Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA KONTRAK SERVIS TONGKANG DI LINGKUNGAN TOTAL E&P INDONESIE Adi Permadi Wahyu dan Christiono Utomo Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl, HOS Cokroaminoto 12 Surabaya ABSTRAK Pengadaan kontrak servis tongkang (barge) merupakan suatu siklus rutin di Total E&P Indonesie. Pada kenyataannya, dalam kontrak servis tongkang (barge), ditemui banyak keterlambatan antara kedua belah pihak yang disebabkan karena berbagai sebab. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab keterlambatan dan untuk mengetahui faktor yang paling dominan dari faktor-faktor penyebab keterlambatan. Ada tiga klasifikasi faktor keterlambatan secara umum, yaitu faktor keterlambatan yang disebabkan oleh pemberi tugas, penyedia jasa dan faktor umum. Dengan metoda analisis faktor maka akan dicari faktor-faktor dominan yang menyebabkan keterlambatan. Kesimpulan yang didapat adalah faktor-faktor yang dominan menyebabkan keterlambatan adalah sulitnya mendapatkan tongkang, tug boat and anchor handling tug seperti yang diisyaratkan dalam proses tender. Disamping itu faktor pemahaman isi kontrak dan penyerahan servis tongkang adalah faktor yang juga menyebabkan terjadinya keterlambatan dari suatu kontrak. Ke dua faktor keterlambatan ini adalah keterlambatan yang berasal dari penyedia jasa. Kata kunci: kontrak, tongkang, keterlambatan, analisis faktor.
PENDAHULUAN Pengadaan kontrak servis tongkang (barge) merupakan suatu siklus rutin di Total E&P Indonesie (TEPI) dimana kontraktor diundang dalam suatu proses pelelangan. Adapun kegunaan tongkang di atas adalah untuk keperluan pengerukan (dredging) di lokasi yang akan di eksploitasi, dan juga berfungsi sebagai alat angkat untuk keperluan pekerjaan rutin di fasilitas anjungan. Lelang untuk pengadaan barge dikemas dalam bentuk satu paket dimana didalam paket pengadaan ini terdiri dari 1 buah crane barge, 3 buah atau lebih hopper barge, 2 buah tug boat, 1 buah anchor handling tug dan 2 buah sea truck. Di kontrak-kontrak untuk pengadaan jasa tongkang ini, semua komponen di atas disederhanakan di dalam bentuk unit hari (daily rate) per kesatuan alat (spread). Hal ini bertujuan untuk mempermudah kontrol dari pemakaian dan pencatatan hari kerja (time sheet). Pada akhir dari termin pembayaran bulan, pihak pemberi tugas hanya mencatat jumlah hari kerja dikalikan dengan harga unit harian sebagai suatu nilai yang harus dibayarkan kepada pihak penyedia jasa. Pada kenyataannya, dalam kontrak servis tongkang (barge), ditemui banyak keterlambatan. Sejak tahun 2000 sampai 2011, dari 67 kontrak yang sudah berjalan, terjadi sekitar 17 kali masalah dimana kontraktor dikenai penalti. Beberapa penelitian terdahulu di berbagai negara yaitu di Thailand (Ogunalana, 1998), Jordan (Al-Momani, 2000 dan Odeh, 2002), Nigeria (Mansfield, 1994) menjelaskan bahwa keterlambatan juga terjadi dengan penyebab-penyebab yang berasal dari pemberi tugas, penyedia jasa ataupun faktor umum ISBN : 978-602-97491-6-8 B-5-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja faktor-faktor penyebab keterlambatan dan juga untuk mengetahui faktor yang paling dominan dari faktor-faktor penyebab keterlambatan METODE Penelitian ini merupakan penelitian faktor analisis eksploratif. Bedasarkan ketentuanketentuan yang ada dalam kontrak dan pengalaman di lapangan, maka dibentuk suatu variabel yang rinci untuk dijadikan persoalan isian kuosioner. Kuosioner adalah instrumen yang akan digunakan untuk mendapatkan data kualitatif dan harus mempresentasikan kriteria yang ada sesuai dengan karakteristik pekerjaan servis tongkang. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diuji adalah variabel-variabel yang mempengaruhi penyebab keterlambatan dari kontrak servis yang akan diperoleh melalui eksplorasi empiris di area populasi Total E&P Indonesie. Langkah awal dari proses mengumpulan data melalui survei adalah dengan cara pengumpulan data awal (pre-sampling) melalui survei pendahuluan. Sumber dari data awal diambil dari pihak profesional di beberapa bidang yaitu di bidang teknis, bidang kontrak dan bidang pengadaan jasa yang berhubungan dengan servis tongkang. Tujuan dari survei pendahuluan ini adalah untuk mendapatkan penyebab sementara dari masalah klaim tersebut. Teknis analisis yang dilakukan pertama-tama adalah pengumpulan data dilakukan melalui metode kuosioner yang berisi pertanyaan mengenai variabel yang akan diteliti. Pengumpulan data yang akan dilakukan adalah membagikan kuosioner kepada para kontraktor yang terlibat. Dikarenakan jumlah kontraktor yang pernah berpartisipasi di proses tender ini terbatas maka metoda survei yang akan digunakan adalah sensus. Saat ini diperkirakan ada sekitar 9 kontraktor yang saat ini sedang memiliki kontrak di Total E&P Indonesie. Setiap kontraktor akan diminta minimal 2 kuosioner untuk masing-masing direktur dan manajer proyek. Dalam penelitian ini digunakan kuosioner yang bersifat tertutup, yaitu kuosioner dimana jawaban telah disediakan dengan pilihan jawaban yang memiliki bobot berbeda. Semua penyataan dalam kuosioner menggunakan skala Likert 1 (sangat tidak setuju) sampai skala Likert 5 (sangat setuju). Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah variabelvariabel yang mempengaruhi terjadinya keterlambatan. Variabel utama yang digunakan dalam hal ini adalah: 1) kontrak 2) pemakai jasa dan 3) penyedia jasa yang didasarkan pada teoriteori yang ada. Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, tahap berikutnya adalah penyusunan data dalam bentuk tabulasi yang berisi jumlah responden dengan masing-masing jawabannya. Dengan adanya tabulasi ini akan diketahui skala persetujuan responden terhadap masing-masing variabel dalam kuosioner, apakah responden cenderung setuju atau tidak setuju terhadap variabel tersebut bahwa variabel tersebut mempengaruhi bentuk keterlambatan. Data yang disusun dengan parameter variabel dan responden kemudian dilanjutkan dengan perhitungan mean dan deviasi standar. Untuk mereduksi variabel-variabel yang ada agar junlahnya lebih kecil dari responden, maka langkah pertama adalah mereduksi jumlah variabel dengan mekanisme diagram kartesius. Selanjutnya dilakukan teknik analisis faktor pada variabel-variabel tersebut. Analisis faktor ini mencoba menemukan hubungan antar sejumlah variabel yang saling bebas satu sama lain sehingga dapat dibuat satu atau beberapa set variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Dalam hal ini variabel yang memiliki korelasi terbesar akan berkelompok membentuk suatu set variabel. Kumpulan variabel tersebut disebut faktor, dimana faktorfaktor yang terbentuk tetap mencerminkan variabel-variabel aslinya. Tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam analisis faktor adalah:
ISBN : 978-602-97491-6-8 B-5-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Tahap 1 Menentukan tujuan menggunakan Analisis Faktor Dalam tahap ini, tujuan dari analisis faktor harus ditentukan, dengan menggunakan cara Exploratory Factor Analysis (EFA). Tahap 2 Perencanaan Analisis Faktor Merencanakan analisis faktor meliputi tiga keputusan dasar yaitu - Perhitungan data input (korelasi) untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu mendapakan penggabungan variabel atau penggabunan responden. - Jumlah variabel - Kecukupan jumlah dari sampel responden dan variabel. Tahap 3 Asumsi yang digunakan di Analisis Faktor Dua hal yang mendasari asumsi yaitu masalah konsep dan masalah statistik, dimana asumsi dari konsep yang mendasari analisis faktor berkaitan kepada variabel yang dipilih dan responden yang dipilih. Sementara masalah statistik adalah pengujian bahwa variabel-variabel yang dipakai mencukupi dan saling berkaitan untuk memperoleh faktor-faktor. Beberapa cara untuk menguji variabel adalah: a. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan (dengan melihat nilai MSA serta uji KMO dan Bartlett’s Test). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan variabel untuk dapat dilakukan analisis berikutnya. Penentuan kelayakan variabel dapat dilihat pada hasil pengujian statistik pada tabel anti-image matrices. Angka MSA (Measure of Sampling Adequacy) berkisar 0 sampai 1 dengan kriteria: MSA =1: variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain MSA > 0.5: variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut MSA < 0.5: variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut, atau harus dikeluarkan dari variabel lainnya. Tahap 4. Hasil perolehan faktor-faktor dan melakukan penilaian menyeluruh Perolehan faktor didapat dengan metode reduksi dan juga dengan memperhitungkan jumlah faktor-faktor yang dipilih, sehingga diperoleh sejumlah faktor-faktor yang tertinggal. Pada tahap ini variabel-variabel yang ada direduksi menjadi variabel-variabel baru yang lebih sedikit dibandingkan variabel awal. Variabel yang baru tersebut disebut faktor. Masingmasing faktor dapat berisi satu atau lebih variabel sebelumnya. Penggabungan variabel tersebut dilakukan dengan menggabungkan variabel-variabel yang memiliki korelasi tinggi. Untuk menentukan jumlah faktor terpilih menggunakan nilai eigenvalue dengan persyaratan bahwa nilai eigenvalue terpilih harus lebih besar dari nilai 1. Tahap 5. Interpretasi dari faktor-faktor Proses-proses yang perlu dilakukan di tahap ini yaitu: - Pemeriksaan Factor Matrix Loading untuk Unrotated Factor Matrix Nilai dari factor loading yang dianggap signifikan adalah > 0.75 - Identifikasi komponen signifikan dari masing-masing variabel. - Menilai variabel communalities dari variabel. - Menentukan ulang faktor-faktor dengan mengeluarkan faktor loading < 0.75 - Pemberian label dari faktor-faktor Untuk memaksimalkan kontribusi variabel dalam faktor maka perlu dilakukan proses rotasi faktor dengan metode rotasi varimax sehingga bisa didapatkan nilai faktor dominan. Tahap 6 Validasi terhadap hasil analisis faktor
ISBN : 978-602-97491-6-8 B-5-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Hasil yang diperoleh dari tahap 5 memberikan jawaban serta memvalidasi terhadap asumsiasumsi awal dari variabel. Analisis akan dilakukan untuk tiap-tiap faktor dan identifikasi dari hal-hal yang paling berpengaruh dari keterlambatan tongkang. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari ke 27 variabel yang digunakan dalam kuosioner dan disebarluaskan ke seluruh kontraktor penyedia jasa tongkang di wilayah Kalimantan Timur, maka didapatkan hasil sebesar 14 responden. Dengan jumlah responden yang terbatas tadi maka dilakukan analisis deskriptif dengan tujuan mereduksi variabel sehingga lebih kecil dari jumlah responden. Untuk itu digunakan analisis deskriptif yang memberikan gambaran mengenai sebaran data variabel. Dengan menggunakan diagram kartesius, dimana rata-rata sebaran dipakai sebagai absis sementara standar deviasi menjadi ordinat, variabel-variabel tersebut direduksi dengan memakai nilai di ordinat 2 yang memiliki nilai mean yang lebih besar dari nilai rata-rata dan nilai standar deviasi yang lebih kecil dari rata-rata.
Gambar 2 Diagram kartesius untuk mereduksi jumlah variabel
Dari hasil analisis deskriptif didapat variabel tereduksi sejumlah 14 variabel
ISBN : 978-602-97491-6-8 B-5-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Tabel1. Hasil analisis deskriptif untuk mereduksi variable
Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
P1
3.50
1.095
P2
3.63
1.628
P3
3.56
1.094
P5
3.56
1.632
P6
3.88
1.025
P7
3.88
1.088
P12
3.81
.981
P14
3.81
.981
P15
4.00
1.095
P16
3.75
1.000
P19
3.75
1.390
P24
3.75
1.183
P25
3.56
1.153
P26
3.69
1.302
Analysis N Keterangan 16 Kecukupan peserta tender 16 Sistem kompetisi yang sehat 16 Fleksibilitas system tender 16 Fairness pada proses tender 16 Kemampuan komunikasi dalam bahasa Inggris 16 Kecukupan persyaratan teknis dari barge 16 Konsistensi dari peraturan 16 Inspeksi dari kapal-kapal yang menjadi kendala untuk dimulainya suatu kontrak 16 Pemahaman isi kontrak 16 Keterlambatan dari penyerahan servis barge dredging yang mengakibatkan 16 Perbedaan volume berkurangnya pembayaran 16 Tingkat kesulitan untuk mendapatkan barge seperti yang disyaratkan dalam tender 16 Tingkat kesulitan untuk mendapatkan tug boat seperti yang disyaratkan dalam tender 16 Tingkat kesulitan untuk mendapatkan anchor handling tug seperti yang disyaratkan dalam tender
Selanjutnya hasil yang didapat dari analisis faktor adalah terkumpulnya dua faktor penyebab keterlambatan. Faktor pertama dinamakan Faktor Pengaruh Peralatan terdiri dari variabel P24, P25 dan P26. Faktor kedua dinamakan Faktor Pengaruh Kontrak terdiri dari variabel P15 dan P16. KESIMPULAN DAN SARAN KESIIMPULAN Setelah melakukan analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan dari penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pada kontrak servis tongkang di lingkungan Total E&P Indonesia, yaitu: 1. Lima variabel yang dikelompokkan atas dua faktor yang mempunyai pengaruh dominan terhadap keterlambatan di kontrak servis tongkang di lingkungan Total E&P Indonesie, yaitu Faktor Pengaruh Peralatan dan Faktor Pengaruh Kontrak 2. Ke dua faktor tersebut adalah keterlambatan yang berasal dari pihak penyedia jasa, dan kelima variabel tersebut adalah sebagai berikut: - P24: Tingkat kesulitan untuk mendapatkan barge seperti yang disyaratkan dalam tender. - P25: Tingkat kesulitan untuk mendapatkan tug boat seperti yang disyaratkan dalam tender - P26: Tingkat kesulitan untuk mendapatkan anchor handling tug seperti yang disyaratkan dalam tender - P15: Pemahaman isi kontrak - P16: Keterlambatan dari penyerahan servis barge (delay of commencement date). ISBN : 978-602-97491-6-8 B-5-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
3. Faktor geo-ekonomi, spesifikasi kapal, safety, persaingan eksternal dan segmentasi pasar yang sempit memberikan andil terhadap keterlambatan sebagai latar belakang penyebab sulitnya mendapatkan kapal-kapal yang disyaratkan pemberi tugas. SARAN Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna, sehingga perlu memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Menambah sampel/responden sehingga bisa terbentuk data dengan distribusi normal. 2. Memperlengkapi variabel yang digunakan untuk menggali persepsi dari responden. Hal ini tercermin dari kesimpulan bahwa seakan-akan keterlambatan disebabkan seluruhnya oleh pihak penyedia jasa, dan kebalikannya bahwa pihak memberi tugas seakan-akan tidak mempunyai kontribusi atas keterlambatan. Sebagai pihak yang berada di sisi pemberi tugas, maka Total E&P Indonesie harus bisa menerima masukan-masukan yang positif sehingga proses pelelangan jasa servis tongkang bisa berjalan dengan lancar. 3. Melakukan analisis sampel kecil (<30) dengan analisis statistik non-parametrik. 4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan. Penelitian tersebut bisa diarahkan untuk bisa mengelaborasi hal-hal yang menjadi penyebab faktor-faktor yang sudah teridentifikasi ataupun diarahkan untuk mengkaji lebih lanjut mengenai faktor keterlambatan dengan melakukan perbandingan di tempat lain. DAFTAR PUSTAKA Al-Moumani HA (2000), “Construction delay: a quantitative analysis”, International Journal of Project Management. Assaf SA, Alkhalil M dan Al-Hazmi M (1995), “Causes of delay in large building construction projects”, Journal of Management in Engineering, ASCE ; 11(2): page 45-50 Bshait, KB dan Manzanera (1990), Project Management, Butterworth-Heinemann Ltd. Clough, RH., Sears, GA., Sears, SK (2005), Construction Contracting, A Practical Guide to Company Management 7th Edition, John Wiley & Sons, Inc. FIDIC (1999), “Conditions of Contract for Construction For Building and Engineering Works Designed by Employeer, General Conditions”, FIDIC Field, A (2000), Discovering Statistics using SPSS for Windows, Sage Publications. Hair, JF. Jr, Black, WC., Babin, BJ., Anderson, RE. (2010), Multivariate Data Analysis A Global Perspective 7th Ed., Pearson. Hussey, J dan Hussey, R (1997), Business Research, A Practical Guide for Undergraduate and Postgraduate Students, MacMillan Press Ltd. Iyer, KC, Chaphalkar, NB dan Joshi GA (2008), “Understanding time delay disputes in construction contracts”, International Journal Project Management 26, page 174-184. Kartam, NA dan Kartam, SA (2001), “Risk and its management in the Kuwaiti construction industry: a contactors’ perspective”, International Journal Project Management 19 page 325-325.
ISBN : 978-602-97491-6-8 B-5-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013
Kuncoro, M (2009), Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis?, Edisi 3, Erlangga Jakarta. Levy, SM (2006), Project Management in Construction, fifth edition, McGraw-Hill. Mansfield NR, Ugwu OO, Doran T (1994), “Causes of delay and cost overruns in Nigerian construction projects”, International Journal of Project Management. Murdoch, J dan Hughes, W (2008), Construction Contracts Law Management 4th Edition, Taylor and Francis. Nasution R (2003), Teknik Sampling, Universitas Sumatra Utara Medan. Nicolas, JM. dan Steyn H. (2008), Project Management for Business, Engineering and Technology. Principles and Practice 3rd Edition, Butterworth-Heinemann Odeh, AM dan Battaineh, HT. (2002), “Causes of construction delay: traditional contracts”, International Journal of Project Management 20, page 67-83 Ogunalana SO, Promkunton K. (1996), “Construction delays in a fast growing economy: comparing Tahiland with other economies”, International Journal of Project Management. American National Standard (2004), A Guide To The Project Management Body of Knowledge 3rd Edition, Project Management Institute. Yasin N (2004), Mengenal Klaim Konstruksi dan Penyelesaian Sengketa Konstruksi, Gramedia Pustaka Utama.
ISBN : 978-602-97491-6-8 B-5-7