Jurnal Ekonom, Vol. , No.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENDAPATAN PETANI GULA AREN DAN PENGEMBANGANNYA PADA LAHAN MARGINAL DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN Eddy Muzdajar Batubara*, Rujiman**, dan Rahmanta*** *Alumnus Magister PWD SPs USU ** Dosen SPs USU Abstract: The purpose of this study was to explain the factors influencing the income of palm sugar farmers consisting of production, price, rendemen and number of stems tapped, business feasibility, and its develoment strategi on the marginal land in Tapanuli Selatan District. The data used in this study were primary data in the form of questionnaire and secondary data that become the data/materials to be analyzed in this study. The data obtained were process and analyzed through Multiple Linear Regression Analysis, Return Cost Ratio and SWOT Analysis. The result of this study showed that simultaneously production, price, rendemen and number of stems tapped had positive influence on the income of the palm sugar farmers. Palm sugar business is feasible to be developed in Tapanuli Selatan District to improve the income and the welfare of the farmers. In addition, the marginal land which has been long abandoned should be planted with sugar palm to prevent land erosion and function as conservation plants. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Faktor-faktor yang memengaruhi Pendapatan Petani Gula Aren yang terdiri dari Produksi, Harga, Rendeman dan Jumlah Batang Sadapan, kelayakan usaha dan strategi Pengembangannya Pada Lahan Marginal di Kabupaten Tapanuli Selatan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data primer dalam bentuk kuisioner dan data sekunder yang selanjutnya dijadikan bahan analisa dalam penelitian. Data diolah dengan Analisis Regresi Linier Berganda, Return Cost Ratio dan Analisa SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi, harga, rendeman dan jumlah batang sadapan berpengaruh positif secara simultan terhadap pendapatan petani gula aren. Usaha gula aren layak untuk di kembangkan di Kabupaten Tapanuli Selatan guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, selain itu lahan marginal yang selama ini ditinggalkan sebaiknya ditanami tanaman aren guna menghindari erosi tanah dan juga berfungs isebagai tanaman konservasi. Kata kunci: pendapatan petani, kelayakan usaha dan tanaman konservasi PENDAHULUAN Pembangunan pertanian dengan segala kebijakannya di Indonesia pada hakekatnya bertujuan untuk (1) Meningkatkan produksi dan pendapatan petani,(2) Menambah lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran yang diharapkan dapat menekan kemiskinan, (3) Menjaga kelestarian Sumber Daya Alam, dan (4) Meningkatkan devisa negara. Subsektor perkebunan merupakan salah dari satu subsektor pertanian yang secara tradisional telah mampu menghasilkan devisa bagi
negara melalui ekspor hasil perkebunan. Hasil-hasil perkebunan yang selama ini merupakan komoditi ekspor antara lain karet, kelapa sawit, teh, kopi dan tembakau. Sebagian besar tanaman perkebunan tersebut merupakan usaha perkebunan rakyat, sedangkan sisanya diusahakan oleh perkebunan besar baik milik pemerintah maupun milik swasta. Oleh karena itu, pertanian yang terdiri dari berbagai subsektor merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia. Untuk meningkatkan nilai tambah produk
162
Jurnal Ekonom, Vol 17, No 4, Oktober 2014
pertanian, dapat dilakukan dengan agroindustri, salah satunya adalah dengan melihat potensi gula aren di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan (Pulungan,2013). Salah satu daerah yang potensial untuk usaha gula aren di Provinsi Sumatera Utara adalah daerah Tapanuli Bagian Selatan. Pada masa ini, sekitar 25% produksi gula aren yang beredar di Provinsi Sumatera Utara berasal dari Tapanuli Bagian Selatan. Dua Kabupaten di Tapanuli Bagian Selatan yang sangat potensial sebagai lumbung gula aren dari dulu adalah Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Mandailing Natal. Agroindustri dapat diandalkan menjadi leading sektor atau sektor yang memimpin dalam perekonomian Indonesia, karena agroindustri (1) Memiliki pangsa pasar yang besar dalam perekonomian secara keseluruhan sehingga kemajuan yang dicapai dapat menarik pertumbuhan perekonomian secara total, (2) Memiliki pertumbuhan dan nilai tambah yang relatif tinggi, (3) Memilik keterkaitan ke depan dan ke belakang yang cukup besar sehingga mampu menarik pertumbuhan banyak sektor lain, (4) Keragaman dan performannya berbasis sumber daya domestik sehingga efektif dalam membangun daerah serta kuat dan fleksibel terhadap guncangan eksternal. Agroindustri merupakan salah satu subsistem agribisnis yang strategis, dimana dari pengembangannya diharapkan terjadi peningkatan nilai tambah hasil pertanian melalui pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan teknologi pengolahan oleh petani tradisional. Aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannyadapatmemberikan keuntungan finansial dengan produk utamanya gula aren (sugar palm) . Berdasarkan tempat tumbuh tanaman aren akan tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 9 – 2000 m dpl dengan curah hujan lebih dari min 1200 mm/tahun . Tanaman ini tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus dan tidak memerlukan pemeliharaan yang intensif , dapat tumbuh pada tanaman liat, berlumpur dan berpasir, ( Balai Penelitian Tanaman Palma, 2010). Kabupaten Tapanuli Selatan, yang termasuk dalam wilayah administrasi
163
Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2010 memiliki tanaman aren seluas 388.00 ha , dan di tahun 2012 mengalami peningkatan yang tinggi yaitu 675,25 ha, ini di akibatkan adanya program pemerintah di tahun 2012 diadakan penanaman besarbesaran di beberapa daerah yang memiliki kondisi tanah yang kurang baik melalui kelompok tani maupun lingkup akademisi pendidikan. Berdasarkan pengamatan, aren di Kabupaten Tapanuli Selatan masih tumbuh secara alami, belum ada perlakuan dari petani terhadap tanaman aren yang memang tumbuh secara alami. Begitu juga dengan usaha pembuatan gula aren, masih sangat tradisional dengan mempergunakan teknologi yang sangat minim ataupun sederhana, bahkan cenderung merupakan usaha sampingan karena penyadapan aren dilakukan biasanya dua kali sehari pagi dan sore, sehingga di luar itu, petani masih bisa melakukan kegiatan usahatani lainnya. Penyadapan aren dilakukan secara perseorangan oleh masing-masing petani kemudian proses pemasakan gula aren dilakukan pada sore hari di sekitar lahan aren yang disadap. Usaha gula aren di Kabupaten Tapanuli Selatan yang saat ini diusahakan petani aren sebagian besar adalah warisan dari orang tua. Mereka mengelola tanaman aren untuk mengambil niranya, lalu diolah menjadi gula aren. Di sebagian tempat, ada juga petani yang menjual nira untuk dijadikan minuman tradisonal. Dalam penelitian ini akan kita bahas apa-apa saja faktor yang memengaruhi pendapatan petani gula aren di yang mana pengolahannya sebahagian besar masih bersifat tradisional dan turun temurun/warisan dari orang tua, serta apakah usaha produksi gula aren ini menguntungkan dan layak untuk di kembangkan dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani aren serta bagaimana strategi pemanfaatannya pada lahan marginal di Kabupaten Tapanuli Selatan. Pengembangan agroindustri aren menghadapi kendala yang sama dengan pengembangan agroindustri lainnya seperti, (1) Keterbatasan modal, karena akses petani yang sangat lemah kepada sumber pembiayaan, (2) Kualitas SDM yang rendah
Eddy Muzdajar Batubara, Rujiman, dan Rahmanta: Analisis Faktor-Faktor…
sebagai pengelola dalam hal penerapan teknologi, (3) Kelembagaan sosial dan ekonomi yang mulai jauh dari kehidupan masyarakat, (4) Ke-tidakberpihak-an dari pemerintah berupa kebijakan yang tidak pro poor, pembangunan sarana dan prasarana yang tidak memadai, program yang tidak mengakar dari permasalahan yang dihadapi masyarakat desa serta tidak berkelanjutan. Luas dan jumlah kawasan lahan kritis yang memiliki tingkat kemiringan > 600 di Kabupaten Tapanuli Selatan ± 21,24 % dari luas wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan, Sebagian dari kawasan tersebut berada pada topografi berlereng dan telah mengalami kebakaran berulang sehingga terjadi peningkatan secara tajam areal lahan kritis, baik pada lahan yang masih termasuk kawasan hutan maupun dalam kawasan hutan yang sudah berubah menjadi kawasan pemukiman/pertanian. Kerusakan dan konversi hutan menyebabkan degradasi sumberdaya lahan makin meluas sehingga kemampuan kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) menyerap air hujan makin menurun, cadangan air tanah makin menurun dan aliran permukaan makin meningkat. Mengingat kelestarian sumberdaya alam dan keberlanjutan sistem pertanian erat kaitannya dengan penduduk atau masyarakat petani setempat, maka pengembangan sistem pertanian berkelanjutan berbasis tanaman perkebunan/tahunan merupakan pilihan yang sangat strategis. Untuk maksud tersebut, maka perlu dipilih jenis komoditas yang tepat agar di samping dapat berkembang baik pada kondisi lahan marginal, juga dapat memberikan pendapatan yang tinggi bagi petani serta pengembangan ekonomi secara regional atau kawasan.(Allorerung, 2007). Secara ekologis aren memiliki keunggulan sebagai tanaman konservasi. Tanaman aren bisa bertumbuh subur di tengah pepohonan lain dan semak-semak, karenanya untuk penanaman aren tidak diperlukan kegiatan land clearing , aren adalah jenis pohon yang ramah lingkungan. Dengan akarnya sedalam 6-8 meter , pohon aren sangat efektif untuk menarik dan menahan air. Aren bisa tumbuh di dataran, lereng bukit dan gunung. Pohon aren dengan perakaran yang melebar sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya tingkat erositas tanah,
demikian juga dengan daun yang cukup lebat dan batang yang tertutup dengan lapisan ijuk ,akan sangat efektif untuk menahan turunnya air hujan yang langsung kepermukaan tanah (Duryat, 2012). METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Tapanuli Selatan yang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan dengan pertimbangan : (1) Kabupaten Tapanuli Selatan merupakandaerah sentra produksi gula aren, (2) Kondisi alam Tapanuli Selatan yang mempunyai kesesuaian untuk pertanaman aren, (3) Di Tapanuli Selatan, usahatani gula aren dilakukan secara tradisional. Responden ialah sebagian dari petani aren yang tersebar diseluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Teknik penarikan sampel adalah menggunakan pendapat atau pertimbangan tertentu dalam mengidentifikasi sampel yang mewakili .Responden yang diambil sebanyak 100 orang , petani aren yang dijadikan sampel adalah dengan kriteria : (1) Petani yang menyadap sendiri aren dan mengolahnya sendiri menjadi gula aren ataupun dibantu oleh keluarganya sendiri, (2) Pemilik lahan maupun penyewa lahan dimana aren disadap yang selanjutnya mengolah sendiri hasil sadapannya untuk di jadikan gula aren (3) Petani yang menyadap aren secara normal dengan sadapan satu mata sadapan, bukan pada dua mata sadapan pada batang yang aren yang sama, (4) Bersedia di wawancaraioleh peneliti untuk memberikan informasi yang diperlukan. Teknik pengambilan sampel adalah secara non probability sampling yang artinya tidak akan memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota kelompok petani aren pada populasi untuk dipilih menjadi sampel . Berdasarkan keterangan diatas maka cara pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara Purposive Sampling ataupun dengan pertimbangan tertentu. Variable penelitian yang digunakan adalah variable terikat yaitu pendapatan petani gula aren, serta variable bebasnya yaitu produksi, harga, rendeman dan jumlah batang sadapan.Metode analisis yang
164
Jurnal Ekonom, Vol 17, No 4, Oktober 2014
digunakan adalah analisis deskriptif dan dengan analisis regresi linier berganda. Selain itu untuk melihat apakah usaha gula aren ini menguntungkan dan layak untuk diusahakan dengan analisis Return Cost Ratio (R/C) Ratio serta strategi pengembangan tanaman aren pada lahan marginal dengan analisis SWOT. Metode analisi dengan cara data yang disusun, dikelompokkan kemudian di analisis sehingga diperoleh masalah yang dihadapi.
lahan di Kabupaten Tapanuli Selatan bervariasi, dan pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi lahan sawah, pekarangan dan bangunan, tegal/kebun, ladang dan pengembalaan.Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Selatanpada tahun 2013 sebesar 268.095 jiwa yang tersebar di empat belas kecamatan (BPS Tapanuli Selatan, 2013), dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata adalah 80,29 Jiwa/Km2.
HASIL Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan salah satu dari 33 Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Utara dengan Ibukotanya ialah Sipirok, luas wilayah 4.444,82 kilometer persegi (km2).Kabupaten Tapanuli Selatan terletak pada ketinggian berkisar 0 – 1.985 meter diatas permukaan laut, dengan curah hujan yang tidak teratur sepanjang tahunnya.Kondisi penggunaan
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Deskripsi variable terikat (pendapatan responden) serta variable bebas (produksi, harga, rendeman dan jumlah batang sadapan) mempunyai hubungan dan pengaruh dari masingmasing variable yang diuji melalui teknik statistik regresi linier berganda yang dirangkum pada tabel 1berikut :
Tabel 1.Hasil Regresi Linier Berganda Model Summaryb Change Statistics Model
R Square
R .999a
1
.998
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.998
2173.74321
R Square Change F Change
df1
.998 15538.427
4
Sig. F DurbinChange Watson
df2 95
.000
1.364
Tabel 2.Model Regresi Linier Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Produksi Harga Rendeman Sadapan
Std. Error
-132270.094
9096.497
11601.618
110.156
7.137
Beta
t
Sig.
-14.541
.000
1.018
105.320
.000
.512
.056
13.947
.000
269.467
289.242
.004
.932
.354
-163.987
79.723
-.020
-2.057
.042
a. Dependent Variable: Pendapatan
165
Standardized Coefficients
Eddy Muzdajar Batubara, Rujiman, dan Rahmanta: Analisis Faktor-Faktor…
Korelasi (r) sebesar 0,99 menunjukkan bahwa ada korelasi yang kuat antara variabel X1, X2, X3 dan X4 secara bersamaan (simultan) dengan Y sebesar 0,99 hampir mendekati korelasi sempurna yaitu 1. Koefisien determinasi (R2) diperoleh R=0,998 artinya variabel bebas yaitu Produksi, Harga, Rendeman dan Jumlah Batang Sadapan mampu menjelaskan variasi variabel terikat yaitu Pendapatan sebesar 99,80 % sedangkan sisanya 0,20 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model. Y = -132.270,09 + 11.601,62 X1 + 7,14 X2+ 269,47 X3 -163,99 X4 Dari persamaan diatas dapat penulis Interpretasikan : Intercept (bo) -132.270,09 secara matematis artinya Jika produksi, harga, rendeman dan jumlah batang sadapan bernilai 0 , maka Y atau pendapatan rata-rata respondent perhari adalah mengalami penurunan sebesar Rp -132.270,09 perhari. 1. Pengaruh Produksi (X1) Terhadap Pendapatan (Y) Petani Gula Aren • 11.601,62 Produksi artinya Setiap perubahan Produksi sebesar 1 Kg /hari dengan asumsi Harga, Rendeman, Jumlah Batang Sadapan tetap maka akan menaikkan Y atau Pendapatan sebesar Rp 11.601,62 /hari. • Berdasarkan Uji – t yang dilakukan uji secara parsial maka dapat dilihat bahwa Koofisiensi X1 (Produksi) secara parsial berpengaruh positif terhadap Pendapatan (Y) pada α(0,05) sehingga Ho : ditolak ( Tidak ada pengaruh variable X1 terhadap Y ) dan H1 : diterima ( ada pengaruh yang signifikan variable X1 terhadap Y). • Berdasarkan nilai produksi yang didapatkan akan memberikan pengaruh yang besar sekali terhadap pendapatan petani gula aren di Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu sebesar Rp 11.601,62/kg/hari. Upaya yang dilakukan petani gula aren untuk meningkatkan produksi gula aren di Kabupaten Tapanuli Selatan, diantaranya :(1) Mengupayakan cara pembuatan gula aren yang selama ini
bersifat tradisional menjadi lebih modern dengan jalan mengupayakan alat produksi pengolahan yang lebih baik sehingga kehilangan hasil produksi lebih bisa di kurangi. (2) Untuk mendapatkan produksi nira yang tinggi guna mendapatkan hasil gula aren yang lebih tinggi pula diupayakan agar tanaman aren diberikan pemupukan yang terjadwal dengan baik. Harapannya agar nira yang dihasilkan tanaman aren lebih baik. 2. Pengaruh Harga (X2) Terhadap Pendapatan (Y) Petani Gula Aren • 7,14 Harga artinya Setiap perubahan Harga sebesar 1 (satu) Rupiah /hari dengan asumsi Produksi, Rendeman, Jumlah Batang Sadapan tetap maka akan menaikkan Y atau Pendapatan sebesar Rp 7,14/hari. • Berdasarkan Uji – t yang dilakukan uji secara parsial maka dapat dilihat bahwa Koofisiensi X2 (Harga) secara parsial berpengaruh positif terhadap Pendapatan (Y) pada α(0,05) sehingga Ho : ditolak ( Tidak ada pengaruh variable X2 terhadap Y ) dan H1 : diterima ( ada pengaruh variable X2 terhadap Y). • Berdasarkan nilai harga gula aren yang didapatkan akan memberikan pengaruh terhadap pendapatan petani gula aren di Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu sebesar Rp 7,14/hari. Untuk meningkatkan nilai jual petani gula aren di Kabupaten Tapanuli Selatan agar didapatkan harga yang tinggi diantaranya : (1) Mengupayakan agar seluruh petani gula aren membentuk Kelompok Tani Aren dan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) dengan harapan agar ada kesepakatan harga yang sama dan memiliki posisi tawar terhadap pedagang lainnya yang berusaha untuk membeli hasil produksi gula aren petani dengan harga yang lebih tinggi. (2) Di upayakan pada setiap Gapoktan yang ada didirikan Koperasi bersama guna memperlancar pemasaran dan memperbaiki managemen usaha yang lebih baik. (3) Meminimalisasi biaya pembuatan gula aren dari nira yang dihasilkan sehingga pendapatan meningkat dan harga yang ditawarkan lebih baik. (4) Memperbaiki
166
Jurnal Ekonom, Vol 17, No 4, Oktober 2014
mutu gula aren supaya harga yang didapatkan lebih tinggi dengan kualitas yang lebih baik.
4.
a. 3. 1.
2.
3.
4.
Pengaruh Rendeman (X3) Terhadap Pendapatan (Y) Petani Gula Aren 269,47 Rendeman artinya Setiap perubahan Rendeman sebesar 1 (satu) persen/hari dengan asumsi Produksi, Harga, Jumlah Batang Sadapan tetap maka akan menaikkan Y atau Pendapatan sebesar Rp 269,47/hari. Berdasarkan Uji – t yang dilakukan uji secara parsial maka dapat dilihat bahwa Koofisiensi X3 (Rendeman) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap Pendapatan (Y) pada α(0,05) sehingga Ho : diterima ( Tidak ada pengaruh variable X3 terhadap Y ) dan H1 : ditolak ( ada pengaruh variable X3 terhadap Y). Peningkatan rendeman secara simultan pada α (0,05) memberikan pengaruh nyata terhadap pendapatan petani gula aren, tetapi secara parsial pada α(0,05) memberikan pengaruh tidak nyata terhadap pendapatan petani gula aren, Dengan uji signifikansi t pada taraf nyata (a)=5% diperoleh signifikansi X3 sebesar 0,354 yang berarti nilai signifikansi lebih besar dari α (sig 0,354 > 0,05) sehingga Ho diterima, artinya X3 Rendeman memiliki pengaruh tidak nyata terhadap Pendapatan. sebagaimana terlihat pada Tabel 4.7 Anova dan Tabel 4.8. Coofficients. Berdasarkan nilai rendeman yang didapatkan akan memberikan pengaruh terhadap pendapatan petani gula aren di Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu sebesar Rp 269,47/hari.
Rendeman terhadap pendapatan petani gula aren di Kabupaten Tapanuli Selatan memberikan pengaruh tidak nyata dikarenakan rendeman akan berpengaruh terhadap tingkat kepekatan gula dari permintaan pembeli ataupun pedagang, sehingga semakin tinggi rendeman maka tingkat kepekatan gula aren semakin baik dan disukai, bahkan sebaliknya rendeman yang rendah akan mempengaruhi kualitas gula aren yang kurang baik sehingga kurang diminati pembeli atau pedagang.
167
b.
c.
d.
Pengaruh Jumlah Batang Sadapan (X4) Terhadap Pendapatan (Y) Petani Gula Aren -163,99 Jumlah Batang Sadapan artinya Setiap perubahan Jumlah Batang Sadapan sebesar 1 (satu) batang sadapan /hari dengan asumsi Produksi, Rendeman, Harga tetap maka akan menurunkan Y atau Pendapatan sebesar Rp -163,99/hari. Berdasarkan Uji – t yang dilakukan uji secara parsial maka dapat dilihat bahwa Koofisiensi X4 (Jumlah Batang Sadapan) secara parsial berpengaruh nyata terhadap Pendapatan (Y) pada α(0,05) sehingga Ho : ditolak ( Tidak ada pengaruh variable X4 terhadap Y ) dan H1 : diterima ( ada pengaruh variable X4 terhadap Y). Penurunan nilai Jumlah Batang Sadapan secara simultan pada α(0,05) memberikan pengaruh nyata terhadap pendapatan petani gula aren, dan secara parsial pada α(0,05) memberikan pengaruh nyata terhadap pendapatan petani gula aren, Dengan uji signifikansi t pada taraf nyata (a)=5% diperoleh signifikansi X4 sebesar 0,042 yang berarti nilai signifikansi lebih besar dari α (sig 0,042 < 0,05) sehingga Ho ditolak, artinya X4 Jumlah Batang Sadapan memiliki pengaruh nyata terhadap Pendapatan petani gula aren . Berdasarkan nilai Jumlah Batang Sadapan yang didapatkan akan memberikan pengaruh negatif terhadap pendapatan petani gula aren di Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu sebesar Rp -163,99/hari.
Pada Hipotesis dinyatakan Jumlah Batang Sadapan memberikan pengaruh positif terhadap pendapatan petani gula aren, namun kenyataannya didapatkan hasil yang negatif terhadap pendapatan, dikarenakan :(1) Kebanyakan tanaman aren yang disadap sudah berumur tua sehingga hasil yang didapatkan lebih sedikit dibanding tanaman aren yang di ambil niranya pada umur optimal yaitu berkisar 8-12 tahun. (2) Tanaman aren yang disadap selama ini merupakan tanaman yang masih bersifat turun temurun tanpa ada perlakuan yang khusus dan Cuma hanya mengambil niranya saja tanpa memperhatikan
Eddy Muzdajar Batubara, Rujiman, dan Rahmanta: Analisis Faktor-Faktor…
kesehatan tanamannya. (3) Sebahagian tanaman yang disadap masih berumur muda yaitu < 8 tahun sehingga belum layak untuk disadap guna mendapatkan hasil yang lebih optimal dan mengakibatkan batang tanaman aren yang disadap akan lebih cepat rusak sementara nira yang didapatkan lebih sedikit dari hasil yang diharapkan.(4) produksi rata-rata tanaman aren yang dihasilkan perbatangnya di Kabupaten Tapanuli Selatan sebesar 6,82 liter nira perbatang per hari, sedangkan menurut Lay dan Helianto (2010) di Minahasa bisa mencapai 10-20 liter nira perbatang per hari. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
harga, rendeman dan jumlah batang sadapan < 10 dan nilai Tolerance Value > 0, 1. Sebagaimana terlihat pada Tabel 3. c. Uji Auto Korelasi Tabel 4. Durbin – Watson
Dari hasil kita dapat melihat bahwa nilai d < dari nilai dL dan lebih kecil dari nilai 4 – dL, maka (d≤ dL ≤ 4 - dL) = 1,364 ≤ 1,5922 ≤ 2,4078 Sehingga disimpulkan bahwa Nilai Durbin Watson lebih rendah dari batas bawah atau lower bound (dL), maka koofisiensi auto korelasi lebih besar dari nol, berarti ada auto korelasi positif yang terjadi. d. Uji Heteroskedastisitas
Dari gambar 1, dapat dilihat bahwa adanya hubungan positif antara nilai variable bebas (X) dengan variable terikat (Y), dimana nilai (Y) meningkat sejalan dengan nilai (X), akan tetapi dari sebaran data jelas terlihat bahwa semakin besar nilai variable bebas (X) dan variable bebas (Y), maka semakin mendekat koordinat (X,Y) dari garis regresi. b. Uji Multikolinearitas Tabel 3. Pengujian Asumsi Klasik
Gambar 2. Scatterplot Dari Scatter Plot di atas dapat kita lihat bahwa pada model bersifat homoskedastik, tidak terdapat masalah heteroskedastisitas, dimana tidak ada pola tertentu yang menjelaskan hubungan antara nilai prediksi yang terstandarisasi (ZPRED) dan nilai residu terstandarisasi (ZRESID) atau karena porsi nilai residu pada setiap nilai prediksi acak. PEMBAHASAN
Dari tabel di atas disimpulkan bahwa tidak adanya multikolinieritas, dimana nilai VIF variabel bebas produksi,
Analisis Usaha Gula Aren Usaha gula aren di Kabupaten Tapanuli Selatan menguntungkan dan layak untuk di kembangkan.Dari 100 (seratus) orang responden petani gula aren yang diamati terbukti (R/C>1). Sehingga secara
168
Jurnal Ekonom, Vol 17, No 4, Oktober 2014
umum, usaha gula aren di Kabupaten Tapanuli Selatan sangat baik untuk diusahakan dengan rata-rata R/C sebesar 2,19 (R/C > 1). Nilai R/C Ratio di Kabupaten Tapanuli Selatan lebih besar dibandingkan dengan perolehan nilai R/C di Desa Tuhaha Kecamatan Saparua, Maluku Tengah Provinsi Maluku yang sebesar 1,63 seperti yang disebutkan Leatemia, (2008).Hasil perhitungan dan analisis data berdasarkan tabel di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa usaha gula aren yang saat ini dikerjakan petani aren di Kabupaten Tapanuli Selatan menguntungkan karena hasil perhitungan pada penelitian ini membuktikan bahwa setiap Rp. 1 biaya yang dikeluarkan petani mulai dari menyadap, memasak hingga mencetak nira menjadi gula aren akan
memberikan manfaat sebesar Rp. 2,19 yang di dalamnya sudah ada keuntungan sebesar Rp. 1,19. Analisis SWOT a. Hasil Evaluasi Faktor-Faktor Internal Total nilai terbobot yang diperoleh dari Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) menjadi dasar untuk mengetahui respon untuk pengembangan lahan marginal yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan dalam memanfaatkan kekuatan dengan mengantisipasi kelemahan. Hasil evaluasi matriks IFE dalam upaya pemanfaatan lahan marginal oleh tanaman aren di Kabupaten Tapanuli Selatan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Tabel Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor Internal Kekuatan (Strengths) 1. Ketersediaan tenaga kerja tinggi. Kemampuan akar menahan erosi 2. baik. 3. Modal sedikit 4. Lahan marginal yang tersedia luas 5. Kondisi iklim yang memungkinkan Total Skor Terbobot : Kelemahan (Weakness) 1. Perkembangan bibit alami Tanaman aren merupakan tanaman 2. warisan orang tua Pembinaan yang kurang terhadap 3. pemanfaatan lahan marginal 4. Lokasi penanaman yang jauh 5. Aksessibilitas jalan tidak tersedia Total Skor Terbobot : Total :
169
Bobot
Skor Terbobot
Peringkat
0.125
3
0.375
0.131 0.095 0.122 0.074
4 3 3 3
0.524 0.285 0.366 0.222 1.772
0.125
2
0.250
0.124
2
0.248
0.064 0.068 0.072 1.000
1 1 2
0.064 0.068 0.144 0.774 2.546
Eddy Muzdajar Batubara, Rujiman, dan Rahmanta: Analisis Faktor-Faktor…
Berdasarkan Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) tersebut, diperoleh jumlah skor untuk kekuatan (strenghts) = 1,772 dan jumlah skor untuk kelemahan (Weakness) = 0,774 dan diperoleh total skor terbobot adalah sebesar: 1,772 + 0,774 = 2,546. b.
Hasil Evaluasi Faktor-Faktor Eksternal Hasil evaluasi Matriks EFE dalam pemanfaatan lahan marginal oleh tanaman aren di Kabupaten Tapanuli Selatan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Tabel Analisis Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Faktor Eksternal Bobot Peringkat Peluang (Opportunity) Tanaman aren sebagai tanaman 1. konservasi hutan, 0.148 4 2. Mudah tumbuh pada berbagai lingkungan dan kondisi alam (adaptable) 0.115 3 Mampu tumbuh pada 3. kelerengan yang tinggi/ curam 0.152 3 Dapat beradaptasi terhadap 4. berbagai tipe tanah 0.122 3 Total Skor Terbobot : Ancaman (Threats) Budidaya Tanaman aren yang 1. masih kurang 0.144 3 2. Nilai ekonomi yang masih kalah bersaing dengan tanaman lain seperti karet, sawit, coklat dll. 0.132 2 3. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai teknik budidaya 0.105 2 4. Inpud teknologi sangat minim karena kurangnya informasi yang diperoleh. 0.082 2 Total Skor Terbobot Total
:
Skor Terbobot
0.59
0.35 0.46 0.37 1.759
0.43
0.26
0.21
0.16
1.000
1.070
:
Dari hasil evaluasi faktor-faktor eksternal dengan menggunakan Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) tersebut, diperoleh jumlah skor untuk peluang (opportunities) = 1,759 dan jumlah skor untuk ancaman (threats) = 1,070. Maka diperoleh total skor terbobot sebesar :1,759 + 1,070 = 2,829.
2.829 posisi pemanfaatan lahan marginal di Kabupaten Tapanuli Selatan seperti pada Gambar 3 berikut: Internal Kuat Eksternal
(3,0
(2,0
c. Matriks Internal – Eksternal Berdasarkan evaluasi faktor internal dan faktor eksternal dengan nilai Total IFE (Internal Factor Evaluation) = 2,546 dan nilai Total EFE (Eksternal Factor Evaluation) = 2,829 maka dapat dilihat
(1,0
Rata-rata (3,0 – 4,0) I (Grow and Build) IV (Grow and Build) VII (Hold and Maintain)
Lemah (2,0 – 2,9)
II (Grow and Build) V (Hold and Maintain) VIII (Harvest and Divestiture)
(1,0 – 1,9) III (Hold and Maintain) VI (Harvest and Divestiture) IX (Harvest and Divestiture)
Tinggi – 4,0) Sedang – 2,9) Rendah – 1,9)
Gambar 3.Posisi Pemanfaatan Lahan Marginal Kabupaten Tapanuli Selatan. Berdasarkan gambar diatas, tampak bahwa kondisi pemanfaatan lahan marginal 170
Jurnal Ekonom, Vol 17, No 4, Oktober 2014
ini berada pada sel-V (Hold and Maintain). Strategi yang dipakai dalam sel ini adalah Strategi pengembangan budidaya tanaman aren dan peningkatan inpud teknologi pertanian. d.
Matriks SPACE (Strategic Position And Action Evaluation) Berdasarkan hasil evaluasi faktor internal menunjukkan nilai skor untuk kekuatan (strengths) = 1,772 dan skor kelemahan (weaknes) = 0,774 , maka nilai skor untuk sumbu horizontal (sumbu X) : 1,772 – 0,774 = 0,998. Sedangkan faktor eksternal jumlah skor untuk peluang (opportunities) = 1,759 dan jumlah skor untuk ancaman (threats) = 1,070 dan diperoleh total skor untuk sumbu vertikal (sumbu Y) : 1,759 - 1,070 = 0.689. Posisi pemanfaatan lahan marginal di Kabupaten Tapanuli Selatan dapat dilihat padaGambar 4 berikut:
Hasil analisis pada diagram diatas menunjukkan bahwa posisi pemanfaatan lahan maginal di Kabupaten Tapanuli Selatan berada pada Kuadran-1. Strategi yang diterapkan dalam pemanfaatan lahan marginalmemilikipeluang(opportunities) dan kekuatan (strenghts) sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.Strategi yang sesuai pada kondisi ini adalah pengembangan budidaya tanaman aren dan peningkatan inpud teknologi pertanian. Strategi Pengembangan Lahan Marginal, Keberlanjutan Usaha dan Prospek dimasa Yang Akan Datang Strategi yang digunakan dalam pengembangan lahan marginal, keberlanjutan usaha dan prospek pengembangannya dimasa yang akan datang di Kabupaten Tapanuli Selatan ,
171
yang bertujuan selain untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani aren juga menahan laju erosi tanah dan menahan banjir. Secara ringkas strategi, keberlanjutan usaha dan prospek yang digunakan dimasa yang akan datang diantaranya : 1) Menanami aren pada lahan-lahan marginal, dengan tujuan untuk menghindari kebanjiran dan mengurangi terjadinya tingkat erosi tanah sehingga kelestarian lingkungan hidup lebih terjaga. 2) Peran serta pemerintah dalam upaya menekan laju erosi tanah dengan menanami aren di lokasi lahan marginal, selain itu membuat suatu kebijakan daerah melalui lingkup Dinas terkait agar memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar menanami lahan-lahan marginal yang dimilikinya untuk ditanami tanami aren sebagai tanaman konservasi hutan. 3) Meningkatkan budidaya pertanaman aren melalui lingkup pertanian dan perkebunan sehingga setiap saat bibit selalu tersedia dan mudah untuk didapatkan. 4) Meningkatkan kerjasama kemitraan dengan perusahaan yang bergerak bidang perkayuan dalam upaya penanganan lahan-lahan kritis dan memberikan sangsi hukum bagi mereka yang menebang hutan secara sembarangan yang rentan terhadap terjadinya erosi tanah. 5) Meningkatkan budidaya tanaman aren dengan jalan memberikan pelatihan kepada masyarakat maupun kelompok tani bagaimana cara berbudidaya tanaman aren dengan sebaik mungkin agar setiap saat bibit tersedia dan mudah untuk didapatkan. 6) Peningkatan lapangan pekerjaan sehingga pendapatan dan kesejahteraan mereka lebih baik. 7) Penyediaan kredit murah atau bantuan berupa hibah dari pemerintah untuk merangsang dan meningkatkan minat petani aren untuk meningkatkan produksi tanaman aren sehingga mengupayakan lahan-lahan marginal
Eddy Muzdajar Batubara, Rujiman, dan Rahmanta: Analisis Faktor-Faktor…
yang mereka punyai selama ini dan tertinggakan untuk ditanami tanaman sawit, selain untuk meningkatkan pendapatan mereka juga menekan laju erosi tanah. 8) Meningkatkan jalan produksi/ aksessibilitas ke lokasi tanaman aren 9) Menanami lahan-lahan kritis bisa bekerjasama dengan ruang lingkup pendidikan, seperti para akamedisi dan masyarakat yang ada disekitarnya. 10) Mengupayakan Tanaman aren sebagai tanaman konservasi hutan dan memberikan nilai estetika yang lebih baik selain bisa meningkatkan pendapatan bagi petani aren dan pelaku usaha yang bergerak dibidangnya. 11) Meningkatkan pembinaan terhadap petani aren, baik dari segi manajemen maupun budidaya sehingga sikap dan keterampilan mereka lebih baik dan berdaya saing. 12) Peningkatan informasi terhadap pemanfaatan aren baik dari segi produksi maupun kegunaannya terhadap lahan-lahan yang tidak termanfaatkan selama ini secara maksimal, selain untuk mengurangi tingkat erositas tanah juga berfungsi sebagai kelestarian hutan sehingga nilai keasrian alam lebih terjaga dan termanfaatkan. KESIMPULAN 1. Peningkatan Produksi Gula Aren, Peningkatan Harga Gula Aren dan Peningkatan Rendeman serta peningkatan Jumlah Batang Sadapan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pendapatan. 2. Usaha pengolahan gula aren di Tapanuli Selatan adalah menguntungkan. 3. Berdasarkan strategi SWOT, maka pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan sebaiknya melakukas Strategi yang dikembangkan adalah dengan melakukan Strategi S-O (StrenghtsOppurtunity) dengan cara pengembangan budidaya tanaman aren dan peningkatan inpud teknologi pertanian.
SARAN Melihat hasil penelitian yang sudah diuraikan di atas, maka penelitian ini merekomendasikan : Bagi Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan : 1. Menyusun programapertanian guna mendukung pengembangan aren Menyusun anggaran pengembangan aren dalam satu kebijakan yang tidak tumpang tindih 2. Menentukan sentra pertanaman aren guna memudahkan instansi terkait merumuskanprogram pengembangan aren. 3. Meningkatkan budidaya pertanaman aren melalui lingkup Dinas Pertanian dan Perkebunan sehingga setiap saat bibit selalu tersedia dan mudah untuk didapatkan. 4. Meningkatkan kerjasama kemitraan dengan perusahaan yang bergerak bidang perkayuan dalam upaya penanganan lahan-lahan kritis dengan menanami tanaman aren dan memberikan sangsi hukum bagi mereka yang menebang hutan secara sembarangan yang rentan terhadap terjadinya erosi tanah. DAFTAR RUJUKAN Akuba, R. 2004. Propil Aren. Pengembangan Tanaman Aren. Prosiding Seminar Nasional Aren.Tondano. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma lain, 9 juni. Hlm 1-9. Allorerung, David. 2007. Tanaman Aren Serba Guna. Pusat Penelitian dan Pengembangan PertanianWorkshop Budidaya dan Pemanfaatan Aren untuk Bahan Pangan dan Energi.http://kebunaren.blogspot.co m/ tanaman-aren-serba-guna. Download Tanggal : 19 Mei 2014. Balai Penelitian Tanaman Palma, 2010.Varietas Unggul Aren Genjah Kultim. http:// balitka.litbang.deptan.go.id. Download Tanggal : 19 Mei 2014. Balitka,1992. Prospek Tanaman Kelapa, Aren, Lontar dan Gewang Untuk Menghasilkan Gula. Media Komunikasi Penelitian dan
172
Jurnal Ekonom, Vol 17, No 4, Oktober 2014
Pengembangan Tanaman Industri.Hlm.37-40. Bank Indonesia.2008.Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) .Gula Aren. Direktorat Kredit,BPR dan UMKM, Jakarta. BPS Tapanuli Selatan Dalam Angka,2013. Dedi SE, 2010. Prospek Pengembangan Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr)Mendukung Kebutuhan Bioetanol di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.Cimanggu. Bogor. 23 April 2010. Dedi Sopiannur, Rita Mariati dan Juraemi, 2011. Studi Pendapatan Usaha Gula Aren di Tinjau Dari Jenis Bahan Bakar Di Dusun Giri Rejo Kelurahan Lempake Kecamatan Samarinda Utara.Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Mulawaman.Samarinda. Djamin,Z. 1984. Perencanaan dan Analisa Proyek.Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Duryat dan Indriyanto,2012. Produksi Nira Aren (Arenga Pinnata) Sebagai Bahan Baku Gula Merah Dari Kawasan Taman Hutan Raya Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012. Ditjend Perkebunan, 2004. Perkembangan Aren di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional .Tondano.9 juni 2004.Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain. Hlm. 138144. Erlina, 2011.Metodologi Penelitian. USU. Press. Medan.
173
Hunger, 2003.Manajemen Strategis. Penerjamah : Ridianto Agung. Penerbit Yogyakarta. Kusumanto,D. 2008. Produktivitas Nira dan Frekuensi Sadapan Pohon Aren.http:// kebunaren.blogspot.com/produktivi tas-nira-dan-frekuensi-sadapanpohon-aren. (8 Juli 2010). Nasution, ZA. 2009. Kajian Pengembangan Komodoti Gula Aren Untuk Pemberdayaan Industri Rumah Tangga dan Industri Kecil (IRTIK) di Kabupaten Mandailing Natal. Jurnal Inovasi Vol.6 No.4 , Desember 2009. Media Litbang Provinsi Sumatera Utara. Polnaja,M. 2000. Potensi Aren Sebagai Tanaman Konservasi dan Ekonomi dalam Pengusahaan Hutan Rakyat.Warta Pengembangan dan Penelitian Tanaman Industri. Volume V. No.4 Pulungan, Sutan. 2013. Analisis Usaha Gula Merah dan Kelayakan Usaha Pabrik Mini Gula Semut di Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara.( Tesis). Ilmu Ekonomi Pertanian. Universitas Andalas. Padang. Rangkuti, 2003.Analisa SWOT. Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia. Jakarta. Soekartawi, 2006.Analisis Usaha Tani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Taslim Sjah., Setiawan., dan Ichsan, 2009. Potensi, Pendukung dan Penghambat Pengembangan Aren Di Nusa Tenggara Barat.Fakultas Pertanian Universitas Matara