ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN JASA SEKTOR KEUANGAN
HERU HAMONANGAN
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2014
Heru Hamonangan NIM H24100157
ABSTRAK HERU HAMONANGAN. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan. Dibimbing oleh FARIDA RATNA DEWI dan R. DIKKY INDRAWAN. Struktur modal merupakan bauran hutang, saham biasa, maupun saham preferen dari suatu perusahaan. Sektor keuangan sangat erat kaitannya dengan perekonomian suatu negara karena dapat memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi negara. Di Indonesia, perusahaan jasa sektor keuangan juga menjadi salah satu sektor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan laporan keuangan yang diperoleh dari data sekunder perusahaan jasa sektor keuangan pada tahun 2012 dan dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Modeling. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan jasa sektor keuangan. Kata Kunci: Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Risiko Bisnis, Pertumbuhan Aktiva
ABSTRACT HERU HAMONANGAN. An Analysis of Factors that Affect Capital Structure of Financial Sector Services Company. Supervised by FARIDA RATNA DEWI and R. DIKKY INDRAWAN. Capital structure are the mix of debt, common stock, or preferred stock of a company. The financial sector is very closely related to a nationβs economy because it can make a major contribution to the economic development of the country. In Indonesia, the financial sector services company is one of the sectors that affect economic growth. This research uses financial report derived from secondary data of financial sector services company in 2012 and analyzed using Structural Equation Modeling. The result showed that the variable size of the company has a positive and significant effect on the capital structure. Profitability has a negative and not significant effect on the capital structure. Meanwhile the sales growth, business risk, and asset growth does not affect the capital structure of the financial sector services company. Keyword: Capital Structure, Firm Size, Profitability, Sales Growth, Business Risk, Asset Growth
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN JASA SEKTOR KEUANGAN
HERU HAMONANGAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan Nama : Heru Hamonangan NIM : H24100157
Disetujui oleh
Farida Ratna Dewi, SE, MM Pembimbing I
R. Dikky Indrawan, SP, MM Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini ialah struktur modal, dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi SE, MM dan Bapak R. Dikky Indrawan SP, MM selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2014 Heru Hamonangan
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Struktur Modal Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Variabel Dependen Variabel Independen Analisis Partial Least Square (PLS) Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Populasi dan Sampel Metode Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Struktur Modal Perusahaan Jasa Sektor Keuangan Analisis Pengaruh Faktor-faktor Struktur Modal terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan Evaluasi Model SEM Model Pengukuran (Outer Model) Discriminant Validity Uji Reliabilitas Model Struktural (Inner Model) Implikasi Manajerial SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
1 1 2 2 2 3 3 3 3 4 4 5 6 7 7 7 8 8 9 9 14
LAMPIRAN
24
RIWAYAT HIDUP
14 14 18 19 19 21 21 21 22 22
DAFTAR TABEL 1 Perusahaan dengan komponen struktur modal tertinggi dan terendah 2 Perusahaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal tertinggi dan terendah 3 Nilai Loading Factor Awal 4 Nilai Loading Factor Akhir 5 Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values) 6 Nilai AVE masing-masing konstruk 7 Nilai Composite Reliability masing-masing konstruk 8 Hasil R-Square 9 Path Coefficient (Mean, STDEV, T-Values)
10 11 15 16 17 19 19 19 20
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian 2 Model Structural Equation 3 Model SEM setelah SG dan BRISK direflektifkan secara langsung terhadap struktur modal 4 Model Akhir SEM
5 9 15 16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Daftar sampel Perusahaan Jasa Sektor Keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 2 Komposisi Obligasi, Saham Biasa, dan Saham Preferen Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan
24 25
PENDAHULUAN Latar Belakang Struktur modal merupakan bauran hutang jangka panjang, hutang jangka pendek, saham biasa, maupun saham preferen dari suatu perusahaan. Struktur modal berkaitan dengan jumlah hutang dengan modal sendiri yang digunakan untuk membiayai perusahaan. Struktur modal diperlukan perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasional dan pertumbuhan perusahaan dengan menggunakan sumber-sumber keuangan yang berbeda. Hutang diperoleh dari obligasi ataupun pembayaran jangka panjang sedangkan modal dibagi menjadi saham biasa, saham preferen maupun laba ditahan. Manajer keuangan harus menentukan proporsi dari struktur modal perusahaan sehingga memaksimalkan nilai perusahaan ataupun struktur modal optimal. Struktur modal yang optimal dapat menciptakan kondisi keuangan yang kuat dan stabil. Penentuan struktur modal merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber dana sehingga dapat digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Pecking Order Theory mengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal daripada eksternal perusahaan. Perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory adalah internal fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (modal sendiri) (Saidi, 2004). Keputusan struktur modal berpengaruh secara langsung terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan (Brigham dan Houston, 2001). Banyak faktor-faktor yang digunakan manajer keuangan untuk menentukan struktur modal perusahaan. Brigham dan Houston (2001) mengemukakan faktor-faktor struktur aktiva, stabilitas penjualan, tingkat pertumbuhan, pengendalian, ukuran perusahaan, risiko bisnis, posisi pajak, fleksibilitas keuangan dan konservatisme merupakan faktor-faktor yang menentukan struktur modal perusahaan. Sedangkan menurut Flydenberg dalam Kartini dan Arianto (2008) menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal adalah aktiva tetap, profitabilitas, risiko, ukuran perusahaan, pajak, struktur kepemilikan, dan pertumbuhan. Kebijakan mengenai struktur modal berhubungan dengan risiko yang dihadapi dan tingkat pengembalian (keuntungan) suatu perusahaan. Apabila menggunakan hutang yang banyak akan berisiko tinggi terhadap aliran kas, tetapi tingkat proporsi hutang yang besar pada umumnya menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi pula. Tingkat pengembalian yang tinggi akan menarik minat para investor sehingga harga saham akan tinggi pula. Sektor jasa keuangan merupakan suatu istilah yang dipakai oleh industri keuangan. Jasa keuangan terdiri dari industri perbankan, perusahaan asuransi, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, bank investasi, maupun perusahaan kartu kredit. Selama tahun 2012, sektor keuangan di Indonesia mengalami kestabilan dan fungsi intermediasi kuat dalam mendukung perekonomian negara (BI, 2013). Hal ini dapat dilihat dimana industri ini mampu menyumbang sekitar 5,3% dari total keseluruhan PDB
2 Indonesia pada tahun 2012 (BPS, 2013). Selain itu selama periode ini, terjadi pertumbuhan yang sangat pesat pada sektor ini khususnya pada sub sektor perbankan dimana membuat persaingan yang semakin ketat diantara para pelaku usaha (BI, 2013). Kestabilan sektor keuangan sangatlah penting untuk dilakukan. Ketidakstabilan sektor keuangan dapat menimbulkan dampak yang buruk seperti hilangnya kepercayaan masyarakat dan menurunnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan suatu negara. Berdasarkan uraian di atas penentuan keputusan menggunakan struktur modal yang efektif dan efisien perlu dilakukan terutama pada perusahaan jasa sektor keuangan, maka penelitian penting dilakukan terutama tentang ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran struktur modal pada perusahaan sektor jasa keuangan? 2. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal pada perusahaan sektor jasa keuangan? Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Menganalisis gambaran struktur modal pada perusahaan sektor jasa keuangan. 2. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal pada perusahaan sektor jasa keuangan. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai informasi terutama manajer keuangan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi kinerja keuangan di masa yang akan datang bagi perusahaan. Bagi peneliti lain dan akademisi diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan landasan untuk lebih memperdalam pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan ketika seorang investor ingin menanamkan modalnya pada perusahaan dengan melihat struktur modal perusahaan tersebut.
3 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dengan judul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan sektor jasa keuangan ini merupakan perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 dan memiliki laporan keuangan yang lengkap. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dalam penelitian ini yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva. Perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri dari beberapa subsektor yaitu subsektor perbankan, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, asuransi, dan subsektor keuangan lainnya. Perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 ada sebanyak 67 perusahaan. Namun dikarenakan masih banyaknya laporan keuangan yang tidak lengkap dan masih banyaknya perusahaan yang belum menerbitkan laporan keuangannya pada periode 2012 sehingga penelitian ini tidak mengambil seluruh perusahaan jasa keuangan dan diperoleh sampel sebanyak 44 perusahaan sektor jasa keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Lampiran 1).
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Struktur Modal Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007), struktur modal merupakan pendanaan permanen jangka panjang yang diwakili oleh hutang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Ukuran Perusahaan Menurut Kartini dan Tulus Arianto (2008) ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan berapa besar kebijakan keputusan pendanaan (struktur modal) dalam memenuhi ukuran atau besarnya aset perusahaan. Ukuran Perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditujukan pada total aktiva dan jumlah penjualan (Bambang Riyanto, 2001). Penelitian yang dilakukan Imam Ghozali dan Hendrajaya (2000) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui operasional perusahaannya dengan menggunakan dana aset yang dimiliki oleh perusahaan. Pengertian lainnya yaitu bahwa profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya (Masβud, 2008).
4 Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan penjualan adalah ukuran mengenai besarnya pendapatan per saham perusahaan yang diperbesar oleh leverage (Weston dan Copeland, 1997:35). Menurut Yuniningsih (2002) bahwa untuk meningkatkan nilai perusahaan selain membuat kebijakan dividen perusahaan juga dituntut untuk tumbuh. Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi kecenderungan penggunaan hutang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat penjualannya rendah (Mayangsari, 2001). Risiko Bisnis Risiko bisnis merupakan risiko dimana perusahaan tidak mampu menutup biaya operasionalnya (Sunjaja & Barlian, 2003:287). Semakin besar pengaruh operasi perusahaan dengan penggunaan biaya tetap akan semakin tinggi risiko bisnisnya. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung mempunyai struktur modal yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan dengan risiko bisnis yang rendah. Risiko bisnis dalam penelitian ini diukur dengan risiko operasi. Berkaitan adanya keputusan leverage operasi, perusahaan akan menanggung risiko, yang disebut risiko bisnis. Pertumbuhan Aktiva Aktiva biasanya dibedakan menjadi dua komponen yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva lancar terdiri dari kas, piutang maupun investasi jangka pendek sedangkan aktiva tidak lancar terdiri dari aktiva tetap dan aktiva berwujud. Pertumbuhan aktiva menggambarkan kenaikan atau penurunan aktiva setiap tahun. Pertumbuhan total aktiva biasanya menggambarkan pertumbuhan perusahaan tersebut. Oleh karena itu pertumbuhan total aktiva cenderung berdampak positif terhadap struktur modal perusahaan
METODE Kerangka Pemikiran Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal ini dilakukan pada perusahaan jasa sektor keuangan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menganalisis laporan keuangannya. Faktor-faktor yang dipilih yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva serta dianalisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) sehingga diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Selanjutnya, hasil dari penelitian dapat menjadi suatu referensi dan manfaat baik bagi industri keuangan maupun investor. Berdasarkan landasan teori, perumusan masalah, dan tujuan penelitian yang dikemukakan sebelumnya, maka sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, berikut disajikan kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian pada Gambar 1.
5
Perusahaan Sektor Keuangan
Investor
Perusahaan Jasa Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Laporan Keuangan Perusahaan Jasa Sektor Keuangan Ukuran Perusahaan Profitabilitas Pertumbuhan Penjualan
Struktur Modal
Risiko Bisnis Pertumbuhan Aktiva Structural Equation Modeling (SEM)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau tergantung oleh variabel lain. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur modal yang dapat dilihat dari obligasi, saham biasa maupun saham preferen yang dimiliki perusahaan tersebut.
6 Variabel Independen 1. Ukuran Perusahaan Ukuran Perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari total aktiva dan total penjualan dari perusahaan tersebut (Bambang Riyanto, 2001). 2. Profitabilitas Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan (Brigham dan Houston, 2001). Pada umumnya perusahaan lebih suka pendapatan yang mereka terima digunakan sebagai sumber utama dalam pembayaran untuk investasi. Apabila sumber dari dalam perusahaan tidak mencukupi, maka alternatif lain yang digunakan adalah dengan menggunakan hutang. Untuk mengukur profitabilitas dapat menggunakan beberapa cara antara lain yaitu profit margin, ROA, dan ROE. ROA (Return On Asset) =
EAT
Total Aktiva EAT
ROE (Return On Equity) =
x 100%
Modal Sendiri EAT
NPM (Net Profit Margin) =
Net Sales
x 100%
x 100%
Keterangan: EAT (Earning After Tax) adalah selisih antara jumlah keseluruhan pendapatan setelah dikurangi beban dan jumlah pajak yang dikenakan dalam jangka waktu tertentu. Net Sales adalah jumlah total semua penjualan setelah dikurangi potongan penjualan dan retur penjualan. 3. Pertumbuhan penjualan Pertumbuhan penjualan diukur berdasarkan perbandingan antara net sales periode sekarang (πππ‘ πππππ t ) dikurangi periode sebelumnya (πππ‘ πππππ tβ1 ) terhadap net sales periode sebelumnya (πππ‘ πππππ tβ1 ). πππ‘ πππππ t β πππ‘ πππππ tβ1 Pertumbuhan Penjualan = πππ‘ πππππ tβ1 4. Risiko bisnis Risiko bisnis merupakan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Risiko bisnis merupakan tingkat volatilitas pendapatan yang tinggi dari perusahaan yang akan mempunyai profitabilitas kebangkrutan yang tinggi. Semakin besar pengaruh operasi perusahaan dengan penggunaan biaya tetap akan semakin tinggi risiko bisnisnya. Risiko bisnis dalam penelitian ini menggunakan cara yang digunakan oleh Indriyo (2002) yaitu dengan rumus DOL (Degree of Operating Leverage) dan diberi lambang BRISK. Risiko bisnis (BRISK) =
Pertumbuhan EBIT
Pertumbuhan πππ‘ πππππ
Keterangan: DOL dalam penelitian ini dilambangkan dengan BRISK. EBIT (Earning Before Interest and Tax) adalah pendapatan suatu perusahaan sebelum dikurangi beban dan jumlah pajak pada periode tahun tertentu. Net Sales adalah jumlah total semua penjualan setelah dikurangi potongan penjualan dan retur penjualan.
7 5. Pertumbuhan aktiva Pertumbuhan aktiva merupakan peningkatan atau penurunan aktiva yang dimiliki suatu perusahaan. Pertumbuhan aktiva dihitung sebagai tingkat perubahan aktiva pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya (Saidi, 2004). Dalam penelitian ini pertumbuhan aktiva dibagi menjadi dua yaitu pertumbuhan aktiva lancar dan pertumbuhan aktiva tidak lancar. Pertumbuhan aktiva lancar = Pertumbuhan aktiva
=
Aktiva Lancar Tahun t β Aktiva Lancar Tahun tβ1 Aktiva Lancar Tahun tβ1
Aktiva tdk Lancar Tahun t β Aktiva tdk Lancar Tahun tβ1 Aktiva tdk Lancar Tahun tβ1
tidak lancar Analisis Partial Least Square (PLS) Analisis penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) yang diolah menggunakan SMART PLS 2.0 M3. Pada penelitian ini terdapat enam variabel laten. Variabel laten tersebut diantaranya Struktur Modal (Capital Structure), Ukuran Perusahaan (Size), Profitabilitas (Profitability), Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth), Risiko Bisnis (Business Risk), dan Pertumbuhan Aktiva (Asset Growth). Masing-masing variabel laten tersebut memiliki indikator (manifest). Variabel laten struktur modal memiliki indikator (manifest) yaitu obligasi (OB), saham biasa (SB), dan saham preferen (SP). Untuk variabel laten ukuran perusahaan memiliki indikator (manifest) yaitu total aktiva (TA) dan total penjualan (TP). Variabel laten profitabilitas memiliki indikator (manifest) yaitu return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan net profit margin (NPM). Sementara itu variabel laten pertumbuhan penjualan dan risiko bisnis masingmasing memiliki satu indikator (manifest) yaitu sales growth (SG) untuk pertumbuhan penjualan dan business risk (BRISK) untuk risiko bisnis. Sedangkan variabel laten pertumbuhan aktiva memiliki indikator (manifest) yaitu pertumbuhan aktiva lancar (AL) dan pertumbuhan aktiva tidak lancar (ATL). Lokasi dan Waktu Penelitian Perusahaan yang diteliti merupakan perusahaan jasa sektor keuangan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange) periode tahun 2012. Waktu penelitian yaitu selama lima bulan dari bulan Desember 2013 sampai April 2014. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012 yang termuat dalam Indonesian Capital Market Directory.
8 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012. Pengambilan sampel menggunakan pendekatan metode purposive sampling dimana tidak semua anggota populasi dijadikan sampel dalam penelitian, hanya sebagian saja berdasarkan kriteria tertentu. Beberapa kriteria pemilihan sampel tersebut sebagai berikut: 1. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai emiten periode tahun 2012. 2. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah perusahaanperusahaan jasa di sektor keuangan. 3. Perusahaan menyajikan laporan keuangan yang lengkap pada tahun 2012. 4. Perusahaan memiliki laba bersih positif pada tahun 2012. Berdasarkan kriteria di atas, terdapat 44 perusahaan jasa sektor keuangan yang terpilih sebagai sampel (Lampiran 1). Metode Pengolahan dan Analisis Data Structural Equation Modeling (SEM) Structural equation modeling (SEM) merupakan teknik statistik yang digunakan untuk membangun dan menguji model statistik yang biasanya dalam bentuk model-model sebab akibat. Penelitian ini menggunakan Partial Least Square. Menurut Ghozali (2012), Partial Least Square (PLS) merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan Structural Equation Modeling (SEM) berbasis kovarian menjadi berbasis varian. Dinyatakan oleh Wold dalam Ghozali (2012), metode ini merupakan metode yang sangat kuat, karena tidak didasarkan oleh banyak asumsi, data tidak harus terdistribusi dengan normal multivariat dan untuk bahan sampel tidak harus besar. Dua variabel utama dalam penggunaan SEM adalah variabel tidak terukur/laten (construct variable) dan variabel terukur/manifes (observed variable). Model dari penelitian ini menggunakan 6 variabel laten (konstruk) yaitu ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan aktiva, profitabilitas serta struktur modal. Variabel manifes dari ukuran perusahaan dibatasi pada total aktiva dan total penjualan. Profitabilitas dibatasi pada variabel manifes ROA, ROE dan NPM. Penelitian untuk pertumbuhan penjualan dan risiko bisnis dibatasi pada variabel manifes nilai pertumbuhan penjualan dan nilai risiko bisnis. Pertumbuhan aktiva dibatasi pada manifes pertumbuhan aktiva lancar dan pertumbuhan aktiva tidak lancar. Sedangkan untuk struktur modal memiliki tiga variabel manifes yaitu obligasi, saham biasa, dan saham preferen. Model Structural Equation terdiri dari beberapa indikator yaitu Obligasi (OB), Saham Biasa (SB), Saham Preferen (SP), Total Aktiva (TA), Total Penjualan (TP), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Sales Growth (SG), Risiko Bisnis (BRISK), Pertumbuhan Aktiva Lancar (AL), dan Pertumbuhan Aktiva Tidak Lancar (ATL). Berdasarkan indikator tersebut, maka hipotesis dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
9 H1 H2 H3 H4 H5
: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Struktur Modal : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal : Pertumbuhan Penjualan berpengaruh positif terhadap Struktur Modal : Risiko Risnis berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal : Pertumbuhan Aktiva berpengaruh positif terhadap Struktur Modal
Gambar 2 Model Structural Equation
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Struktur Modal Perusahaan Jasa Sektor Keuangan Perusahaan jasa sektor keuangan merupakan gabungan dari beberapa perusahaan seperti perbankan, perusahaan asuransi, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, bank investasi, dan perusahaan kartu kredit. Sektor keuangan sangat erat kaitannya dengan perekonomian suatu negara karena dapat memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi negara. Oleh sebab itu, suatu negara maju memiliki banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor keuangan. Di Indonesia, perusahaan jasa sektor keuangan juga menjadi salah satu sektor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Menurut data BPS 2013, industri sektor keuangan mampu memberikan kontribusi sekitar 5.3% dari total PDB pada tahun 2012 dan mengalami peningkatan kontribusi sebesar 8,1% dibanding periode sebelumnya. Namun bila dibandingkan dengan negara lain, sektor keuangan di Indonesia masih jauh tertinggal. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan dan koordinasi yang kurang baik antara para regulator serta pelaku usaha sehingga banyak masyarakat yang belum mengetahui bahkan tidak menggunakan jasa keuangan bila melakukan suatu transaksi. Masyarakat cenderung menggunakan uang tunai bila melakukan transaksi sehingga semakin meningkatkan inflasi. Para pelaku usaha juga harus bisa dalam menentukan keputusan mengenai struktur modal mereka sehingga semakin optimal keputusan yang dibuat maka semakin baik nilai perusahaannya.
10 Pada periode 2012 terdapat 67 perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia. Ada sebanyak 29 perusahaan di sub sektor perbankan, 10 perusahaan masing-masing di sub sektor perusahaan asuransi, perusahaan efek dan lembaga pembiayaan, serta sebanyak 8 perusahaan di sub sektor keuangan lainnya. Namun selama periode tersebut hanya 44 perusahaan yang digunakan sebagai sampel (Lampiran 1). Hal ini dikarenakan masih banyaknya laporan keuangan perusahaan yang belum diterbitkan dan laporan keuangan yang tidak lengkap pada periode 2012. Tabel 1 berikut menunjukkan perusahaan-perusahaan dengan struktur modal tertinggi dan terendah pada perusahaan jasa sektor keuangan (selengkapnya Lampiran 2) sedangkan pada Tabel 2 menunjukkan perusahaan-perusahaan dengan faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal tertinggi dan terendah. Tabel 1 Perusahaan dengan komponen struktur modal tertinggi dan terendah Komponen Prosentase (%) Nama Perusahaan Tertinggi 93 PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk OB Terendah 13,5 PT Minna Padi Investama Tbk Tertinggi 86,4 PT Minna Padi Investama Tbk SB Terendah 6,8 PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk Tertinggi 31,5 PT Arthavest Tbk SP Terendah -0,0094 PT Reliance Securities Tbk OB: Obligasi, SB: Saham Biasa, SP: Saham Preferen. Berdasarkan Tabel 1, prosentase komposisi Obligasi (OB) tertinggi yaitu pada perusahaan PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk dengan prosentase mencapai 93%. PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk menjadi perusahaan yang memiliki prosentase komposisi obligasi tertinggi dimana sebagian besar diperoleh dari penerbitan obligasi subordinasi rupiah. Sedangkan prosentase komposisi Obligasi (OB) terendah yaitu pada perusahaan PT Minna Padi Investama Tbk dengan prosentase mencapai 13,5% dimana sebagian besar obligasi berasal dari hutang lembaga kliring dan penjaminan. Pada Saham Biasa (SB), PT Minna Padi Investama Tbk menjadi perusahaan yang memiliki prosentase komposisi saham biasa tertinggi sebesar 86,4% sedangkan PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk menjadi perusahaan yang memiliki prosentase komposisi saham biasa terendah sebesar 6,8%. Hal ini dikarenakan pada tahun 2012 PT Minna Padi Investama Tbk mengambil kebijakan penguatan struktur modal dengan menggunakan dana yang dihimpun dari saham biasa sehingga komposisi obligasi maupun saham preferen menjadi rendah. Sebaliknya pada tahun tersebut, PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk mengambil kebijakan penguatan struktur modal dengan menggunakan obligasi sehingga komposisi saham biasa dan saham preferen menjadi rendah. Prosentase komposisi Saham Preferen (SP) tertinggi yaitu pada perusahaan PT Arthavest Tbk dengan prosentase sebesar 31,5%. Namun demikian, jumlah ekuitas pada PT Arthavest Tbk tidak didominasi oleh saham preferen melainkan saham biasa yang berkontribusi mencapai 44% dari total ekuitasnya. Sedangkan saham preferen terendah terjadi pada perusahaan PT Reliance Securities Tbk sebesar -0,0094%. Saham preferen pada PT Reliance Securities Tbk menjadi rendah dikarenakan terjadinya penggabungan usaha dengan entitas anak sehingga
11 nilai wajar aset moneter yang diakuisisi diturunkan secara proporsional dan berdampak terhadap komposisi saham preferennya. Tabel 2 Perusahaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal tertinggi dan terendah Ukuran Perusahaan (Size) Komponen Nilai Komponen Nama Perusahaan a (Rupiah) Tertinggi 551.336.790.000 PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk TA Terendah 369.987.337 PT Arthavest Tbk Tertinggi 58.000.153.000 PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk TP Terendah 39.344.539 PT Minna Padi Investama Tbk Profitabilitas (Profitability) Komponen Nilai Komponen Nama Perusahaan (%) Tertinggi 14,43 PT Panin Sekuritas Tbk ROA Terendah 0,0139 PT Bank ICB Bumiputera Tbk Tertinggi 28,8 PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk ROE Terendah 0,1452 PT Bank ICB Bumiputera Tbk Tertinggi 56,76 PT Minna Padi Investama Tbk NPM Terendah 0,1374 PT Bank ICB Bumiputera Tbk Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) Komponen Nilai Komponen Nama Perusahaan Tertinggi 1,68 PT Bank Pundi Indonesia Tbk SG Terendah -0,1559 PT Bank ICB Bumiputera Tbk Risiko Bisnis (Business Risk) Komponen Nilai Komponen Nama Perusahaan Tertinggi 65,93 PT Reliance Securities Tbk BRISK Terendah -29,2707 PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk Pertumbuhan Aktiva (Asset Growth) Komponen Nilai Komponen Nama Perusahaan Tertinggi 2,65 PT Bank Nationalnobu Tbk AL Terendah -0,2254 PT Kresna Graha Sekurindo Tbk Tertinggi 2,93 PT Bank Artha Graha Internasional Tbk ATL Terendah -0,2579 PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk a 0 Angka-angka dinyatakan dalam ribuan rupiah TA: Total Aktiva, TP: Total Penjualan, ROA: Return on Asset, ROE: Return on Equity, NPM: Net Profit Margin, SG: Sales Growth, BRISK: Risiko Bisnis, AL: Aktiva Lancar, ATL: Aktiva Tidak Lancar. Berdasarkan Tabel 2, indikator Total Aktiva (TA) dan Total Penjualan (TP) tertinggi terjadi pada perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk masing-masing sebesar Rp 551.336.790.000.000 dan Rp 58.000.153.000.000. Penyumbang terbesar dari total aktiva PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk berasal dari aktiva produktif yang mana didominasi oleh kredit-kredit yang diberikan. Kontribusi terbesar Total Penjualan (TP) PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk diperoleh dari pendapatan bunga dan investasi selama tahun 2012.
12 Sedangkan indikator Total Aktiva (TA) dan Total Penjualan (TP) terendah terjadi pada PT Arthavest Tbk dan PT Minna Padi Investama Tbk masing-masing sebesar Rp 369.987.337.000 dan Rp 39.344.539.000. Rendahnya total aktiva PT Arthavest Tbk disebabkan terjadinya penurunan pada aset lancar dan aset tidak lancar di tahun 2012 sebesar 9,06% dan 2,26%. Penurunan tersebut terjadi dikarenakan turunnya kas atau setara kas, biaya dibayar dimuka, dan menurunnya uang muka pembelian aset tetap. Sementara itu Total Penjualan (TP) terendah terjadi pada perusahaan PT Minna Padi Investama Tbk dari perusahaan keuangan sub sektor perusahaan efek. Kontribusi terbesar Total Penjualan (TP) PT Minna Padi Investama Tbk diperoleh dari keuntungan atas perdagangan efek yang telah terealisasi selama tahun 2012. Return on asset (ROA) tertinggi yaitu pada PT Panin Sekuritas Tbk sebesar 14,43%. Hal tersebut terjadi karena PT Panin Sekuritas Tbk memiliki perbandingan (rasio) antara laba bersih setelah pajak (EAT) terhadap total aktiva atau total asset yang paling optimal. Selain itu, pada tahun 2012 terjadi peningkatan ROA sebesar 1% dibandingkan tahun sebelumnya dikarenakan laba bersih setelah pajak PT Panin Sekuritas Tbk yang meningkat. Pada tingkat return on equity tertinggi terjadi pada PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk dengan nilai sebesar 28,8%. Hal ini dikarenakan PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk memiliki perbandingan (rasio) antara laba bersih setelah pajak (EAT) terhadap modal (equity) yang optimal. Tingkat ROE perusahaan ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, namun dikarenakan terjadi peningkatan modal pada PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan laba bersih setelah pajak sehingga mengakibatkan ROE pada tahun 2012 menjadi lebih rendah dari tahun 2011. Sedangkan PT Minna Padi Investama Tbk menjadi perusahaan dengan tingkat net profit margin tertinggi pada sektor industri keuangan. PT Minna Padi Investama Tbk menjadi perusahaan dengan tingkat net profit margin tertinggi karena memiliki perbandingan (rasio) antara laba bersih setelah pajak (EAT) terhadap penjualan yang optimal. Selain itu, PT Minna Padi Investama Tbk mengalami peningkatan NPM yang tinggi sebesar 10% pada tahun 2012 dikarenakan laba bersih setelah pajak yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan net profit margin (NPM) terendah yaitu pada perusahaan PT Bank ICB Bumiputera Tbk dari sub sektor perbankan dengan nilai ROA (0,0139%), ROE (0,1452%), dan NPM (0,1374%). Hal ini terjadi dikarenakan laba bersih setelah pajak (EAT) PT Bank ICB Bumiputera Tbk yang paling rendah diantara perusahaan jasa sektor keuangan lainnya sementara total aktiva, modal sendiri maupun penjualan (net sales) jauh lebih tinggi sehingga menghasilkan perbandingan (rasio) yang sangat kecil. Laba bersih setelah pajak (EAT) pada PT Bank ICB Bumiputera Tbk menjadi terendah diantara perusahaan jasa sektor keuangan lainnya dikarenakan beban pajak yang mencapai 82% dari keseluruhan laba sebelum pajak. Namun di tahun 2012 laba bersih setelah pajak PT Bank ICB Bumiputera Tbk mengalami peningkatan dengan membukukan sebesar Rp 1.036.000.000 setelah di periode sebelumnya mengalami kerugian mencapai Rp 113.600.000.000. Hal ini dikarenakan beban bunga dan operasional pada tahun 2012 lebih kecil dibandingkan pendapatannya sedangkan pada tahun 2011 beban bunga dan operasional lebih besar
13 dibandingkan pendapatannya sehingga mengakibatkan PT Bank ICB Bumiputera Tbk mengalami kerugian. Nilai tertinggi pada indikator Pertumbuhan Penjualan (SG) yaitu PT Bank Pundi Indonesia Tbk dengan nilai pertumbuhan penjualan sebesar 1,68. PT Bank Pundi Indonesia Tbk memperoleh nilai pertumbuhan penjualan tertinggi dikarenakan pendapatannya yang meningkat dari Rp 593.473.000.000 pada tahun 2011 menjadi Rp 1.593.676.000.000 di tahun 2012 dimana pendapatan terbesarnya berasal dari pendapatan bunga. Sedangkan nilai terendah indikator Pertumbuhan Penjualan (SG) yaitu PT Bank ICB Bumiputera Tbk dengan nilai pertumbuhan penjualan sebesar -0,1559. PT Bank ICB Bumiputera memperoleh nilai pertumbuhan penjualan terendah dikarenakan pendapatan pada tahun 2012 yang menurun baik pendapatan bunga maupun pendapatan operasional lainnya. Menurunnya pendapatan PT Bank ICB Bumiputera dikarenakan dampak dari persaingan yang semakin ketat antara bank-bank umum di industri perbankan Indonesia yang tumbuh pesat di tahun 2012. Sementara itu, Risiko Bisnis (BRISK) tertinggi terjadi pada PT Reliance Securities Tbk dengan tingkat risiko bisnis mencapai 65,93. PT Reliance Securities Tbk memperoleh tingkat risiko bisnis tertinggi dikarenakan perbandingan pertumbuhan laba bersih sebelum pajak terhadap pertumbuhan penjualan yang terbesar. Selain itu terjadi peningkatan laba sebelum pajak (EBIT) yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan pendapatannya sehingga mengakibatkan perbandingan (rasio) antara pertumbuhan EBIT dengan pertumbuhan pendapatan yang tertinggi. Hal ini juga menandakan bahwa PT Reliance Securities Tbk memiliki struktur modal yang lebih rendah diantara perusahaan jasa sektor keuangan lainnya. Sedangkan risiko Bisnis (BRISK) terendah terjadi pada PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk dengan tingkat risiko bisnis mencapai -29,2707. PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk memperoleh tingkat risiko bisnis terendah dikarenakan perbandingan pertumbuhan laba bersih sebelum pajak (EBIT) terhadap pertumbuhan pendapatan yang terkecil diantara perusahaan jasa sektor keuangan lainnya. Risiko bisnis pada PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk menjadi negatif disebabkan oleh total pendapatan mereka sepanjang tahun 2012 yang mengalami penurunan sebesar 2,6% walaupun mereka mencatatkan kenaikan laba bersih sebelum pajak (EBIT). Pada indikator pertumbuhan aktiva lancar (AL) tertinggi terjadi pada PT Bank Nationalnobu Tbk sebesar 2,65. Total aktiva lancar pada PT Bank Nationalnobu Tbk mengalami kenaikan yang tinggi sebesar Rp 878.581.000.000 dari tahun 2011 hingga 2012 sehingga menghasilkan pertumbuhan aktiva lancar tertinggi dimana penyumbang aktiva lancar terbesarnya berasal dari penempatan pada Bank Indonesia yang merupakan penanaman dana dalam bentuk Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FSBI) dan diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan maupun piutang. Sedangkan pertumbuhan aktiva lancar (AL) terendah terjadi pada perusahaan jasa keuangan sub sektor perusahaan efek yaitu PT Kresna Graha Sekurindo Tbk dengan nilai -0,2254. Hal ini dikarenakan penurunan total aktiva pada tahun 2012 yang bersumber dari besarnya penurunan aktiva lancar sebesar 22,5% sementara aktiva tidak lancar perusahaan tersebut naik sebesar 40,7%. Sementara itu, pertumbuhan aktiva tidak lancar (ATL) tertinggi terjadi pada PT Bank Artha Graha Internasional Tbk dengan nilai sebesar 2,93. PT Bank Artha Graha Internasional Tbk memiliki nilai pertumbuhan aktiva tidak lancar tertinggi dikarenakan kenaikan total aktiva tidak lancar sebesar Rp
14 587.553.000.000 dari tahun 2011 hingga tahun 2012 dimana penyumbang aktiva tidak lancar terbesarnya berasal dari aset tetap (fixed assets). Sedangkan pertumbuhan aktiva tidak lancar (ATL) terendah terjadi pada perusahaan jasa keuangan sub sektor lembaga pembiayaan yaitu PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk dengan nilai -0,2579. Rendahnya pertumbuhan aktiva tidak lancar (ATL) PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk disebabkan karena perseroan tersebut mengalami penurunan total aset dibandingkan tahun 2011 sebesar 14,3% yang sebagian besarnya berasal dari penurunan aktiva tidak lancarnya sebesar 25,8%. Analisis Pengaruh Faktor-faktor Struktur Modal terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan Evaluasi Model SEM (Structural Equation Modeling) Partial Least Square (PLS) tidak memiliki syarat adanya asumsi distribusi tertentu untuk estimasi parameter, maka teknik parametrik untuk menguji atau mengevaluasi signifikansi tidak diperlukan (Chin 1998; Chin dan Newsted 1999). Oleh karena itu, evaluasi model PLS berdasarkan pada orientasi prediksi yang mempunyai sifat non-parametrik sehingga model evaluasi PLS dilakukan dengan evaluasi model pengukuran (outer model) dan evaluasi model struktural (inner model). Model Pengukuran (Outer Model) Evaluasi model pengukuran atau outer model dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas model dengan menganalisis hubungan antara setiap indikator terhadap variabel latennya (konstruk) (Ghozali 2012). Pada penelitian ini menggunakan indikator reflektif sehingga uji validitas convergentnya dapat dilihat dari nilai loading factor untuk tiap indikator konstruk. Rule of thumb yang biasanya digunakan untuk menilai validitas convergent yaitu nilai loading factor harus lebih dari 0,7 untuk penelitian yang bersifat confirmatory dan nilai loading factor antara 0,6-0,7 untuk penelitian yang bersifat exploratory. Namun demikian untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran, nilai loading faktor 0,5-0,6 masih dianggap cukup (Chin 1998). Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa adanya perubahan model awal SEM (Gambar 2) dikarenakan variabel laten pertumbuhan penjualan (sales growth) dan risiko bisnis (business risk) masingmasing hanya memiliki satu indikator (manifest) sehingga indikator sales growth (SG) dan business risk (BRISK) langsung direflektifkan secara langsung ke variabel laten struktur modal.
15
Gambar 3 Model SEM setelah SG dan BRISK direflektifkan secara langsung terhadap struktur modal Pada penelitian ini, indikator dibawah 0,5 dihapus atau dropping. Indikator yang memiliki nilai loading factor dibawah 0,5 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Nilai Loading Factor Awal Konstruk
Struktur Modal
Ukuran Perusahaan Profitabilitas Pertumbuhan Aktiva
Indikator Obligasi Saham Biasa Saham Preferen Sales Growth Business Risk Total Aktiva Total Penjualan Return on Asset Return on Equity Net Profit Margin Aktiva Lancar Aktiva tidak Lancar
Perusahaan Jasa SektorKeuangan Nilai 0,963 0,978 0,122 -0,389 0,228 0,969 0,966 -0,025 0,880 0,705 1,000 0,092
Proses dropping akan terus dilakukan hingga nilai loading factor setiap indikator di atas 0,5 sehingga diperoleh model akhir SEM seperti pada Gambar 4.
16
Gambar 4 Model akhir SEM Tabel 4 berikut ini merupakan tabel dimana nilai loading factor untuk setiap indikator sudah di atas 0,5 yang menunjukkan masing-masing indikator mereflektifkan variabel latennya (konstruk). Tabel 4 Nilai Loading Factor Akhir Konstruk Struktur Modal Ukuran Perusahaan Profitabilitas
OB SB TA
Perusahaan Jasa Sektor Keuangan Nilai 0,984 0,984 0,969
TP ROE
0,965 0,875
NPM
0,883
Indikator
Untuk melihat hubungan antara indikator ke konstruk yaitu dengan melihat nilai signifikansi T statistics. Indikator dinyatakan berpengaruh nyata jika T statistics > 1.96. Tabel 5 menunjukkan bahwa masing-masing indikator memiliki nilai T statistics > 1.96
17 Tabel 5 Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values) Original Sample (O) NPM
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard Error (STERR)
T Statistics (|O/STERR|)
0.883390
0.877455
0.045497
0.045497
19.416328
0.984493
0.985068
0.007727
0.007727
127.417509
0.874968
0.872994
0.042052
0.042052
20.806719
0.984497
0.985051
0.007792
0.007792
126.353118
0.969443 0.964758
0.970486 0.965130
0.010685 0.015281
0.010685 0.015281
90.731202 63.136146
Pada model awal SEM seperti Gambar 2 dapat dilihat bahwa variabel laten pertumbuhan penjualan dan risiko bisnis masing-masing memiliki satu indikator sehingga kedua konstruk itu harus direflektifkan secara langsung terhadap struktur modal. Dengan demikian muncul sebuah model awal yang baru pada SEM seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Setelah itu dilakukan calculate yang menghasilkan nilai faktor loading sales growth (SG) dan business risk (BRISK) masing masing sebesar -0,389 dan 0,228. Oleh karena nilai faktor loading di bawah 0,5 maka manifest sales growth (SG) dan business risk (BRISK) harus dihapus dari model. Hal ini menjelaskan bahwa pada perusahaan jasa sektor keuangan manifest sales growth (SG) dan business risk (BRISK) yang mewakili konstruk pertumbuhan penjualan dan risiko bisnis tidak berpengaruh sama sekali terhadap struktur modal atau tidak dapat menjelaskan variabel laten struktur modal. Hal ini dapat dilihat dalam karakteristik perusahaan jasa sektor keuangan dimana menerima risiko dalam bentuk penghargaan serta kebanyakan keputusan usaha melibatkan keseimbangan risiko dan penghargaan. Semakin besar risiko maka semakin besar pula penghargaan yang akan diterima. Pada perusahaan jasa sektor keuangan, keseimbangan ini terlihat jelas pada investasi usaha seperti melibatkan pembelian mesin ataupun pengenalan produk baru, tarif bunga atas pinjaman dan premi pada polis asuransi didasari asumsi risiko yang akan terjadi. Sedangkan pengukuran kinerja penjualan lebih difokuskan pada volume penjualan (pendapatan) dan bukan hanya sekedar tingkat laba, komisi didasarkan atas premi tahun pertama atau awal tahun, dan atas jumlah polis yang tertulis. Oleh karena itu dapat disimpulkan tinggi atau rendahnya pertumbuhan penjualan maupun risiko bisnis suatu perusahaan keuangan tidak akan mempengaruhi manajemen dalam menentukan struktur modalnya. Sementara itu dapat dianalisis bahwa pada variabel laten struktur modal (capital structure) dilakukan aktivitas dropping yaitu pada SP (saham preferen) yang dikarenakan pada indikator tersebut nilai faktor loadingnya (0,122) kurang dari 0,5. Pengaruh saham preferen terhadap struktur modal pada industri keuangan tidak kuat dikarenakan sebagian besar saham dalam industri ini berasal dari saham pemegang kendali atau saham biasa. Variabel laten ukuran perusahaan (size), indikator TA (total aktiva) dan TP (total penjualan) tidak dilakukan aktivitas dropping dikarenakan faktor loading
18 yang di atas 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan dapat diukur dengan melihat total aktiva maupun total penjualan perusahaan tersebut dimana baik total aktiva maupun total penjualan memiliki peranan yang sama penting pada perusahaan jasa sektor keuangan. Indikator total aktiva dan total penjualan pada perusahaan jasa sektor keuangan dapat dilihat dari nilai faktor loadingnya dengan masing-masing memiliki nilai 0,969 dan 0,965. Nilai faktor loading kedua indikator tersebut mendekati nilai 1,000 dimana semakin tinggi nilai faktor loading maka semakin merefleksikan indikator terhadap variabel laten (konstruk). Kebanyakan aset pada perusahaan jasa sektor keuangan pada umumnya merupakan aset moneter. Nilai aset moneter lebih mudah diukur daripada aset fisik lainnya seperti gedung, peralatan, serta hak paten dan aktiva tak berwujud lainnya. Sedangkan total penjualan pada perusahaan jasa sektor keuangan sebagian besar berasal dari pendapatan bunganya dan tingkat laba dari banyak transaksi tidak bisa diukur hingga bertahun-tahun setelah komitmen dilakukan. Pada variabel laten profitabilitas (profitability) hanya indikator ROA (Return on Asset) yang dihilangkan dari model dikarenakan nilai faktor loadingnya (-0,025) di bawah 0,5. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang tidak kuat ROA terhadap profitabilitas dalam industri ini dikarenakan pada umumnya pengukuran menggunakan ROA hanya berfokus pada tujuan jangka pendek sementara itu perusahaan jasa sektor keuangan memfokuskan pada tujuan jangka panjang begitu pula dengan perusahaan lain pada umumnya. Variabel laten pertumbuhan aktiva (asset growth), faktor loading ATL (aktiva tidak lancar) kurang dari 0,5 sehingga harus dibuang (dropping) sedangkan AL (aktiva lancar) awalnya memiliki nilai lebih dari 0,5 sehingga tidak dilakukan proses dropping sehingga hanya AL yang merefleksikan variabel laten pertumbuhan aktiva. Namun dikarenakan variabel laten pertumbuhan aktiva hanya memiliki indikator AL maka indikator AL harus langsung merefleksikan struktur modal. Setelah dilakukan calculate kembali, ternyata faktor loading AL menjadi kurang dari 0,5 sehingga indikator AL juga harus dibuang dari model. Hal ini menunjukkan bahwa pada perusahaan jasa sektor keuangan tingkat pertumbuhan aktiva perusahaan yang diwakili oleh indikator AL dan ATL tidak bisa menjelaskan variabel laten struktur modal (capital structure). Aktiva lancar pada perusahaan jasa sektor keuangan sebagian besar terdiri dari investasi dan piutang pembiayaan, portofolio efek, deposito dan kas. Sedangkan aktiva tidak lancar pada perusahaan jasa sektor keuangan sebagian besar terdiri dari aset tetap dan aset lainnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan tinggi atau rendahnya pertumbuhan aktiva lancar maupun aktiva tidak lancar suatu perusahaan keuangan tidak akan mempengaruhi manajemen dalam menentukan struktur modalnya. Discriminant Validity Validitas discriminant bertujuan untuk menentukan valid atau tidaknya variabel konstruk. Cara yang dapat digunakan untuk menguji validitas discriminant adalah dengan melihat nilai AVE (Average Variance Extracted) setiap konstruk. Suatu konstruk dikatakan valid jika nilai AVE lebih besar dari 0,5
19 Tabel 6 Nilai AVE masing-masing konstruk Nilai AVE Capital Structure 0,969231 Profitability 0,772974 Size 0,935289 Dari Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa nilai AVE masing-masing konstruk yaitu Struktur Modal (Capital Structure), Profitabilitas (Profitability), dan Ukuran Perusahaan (Size) valid dikarenakan AVE > 0,5 Uji Reliabilitas Selain uji validitas, pengukuran model juga dilakukan untuk menguji reliabilitas suatu konstruk. Uji reliabilitas dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi, dan ketepatan instrument dalam mengukur konstruk (Ghozali 2012). Untuk mengukur reliabilitas dapat menggunakan dua cara yaitu Cronbachβs Alpha dan Composite Reliability. Namun demikian nilai Cronbachβs Alpha yang dihasilkan PLS sedikit under estimate sehingga lebih disarankan untuk menggunakan Composite Reliability (Ghozali 2012). Konstruk dikatakan reliabel jika nilai Composite Reliability di atas 0,70. Tabel 7 Nilai Composite Reliability masing-masing konstruk Composite Reliability Capital Structure 0.984375 Profitability 0.871949 Size 0.966563 Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat disimpulkan bahwa masing-masing konstruk atau variabel laten adalah reliabel atau memenuhi uji reliabilitas. Model Struktural (Inner Model) Model Struktural atau inner model menggambarkan hubungan antara variabel laten (konstruk) yang dievaluasi menggunakan R-Square untuk konstruk dependen. Berikut nilai R-Square untuk masing-masing konstruk atau peubah laten: Tabel 8 Hasil R-Square Capital Structure Profitability Size
R-Square 0.969601
Tabel di atas menunjukkan bahwa struktur modal dapat dijelaskan oleh karakteristik ukuran perusahaan dan profitabilitas sebesar 96,9% dan sisanya sebesar 3,1% dijelaskan variabel lain. Kemudian struktur modal tidak dapat dijelaskan oleh karakteristik pertumbuhan penjualan, risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva.
20 Evaluasi model dilakukan dengan melihat nilai signifikansi untuk mengetahui pengaruh antar variabel konstruk melalui prosedur bootstrapping. Untuk melihat pengaruh antar variabel laten (konstruk) dapat dilihat dari TStatistiknya. Nilai signifikansi yang digunakan pada penelitian ini adalah T Value = 1,96 (significance level = 5%). Jika T-Statistik > 1,96 maka dapat disimpulkan bahwa variabel laten berpengaruh signifikan. Selanjutnya, jika Original Sample > 0 maka variabel laten memiliki pengaruh positif sebaliknya jika Original Sample < 0 maka variabel laten memiliki pengaruh negatif. Tabel 8 berikut ini menunjukkan koefisien untuk setiap jalur hipotesis dan nilai t statistiknya yang diperoleh menggunakan metode bootstrapping. Tabel 9 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) Original Standard Standard Sample Sample Deviation Error Mean (M) (O) (STDEV) (STERR) Profitability -> Capital -0.009960 -0.010111 0.011135 0.011135 Structure Size -> Capital 0.987375 0.987854 0.005884 0.005884 Structure
T Statistics (|O/STERR|) 0.894485
167.806538
Berdasarkan Tabel 9 dapat disimpulkan bahwa variabel laten (konstruk) profitabilitas (profitability) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal (capital structure). Memiliki pengaruh negatif dikarenakan nilai pada original sample (-0,009960) dimana nilainya berada di bawah nol, sedangkan pengaruh tidak signifikan dapat dilihat dari T Statisticsnya (0,894485) yang lebih kecil dari 1,96 pada selang kepercayaan 5%. Hasil ini sesuai dengan teori Pecking Order yang mengatakan bahwa semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka semakin rendah struktur modalnya dikarenakan perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebagai sumber pembiayaan. Hubungan antara variabel laten ukuran perusahaan (Size) terhadap struktur modal (capital structure) memiliki pengaruh positif dan signifikan pada selang kepercayaan 5%. Hal ini dilihat dari nilai original sample (0,987375) dimana nilainya berada di atas nol dan nilai T Statistics (167,806538) dimana nilainya lebih besar dari 1,96. Hal ini dikarenakan ukuran perusahaan yang besar maka akan mempermudah perusahaan jasa keuangan untuk memperoleh penilaian kredit yang baik atas pinjaman-pinjaman yang dilakukan dan memperoleh tingkat bunga yang lebih rendah atas pinjamannya. Selain itu, perusahaan jasa keuangan yang besar dimana sahamnya tersebar luas akan lebih berani mengeluarkan saham yang baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan jasa keuangan yang kecil. Sementara variabel laten yang lain yaitu pertumbuhan penjualan (sales growth), risiko bisnis (business risk), dan pertumbuhan aktiva (asset growth) tidak memiliki hubungan dan pengaruh sama sekali terhadap struktur modal (capital structure) perusahaan jasa sektor keuangan dikarenakan variabel-variabel tersebut telah dihapus pada model struktur modal sehingga dapat disimpulkan besar atau kecilnya baik pertumbuhan penjualan, risiko bisnis maupun pertumbuhan aktiva
21 tidak akan mempengaruhi perusahaan jasa sektor keuangan dalam menentukan keputusan struktur modalnya. Implikasi Manajerial Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal yang menunjukkan ukuran perusahaan yang diukur menggunakan manifest total aktiva dan total penjualan yang besar akan mempermudah manajemen untuk menarik investor maupun mendapatkan pinjaman sehingga manajemen perusahaan keuangan haruslah memperhatikan ukuran perusahaan karena semakin besar ukuran perusahaan maka struktur modalnya juga semakin besar dimana jasa keuangan membutuhkan aset dalam jumlah banyak. Selain itu hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel seperti ukuran perusahaan dan profitabilitas mempengaruhi struktur modal perusahaan jasa sektor keuangan dimana variabelvariabel tersebut merupakan variabel yang dapat dikendalikan perusahaan sehingga dengan memperhatikan variabel-variabel tersebut diharapkan dapat menentukan kebijakan struktur modal yang paling optimal serta meningkatkan nilai perusahaan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan jasa sektor keuangan maka dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan struktur modal pada perusahaan jasa sektor keuangan dapat dilihat dari ukuran perusahaan maupun profitabilitas perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari indikator total aktiva dan total penjualan perusahaan tersebut sedangkan profitabilitasnya dapat dilihat dengan menggunakan indikator return on equity (ROE) dan net profit margin (NPM). Komposisi obligasi, saham biasa, dan saham preferen tertinggi terjadi pada perusahaan PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk, PT Minna Padi Investama Tbk, dan PT Arthavest Tbk sedangkan komposisi obligasi, saham biasa, dan saham preferen terendah berturut-turut terjadi pada perusahaan PT Minna Padi Investama Tbk, PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk, dan PT Reliance Securities Tbk. Dari hasil penelitian dapat juga disimpulkan bahwa komposisi rata-rata struktur modal pada perusahaan jasa sektor keuangan dimana terdiri dari obligasi sebesar 74%, saham biasa sebesar 24% dan saham preferen sebesar 2%. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka keputusan menggunakan obligasi/hutang maupun saham biasa akan meningkat sebagai sumber pendanaan sehingga ukuran perusahaan sektor keuangan akan mempengaruhi struktur modal perusahaan itu sendiri. Profitabilitas perusahaan yang meningkat menyebabkan penggunaan struktur modal akan menurun yang disebabkan oleh kemampuan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya dengan menggunakan laba ditahan. Pertumbuhan penjualan, risiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva sama sekali tidak memiliki hubungan dan pengaruh terhadap struktur modal.
22 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian adalah 1. Bagi perusahaan jasa sektor keuangan sebaiknya sebelum menentukan struktur modal agar terlebih dahulu memperhatikan variabel ukuran perusahaan dan profitabilitas. Dengan memperhatikan variabel ukuran perusahaan dan profitabilitas, perusahaan dapat memutuskan struktur modal yang sesuai dan optimal. 2. Agar variabel-variabel yang mempengaruhi struktur modal memperoleh hasil yang akurat dan keputusan struktur modal terlihat jelas setiap tahunnya maka perlu ditambahkan jangka waktu yang lebih lama dimana jangka waktu laporan keuangan yang dilakukan peneliti yaitu satu tahun kurang dapat memperoleh hasil yang baik. 3. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk variabel lain yang mempengaruhi struktur modal dimana terdapat variabel lain yang mempengaruhi struktur modal namun dalam penelitian ini tidak semua variabel diteliti dikarenakan keterbatasan informasi dan laporan keuangan.
DAFTAR PUSTAKA [BI] Bank Indonesia. 2013. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2012. [internet]. [diunduh 2013 Desember 10]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/perekonomian/Default.aspx. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Lapangan Usaha 2013. [internet]. [diunduh 2013 Desember 10]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=2&id_subyek=11. Brigham EF, Houston JF. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Delapan. Jakarta (ID): Erlangga. Chin W W. 1998. The partial least squares approach for structural equation modeling. in G. A. Marcoulides (Ed.), Modern methods for business research (pp. 295-236). London (GB): Lawrence Erlbaum Associates. Chin W W, Newsted PR. 1999. Structural equation modeling analysis with small samples using partial least squares, In Statistical Strategies for Small Sample Research, Hoyle, R.(ed.),Sage Publications, Thousand Oaks,CA,,pp.307-341. Ghozali I, Hendrajaya. 2000. Pengaruh Hutang Bank Terhadap Struktur Modal Optimal Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Bisnis Strategi. [internet]. [diunduh 2013 Desember 6]; 5: 38-45. Tersedia pada: http://eprints.undip.ac.id. Ghozali I, Latan H. 2012. Konsep, Teknik dan Aplikasi SmartPLS 2.0 M3. Semarang (ID): Badan Penerbit UNDIP. Horne JC, Wachowicz JR, J.M. 2005. Fundamental of Financial Management, 12π‘β Edition. New Jersey (US): Prentice-Hall, Inc. Indriyo G. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta (ID): BPFE UGM.
23 Kartini, Arianto T. 2008. Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Keuangan dan Perbankan. [internet]. [diunduh 2013 Desember 3]; 12(1): 11-21. Tersedia pada: http://jurkubank.wordpress.com/2012/01/12/daftar-isi-vol-12-no-1-januari2008. Masβud M. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal dan Hubungannya Terhadap Nilai Perusahaan. Manajemen dan Bisnis 7(1). Riyanto B. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4 Cetakan Ketujuh. Yogyakarta (ID): BPFE UGM. Saidi. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur Go Public di BEJ Tahun 1997-2002. Jurnal Bisnis dan Ekonomi [internet]. [diunduh 2013 Desember 5]; 11(1): 44-58. Tersedia pada: http://osrel.stie-mce.ac.id/?page=journal&level=nat&id=0303. Mayangsari S. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan Perusahaan: Pengujian Pecking Order Hyphotesis. Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi. [internet]. [diunduh 2013 Desember 7]; 1(3): 1-26. Tersedia pada: http://www.fe.trisakti.ac.id. Sundjaja R, Barlian I. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Jakarta (ID): Literata Lintas Media. Van Horne JC, Wachowicz JM.2007. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta (ID): Salemba Empat. Weston JF, Copeland TE. 1997. Manajemen Keuangan. Jilid 2.Edisi Kesembilan. Binarupa Aksara. Jakarta. Alih Bahasa: A. Joko Wasana dan Ki Brandoko. Yuniningsih. 2002. Interdependensi Antara Kebijakan Dividend Payout Ratio, Financial Leverage dan Investasi pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. [internet]. [diunduh 2013 Desember 16]; 9(2): 164-182. Tersedia pada: http://idjurnal.blogspot.com/2008/04/jurnal-bisnis-dan-ekonomi-september_05.html.
24 Lampiran 1 Daftar sampel Perusahaan Jasa Sektor Keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2012
No
1
2
3
4
5
Perusahaan Jasa Sektor Keuangan yang listing di BEI tahun 2012 Sub Sektor Perbankan
Nama Perusahaan
PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO), PT Bank ICB Bumi Putra Tbk (BABP), PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) PT Bank Ekonomi Raharja Tbk (BAEK) PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Nusantara PArahyangan Tbk (BBNP) PT Bank Mutiara Tbk (BCIC), PT Bank Pundi Indonesia Tbk (BEKS), PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII), PT Bank Permata Tbk (BNLI), PT Bank Sinar Mas Tbk (BSIM), PT bank Swadesi Tbk (BSWD), PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN), PT Bank Victoria International Tbk (BVIC), PT Bank Artha Graha International Tbk (INPC), PT Bank Mega Tbk (MEGA), PT Bank NISP OCBC Tbk (NISP), PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU), PT Bank Pan Indoneisa Tbk (PNBN), PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk (SDRA) Sub Sektor PT Reliance Securities Tbk (RELI), PT Kresna Perusahaan Efek Graha Sekurindo Tbk (KREN), PT Minna Padi Investama Tbk (PADI), PT Panin Sekuritas Tbk (PANS) Sub Sektor Lembaga PT Buana Finance Tbk (BBLD), PT BFI Finance Pembiayaan Indonesia Tbk (BFIN), PT Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN), PT Tifa Finance Tbk (TIFA), PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF) Sub Sektor Asuransi PT Auransi Bina Dana Arta Tbk (ABDA), PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk (AMAG), PT Asuransi Dayin Mitra Tbk (ASDM), PT Asuransi Ramayana Tbk (ASRM), PT Lippo General Insurance Tbk (LPGI), PT Panin Insurance Tbk (PNIN) Sub Sektor Keuangan PT Arthavest Tbk (ARTA), PT Bhakti Capital Lainnya Indonesia Tbk (BCAP), PT Equity Development Investment Tbk (GSMF), PT Panin Financial Tbk (PNLF), PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA)
25 Lampiran 2 Komposisi Obligasi, Saham Biasa, dan Saham Preferen Pada Perusahaan Jasa Sektor Keuangan Emiten AGRO BABP BACA BAEK BBCA BBNI BBNP BCIC BEKS BNBA BNGA BNII BNLI BSIM BSWD BTPN BVIC INPC MEGA NISP NOBU PNBN SDRA RELI KREN PADI PANS BBLD BFIN BPFI MFIN TIFA WOMF ABDA AMAG ASDM ASRM LPGI PNIN ARTA BCAP GSMF PNLF SMMA
Obligasi 88.2319 90.3974 88.3910 89.4222 88.2847 86.9412 91.9478 91.8377 91.4852 85.0006 88.5682 91.6496 90.5192 87.9513 85.2890 86.9116 89.7638 90.5766 90.3973 88.6893 78.9666 88.1394 92.9421 63.7097 46.8647 13.4986 42.6792 70.9676 56.4439 64.3857 78.1312 77.9345 86.7308 65.4059 43.2941 82.4076 85.0117 30.9422 28.6310 24.3860 77.3122 78.8931 29.3579 66.6842
Komposisi (%) Saham Biasa 11.7545 9.3613 11.2770 10.4332 11.6992 13.0431 7.6093 8.1558 8.2021 14.4970 11.4233 8.3158 9.4671 12.0223 14.1008 13.0488 10.1246 9.1164 9.5688 11.2025 20.9587 11.0250 6.8804 36.2997 53.1308 86.3806 56.3153 28.6891 43.4192 35.5954 21.2165 22.0609 13.0601 34.5941 56.7059 17.5924 14.9864 69.0578 41.9417 44.0646 22.6850 18.6414 70.6421 21.7817
Saham Preferen 0.0136 0.2413 0.3320 0.1447 0.0161 0.0157 0.4428 0.0066 0.3127 0.5024 0.0085 0.0346 0.0137 0.0264 0.6103 0.0395 0.1117 0.3070 0.0339 0.1082 0.0747 0.8357 0.1775 -0.0094 0.0045 0.1208 1.0055 0.3433 0.1370 0.0189 0.6523 0.0046 0.2091 0.0000 0.0000 0.0000 0.0018 0.0000 29.4273 31.5494 0.0028 2.4655 0.0000 11.5341
26
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Heru Hamonangan Simangunsong, lahir pada tanggal 9 Oktober 1992 di Medan. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Mascod Antonius Simangunsong dan Ibu Tiurlan Christina Siregar. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Budi Murni 2 Medan pada tahun 1997 hingga tahun 1998. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Katolik Budi Murni 2 Medan dan lulus pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada sekolah menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama Katolik Putri Cahaya Medan pada tahun 2004 hingga 2007. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah ke atas di Sekolah Menengah Atas Swasta Sutomo 1 Medan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melaui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menuntut ilmu di IPB, penulis cukup aktif dalam organisasi kemahasiswaan di lingkungan universitas. Pada tahun 2011 penulis menjadi anggota tim panti asuhan Bina Harapan Komisi Pelayanan Anak di Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB sampai tahun 2012, setelah itu penulis juga menjadi Staff Finance Himpunan Profesi Centre of Management IPB di Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada periode jabatan 2012-2013. Penulis juga kerap kali mengikuti kepanitiaan di IPB seperti Sportakuler (2011, 2012), Masa Perkenalan Departemen (MPD) Manajemen 48 IPB (2012), Economic Contest IPB (2013), dan The 14π‘β Malaysia-Indonesia International Conference In Economics, Management and Accounting 2013 (MIICEMA 2013).