu adalah Desa Parakan, Desa Pasir Eurih dan Desa Mekarjaya. Menurut studi terdahulu, informasi dirasa penting untuk perusahaan dikarenakan infromasi menentukan keputusan perusahaan baik dalam proses produksi maupun pemasaran produk. Keuntungan industri beraglomerasi salah satunya dapat meningkatkan kemungkinan perolehan informasi dan menekan biaya transportasi sehingga keputusan kebijakan perusahaan dapat menentukan biaya produksi rendah kemudian produk yang dihasilkan dapat dijual dengan harga yang murah dan berdaya saing. Upaya pengembangan aglomerasi UMKM alas kaki di Kabupaten Bogor menghadapi permasalahan terkait faktor internal seperti modal, sumberdaya manusia, lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar. Permasalahan dari faktor-faktor eksternal seperti iklim usaha yang belum kondusif, terbatasnya sarana dan prasarana dan perdagangan bebas serta krisis financial global. Hal ini didukung kenyataan dilapangan bahwa UMKM sulit untuk memperoleh permodalan selain modal yang diberikan oleh konsumen/grosir. Belum ada titik temu antara debitur dan kreditur baik dari sisi agunan, beban bunga dan persyaratan yang mereka terima. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mempelajari karakteristik unit usaha alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya, (2) Mengklarifikasi penyebab kelimpahan informasi dalam perusahaan alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya dan (3) Mempelajari faktor yang menentukan tingkat daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya. Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh melalui wawancara yang dipandu oleh kuisioner. Metode pengambilan sampel menggunakan metode quota sampling. Sampel yang diwawancarai sebanyak 35 sampel. Responden dalam penelitian merupakan pemilik usaha alas kaki di Desa Mekarjaya dengan klasifikasi yang dilakukan
dalam pengambilan sampel melalui jumlah tenagakerja yang digunakan. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dalam menerangkan karakteristik responden dan mengkaji faktor yang memengaruhi tingkat daya saing menurut model diamond porter. Analisis logit digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kelimpahan informasi dalam perusahaan alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya Sebanyak 63 persen responden memulai industrinya lebih dari 11 tahun yang lalu dikarenakan rata-rata usaha alas kaki dijalankan secara turun temurun. Pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) mendominasi pendidikan terakhir responden alas kaki, yaitu sebanyak 63 persen responden. Menurut klasifikasi Keputusan Menteri Keuangan dengan mengacu kepada omset tahunan, unit usaha mikro sebanyak 88 persen, unit usaha kecil sebanyak 9 persen dan usaha menengah hanya 3 persen dengan rata-rata omset tahunan responden sebesar Rp. 188.000.000. Besarnya penggunaan input per satuan kodi (20 pasang sepatu) ditentukan oleh variasi produk alas kaki yang dihasilkan. Penggunaan input yang terendah sebesar Rp. 110.000 menghasilkan alas kaki jenis sandal hotel dan yang tertinggi sebesar Rp. 726.000 menghasilkan alas kaki jenis sepatu kulit asli. Upah yang diberikan setiap responden kepada tenagakerja tergantung tingkat kesulitan dalam tahapan produksi dan produktivitas tenaga kerja per minggu. Rata-rata upah yang diberikan unit usaha per minggu sebesar Rp.170.000 atau Rp. 680.000 per bulan. Nilai upah ini masih dibawah upah minimum Kabupaten Bogor yang sebesar Rp, 1.200.000 per bulan. Modal produksi yang digunakan masih tergantung pada konsumen/grosir melalui bon putih. Sebesar 26 persen responden tidak menggantungkan sumber pendanaannya dari pihak konsumen/grosir dikarenakan memiliki sumber pendanaan lain. Setiap faktor daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya memiliki keunggulan atau kelemahan menurut model diamond porter. Faktor-faktor yang memiliki keunggulan dalam industri alas kaki yaitu faktor kondisi sumberdaya dan faktor kesempatan. Keunggulan dari faktor-faktor ini menyebabkan daya saing industri alas kaki tersebut dapat dikatakan tinggi, tetapi faktor-faktor lain melemahkan daya saing industri lebih banyak dibandingkan faktor keunggulan. Faktor-faktor yang merupakan kelemahan daya saing industri alas kaki yaitu faktor industri terkait dan pendukung, faktor persaingan dan strategi industri,faktor permintaan dan faktor pemerintah. Keterkaitan antar faktor tidak terjalin secara sempurna menyebabkan faktor keunggulan industri alas kaki tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk mendukung faktor daya saing lain yang lemah. Maka daya saing dalam penelitian ini studi kasus industri alas kaki di Desa Mekarjaya dinyatakan lemah menurut analisis diamond Porter. Perusahaan alas kaki beraglomerasi di Desa Mekarjaya dengan tujuan untuk mengoptimalkan pengelolaannya. Informasi dalam penelitian ini adalah suatu faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan yang mengoptimalkan pengelolaan perusahaan dalam aglomerasi yang terjadi di Desa Mekarjaya. Hasil dari analisis logit dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang memengaruhi perolehan informasi adalah lama usaha dan tenagakerja yang digunakan. Saat musim sepi permintaan tiba, perolehan dari informasi cenderung sulit didapatkan.
ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI INFORMASI PERUSAHAAN ALAS KAKI YANG BERAGLOMERASI DAN DAYA SAING UMKM INDUSTRI ALAS KAKI (Studi Kasus Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)
OLEH ADNAN H14080001
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh Nama Mahasiswa
: Adnan
Nomor Registrasi Pokok
: H14080001
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Infotmasi Perusahaan Alas Kaki yang Beraglomerasi dan Daya Saing UMKM Industri Alas Kaki Studi Kasus di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor
dapat diterima sebagai syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc. NIP. 19641018 199103 2 002
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec. NIP. 19641022 198903 1 003
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Maret 2013
Adnan H14080001
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Adnan lahir pada tanggal 29 Maret 1991 di Bogor. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Ir. Maderiyanto dan Almarhumah Ir. Keny Dihartini. Jenjang pendidikan penulis diawali dengan bersekolah di TK Insan Kamil Bogor dan tamat pada Tahun 1997. Kemudian pada Tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SD Insan Kamil Bogor dan tamat pada Tahun 2003. Selanjutnya penulis melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMP Insan Kamil Bogor dan tamat pada Tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Insan Kamil Bogor. Penulis menamatkan sekolah menengah atasnya pada Tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi ,yaitu perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di program studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allaah SWT atas Rahman dan Rahim-Nya. Tidak lupa shalawat serta salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya dan semangat dalam islam dan ilmu-Nya di dunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Informasi Perusahaan Alas Kaki yang Beraglomerasi dan Daya Saing UMKM Industri Alas Kaki Di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Yeti Lis Purnamadewi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan baik secara teoritis maupun teknis serta waktu yang diluangkan selama proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. 2. Dr. Ir. Sri Mulatsih sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Ir. Dewi Ulfah sebagai dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran mengenai tata cara penulisan 4. Kedua orangtua penulis, yaitu Maderiyanto dan Almarhumah Keny Dihartini yang telah memberikan motivasi, semangat dan doa. 5. Kakak dan adik penulis, yaitu Hani‟ah dan Salma yang telah memberikan motivasi, semangat dan doa. 6. Seluruh pengurus dan pengajar Departemen Ilmu Ekonomi atas kerjasama dan bantuan selama penulis menempuh pendidikan di IPB. 7. Maria Ulfah, Mega Kusyuniarti, Kak Ade Holis dan Kak Mutiara yang telah membantu dalam penulisan skripsi. 8. Teman-teman satu bimbingan skripsi Nurazizah Inayah, Fauziah Seftyandra, Theresia Shintauli dan Ahmad Fadhli F. atas semangat, bantuan dan kerjasamanya. 9. Teman-teman penulis di Ilmu Ekonomi 45 yang telah membantu selama bersama-sama menuntut ilmu di Departemen Ilmu Ekonomi
Masih banyak pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah berjasa baik selama penulisan skripsi maupun selama menempuh pendidikan di IPB. Pada akhirnya penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor, Maret 2013
Adnan H14080001
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ……………………………………………………………. iii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… iv DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. I.
v
PENDAHULUAN …………………………………………………………... 1 1.1 Latar Belakang ………………………………………………………...... 1 1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………….. 5 1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………….. 6 1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………… 6 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………… 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………. 8 2.1 Tinjauan Konsep dan Teori …………………………………………… .. 8 2.1.1 Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah ………………...... .. 8 2.1.2 Definisi Informasi dan Faktor yang Memengaruhinya ………... 9 2.1.3 Aglomerasi …………………………………………………… 10 2.1.4 Teori Daya Saing Keunggulan Komparatif Diamond Porter … 15 2.1.4.1 Kondisi Faktor (Factor Condition) …………………... 16 2.1.4.2 Kondisi Permintaan (Demand Condition) …………… 16 2.1.4.3 Industri Terkait dan Industri Pendukung (related and supporting industry) ……………………………...16 2.1.4.4 Persaingan, Struktur Dan Strategi Perusahaan (Firm Strategy, Structure, and rivalry) ……………… 17 2.1.4.5 Peran Pemerintah (Government) …………………...... 17 2.1.4.6 Peran Kesempatan (Chance Event) …………………...17 2.2 Tinjauan Hasil Studi Sebelumnya …………………………………….. 18 2.3 Kerangka Pemirikan Penelitian ……………………………………….. 21 III METODE PENELITIAN ………………………………………………….. 23 3.1 Lokasi Penelitian …………………………………………………….... 23 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Pengambilan Data ………………………
23
3.3 Metode Pengambilan Sampel ……………………………………….. 23 3.3 Metode Analisis ……………………………………………………….. 25 3.3.1 Model Analisis Deskiptif…………………………………...
25
3.3.2 Model Analisis Logistik….…………………………………….. 27 3.4 Definisi Operasional Variabel ………………………………………… 30 IV KERAGAAN DAN KARAKTERISTIK UNIT USAHA ALAS KAKI DI DESA MEKARJAYA............................................................................... 32 4.1 Geografis dan Pemerintahan Kabupaten Bogor ………………………. 32 4.2 Sejarah Industri Kerajinan Sepatu di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor ……………..................................................
32
4.3 Keragaan Perusahaan Alas Kaki di Kecamatan Ciomas…..…………. 33 4.4 Karakteristik Responden Penelitian Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya……………............................................................... 35 4.5 Kondisi Perkembangan Responden Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Selama 3 Tahun Terakhir….……............................ 43 V
ANALISIS FAKTOR YANG MENENTUKAN TINGKAT DAYA SAING INDUSTRI DAN KELIMPAHAN INFORMASI DALAM PERUSAHAAN ALAS KAKI YANG BERAGLOMERASI DI DESA MEKARJAYA …………………………………………………………… 45 5.1 Analisis Faktor yang Menentukan Tingkat Daya Saing Industri Alas Kaki di Desa Mekarjaya dengan Model Diamond Porter………
45
5.1.1 Keragaan Faktor Yang Menentukan Tingkat Daya saing …… 45 5.1.1.1 Kondisi Faktor Sumberdaya………………………... 45 5.1.1.2 Kondisi Permintaan……….………………………… 46 5.1.1.3 Faktor Industri Pendukung dan Terkait………………. 47 5.1.1.4 Faktor Strategi Perusahaan dan Pesaing ……………. 48 5.1.1.5 Peran Pemerintah …………………………………… 49 5.1.1.6 Peran Kesempatan ………………………………….. 49 5.1.2
Analisis Berdasarkan Kelemahan dan Kekuatan dari Faktor Tingkat Daya Saing Diamond Porter dari Industri Alas Kaki di Desa Mekarjaya…………………………………………… 50
5.2 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perolehan Informasi Sebuah Perusahaan dalam Aglomerasi di Desa Mekarjaya…………… 51 VI KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………… 55 6.1 Kesimpulan …………………………………………………………… 55 6.2 Saran ………………………………………………………………….. 56 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………... 57 LAMPIRAN ……………………………………………………………………. 59
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1
Perkembangan Data Usaha Mikro, Keci Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2010-2011 ………………………………… . 2
1.2
Produk Domestri Bruto (PDB) Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2010-2011 (Trilyun Rupiah)…………………. . 3
1.3
Data Perkembangan Industri Kecil Kabupaten Bogor 2010-2011 ….
2.1
Penelitian Terdahulu …………………………………………………... 20
3.1
Jenis-Jenis Data yang Diambil dalam Penelitian …………………..... 24
3.2
Klasifikasi Responden Penelitian Alas kaki di Desa Mekarjaya ……… 25
4.1
Jumlah dan Proporsi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Sepatu Menurut Desa di Kecamatan Ciomas Pada Tahun 2010 ……… 34
4.2
Jarak Antara Kantor Desa di Kecamatan Ciomas dengan Pasar Anyar Bogor…………………………………………………………… 35
4.3
Karakteristik Responden Alas Kaki di Desa Mekarjaya ……………. 36
4.4
Karakteristik Responden Bedasarkan Tenagakerja …………………… 37
4.5
Karakteristik Responden Bedasarkan Lama Usaha …………………… 38
4.6
Karakteristik Responden Bedasarkan Persaingan ………….……….
4.7
Data Perkembangan Responden UMKM Industri Alas Kaki di Desa Mekarjaya Tiga Tahun Terakhir …………………………………….. 44
5.1
Data Responden UMKM Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Menurut Kondisi Faktor Sumberdaya (Orang Responden) …………
45
Data Responden UMKM Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Menurut Kondisi Faktor Permintaan (Orang Responden) …………
46
Data Responden UMKM Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Menurut Kondisi Industri Pendukung dan Terkait (Orang Responden)…………………………………………………..
47
5.2 5.3
.4
43
5.4
Keunggulan dan Kelemahan Daya Saing Industri Alas Kaki di Desa Mekarjaya Berdasarkan Diamond Porter ……………………………. 50
5.5
Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Peluang Perolehan Informasi Dari Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya ……………. 52
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 2.1 Segitiga Lokasional (locational Triangel) dari Weber …………...... 13 2.2
Kurva Isodapan dari Weber …………………………………………... 14
2.3
Isodapan Kritis dan Lokasi Agloberasi .………………………………. 15
2.4
Kerangka Penelitian ………………………………………….........
3.1
Bagan Interaksi dari Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Daya Saing dalam Model Diamond Porter…………...……………………… 27
4.1
Peta Aglomerasi Alas Kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor 35
4.2
Persentase Pendidikan Terakhir dari Responden Perusahaan Alas kaki di Desa Mekarjaya ………………………………………………. 38
4.3
Persentase Omset Per Bulan dari Responden Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Per Ribu Rupiah ………………………………… 39
4.4
Persentase Pemberian Upah Tenagakerja oleh Responden Alas kaki di Desa Mekarjaya Per Ribu Rupiah …………………………………. 39
4.5
Persentase Penggunaan Input Bahan Baku Perusahaan Alas kaki di Desa Mekarjaya Per Ribu Rupiah …………………………………. 40
4.6
Persentase Penggunaan Modal Produksi oleh Industri Alas kaki Di Desa Mekarjaya Per Juta Rupiah ………........................................... 40
4.7
Persentase Biaya yang Digunakan Untuk Mesin dan Teknologi Per Ribu Rupiah……………………………………………………… 41
4.8
Persentase Pangsa Pasar Produk Responden Alas kaki di Desa Mekarjaya Per Ribu Rupiah …………………………………………... 42
4.9
Karakteristik Responden Menurut Persentase Tenagakerja Terampil yang Digunakan………………..…………………………………….
43
Bagan Diamond Porter dari Tingkat Daya Saing Industri Alas Kaki di Desa Mekarjaya.………………………………………………….
51
5.1
22
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1
Panduan Wawancara Penelitian ………………………………………. 60
2
Output Analisis Regresi Logistik……………………………………… 70
3
Karakteristik Responden ……………………………………………… 73
4
Data Faktor Input …………………………………………………….. 74
5
Data Faktor Permintaan ………………………………………………. 75
6
Data Faktor Industri Terkait ………………………………………….. 76
7
Data Faktor Strategi Perusahaan dan Pesaing ………….…………….. 77
8
Data Faktor Modal Sosial …………………………………………….. 78
9
Data Faktor Kelimpahan Informasi …………………………………… 79
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Pembangunan ditujukan untuk mensejahterakan seluruh masyarakat yang ikut serta dalam kinerja pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dalam sebuah sistem ekonomi. Pembangunan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh segelintir kelompok yang sangat dominan berpengaruh dalam perekonomian Indonesia itu sendiri sedangkan sebagian besar masyarakat masih bergelut dengan usaha mikro, kecil dan menengah, baik usaha itu formal maupun nonformal. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia dengan sumbangsih terhadap perekonomian tidaklah sebesar dibandingkan pengusaha besar yang minoritas. Dapat dilihat pada Tabel 1.1 bahwa UMKM di Indonesia sangat mendominasi
jalannya
perekonomian
dicirikan
dari
jumlahnya
sangat
mendominasi usaha di Indonesia. Hampir 100 persen tepatnya 99.99 persen usaha di Indonesia dalam bentuk UMKM sedangkan sisanya adalah usaha besar. Unit usaha yang besar ini signifikan setiap tahun tanpa ada penurunan bagi jumlah unit usaha UMKM di Indonesia. Jumlah unit usaha mencirikan tenagakerja yang berada di Indonesia diserap oleh UMKM sebesar 97,24 persen dari total tenagakerja. Membuktikan peran UMKM memberi lapangan pekerjaan bagi tenagakerja di Indonesia yang potensian baik dalam bentuk formal berbadan hukum maupun non formal. Peran UMKM inilah yang memberikan kekuatan ketahanan krisis ekonomi baik krisis 1998 maupun krisis ekonomi 2008 yang lalu. UMKM belum memberikan kontribusi yang besar bagi Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan ekspor Indonesia tidak sebesar jumlah unit usahanyanya. PDB Indonesia dihasilkan oleh UMKM hanya sebesar 57,49 persen pada tahun 2011 dibandingkan dengan Usaha Besar (UB) dengan unit usahanya sebesar 0,01 persen. Produktifitas UMKM belumlah optimal sehingga belum memberikan sumbangsih yang nyata kepada PDB indonesia. Kemudian ekspor non migas yang diberikan oleh UMKM sangatlah kecil dengan besaran 16,44 persen dibandingkan dengan UB yang sebesar 84,56 persen. Dari data ini UMKM masih memproduksi untuk memenuhi kebutuhan didalam negeri sehingga
7
orientasi UMKM terhadap ekspor belum dianggap serius. Perizinan dan birokrasi yang dirasakan oleh UMKM masih menghalangi perkembangannya. Oleh sebab itu UMKM belum dapat mengoptimalkan produksinya untuk diorientasikan kepada ekspor. Tabel 1.1
NO 1
2
3
4
5
Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2010 - 2011 TAHUN SATUAN 2010 JUMLAH UNIT USAHA (Unit) 53.828.569 (100) A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Unit) 53.823.732 (UMKM) (99,99) B. Usaha Besar (UB) (Unit) 4.838 (0,01) TENAGAKERJA (Orang) 102.241.486 (100) A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Orang) 99.401.775 (UMKM) (97,22) B. Usaha Besar (UB) (Orang) 2.839.711 (2,78) PDB ATAS DASAR HARGA (Rp. Milyar) 6.068.762,8 BERLAKU (100) A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Milyar) 3.466.393,3 (UMKM) (57,12) B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar) 2.602.369,5 (42,88) TOTAL EKSPOR NON MIGAS (Rp. Milyar) 1.112.719,9 (100) A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Milyar) 175.894,9 (UMKM) (15,81) B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar) 936.825,0 (84,19) INVESTASI ATAS DASAR HARGA (Rp. Milyar) 1.923.437,2 BERLAKU (100) A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Milyar) 927.117,5 (UMKM) (48,20) B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar) 996.319,7 (51,80)
TAHUN 2011 JUMLAH 55.211.396 (100) 55.206.444 (99,99) 4.952 (0,01) 104.613.681 (100) 101.722.458 (97,24) 2.891.224 (2,76) 7.427.086,1 (100) 4.303.571,5 (57,94) 3.123.514,6 (42,06) 1.140.451,1 (100) 187.441,82 (16,44) 953.009,3 (83,56) 1.982.721,2 (100) 992.205,2 (50,04) 990.516,0 (49,96)
Sumber : Departemen Koprasi Nasional. 2012 Keterangan : dalam kurung ( ) menyatakan persentase (%)
Hal terakhir yang membuktikan peran UMKM sangat penting dalam perekonomian Indonesia adalah dengan peningkatan kontribusi UMKM terhadap
8
GDP Indonesia setiap tahunnya. Tahun 2010 GDP 3.466,39 trilyun Rupiah dan meningkat pada tahun 2011 sebesar 4.303,57 trilyun Rupiah kontribusi ini meningkat signifikan setiap tahunnya. Data ini membuktikan bahwa kontribusi UMKM sangat nyata terhadap perekonomian Indonesia. Dapat dilihat pada Tabel 1.2, GDP yang disumbangkan oleh UMKM berdasarkan
sektor
perekonomian
di
Indonesia.
Kontribusi
tertinggi
disumbangkan oleh perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai pada tahun 2011 sebesar 1.185,65 trilyun Rupiah. Kontribusi kedua terbesar diberikan oleh pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan dengan nilai pada tahun 2011 sebesar 957,63 trilyun Rupiah. Kontribusi ketiga terbesar diberikan oleh industri pengolahan dengan nilai pada tahun 2011 sebesar 585,65 trilyun Rupiah. Tabel 1.2 Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2010-2011 (Trilyun Rupiah) Sektor 2010)* 2011)** 1.
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa TOTAL PDB UMKM
Rp. Trilyun 758.69
Persentase 21.84
Rp. Trilyun 957.63
Persentase 22.25
59.57
1.72
69.03
1.60
478.36 5.01
13.77 0.14
585.65 7.05
13.61 0.16
265.51 960.65
7.64 27.66
342.61 1185.65
7.96 27.55
251.68
7.25
302.98
7.04
354.57
10.21
436.65
10.15
339.24 3473.28
9.77 100.00
415.75 4303.00
9.66 100.00
Sumber : Departemen Koperasi Nasional. 2012 Keterangan : * Data Sementara ** Data Sangat Sementara
Kontribusi yang diberikan oleh UMKM terhadap Indonesia adalah dengan memberikan lapangan pekerjaan, peningkatan GDP UMKM dari tahun ke tahun dan jumlahnya terbesar dari seluruh unit usaha di Indonesia. UMKM yang banyak dan berkembang pesar salah satunya di Kabupaten Bogor hal ini terlihat
9
dari jumlah produsen yang selalu meningkat setiap tahunnya. Salah satu industri UMKM yang paling berkembang di Kabupaten Bogor adalah industri kulit yang salah satu produknya berupa alas kaki. Data sementara jumlah industri kecil di Kabupaten Bogor pada tahun 2011 adalah 940 unit industri, jenis industri yang berbahan baku dari kulit sebesar 163 . Industri ini merupakan industri ketiga yang terbanyak setelah industri logam yang berada di Kabupaten Bogor. Tabel 1.3 Data Perkembangan Industri Kecil Kabupaten Bogor (2010-2011) Jenis Industri Kecil Jumlah Unit Usaha 2010 2011)* 1. Industri Logam 160 164 2. Industri Mesin 70 72 3. Industri Alat Angkut 30 31 4. Industri Elektronika 6 7 5. Industri Tekstil 350 361 6. Industri Aneka 9 11 7. Industri Barang Dari Kulit 151 163 8. Ind. Kimia & Barang Kimia 59 63 9. Ind. Plastik & Barang Plastik 53 68 Total 888 940 Sumber : Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor. 2012 Keterangan : * Data Sementara
Alas kaki merupakan salah satu produk yang terbuat dari kulit, imitasi kulit dan kain. Pengerajin sepatu di Kabupaten Bogor tersebar di 5 kecamatan. Yaitu di Taman Sari, Ciomas, Dramaga, Ciawi dan Parung. Tercatat pada tahun 2010 Usaha Kecil Menengah (UKM) jenis ini mencapai 5.398 Unit yang memperkerjakan 39.871 orang (Radar Bogor. 2011). Sedangkan menurut Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor tercatat pada tahun yang sama bahwa terdapat 1.811 Unit usaha UMKM alas kaki yang bergerak di Kecamatan Ciomas. Data Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor dan studi terdahulu dapat dilihat bahwa telah terjadi aglomerasi industri alas kaki di Kecamatan Ciomas sejak 20 tahun yang lalu. Dalam Priyarsono, Et al (2007) menyatakan bahwa sebuah aglomerasi dapat meningkatkan kekuatan economies of scale and scope. Rantai analisis aglomerasinya yaitu unit usaha memilih sebuah tempat untuk memulai produksi dikarenakan mencari biaya minimal dari transportasi baik input maupun output. Tempat tersebut merupakan
10
tempat yang relatif dekat dengan input, konsumen atau keduanya. Penghematan ini bisa menekan biaya produksi yang rendah sehingga harga output industri rendah. Harga output yang rendah dapat menjadi pilihan konsumen yang rasional. Konsumen memilih output yang rendah kemudian meningkatkan omset perusahaan secara keseluruhan. Peningkatan omset dengan biaya produksi yang rendah meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga dapat berkembang. Perkembangan perusahaan ini menjadi alasan untuk para investor maupun kreditur baik dari sektor keuangan dan sebagainya datang untuk membiayai industri ini. Contoh perkembangan perusahaan dalam sebuah wilayah industri adalah kawasan industri yang disediakan oleh pemerintah salah satunya adalah PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (PT JIEP) di Jakarta seluas 1550 hektar. Contoh pola aglomerasi usaha yang ditunjukan PKL di beberapa daerah dewasa ini bahkan ikut menjadi bahasan penting dalam dunia akademis, hal ini menjadikan konsep spasial ekonomi eksistensinya terus berkembang, khusunya awal
tahun
1990-an.
Menurut
Soepono
(2002)
dalam
Amor
(2004)
mengklasifikasikan jenis usaha PKL dan pedagang umumnya sebagai bentuk aglomerasi pemasaran. Aglomerasi atau pengelompokan usaha dapat terbagi menjadi dua bagian yaitu aglomerasi pada industri manufatur, seperti Belt Manufacture (Inggris), Cibaduyut (Bandung), Silicon Valley (AS), dan aglomerasi pada industri pemasaran, dikenal dengan usaha jasa atau usaha dagang, misalnya Pasar Turi (Surabaya), Pasar tanah Abang (Jakarta), Malioboro (Jogjakarta) dan lain-lain. Dasar aglomerasi ini disebabkan oleh melimpahnya informasi yang tersedia didaerah tersebut. Informasi yang beredar dalam perusahaan yang beraglomerasi dirasa penting untuk perusahaan dikarenakan infromasi menentukan keputusan perusahaan baik dalam proses produksi maupun pemasaran produk. 1.2
Perumusan Masalah Untuk menghindari folatilitas yang tidak dapat diperkirakan dari bahan
baku pembuatan alas kaki ini, sulitnya mendapatkan modal kredit dari badan keuangan formal dan informasi yang beredar. Industri alas kaki melakukan aglomerasi untuk menciptakan iklim industri yang kondusif dalam penciptaan wilayah industri efisien dan efektif baik dalam memperoleh modal, bahan baku
11
input alas kaki, tenagakerja yang produktifitas tinggi dengan harga murah dan mudah, serta kepastian pasar output pemasaran alas kaki di Kabupaten Bogor. Berdasarkan studi terdahulu, Upaya pengembangan UMKM alas kaki di Kabupaten Bogor menghadapi permasalahan-permasalahan yang melemahkan daya saing terkait dengan faktor internal seperti modal, sumberdaya manusia, lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar. Faktor eksternal seperti iklim usaha yang belum kondusif, terbatasnya sarana dan prasarana dan perdagangan bebas, kekurangan informasi serta krisis finansial global. Hal ini didukung dengan kenyataan dilapangan terutama bahwa UMKM masih sulit untuk memperoleh permodalan selain modal yang diberikan oleh konsumen/grosir. Belum ada titik temu antara debitur dan kreditur baik dari sisi agunan, beban bunga dan persyaratan yang mereka terima untuk memperoleh pinjaman. Maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor yang apa memengaruhi kelimpahan informasi dalam aglomerasi perusahaan alas kaki di Desa Mekarjaya? 2. Faktor-faktor apa yang menentukan tingkat daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya? 1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mempelajari karakteristik unit usaha alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya 2. Mempelajari faktor yang menentukan tingkat daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya. 3. Mengklarifikasi penyebab kelimpahan informasi dalam perusahaan alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya.
1.4.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagaimana mengembangkan industri alas kaki yang sudah beraglomerasi terutama di Desa Mekarjaya. 2. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi 12
dan minat terhadap perkembangan aglomerasi industri alas kaki serta diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi dan literatur untuk penelitian selanjutnya. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dibatasi pada analisis kajian kondisi umum industri alas kaki
di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas serta faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan informasi dalam aglomerasi unit usaha alas kaki seperti yang diungkapkan Marshall, dan daya saing industri alas kaki yang diungkapkan pada diamond Porter yaitu faktor input, faktor permintaan, faktor industri pendukung dan terkait, faktor strategi perusahaan dan pesaing, faktor kesempatan dan faktor pemerintah. Data yang digunakan adalah data Primer dengan metode wawancara. Sedangkan metode pengambilan sampelnya berdasarkan metode quota sampling dengan ukuran sampel yaitu 35 responden.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Konsep dan Teori
2.1.1
Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Industri kecil menurut Biro Pusat statistik (BPS) tahun 1997 adalah
sebuah perusahaan industri yang memiliki jumlah tenagakerja 5-19 orang, termasuk pekerja yang dibayar, pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang tidak dibayar. Perusahaan yang memiliki pekerja kurang dari 5 orang diklasifikasikan sebagai industri rumah tangga atau kerajinan rakyat. Perusahaan yang memiliki pekerja antara 20-99 orang termasuk industri menengah. Adapun definisi dari usaha kecil dan menengah (UKM). Ditinjau dari berbagai peraturan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan Undang-Undang No. 9 tahun 1995, usaha kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang bersekala kecil serta memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) c. Milik warga negara Indonesia d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahan yang dimili, dikuasai, atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. e. Bentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbaddan hukum, termasuk koperasi. 2. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan atau usaha yang memiliki penjualan/omset pertahun setinggi-tingginya Rp. 600.000.000,- atau aset/aktiva maksimal Rp.600.000.000,- (di luar tanah dan bangunan yang ditempati terdiri dari: a. Badan usaha (CV, PT dan koperasi) 14
b. Perorangan (pengerajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa dan lain-lain) 3. Definisi usaha menengah bedasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang memiliki kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan usaha kecil. Biasanya memiliki aset Rp.10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah), tidak termasuk tanah, bangunan tempat usaha dan omset tahunan Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah). 4. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.250/KMK/04/1995 perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki penjualan bersih dalam setahun tidak melebihi Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah). Selain ketentuan diatas. Usaha kecil dan menengah dapat pula dibedakan berdasarkan jumlah tenagakerja yang dipekerjakaan. Oleh Badan Pusat Statistik (BPS.1994) dikatakan usaha kecil jika jumlah tenagakerja yang dimiliki antara 5 sampai 19 orang, sedangkan usaha menengah mempekerjakan antara 15 sampai 99 orang. Dan lebih dari itu dikategorikan sebagai usaha besar. 2.1.2
Definisi Informasi dan Faktor yang Memengaruhinya Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna untuk
membuat keputusan. Informasi berguna untuk pembuat keputusan karena informasi
menurunkan
ketidakpastian
(atau
meningkatkan
pengetahuan).
Informasi menjadi penting, karena berdasarkan informasi itu para pengelola dapat mengetahui kondisi obyektif perusahaannya. Informasi tersebut merupakan hasil pengolahan data atau fakta yang dikumpulkan dengan metode ataupun cara – cara tertentu. Informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Sumber dari informasi adalah data, data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-kejadian adalah sesuatu yang terjadi pada saat tertentu. Di dalam dunia bisnis, kejadiankejadian yang sering terjadi adalah transaksi perubahan dari suatu nilai yang disebut transaksi. Kesatuan nyata adalah berupa suatu obyek nyata seperti tempat,
15
benda dan orang yang betul-betul ada dan terjadi. Pengertian informasi menurut Jogiyanto HM (1999), informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian – kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi informasi dalam sebuah perusahaan yaitu pengalaman usaha, relasi antara industri hulu dan industri hilir, pengaruh dari faktor eksternal seperti persaingan dan faktor internal seperti manajemen dan sumber daya manusia yang digunakan. 2.1.3
Aglomerasi Aglomerasi Industri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan tertentu
dengan tujuan agar pengelolanya dapat optimal. Proses aglomerasi (pemusatan) industri keberhasilannya banyak ditentukan oleh faktor teknologi lingkungan, produktivitas, modal, SDM, manajemen dan lain-lain. Transportasi merupakan salah satu faktor penting dalam mendirikan industri maupun pemekaran wilayah industri yang erat kaitannya dengan aglomerasi. Aglomerasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu: Aglomerasi primer adalah perusahaan yang baru muncul tidak ada
1.
hubungannya dengan perusahaan lama yang sudah terdapat di wilayah aglomerasi, Aglomerasi sekunder jika perusahaan yang baru beroperasi adalah
2.
perusahaan yang memiliki tujuan untuk memberi pelayanan pada perusahaan yang lama. Terdapat 3 jenis aglomerasi, yaitu : 1.
Internal return to scale, timbul karena perusahaan memiliki skala ekonomi yang besar.
2.
Lokalisasi ekonomi, terjadi pada satu kelompok perusahaan dalam satu industri yang sejenis yang terletak pada lokasi yang sama,
3.
Urbanisasi Ekonomi, timbul pada perusahaan-perusahaan dari sektor industri yang berbeda-beda yang mengelompok di lokasi yang sama. Porter
(1990)
mendefinisikan
klaster
sebagai
suatu
kelompok
perusahaan-perusahaan yang terkait dalam aktifitas yang hampir sama dan
16
berhubungan dalam perekonomian nasional. Porter selanjutnya mendefinisikan klaster sebagai konsentrasi secara geografis dari perusahaan-perusahaan dan instituisi yang saling terkait pada sektor tertentu. Keterkaitan yang terjadi antara perusahaan-perusahaan tersebut sangat penting dalam menghadapi kompetisi. Menurut Marshall (1920) dalam Priyarsono, et al (2007), perusahaan cenderung berkelompok di lokasi tertentu. Hal ini menandakan bahwa skala pengembalian yang meningkat (increasing return to scale) dapat dicapai oleh perusahaan-perusahaan dalam kelompok tersebut. Jika hal tersebut tidak terjadi, maka pengelompokan dari perusahaan-perusahaan tersebut hanya bersifat sementara. Penentuan lokasi suatu perusahaan individual merupakan keputusan yang didasarkan pada perpaduan dari berbagai faktor yang memengaruhi seperti biaya transportasi, harga faktor lokal, kemungkinan produksi dan subtitasi, struktur pasar, kompetisi dan informasi. Suatu perusahaan akan memutuskan apakan menguntungkan untuk berdiri sendiri atau memutuskan untuk berlokasi dekat dengan perusahaan-perusahaan sejenis. Aglomerasi disini dikaitkan dengan konsep “penghematan aglomerasi” malalui konsep eksternalitas yang terdiri dari 2 pembedaan (Scott & Storper, 1992) yaitu: 1. Penghematan internal dan eksternal (internal eonomies dan ekseternal economiers).
Penghematan internal merupakan pengurangan biaya secara
internal dalam suatu perusahaan atau pabrik seperti pembagian kerja yang baik, mengganti tenaga manusia dengan mesin, melakukan sub kontrak beberapa aktifitas proses produksi ke perusahaan lain dan menjaga titik optimal operasi yang meminimalkan biaya. (Toyne. 1974). Sedangkan penghematan eksternal merupakan pengurangan biaya yang terjadi akibat aktifitas di luar lingkup perusahaan atau pabrik seperti adanya tenaga terampil, bahan baku yang berasal dari daerah itu sendiri dan adanya persaingan antara jenis perusahaan yang sama dalam memperoleh pasar atau konsumen. 2. Penghematan akibat sekala ekonomis dan cakupan (economies of scale dan economies of scope). Penghematan ini muncul apabila perusahaan menambah produksi dengan cara memperbesar pabrik (skala ekonomi) sehingga biaya
17
produksi per-unit dapat ditekan. Sedangkan penghematan cakupan dapat terjadi karena sejumlah aktifitas atau sub unit usaha secara internal maupun eksternal dapat dilakukan pada saat yang bersamaan. Teori klasik disempurnakan oleh tiga jalur paradigma, yaitu: 1. Melalui eksternalitas dinamis yang menekan peranan transfer informasi dan inovasi, dipercaya bahwa akumulasi informasi pada suatu lokasi tertentu akan meningkatkan produktifitas dan kesempatan kerja (Glaeser, et al, 1992). Dalam
eksternalitas
dinamis
versi
marshall-Arror-Romer
ditekankan
pentingnya transfer pengetahuan (knowledge spillovers) antar perusahaan dalam suatu jenis industri yang diperoleh lewat komunikasi yang terus berlangsng antar perusahaan lokal dalam industri yang sama sehingga teori ini penting dalam mempertahankan industri yang telah ada. Porter (1990), membuat argumen bahwa pertumbuhan industri didorong oleh transfer pengetahuan pada industri yang berspesialisasi pada produk tertentu dan terkonsentrasi secara spasial. Di lain pihak, Jacobs (1969), percaya sumber transfer pengetahuan yang paling penting berasal dari luar industri inti. Sebagai contoh, industri pakaian dalam wanita tumbuh dari inovasi para desainer pakaian yang bukan berasal dari industri pakaian. Jadi inovasi dan pertumbuhan mengalir dari keanekaragaman industri-industri yang saling berekatan lokasinya sehingga teori ini merupakan hal yang penting dalam menarik industri baru. 2. Analisis biaya transaksi menurut Coase (1995), biaya transaksi mempengaruhi barang dan jasa yang diproduksi yang tentunya mempengaruhi atau mendorong
munculnya
perusahaan
disamping
mendorong
terjadinya
keterkaitan antara hukum, ilmu ekonomi, kelembagaan. Williamson (1996), mengatakan bahwa biaya transaksi ada 2 macam, yaitu biaya tak langsung yang terdiri dari biaya menyusun konsep kesepakatan, negosiasi dan penjagaan dan biaya transaksi yang telah terjadi meliputi biaya salah adaptasi yang terjadi ketika transaksi melenceng, biaya tawar menawar, biaya penyusunan dan pengelolaan, dan biaya pengikatan. Semua biaya itu sangat terpengaruh terhadap proses aglomerasi.
18
Weber (1929) menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada biaya transportasi dan tenagakerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenagakerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Biaya transportasi dan biaya upah tenagakerja merupakan faktor umum yang secara fundmental menentukan pola lokasi (Priyarsono, et al 2007). Biaya transportasi bertambah secara proposional dengan jarak, jadi titik terendah biaya transportasi adalah titik yang menunjukan biaya minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Biaya transportasi dipengaruhi oleh berat lokasional. Berat lokasional adalah berat total semua barang berupa input yang harus diangkut ke tempatt produksi untuk menghasilkan satuan output dimana berat output akan dibawa ke pasar. Konsep ini dinyatakan sebagai segitiga lokasi atau locational triangle. Pada Gambar 2.1 dimisalkan ada dua sumber bahhan baku yang lokasinya berbeda, yaitu M1 dan M2 dengan pasar berada pada arah yang lain. Dengan demikian, terdapat 3 arah lokasi sehingga biaya angkut termurah adalah pada pertemuan ketiga arah. Gambar tersebut terlihat bahwa lokasi optimum adalah titik T. untuk menunjukan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material (IM) sebagai berikut. Jika IM > 1, perusahaan akan berlokasi dekat bahan baku, dan apabila IM < 1, perusahaan akan berlokasi dekat dengan pasar. 𝐼𝑀 =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑙𝑜𝑘𝑎𝑙 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 Dimana : T
= Lokasi Optimum
I1, I2 = Lokasi Input P
= Pasar
a,b,c
= Jarak lokasi input dan output
X,Y,Z = Bobot input dan output Gambar 2.1 Segitiga Lokasional (locational Triangel) dari Weber
19
Biaya tenagakerja adalah faktor kedua yang dapat mempengaruhi lokasi industri. Hal ini dapat terjadi apabila penghematan biaya tenagakerja perunit produksi lebih besar dari pada tambahan biaya transportasi per unit produksi karena berpindahnya lokasi ke dekat sumber tenagakerja. Penggabungan kedua jenis biaya tersebut melahirkan pendekatan biaya terendah seperti Gambar 2.2 Keterangan :
Gambar 2.2
T
= Lokasi biaya transportasi minimum
L
= Lokasi biaya tenagakerja minimum
Kurva Isodapan dari Weber
Gambar
2.2
mengambarkan
tentang
isodapan,
maka
isodapan
(isodapane) adalah kurva yang menggambarkan berbagai lokasi industri yang memberikan tingkap biaya transportasi yang sama untuk sebuah lokasi biaya tenagakerja. Dalam Gambar tersebut diluar titik T, terdapat isodapan 1,2 dan titik L adalah lokasi pasar tenagakerja di dalam isodapan 2 dan perusahaan akan melihat apakah tetap berada di titik T atau berpindah ke lokasi dimana terdapat pasar buruh dengan upah yang rendah. Terjadinya aglomerasi menurut Weber adalah sebagai berikut. Jika titik T merupakan tempat dengan biaya transportasi minimum, maka diluar T dapat dibuat isodapan. Isodapan bisa menggambarkan deviasi biaya transportasi yang sama besarnya dari titik T. Jika selisih biaya salah satu kurva tersebut dari titik T adalah sama dengan keuntungan non-transporasi yang dapat diperoleh pada satu tempat alternatif, maka kurva ini dinamakan isodapan kritis. Keuntungan non transportasi antara lain, upah buruh yang lebih murah/lebih mudah diperoleh, lebih tersedianya fasilitas pendukung seperti perbengkelan, pasar untuk kebutuhan sehari-hari, fasilitas sosial. Artinya, apabila industri memilih lokasi di tempat tersebut, tambahan biaya transportasi akan diimbangi oleh penghematan di luar biaya transportasi. Jika tempat ini berada lebih ke dalam dari kurva isodapan kritis maka lokasi tersebut adalah tempat produksi yang lebih efisien dari T. Weber 20
menggambarkan dalam diagram yang menjelaskan terjadinya aglomerasi dapat dilihat pada Gambar 2.3 Dalam diagram pada Gambar 2.3 digambarkan ada 3 industri yang masing-masing memiliki lokasi biaya transportasi minimum pada titik T1, T2, dan T3. Masing-masing industri memiliki isodapan kritis yang saling berpotongan di lokasi A.
Gambar 2.3
Isodapan Kritis dan Lokasi Agloberasi
Dengan demikian, aglomerasi akan terjadi pada titik A karena lokasi itu lebih efisien dibandingkan dengan titik T masing-masing. Akan tetapi, apabila isodapan kritis dari masing-masing industri tidak berpotongan maka aglomerasi tidak akan terjadi. Weber juga menyadari bahwa hal ini jarang terjadi karena industri-industri yang baru cenderung tidak mampu bernegosiasi terlebih dahulu untuk menentukan lokasi mereka. Umumnya yang terjadi adalah industri baru memilih lokasi dekat dengan industri yang sudah ada atau memilih berlokasi pada titik T-nya. 2.1.4
Teori Daya Saing dan Keunggulan Kompetitif Diamond Porter Daya saing sering diidentikkan dengan produktifitas (tingkat output yang
dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan). Peningkatan produktifitas meliputi, peningkatan jumlah input fisik (modal dan tenaga kerja), peningkatan kualitas input yang digunakan, dan peningkatan teknologi (total faktor produktifitas). Menurut Michael E Porter dalam bukunya yang berjudul Competitive Advantage of Nations terdapat empat faktor utama yang menentukan keunggulan bersaing industri, yaitu kondisi faktor (factor condition), kondisi permintaan
21
(demand condition), industri terkait dan industri pendukung (related and supporting industry), dan struktur, persaingan dan strategi industri (firm strategy, structure, and rivalry). Selain keempat faktor tersebut terdapat dua faktor yang mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan (chance event) dan faktor pemerintah (government). Secara bersamasama faktorfaktor ini membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing yang disebut Porter’s Diamond theory. Berikut ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai Porter’s Diamond theory. 2.1.4.1 Kondisi Faktor (Factor Condition) Kondisi faktor merupakan suatu gambaran faktor sumberdaya yang dimiliki suatu negara yang berkaitan dengan proses produksi suatu industri. Peran faktor sumberdaya sangat penting dalam proses industri, karena faktor sumberdaya merupakan modal utama dalam membangun keunggulan kompetitif suatu industri. Menurut Porter, faktor sumberdaya diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu sumberdaya alam, sumberdaya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), modal, dan infrastruktur. Kelima kelompok tersebut akan menggambarkan keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara dan segala potensi yang dapat dikembangkan oleh negara tersebut. 2.1.4.2 Kondisi Permintaan (Demand Condition) Kondisi permintaan merupakan faktor penting yang mempengaruhi posisi daya saing nasional. Mutu produk dan produktivitas suatu negara akan mempengaruhi kondisi permintaan dan pada akhirnya akan berpengaruh pada keunggulan kompetitif suatu negara mutu persaingan di tingkat global memberikan tantangan bagi perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya. Dalam pengembangan mutu, perusahaan-perusahaan akan melakukan inovasi serta peningkatan kualitas produk agar sesuai dengan permintaan konsumen. 2.1.4.3 Industri Terkait dan supporting industry)
Industri
Pendukung
(related
and
Industri terkait dan industri pendukung merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi posisi daya saing suatu industri. Untuk itu perlu dijaga hubungan dan koordinasi dengan para pemasok, khususnya untuk menjaga dan
22
memelihara rantai nilai produksi dari industri hulu hingga industri hilir. Keberadaan industri hulu mampu menyediakan bahan baku untuk proses produksi suatu industri sedangkan industri hilir menggunakan bahan baku tersebut untuk diproses menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah. Rantai nilai produksi antara industri hulu dan industri hilir yang terhubung dengan baik akan menciptakan keunggulan kompetitif bagi suatu negara. 2.1.4.4 Persaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan (Firm Strategy, Structure, and rivalry) Persaingan dalam negeri mendorong perusahaan untuk mengembangkan produk baru, memperbaiki produk yang telah ada, menurunkan harga dan biaya, mengembangkan teknologi baru dan memperbaiki mutu serta pelayanan. Pada akhirnya, persaingan di dalam negeri yang kuat akan mendorong perusahaan untuk mencari pasar internasional (berorientasi ekspor). Globalisasi ekonomi akan menyebabkan terjadinya ketergantungan antar negara. Masing-masing negara membangun perekonomiannya berdasarkan kekayaan yang dimiliki, yang merupakan keunggulan komparatifnya. Namun, keberhasilan pembangunan tersebut lebih ditentukan pada keunggulan kompetitifnya dikarenakan ada pesaing-pesaing yang dekat, yaitu negara lain yang membangun keunggulan perekonomian mereka di sektor atau jenis industri yang sama dengan strategi serupa. 2.1.4.5 Peran Pemerintah (government) Peran pemerintah merupakan faktor yang menentukan posisi daya saing suatu industri. Peran pemerintah dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, secara tidak langsung pemerintah dapat mempengaruhi permintaan melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, sedangkan peran pemerintah secara langsung adalah dengan bertindak sebagai pembeli produk dan jasa. Pemerintah juga dapat mempengaruhi berbagai sumber daya yang tersedia, berperan sebagai pembuat kebijakan yang menyangkut tenagakerja, pendidikan, pembentukan modal, sumber daya alam dan standar produk. 2.1.4.6 Peran Kesempatan (chance event) Kesempatan memainkan peranan dalam membentuk lingkungan bersaing karena peluang merupakan peristiwa yang terjadi di luar kendali perusahaan,
23
industri dan pemerintah. Selain itu terjadinya peningkatan permintaan produk serta kondisi politik yang stabil juga merupakan kesempatan yang dapat diambil oleh para pelaku usaha. Peran kesempatan merupakan suatu hal yang bersifat kecelakaan (accidental), sehingga dalam kenyataan peran kesempatan bisa terjadi atau tidak terjadi. Dalam hal ini peran kesempatan bisa menguntungkan atau merugikan para pelaku usaha. Menurut Michael Porter (2000) dalam BI (2009) Klaster adalah kelompok perusahaan yang saling berhubungan, berdekatan secara geografis dengan institusiinstitusi yang terkait dalam suatu bidang khusus karena kebersamaan dan saling melengkapi. Faktor-faktor pembentuk klaster disebut sebagai Diamond Model, yang terdiri dari faktor input, kondisi permintaan, industri pendukung dan terkait, strategi perusahaan dan pesaing. 2.2
Tinjauan Hasil Studi Sebelumnya Pada kenyataan yang terjadi sekarang ini, industri sepatu Ciomas kurang
berkembang karena beberapa kendala antara lain faktor pemasaran dan permodalan. Amor (2004) menyatakan bahwa permodalan yang ada pada sebagai besar Industri Kecil (IK) sepatu ciomas berasal dari pengumpul atau gosir. Pemberi order dalam hal ini adalah grosir yang menetapkan jumlah dan model pesanan, harga jual sekaligus menyediakan modal yang diperlukan IK tersebut. Pemasaran yang terjadi selama ini dimana produk sepatu Dikumpulkan untuk dijual kembali ke para pengumpul di pasar-pasar lokal di Bogor. Namun ada juga beberapa IK sepatu yang tidak meminjam atau menerima order dari grosir, berusaha dengan modal sendiri serta memasarkan sendiri produk sepatu ke tokotoko. Dalam penelitian Agung Wibowo (2009) menyatakan bahwa ada beberapa kekuatan serta kelemahaan dalam kinerja dan strategi pengembangan usaha kerajinan alas kaki di Kabupaten Bogor studi kasus di CV Anugrah Jaya, Desa Sukamakmur. Kekuatan yang dimiliki yaitu tenagakerja yang berpengalaman sehingga menghasilkan alas kaki yang berkualitas. Harga yang diberikan terjangkau dan dekatnya pemasok dan pasar dari perusahaan. Kelemahan yang dimiliki ialah kurangnya manajerial dalam perusahaan sehingga produk kurang dikenal pasar, pesaing dari perusahaan lain, kekuatan tawar grosir input sehingga
24
tidak bisa menekan biaya produksi dan faktor-faktor eksternal diluar kendali Dalam penelitian Dhina Ermayani (2009) menyatakan bahwa ada beberapa kekuatan serta kelemahaan dalam pengembangan klaster UMKM alas kaki di Kabupaten Bogor studi kasus di Kecamatan Ciomas. Kekuatan yang dimiliki yaitu faktor input tenagakerja yang berpengalaman, harga produk yang terjangkau dan memiliki hubungan baik dengan pemasok bahan baku, distributor serta toko besar. Kelemahan yang dimiliki oleh industri kerajinan alas kaki ini ialah kekurangan modal untuk melakukan produksi, kurangnya manajerial dalam perusahaan sehingga produk kurang dikenal pasar dan kurangnya hubungan dengan badan pendukung produksi seperti badan keuangan serta badan pemerintahan. Dan hasil penelitian Widyastutik, et al (2010). Menyatakan bahwa ada beberapa
faktor
utama
penciri
utama
keragaman
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pengembangan UMKM alas kaki di Kota Bogor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor input (Input Condition), faktor permintaan (Demand Condition), industri pendukung yang terkait (Related and Supporting Industries), serta startegi perusahan dan pesaing (Content Firm and Stategy) dan modal sosial (Sosial Capital). Dari hasil penelitian yang berpengaruh signifikan terhadap klaster industri alas kaki adalah sumber daya sosial dan kondisi permintaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah apakah faktorfaktor pengembangan klaster industri alas kaki yang berdaya saing dikembangkan oleh Widyastutik, et al itu berlaku dalam industri alas kaki di Kabupaten Bogor studi kasus di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas. Desa Mekarjaya merupakan tiga besar desa yang memiliki banyak industri alas kaki di Kecamatan Ciomas dan memiliki industri yang sudah relatif lama dalam memproduksi alas kaki ini. Analisis deskriprif kualitatis untuk mengkaji karakteristik perusahaan alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya, kemudian dalam menganalisis faktorfaktor yang menentukan tingkat daya saing industri alas kaki digunakan analisis deskiptif menggunakan Diamond Porter. Analisis Regresi logit digunakan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi kelimpahan informasi dengan variabel dependen kelimpahan informasi sebagai salah satu yang melandasi aglomerasi perusahaan alas kaki. Penelitian-penelitian terdahulu telah
dirangkum dalam
Tabel 2.1.
25
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu : No
Nama Peneliti
Tahun
Lingkup Wilayah Penelitian CV Anugrah Jaya, Desa Sukamakmur, Kecamatan Ciomas
Metode
Hasil
Analisis Deskriptif, Analisis Pendapatan Usaha, Analisis ROI, Analisis Rasio R/C dan Analisis SWOT
Kekuatan yang dimiliki yaitu tenagakerja, harga yang terjangkau dan jarak yang dekat. Kelemahan yang dimiliki ialah kurangnya manajerial, pesaing, kekuatan tawar grosir dan faktor-faktor eksternal diluar kendali perusahaan.
1
Agung Wibowo
2009
2
Dhina Ermayani
2009
UMKM Alas Kaki di Kabupaten Bogor studi kasus di Kecamatan Ciomas.
Analisis Deskriptif, Analisis Matriks IFE, EFE, SWOT, QSP.
Kekuatan yang dimiliki yaitu tenagakerja, harga yang terjangkau dan hubungan dengan industri terkait. Kelemahan yang dimiliki ialah sulitnya modal, kurangnya manajerial, kurangnya hubungan dengan badan terkait produksi
3
Widyastutik, Heti Mulyati dan Eka Intan K. Putri
2010
UMKM Alas Kaki di Kota Bogor studi kasus tiga kecamatan.
Analisis Deskriptif, Analisis Peubah Ganda, Analisis Komponen Utama
faktor input (Input Condition), faktor permintaan (Demand Condition), industri pendukung yang terkait (Related and Supporting Industries), serta startegi perusahan dan pesaing (Content Firm and Stategy), dan sumber daya sosial (Sosial Capital). Dari hasil penelitian yang berpengaruh signifikan terhadap klaster industri alas kaki adalah sumber daya sosial dan kondisi permintaan.
26
2.3
Kerangka Pemikiran Penelitian Dari data sekunder penelitian, industri UMKM memiliki potensi
memberikan kontribusi PDB Indonesia kemudian UMKM yang memberikan kontribusi ke tiga dalam PDB indonesia adalah adalah industri pengolahan. Kabupaten bogor memiliki banyak industri pengolahan salah satu industri pengolahan yang potensial di Kabupaten Bogor adalah industri alas kaki. industri alas kaki tersebar di lima kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor dengan salah satu Kecamatan Ciomas dengan Desa Mekarjaya sebagai sentra alas kaki. Berdasarkan studi terdahulu, upaya pengembangan UMKM alas kaki di Kabupaten Bogor menghadapi permasalahan-permasalahan yang terkait dengan faktor internal seperti modal dan sumberdaya manusia, dan faktor eksternal seperti iklim usaha yang belum kondusif. Masalah ini mengakibatkan belum optimalnya daya saing industri alas kaki didesa Mekarjaya tersebut. Kesulitan dalam pencarian modal baik dalam bentuk kredit maupun bentuk modal usaha lainnya diperlukan strategi untuk menyelesaikannya. Menurut studi sebelumnya, biasanya modal ini didapatkan dari para pengecer/grosir yang memesan alas kaki maupun dari keluarga dan lembaga non keuangan lainnya. Kemudian strategi selanjutnya adalah perusahaan alas kaki menciptakan aglomerasi pada suatu tempat kasus di Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciomas yang telah dulu eksis di Kota Bogor, aglomerasi disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Marshall, ada tiga sebab terbentuknya aglomerasi yaitu kemudahan mendapatkan informasi, input lokal tidak diperdagangkan dan tenagakerja terampil. Dalam penelitian ini kelimpahan informasi sebagai faktor yang diteliti dimana dengan informasi dapat memengaruhi kebijakan perusahaan. Analisis yang mengkaji keragaan unit usaha alas kaki di Desa Mekarjaya menggunakan analisis deskriptif kualitatif dalam melihat keragaan dan karakteristik
masing-masing
perusahaan
alas
kaki
yang
beraglomerasi.
Karakteristik digambarkan dari lama usaha, pindidikan terakhir responden, tenaga kerja yang digunakan, input dan omset yang diperoleh. Analisis selanjutnya untuk mengklarifikasi faktor yang memengaruhi kelimpahan informasi dalam perusahaan yang aglomerasi di Desa Mekarjaya menggunakan anlisis kuantitatif, Analisis kuantitatif menggunakan regresi logit
27
untuk menguji signifikansi antar variabel dimana variabel dependennya adalah kelimpahan informasi dalam aglomerasi perusahaan yang ada di Desa Mekarjaya. Setelah
mengetahui
direkomendasikan
variabel
yang
peningkatkan
signifikan
aglomerasi
dalam
tersebut
mempengaruhi,
untuk
memecahkan
perolehan modal dengan cara meningkatkan penghematan industri alas kaki baik skala maupun cakupan. Analisis yang memenentukan tingkat daya saing menggunakan metode diamond porter dengan memperhitungkan kekuatan daya saing dari industri alas kaki. Metode diamond porter menunjukan bahwa ada beberapa faktor kekuatan daya saing di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas. yaitu faktor input, faktor permintaan, faktor industri terkait, faktor strategi perusahaan struktur dan persaingan, Analisis tingkat daya saing menggunakan analisis deskriptif dalam melihat masing-masing faktor daya saing tersebut. Untuk jelasnya kerangka pemikiran diilustrasikan ke dalam Gambar 2.4
Banyak UMKM industri di Kabupaten Bogor berkumpul dan berpotensi dikembangkan salahsatunya alas kaki Aglomerasi Industri Alas Kaki
Terjadi masalah internal dan eksternal dan permasalahan modal. Daya Saing Industri Alas Kaki
Karakteristik Usaha Alas Kaki
Analisis Deskriptif Daya Saing Diamond Porter
Analisis Deskriptif Kualitatif
Aglomerasi Perusahaan Alas Kaki Analisis Regresi Logit Kelimpahan Informasi
Pembahasan dan Kesimpulan Rekomendasi Memaksimalkan Faktor Aglomerasi yang berdayasaing Gambar 2.4
Kerangka Penelitian
28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk digunakan sebagai tempat penarikan sampel
hanya satu desa yaitu Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Pemilihan desa ini dikarenakan Desa Mekarjaya merupakan salah satu dari tiga besar desa yang memiliki industri alas kaki di Kecamatan Ciomas. Kecamatan Ciomas dipilih karena kecamatan selain Kecamatan Ciomas tidak memiliki data industri alas kaki selengkap Kecamatan Ciomas. Untuk periode waktu penelitian sekitar bulan Juli sampai September 2012 dengan melakukan metode wawancara terstruktur dan observasi. Dengan melihat perilaku dan perkembangan perusahaan alas kaki di Desa Mekarjaya yang dipengaruhi oleh faktor musiman. 3.2
Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang utama digunakan dalam penelitian, Metode pengumpulan data primer yang digunakan peneliti ialah metode wawancara kepada responden yang dipandu dengan kuisioner penelitian dan observasi lapang. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumen milik lembaga-lembaga publikasi pemerintah, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Bogor, Kecamatan Ciomas, hasil studi literatur dan referensi lainnya berupa berbagai buku, artikel, hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian. Data yang diambil dilihat pada Tabel 3.1 3.3
Metode Pengambilan Sampel Menurut Juanda (2010) metode wawancara ini merupakan alat yang baik
untuk digunakan karena : 1. Metode terbaik untuk menilai keadaan pribadi 2. Tidak dibatasi umur dan tingkat pendidikan 3. Cocok sebagai kriterium terhadap data hasil observasi, kuesioner dan lain-lain 4. Dapat dilaksanakan sambil observasi.
29
Tabel 3.1
Jenis-Jenis Data yang Diambil dalam Penelitian
Jenis data
Data Sub-Data - Jumlah industri nasional - Produktivitas industri nasional Sekunder - Perkreditan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) secara nasional - Jumlah dan proporis (UMKM) sepatu menurut desa di Kecamatan Ciomas - Klasifikasi industri alas kaki di Desa Mekarjaya menurut tenagakerja Faktor input - Ketersediaan input dasar - Alat dan mesin produksi - Tenagakerja - Modal Faktor permintaan - Jumlah permintaan - Luas pangsa pasar - Perolehan informasi - Promosi Faktor industri pendukung dan terkait - Keterlibatan instalasi pemerintah - Keterlibatan lembaga penelitian - Keterlibatan lembaga keuangan - Keterlibatan asosiasi dan panguyuban Faktor strategi perusahaan dan pesaing - Kontinuitas ketersediaan produk - Kualitas internal perusahaan - Kualitas eksternal perusahaan - Hubungan antar pengusaha Faktor modal sosial - Permodalan usaha dari keluarga - Dampak terhadap lingkungan - Moral yang dijunjung - Kekeluargaan antar pekerja Persentase tenagakerja terampil Perbandingan antara jumlah tenagakerja yang digunakan dengan jumlah tenagakerja terampil yang diperoleh dari kecamatan ciomas. Kelimpahan informasi Kecepatan dan ketepatan sebuah perusahaan memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam menentukan suatu kebijakan.
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ialah quota sampling. Teknik ini peneliti mengklasifikasikan populasi berdasarkan kriteriakriteria tertentu seperti jumlah tenagakerja, jumlah aset dan omset yang digunakan oleh perusahaan alas kaki. Teknik ini dipilih untuk memastikan bahwa beberapa karakteristik populasi terwakili dalam contoh yang akan dipilih. Teknik quota sampling digunakan karena peneliti tidak memiliki sampling frame atau kerangka penarikan contoh yang berisi daftar lengkap anggota polulasi industri alas kaki di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Jumlah Sampel yang diambil dalam penelitian adalah sebanyak 35 responden. Penelitian ini dilakukan berdasarkan jumlah minimal 30 responden 30
yang secara empiris jumlah responden yang dapat memberikan ragam untuk sampel stabil sebagai pendugaan ragam populasi (Walpole 1997). Penetapan ukuran contoh seperti ini agar mudah menggunakan analisis statistika yang standar karena menurut teori limit pusat, dugaan rata-rata akan mendekati sebaran normal. Penambahan responden dilakukan dengan asumsi bahwa semakun banyak jumlah responden maka data yang diperoleh semakin baik dan menggambarkan ragam populasi, penambahan ini mempertimbangkan kemampuan penulis. Menurut Kantor Kecamatan Ciomas, 2009, klasifikasi unit usaha alas kaki yang berdasarkan tenagakerja (BPS, 1997) ada 3 golongan. Unit usaha mikro sebanyak 53 usaha atau 43 persen, unit usaha kecil Sebanyak 58 usaha atau 47 persen, dan unit usaha menengah sebanyak 10 usaha atau 10 persen. Dasar inilah klasifikasi dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini dimana usaha mikro 43 persen atau 15 unit usaha, usaha kecil 48 persen atau 17 unit usaha dan usaha menengah 9 persen atau 3 unit usaha. Klasifikasi reponden tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.2 Tabel 3.2
Klasifikasi Responden Penelitian Alas Kaki di Desa Mekarjaya Klasifikasi
Responden (Unit Usaha)
Persentase
Mikro
15
43
Kecil
17
48
Menengah
3
9
Total
35
100
3.3
Metode Analisis Metode analisis yamg digunakan dalam penelitian adalah analisis
deskriptif dan analisis regresi logit. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan karakteristik responden unit usaha alas kaki dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya. Analisis regresi logistik digunakan dalam menganalis faktor-faktor yang memengaruhi kelimpahan informasi suatu perusahaan dalam aglomerasi. 3.3.1
Metode Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah analisis statistik yang menjelaskan atau
memaparkan data hasil pengamatan tanpa melakukan pengujian statistik. Analisis
31
ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik dari sebuah sampel atau populasi yang teramati dan dapat digambarkan lewat Tabel dan gambar. Sebagaimana diketahui bahwa analisis deskriptif tidak dilakukan perhitungan dan uji statistik. Sehingga tidak bisa dilakukan inferensia terhadap hasil analisis ini. Namun hasil analisis ini dapat memberikan informasi yang baik jika akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. A.
Analisis Deskriptif Kualitatif Karakteristik Unit Alas Kaki Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan karakteristik unit
usaha alas kaki dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya. Karakteristik yang akan dianalisis diantaranya adalah lama usaha, pendidikan terakhir responden, tenagakerja yang digunakan, upah tenaga kerja, modal yang digunakan, omset perusahaan dan output yang dihasilkan dalam bentuk harga. B.
Analisis Deskriptif Tingkat Daya Saing Diamond Porter Analisis daya saing akan dianalisis dengan menggunakan metode
kualitatif yaitu dengan menganalisis setiap komponen dalam teori berlian porter. (Porter’s Diamond Theory). Komponen yang digunakan untuk mengetahui faktorfaktor yang menentukan tingkat daya saing dengan menggunakan model diamond porter yaitu: 1. Faktor kondisi sumberdaya, yaitu keadaan faktor-faktor produksi dalam suatu industri seperti tenagakerja dan infrastruktur. 2. Faktor permintaan, yaitu keadaan permintaan atas produk alas kaki yang dihasilkan oleh unit usaha alas kaki. 3. Faktor industri pendukung dan terkait, yaitu keadaan industri yang mendukung usaha alas kaki seperti industri keuangan, industri hulu dan hilir serta distributor. 4. Faktor strategi perusahaan dan pesaing, yaitu strategi yang dijalankan perusahaan pada umumnya, struktur industri dan keadaan kompetisi dalam industri alas kaki. Selain itu ada komponen lain yang terkait dengan keempat komponen utama tersebut, yaitu faktor kesempatan dan faktor pemerintah. Keempat faktor utama dan dua faktor pendukung tersebut saling berinteraksi dan hasil interaksi 32
sangat menentukan perkembangan dari industri yang dapat menjadi competitif adventage dari industri alas kaki. Interaksi antar faktor tersebut dapat digambarkan pada Gambar 3.2
Gambar 3.2 3.3.2
Bagan Interaksi dari Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Daya Saing dalam Model Diamond Porter
Model Regresi Logistik Analisis regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi, regresi
logistik adalah persamaan matematik yang menggambarkan hubungan antara variabel tak bebas dengan sejumlah variabel bebas. Pada model regresi logistik variabel tak bebasnya bersifat biner, yakni memiliki nilai diskontinu 1 dan 0. Menurut Juanda (2009), regresi logistik merupakan suatu model dimana respon variabel terikat (Y) bersifat memihak kepada 1 dari 2 atau lebih pilihan yang ada. Model logit juga menggambarkan bagaimana peluang atau kemungkinan terpilihnya salah satu dari sejumlah pilihan yang tersedia, variabel terikat (Y) dibuat dalam bentuk dummy (0,1,2,3,...) Nilai variabel tak bebas dari model logistik antara 0 dan 1, bentuk fungsi dari model logistik adalah 𝑙𝑛
𝑝 1−𝑝
= 𝛼 + 𝛽𝑥 + 𝜇
………………………. (3.1)
P adalah nilai peluang dari variabel tak bebas yang nilainya biner, yaitu 0 dan 1. Nilai P diperoleh dari : 𝑌 = 𝑃𝑟𝑜𝑏 𝑌 = 1 =
1 1+𝑒 −( 𝛼+𝛽𝑥 +𝜇 )
………….. (3,2)
33
Sebaran peluang digunakan dalam fungsi logit adalah sebaran logistik, sehingga nilai harapat bersyarat Y jika diketahui X adalah 𝑒 𝑔(𝑥 )
E (Y⃒X = π X = − 1+𝑒 𝑔(𝑥 ) dengan g(X) = 𝑙𝑛
𝜋(𝑋) 1−𝜋(𝑋)
……………………..... (3.3)
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel respon adalah kelimpahan informasi (information spillovers) yang datanya biner menggambarkan bentuk data “Memperoleh Informasi atau Tidak Memperoleh Informasi”. Menurut Marshall (1920) dalam Priyarsono (2007) perusahaan cenderung berkelompok di lokasi tertentu. Lebih lanjut Marshall mengemukakan terdapat 3 sumber aglomerasi yang salah satunya adalah kelimpahan informasi yang didapatkan oleh perusahaan alas kaki. informasi yang cepat dan tepat ini berguna untuk menentukan kebijakan sebuah perusahaan alas kaki baik dari sisi pembelian input, produksi, model dan pemasaran. Informasi yang menentukan kebijakan usaha alas kaki yaitu informasi tentang harga baik input maupun produk dan model yang berlaku saaat ini. Berdasarkan hipotesis, faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap perolehan informasi pada sebuah perusahaan adalah kondisi persaingan baik persaingan model maupun harga, lama tahun dengan konsumen/grosir setia dibandingkan dengan lama usaha, lama usaha, jumlah tenagakerja dan ada tidaknya promosi yang dilakukan. Dengan demikian model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1
𝑃𝑖 = 1+𝑒 − 𝛽 0+𝛽 1𝑋 1+𝛽 2𝑋 2+⋯+𝛽 5𝑋 5
………………………………………. (3.4)
Setelah ditransformasikan kedalam logit menjadi: Logit(Pi) = 𝛽0 ± 𝛽1𝑋1 ± 𝛽2𝑋2 ± 𝛽3𝑋3 ± 𝛽4𝑋4 ± 𝛽5𝑋5 ± 𝜀
………… (3.5)
Dimana Logit(Pi) = Peluang responden perusahaan alas kaki memperoleh informasi yang dapat menentukan kebijakan perusahaannya. (bernilai “1” untuk yang memperoleh dan bernilai ”0” untuk yang tidak memperoleh) β0
= Intercept
β0
= Konstanta
β1-β5
= Koefisien konstanta dan parameter yang akan diestimasi (logits)
34
X1
= Kesehatan Persaingan (1-4 Sangat buruk, buruk, baik, sangat baik)
X2
= Perbandingan antara lama loyalitas konsumen (tahun) terhadap lama usaha yang berjalan (tahun)
X3
= Lama Usaha (Tahun)
X4
= Tenagakerja yang digunakan (Orang)
X5
= Promosi (1,0 1-Dilakukan, 0-Tidak Dilakukan)
ε
= Galat Menurut juanda (2009), perlu dilakukan uji signifikasi model regresi
logitik dugaan dan uji signifikansi masing-masing variabel independent untuk memeriksa apakah model secara statistic signifikan, serta variabel independent apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent. Hipotesis dari masing-masing variabel independent yaitu: 1. Persaingan berpengaruh positif terhadap kelimpahan informasi. Semakin baik persaingan antar perusahaan, maka perolehan informasi semakin mudah. 2. Kerjasama
dengan
konsumen/grosir
berpengauh
positif
terhadap
kelimpahan informasi. Semakin baik kerjasama yang dijalin sebuah perusahaan dengan konsumen, maka perolehan informasi semakin mudah 3. Lama usaha berpengaruh positif terhadap kelimpahan informasi.semakin lama sebuah perusahaan berdiri, maka perolehan informasi semakin mudah 4. Jumlah tenagakerja berpengaruh positif terhadap kelimpahan informasi. Semakin banyak perusahaan menggunakan tenagakerja, maka perolehan informasi semakin mudah. 5. Promosi berpengaruh positif terhadap kelimpahan informasi. jika perusahaan melakukan promosi atas produknya, maka perolehan informasi menjadi mudah. Nilai Odds Ratio Rasio Odd merupakan rasio peluang terjadi pilihan-1 terhadap peluang terjadi pilihan-0 (juanda,2009). Koefisien bertanda positif menunjukan nilai rasio odd yang lebih besar dari satu, hal tersebut mengindikasikan bahwa peluang kejadian sukses lebih besar dari peluang kejadian tidak sukses. Untuk koefisien
35
bertanda negatif mengindikasikan bahwa peluang kejadian tidak sukses lebih besar dari peluang kejadian sukses. 3.4
Definisi Operasional Variabel Variabel terikat (dependent) yang digunakan memiliki nilai nol “0” dan
satu “1”. Nilai nol mewakili jawaban sebuah perusahaan tidak memerolehan informasi yang bisa menentukan kebijakannya. Sedangkan nilai satu mewakili jawaban sebuah perusahaan memerolehan informasi yang bisa menentukan kebijakannya. Informasi yang menentukan kebijakan usaha alas kaki dalam penelitian yaitu informasi tentang harga baik input maupun produk dan model yang berlaku saaat ini. Variabel terikat (independent) yang digunakan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi peluang perusahaan memperoleh sebuah informasi yang antara lain: 1. Kesehatan Persaiangan (X1) adalah persaingan merupakan suatu perjuangan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang tertentu (kelompok Usaha), agar memperoleh kemenangan atau hasil usaha secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik dipihak lawannya. Variabel ini diukur dalam satuan kebaikan persaingan baik persaingan model maupun persaingan usaha antar unit usaha alas kaki. Dimana nilai 1 untuk persaingan sangat buruk, nilai 2 untuk persaingan buruk, nilai 3 untuk persaingan baik dan nilai 4 untuk persaingan sangat baik. Hipotesis dari variabel ini adalah semakin baik persaingan perusahaan alas kaki maka semakin mudah memperoleh informasi. 2. Kesetiaan Konsumen (X2) adalah pelanggan yang memiliki ciri-ciri antara lain melakukan pembelian secara berulang-ulang pada badan usaha yang sama secara teratur dalam hal ini adalah grosir. Variabel kesetiaan konsumen diukur dalam satuan tahun kesetiaan konsumen dibandingkan dengan lama usaha perusahaan alas kaki dimana semakin setia konsumen membeli pada sebuah perusahaan maka informasi yang didapatkan semakin mudah. 3. Lama Usaha (X3) adalah usia usaha responden terhitung dari usaha didirikan sehingga tahun berjalan. Variabel lama usaha diukur dalam satuan tahun dimana semakin lama berusaha maka perusahaan akan memperoleh informasi semakin mudah.
36
4. Tenagakerja (X4) adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Variabel tenagakerja diukur dalam satuan orang dimana semakin banyak tenagakerja yang digunakan oleh sebuah perusahaan maka perolehan informasi semakin mudah. 5. Promosi (X5) adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organsasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Variabel promosi diukur melalui sebuah perusahaan melakukan promosi diberikan nilai 1 dan perusahaan tidak melakukan promosi diberikan nilai 0 dimana jika perusahaan melakukan promosi akan memperoleh informasi semakin mudah.
37
BAB IV KERAGAAN DAN KARAKTERISTIK UNITT USAHA ALAS KAKI DI DESA MEKARJAYA 4.1
Geografi dan Pemerintahan Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan
langsung dengan Ibu Kota Republik Indonesia yaitu DKI Jakarta. Secara geografis Kabupaten Bogor mempunyai luas sekitar 2.301,95 km2 letak antara 6.19o -6.47o lintang selatan dan 106o1‟-107o103‟ bujur timur. Kabupaten Bogor ini berbatasan dengan : Sebelah Utara
: Kota Depok
Sebelah Barat
: Kabupaten Lebak
Sebelah Barat Daya
: Kabupaten Tanggerang
Sebelah Timur
: Kabupaten Purwakarta
Sebelah Timur Laut
: Kabupaten Bekasi
Sebelah Selatan
: Kabupaten Sukabumi
Bedasarkan
data
dari
Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
dan
Kesejahteraan Sosial, pada tahun 2010 Kabupaten Bogor memiliki 40 Kecamatan, 427 Desa/Kelurahan, 3.516 RW dan 13.603RT. Dari jumlah desa tersebut mayoritas memiliki ketinggian diatas 500 m diatas permukaan laut. Yakni 234 desa. Sedangkan atara 500-700 m diatas permukaan laut. Hampir sebagian besar desa pada Kabupaten Bogor sudah terklasifikasi sebagai swakarya sebesar 350 desa, lainnya 77 desa merupakan desa Swasembada, dan tidak ada desa swadaya. Berdasarkan klasifikasi daerah, dilihat dari aspek potensi lapangan usaha, kepadatan penduduk dan sosial terdapat kategori desa perkotaan sebanyak 96 desa dan desa pedesaan sebanyak 331 desa 4.2
Sejarah Industri Kabupaten Bogor
Kerajinan
Sepatu
di
Kecamatan
Ciomas
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sepatu di daerah Bogor muncul tahun 1920-an di Kecamatan Ciomas. Sampai dengan tahun 1950-an, pembuatan sepatu masih merupakan pekerjaan yang dilakukan individu atau usaha rumah tangga yang memproduksi sepatu kulit berkualitas tinggi. Jumlah unit usaha pada waktu itu hanya berjumlah 20 unit usaha. Para pengusaha sepatu
38
ciomas pertama kali mempelajari keahlian membuat sepatu dengan bekerja sebagai buruh di bengkel-bengkel sepatu di Jakarta. Setelah memiliki keahlian, mereka kembali untuk mendirikan bengkel sepatu sendiri dan menjual produknya ke berbagai toko di Jakarta atau kota-kota lain di Jawa Barat. Awal tahun 1950-an, industri sepatu ciomas berkembang pesat dengan semakin bertambahnya jumlah usaha rumah tangga yang bergerak di bidang sepatu. Perkembangan industri ini ditandai dengan berdirinya sebuah bentuk usaha bersama dalam wadah Persebo (Persatuan Sepatu Bogor). Koperasi ini beranggotakan para pengerajin sepatu yang melayani order untuk memenuhi kebutuhan sepatu militer dan juga membantu pemasaran produk-produk bengkel di sekitarnya. Persebo berperan penting dalam perumbuhan pengerajin sepatu di desa-desa sekitar Ciomas. Ketika terjadi resesi ekonomi tahun 1960-an yang mengakibatkan perubahan-perubahan penting dalam struktur internal dan eksternal pada industri ini. Setelah akhir 1960-an, struktur internal bisnis ini mengalami proses diferensiasi, yaitu dengan dilaksanakannya program stabilisasi ekonomi. Sejumlah pengerajin skala usaha rumah tangga mengembangkan bengkel mereka dengan mempekerjakan buruh. Pada tahun 1970-an, para pemilik modal mulai melibatkan diri dan memperkenalkan sistem pembayaran dengan menggunakan „bon‟. Kemudian pada tahun 1991 tebentuk kembali Koperasi Sepatu Perkasa Mas dan Koperasi Warga Sepatu Ciomas. Namun koperasi ini tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, ketidakberhasilan koperasi sepatu tersebut disebabkan oleh fakor sumberdaya manusia yang terlibat dalam koperasi itu, baik pengurus maupun anggotanya. 4.3
Keragaan Perusahaan Alas Kaki di Kecamatan Ciomas Sampel yang diambil untuk penelitian pada Desa Mekarjaya sebanyak 35
responden. Dilakukan pada jangka waktu Juli sampai dengan September, untuk melihat perilaku perusahaan alas kaki di Desa Mekarjaya. Rentan waktu ini dilakukan dalam rangka melihat pengaruh dari faktor musiman yang bisa mempengaruhi permintaan. Pendataan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat jumlah dan proporsinya
39
Tabel 4.1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Total
Jumlah dan Proporsi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Sepatu Menurut Desa di Kecamatan Ciomas Pada Tahun 2010 Nama Desa Sukaluyu Sukaresmi Taman Sari Pasir Eurih Sukamantri Simagalih Kota Batu Parakan Mekar Jaya Ciomas Pagelaran Ciomas Rahayu Ciapus Padasuka
Jumlah Unit Usaha 40 53 31 294 51 112 122 498 269 89 79 42 56 75 1811
Persentase (%) 2,21 2,93 1,71 16,23 2,82 6,18 6,74 27,50 14,85 4,91 4,36 2,32 3,09 4,14 100
Sumber : Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor. 2011
Menurut data dari Dinas UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor (2011). Kecamatan Ciomas merupakan sentra terbesar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sepatu di Kabupaten Bogor. Data tahun 2010 menunjukan ada 1.811 unit usaha industri sepatu di Kecamatan Ciomas yang tersebar pada desa-desa dalam Kecamatan tersebut. Proporsi unit usaha UMKM sepatu di Kecamatan Ciomas dapat dilihat pada Tabel 4.1, berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa ada tiga besar desa yang memiliki UMKM sepatu paling banyak. Desa Parakan merupakan desa yang paling banyak terdapat UMKM sepatu, diikuti Desa Pasir Eurih dan Desa Mekarjaya. Selain UMKM sepatu, di Kecamatan Ciomas juga terdapat perusahaan besar yang bergerak di bidang sepatu, sekaligus juga memberikan order pada UMKM seperti di Kecamatan Ciomas. Peneliti membuat peta dari ke 14 desa tersebut. Titik-titik yang ditentukan adalah letak kantor kepala desa masing-masing dan Pasar Anyar sebagai sentra konsumen dari produsen sepatu mewakili konsumen baik di Kota Bogor maupun diluar Kota Bogor. Jarak antara kantor kepala desa dengan Pasar Anyar inilah yang membuat daftar jarak dalam penelitian ini dan menjadikan sebuah Gambar yang dapat dilihat pada Gambar 4.1 40
Gambar 4.1
Peta Aglomerasi Alas Kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.
Dengan keterangan Tabel sebagai berikut Tabel 4.2
Jarak Antara Kantor Desa di Kecamatan Ciomas dengan Pasar Anyar Bogor.
No
Nama Desa
A B C D E F G H I J K L M N
Sukaluyu Sukaresmi Taman Sari Pasir Eurih Sukamantri Simagalih Kota Batu Parakan MekarJaya Ciomas Pagelaran Ciomas Rahayu Ciapus Padasuka
4.4
Jarak Dengan Pasar Anyar 12,3 km 7,6 km 9,3 km 6,6 km 8,4 km 6,9 km 5,8 km 5,5 km 3,8 km 4,6 km 5,0 km 4,4 km 7,8 km 4,8 km
Selisih Jarak dengan Mekarjaya 8,5 km 3,8 km 5,5 km 2,8 km 4,6 km 3,1 km 2,0 km 1,7 km 0 km 0,8 km 1,2 km 0,6 km 4,0 km 1,0 km
Karakteristik Responden Penelitian Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Karakteristik responden penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.3,
41
pembagian karakteristik unit usaha alas kaki berdasarkan tenagakerja yang digunakan oleh perusahaan alas kaki tersebut. Tenagakerja yang digunakan 1-4 orang tergolong usaha mikro, 5-19 orang tergolong usaha kecil dan 20-99 orang tergolong usaha menengah. Data-data yang dilampirkan meliputi tenagakerja yang digunakan, lama usaha responden dari semenjak berdiri, pendidikan terakhir yang ditamattkan oleh responden, input bahan baku alas kaki yang digunakan dan omset yang diperoleh perusahaan alas kaki. Tabel 4.3
Karakteristik Responden Alas Kaki di Desa Mekarjaya.
Keadaan Responden
Klasifikasi Unit Usaha Responden Klasifikasi
Mikro
Kecil
Menengah
1-5
15
0
0
6-19
0
17
0
20-99
0
0
3
1-5
4
1
1
5-10
2
5
0
11-15
5
2
2
Lebih dari 15
4
9
0
SD
9
14
2
SMP
3
3
0
SMA
3
0
0
Perguruan Tinggi 0
0
1
Input Bahan Baku
100-250
12
7
0
(Rp. Ribu)
251-300
3
3
0
Lebih dari 300
0
7
3
Omset Pertahun
Dibawah 400
15
16
0
(Rp. Juta)
401-1.000
0
1
2
1.001-5.000
0
0
1
Tenaga Kerja (Orang)
Lama Usaha (Tahun)
Pendidikan terakhir
Terlihat bahwa perusahaan ini masih banyak yang terklasifikasi dalam UMKM mikro dan kecil menurut BPS, yaitu lebih dari 90 persen responden masih dalam kelompok kecil dan menengah. Unit mikro hanya terdiri dari 1-5 orang pekerja dan unit kecil hanya sebesar 5-19 orang pekerja saja, dengan rata-rata 8
42
orang tenagakerja per
perusahaan. Karakteristik responden berdasarkan
tenagakerja yang digunakan oleh responden menandakan bahwa usaha alas kaki ini menggunakan faktor produksi padat karya. Dapat dilihat pada Tabel 4.4 hubungan banyaknya tenagakerja yang digunakan dengan perolehan informasi yag menentukan kebijakan suatu perusahaan. Hubungan antara tenaga kerja dan informasi yaitu tenagakerja yang digunakan dapat memperoleh informasi dari perusahaan pesaing, industri hulu atau hilir dan sesama tenagakerja dalam satu industri alas kaki. Kesimpulannya adalah semakin banyak tenagakerja yang digunakan maka perolehan informasi semakin mudah. Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tenagakerja Tenagakerja yang digunakan
Perolehan Informasi Tidak memperoleh 11
Memperoleh 4
6 – 19 Orang
12
5
20 – 45 Orang
1
2
1 - 5 Orang
Karakteristik responden berdasarkan lama usaha yang dibangun dari awal usaha sampai tahun wawancara berjalan. Ada 2 unit usaha yang memulai usahanya saat musim ramai tiba selebihnya merupakan perusahaan yang apabila musim ramai telah berlalu akan menutup usahanya untuk sementara waktu, sehingga usaha alas kaki tidak terus menerus berproduksi. Disaat pesanan banyak, perusahaan akan membuka usahanya dan bahkan sampai lembut untuk memenuhi targetnya. Dilihat pada Tabel 4.5 bahwa semakin lama usaha maka kemungkinan memperoleh informasi untuk kebijakan perusahaan semakin besar. Lama usaha merupakan sebuah pengalaman dalam menjalankan usaha, sehingga pengalaman tersebut memberikan arahan bagaimana memperoleh informasi yang baik dan cepat. Disimpulkan bahwa semakin lama sebuah perusahaan berdiri, maka informasi yang didapatkan cenderung lebih mudah. Dilihat dari Tabel 4.3, Desa Mekarjaya sudah memiliki unit usaha alas kaki dengan rata-rata responden lama usaha 15 tahun. Sebesar 37 persen responden memulai usahanya lebih dari 16 tahun bahkan sudah ada yang 42 tahun
43
memulai usaha alas kaki ini, sedangkan 2 responden yang baru memulai usaha produksi alas kaki dikarenakan infrastruktur, input dan tenagakerja yang melimpah. Unit usaha pengerajin alas kaki diwariskan secara turun-temurun baik dari lapangan pekerjaan, mesin, tehnik pembuatan serta pangsa pasar yang telah diperoleh. Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha Perolehan Informasi
Lama Usaha 0 – 5 Tahun
Tidak memperoleh 6
Memperoleh 0
6 – 10 Tahun
5
2
11 – 15 Tahun
6
3
Lebih dari 15 Tahun
7
6
Sebanyak 71 persen responden merupakan pemilik usaha alas kaki dengan berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Tidak memiliki kecukupan biaya untuk menikmati pendidikan yang lebih tinggi dan mereka memilih untuk memulai usaha alas kaki yang menyebabkan mereka tidak melanjutkan pendidikannya. Pendidikan merupakan faktor yang tidak mempengaruhi secara signifikan dalam mengembangkan usaha alas kaki ini. Pendidikan responden dapat di lihat dari Gambar 4.4 Pendidikan Terakhir Responden 9% 3% SD
17%
SMP
71%
SMA Perguruan Tinggi
Gambar 4.2
Persentase Pendidikan Terakhir dari Responden Perusahaan Alas kaki di Desa Mekarjaya
Berdasarkan Gambar 4.3 bahwa lebih dari 74 persen responden alas kaki ini beromset per bulan paling besar Rp. 30.000.000 atau pertahun Rp. 360.000 Menurut Keputusan Menteri Keuangan, data pada Tabel 4.3, 31 responden
44
industri ini berukuran mikro dan termasuk industri rumah tangga dimana omset pertahun dari sebuah unit usaha alas kaki dibawah Rp. 400.000.000. (empat ratus juta rupiah). Oleh karena itu, peneliti mengklarifikasikan responden penelitian sesuai dengan tenagakerja seperti klasifikasi BPS. Omset Per Tahun (Juta Rupah) 10%
8%
Dibawah 400 400 sampai 1.000
82%
Gambar 4.3
1.000 sampai 5.000
Persentase Omset Per Bulan dari Responden Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Per Ribu Rupiah
Berdasarkan Gambar 4.4 data pengupahan tengakerja yang diberikan oleh responden alas kaki. Rata-rata upah yang diberikan yaitu sebesar Rp. 170.000 per minggu atau Rp. 680.000 per bulan. Nilai upah ini masih dibawah upah minimum Kabupaten Bogor sebesar Rp. 1.200.000. Sistem upah yang berlaku didasarkan pada sistem borongan, dimana buruh dibayar berdasarkan jumlah sepatu yang dihasilkan (per kodi sepatu). Upah buruh bervariasi berdasarkan tingkat kesulitan pembuatan sepatu dan produktifitas yang dihasilkan oleh tenagakerja untuk memenuhi target. Upah Per Minggu (Ribu Rupiah) 20%
3% 40%
150-200 (14) 201-300 (13)
37%
301-400 (7) lebih dari 400 (1)
Gambar 4.4
Persentase Pemberian Upah Tenagakerja oleh Responden Alas kaki di Desa Mekarjaya Per Ribu Rupiah
Pada Gambar 4.5 dapat dilihat klarifikasi penggunaan input bahan baku yang digunakan responden. Peneliti melakukan pembagian berdasarkan jenis alas kaki yang diproduksi berdasarkan biaya yang digunakan. Pertama responden yang berbiaya dari seratus sampai seratus delapan puluh ribu rupiah merupakan
45
perusahaan alas kaki yang memproduksi alas kaki jenis sandal hotel dan alas kaki spons/busa warna-warni. Kedua responden dengan input yang berbiaya dari seratus delapan puluh ribuan sampai dua ratus lima puluh ribuan merupakan perusahaan alas kaki yang memproduksi alas kaki berbahan baku kulit imitasi ukuran kecil. Ketiga responden dengan input berbiaya dari dua ratus lima puluh ribu sampai tiga ratus sembilan puluh ribu rupiah merupakan perusahaan alas kaki yang memproduksi alas kaki berbahan baku imitasi ukuran dewasa dan sandal sepatu gunung. Terakhir responden dengan input yang berbiaya lebih dari tiga ratus sembilan puluh ribu rupiah merupakan perusahaan alas kaki yang memproduksi alas kaki jenis sendal wanita yang memiliki hak dan selalu mengikuti perkembangan model atau berbahan kulit asli. Input Bahan Baku (Rp. .000) 29%
100-250 (19)
54%
17%
251-300 (6) lebih dari 300 (7)
Gambar 4.5
Persentase Penggunaan Input Bahan Baku Perusahaan Alas kaki di Desa Mekarjaya Per Ribu Rupiah
Sepatu yang dihasilkan industri ini bermacam-macam ukurannya, mulai dari ukuan kecil anak-anak sampai yang besar baik untuk pria maupun wanita. Sejak dekade terakhir ini, sepatu dan sandal wanita merupakan produk yang paling banyak diminati dan paling banyak permintaan karena selalu menyesuaikan dengan perkembangan mode.
Modal Produksi 11%
9%
49%
1-5 (17) 6-10 (11)
31%
11-30 (4) lebih dari 31(3)
Gambar 4.6
Persentase Penggunaan Modal Produksi oleh Responden Perusahaan Alas kaki Di Desa Mekarjaya Per Juta Rupiah 46
Berdasarkan Gambar 4.6 dapat dilihat hampir 50 persen atau 17 responden hanya bermodal satu sampai lima juta rupiah dan mengeluhkan kekurangan modal. Kekurangan modal produksi dikarenakan tidak ada sumber pendanaan lain selain berganung kepada grosir. Sistem permodalan yang berlaku pada UMKM sepatu di daerah Desa Mekarjaya sebagian besar adalah sistem bon putih. Bon putih merupakan sistem kejasama produksi antara pihak pengusaha sepatu sebagai produsen dan pihak pemberi order/grosir sebagai konsumen. Sistem bon putih ini mampu memenuhi modal pengusaha industri sepatu di daerah ciomas dalam hal permodalan dan bahan baku. Klarisifikasi biaya yang digunakan untuk mesin dan teknologi dapat dilihat pada Gambar 4.7 mesin yang digunakan sebagian besar mesin jahit tidak bermesin yang sederhana. Mesin jahit ada beberapa responden yang hanya sekejar menyewa disaat musim ramai tiba. Jika mesin cukup, maka teknologi yang selanjutnya digunakan oleh perusahaan alas kaki adalah mesin stampel atau cetak merek sandal. Mesin yang biasanya dimiliki untuk produksi alas kaki gunung, industri memiliki mesin cetak alas dari sandal. Mesin ini sangat mahal sehingga hanya perusahaan menengah yang memilikinya.
Biaya Mesin dan Teknologi (Ribu Rupiah) 23%
29%
500-1.500 (10) 1.600-2.500 (11)
17% 31%
2.600-4.000 (6) lebih dari 4.000
Gambar 4.7
Persentase Biaya Yang Digunakan Untuk Mesin Dan Teknologi Per Ribu Rupiah
Dapat di lihat pada Gambar 4.8, data pangsa pasar dari masing-masing peruahaan alas kaki di Desa Mekarjaya. Pangsa pasar untuk Bogor dan sekitarnya dimayoritaskan untuk para gorsir yang berada di Pasar Anyar Bogor, sedangkan untuk pangsa pasar Jawa dan seluruh Indonesia pengiriman produk melalui jasa ekspedisi.
47
Pangsa Pasar Produk 6% 34%
40%
Bogor dan Sekitarnya (12) Pulau Jawa (7)
20%
Seluruh Indonesia (14) Indonesia dan Ekspor (2)
Gambar 4.8
Persentase Pangsa Pasar Produk Responden Alas kaki di Desa Mekarjaya Per Ribu Rupiah
Pada saat musim ramai yaitu tiga bulan menjelang lebaran, seluruh bengkel sibuk menerima pesanan sepatu dari konsumen/grosir bahkan ada konsumen prantara yang biasanya membeli ke grosir, langsung membeli ke bengkel yang berada di Kecamatan Ciomas terutama di Desa Mekarjaya. Pekerjaan dapat berlangsung dari pagi sampai larut malam demi mengejar target. Jika sedang tidak musim ramai, maka pekerjaan berlangsung dari pukul 08.00 – 16.00 petang. Saat musim-musim sepi, perusahaan alas kaki mengurangi tenagakerjanya dan bahkan ada yang tutup untuk sementara waktu dikarenakan tidak adanya order dari grosir. Dampak dari musim sepi bagi tenaga kerja dengan mencari pekerjaan lain atau unit usaha alas kaki lain di sekitar daerah Ciomas. Para pengusaha UMKM alas kaki di Desa Mekarjaya sebagian besar tidak memiliki system pencatatan dan pembukuan yang jelas, mereka hanya mencatat pengupahan untuk para pekerjanya saja. Pencatatan yang buruk ini membuat responen tidak tahu secara pasti keuntungan atau kerugian yang mereka peroleh dari proses produksi pada periode tertentu. Faktor tenagakerja terampil menurut data primer diperoleh dari perbandungan antara tenagakerja yang diperoleh dari Kecamatan Ciomas dengan total tenagakerja yang digunakan. Data dapat dilihat pada Gambar 4.9 bahwa sebanyak 18 unit usaha alas kaki memakai 81 sampai 100 persen tenagakerja terampil yang diperoleh dari Kecamatan Ciomas terutama Desa Mekarjaya. Data ini menandakan bahwa faktor tenagakerja terampil merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan perusahaan alas kaki beraglomerasi pada Desa Mekarjaya. Kelimpahan tenaga kerja trampil merupakan salah satu alasan dikarenakan dapat menekan biaya pelatihan dan transportasi bagi tenagakerja yang akan digunakan. 48
20 18
15 10
9
8
5 0 81-100 %
Gambar 4.9
61-80 %
0-60 %
Unit Usaha
Karakteristik Responden Menurut Persentase Tenagakerja Trampil yang Digunakan
Unit usaha yang diteliti memiliki bermacam-macam bentuk persaingan, persaingan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persaingan antar perusahaan alas kaki terkait model dan harga produk yang dihasilkan. Responden memiliki persaingan yang baik lebih banyak dibandingkan dengan persiangan yang lain. Hubungan antara persaingan dengan perolehan informasi dapat dilihat pada Tabel 4.6 dimana responden yang memiliki persaingan yang sangat baik memiliki persentase perolehan informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan persaingan lainnya. Persaingan antar usaha alas kaki ini memungkinkan antar perusahaan membagi informasi kepada pesaingnya. Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Persaingan Perolehan Informasi
Persaingan
Tidak memperolehj 6
Memperoleh 1
2 Buruk
3
2
3 Baik
11
4
4 Sangat Baik
4
4
1 Sangat Buruk
4.5
Kondisi Perkembangan Responden Penelitian Industri Alas Kaki Di Desa Mekarjaya Selama Tiga Tahun Terakhir Perkembangan industri alas kaki selama tiga tahun terakhir yang dialami
oleh responden beragam. Keberagaaman ini dinilai dari sisi perkembangan omset, perkembangan tenagakerja yang digunakan dan perkembangan input yang
49
diperlukan. Dapat dilihat perkembangan responden penelitian selama tiga than terakhir pada Tabel 4.7. Tabel 4.7
Data Perkembangan Responden UMKM Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Tiga Tahun Terakhir
Persentase Perubahan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Input 3 Tahun terakhir Omset Tenagakerja yang digunakan Lebih dari 21 5 3 2 11 sampai 20 10 6 10 0 sampai 10 6 20 15 -1 sampai -15 10 2 5 Lebih dari -15 4 4 3 Total Responden 35 35 35 Dilihat data dari Tabel 4.7 terjadi perkembangan yang relatif positif selama 3 tahun terakhir dari unit usaha. Responden yang memiliki perkembangan positif dalam omset sebesar 15 responden, perkembangan omset ini dikarenakan oleh peningkatan kepercayaan konsumen/grosir baik yang tetap maupun yang baru terhadap responden. Responden yang memiliki perkembangan positif terhadap input yang digunakan sebesar 12 responden, perkembangan input ini dikarenakan oleh pertambahan jumlah produk alas kaki yang dipesan oleh konsumen/grosir. Responden yang memiliki pertambahan tenagakerja sebesar 9 responden, perkembangan tenagakerja ini relatif stagnan dikarenakan dengan tenagakerja yang ada meningkatkan produktifitasnya baik dari sisi pengalaman dalam industri yang dijalankan oleh responden maupun peningkatkan teknologi yang digunakan oleh responden.
50
BAB V ANALISIS FAKTOR YANG MENENTUKAN TINGKAT DAYA SAING INDUSTRI ALAS KAKI DAN KELIMPAHAN INFORMASI DALAM PERUSAHAAN ALAS KAKI YANG BERAGLOMERASI DI DESA MEKARJAYA 5.1
Analisis Faktor yang Menentukan Tingkat Daya Saing Industri Alas Kaki di Desa Mekarjaya dengan Model Diamond Porter Dalam subbab ini dibahas analisis deskriptif faktor-faktor yang
mempengaruhi daya saing UMKM industri alas kaki di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas. Menurut Michael E Porter dalam bukunya yang berjudul Competitive Advantage of Nations terdapat empat faktor utama yang menentukan keunggulan bersaing industri, yaitu kondisi faktor (factor condition), kondisi permintaan (demand condition), industri terkait dan industri pendukung (related and supporting industry), dan struktur, persaingan dan strategi industri (firm strategy, structure, and rivalry). Selain keempat faktor tersebut terdapat dua faktor yang mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan (chance event) dan faktor pemerintah (government). 5.1.1
Keragaan Faktor yang Menentukan Tingkat Daya Saing
5.1.1.1 Kondisi Faktor Sumberdaya
Kondisi faktor sumberdaya yang berpengaruh terhadap daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya adalah sumberdaya input, sumberdaya manusia, teknologi dan infrastruktur. Keempat kondisi faktor sumberdaya tersebut dijelaskan sebagai berikut. Tabel 5.1 Data Responden UMKM Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Menurut Kondisi Faktor Sumberdaya Kondisi Ketersediaan Input Sumberdaya Tenagakerja Disekitar Usaha Kepemilikan Teknologi Mesin Jahit Infrastruktur yang Memadai
Respon Selalu Tersedia Tidak Selalu Tersedia Memperoleh Tidak Memperoleh Milik Sendiri Menyewa Memadai Tidak Memadai
Orang 27 8 27 8 20 15 18 17
51
Data pada Tabel 5.1 menunjukan perlimpahan input baik yang ada di Desa Mekarjaya maupun disekitar desa. Perusahaan masih relaif memperoleh dengan mudah input yang digunakan. Biaya transportasi oleh responden dirasa rendah sehingga tidak membebani biaya produksi yang ada. Kelimpahan sumberdaya tenagakerja yang terampil dirasakan oleh responden, sebanyak 27 responden memperoleh tenagakerja yang berada disekitar tempat usaha sehingga dapat menurunkan biaya transportasi tenagakerja dan biaya pelatihan kembali. Saat musim tiba, tenagakerja bisa melakukan lembur untuk mengejar target produksi yang diminta oleh konsumen. Teknologi yang dinilai dalam penelitian hanya mesin jahit dimana hampir setiap usaha alas kaki memilikiya. Sebanyak 20 unit usaha yang memiliki teknologi mesin jahit sudah milik sendiri bahkan sejak lama jika rusak maka mesin akan diservis atau diganti dengan yang baru. Sebanyak 15 responden sisanya, mesin jahit yang mereka gunakan bisa didapatkan dari sewa mesin jahit atau membeli yang bekas dengan kualitas seadanya. Mesin ini dipakan oleh unit usaha saat produksi melimpah saat musim ramai. Saat musim sepi, maka mesin jahit ini akan kembali kepemiliknya sebagai habis masa sewa atau dijual kembali. Infrastruktur menurut sebagian responden sudah mencukupi dalam bentuk jalan dari tempat usaha, infrastruktur yang baik di Desa Mekarjaya tidak menyulitkan arus barang baik barang input maupun barang produksi. 5.1.1.2 Kondisi Permintaan Kondisi permintaan sudah sepatutnya diperhitungkan karena faktor pemasaran alas kaki masih lemah pada perusahaan ini baik di Desa Mekarjaya maupun desa lainnya di Kecamatan Ciomas. Tabel 5.2 Data Responden UMKM Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Menurut Kondisi Faktor Permintaan Kondisi Loyalitas Konsumen per Lama Usaha Dampak Musiman Promosi Produk
Respon Diatas 49 Persen Dibawah 49 Persen Terkena Tidak Terkena Promosi Tidak Promosi
Orang 15 20 20 15 26 9
52
Dapat dilihat dari data Tabel 5.2, sebanyak 15 responden memiliki konsumen/grosir yang loyal atas produknya. Harga produk yang dipesan ditentukan oleh konsumen sehingga perusahaan hanya perlu menyesuaikan harga jual dengan biaya produksinya untuk menghasilkan keuntungan. Kasus pemesanan produk alas kaki, unit usaha masih menjadi price taker dalam industri. Faktor musiman sangat berpengaruh dalam produktifitas usaha alas kaki, sebanyak 20 responden terkena dampak musiman. Disaat musim tiba yaitu tiga bulan menjelang lebaran tiba dan dua bulan menjelang tahun baru permintaan meningkat sehingga para perusahaan akan memulai memproduksi dan meningkatkan produktifitasnya. Setelah musim ramai berlalu, maka 20 responden ini akan memilih menutup usahanya atau menghentikan produktifitasnya untuk waktu yang tidak ditentukan sampai ada konsumen/grosir yang memesan produk mereka kembali. Promosi yang dilakukan oleh unit usaha alas kaki lakukan baik dalam bentuk lisan atau membawa sampel produk kepada konsumen/grosir, belum banyak yang memanfaat media cetak maupun elektronik. 5.1.1.3 Faktor Industri Pendukung dan Terkait Data pada Tabel 5.3 menunjukan perlimpahan input baik yang ada di Desa Mekarjaya maupun disekitar desa. Perusahaan masih relaif memperoleh dengan mudah input yang digunakan dengan biaya transportasi dirasa rendah oleh responden sehingga tidak membebani biaya produksi yang ada. Tabel 5.3 Data Responden UMKM Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Menurut Kondisi Industri Pendukung dan Terkait Kondisi Industri Bahan Baku Industri Keuangan Panguyuban
Respon Selalu Tersedia Tidak Selalu Tersedia Merasakan Manfaat Tidak Merasakan Manfaat Merasakan Manfaat Tidak Merasakan Manfaat
Orang 27 8 6 29 4 31
Data hasil wawancara yang diperoleh. Industri yang mendukung kinerja perusahaan alas kaki di Desa Mekarjaya belum berpengaruh secara signifikan. Pertama industri keuangan yang masih sedikit memberikan pinjaman dana produksi kepada para pengusaha. Alasan-alasan klasik para pengusaha belum
53
memperoleh pinjaman yaitu tidak tahu cara meminjam, takut akan bunga yang dibebankan dan tidak memiliki jaminan untuk dana yang dipinjam. Untuk menutupi kekurangan ini, maka para pengusaha melakukan pembentukan aglomerasi untuk menciptakan penghematan baik secara skala ekonomi maupun cakupan porduksi demi meningkatkan daya saingnya. Faktor selanjutnya yaitu asosiasi atau panguyuban belum mempengaruhi. Asosiasi atau panguyuban terjadi masalah dimana kurangnya sumber daya manusia yang jujur dan berkompenten dalam mengelola panguyuban, akibatnya panguyuban hanya perkumpulan saja dengan manajemen keuangan yang buruk. Dampaknya dari kekurangan sumberdaya manusia ini adalah kurang kepercayaan para pengusaha alas kaki kepada panguyuban dalam menggabungkan industri alas kaki di Desa Mekarjaya ini. Panguyuban juga belum sanggup memastikan pasar produk alas kaki di Kecamatan Ciomas pada umumnya, dikarenakan banyaknya jumlah usaha alas kaki yang ada di Kecamatan Ciomas. Permasalahan pemasaran produk, Para pengusaha hanya bergantung kepada order grosir tidak kepada panguyuban yang ada. Kesimpulan yang ada dari masalah ini, panguyuban alas kaki yang ada di Kecamatan Ciomas pada umumnya tidak sanggup bertahan lama. 5.1.1.4 Faktor Strategi Perusahaan dan Pesaing Faktor strategi perusahaan dan pesaing tidak berpengaruh besar dalam daya saing. Perusahaan UMKM belum secara mandiri memiliki strategi atau manajemen perusahaan dengan baik dikarenakan sebuah perusahaan dengan skala yang kecil dan produksi yang belum optimal. Manajemen pencatatan hanya untuk upah tenagakerja, pencatatan keuangan baik input, produksi dan sebagainya tidak dicatat sehingga manajemen perusahaan yang menjadi responden cenderung buruk. Strategi dan manajemen perusahaan belum dikelola secara baik. Kontinuitas ketersediaan produk sangat dipengaruhi oleh jumlah tenagakerja dan produktifitasnya. Ketersediaan bahan baku relatif selalu ada, dikarenakan banyaknya toko yang menyediakan bahan baku yang dibutuhkan. Kualitas internal masing-masing responden yang cukup baik, tidak menjadi umpan yang baik kepada para tenagakerja untuk bekerja tetap diunit usaha alas kaki tersebut.
54
Persaingan tidak begitu nyata disebabkan harga input terutama tenagakerja yang sudah relatif sama menyebabkan antar prdusen tidak bisa sembarangan melakukan perang harga sebagai strategi persaingannya. Persaingan yang tidak begitu nyata menyebabkan antar perusahaan alas kaki di Desa Mekarjaya memiliki persaingan sehat. Unit usaha alas kaki yang masih berbentuk mikro atau kecil rata-rata adalah anak usaha yang menerima orderan dari perusahaan alas kaki yang berukuran menengah ataupun besar yang berada di Kecamatan Ciomas. 5.1.1.5 Peran Pemerintah Peran pemerintah untuk mendukung pengembangan industri alas kaki sangat diharapkan oleh pengusaha-pengusaha alas kaki. Selama ini industri alas kaki berkembang dengan minim dukungan dari pemerintah. Peran pemerintah yang responden rasakan hanya pendataan yang dilakukan untuk mengetahui jumlah unit usaha yang sedang berjalan di Desa Mekarjaya. Penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah Desa Mekarjaya pernah dirasakan oleh segelintir responden dan itupun beberapa tahun yang lalu. Peran pemerintah yang diharapkan oleh para responden antara lain penyuluhan manajemen perusahan, pemberian modal usaha yang rendah suku bunga dan sebagai rantai pemasaran kepada konsumen. Peran-peran ini menurut para responden dapat dilakukan pemerintah salah satunya dengan cara koperasi sendal dan sepatu yang memiliki sumberdaya manusia yang kondusif. 5.1.1.6 Peran Kesempatan Promosi yang dilakukan oleh responden belum menyentuh konsumen yang potensial baik dalam konsumen perantara/grosir maupun konsumen langsung. Kemajuan teknologi yang sangat cepat seharusnya dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk meningkatkan promosinya. Promosi dengan membawa contoh kegrosir dibandingkan melakukan promosi melalui media cetak maupun elektronik dan media internet seharusnya melalui media memberikan kesempatan yang sangat besar kepada para perusahaan alas kaki untuk melebarkan sayapnya. Penyediaan input yang digunakan oleh perusahaan alas kaki ini memberikan kesempatan bagi pengusaha untuk meningkatkan daya saingnya. Peningkatan daya saing ini melalui penekanan terhadap pembelian input bahan 55
baku yang digunakan. Toko yang menyediakan bahan baku baik di Desa Mekarjaya maupun sekitarnya membuat para pengusaha dapat berkesempatan untuk memilih bahan baku dengan harga yang murah sehingga menekan biaya produksi dan meningkatkan daya saing usahanya. Era perdagangan bebas sedang berjalan diseluruh dunia membawa konsekuensi bagi semakin keatnya persaingan global, termasuk industri alas kaki. Dengan adanya era perdagangan bebas, diharapkan akan dikuranginya atau dihapuskannya berbagai kebijakan tarif dan non tarif yang menghambat ekspor alas kaki kemudian meningkatkan ekspor alas kaki Indonesia terutama di Desa Mekarjaya. Kesempatan-kesempatan ini diharapkan akan mendorong percepatan pertumbuhan industri alas kaki di Indonesia pada Umumnya dan di Desa Mekarjaya pada khususnya. 5.1.2
Analisis Berdasarkan Kelemahan dan Kekuatan dari Faktor Tingkat Daya Saing Diamond Porter dari Industri Alas Kaki di Desa Mekarjaya Dari deskriptif kualitatif analisis diamond porter, kelemahan dan
keunggulan dari masing-masing faktor penentu daya saing disimpulkan pada Tabel 5.4. Kelemahan dan keunggulan ini dapat menilai tingkat daya saing usaha alas kaki di Desa Mekarjaya. Tabel 5.4 Keunggulan dan Kelemahan Daya Saing Industri Alas Kaki di Desa Mekarjaya Berdasarkan Diamond Porter Faktor
Keunggulan
Kelemahan
Indikator Diamond Poter Faktor Kondisi Sumberdaya, kelimpahan bahan baku input dan tenaga kerja, tekonologi mudah dan infrastruktur memadai. Faktor Kesempatan, kesempatan dalam memasarkan produk masih luas dan promosi media cetak dan elektronik. Faktor Permintaan, unit usaha price taker harga produknya sendiri, ketergantungan modal dari bon putih dan terpengaruh oleh faktor musiman dan permintaan. Faktor Industri Pendukung dan Terkait, belum ada keringanan dalam persyaratan modal dari industri keuangan, distributor masih minim dan asosiasi alas kaki yang tidak optimal. Faktor Strategi Perusahaan dan Pesaing, manajemen perusahaan baik produksi maupun pencatatan belum baik, persaingan belum signifikan menentukan daya saing. Faktor Pemerintah, belum adanya penyuluhan manajemen, belum ada pemberian modal dengan syarat mudah dan belum adanya instalasi untuk menyerap produk alas kaki. 56
Setiap faktor daya saing diamond porter, industri alas kaki di Desa Mekarjaya memiliki faktor-faktor keunggulan dan kelemahan. Keunggulan ini dapat meningkatkan daya saing industri alas kaki tersebut seperti faktor kondisi sumberdaya, dan faktor kesempatan. Faktor-faktor yang lain seperti faktor industri terkait dan pendukung, faktor persaingan dan strategi industri, faktor permintaan dan faktor pemerintah menunjukan bahwa industri alas kaki terutama di Desa Mekarjaya memiliki kelemahan sehingga menyebabkan daya saing industri alas kaki sangat rendah. Keterkaitan antar faktor tidak terjalin secara sempurna sehingga menyebabkan faktor keunggulan industri alas kaki tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk mendukung faktor daya saing lain yang lemah. Maka daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya masih rendah. Analisis diamond porter tersebut dapat dibuat sebuah bagan pada Gambar 5.1
Keterangan :
(+) Faktor Keunggulan (-) Faktor Kelemahan
Gambar 5.1
Bagan Diamond Porter dari Tingkat Daya Saing Industri Alas Kaki di Desa Mekarjaya
5.2
Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perolehan Informasi dalam Perusahaan yang Aglomerasi di Desa Mekarjaya Variabel terikat (dependent) yang digunakan dalam analisis ini memiliki
nilai nol dan satu. Nilai nol mewakili jawaban bahwa sebuah perusahaan tidak memperolehan informasi yang bisa memengaruhi kebijakannya, sedangkan nilai satu mewakili jawaban bahwa sebuah peruahaan memperolehan informasi yang bisa memengaruhi kebijakannya. 57
Variabel-variabal bebas yang digunakan yaitu, kesehatan persaingan (X1), kesetiaan knsumen (X2), lama usaha (X3) tenagakerja yang digunakan (X4) dan promosi (X5). Hasil logit untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah perusahaan memperoleh informasi tepat dan cepat serta berpengaruh terhadap kebijakan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 5.5. Hasil Hosmer and Lemeshow Test dapat dilihat nilai dari p-value sebesar 0,592 atau lebih besar dari taraf nyata 5 persen, maka tolak H0 yang artinya model logit adalah Fit. Nilai Overall
Precentage
sebesar
71,4
yang
artinya
model
logit
mampu
mengklasifikasikan secara tepat sebesar 71,4 persen. Tabel 5.5 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Peluang Perolehan Informasi dari Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya. Variabel Koefisien P-Value Constan -27,869 0,998 Kesehatan Persaingan (X1) 1,400 0,129 Kesetiaan Konsumen (X2) 0,687 0,687 Lama Usaha (X3) 0,129 0,086* Tenagakerja yang Digunakan (X4) 0,149 0,069* Promosi (X5) 20,417 0,999 Hosmer and Lemeshow Test = 0,592 Overall Percentage = 71,4 Keterangan : * Nyata pada taraf kepercayaan 90 persen
Rasio Odd 0,000 4,054 0,503 1,138 1,161 7,362x10-8
Berdasarkan hasil output pada Tabel 5.5 maka model logit adalah: Logit(pi) = - 27,869 + 1,400X1 + 0,687 X2 + 0,129X3 + 0,149X4 + 20,417X5 Tabel 5.5. merupakan hasil output yang menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi perolehan informasi sebuah perusahaan yang memengaruhi kebijakannya antara lain. 1.
Pengaruh kesehatan dalam persaingan terhadap perolehan informasi suatu perusahaan alas kaki. Variabel bebas kondisi kesehatan persaingan antar perusahaan alas kaki tidak memengaruhi secara signifikan terhadap perolehan informasi perusahaan alas kaki. Nilai p-valuenya bernilai 0,129 atau lebih besar dari taraf nyata 5 persen dan 10 persen atau dengan kata lain tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen dan 90 persen maka variabel kesehatan persaingan tidak berpengaruh secara signifikan dalam analisis statistika regresi logistik.
58
2.
Pengaruh
Kesetiaan
konsumen
terhadap
perolehan
informasi
suatu
perusahaan alas kaki. Variabel bebas loyalitas/kesetiaan konsumen dalam membeli produk tidak memengaruhi secara signifikan terhadap perolehan informasi perusahaan alas kaki. Nilai p-valuenya bernilai 0,687 atau lebih besar dari taraf nyata 5 persen atau dengan kata lain tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen, maka variabel kesetiaan konsumen tidak berpengaruh secara signifikan dalam analisis statistika regresi logistik. 3.
Pengaruh lama usaha responden terhadap perolehan informasi suatu perusahaan alas kaki. Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,086 lebih kecil dari taraf nyata 10 persen atau dengan kata lain signifikan pada taraf kepercayaan 90 persen maka tolak H0 yang artinya lama usaha responden berpengaruh nyata (meningkat atau tidak meningkat) mempengaruhi perolehan informasi suatu perusahaan. Semakin lama usia responden dalam bentuk tahun maka kemungkinan perolehan informasi semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari tanda positif pada koefisien. Variabel lama usaha memiliki nilai Odd Ratio 1,154 artinya pertambahaan satu tahun umur sebuah perusahaan alas kaki berproduksi maka peluang untuk meningkatkan perolehan informasi adalah 1,154 kalinya.
4.
Pengaruh tenagakerja yang digunakan responden terhadap perolehan informasi suatu perusahaan alas kaki. Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,069 lebih kecil dari taraf nyata 10 persen atau dengan kata lain signifikan pada taraf kepercayaan 90 persen maka tolak H0 yang artinya tenagakerja yang digunakan responden berpengaruh nyata (meningkat atau tidak meningkat) mempengaruhi perolehan informasi suatu perusahaan. Semakin banyak tenagakerja yang digunakan oleh responden dalam satuan orang maka kemungkinan perolehan informasi semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari tanda positif pada koefisien. Variabel lama usaha memiliki nilai Odd Ratio 1,205 artinya dengan pertambahan satu orang tenagakerja yang digunakan oleh sebuah perusahaan alas kaki maka peluang untuk meningkatkan perolehan informasi adalah 1,205 kalinya.
5.
Pengaruh promosi yang digunakan responden terhadap perolehan informasi suatu perusahaan alas kaki. Variabel bebas penggunaan promosi produk alas
59
kaki yang dilakukan oleh perusahaan alas kaki tidak memengaruhi secara signifikan terhadap perolehan informasi perusahaan alas kaki. Nilai pvaluenya bernilai 0,999 atau lebih besar dari taraf nyata 5 persen atau dengan kata lain tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen, maka variabel Promosi tidak berpengaruh secara signifikan dalam analisis statistika regresi logistik.
60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan 1. Sebanyak 63 persen responden memulai industrinya lebih dari 11 tahun yang lalu dikarenakan rata-rata usaha alas kaki dijalankan secara turun temurun. Pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) mendominasi pendidikan terakhir responden alas kaki, yaitu sebanyak 63 persen responden. Menurut klasifikasi Keputusan Menteri Keuangan dengan mengacu kepada omset tahunan, unit usaha mikro sebanyak 88 persen, unit usaha kecil sebanyak 9 persen dan usaha menengah hanya 3 persen dengan rata-rata omset tahunan responden sebesar Rp. 188.000.000. Besarnya penggunaan input per satuan kodi (20 pasang sepatu) ditentukan oleh variasi produk alas kaki yang dihasilkan. Penggunaan input yang terendah sebesar Rp. 110.000 menghasilkan alas kaki jenis sandal hotel dan yang tertinggi sebesar Rp. 726.000 menghasilkan alas kaki jenis sepatu kulit asli. Upah yang diberikan setiap responden kepada tenagakerja tergantung tingkat kesulitan dalam tahapan produksi dan produktivitas tenaga kerja per minggu. Rata-rata upah yang diberikan unit usaha per minggu sebesar Rp.170.000 atau Rp. 680.000 per bulan. Nilai upah ini masih dibawah upah minimum Kabupaten Bogor yang sebesar Rp, 1.200.000 per bulan. Modal produksi yang digunakan masih tergantung pada konsumen/grosir melalui bon putih. Sebesar 26 persen responden tidak menggantungkan sumber pendanaannya dari pihak konsumen/grosir dikarenakan memiliki sumber pendanaan lain. 2. Setiap faktor daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya menurut model diamond porter, masing-masing faktor memiliki keunggulan dan kelemahan. Faktor-faktor yang memiliki keunggulan dalam industri alas kaki yaitu faktor kondisi sumberdaya dan faktor kesempatan. Keunggulan dari faktor-faktor ini menyebabkan daya saing industri alas kaki tersebut dapat dikatakan tinggi, tetapi faktor-faktor lain melemahkan daya saing industri lebih banyak dibandingkan faktor keunggulan.
61
Faktor-faktor yang merupakan kelemahan daya saing industri alas kaki yaitu faktor industri terkait dan pendukung, faktor persaingan dan strategi industri,faktor permintaan dan faktor pemerintah. Keterkaitan antar faktor tidak terjalin secara sempurna menyebabkan faktor keunggulan industri alas kaki tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk mendukung faktor daya saing lain yang lemah. Maka daya saing dalam penelitian ini studi kasus industri alas kaki di Desa Mekarjaya dinyatakan lemah menurut analisis diamond Porter. 3. Perusahaan alas kaki beraglomerasi di Desa Mekarjaya dengan tujuan untuk mengoptimalkan pengelolaannya. Informasi dalam penelitian ini adalah suatu faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan yang mengoptimalkan pengelolaan perusahaan dalam aglomerasi yang terjadi di Desa Mekarjaya. Hasil dari analisis logit dapat dilihat bahwa faktorfaktor yang memengaruhi perolehan informasi adalah lama usaha dan tenagakerja yang digunakan. Saat musim sepi permintaan tiba, informasi ini cenderung sulit didapatkan. 6.2
Saran 1. Saran untuk unit usaha alas kaki adalah peningkatan promosi yang berdampak kepada peningkatan permintaan dan kepastian pasar produksinya. Unit usaha mengoptimalisasikan produktifitas tenagakerja sehingga bisa meminimalisasikan input dengan harga produk tertentu atau dengan input tertentu bisa menawarkan harga produk yang maksimal. Unit usaha mencari sumber pendanaan lain sehingga tidak tergantung kepada pendanaan yang diberikan oleh konsumen/grosir. 2. Bagi pemerintah, pemerintah bisa menyediakan pasar produk alas kaki di Desa Mekarjaya. Keberadaan pasar yang dapat menyerap produk alas kaki berdampak pada kepastian omset sehingga produktifitas bisa terus berjalan. Selanjutnya memberikan sumber pendanaan lain dengan bunga yang ringan dan tanpa agunan yang memberatkan. Sehingga para industri tidak ketergantungan atas modal yang diberikan oleh konsumen/grosir. Tindakan ini bisa dilaksanakan dalam asosiasi/koperasi alas kaki dijalankan dengan sumberdaya manusia yang jujur dan potensial.
62
DAFTAR PUSTAKA
Armor, A. 2004. Kajian strategi pemasaran industry kecil sepatu. (Studi kasus di desa ciomas, kabupaten bogor). Laporan Akhir pada Program Studi Industri Kecil menengah, Sekolah Pascasarjana: Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik. 2001-2008. Statistik Indonesia. BPS, Jakarta. Bank Indonesia. 2009. Percepatan Pertumbuhan Sektor Riil Melalui Kegiatan Pengembangan Klaster UMKM. Bank Indonesia, Jakarta ---------------------. 2011. Data Kredit UMKM Di Indonesia. Bank Indonesia, Jakarta Chinitz, B. 1961. Contrasts in Agglomeration: New York and Pittsburg. American Economic Review, 51(2), 279-89 Coase, R.H. 1995. The institutional Structure of Production. In O.E williamson & S, E, Masten (Eds.). Transaction Cost economics Volume 1 : theory adn Concepts (pp. 193-202). Aldershoot adn brookfield: Edward Elgar Publishing Limited. Departemen Koperasi. 2009. PDB, Investasi, Tenagakerja, Nilai ekspor, UMKM Di Indonesia. Depkopnas. Jakarta Ermayani, D. 2009. Analisis Pengembangan Kluster Bisnis Sepatu. (Studi Kasus Industry Sepatu Di Kecamatan Ciomas). [Tesis]/ Sekolah Pascasarjana: Institut Pertanian Bogor, Bogor Fujita, M. Thisse, J.F. 1996. The economics of Aglomeration. Tokyo: Journal of japanese and International Economics, 10, 339-78 Glaeser. E.l. Kallal, H.D. Scheinkman, J.A. & Shleifer, A. 1992. Growt in Cities: Journal of Political Economy, 100(6), 1126-1152 Hendar. Kusnadi. 2005. Ekonomi Koperasi (untuk Perguruan Tinggi) Edisi Kedua. Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok. Jacobs, J. 1969, Economy Of Cities. New York: Vitage Jogiyanto H.M., 1999. Analisis dan Disain Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, Andi Offset: Yogyakarta Juanda, B. 2009 Ekonometrika Permodelan Dan Pendugaan: IPB Press, Bogor Juanda, B. 2009 Metodelogi Penelitian Ekonomi Dan Bisnis: IPB Press, Bogor Lestari, D.L. 2007. Analisis Daya Saing, Strategi Dan Prospek Industri Jamu Di Indonesia. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen: Institut Pertanian Bogor, Bogor. McCann, P. 1995, Rethinking the economies of Location and Aglomeration Urban Studies, 32(2), 563-77 Porter, M. E. 1998. The Competitive Advantage of Nations. Macmilan Press Ltd, London.
63
Priyarsono, D.S. Sahara. M. Firdaus. 2007. Ekonomi Regional. Universitas Terbuka, Jakara. Scot, A.J. Storper M. 1992. Regional Development reconsidered,]. In H.Erasic & V meter (Eds), regional Developmens and Contemporary Industrial Response: extending Flexible Specialisation (pp 3-24). London: belhacen Press. Toyne, P. 1974. Organisation Location and Behavior: decision-makig in Economic Geography. London ad Basingstoke: the macmillah Press Ltd. Wibowo, A. 2009. Analisis Kinerja Dan Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan Sepatu Di Kabupaten Bogor. Stusi Kasus Pada CV. Anugrah Jaya, Desa Suka Makmur, Kecamatan Ciomas. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen: Institut Pertanian Bogor, Bogor. Widyastutik. Mulyati, H. Putri, E.I.K. 2010. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Klaster UMKM Alas Kaki Di Kota Bogor Yang BedayaSaing.”. [Jurnal] Manajemen Dan Agribisnis. Volume 7. Nomor 1 halaman 16-27. Manajemen Agrbibisnis Institut Pertanian Bogor, Bogor.
64
LAMPIRAN
65
Lampiran 1.
PANDUAN WAWANCARA PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AGLOMERASI ALAS KAKI DI KECAMATAN CIOMAS KABUPATEN BOGOR Tanggal : No. Responden : Responden Yth, Saya Adnan, Mahasiswa Sarjana Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor yang sedang mengadakan penelitian mengenai Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Aglomerasi Alas Kaki Di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Demi tercapainya hasil penelitian yang diinginkan, dimohon kesediaan Anda untuk berpartisiasi dalam mengisi kuisioner ini secara lengkap dan benar. Semua informasi yang diterima sebagai hasil kuisioner ini bersifat rahasia dan dipergunakan hanya untuk kepentingan akademis. Atas partisipasi anda, saya ucapkan terima kasih banyak. I. IDENTITAS RESPONDEN 1.1. Nama Pengusaha : ………………………………………………………………... 1.2. Alamat Rumah : ………………………………………………………………... Rt ……/……. Desa ……………………….. 1.3. Alamat Tempat Usaha : ……………………………………………………………… Rt ……/……. Desa ……………………….. II. KARATERISTIK RESPONDEN 2.1. Jenis Kelamin : a) Laki-laki b) Perempuan 2.2. Umur : ... Tahun 2.3 Pendidikan terakhir : SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi 2.4. Status Perkawinan : Belum Menikah / Sudah Menikah 2.5 Jumlah anggota keluarga : .... 2.6 Pekerjaan Utama/status dalam usaha : a)pemilik b)pegawai 2.7. tempat lahir : kota.................... III. INFORMASI UMUM USAHA 3.1. Nama UKM : ................................................. 3.2. Nama Pemilik/Pimpinan UKM : ................................................... 3.3. Lama Usaha : ........... Tahun 3.4. Tahun Pendirian Usaha : Tahun .......
66
3.5. Konsumen produk sepatu sandal : a) pria b) wanita c) anak-anak d)lainnya.......... jelaskan pilihan mana yang mendominasi .............................................................. 3.6. Usaha kerajinan sepatu dan sandal merupakan pekerjaan utama atau sambilan ? ........ 3.7. Bagaimana prospek usaha sepatu : a) menguntungkan b) rugi c) lainnya ......... Besaran/Persentase-nya?...................% 3.8. Jelaskan kemudahan dan kesulitan dalam mengembangkan usaha sepatu dan sandal Anda ? Kemudahan : ......................................................................................................................... Kesulitan : ............................................................................................................................................... IV. PERMODALAN 4.1. Bagaimana perolehan modal usaha (sumber modal)? 1)milik diri sendiri 3)lembaga keuangan(Bank/BPR) 2)pengorder/toko pemesan 4)keluarga sendiri 5) Lainnya ......................... Berapa besar ? Rp. ...................................... 4.2. Berapa modal yang dibutuhkan dalam usaha ini ? ................................................... 4.3. Berapa nilai aset yang dimiliki saat ini ? .................................................................. 4.4. Dalam bentuk apa anda memperoleh modal ? a)Uang b)Bahan baku c)Giro d)lainnya, ............... 4.5. Bagaimana sistem pemberian modal tersebut hingga cara pengembalian modal ? Jelaskan ! ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... 4.6. Apakah UKM sepatu dan sandal anda pernah mendapat bantuan permodalan dari Pemerintah Kabupaten Bogor ? a) Pernah b) Tidak Pernah seberapa besar?.............................. 4.7. apakah perbankan atau lembaga keuangan pernah menawarkan pinjaman dengan suku bunga yang menarik? 1)tidak pernah 2)pernah, seberapa sering?............................. 4.8. Apakah UKM sepatu dan sandal anda pernah mengajukan pinjaman kepada lembaga keuangan / Bank? a) Pernah b) Tidak Pernah seberapa besar? Rp.............................. berapa besar yang dipenuhi oleh mereka? Rp………………….. dengan persyaratan berupa? …………………………………… 4.9. Apakah anda kesulitan dalam memperoleh modal ? a) Ya b) Tidak (Jika ya) hambatan apa yang disebabkan dalam pendapatan modal ? a) Tidak tahu cara meminjam ke lembaga keuangan/bank b) Bunga pinjaman terlalu besar Besaran bunga yang rela anda bayar? ................ %/tahun c) Syarat pinjaman sulit d) Lainnya , .......................................
67
V. KETENAGAKERJAAN 5.1. Berapa jumlah tenaga kerja yang anda digunakan ? Tenaga Kerja Jumlah (orang) Harian : .............Orang Pekerja Harian / Pekerja Borongan Borongan : .............Orang 5.2. Berapa rataan jam kerja perhari karyawan ? mulai pukul ............................ hingga pukul ....................... 5.3. Hari kerja dalam satu minggu ? .......... 5.4. Dari jumlah tenaga kerja anda, bagaimana tingkat pendidikannya ? a. SD : ... orang b. SMP : ... orang c. SLTA : ... orang d. Perguruan Tinggi : ... orang 5.5. Berapa usia jumlah tenaga kerja anda ? a. 10-15 tahun : ... orang b. 16-20 tahun : ... orang c. 21-25 tahun : ... orang d. 26-30 tahun : ... orang e. 31 tahun keatas : ... orang 5.6. Berapa jumlah pekerja yang terampil? A)seluruhnya b).........orang 5.7. Berapa rata-rata lama mereka bekerja dalam usaha anda ? Pekerja baru :..............Bulan Rata-rata :..............Bulan/Tahun Pekerja lama :..............Tahun 5.8. Bagaimana sistem perekrutan tenaga kerja ? apakah harus memiliki keterampilan tertentu? ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ 5.9. Berapa besarnya upah pekerja/karyawan dalam per minggu/produksi? Produk Upah (Rupiah) per Minggu/produksi Rp…………………………per hari/minggu Sepatu dan sandal Rp…………………………per kodi/produksi 5.10. Bagaimana cara/sistem pembayaran upah yang diberikan kepada pekerja/karyawan UKM sepatu dan sandal anda ? ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ 5.11. Apa saja yang mempengaruhi tingkat/besar upah tenaga kerja anda ? ................................................................................................................................................ 5.12. Darimana tenaga kerja anda berasal ? a)warga sekitar ........orang b)orang luar/orang jauh .........orang
68
5.13.Apakah anda memberikan pelatihan yang diberikan pada para pekerja ? a)iya, berapa kali?............................... b)tidak Bagaimana cara anda memberikan pelatihan kepada karyawan anda ?..................... ................................................................................... 5.14. Adakah perlindungan tenaga kerja ? Dan bagaimana bentuknya ? a) Tidak ada b) Ada, dalam bentuk,....................................................................................................................... ......................................................................................................................................... 5.15. Fasilitas apa saja yang diberikan kepada tenaga kerja ? ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................... 5.16. Apakah ada musim ramai ? a) Tidak ada b) Ada, kapan ? ................................................................................................................................... 5.17. Apakah terjadi penambahan jam kerja bagi para pekerja pada saat musim ramai ? a) Tidak b) Ya, Berapa jam ?....................jam 5.18. Apakah ada penambahan karyawan pada musim ramai ? berapa orang ? a) Tidak ada b) Ya, Berapa orang ? ....................orang 5.19. Apakah anda memberikan intensif/bonus untuk para pekerja jikalau mereka mampu produksi dengan cepat, bisa melewati target? a)Tidak b)ya, Dengan besaran. Rp............................./........%upah 5.20. Apakah anda memberikan THR saat hari raya/lebaran tiba? a)Tidak b)ya, Dengan besaran. Rp............................./........%upah 5.21. Adakah anda ingin mengadakan kegiatan lain selain produksi yang bertujuan untuk mempererat silaturahmi antar pegawai? 1)tidak ada 3)hanya sekali 2)ingin mengadakan 4)periodik. Berapa kali ......./......x sebulan/......x setahun/......x produksi Seberapa besar manfaat dari kegiatan tersebut ?..................................................................................... ........................................................................................................................................ 5.22. seberapa besar anda menjunjung nilai/kejujuran/komitmen dalam perusahaan anda dan para pekerja anda? 1)tidak ada 3)besar 2)kecil 4)sangat besar Jikalau anda atau pekerja anda melanggar nilai tersebut, apa yang anda lakukan? ………………………………………………………………………………………… 5.23. Apa masalah selain yang disebutkan diatas terdapat pada tenaga kerja? ...................................................................................................................................... ...................................................................................................................................... 5.24. Bagaimana cara mengatasinya selama ini ? ........................................................................................................................................ ........................................................................................................................................
69
VI. PEROLEHAN INPUT 6.1. Darimana bahan baku diperoleh ? a) toko pemesan/order c)wilayah bogor dan sekitarnya e)impor b) toko sekitar usaha d)daerah luar bogor. 6.2. Siapa yang menjadi pemasok bahan baku ? ............................................................................................ 6.3. Apakah pemasok tetap atau terdapat banyak pemasok ?......................................................................... 6.4. Bagaimana harga yang di tawarkan pemasok bahan baku ? a)tetap b)berfluktuatif/berubah-rubah sesuai stok dipasaran 6.5. Apakah ketersediaan bahan baku dipasaran memenuhi kebutuhan produksi anda? 1)kurang 2) Cukup 3)berlebih 6.6. Bagaimana kualitas dari bahan baku yang telah anda peroleh ? 1)sangat buruk 2)buruk 3)baik 4)sangat baik Apakah anda pernah tertipu dalam hal kualitas bahan baku ini? …………………… 6.7. Bagaimana sistem manajemen persediaan bahan baku ? 1)sangat buruk 2)buruk 3)baik 4)sangat baik Dari sistem manajemen ini, apakah pernah mengalami permasalahan bahan baku? a)ya b)tidak 6.8. Apakah memiliki perbedaan harga yang mencolok antar pemasok bahan baku? a)tidak b)ya, dengan perbedaan harga? Rp.......................... 6.9. Darimana memperoleh informasi harga bahan baku ? ................................................. 6.10. Berapa jumlah dan harga bahan baku yang dibutuhkan produksi.(............/kodi) terperinci di bawah ini ? No. BAHAN BAKU Satuan Jumlah Harga satuan Total PRODUKSI 1. Bahan Sepatu/sandal M 2. AC (Lapis) M 3. Tamsin Dus 4. Texon Lembar 5. Sol Kodi 6. Benang Lusin 7. Spon Lembar 8. Tatak (Alas Sepatu) Meter2 9. Paku Kg 10. Lem kuning Kaleng 11. Lem PU Kaleng 12. Dus Kodi 13. Tinta Botol 14. Tali Roll 15. Pulpen Putih Lusin 16. Pulpen Biru Lusin 17. Latex Liter 18. 19. 20. TOTAL BIAYA BAHAN BAKU
70
6.11. Apakah bahan baku diatas habis untuk sekali produksi/pakai? a)ya b) tidak, Bahan apa saja yang tersisa dan masih bisa digunakan? 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 6.12. Jadi, apakah setiap pertambahan kelipatan produksi (2 x dari produksi diatas/..........kodi), akan membeli bahan baku pada jumlah yang sama? 1) ya 2)tidak 6.13. Jikalau tidak, tolong sebutkan bahan baku apa yang harus ditambahkan.(............/kodi) terperinci di bawah ini ? No. BAHAN BAKU PRODUKSI Satuan Jumlah 1. Bahan Sepatu/sandal M 2. AC (Lapis) M 3. Tamsin Dus 4. Texon Lembar 5. Sol Kodi 6. Benang Lusin 7. Spon Lembar 8. Tatak (Alas Sepatu) Meter2 9. Paku Kg 10. Lem kuning Kaleng 11. Lem PU Kaleng 12. Dus Kodi 13. Tinta Botol 14. Tali Roll 15. Pulpen Putih Lusin 16. Pulpen Biru Lusin 17. Latex Liter 18. 19. 20. 6.14. Apakah anda berlangganan dengan toko yang memasok bahan baku anda? a)tidak b)ya (jikalau ya), mengapa anda memilih toko tersebut? a)milik sendiri c)harganya relatif murah. e)lainnya ..................... b)jaraknya dekat d)memberi diskon jika membeli borongan.
71
VII. PRODUKSI 7.1. Apa saja bahan baku utama dari produk sepatu yang dihasilkan ? 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 7.2. Apa saja bahan baku penunjang dari produk yang dihasilkan ? 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 7.3. Berapa kapasitas produksi yang dihasilkan ? Produk Jumlah (kodi) Jumlah …………..kodi per …….. hari/minggu 7.4. Berapa rata-rata jumlah produksi yang dihasilkan tiap pekerja? Produk Jumlah (kodi) Sepatu dan sandal
Sepatu dan sandal 7.5. Berapa jumlah pesanan produksi ? Produk
Jumlah …………..kodi per …….. hari/minggu Jumlah (kodi)
Jumlah …………..kodi per …….. hari/minggu 7.6. Bagaimana sistem produksi anda? a)rutin b)pesanan c)lainnya, ............................. 7.7. Apakah dari jumlah produksi dan pemesanan tersebut ada kelebihan produksi sepatu sandal yang anda hasilkan? a)bahkan kekurangan b)tidak c)ya, Produk Jumlah (buah/kodi) Sepatu dan sandal
Sepatu dan sandal 7.8. Berapa jumlah peralatan atau mesin yang anda gunakan ? ..................................... No Mesin/peralatan Tahun Jumlah Harga satuan (Rp.) Jumlah (Rp.) pembelian (Buah) 1 Kayu cetakan 2 Jahit 3 Press 4 Bon 5 6 TOTAL BIAYA MESIN DAN PERALATAN
72
7.9. Apakah mesin tersebut sudah mencukupi untuk proses produksi anda ? a)ya b)tidak, tolong sebutkan mesin yang anda ingin beli? 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7.10. Berapa investasi (atau biaya) untuk pembelian mesin ini ?Rp.............................../.................%modal 7.11. Apakah anda memiliki sisa/sampah dari proses produksinya? a)tidak b)ya jikalau ya, dikemanakan sisa/sampah tersebut? 1)dibuang ke sungai 3)dikubur 5)diolah ulang 2)dibakar 4)dijual 6)lainnya…………. 7.12. Seberapa cepat anda memperoleh informasi yang terjadi di pasaran, baik harga jual tertinggi maupun model yang sedang ngetren di pasaran? 1)tidak pernah 3)mingguan 2)bulanan. 4)harian 7.13. Dari mana anda memperoleh informasi tersebut? 1)diberitahu oleh sesama pengusaha 3) diberi tahu oleh toko 2)diberitahu oleh panguyuban 4) orang dalam usaha melihat pasar. 7.14. Masalah apa yang menjadi kendala dalam proses produksi ? (bahan baku, tenaga kerja, modal, dan peralatan) ? …………………………………………………………………………………………. ......................................................................................................................................... VIII. PEMASARAN OUTPUT 8.1. Jenis sepatu apa saja yang dihasilkan oleh UKM sepatu dan sandal Anda ? ........................................................................................................................................ 8.2. Apa yang paling mempengaruhi permintaan produk sandal sepatu anda selain kualitas? a)musiman b)model c)lainnya ………….. 8.3. Dimanakah wilayah pemasaran produk ? a) Bogor dan sekitarnya b) Pulau jawa c) Pulau jawa dan pulau lainnya d) Ekspor luar Indonesia 8.4. Apakah ada instalasi pemerintah, baik melalui koperasi maupun lainnya yang memesan atau membeli produk yang anda hasilkan? 1)tidak 2)ya. Berapa kali?........ dengan total pembelian? Rp……….. (jikalau ya) apakah harga pembelian dari pemerintah lebih tinggi ?........................ 8.5. Berapa harga jual yang diterapkan oleh UKM sepatu dan sandal anda? Produk Harga (Rupiah) per Kodi Sepatu dan sandal 8.6. Apakah harga jual tersebut sama untuk semua jenis konsumen atau ada perbedaan ?Jika ada berapa kisarannya ? a) Sama b) Berbeda, Rp. ............................................ 8.7. Bagaimana flukstuasi harga output? Berapa harga tertinggi dan kapan? Rp. .........per(….) terjadi bulan… bulan………. Berapa harga terendah dan kapan? Rp. .........per(….) terjadi bulan …bulan………. 8.8. Adakah peningkatan permintaan produk anda selama 3 tahun terakhir? a)tidak b)ya
73
Seberapa besar peningkatan tersebut? ……… x lipat dari tahun sebelumnya/tahun ini. 8.9. Apakah pernah mendapatkan komplen/protes dari konsumen/pembeli prodak anda dari kualitas yang tidak mereka inginkan? a)tidak b)ya. (jikalau ya) bagaimana anda menyelesaikannya?........................................................ 8.10. Apakah ada perbedaan dari harga produk sepatu sendal anda dengan harga pesaing, dengan asumsi kualitas dan jumlah produk sama? a)tidak ada b)ada kisaran 8.11. Bagaimana sistem penyerahan barang kepada konsumen/pembeli ? a) Pembeli datang langsung b) Diambil oleh pedagang pengepul c) Dikirim ke toko/pedagang d) Dijual sendiri ke pasar e)lainnya…………………… 8.12. Bagaimana cara pemesanan dan pembayaran yang dilakukan oleh konsumen/pembeli ? ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... 8.13. Siapa dan bagaimana yang menentukan harga output? ......................................................................................................................................... 8.14. Bagaimana cara pembayaran yang dilakukan pembeli ? ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... 8.15. Apakah anda memiliki konsumen/pembeli berlangganan atas produksi sandal sepatu anda? a)tidak b)ya (jika ya) seberapa lama anda menjalin mitra ini? ……………….bulan/tahun Apakah anda pernah member intensif baik diskon harga maupun suatu hadiah kepada konsumen/pembeli anda tersebut? a)tidak b)ya 8.16. Jika barang/output disimpan. Dimana disimpannya? Berapa lama disimpan? Berapa biaya penyimpangannya ? a) Tidak pernah disimpan b) Disimpan , Dimana.................................................... Berapa lama ............ hari/minggu/bulan Biaya Rp. ............................................... 8.17. Apakah pernah produk anda tidak dapat memenuhi kuota permintaan? a)tidak b)ya (jika ya) seberapa sering anda mengalaminya? ………x/selama usaha/pada bulan ... Bagaimana anda mengatasinya?............................................................ 8.18. Pernahkah anda melakukan promosi untuk memasarkan produk anda? 1) Tidak pernah 2) Pernah. Sebutkan media promosinya ............................ (jika pernah) Adakah efek yang dirasakan dari promosi tersebut? a)tidak ada b)ada IX. JARINGAN ANTAR PELAKU USAHA DAN INDUSTRI PENDUKUNG., SERTA PERTANYAAN LAINNYA. 9.1. Apakah anda memiliki jaringan/koneksi dengan produsen/pengusaha sepatu sandal lainnya? a)tidak b)ya (jika tidak) jelaskan mengapa anda tidak memiliki koneksi tersebut?.......................... (jika ya) dalam bentuk apa kerjasama yang anda jalin tersebut? ……………………. a) saling memberikan informasi d) saling membantu dalam teknologi b) saling membantu dalam modal e) memesan/membagi order produksi c) saling membantu dalam input f) lainnya……
74
9.4.
9.2. Seberapa besar anda peduli kepada lingkungan tempat anda melakukan usaha? a)belum terpikirkan b)menyisihkan sebagian keuntungan sebesar Rp……………./……%pendapatan c)melakukan tindakan berupa ……………………………………………… d)lainnya, sebutkan……………………………………………….. 9.3. Apakah anda telah memiliki manajemen keuangan/pembukuan terhadap seluruh pemasukan dan pengeluaran terhadap usaha anda jalani? a)tidak ada b)ada, tapi belum tertata c)ada, dalam bentuk…………………….. Apakah ada pemerintah baik desa, kecamatan maupun kota bogor turut andil dalam membantu kegiatan usaha anda ini? a)tidak ada b)ada (jika tidak) dalam bentuk apa bantuan pemerintah yang anda harapkan? Dan seberapa besar kiranya mempengaruhi usaha anda?............................................. (jika ada) dalam bentuk apa pemerintah membantu? a)memberikan penyuluhan b)memberikan cara/sistem peminjaman modal kepada lembaga keuangan c)memberikan modal usaha d)membeli prodak/mencarikan kepastian pasar e)lainnya……………………………………… 9.5. Apakah ada Asosiasi/Koperasi/Perkumpulan/Panguyuban usaha sepatu sandal ini? a)tidak ada b)ada (jika tidak) apakah anda mengharapkan keberadaannya? Dan tindakan apa yang seharusnya diberikan dalam asosiasi sepatu sendal tersebut?....................... ………………………………………………………………………………………… (jika ada) Apa nama asosiasi tersebut? …………………………….. Bertempat di ……………………………………………………. Dalam bentuk apa asosiasi tersebut membantu usaha anda? a)memberikan penyuluhan d)membeli produk/mencarikan pasar atau order b)menjual input lebih murah e)lainnya……………………………………….. c)membuat simpan pinjam 9.6. Adakah kerjasama dengan lembaga penelitian dalam mengembangkan usaha sepatu anda (seperti mengembangkan teknologi produksi)? a)tidak ada b)ada (jika tidak) apakah anda mengharapkan kerjasamanya? Dan tindakan apa yang seharusnya diberikan dalam lembaga penelitian tersebut?................................................... ………………………………………………………………………………………… (jika ada) tindakan apa yang telah berikan untuk anda?.................................................. ………………………………………………………………………………………… 9.7. Apa Alasan anda memilih usaha didaerah ini? ……………………………………
Terima kasih atas waktu dan kesempatan yang telah anda berikan. Mohon maaf bila saya banyak salah selama melakukan wawancara ini. Dan semua keterangan yang anda berikan hanya untuk keperluan penelitian dan tidak untuk disebarluaskan. (pendapat masyarakat) Bagaimana pendapat anda tentang usaha ini? ……………………………………………………………………………………………… ……………............................................................................................................................
75
LAMPIRAN 2 Output Analisis Regresi Logistik Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Casesa Selected Cases
N
Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 35
100.0
0
.0
35
100.0
0
.0
35
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
Tidak Memperoleh
0
Memperoleh
1
Block 0: Beginning Block Classification Tablea,b Predicted Y Tidak Memperoleh
Observed Step 0
Y
Percentage Correct
Memperoleh
Tidak Memperoleh
24
0
100.0
Memperoleh
11
0
.0
Overall Percentage
68.6
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation B Step 0
Constant
-.780
S.E. .364
Wald 4.591
Df
Sig. 1
Exp(B)
.032
.458
76
Variables not in the Equation Score Step 0
df
Sig.
Variables X1
1.477
1
.224
X2
1.206
1
.272
X3
3.861
1
.049
X4
3.106
1
.078
X5
5.553
1
.018
12.474
5
.029
Overall Statistics
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
18.412
5
.002
Block
18.412
5
.002
Model
18.412
5
.002
Model Summary Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square a
1
25.162
Nagelkerke R Square
.409
.575
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found. Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
df
5.560
Sig. 7
.592 Classification Tablea Predicted Y
Observed Step 1
Y
Tidak Memperoleh Memperoleh
Tidak Memperoleh
Memperoleh Percentage Correct
20
4
83.3
6
5
45.5
Overall Percentage
71.4
a. The cut value is .500
77
Variables in the Equation B Step 1a
S.E.
Wald
Df
Sig.
Exp(B)
X1
1.400
.922
2.306
1
.129
4.054
X2
.687
1.705
.162
1
.687
.503
X3
.129
.075
2.943
1
.086
1.138
X4
.149
.082
3.298
1
.069
1.161
X5
20.417
1.147E4
.000
1
.999
7.362E8
-27.869
1.147E4
.000
1
.998
.000
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5.
78
Lampiran 3. Karakteristik Responden
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Nama
Mamid M Lusi Israh Soebandi Hasim Iyas Majid Jumad Rahmat Abdulrosyid Awaludin Sumitra Ajang Nana Junaidi Tati Pahrudin Septian Sapei Ma'mun Yanti Toto Suhendi Yusuf Agus Muhidin Umar Ipul Ukar Namah Nadia Biri Sopia Dedi Widia
Umur (tahun) 55 23 30 60 42 58 50 39 59 40 26 50 52 40 37 53 29 38 50 54 33 56 43 28 25 30 45 22 53 40 22 38 37 24 27
PENDIDIKAN
SD SD SD SD SD SD SD SMP SD SMP SMA SD SD SMP SMA SD SMP SD SD SD SMP SMA SD SD SD SD SD Kuliah SD SD SMP SD SD SD SD
LAMA USAHA (Tahun) 15 7 10 24 12 32 22 8 42 15 5 20 20 12 12 27 10 15 20 16 13 1 15 2 28 7 21 13 30 3 3 20 8 8 5
79
Lampiran 4 Data Faktor Input
input MODAL PRODUKSI Perolehan Modal sendiri toko toko sendiri toko toko sendiri sendiri toko toko toko toko toko toko sendiri toko toko sendiri toko toko Toko sendiri toko toko toko toko toko toko toko toko toko toko toko toko toko
Besaran Modal (Rp. Juta) 60 4 15 50 15 10 5 6 28 4 4 10 10 3 2 5 6 5 15 4 8 2 5 40 10 6 10 10 5 3 3 3 10 3 3
TENAGA KERJA Jumlah (Orang) 45 5 7 8 9 6 10 6 6 8 3 4 10 3 4 6 3 4 5 5 7 2 5 20 8 6 6 28 3 3 4 5 7 8 6
Upah (Rp. Ribu) 300 200 300 400 250 270 160 180 200 175 320 330 200 300 250 270 170 190 350 180 260 150 280 250 450 350 250 250 400 180 200 200 360 200 300
Dari Sekitar Usaha (Orang) 23 4 5 4 5 6 5 6 6 8 1 4 8 3 4 6 1 4 3 5 3 2 3 20 8 6 2 17 2 3 4 5 2 8 4
BIAYA BAHAN BAKU Biaya Input Per Kodi (Rp. Ribu) 350 120 230 390 355 410 180 270 255 145 145 250 200 150 180 120 260 110 200 155 130 150 140 550 726 247 405 414 285 240 200 300 500 500 205
TEKNOLOGI jumlah (Buah Mesin Jahit) 45 8 40 2 26 50 4 5 2 4 4 2 8 2 3 1 1 2 3 3 10 2 4 7 8 2 9 7 5 3 2 4 10 5 4
80
Total Biaya (Rp. Ribu) 25500 1120 2200 9000 7600 3000 1800 2650 1250 2000 2600 2500 5000 1500 1700 700 700 1800 1900 1500 5000 1300 1900 5000 3700 1200 5500 2600 1800 1500 800 1600 5600 2800 1600
Lampiran 5 Data Faktor Permintaan
Faktor Permintaan PERMINTAAN
PANGSA PASAR
PROMOSI PRODUK
Luas Pangsa Pasar
Ya atau Media Promosi Tidak
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Jumlah Permintaan (Kodi Per Bulan)
Harga (Rp. Ribu / Kodi)
300 30 40 30 30 20 60 25 40 25 20 30 40 20 30 40 30 30 50 20 60 15 40 70 30 7 25 50 10 10 6 10 20 30 18
500 300 300 450 430 550 160 440 280 210 300 300 300 200 250 165 290 150 300 260 170 200 260 720 1500 420 550 750 700 300 300 400 600 400 480
Keterangan
3 1 2 3 2 3 2 3 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 3 1 2 2 1 1 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 1. Bogor dan sekitarnya 2. Pulau Jawa 3. Seluruh Indonesia 4. Indonesia dan Ekspor
ya tidak ya ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak tidak tidak ya ya ya tidak ya ya ya tidak ya ya tidak ya ya ya ya ya ya
contoh ke toko Tidak ada contoh ke toko contoh ke toko Tidak ada Tidak ada contoh ke toko contoh ke toko Tidak ada contoh ke toko contoh ke toko contoh ke toko contoh ke toko contoh ke toko contoh ke toko Tidak ada Tidak ada Tidak ada contoh ke toko contoh ke toko contoh ke toko Tidak ada contoh ke toko contoh ke toko contoh ke toko Tidak ada contoh ke toko contoh ke toko Tidak ada contoh ke toko contoh ke toko contoh ke toko Tidak ada contoh ke toko contoh ke toko
KELIMPAHAN INFORMASI ya tidak tidak tidak tidak ya tidak ya ya tidak tidak tidak tidak ya tidak tidak tidak tidak ya ya tidak tidak tidak tidak ya tidak tidak ya tidak tidak tidak ya tidak ya tidak
81
Lampiran 6. Data Faktor Industri Pendukung dan Terkait Faktor Industri Pendukung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 K 33 E 34 T 35 E R A N G A N
PEMERINTAH LEMBAGA PENELITIAN Keterlibatan Frekuensi Keterlibatan Frekuensi 2 1 1 0 1 0 1 0 3 1 3 1 3 2 1 0 1 0 1 0 3 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 2 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 3 1 1 0 2 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 2 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1. Belum Ada 1. Belum Ada 2. Hanya 2. Hanya sekali sekali 3. Periodik 3. Periodik
LEMBAGA KEUANGAN Keterlibatan Frekuensi 2 1 1 0 1 0 3 0 1 0 1 0 3 1 1 0 2 1 3 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 2 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 2 1 1 0 1. Belum Ada 2. Hanya sekali 3. Periodik
PANGUYUBAN Keterlibatan Frekuensi 2 1 1 0 1 0 3 1 1 0 2 1 3 1 1 0 1 0 1 0 1 0 2 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 2 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1. Belum Ada 2. Hanya sekali 3. Periodik
82
Lampiran 7. Data Faktor Strategi Perusahaan dan Pesaing Faktor Strategi Perusahaan No
KONTINU INPUT Kekontinuitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak tidak tidak ya ya ya ya ya tidak tidak ya tidak ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya tidak ya Keterangan
Manajemen Input 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 4
KUALITAS INTERNAL PEGAWAI Kualitas 5 4 5 5 4 5 4 5 3 4 3 4 5 4 5 3 3 5 4 3 4 4 5 4 3 4 3 4 5 4 5 3 3 5 4
Tunjangan Hari Raya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya
Fasilitas konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi
KUALITAS EKSTERNAL INDUSTRI Pembukuan Keuangan 2 1 3 2 3 3 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2
Dengan Hulu murah order bonus dekat ngutang murah murah grosir tidak murah murah tidak tidak murah bonus murah grosir dekat ngutang grosir dekat murah tidak murah murah grosir tidak murah murah tidak grosir murah bonus murah grosir
Dengan hilir (Tahun) 15 5 10 3 7 6 20 1 5 3 2 20 7 4 4 4 4 5 4 15 5 1 7 2 20 1 5 3 2 3 3 4 4 4 4
KONDISI PERSAINGAN 1 2 1 3 1 4 3 4 2 4 3 3 1 4 3 3 1 4 3 3 3 2 3 2 2 4 3 3 1 4 3 3 1 4 3
1.Sangat Buruk
1.Sangat Buruk
1.Sangat Buruk
1.Sangat Buruk
2. Buruk
2. Buruk
2. Buruk
2. Buruk
3. Biasa
3. Biasa
3. Biasa
3. Baik
4. Baik 5. Sangat Baik
4. Baik 5. Sangat Baik
4. Baik 5. Sangat Baik
4. Sangat Baik
83
Lampiran 8. Data Faktor Modal Sosial Faktor Modal Sosial No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 K E T E R A N G A N
PEROLEHAN MODAL USAHA Modal Total (Rp. Juta)
Asal Modal
100 10 40 90 30 17 10 11 30 8 7 15 18 9 6 7 8 8 19 7 5 4 9 55 18 9 17 20 8 5 5 6 18 8 6
2 4 3 1 1.2 1.2 1 1.2 2 1.2 1.2 2 1.2 1.2 1 2 2 1 1.2 2 1.2 1 1.2 2 2 2 2 1.2 2 2 1 2 1.2 2 2
KEPEDULIAN LINGKUNGAN Tindatakan Atas Sampah
Kata Tetangga
bakar sangat baik 5 truk baik 4 bakar baik 4 Olah, truk baik 4 bakar, jual, olah biasa 3 truk baik 4 dijual, truk biasa 3 truk baik 4 dijual, truk baik 4 bakar, truk biasa 3 dijual, truk baik 4 dibakar baik 4 truk buruk 2 dibakar, truk baik 4 daur, jual baik 4 dibakar, dijual biasa 3 dibakar biasa 3 dibakar biasa 3 dijual, truk baik 4 dijual, truk biasa 3 dijual baik 4 truk baik 4 dijual, truk baik 4 truk baik 4 dijual, truk baik 4 dijual, truk biasa 3 dijual baik 4 truk baik 4 dijual, truk baik 4 truk baik 4 dibakar baik 4 truk buruk 2 dibakar, truk baik 4 daur, jual baik 4 dibakar, dijual biasa 3
moral yang dijunjung
Untuk Moral Yang Hukuman Alam Dijunjung Pegawai 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4
1. Sendiri
1.Sangat Buruk
1.Sangat Buruk
2. Order 3. Lembaga keuangan
2. Buruk
2. Buruk
3. Biasa
3. Biasa
4. Baik
4. Baik
5. Sangat Baik
5. Sangat Baik
4. Keterlibatan Keluarga
pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat pecat
Loyalitas 5.15 6.7 5,10 2.24 4.12 8.32 3.22 8.8 4.42 5.15 1.5 10,20 5,20 10.12 12.12 17.27 3,10 12.15 5,20 5.16 6.13 6,10 10.15 2.2 10.28 5.7 15.21 7.13 10,30 2.3 1.3 14,20 5.8 4.8 5.5
kekeluargaan Tindakan Frekuensi ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya
4 3 1 4 1 2 1 5 1 2 2 3 3 4 4 3 2 4 5 4 4 3 4 3 5 4 3 3 4 4 3 4 3 5 4 1.Sangat Buruk 2. Buruk
Tahun Kerja pegawai Terlama Per Tahun Berdiri Perusahaan
3. Biasa 4. Baik 5. Sangat Baik
84
Lampiran 9. Data Faktor Kelimpahan Informasi No
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
(Y) Kelimpahan Informasi 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0
(X1) Persaingan Harga dan Model 1 2 1 3 1 4 3 4 2 4 3 3 1 4 3 3 1 4 3 3 3 2 3 2 2 4 3 3 1 4 3 3 1 4 3
Loyalitas Konsumen (Tahun) 15 5 10 3 7 6 20 1 5 3 2 20 7 4 4 4 4 5 4 15 5 1 7 2 20 1 5 3 2 3 3 4 4 4 4
(X2) Loyalitas Konsumen per Lama Usaha 1.00 0.71 1.00 0.13 0.58 0.19 0.91 0.13 0.12 0.20 0.40 1.00 0.35 0.33 0.33 0.15 0.40 0.33 0.20 0.94 0.38 1.00 0.47 1.00 0.71 0.14 0.24 0.23 0.07 1.00 1.00 0.20 0.50 0.50 0.80
(X3) Lama Usaha (Tahun) 15 7 10 24 12 32 22 8 42 15 5 20 20 12 12 27 10 15 20 16 13 1 15 2 28 7 21 13 30 3 3 20 8 8 5
(X4) Tenagakerja (Orang) 45 5 7 8 9 6 10 6 6 8 3 4 10 3 4 6 3 4 5 5 7 2 5 20 8 6 6 28 3 3 4 5 7 8 6
(X5) Promosi 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0
1 - Terjadi
1.Sangat Buruk
1 - Promosi
0 - Tidak Terjadi
2. Buruk
0 - Tidak Promosi
3. Baik 4. Sangat Baik
85