ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2003- 2007
SKRIPSI
NAMA
: Septiani Juniarti
NIM
: 43105010066
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
i
ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2003- 2007
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA EKONOMI Program Studi Manajemen – Strata 1
NAMA
: Septiani Juniarti
NIM
: 43105010066
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Septiani Juniarti
NIM
: 43105010066
Program Studi
: Manajemen – Strata 1
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah murni hasil karya sendiri. Apabila saya mengutip dari karya orang lain, maka saya mencantumkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Saya bersedia dikenai sanksi pembatalan skripsi ini apabila terbukti melakukan tindakan plagiat ( penjiplakan ).
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Jakarta, 10 Februari 2009
( Septiani Juniarti ) NIM : 43105010066
iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa
: Septiani Juniarti
NIM
: 43105010066
Program study/ Jurusan
: Ekonomi/ Manajemen – Strata 1
Judul
: Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2003- 2007.
Tanggal Lulus Ujian
: 6 Maret 2009
Disahkan oleh: Pembimbing Skripsi
(Yuhasril, SE., ME)
Dekan
( Dra. Yuli Harwani, MM )
Ketua Program Studi Manajemen S1
(Arief Bowo Prayoga K, SE., MM)
iv
LEMBAR PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
Skripsi Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Stuktur Modal pada Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2003- 2007
Dipersiapkan dan disusun oleh : Septiani Juniarti 43105010066 Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji pada tanggal
Susunan Dewan Penguji Ketua penguji/ Pembimbing Skripsi
( Yuhasril, SE., ME ) Anggota Dewan Penguji
( Arief Bowo Prayoga K, SE., MM ) Anggota Dewan Penguji
( Drs. Ali Mashar, MM )
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikaum Wr Wb, Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala rahmat dan karunia- Nya yang telah dilimpahkan sejak penulis mencari ide, mengajukan, menyusun, hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan, bantuan, dan bimbingan dari rekan- rekan yang turut membantu dalam penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Ir. H. Suharyadi, MS Selaku Rektor Universitas Mercu Buana. 2. Ibu Dra. Yuli Harwani, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana. 3. Bapak Arief Bowo Prayoga K, SE., MM Selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Mercu Buana. 4. Bapak Yuhasril, SE., ME selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan yang bermanfaat dalam penyusunan karya ilmiah ini. 5. Kepada kedua orang tua ku, papah dan mamah ku yang tercinta atas dukungan, semangat, nasehat, dan doa baik secara material dan spiritual agar terselesaikannya karya ilmiah ini.
vi
6. Kepada kedua adikku, Daniar dan Gissi yang telah mendukung dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Serta saudara- saudaraku, tante, om, dan nenekku, atas doa nya selama ini. 7. Kepada rekan- rekan ASDOS MANAJEMEN periode 2006/2007, Danang, Fatmah, Dina, Hardiyansyah, Kilat, dan Mardianto yang telah banyak membantu dan memberikan masukan serta saran sehingga terselesaikannya laporan ini. 8. Kepada teman- teman seperjuangan, Sari, Novi, dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu- persatu. 9. Kepada Soulmate tersayang, Aa Nandes yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat agar tercapainya cita- citaku. 10. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini yang tidak bisa disebutkan satu- persatu.
Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat- Nya kepada kita semua dan memberikan balasan kepada pihak- pihak yang turut membantu penulis dalam menyusun karya ilmiah ini. Usaha maksimal telah dilakukan penulis dalam menyusun karya ilmiah ini, namun mengingat terbatasnya ilmu dan kemampuan yang dimiliki, maka penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang diberikan penulis ucapkan terima kasih, agar penulis lebih memperbaiki penulisan- penulisan karya ilimiah dimasa yang akan datang.
vii
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr Wb.
Penulis, ( Septiani Juniarti )
viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL
i
HALAMAN JUDUL
ii
HALAMAN PERNYATAAN KARYA SENDIRI
iii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
iv
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
v
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
ABSTRAKSI
xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Rumusan Masalah
4
1.3 Pembatasan Masalah
4
1.4 Tujuan Penelitian
5
1.5 Manfaat Penelitian
6
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan
7
2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan
7
2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan
7
2.2 Pengertian Struktur Modal
8
2.3 Teori Struktur Modal
9
2.4 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
12
2.5 Pendekatan Dalam Struktur Modal
16
2.6 Analisis Rasio Keuangan
20
2.6.1 Tujuan dan Kegunaan Analisis Rasio
20
2.6.2 Jenis- Jenis Rasio Keuangan
22
2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu
23
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian
27
3.1.1 Lokasi Penelitian
27
3.1.2 Sejarah Singkat Perusahaan
27
3.2 Metode Penelitian
32
3.3 Hipotesis
33
3.4 Data Penelitian
34
3.5 Variabel dan Pengukuran
34
3.5.1 Variabel Bebas
34
3.5.2 Variabel Terikat
35
3.6 Definisi Operasional Variabel
35
3.6.1 Variabel Bebas
35
3.6.2 Variabel Terikat
37
3.7 Metode Pengumpulan Data
38
3.8 Metode Analisis Data
38
3.8.1 Uji Normalitas
39
3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda
39
3.8.3 Uji Asumsi Klasik
40
3.8.4 Uji Statistik
42
BAB IV ANALISA dan PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Normalitas
46
4.2 Hasil Uji Asumsi Klasik
48
4.2.1 Hasil Uji Multikolinieritas
47
4.2.2 Hasil Uji Heterokedastisitas
49
4.2.3 Hasil Uji Autokorelasi
51
4.3 Hasil Uji Statistik
53
4.3.1 Hasil Uji F ( ANOVA )
54
4.3.2 Hasil Uji t Statistik
55
4.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
61
BAB V SIMPULAN dan SARAN 5.1 Simpulan
62
5.2 Saran
63
x
DAFTAR PUSTAKA
65
LAMPIRAN
67
xi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
23
Tabel 3.1 Autokorelai Durbin Watson
42
Tabel 4.1 Uji Multikolinieritas
48
Tabel 4.2 Cefficient Correlation
49
Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi ( Durbin Watson )
52
Tabel 4.4 ANOVA
54
Tabel 4.5 Hasil Uji t Stastistik
55
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 untuk Uji t
43
Gambar 3.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 untuk Uji F
45
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas
47
Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas
51
Gambar 4.3 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 α = 5 % ( uji F )
54
Gambar 4.4 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 α = 5 % ( uji t, SIZE ) 56 Gambar 4.5 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 α = 5 % ( uji t, DOL ) 57 Gambar 4.6 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 α = 5 % ( uji t, NPM ) 58 Gambar 4.7 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 α = 5 % ( uji t, CR )
59
Gambar 4.8 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 α = 5 % ( uji t, GS )
60
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Nama Perusahaan- Perusahaan Industri Makanan
67
dan Minuman yang Dijadikan Objek Penelitian lampiran 2 Data Faktor- Faktor yang Dianalisis Terhadap Struktur
68
Modal Industri Makanan dan Minuman Lampiran 3 Output SPSS, Deskriptif Statistik dan Residual Statistik
70
Lampiran 4 Output SPSS, Variabel Entered/ Removed dan Gambar
71
Hasil Heterokedastisitas Lampiran 5 Tabel t ( 2- Tailed )
72
Lampiran 6 Tabel F ( α = 5% )
73
Lampiran 7 Tabel Durbin Watson
74
xiv
ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel FIRM SIZE, Degree Operating Leverage ( DOL ), Net Profit Margin ( NPM ), Current Ratio ( CR ), dan Growth Sales ( GS ) terhadap Struktur Modal ( DER ) pada industri makanan dan minuman yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2003- 2007. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan yaitu dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Penelitian ini menggunakan Analisis Linier Regresi Berganda, dan pengujian dilakukan dengan menguji secara parsial ( uji t ), secara bersama- sama ( uji f ), dan juga mengetahui seberapa besar keterikatan atau pengaruhnya variabel independen terhadap variabel dependen yaitu besarnya koefisien determinasi (R²).Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SPSS 16 for windows. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan ( bersama- sama ) variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen sebesar 2,9 %. Hal ini berarti Struktur Modal ( DER ) lebih banyak dipengaruhi faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Jika dilihat hasil analisis secara parsial., variabel Net Profit Margin ( NPM ) berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal ( DER ), pada tingkat kepercayaan sebesar 95 % ( α = 0,05 ).Sedangkan variabel FIRM SIZE, Degree Operating Leverage (DOL ), Current Ratio ( CR ) dan Growth Sales ( GS ) tidak bepengaruh signifikan terhadap Struktur modal ( DER ). Kata kunci : Firm Size ( SIZE ), Degree Operating Leverage ( DOL), Net Profit Margin ( NPM ), Current Ratio ( CR ), dan Growth Sales ( GS ), dan Debt Equity Ratio ( DER ).
xv
BAB 1
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Pengembangan perusahaan di era globalisasi saat ini adalah salah satu hal
yang harus dilakukan oleh para pemilik perusahaan sebagai wujud persaingan terhadap perusahaan- perusahaan sejenis lainnya baik perusahaan yang berkapitalisasi besar maupun perusahaan yang berkapitalisasi kecil. Hal ini merupakan permasalahan tersendiri bagi perusahaan yang bersangkutan karena berdampak terhadap strategi pendanaan yang akan dilakukan oleh perusahaan tersebut. Pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan terdiri dari dua unsur, yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal. Pendanaan internal adalah pendanaan yang berasal dari dalam perusahaan. Apabila suatu perusahaan mampu memenuhi kebutuhannya dari dana internal, maka perusahaan tersebut dapat mengurangi ketergantungannya terhadap pihak luar. Sedangkan dana eksternal adalah dana yang berasal dari luar perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat memenuhi segala kebutuhannya dari dalam, maka perusahaan tersebut dapat bekerja sama dengan pihak luar perusahaan dan dapat menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan baik dalam bentuk hutang ( Debt Financing ) maupun dengan menebitkan saham baru ( External Equity Financing ). Oleh karena itu pada prinsipnya, setiap perusahaan membutuhkan dana dalam upaya pengembangan ( ekspansi ) terhadap perusahaan yang sedang dijalankan. Dengan tetap memperhitungkan cost of capital ( biaya modal ) maka
1
diperlukan struktur modal yang berfungsi untuk menetapkan apakah kebutuhan dana perusahaan dipenuhi dari hutang kepada pihak luar ataukah dipenuhi dari modal perusahaan sendiri. Dalam menetapkan keputusan pendanaan, perusahaan perlu menganalisis sumber- sumber dana yang akan digunakan oleh perusahaan untuk membelanjai segala kebutuhan dan kegiatan perusahaan tersebut. Kebijakan perusahaan melibatkan trade off ( keseimbangan ) antara resiko dan tingkat pengembalian. Penambahan hutang menimbulkan resiko yang tinggi dan sekaligus menimbulkan return ( pengembalian ) yang besar sesuai dengan yang diharapkan perusahaan. Resiko yang tinggi akibat membesarnya hutang cenderung menurunkan harga saham pada awalnya, namun dengan tingkat pengembalian yang tinggi, maka akan kembali menaikkan harga saham tersebut. Struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari : utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari : saham preferen dan saham biasa. Maka dapat disimpulkan bahwa pimpinan perusahaan dalam hal ini manajer keuangan harus dapat mencari bauran pendanaan ( financing mix ) yang tepat agar tercapai struktur modal yang optimal yang sacara langsung akan mempengaruhi nilai perusahaan. (Dermawan 2007 : 179). Perusahaan sebaiknya pertama- tama menganalisis sejumlah faktor, kemudian menetapkan suatu struktur modal sasaran ( target capital structure ). Struktur modal sasaran adalah kombinasi antara utang, saham preferen, dan saham ekuitas yang digunakan perusahaan untuk merencanakan mendapatkan modal. Sasaran ini dapat mengakibatkan perubahan sewaktu- waktu sesuai dengan
2
perubahan kondisi, tetapi disetiap waktu, manajemen sebaiknya memiliki struktur modal yang spesifik dalam pikiran mereka. Jika pada kenyataanya rasio utang berada dibawah tingkat sasaran, ekpansi modal biasanya dilakukan dengan menerbitkan utang. Sedangkan jika rasio utang berada diatas tingkat sasaran, biasanya ekuitas yang akan diterbitkan ( Brigham and Huston 2006 : 6 ). Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998, adalah suatu fenomena yang sangat berdampak buruk bagi perusahaan- perusahaan terkemuka. Tingkat suku bunga yang tinggi dan lemahnya daya beli masyarakat, menjadikan dunia bisnis perusahaan terpuruk. Timbulnya hutang yang besar dan ketidakmampuan perusahaan untuk melunasi hutang- hutang tersebut hingga tanggal jatuh tempo, menyebabkan terpuruknya posisi perusahaan dalam dunia bisnis, akibat lemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar saat itu. Berdasarkan kondisi tersebut dalam menetapkan struktur modal, perusahaan sangat memperhitungkan untung rugi yang akan didapat jika perusahaan ingin memperbesar jumlah hutangnya. Dengan mengetahui apa dan bagaimana faktor- faktor yang mempengaruhi struktur modal dalam industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia (BEI), dapat membantu para manajemen perusahaan untuk menentukan bagaimana seharusnya pemenuhan kebutuhan dana untuk mencapai struktur modal yang optimal, dan juga para investor dalam pasar modal pada umumnya. Sehingga tujuan perusahaan untuk memaksimumkan kemakmuran para pemegang saham ( pemilik ) dapat tercapai.
3
Mengingat pentingnya keputusan pendanaan dalam perusahaan agar perusahaan dapat terus hidup dan berkembang, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang diterjemahkan kedalam karya tulis ilmiah yang berjudul : “ Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia periode 2003- 2007“.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan pada pembahasan diatas,
maka permasalahan yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah faktor Firm Size, DOL, NPM, CR, dan Growth Sales ( GS ) secara bersama- sama mempengaruhi Struktur Modal ( DER ) pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2003- 2007? 2. Faktor manakah yang secara parsial mempengaruhi Struktur Modal pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2003- 2007?
1.3
Pembatasan Masalah 1. Industri yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan ini dipilih karena skala produksinya besar dan membutuhkan modal yang besar pula untuk pengembangan perusahaan.
4
2.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan tahunan yaitu tahun 2003- 2007.
3. Terdapat banyak faktor- faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal dalam industri makanan dan minuman, namun dalam penelitian ini, penulis membatasi faktor- faktor yang dijadikan sebagai variabel independen yang dapat mempengaruhi struktur modal yang terdiri dari : Ukuran Perusahaan ( Firm Size ), Degree Operating Leverage ( DOL ), Net Profit Margin ( NPM ), Current Ratio ( CR ), dan Pertumbuhan Penjualan ( Growth Sales ), pada industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia periode 2003- 2007.
1.4
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini antara
lain: 1. Untuk mengetahui seberapa jauh variabel : Firm Size, DOL, NPM, CR, dan Growth Sales dapat mempengaruhi Struktur Modal ( DER ) pada Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia periode 20032007. 2. Dengan menggunakan alat uji statistik diharapkan dapat diketahui variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap Struktur Modal pada Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia.
5
1.5
Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat dan
berguna bagi seluruh pihak diantaranya : 1. Bagi Kalangan Akademis dan Praktisi Yaitu untuk menambah referensi bukti empiris sebagai rekomendasi penelitian bagi masayarakat Indonesia untuk masa yang akan datang. 2. Bagi Investor Dan Manajer Perusahaan Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengambilan keputusan pendanaan dalam berinvestasi. 3. Bagi Penulis Dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan serta menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama masa perkuliahan untuk dapat diaplikasikan dalam menyusun penelitian ilmiah dan mengolah data untuk mencapai hasil yang diharapkan.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Manajemen Keuangan
2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan Definisi manajemen keuangan menurut Agus ( 2001 : 6 ) : “ Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien” .
Menurut Gitman ( 2003 ) manajemen keuangan adalah : “ Finance can be define as the art and science of managing money, virtually all individuals and organizations earn or raise money and spend or invest money “.
2.1.2
Fungsi Manajemen Keuangan Menurut Dermawan ( 2005 : 1 ) fungsi manajer keuangan adalah : 1. Putusan pendanaan atau pembelanjaan. Sumbernya : a. Sumber dana dari luar perusahaan/ asing. Yaitu pinjaman jangka pendek dan pinjaman berjangka panjang. b. Sumber dari dalam perusahaan atau modal sendiri, antara lain : 1)
menerbitkan atau menjual saham sebagai setoran modal perusahaan
7
2).
setelah perusahaan berjalan : laba yang ditahan, dan penyusutan
2. Putusan investasi, yaitu keputusan penggunaan dana tersebut untuk pos/ proyek yang menguntungkan perusahaan. 3. Putusan kebijakan deviden, yaitu putusan pembayaran deviden atau pembayaran kembali obligasi.
2.2
Pengertian Struktur Modal Menurut Agus ( 2001 : 225 ) pengertian struktur modal adalah sebagai
berikut : “Struktur modal adalah merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa”.
Menurut Dermawan ( 2007 : 179 ) Pengertian struktur modal adalah: “ Perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari : utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari saham preferen dan saham biasa “.
Menurut Sutrisno ( 2005 : 273 ) struktur modal adalah : Imbangan antara modal asing atau hutang dengan modal sendiri.
8
2.3
Teori Struktur Modal Teori struktur modal yang dikembangkan oleh beberapa ahli terutama
digunakan untuk mengetahui apakah perusahaan bisa meningkatkan kemakmuran pemegang saham melalui perubahan struktur modal. Asumsi- asumsi ini diberikan dalam rangka mempermudah pembahasan teori struktur modal. Menurut Agnes Sawir ( 2004 ) asumsi- asumsi tersebut antara lain : 1. Keuntungan yang diperoleh perusahaan dianggap konstan, artinya perusahaan tidak mengadakan perubahan terhadap investasinya. 2. Seluruh keuntungan yang diperoleh merupakan hak pemegang saham sehingga akan dibagikan semuanya kepada para pemegang saham. 3. Hutang yang digunakan bersifat permanen, dengan arti bahwa bila ada hutang yang jatuh tempo harus di roll over atau segera diganti dengan hutang baru. 4. Perusahaan dapat mengubah struktur modalnya secara langsung, misalnya mengubah obligasi menjadi saham dan sebaliknya saham menjadi obligasi dengan mudah dan tidak ada biaya transaksi. 5. Tidak ada pajak ( income tax ). 6. Saham dan obligasi ditransaksikan disuatu pasar modal yang sempurna. Teori struktur modal menurut Ghosh ( 2000 ) terdiri dari : 1. Agency Theory Manajemen merupakan agen dari pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas
9
kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Oleh karena itu manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Kegiatan pengawasan itu membutuhkan biaya yang disebut biaya agensi, yaitu biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur dan pemegang saham.
2. Signaling Theory Isyarat atau signal menurut Brigham dan Huston ( 2001 : 36 ) adalah suatu tindakan memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara- cara lain termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal
3. Pecking Order Theory Pecking Order Theory yang dikenal dengan Asymmetric Information Theory. Asymmetric information atau ketidaksamaan informasi menurut Brigham dan Huston ( 2001 : 35 ) adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor. Dengan demikian pihak manajemen mungkin berfikir bahwa harga saham saat ini sedang overvalue ( terlalu mahal ) maka akan
10
lebih baik jika menawarkan saham baru sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih mahal dari seharusnya. Tetapi para pemodal menafsirkan kalau perusahaan menawarkan saham baru, kemungkinanya adalah harga saham sedang terlalu mahal dan sebagai akibatnya para pemodal akan menawar harga saham baru tersebut dengan harga lebih rendah. Hal itu dilakukan dengan alasan emisi saham baru akan menurunkan harga saham. Secara singkat teori ini mengatakan bahwa : ( a ) perusahaan menyukai internal financing ( pendanaan dari hasil laba operasi perusahaan berwujud laba ditahan ), ( b ) Apabila external financing ( pendanaan dari luar ) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas paling aman terlebih dahulu dimulai dari retained earning ( laba ditahan ), menerbitkan hutang dengan pinjam di bank, menerbitkan saham ( sekuritas ).
4. Trade Off Theory Konsep Trade Off dalam Balancing Theory adalah menyeimbangkan manfaat dan biaya dari penggunaan hutang dalam struktur modal sehingga disebut pula sebagai Trade off Theory. Berdasarkan teori Modigliani dan Miller ( 1958 ) mengatakan bahwa semakin besar hutang yang digunakan semakin tinggi nilai perusahaan. Model MM mengabaikan faktor biaya kebangkrutan dan biaya keagenan, sehingga teori ini diperbaharui lagi oleh Stiglist ( 1969 ) yang mengatakan jika semakin besar hutang perusahaan, maka perusahaan
tersebut
akan
mengalami
kebangkrutan
akibat
11
ketidakmampuan perusahaan untuk membayar hutang- hutang tersebut. Sementara struktur modal yang optimal adalah terbentuk dengan menyeimbangkan manfaat dari penghematan pajak atas penggunaan hutang terhadap biaya kebangkrutan.
2.4
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Faktor- faktor yang mempengaruhi struktur modal menurut Agus (2001 :
248 ) : 1. Tingkat Penjualan. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan utang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil. 2. Struktur Asset. Perusahaan yang memiliki asset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar, hal ini disebabkan karena dari skala perusahaan besar akan lebih mudah menggunakan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil. 3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan. Semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. 4. Profitabilitas. Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur laba. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan
12
sebelum menggunakan utang. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan dari pertama, laba ditahan, kemudian utang, dan terakhir penjualan saham baru. Meskipun secara teoritis sumber modal yang biayanya paling murah adalah utang, kemudian saham preferen dan yang paling mahal adalah saham biasa serta laba ditahan. Pertimbangan lain adalah bahwa direct cost untuk pembiayaan eksternal lebih tinggi dibanding dengan pembiayaan internal. Selanjutnya penjualan saham baru justru merupakan sinyal negatif karena
pasar mengintreprestasikan
perusahaan
dalam
keadaan
kesulitan likuiditas. Penjualan saham baru tidak jarang menyebabkan terjadinya delusi dan pemegang saham akan mempertanyakan kemana laba yang diperoleh selama ini? Hal ini juga tidak terlepas adanya informasi yang tidak simetris atau asymatric information antara manajemen dengan pasar. Manajemen jelas memiliki informasi yang lebih tentang prospek perusahaan dibandingkan pasar. Dengan demikian jika tidak ada alasan yang kuat untuk diversifikasi misalnya, maka penjualan saham baru justru mengakibatkan harga saham turun. 5. Variabel laba dan perlindungan pajak. Variabel ini sangat erat kaitannya dengan stabilitas penjualan. Jika variabilitas laba perusahaan kecil maka perusahaan mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menanggung beban tetap dari utang.
13
6. Skala Perusahaan. Perusahaan besar yang sudah well- established akan lebih mudah memperoleh modal dari pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. 7. Kondisi Intern Perusahaan dan Ekonomi Makro. Perusahaan perlu menanti saat yang tepat untuk menjual saham dan obligasi.
Faktor- faktor struktur modal menurut Brigham and Huston (2006 : 42 ): 1. Stabilitas Penjualan. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat dengan aman mengambil lebih banyak hutang dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi, dibandingkan perusahaan yang kurang stabil penjualannya. 2. Struktur Aktiva. Perusahaan yang aktivanya cocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung lebih banyak menggunakan utang. 3. Leverage Operasi. Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih sedikit memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menerapkan leverage keuangan, karena perusahaan tersebut akan memiliki resiko bisnis yang lebih kecil. 4. Tingkat Pertumbuhan. Perusahaan yang tumbuh dengan cepat harus lebih mengandalkan diri pada dana eksternal. 5. Profitabilitas. Perusahaan – perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi menggunakan utang yang relatif sedikit. Meskipun tidak terdapat pembenaran teoritis atas fakta ini, salah satu pembenaran praktis adalah bahwa perusahaan-
14
perusahaan yang sangat menguntungkan seperti Intel, Coca cola, Microsoft, memang sebenarnya tidak banyak membutuhkan pendanaan melalui
hutang.
Tingkat
pengembalian
mereka
yang
tinggi
memungkinkan mereka melakukan sebagian besar pendanaan secara internal. 6. Pajak. Bunga adalah beban yang dapat menjadi pengurang pajak, dan pengurang pajak adalah hal yang sangat berharga bagi perusahaan dangan tarif pajak yang tinggi. Oleh karena itu, semakin tinggi tarif pajak sebuah perusahaan semakin besar manfaat yang diperoleh dari utang. 7. Pengendalian. Dampak utang versus saham pada posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal. Jika manajemen memiliki suara 50 persen terhadap sahamnya, tetapi perusahaan berada dalam posisi dimana mereka tidak bisa berhutang lagi, maka manajemen dapat berhutang sebagai alternatif untuk pendanaanpendanaan baru. Atau manajemen bisa menggunakan ekuitasnya jika situasi keuangan perusahaan begitu lemah sehingga penggunaan hutang dapat memiliki resiko gagal bayar yang serius. Akan tetapi jika penggunaan utang sedikit, manajemen dapat juga diambil oleh pihak lain. Jadi pertimbangan pengendalian dapat juga diambil dari utang ataupun ekuitas, tergantung dari posisi perusahaan. 8. Sikap Manajemen. Sikap menajemen yang cenderung konservatif akan menggunakan lebih sedikit utang daripada rata- rata perusahaan
15
didalam industri mereka. Sedangkan menajemen yang bersikap agresif menggunakan lebih banyak utang didalam pencarian mereka akan laba yang tinggi. 9. Sikap pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat. 10. Kondisi pasar. Kondisi dari pasar saham dan obligasi yang mengalami perubahan baik jangka panjang maupun jangka pendek dapat memberi arti penting pada struktur modal sebuah perusahaan yang optimal. 11. Kondisi internal perusahaan. 12. Fleksibilitas keuangan.
2.5
Pendekatan dalam Struktur Modal Menurut Agus ( 2001 : 230 ) pendekatan struktur modal terdiri dari : 1. Pendekatan Tradisional Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga tingkat leverage tertentu, resiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik K
e
(biaya modal sendiri) maupun K (biaya hutang) relatif konstan. Namun d
demikian setelah leverage rasio utang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri ini akan semakin besar dan bahkan akan lebih semakin besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih murah. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat dari penggunaan utang yang
16
semakin besar. Dengan demikian menurut pendekatan tradisional ini, terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang optimal tersebut terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata- rata tertimbang minimum. 2. Pendekatan Modigliani dan Miller ( MM ) MM memperkenalkan teori struktur modal dengan beberapa asumsi sebagai berikut : i.
Resiko bisnis perusahaan dapat diukur dengan standar deviasi laba sebelum bunga dan pajak ( σ ebit ) dan perusahaan yang memiliki resiko bisnis sama dikatakan berada dalam kelas yang sama.
ii.
Semua investor dan investor potensial memiliki estimasi sama terhadap EBIT perusahaan dimasa datang, dengan demikian semua investor memiliki harapan yang sama atau homogeneus expectation tentang laba perusahaan dan tingkat resiko perusahaan.
iii.
Saham dalam obligasi diperdagangkan dalam pasar modal yang sempurna atau perfect capital market . adapun kriteria pasar modal yang efisien adalah : i.
Informasi selalu tersedia bagi semua investor ( symmetric information ) dan dapat diperoleh tanpa biaya.
ii.
Tidak ada biaya transaksi dan investor bersikap rasional.
17
iii.
Investor dapat melakukan diversifikasi investasi secara sempurna.
iv.
Tidak ada pajak pendapatan perseorangan.
3. Pendekatan Laba Bersih ( NI ) Menurut Agus ( 2001 : 228 ) , pendekatan laba bersih mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi (K ) yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan e
jumlah hutangnya dengan tingkat biaya hutang (K ) yang konstan pula. d
Karena K dan K konstan maka semakin besar jumlah hutang yang e
d
digunakan perusahaan, biaya modal rata-rata tertimbang (K ) akan o
semakin kecil. Hal ini sesuai dengan rumus : K = o
D E .K (1–T)+ K D E d D E e
Dimana : K = biaya modal rata-rata tertimbang o
D = nilai pasar hutang perusahaan E = nilai pasar saham biasa perusahaan K = biaya hutang d
T = tingkat pajak perusahaan K = biaya modal sendiri e
18
4. Pendekatan Laba Operasi Bersih ( NOI ) Menurut Agus ( 2001 : 229 ) mengasumsikan bahwa investor memiliki reaksi berbeda terhadap penggunaan utang oleh perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata- rata tertimbang konstan berapapun tingkat utang yang digunakan oleh perusahaan. Pertama diasumsikan bahwa biaya utang konstan seperti halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan utang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan resiko perusahaan. Oleh karena itu tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya resiko perusahaan. Konsekuensinya biaya modal rata- rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.
Menurut Dermawan ( 2007 : 179 ) teori struktur modal dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu : 1. Teori struktur modal tradisional yang terdiri dari : a.
Pendekatan laba bersih ( Net Income Approach )
b.
Pendekatan laba operasi bersih ( NOI Approach )
c.
Pendekatan tradisional
Ketiga pendekatan struktur modal tradisional pada mulanya dikembangkan oleh David Durand pada tahun 1952. Teori struktur modal modern yang terdiri dari : - Model Modigliani- Miller ( MM ) tanpa pajak
19
- Model MM dengan pajak - Model Miller - Financial distress dan Agency cost - Model Trade off - Teori informasi tidak simetris
2.6
Analisis Rasio Keuangan
2.6.1
Tujuan dan Kegunaan Analisis Rasio Untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan perusahaan, analisis
keuangan dan pemakaian laporan keuangan harus melakukan analisis terhadap kesehatan perusahaan. Alat yang biasa digunakan adalah rasio keuangan. Dalam analisis rasio ada dua jenis perbandingan yang digunakan yaitu perbandingan internal dan perbandingan eksternal. Perbandingan internal yaitu membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan rasio yang akan datang dari perusahaan yang sama. Jika rasio keuangan ini diurutkan dalam beberapa tahun atau periode, pemakai dapat melihat kecenderungan rasio keuangan, apakah mengalami penurunan
atau
peningkatan.
Sedangkan
perbandingan
eksternal
adalah
membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio perusahaan lain yang sejenis rata- rata industri pada titik yang sama. Perbandingan ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang kondisi dan kinerja perusahaan relatif dan membantu mengidentifikasi penyimpangan dari rata- rata atau standar industri.
20
Menurut Syafarudin Alwi ( 2004 ) analisis rasio keuangan mempunyai kegunaan sebagai berikut : “ Analisis rasio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan melainkan juga pihak luar dalam. Hal ini adalah calon investor oleh kreditur yang menanamkan dana mereka dalam perusahaan melalui pasar modal dengan cara membeli saham perusahaan go public “.
Sedangkan tujuan dari analisis keuangan adalah membantu para manajer untuk memahami hal- hal yang perlu dilakukan oleh perusahaan berdasarkan informasi yang tersedia dan sifatnya terbatas dari financial statement. Berdasarkan pendapat diatas maka disimpulkan bahwa, analisis rasio merupakan alat untuk membantu para manajer keuangan untuk membuat berbagai keputusan perusahaan berdasarkan informasi yang dapat diperoleh dari analisis rasio suatu laporan financial yang dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun pihak eksternal. Menurut Bambang ( 2001 ) angka- angka rasio keuangan yang dapat dianalisis dengan memperbandingkan angka rasio itu dengan : a. Rasio rata- rata dari sebuah industri semacam dimana perusahaan yang dianalisis menjadi anggotanya. b. Rasio- rasio semacam diwaktu yang lalu ( rasio histories ) dari perusahaan yang bersangkutan. c. Rasio keuangan dari perusahaan lain yang sejenis merupakan pesaing dari perusahaan yang dinilai cukup baik atau berhasil didalam usahanya.
21
2.6.2
Jenis – Jenis Rasio Keuangan Menurut Brigham et.al ( 2001 )rasio- rasio keuangan digolongkan
menjadi enam jenis antara lain : a. Rasio likuiditas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. b. Rasio leverage Rasio ini mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang. c. Rasio aktivitas Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya. d. Rasio profitabilitas Rasio ini mengukur efektifitas manajemen dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi per saham. e. Rasio pertumbuhan Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya didalam pertumbuhan ekonomi dan industri. f. Rasio penilaian Rasio ini mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi. Rasio penilaian merupakan ukuran paling lengkap tentang kinerja perusahaan karena mencerminkan rasio resiko dan pengembalian.
22
2.7
Tinjauan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terhahulu seperti penelitian yang dilakukan oleh
Ozkan ( 2001 ) dalam jurnalnya yang berjudul “ Faktor- faktor yang mempengaruhi struktur modal periode 1984- 1996 “ dimana ia menjadikan variabel Firm Size, Non- debt tax Shield, likuiditas, dan profitabilitas sebagai variabel bebas, dan dihasilkan bahwa ukuran perusahaan ( firm size ) mempunyai hubungan yang positif terhadap struktur modal, sementara variabel lainnya mempunyai hubungan negatif terhadap struktur modal. Tinjauan penelitian yang relevan lainnya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti
Judul penelitian
Variabel
Hasil penelitian
independent (X ) Ozkan,
Faktor- faktor yang
Firm size, Non
- Ukuran perusahaan
2001
mempengaruhi struktur
Debt- Tax
mempunyai hubungan
modal periode 1984-
Shield,
yang positif terhadap
1996.
likuiditas, dan
struktur modal
Profitabilitas.
- Non debt taxshield,likuiditas, dan profitabilitas mempunyai hubungan negatif terhadap struktur modal
23
Saidi, 2004
Faktor- faktor yang
Ukuran
- Ukuran perusahaan,
mempengaruhi struktur
perusahaan,
pertumbuhan aktiva,
modal pada perusahaan
Resiko bisnis,
profitabilitas, dan
manufaktur go public
Pertumbuhan
kepemilikan
di BEJ tahun 1997-
aktiva,
berpengaruh signifikan
2002.
Profitabilitas,
terhadap struktur
Struktur
modal.
kepemilikan
- Resiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Tiwi setyo
Pengaruh stabilitas
Stabilitas
- Stabilitas penjualan
ningsih,
penjualan, struktur
penjualan,
dan profitabilitas
2007
aktiva, tingkat
Struktur aktiva,
berpengaruh positif
pertumbuhan, dan
Tingkat
signifikan,
profitabilitas terhadap
pertumbuhan,
- Struktur aktiva dan
struktur modal pada
Profitabilitas.
tingkat pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh positif
perdagangan besar
tidak signifikan.
barang produksi di BEJ.
24
Rizal
Faktor- faktor yang
Tangible asset,
-Profitabilitas, growth,
(2002)
mempengaruhi
Likuiditas
likuiditas, tangible
struktur modal pada
perusahaan,
asset mempunyai
perusahaan
Market to Book
pengaruh negatif
manufaktur yang ada
Value (MBV ),
terhadap struktur
di Bursa Efek Jakarta.
Size, Growth,
modal
dan Profitabilitas
- MBV dan SIZE berpengaruh positif terhadap stuktur modal
Rio bahtian
Pengaruh struktur akti- Tangible asset,
-Size memiliki
sakti( 2002)
va, ukuran perusahaan, Size, Operating
pengaruh positif
operating leverage, pro- leverage,
terhadap struktur
fitabilitas, likuiditas,dan Profitabilitas,
modal
pertumbuhan perusaha- Likuiditas, dan
- likuiditas memiliki
an terhadap struktur
pengaruh negatif
Growth
modal pada industri da-
terhadap struktur
sar dan kimia di Bursa
modal
Efek Jakarta.
25
Andriana
Pengaruh Insider
Insider
- Variabel insider
(2004)
ownership,
ownership,
ownership tidak
Institutional Investor,
Institutional
memiliki pengaruh
Deviden payment, dan
investor,
signifikan terhadap
Firm Growth terhadap
Deviden
DER
kebijakan hutang pada
payment, dan
- Variabel institutional
perusahaan
Firm growth
investor memiliki
manufaktur yang
pengaruh positif
terdaftar di BEJ tahun
terhadap DER
1999- 2002.
- Firm growth memiliki pengaruh negatif terhadap DER
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian
3.1.1
Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis mengadakan penelitian dan pengambilan
data pada Bursa Efek Indonesia yang bertempat di gedung Bursa Efek Indonesia, Jl. Jend. Sudirman Kav 52- 53 Jakarta 12190. Dalam penelitian ini, penulis mencari langsung data- data laporan keuangan perusahaan sektor industri makanan dan minuman di bagian riset dan dokumentasi ( PRPM ) di Bursa Efek Indonesia. Pusat Referensi Pasar Modal ( PRPM ) adalah tempat tersedianya data atau informasi mengenai Pasar Modal Indonesia dan berbagai laporan keuangan perusahaan yang telah melakukan go publik baik laporan keuangan bulanan, triwulan, semesteran, maupun laporan tahunan, prospektus masing- masing perusahaan, data mengenai frekuensi transaksi saham, nilai transaksi penjualan saham, harga saham, dan juga hasil RUPS perusahaan, serta tersedianya bukubuku pengetahuan mengenai pasar modal, manajemen investasi, buku tentang keuangan, dan buku umum lainnya
3.1.2
Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Ades Waters Indonesia Tbk PT. Ades Waters Indonesia Tbk ( “ perseroan “ ) perusahaan yang berdomisili di Indonesia dengan kantor pusat di Perkantoran Hijau Arkadia, Jl. TB
27
Simatupang Kav. 88, Jakarta, didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia pada tahun 1985. Nama perseroan telah diubah beberapa kali, terakhir di tahun 2004 ketika nama perseroan diubah menjadi PT Ades Waters Indonesia Tbk. Sesuai pasal 2 Anggaran Dasarnya, perseroan dapat bergerak dibeberapa bidang usaha. Di tahun 2006 dan 2005 perseroan bergerak dibidang distribusi air minum dalam kemasan. Produksi secara komersial dimulai pada tahun 1986. Pabrik berlokasi di Jawa Barat dan Jawa Timur. PT. Aqua Golden Mississipi Tbk Perusahaan didirikan pada tanggal 23 februari 1973 dengan nama PT. Golden Mississipi berdasarkan akte Tan Thong Kie di Jakarta no.24 dan telah disahkan dengan keputusan menteri kehakiman RI no.84 tanggal 19 oktober 1973. Pada tanggal 25 juli 1989, perusahaan melakukan perubahan nama menjadi PT. Aqua Golden. Usaha pokok perusahaan adalah pengolahan dan pembotolan air minum dalam kemasan yang sejak tahun 1974 menjadi pelopor utama sebagai produsen air minum mineral Aqua. PT. Asia Intiselera Tbk PT. Asia Intiselera Tbk ( perusahaan ) didirikan dalam rangka undangundang Penanaman Modal Dalam Negeri No 6 tahun 1968 jo. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama meliputi bidang usaha industri mie dan perdagangan mie. Khususnya mie kering dan mie instan ( dry noodle and instant noodle). Perusahaan berdomisili di Jakarta dan pabriknya berlokasi di Cimanggis, Bogor. Kantor pusat perusahaan beralamat di Wisma AIS Lantai 4, Jl. Danau Sunter Utara Blok N2 No 2-3, Jakarta.
28
PT. Cahaya Kalbar Tbk Perusahaan didirikan di Pontianak pada tanggal 3 februari 1968 dalam bentuk perserikatan dengan nama CV Tjahaja Kalbar berdasarkan akta no.1 dibuat dihadapan Mochamad Damiri selaku notaris di Pontianak. Badan hukum perserikatan tersebut berubah menjadi perseroan terbatas berkedudukan di Pontianak. Anggaran dasar perusahaan beberapa kali mengalami perubahan. Saat ini perseroan bergerak dalam bidang usaha industri minyak nabati spesialis dan pengolahan kakao. Kantor pusat dan lokasi pabrik perseroan berlokasi di Jl. Raya pluit selatan, Blok s/ 6 Jakarta Utara 14440 terletak diatas tanah seluas 8.310 m dengan status HGB. PT.Davomas Abadi Tbk. PT. Davomas Abadi didirikan pada tanggal 22 desember 1994. Ruang lingkup usaha perusahaan ini bergerak dalam bidang industri pengolahan biji coklat menjadi kakao lemak dan kakao bubuk. Perusahaan ini berkedudukan di Jakarta dan berlokasi di Tanggerang, Jawa Barat. PT. Delta Djakarta Tbk Perusahaan didirikan tahun 1932 oleh kelompok usaha Jerman dan merupakan salah satu produsen bir terbesar di Indonesia. Produk terbesar perusahaan ini adalah bir pilsener dan dipasarkan dibawah merek Anker bir dengan 405 menguasai pasar nasional. Produk lainnya adalah Anker stout dan Shanta shandy, serta merek berlisensi Migual dan Carlsberg. Distribusinya menjangkau mulai dari Medan hingga Irian Jaya, dan dari Jakarta hingga Manado. Perusahaan berlokasi di Tambun Jakarta utara.
29
PT.Indofood Sukses Makmur Tbk PT.Indofood Sukses Makmur Tbk ( perusahaan ) didirikan di Indonesia pada tanggal 14 agustus 1990 dengan nama PT.Panganjaya Intikusuma. Ruang lingkup kegiatan perusahaan terdiri dari antara lain, pembuatan mie, penggilingan tepung terigu. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Perusahaan didirikan pada tanggal 3 juni 1929, dan memulai operasinya pada tahun 1931. Pabriknya terletak di Sampang Agung dan Tangerang. Produk utamanya adalah bir, dipasarkan dengan nama Bir Bintang dan Guinese. Bir Bintang menguasai lebih dari 60% dari pasar bir yang ada. Multi Bintang Indonesia ( MGI ) menjalin kerjasama dalam bentuk bantuan tekhnikal dengan Heineken Teecnische Beheer dan Guines Overseas ltd, setelah menjual pabrik minuman ringan di medan pada tahun 1994. pada akhir 1994 kantor pusat MGI dipindahkan ke Tangerang. PT. Mayora Indah Tbk Perusahaan ini didirikan pada tahun 1977, mengambil alih PT. Unita Bramindo pada tahun 1990. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1978 dengan jumlah karyawan sebanyak 3.282 orang dan 4.812 anak perusahaan. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasarnya, perusahaan bergerak dalam bidang industri, perdagangan serta agen/ perwakilan. Perusahaan menjalankan bidang usaha industri makanan, kembang gula, dan biskuit. Perusahaan berdomisili di Tangerang dengan pabrik berlokasi di Tangerang dan Bekasi.
30
PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk ( perusahaan ) didirkan dengan nama PT. Aneka Bumi Asih berdasarkan akta notaris Paul Tamara no.7 tanggal 16 april 1974. Anggaran dasar perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, akta notaris Ny. Liliana Arif Gondoutomo S.H No.38 dan akta
perubahan no.39
tanggal 29 desember 1993 mengenai peningkatan modal dasar perusahaan, perubahan pemegang saham, dan penggantian nama perusahaan menjadi PT. Prasidha Aneka Niaga. Perusahaan berdomisili di Jl. Ki Kemas Rindho, Kertapati Palembang. Perusahaan saat ini bergerak dalam bidang pengolahan dan perdagangan hasil bumi. Perusahaan memulai usaha perdagangan komersialnya pada tahun 1974. PT. Sekar Laut Tbk PT. Sekar Laut Tbk ( perusahaan ) didirikan berdasarkan akte notaris no.120 tanggal 19 juli 1976 dari Soetjipto, S.H notaris di Surabaya. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, dan perubahan terakhir dengan akte no. 127 tanggal 28 juni 2007 oleh notaris Noor Irawati, SH,mengenai perubahan anggaran dasar perseroan terbatas setelah melakukan kuasi- reorganisasi. Perusahaan bergerak dalam bidang industri pembuatan kerupuk, saos tomat, sambal, bumbu masak serta menjual produknya didalam negeri maupun diluar negeri. Perusahaan dikontrol oleh Sekar Group. Perusahaan beroperasi secara komersial tahun 1976 dan berlokasi di Jl. Jenggolo II/ 17 Sidoarjo Jawa Timur.
31
PT. Siantar Top Tbk PT. Siantar Top Tbk ( perusahaan ) didirikan berdasarkan akte no.45 tanggal 12 mei 1987 dari Ny Endang Widjajanti, SH notaris di sidoarjo. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama bergerak dalam bidang industri makanan ringan yaitu : mie ( snack noodle ), kerupuk ( crackers ), dan kembang gula ( candy ). Perusahaan berdomisili di Sidoarjo Jawa Timur dengan pabrik berlokasi di Sidoarjo ( Jawa Timur ), Medan ( Sumatra Utara ), dan Bekasi ( Jawa Barat ). Kantor pusat perusahaan beralamat di Jl. Tambak Sawah no. 21- 23 Waru Sidoarjo. PT. Ultra Jaya Milk Tbk Perseroan ini didirikan pada tanggal 2 november 1971 berkedudukan di Padalarang Bandung. Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri makanan dan minuman antara lain memproduksi susu ultra, buavita, teh kotak, dan memproduksi berbagai mentega sesuai dengan keperluan para industri pemakai dan juga sebagai produsen keju Indonesia.
3.2
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kausal. Penelitian
kausal merupakan penelitian untuk mengetahui pengaruh antara satu atau lebih variabel bebas ( independent variabel ) terhadap variabel terikat ( dependent variable ).
32
3.3
Hipotesis Berdasarkan teori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, hipotesis
penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hipotesis pengaruh faktor- faktor secara bersama- sama terhadap struktur modal adalah sebagai berikut : Hipotesis 1 : Ada pengaruh faktor FIRM SIZE, DOL, NPM, CR, GS terhadap DER pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2003- 2007.
2. Hipotesis pengaruh faktor- faktor secara parsial terhadap struktur modal adalah sebagai berikut : Hipotesis 2 : FIRM SIZE berpengaruh positif terhadap DER pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2003- 20007. Hipotesis 3 : DOL berpengaruh negatif terhadap DER pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2003- 2007. Hipotesis 4 : NPM berpengaruh positif terhadap DER pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2003- 2007. Hipotesis 5 : CR berpengaruh positif terhadap DER pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2003- 2007. Hipotesis 6 : GS berpengaruh positif terhadap DER pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2003- 2007.
33
3.4
Data penelitian Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah industri
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan sampel yang digunakan adalah data tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 yang memiliki laporan keuangan yang lengkap dan dipublikasikan dalam Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang diperoleh dari Pusat Rerefensi Pasar Modal (PRPM ). Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan telah disajikan oleh pihak lain. Peneliti dapat memanfaatkannya untuk diproses lebih lanjut. Beberapa kriteria yang ditetapkan untuk memperoleh data penelitian adalah sebagai berikut : 1. Industri jenis makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) selama periode penelitian yaitu tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. 2. Industri tersebut telah menerbitkan laporan keuangan selama 5 ( lima ) tahun, yaitu tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. 3.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan tahunan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.
3.5
Variabel dan Pengukuran Dalam penelitian ini digunakan 5 variabel bebas yang terdiri dari :
3.5.1
Variabel Bebas
34
a. Variabel FIRM SIZE menjadi variabel X1 dengan skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. b. Variabel DOL menjadi variabel X2 dengan skala pengukuran
yang
digunakan adalah skala rasio. c. Variabel NPM menjadi veriabel X3 dengan skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. d. Variabel CR menjadi variabel X4 dengan skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. e. Variabel GS menjadi variabel X5 dengan skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
3.5.2
Variabel Terikat Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel terikat adalah
Stuktur Modal ( DER ).
3.6
Definisi Operasional Variabel
3.6.1
Variabel Bebas a. FIRM SIZE, adalah ukuran perusahaan yang dapat mempengaruhi struktur modal. Firm Size diformulasikan dengan pengukuran Log Natural dari Total Asset, dengan bantuan SPSS. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan dari nilai total aktivanya. Formulasi dari perhitungan tersebut adalah :
35
SIZE= LnTA
b. DOL ( Degree Operating Leverage ), menurut Agus ( 2001 : 260) apabila perusahaan memiliki biaya operasi tetap atau biaya modal maka dikatakan perusahaan menggunakan
tetap,
leverage.Dengan
menggunakan operating leverage maka perusahaan mengharapkan perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan sebelum bunga dan pajak yang lebih besar. DOL dapat juga didefinisikan sebagai persentase perubahan laba sebelum bunga dan pajak sebagai akibat persentasi perubahan penjualan. Dengan demikian maka :
% perubahan EBIT DOL = % perubahan penjualan
c. NPM, menurut Darsono dan Ashari ( 2005 : 56 ) rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Rasio ini tidak menggambarkan besarnya persentase keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan untuk setiap penjualan karena adanya unsur pendapatan dan biaya non operasional.
Laba bersih NPM = Penjualan bersih
36
d. CR, menurut Darsono dan Ashari ( 2005 : 52 ) rasio lancar (current ratio), yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Likuiditas jangka pendek ini penting karena masalah arus kas jangka pendek bisa mengakibatkan perusahaan bangkrut. Rumus rasio lancar adalah : Aktiva lancar CR = Kewajiban lancar
e. Growth Sales ( GS ) dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan prosentase kenaikan atau penurunan penjualan dari suatu periode ke periode berikutnya. Pertumbuhan n =
Penjualant Penjualant 1 Penjualant 1
Keterangan : t = penjualan tahun ini t-1 = penjualan tahun sebelumnya ( tahun kemarin )
3.6.2
Variabel Terikat Dalam penelitian ini yang menjadi dependent variable ( variabel terikat )
adalah Stuktur Modal ( DER ). Menurut Darsono ( 2005 : 54 ) DER merupakan rasio yang menunjukkkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan
37
membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar jangka panjang. Diformulasikan sebagai berikut : Total kewajiban DER = Total ekuitas
3.7
Metode Pengumpulan Data 1. Penelitian Kepustakaan Kegiatan ini merupakan kegiatan pengumpulan data berdasarkan buku-
buku dan literatur lainnya yang ada kaitannya dengan masalah penelitian yang dapat digunakan sebagai pembahasan dan juga landasan teori bagi pembahasan penelitian ini. 2. Penelitian Internet Penelitian ini dilakukan oleh penulis untuk memperoleh data sekunder yang belum tercukupi, dengan membuka situs- situs yang berhubungan dengan bursa secara umum maupun khusus. Yaitu situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id )
3.8
Metode Analisis Data Dalam mengolah data penelitian ini, alat yang digunakan oleh penulis
adalah program Microsoft exel, yang digunakan untuk menghitung rumus Degree Operating Leverage ( DOL ), Net Profit Margin ( NPM ), Current Ratio ( CR ), Growth Sales ( GS ). Dan menggunakan program SPSS 16 yang digunakan untuk
38
menghitung variabel Firm Size dan menguji hipotesis penelitian yaitu dengan metode analisis regresi linier berganda. Analisis data yang digunakan adalah menggunakan 3 tahap pengujian yaitu : Uji Normalitas data, Uji Asumsi Klasik, dan Uji Regresi Linier Berganda.
3.8.1
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Menurut Imam (2006 : 110 ), seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
3.8.2
Analisis Regresi Linear Berganda Data yang telah selesai diseleksi kemudian akan diolah dan dilakukan
analisis secara kuantitatif dengan tujuan mengetahui faktor- faktor FIRM SIZE, DOL, NPM, CR, GS dapat mempengaruhi DER pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2003 – 2007. Penelitian ini menggunakan uji regresi berganda untuk membuktikan hipotesis pada penelitian. Persamaan regresi berganda merupakan persamaan regresi dengan menggunakan dua atau lebih variabel independen. Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah : DER ( Y ) = a + 1 FIRM SIZE + 2 DOL+ 3 NPM+ 4 CR +
5 GS + e
39
Dimana : Y = variabel dependen a= Koefisien konstanta
= Koefisien regresi variabel X1 = FIRM SIZE X2 = DOL X3 = NPM X4 = CR X5 = GS e = error
3.8.3
Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas Salah satu pengujian untuk analisis regresi adalah uji multikolinieritas.
Menurut Purbayu ( 2005 : 238 ) Uji ini merupakan bentuk pengujian untuk asumsi dalam analisis regresi berganda. Asumsi multikolinieritas menyatakan bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala multikolinieritas. Gejala multikolinieritas adalah gejala korelasi antar variabel independen. Apabila terjadi gejala multikolinieritas, salah satu langkah untuk memperbaiki model adalah dengan menghilangkan variabel dari model regresi, sehingga bisa dipilih model yang paling baik. Alat ukurnya adalah dengan VIF (Variance Inflantion Factor ) , VIF< 10 atau nilai tolerance lebih dari 0,1 maka dapat disimpulkan model tersebut tidak memiliki gejala multikolinieritas.
40
b. Uji Heterokedastisitas Salah satu asumsi dalam regresi berganda adalah uji heterokedastisitas. Menurut Purbayu ( 2005: 242 ) Asumsi heterokedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana variance dari residual tidak untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak memiliki pola tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan dengan nilai yang tidak sama antar satu varians dari residual. Gejala varians yang tidak sama ini disebut gejala heterokedastisitas, sedangkan adanya gejala varians residual yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain disebut dengan homokedastisitas. Salah satu uji untuk menguji heterokedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual.
c. Uji Autokorelasi Menurut Imam ( 2005 : 95 ), uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t-1 ( sebelumnya ). Jika terjadi autokorelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang terbebas dari autokorelasi. Ada beberapa cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, yaitu dengan Uji Durbin Watson ( DW ), hipotesis yang akan diuji adalah :
41
H0 : tidak ada autokorelasi ( r= 0 ) Ha : ada autokorelasi ( r ≠ 0 ) Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi : Tabel 3.1 Autokorelasi Durbin Watson Hipotesis nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi
Tolak
0 < d < dl
No decision
dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif
Tolak
4- dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif
No decision
4- du ≤ d ≤ 4- dl
Tidak ada autokorelasi,
Tidak ditolak
du < d < 4 - du
positif Tidak ada autokorelasi positif
positif atau negatif Sumber : Imam Ghozali ( 2005 : 96 )
3.8.4
Uji Statistik a. Uji t Uji-t dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara parsial artinya
untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dimana variabel lainnya dianggap konstan. Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
42
1) Langkah 1 : merumuskan hipotesis H0
: i = 0 (tidak ada pengaruh yang signifikan dari X i terhadap struktur modal)
Ha
: i ≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan dari X i terhadap struktur modal )
2) Langkah II : menentukan nilai tingkat nyata (α) Penelitian ii menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5% 3) Langkah III : menghitung nilai t observasi Dengan melihat hasil signifikansi pada output SPSS 4) Langkah IV : menarik kesimpulan Bila tingkat sig untuk i < α maka H0 ditolak, berarti ada pengaruh yang sig dari X i terhadap struktur modal jika X i lain dikontrol dan sebaliknya. atau Bisa Juga dengan Membandingkan Nilai Thitung dengan Ttabel α/2 Jika, - Thitung > - Ttabel α/2 atau Thitung < Ttabel α/2 maka H0 diterima Jika, - Thitung < - Ttabel α/2 atau Thitung > Ttabel α/2 maka H0 ditolak Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah Ini
Gambar 3.1: Daerah penerimaan dan penolakan H0 untuk uji t
43
b. Uji f ( ANOVA ) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama dari faktor faktor ( FIRM SIZE, DOL, NPM, CR, dan GS ) terhadap DER pada industri makanan dan minuman yang terdaftar pada BEI periode 2003-2007. Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : 1) Langkah 1 : merumuskan hipotesis H0 : i
= 0 (tidak ada pengaruh yang signifikan dari
faktor variabel independen terhadap struktur modal) Ha :
i ≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan dari faktor variabel independen terhadap struktur modal)
2) Langkah II : menentukan nilai tingkat nyata (α) Penelitian ii menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5% 3) Langkah III : menarik kesimpulan Bila tingkat signifikansi (sig) < α maka H0 ditolak, berarti sedikitnya ada satu faktor variabel independen yang berpengaruh terhadap struktur modal atau Bisa Juga dengan Membandingkan Nilai Fhitung dengan Ftabel Jika, Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak Jika, Fhitung < Ftabel maka H0 diterima Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah Ini
44
Gambar 3.2: Daerah penerimaan dan penolakan H0 untuk ujiF
c. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol (0) dan satu (1). Nilai R yang kecil berarti kemampuan variabel dalam menjelaskan variabel dependen amat bebas. Nilai yang mendekati satu (1) berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen.
45
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN Hasil pembahasan ini dianalisis dengan menggunakan model regresi linier berganda, dengan variabel independen yang terdiri dari Ukuran Perusahaan (Firm Size ), Net Profit Margin ( NPM ), Degree Operating Leverage ( DOL ), Current Rasio ( CR ), dan Pertumbuhan Penjualan ( Growth Sales ). Berdasarkan variabel tersebut dapat diukur variabel independen mana yang akan berpengaruh terhadap variabel dependen ( Struktur Modal ) baik secara bersama- sama maupun parsial. Untuk menganalisis data lebih lanjut, sebuah data harus diuji terlebih dahulu agar tidak terjadi pelanggaran- pelanggaran terhadap asumsi klasik. Pendeteksi pelanggaran ini penting untuk mendapatkan analisis yang akurat atas faktor- faktor yang dipertimbangkan dalam analisis.
4.1
Uji Normalitas Syarat data yang akan diuji adalah terpenuhinya normalitas data. Menurut
Imam ( 2005 : 110 ), metode termudah untuk melihat normalitas residual adalah : Dengan melihat grafik histogram ataupun dengan melihat normal probability plot, yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis akan menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
46
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: DER 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 4.1 : Hasil Uji Normalitas Dari grafik diatas maka dapat disimpulkan bahwa data yang menyebar disekitar garis normal serta mengikuti arah garis diagonal regresi, hal ini berarti model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Dasar pengambilan keputusan didasari oleh pendapat Imam ( 2005 : 112 ) yaitu :
Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/ tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
47
4.2
Uji Asumsi Klasik
4.2.1
Uji Multikolinieritas Asumsi multikolinieritas menyatakan bahwa variabel independen harus
terbebas dari gejala multikolinieritas. Gejala multikolinieritas adalah gejala korelasi antar variabel independen. Apabila terjadi gejala kolinieritas, salah satu langkah untuk memperbaiki model adalah dengan menghilangkan variabel dari model regresi, sehingga bisa dipilih model yang baik. Alat ukurnya adalah dengan VIF (Variance Inflantion Factor ) , VIF< 10 atau nilai tolerance lebih dari 0,1 maka dapat disimpulkan model tersebut tidak memiliki gejala multikolinieritas. Tabel 4.1. Uji Multikolinieritas a Coefficients
Model 1 (Constant) SIZE DOL NPM CR GS
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 7.207 3.608 -.214 .134 -.252 -.002 .001 -.212 .059 .027 .322 -.001 .001 -.053 -.147 .272 -.067
t 1.997 -1.605 -1.593 2.160 -.423 -.539
Collinearity Statistics Sig. Tolerance VIF .050 .114 .617 1.620 .117 .855 1.170 .035 .683 1.465 .674 .974 1.027 .592 .994 1.006
a. Dependent Variable: DER
Sumber : Data diolah penulis
48
Tabel 4.2 Coefficient Correlation Coefficient Correlationsa Model 1
Correlations
Covariances
GS SIZE CR DOL NPM GS SIZE CR DOL NPM
GS 1.000 -.029 .031 .001 .070 .074 -.001 .000 .000 .001
SIZE -.029 1.000 -.152 .379 -.559 -.001 .018 .000 .000 -.002
CR .031 -.152 1.000 -.079 .119 .000 .000 .000 .000 .000
DOL .001 .379 -.079 1.000 -.236 .000 .000 .000 .000 .000
NPM .070 -.559 .119 -.236 1.000 .001 -.002 .000 .000 .001
a. Dependent Variable: DER
Sumber : Data diolah penulis Dari tabel diatas, hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95 %. Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan hasil yang sama, yaitu tidak ada satu faktor yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.
Melihat hasil besaran korelasi antar variabel independen tampak bahwa hanya variabel NPM yang mempunyai korelasi cukup tinggi dengan variabel SIZE yaitu dengan tingkat korelasi sebesar – 0.559 atau sekitar 55,9 %. Namun korelasi ini masih dibawah dari 95 %, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi.
4.2.2
Uji Heterokedastisitas Asumsi heterokedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians
dari residual tidak untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam
49
regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak memiliki pola tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan dengan nilai yang tidak sama antar satu varians dari residual. Gejala varians yang tidak sama ini disebut gejala heterokedastisitas, sedangkan adanya gejala varians residual yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain disebut dengan homokedastisitas. Salah satu uji untuk menguji heterokedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual. Dalam penelitian pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan scater plot , yaitu tidak adanya pola yang jelas dalam gambar, sehingga model tersebut terbebas dari gejala heterokedastisitas. Menurut Imam ( 2005: 105 ), dasar analisisnya :
1. Jika ada pola tertentu seperti titik- titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur ( bergelombang, melebar kemudian menyempit ), maka mengindikasikan bahwa telah terjadi heterokedastisitas 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik- titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
50
Scatterplot
Dependent Variable: DER
RegressionStudentizedResidual
4
3
2
1
0
-1
-2 -4
-2
0
2
4
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 4.2 : Hasil Uji Heterokedastisitas
4.2.3
Uji Autokorelasi Menurut Imam ( 2005 : 95 ), uji autokorelasi bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t-1 ( sebelumnya ). Jika terjadi autokorelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu ) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang terbebas dari autokorelasi. Ada beberapa cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, yaitu dengan Uji Durbin Watson ( DW ), hipotesis yang akan diuji adalah :
51
H0 : tidak ada autokorelasi ( r= 0 ) Ha : ada autokorelasi ( r ≠ 0 ) Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi : Hipotesis nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi
Tolak
0 < d < dl
No decision
dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif
Tolak
4- dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif
No decision
4- du ≤ d ≤ 4- dl
Tidak ada autokorelasi,
Tidak ditolak
du < d < 4 - du
positif Tidak ada autokorelasi positif
positif atau negatif
Tabel 4.3 Durbin Watson
b Model Summary
Model 1
Adjusted Std. Error of R R Square R Square the Estimate a .324 .105 .029 1.06066
DurbinWatson 2.212
a. Predictors: (Constant), GS, SIZE, CR, DOL, NPM b. Dependent Variable: DER Sumber : Data diolah penulis
52
Hasil analisis menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 2,212. untuk mengujinya kita harus mencari nilai Durbin Watson pada tabel Durbin Watson. Dengan jumlah variabel independen 5 dan jumlah sample 65, diperoleh nilai
d L sebesar 1,438 dan dU sebesar 1,767. Dengan hal tersebut kita lihat bahwa nilai d terletak pada tingat pengujian du < d < 4-du, dengan keputusan tidak ditolak H0. Sehingga pengujian dalam penelitian ini tidak ada autokorelasi ( r= 0 ). a. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol (0) dan satu (1). Nilai R yang kecil berarti kemampuan variabel dalam menjelaskan variabel dependen amat bebas. Nilai yang mendekati satu (1) berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Berdasarkan tabel 2. Durbin Watson, nilai adjusted R Square sebesar 0,029 menunjukkan bahwa FIRM SIZE, DOL, NPM, CR, GS secara bersama- sama mempunyai pengaruh berarti terhadap DER sebesar 2,9 % sedangkan 97,1 % dipengaruhi oleh faktor lain.
4.3
Uji Statistik
Setelah dilakukan uji asumsi klasik maka data yang diperoleh kemudian diuji secara statistik menggunakan uji t untuk ( parsial ) dan uji F untuk (simultan/ bersama- sama).
53
4.3.1
Uji F ( ANOVA ) Uji dilakukan untuk menganalisis besarnya pengaruh varaibel FIRM SIZE,
NPM, DOL, CR, GS secara bersama- sama terhadap DER pada industri makanan dan minuman . Tingkat kesalahan ( α ) yang digunakan dalam penelitian ini adalah = 5 %. Untuk uji ANOVA bila tingkat signifikan < α maka H0 ditolak, berarti sedikitnya ada satu faktor variabel independen yang berpengaruh terhadap struktur modal. Tabel 4.4 ANOVA
ANOVA b Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 7.804 66.375 74.180
df 5 59 64
Mean Square 1.561 1.125
F 1.387
Sig. .242a
a. Predictors: (Constant), GS, SIZE, CR, DOL, NPM b. Dependent Variable: DER
Sumber : Data diolah penulis
Gambar 4.3 : Daerah Penerimaan dan penolakan H0 α = 5%
54
Berdasarkan tabel ANOVA diatas maka dapat dijelaskan bahwa variabelvariabel bebas yang dimasukkan dalam model analisis tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Hal ini dapat dilihat pada besarnya F hitung 1,387 < F tabel 2,37 dengan tingkat signifikan 0,242 > dari 0,05.
4.3.2 Uji t statistik Uji-t dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara parsial artinya untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dimana variabel lainnya dianggap konstan. Dengan tingkat kesalahan ( α ) = 5 %, maka hipotesis untuk uji t adalah apabila tingkat signifikan < α maka H0 ditolak, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen, dan begitu juga sebaliknya. Tabel 4.5 Uji t Statistik Coefficientsa
Model 1
(Constant) SIZE DOL NPM CR GS
Unstandardized Coefficients B Std. Error 7.207 3.608 -.214 .134 -.002 .001 .059 .027 -.001 .001 -.147 .272
Standardized Coefficients Beta -.252 -.212 .322 -.053 -.067
t 1.997 -1.605 -1.593 2.160 -.423 -.539
Sig. .050 .114 .117 .035 .674 .592
a. Dependent Variable: DER
Sumber : Data diolah penulis Dari tabel diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut :
55
Gambar 4.4 : Derah Penerimaan dan Penolakan H0 α = 5 % a. Variabel SIZE berdasarkan gambar memiliki t hitung – 1,605 > t tabel 2,000 dan tingkat signifikan 0,114 > 0.05 berada pada daerah terima H0, sehingga secara parsial dapat dikatakan variable SIZE tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DER. Dan koefisien regresi menunjukkan arah yang negatif ( berlawanan arah ) sebesar – 0,214, yang berarti jika SIZE naik sebesar 1 unit maka akan menyebabkan penurunan DER sebesar 0,214. Hasil perhitungan ini tidak sesuai dengan hipotesis pada bab 3, dimana SIZE berpengaruh positif terhadap DER. Namun hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Andriana (2004) dalam jurnalnya yang berjudul “ Pengaruh insider ownership, institutional investor, deviden payment, dan firm growth terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 1999- 2002 “. Dimana hasil penelitiannya menunjukkan variabel Firm growth memiliki pengaruh negatif terhadap DER.
56
Gambar 4.5 : Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 α = 5 % b. Variabel DOL berdasarkan gambar memiliki t hitung – 1,593 > t tabel 2,000 dan tingkat signifikan 0,117 > 0,05 berada pada daerah terima H0, sehingga secara parsial dapat dikatakan variabel DOL tidak berpengaruh signifikan terhadap DER. Dan koefisien regersi menunjukkan arah yang negatif ( berlawanan arah ) sebesar – 0,002 yang berarti jika DOL naik sebesar 1 unit maka akan menyebabkan penurunan DER sebesar 0,002. Hasil perhitungan ini sesuai dengan hipotesis pada bab 3, dimana DOL berpengaruh negatif terhadap DER. Dan hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori leverage operasi Brigham and Huston. Sehingga kesimpulan untuk variabel DOL dalam penelitian ini adalah, perusahaan dengan hutang yang lebih sedikit memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menerapkan leverage keuangan, karena perusahaan tersebut akan memiliki resiko bisnis yang kecil.
57
Gambar 4.6 : Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 α = 5 % c. Variabel NPM berdasarkan gambar memiliki t hitung 2,160 > t tabel 2,000 dan tingkat signifikan 0,035 < 0,05 berada pada daerah tolak H0, sehingga secara parsial dapat dikatakan variabel NPM berpengaruh signifikan terhadap DER. Dan koefisien regresi menunjukkan arah yang positif (searah) sebesar 0,059 yang berarti jika NPM naik sebesar 1 unit maka akan menyebabkan kenaikan DER sebesar 0,059. Hasil perhitungan ini sesuai dengan hipotesis pada bab 3, dimana NPM berpengaruh positif terhadap DER. Dan hasil penelitian ini sesuai dengan teori profitabilitas Agus Sartono, dimana hal yang paling aman dilakukan oleh seorang manajer adalah menggunakan utang, apabila dana internal ( laba ditahan ) perusahaan
tidak
mencukupi
dalam
pembiayaan
utang.
Karena
menggunakan utang dinilai yang paling aman dan paling murah biaya modalnya dibandingkan menerbitkan saham. Serta hasil perhitungan ini juga
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Tiwi Setyoningsih
(2007) bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan. Selain itu penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saidi
58
(1997) dalam jurnalnya yang berjudul “Faktor- faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur go public di BEJ tahun 19972002 “. Dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Gambar 4.7 : Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 α = 5 % d. Variabel CR berdasarkan gambar memiliki t hitung – 0,423 > t tabel 2,000 dan tingkat signifikan 0,674 > 0,05 berada pada daerah terima H0, sehingga secara parsial dapat dikatakan variabel CR tidak berpengaruh signifikan terhadap DER. Dan koefisien regresi menunjukkan arah negatif ( berlawanan arah ) sebesar – 0,001yang berarti jika CR naik 1 unit maka akan menyebabkan penurunan pada DER sebesar 0,001. Hasil perhitungan ini tidak sesuai dengan hipotesis pada bab 3, dimana CR berpengaruh positif terhadap DER. Namun hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rizal (2002 ) bahwa likuiditas mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal. Dan hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rio Bahtian Sakti ( 2002 ) yaitu likuiditas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Selain itu perhitungan
59
ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ozkan ( 2001 ) yaitu likuiditas mempunyai hubungan negatif terhadap struktur modal.
Gambar 4.8 : Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 α = 5 % e. Variabel GS berdasarkan gambar memiliki t hitung - 0,539 > t tabel -2,000 dan tingkat signifikan 0,592 > 0,05 berada pada daerah terima H0, sehingga secara parsial dapat dikatakan variabel GS tidak berpengaruh signifikan terhadap DER. Dan koefisien regresi menunjukkan arah negatif ( berlawanan arah ) sebesar – 0,147 yang berarti jika GS naik 1 unit maka akan meyebabkan penurunan pada DER sebesar 0,147. Hasil perhitungan ini tidak sesuai dengan hipotesis pada bab 3, dimana GS berpengaruh positif terhadap DER. Namun hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rizal ( 2002 ) yaitu Growth memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal.
60
4.4
Analisis Regresi Linier Berganda Persamaan regresi berganda merupakan persamaan regresi dengan
menggunakan dua atau lebih variabel independen. Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah :
DER ( Y ) = a + 1 FIRM SIZE + 2 DOL+ 3 NPM+ 4 CR +
5 GS + e
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4 diatas, maka persamaan regresi yang bisa dibentuk adalah :
DER ( Y ) = 7,207 – 0,214 FIRM SIZE - 0,002 DOL+ 0,059 NPM – 0,001CR - 0,147 GS + e
61
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan Penelitian ini bertujuan menguji secara simultan dan parsial variabel
independen terhadap variabel dependen serta variabel manakah yang dominan mempengaruhi struktur modal. Hasil penelitian menunjukkan hal- hal sebagai berikut : 1. Berdasarkan uji F ( ANOVA ) diperoleh F hitung 1,387 < F tabel 2,37 dengan tingkat signifikan 0,242 > dari 0,05. Sehingga secara simultan variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat, dalam hal ini adalah struktur modal.
2. Berdasarkan uji t dapat disimpulkan sebagai berikut : a. SIZE memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap DER, dengan t hitung – 1,605 > t tabel -2,000 dan tingkat signifikan 0,114 > 0,05. b. DOL memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap DER, dengan t hitung – 1,593 > t tabel -2,000 dan tingkat signifikan 0,117 > 0,05. c. NPM memiliki pengaruh positif signifikan terhadap DER, dengan t hitung 2,160 > t tabel 2,000 dan tingkat signifikan 0,035 < 0,05. d.
CR memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap DER, dengan t hitung – 0,423 > t tabel -2,000 dan tingkat signifikan 0,674 > 0,05.
62
e. GS memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap DER, dengan t hitung - 0,539 > t tabel -2,000 dan tingkat signifikan 0,592 > 0,05.
3. Berdasarkan nilai koefisien determinasi ( R² ) dapat disimpulkan bahwa variabel FIRM SIZE, DOL, NPM, CR, GS secara bersama- sama mempunyai pengaruh berarti terhadap DER sebesar 2,9 % sedangkan 97,1 % dipengaruhi oleh faktor lain. Dan variabel yang paling berpengaruh terhadap DER adalah variabel NPM karena memiliki koefisien β sebesar 0,322, paling besar diantara variabel bebas yang lainnya.
5.2
Saran Dalam penelitian ini berdasarkan kesimpulan yang diperoleh penulis,
terdapat saran yang dapat dijadikan pertimbangan untuk penelitian yang selanjutnya, yaitu: 1. Penelitian ini hanya meneliti variabel bebas yang terdiri dari FIRM SIZE, DOL, NPM, CR, GS yang dapat mempengaruhi struktur modal ( DER ) pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) periode 2003- 2007. Periode tersebut masih tergolong singkat dan belum optimal untuk mengukur struktur modal, sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan periode yang lebih panjang agar diperoleh hasil yang lebih akurat. 2. Data yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah industri makanan dan minuman yang berjumlah 13 perusahaan, hal ini dinilai masih belum
63
maksimal karena terbatasnya sampel yang digunakan oleh peneliti. Sehingga diharapkan untuk penelitian selanjutnya, dapat menggunakan sektor/ industri perusahaan yang lebih lengkap. 3. Selain itu dalam penelitian yang dilakukan ini menunjukkan bahwa masih ada 97,1 % faktor lain yang mempengaruhi struktur modal. Sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan faktor- faktor lain selain variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini.
64
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Januarino. ( 2006 ). Study Empiris Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di BEJ Tahun 20002003, Skripsi Strata- 1, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Andriana. ( 2004 ). Pengaruh Insider Ownership, Institutional Investor, Deviden Payment, dan Firm Growth terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ Tahun 1999- 2002. ( www document ) http:/ www.one.indiskripsi.com/ click/ 4843/b ( diakses 5 februari 2009 ). Brigham and Huston. ( 2006 ). Dasar- Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh. Jakarta : Salemba empat. Darsono dan Ashari. ( 2005 ). Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Jakarta: ANDI. Ghozali, Imam. ( 2005 ). Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Yogyakarta : BPUP. Ozkan Aydin. ( 2001 ). “ Determinants of Capital Stucture and Adjustment to Long Run Target : Evidence from UK Company Panel Data, Journal Busssiness Finance & ACC, March 175- 198. Saidi. ( 2004 ). “ Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur Go Public di BEJ Tahun 1999- 2002 “, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol 11, No.1, Maret 2004, 44- 58. Sartono, Agus. ( 2001 ). Manajemen Keuangan ( Teori dan Aplikasi ).Edisi Keempat. Yogyakarta : BPFE. Setyoningsih, Tiwi. ( 2007 ). Pengaruh Stabilitas Penjualan, Struktur Aktiva, Tingkat Pertumbuhan, dan profitabilitas terhadap struktur modal pada Perusahaan perdagangan besar barang produksi di BEJ, Skripsi Strata- 1, Fakultas Ekonomi, Universitas Mercu Buana, Jakarta. Sjahrial, Dermawan. ( 2005 ). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta : Mitra Wacana Media. Sjahrial, Dermawan. ( 2007 ). Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Jakarta: Mitra Wacana Media.
65
Sutrisno. ( 2005 ). Manajemen Keuangan ( Teori, Konsep, dan Aplikasi ). Yogyakarta : EKONISIA.
66
Lampiran 1 Nama perusahaan – perusahaan industri makanan dan minuman yang menjadi data penelitian
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
NamaPerusahaan PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPI Tbk. PT. ADES WATERS INDONESIA Tbk PT. ASIA INTISELERA Tbk PT. CAHAYA KALBAR Tbk PT. DAVOMAS ABADI Tbk PT. DELTA JAKARTA Tbk PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk PT. MAYORA INDAH Tbk PT. MULTI BINTANG INDONESIA Tbk PT. PRASIDA ANEKA NIAGA Tbk PT. SEKAR LAUT Tbk PT. SIANTAR TOP Tbk PT. ULTRA JAYA Tbk
Kode AQUA ADES AISA CEKA DAVO DLTA INDF MYOR MLBI PSDN SKLT STTP ULTJ
67
Lampiran 2 Data faktor- factor yang dianalisis terhadap struktur modal pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2003- 2007 DER SIZE DOL NPM CR GS NO KODE TAHUN 0.91759502 26.98 0.386061355 0.058712499 5.083035696 0.054137975 1 AQUA 2003 1.128030672 25.98 -23.6238158 0.020830374 0.365794023 0.051579733 2 ADES 2003 0.27839804 26.41 -15.148733 0.017590765 2.473041433 0.423756532 3 CEKA 2003 0.220611764 26.71 -2.20519432 0.126050647 5.071035123 0.085334395 4 DELTA 2003 0.513719189 27.52 3.721829044 0.107625023 497.8721326 0.105488897 5 DAVO 2003 2.57758606 30.36 -10.4929031 0.033767944 1.908833448 0.037717969 6 INDF 2003 0.581946695 27.88 -4.27742948 0.076653 9.816589134 0.116766447 7 MYOR 2003 0.800258669 26.9 1.82016799 0.160294358 1.148664153 0.20019266 8 MLBI 2003 2.626527055 25.89 1.125591812 9.101902127 0.596896098 0.13794974 9 PSDN 2003 1.329475649 25.43 18.96323076 0.07053841 0.248817225 0.043531623 10 SKLT 2003 0.682227771 26.95 0.528197668 0.044477699 1.427315724 -0.765925036 11 STTP 2003 0.999001784 27.75 8.159715131 0.015255234 1.030527135 3.062492968 12 ULTJ 2003 2.579554303 26.55 -22.8254917 -0.436679667 1.196430502 -0.043016199 13 AISA 2003 0.872956417 27.23 1.810908589 0.068739547 4.429304665 0.237578782 14 AQUA 2004 4.892423896 25.36 29.32815531 -1.181411982 0.422135065 0.192808809 15 ADES 2004 0.406159673 26.39 60.99287817 -0.138416922 1.470893033 0.207272827 16 CEKA 2004 0.286037863 26.84 0.246331578 0.109471956 4.135099158 0.002635658 17 DELTA 2004 1.28591888 28.09 1.607563357 0.095872923 557.4682057 0.248423888 18 DAVO 2004 2.560333668 30.38 -931.163217 0.021098626 1.469961076 0.263051388 19 INDF 2004 0.456728388 27.88 1.456980401 0.061755209 5.107245058 0.01637692 20 MYOR 2004 1.112076922 27.05 -0.08745234 0.121389316 0.982699051 0.113514681 21 MLBI 2004 2.651784902 25.91 -0.47552913 0.003440066 0.910462272 -0.256795473 22 PSDN 2004 1.295838026 25.44 78.7676742 -0.309295519 0.249470075 -0.071391766 23 SKLT 2004 0.47871618 26.88 -12.2839423 0.04013632 1.979275647 1.998199356 24 STTP 2004 0.60535746 27.89 1.21034348 0.008079917 4.817810188 0.572285505 25 ULTJ 2004 2.918414466 27.89 0.269801566 0 1.01373554 -0.090844551 26 AISA 2004 0.784872166 27.32 -1.82150109 0.041166634 7.098669566 0.172530541 27 AQUA 2005 0.318005483 26.07 -1.06413096 -0.829601185 0.217984804 0.218993703 28 ADES 2005 0.819345574 26.52 0.611156379 -0.089709364 1.655581125 0.085949401 29 CEKA 2005 0.32239971 27.01 1.724892062 0.130347894 3.694222587 0.047220508 30 DELTA 2005 1.237161007 28.19 -1.98316395 0.080354857 24.4027857 0.238046005 31 DAVO 2005 2.330094194 30.32 84.54618703 6.6091294 1.469857161 0.199324529 32 INDF 2005 0.611927173 28.01 -2.6410161 0.026802789 3.536824159 -0.099444527 33 MYOR 2005 1.524421707 27.08 -0.04338819 0.102055681 0.680470343 0.302761868 34 MLBI 2005 2.286008255 26.37 0.710436155 0.305374853 6.221322186 0.144933654 35 PSDN 2005 4.446845323 25.27 -13.6882664 0.547273611 1.417337895 0.436135801 36 SKLT 2005 0.452964502 26.89 6.524077685 0.016575557 2.151969725 0.436459224 37 STTP 2005 0.539153111 27.86 -1.16671262 0.00636158 1.584566121 0.006722436 38 ULTJ 2005 2.762830053 26.6 0 0.000150336 0.81735036 0.2143573 39 AISA 2005 0.766719615 27.4 -1.64170653 0.029330723 7.182183016 0.077129215 40 AQUA 2006 2.076411546 26.18 -3.24815043 -0.95372585 0.117132765 -0.072727111 41 ADES 2006 0.433390288 26.36 -4.31355893 0.039101722 3.470718209 0.477914455 42 CEKA 2006 0.319337206 27.08 3.184745988 0.109101649 3.804575217 0.169302811 43 DELTA 2006 1.770842139 28.63 0.390890294 0.118483073 5.984675715 0.155510127 44 DAVO 2006 2.133482361 30.41 -12.2343569 30.1350524 1.188815957 0.045023944 45 INDF 2006
68
0.580153355 28.07 2.075506019 27.14 1.857158194 26.39 3.025136504 25.27 0.362846096 26.87 0.531636667 27.85 2.822249708 26.62 0.744332863 27.52 1.663860162 25.91 1.801711177 27.14 0.286945393 27.11 2.266215566 28.98 2.620593057 31.02 0.725677176 28.27 2.144555767 27.16 2.119890886 26.4 0.895280438 25.93 0.442885322 26.97 0.638256961 27.94 3.646359054 26.97 Sumber : Laporan Keuangan dan Diolah 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
MYOR MLBI PSDN SKLT STTP ULTJ AISA AQUA ADES CEKA DELTA DAVO INDF MYOR MLBI PSDN SKLT STTP ULTJ AISA
2006 2006 2006 2006 2006 2006 2006 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2007 2007
14.0428574 -3.6372348 25.20795857 -6.01562642 -5.37212105 -3.43400151 0.668895854 1.259774381 -8.39414055 1.023630889 0.582458136 -0.13767039 8.706368217 1.489070565 2.14771583 -9.9035592 -3.33611409 0.856743745 -2.62756792 -1.06216765
0.047463946 0.082582399 0.022789273 0.023911608 0.025983085 0.017637917 0.000389454 0.033764121 -1.177135516 0.030365843 0.107613147 0.074446231 35.19083574 0.050059091 0.086230329 -0.014408043 0.024220956 0.025976978 0.026905082 0.031527616
3.909327401 0.528407988 2.173406604 1.741710279 2.692468671 1.184523469 1.081125829 7.091581395 0.343771407 1.359018837 4.172568597 9.265071654 0.920971262 2.931131092 0.591206155 2.223989945 1.530952546 1.768942216 2.371610275 0.752015005
69
-0.134783922 0.173517554 -0.06057697 0.624595976 0.340405892 0.449977298 0.159284617 0.15942963 0.165742245 0.690275847 0.269659338 0.434654345 0.098315266 0.08127153 0.349089429 -0.02587324 1.078023498 0.154296891 0.499062124 0.222363209
Lampiran 3 OUTPUT SPSS
Descriptive Statistics DER SIZE DOL NPM CR GS
Mean 1.4192 27.2252 -11.4812 1.2220 19.0466 .2450
Std. Deviation 1.07659 1.26395 117.26816 5.83803 91.54789 .48817
N 65 65 65 65 65 65
a Residuals Statistics
Minimum Maximum Predicted Value .7159 2.6161 Std. Predicted Value -2.014 3.428 Standard Error of .137 1.048 Predicted Value Adjusted Predicted Value -1.2743 2.7355 Residual -1.25799 3.27643 Std. Residual -1.186 3.089 Stud. Residual -1.198 3.174 Deleted Residual -1.28361 3.83468 Stud. Deleted Residual-1.203 3.456 Mahal. Distance .086 61.531 Cook's Distance .000 2.128 Centered Leverage Value.001 .961
Mean Std. Deviation 1.4192 .34921 .000 1.000
N 65 65
.260
.193
65
1.3450 .00000 .000 .014 .07419 .024 4.923 .046 .077
.50687 1.01839 .960 .995 1.19142 1.019 10.928 .264 .171
65 65 65 65 65 65 65 65 65
a. Dependent Variable: DER
70
Lampiran 4 Variables Entered/Removed(b) Variables Entered
Model 1
Variables Removed
GS, SIZE, CR, DOL, NPM(a)
Method .
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: DER
Scatterplot
Dependent Variable: DER
Regression Studentized Residual
4
3
2
1
0
-1
-2 -4
-2
0
2
4
Regression Standardized Predicted Value
71
Lampiran 5 : Tabel t ( 2- Tailed) Nilai t Pada Distribusi t- student df 0.025(2.5%) 12.706 2.571 2.228 2.131 2.086 2.06 2.056 2.052 2.048 2.045 2.042 2.021 2 1.98 1.96
n 0.1(10%) 0.05(5%) 1 3.078 6.314 5 1.476 2.015 10 1.372 1.812 15 1.341 1.753 20 1.325 1.725 25 1.316 1.708 26 1.315 1.706 27 1.314 1.703 28 1.313 1.701 29 1.311 1.699 30 1.31 1.697 40 1.303 1.648 60 1.296 1.671 120 1.289 1.658 θ 1.282 1.645 Keterangan : df = Degree of Freedom ( derajat kebebasan ) n = Jumlah Sampel
0.01(1%) 31.821 3.365 2.764 2.602 2.528 2.485 2.479 2.473 2.467 2.462 2.457 2.423 2.39 2.358 2.326
0.005(0.5%) 63.657 4.032 3.169 2.947 2.845 2.787 2.779 2.771 2.763 2.756 2.75 2.704 2.66 2.617 2.576
72
Lampiran 6 : Tabel F Nilai Kritik Probabilita F dengan α= 5 % ( 1- Tailed ) df ( V2 ) Denumenator 1 5 10 15 20 25 26 27 28 29 30 40 60 120 θ
1 161.4 6.61 4.96 4.54 4.35 4.24 4.23 4.21 4.2 4.18 4.17 4.08 4 3.92 3.84
df ( V1 ) Numenator 2 3 4 199.5 215.7 224.6 5.79 5.41 5.19 4.1 3.71 3.48 3.68 3.29 3.06 3.49 3.1 2.87 3.39 2.99 2.76 3.37 2.98 2.74 3.35 2.96 2.73 3.34 2.95 2.71 3.33 2.93 2.7 3.32 2.92 2.69 3.23 2.84 2.61 3.15 2.76 2.53 3.07 2.68 2.45 3 2.6 2.37
5 230.2 5.05 3.33 2.9 2.71 2.6 2.59 2.57 2.56 2.55 2.53 2.45 2.37 2.29 2.21
Keterangan : df ( V2 ) = Jumlah Sampel df ( V1 ) = Jumlah Variabel Independen
73
Lampiran 7 : Tabel Durbin Watson d Statistic at 0.05 Level of Signifikan
d L k'=1 dU
n 6 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 150 200
0.61 1.077 1.201 1.288 1.352 1.402 1.442 1.475 1.503 1.528 1.539 1.567 1.583 1.598 1.611 1.624 1.635 1.645 1.654 1.72 1.758
1.4 1.361 1.411 1.454 1.489 1.519 1.344 1.56 1.585 1.601 1.616 1.629 1.641 1.652 1.662 1.671 1.679 1.687 1.694 1.746 1.778
d L k'=2 dU
0 0.946 1.1 1.206 1.284 1.343 1.391 1.43 1.462 1.49 1.514 1.536 1.554 1.571 1.586 1.6 1.612 1.623 1.634 1.796 1.748
0 1.543 1.537 1.55 1.367 1.584 1.6 1.615 1.628 1.641 1.652 1.662 1.678 1.68 1.685 1.696 1.703 1.709 1.715 1.766 1.789
dU d L k'=3
0 0.814 0.998 1.123 1.214 1.283 1.338 1.383 1.421 1.452 1.48 1.503 1.525 1.543 1.56 1.375 1.589 1.602 1.613 1.691 1.718
0 1.75 1.676 1.654 1.65 1.653 1.639 1.666 1.674 1.681 1.689 1.696 1.703 1.709 1.715 1.721 1.726 1.732 1.734 1.774 1.799
d
L
dU k'=4
0 0.685 0.894 1.038 1.143 1.222 1.285 1.336 1.378 1.414 1.444 1.471 1.494 1.515 1.534 1.55 1.566 1.379 1.592 1.679 1.728
0 1.977 1.828 1.767 1.739 1.726 1.721 1.72 1.721 1.724 1.724 1.731 1.735 1.719 1.743 1.747 1.751 1.755 1.758 1.755 1.81
d Lk'=5d U
0.562 0.792 0.953 1.071 1.16 1.23 1.287 1.335 1.374 1.374 1.438 1.464 1.487 1.307 1.325 1.542 1.689 1.571 1.665 1.718
2.22 1.991 1.886 1.833 1.803 1.786 1.776 1.771 1.768 1.768 1.767 1.768 1.77 1.772 1.774 1.776 1.778 1.78 1.802 1.82
Keterangan : n = Jumlah Sampel k' = Jumlah Variabel Independen
74