Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN WAKTU PEMBANGUNAN PROYEK GEDUNG NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI Shanty Wijayanthi, Tri Joko Wahyu Adi, Retno Indriyani Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Bidang Keahlian Manajemen Proyek, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
ABSTRAK Nilai waktu semakin menjadi elemen kritis dalam proses pelaksanaan sebuah proyek. Setiap proyek konstruksi selalu dihadapkan pada parameter penting penyelenggaraan proyek yang sering dikenal sebagai sasaran proyek. Salah satu ukuran keberhasilan proyek konstruksi ditentukan oleh penyelesaian proyek sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak dan sesuai pula dengan rencana dan spesifikasinya. Namun demikian, proyek konstruksi merupakan suatu proyek yang bersifat kompleks dan dinamis, sehingga terdapat banyak faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya keterlambatan pada pelaksanaan proyek konstruksi. Dalam penelitian ini diteliti faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan pada proyek konstruksi gedung di Kediri, dan selanjutnya diteliti pula bagaimana tingkat pengaruh tiap kelompok faktor tersebut terhadap terjadinya keterlambatan proyek. Tesis ini meneliti faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan waktu penyelesaian proyek gedung negara di lingkungan Pemerintah Kota Kediri. Penelitian ini dilakukan terhadap kontraktor dengan kualifikasi perusahaaan K yang berkedudukan di Kediri yang pernah mengalami keterlambatan waktu penyelesaian proyek gedung negara di lingkungan Pemerintah Kota Kediri dengan cara mendistribusikan kuesioner. Hasil surveikuesioner terkumpul 28 responden dari 28 perusahaan kontraktor. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisa deskriptif dan analisa faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan menyebabkan keterlambatan adalah manajemen pemilik, dimana indikator manajemen pemilik terdiri dari ketidakmampuan pemilik dalam berkoordinasi, ketidakmampuan manajer proyek, ketidakjelasan kebijakan dan prosedur, campur tangan pemilik yang tidak perlu, tidak memadainya pengawasan pemilik, dan penundaan pekerjaan oleh pemilik. Kata kunci: keterlambatan waktu, gedung negara
PENDAHULUAN Latar Belakang dan Rumusan masalah Nilai waktu semakin menjadi elemen kritis dalam proses pelaksanaan sebuah proyek. Setiap proyek konstruksi selalu dihadapkan pada parameter penting penyelenggaraan proyek yang sering dikenal sebagai sasaran proyek. Salah satu sasaran proyek itu adalah jadwal (waktu) sehingga salah satu ukuran keberhasilan proyek konstruksi ditentukan oleh penyelesaian proyek sesuai jangka waktu dan tanggal akhir yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak dan sesuai pula dengan rencana dan spesifikasinya. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang ditentukan. Keterlambatan proyek tersebut seringkali terjadi,
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
kompleks dan beresiko pada pelaksanaan proyek konstruksi yang dapat menyebabkan berbagai bentuk kerugian bagi penyedia jasa (kontraktor) dan pengguna jasa (pemilik). Bagi kontraktor, keterlambatan selain dapat menyebabkan cost over run akibat bertambahnya waktu pelaksanaan proyek, dapat pula mengakibatkan menurunnya kredibilitas kontraktor untuk waktu yang akan datang. Sedangkan bagi pemilik, keterlambatan proyek dapat mengakibatkan hilangnya kesempakan produk memasuki pasaran dan seringkali berpotensi menyebabkan timbulnya perselisihan dan klaim antara pemilik dan kontraktor (Soeharto, 1997). Anggota DPRD Kota Kediri menilai kinerja Pemerintah Kota terlalu lamban dan bertele-tele terutama dalam mengerjakan berbagai proyek pembangunan yang sampai pertengahan tahun belum ada yang dilaksanakan, sehingga dikhawatirkan pengerjaan proyek pembangunan itu banyak menyimpang dan hasilnya tidak sesuai dengan rencana ( Barometer, Kediri). Menganalisa berbagai faktor penyebab terjadinya keterlambatan pada proyek konstruksi merupakan hal yang penting untuk menentukan pengaruh dan akibat yang ditimbulkan dari terjadinya keterlambatan proyek serta dapat membantu semua pihak yang terlibat dalam proyek agar proses perencanaan dan penjadwalan proyek konstruksi dapat dilakukan dengan lebih lengkap sehingga dapat meminimalkan dan menghindari terjadinya keterlambatan proyek (Kartam, 1999). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempunyai pengaruh dominan terhadap keterlambatan proyek konstruksi gedung negara di lingkungan Pemerintah Kota Kediri Sehingga ke depan diharapkan akan lebih baik. KAJIAN TEORI DAN LITERATUR Pengertian Dasar Keterlambatan Proyek Keterlambatan proyek (construction delay) diartikan sebagai penundaan penyelesaian pekerjaan dimana secara hukum melibatkan beberapa situasi yang menyebabkan timbulnya klaim. Contract time merupakan maksimum waktu yang diperlukan oleh kontraktor untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak. Dengan pengertian tersebut Shi & Arditi (2001) menyimpulkan bahwa keterlambatan proyek timbul ketika kontraktor tidak dapat menyelesaikan proyek sesuai dengan waktu yang tercantum dalam kontrak (contract time). Dengan demikian kontrak menjadi dasar perhitungan keterlambatan. Didalam kontrak pada umumnya menyebutkan (Diklat Pelatihan Quality Surveyor of Housing / Building Project): 1. Awal dari pekerjaan, yaitu pada saat diserahkanterimakannya lokasi proyek kepada kontraktor. Biasanya dengan dikeluarkannya SPK atau Notice to Proceed. Ada beberapa kontrak yang menyebutkan bahwa letter of intent dapat dijadikan tanda dimulainya pekerjaan. 2. Akhir dari waktu pelaksanaan adalah practical completion atau substansial completion. Pada saat tersebut, proyek yang dikerjakan oleh kontraktor telah berfungsi sesuai persyaratan pada dokumen tender meskipun masih ada beberapa pekerjaan perbaikan atau pekerjaan-pekerjaan lain yang dianggap bukan pokok dan dapat dikerjakan pada saat bangunan dioperasikan. Hal tersebut biasanya certificate of practical substantional completion oleh client / konsultan / arsitek.
ISBN : 978-979-99735-3-5 B-2-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
Literatur Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan keterlambatan konstruksi (contruction delay) antara lain dilakukan oleh Arditi, Akan & Gurdamar (1985) meneliti penyebab terjadinya keterlambatan konstruksi pada proyek-proyek pemerintah di Turki. Elinwa & Buba (1993) dalam penelitiannya mempelajari faktor-faktor penyebab keterlambatan dan cost overrun dalam konstruksi di Nigeria. Praboyo (1999) dalam penelitiannya meninjau berbagai aspek dan sebab keterlambatan berdasarkan tiga kategori keterlambatan yaitu compensable delay, no-excusable delay dan excusable delay sedangkan sebab keterlambatan yang ditinjau berdasarkan pada aspek manajemen konstruksi. Elinwa & Joshua (2001) mempelajari penyebab keterlambatan dan cost overrun dalam proyek konstruksi di Nigeria. Odeh & Battaineh (2002) mengidentifikasi faktor-faktor utama penyebab keterlambatan dalam industri konstruksi di Jordania dan menilai penyebab-penyebab yang penting pada kontrak tradisional dilihat dari sudut pandang kontraktor dan konsultan. Chan & Kumaraswamy (2002), meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi durasi konstruksi dan yang menyebabkan keterlambatan dalam proyek konstruksi. Dan Puspitasari (2004) dalam penelitiannya membuat model Struktural dengan menggunakan S.E.M. (Structural Equation Modelling) terhadap faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi di Surabaya. Penyebab Keterlambatan Proyek Menurut Kerzner (1995) ada banyak sekali penyebab keterlambatan dalam lingkungan manajemen proyek, diantaranya: Pekerjaan yang tidak lengkap, pekerjaan yang telah dilaksanakan buruk, komunikasi yang buruk, kurangnya tanggung jawab dan wewenang yang tidak sepadan, perubahan tanpa penjelasan langsung, kegagalan dalam pendelegasian, buruknya perbaikan sistem, dan lain-lain . Menurut Badiru (1995) terdapat beberapa factor yang perlu dikontrol di dalam proyek, faktor-faktor yang mempengaruhi waktu antara lain: keterlambatan suplai, keterlambatan dalam pekerjaan utama, perubahan spesifikasi pelanggan, perubahan tanggal yang sesuai, perkiraan waktu yang tidak wajar, masalah teknis dalam mempergunakan waktu, hubungan precedence yang tidak dapat dilaksanakan, peraturan baru yang membutuhkan waktu yang diimplementasikan. Menurut Ahuja (1984) faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan dari segi sumber daya selama pelaksanaan di lapangan antara lain: Faktor tenaga kerja: 1. Tingkat keahlian pekerja 2. Perilaku para pekerja 3. Tingkat keselamatan pekerja 4. Perilaku para pengawas Faktor material: 1. Keterlambatan pengiriman material ke lokasi 2. Kekurangan material 3. Pencurian material 4. Kualitas material 5. Jumlah material yang dikirim tidak tepat
ISBN : 978-979-99735-3-5 B-2-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
Faktor peralatan: 1. Peralatan yang sudah usang 2. Perawatan peralatan yang kurang 3. Kesalahan penempatan peralatan 4. Peralatan yang tidak sesuai 5. Keterlambatan pengiriman peralatan Berdasarkan standar dokumen kontrak yang diterbitkan oleh AIA (American Instituet of Architects), berdasarkan pihak yang bertanggung jawab, keterlambatan waktu pelaksanaan proyek dapat dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Excuseable-compensable Keterlambatan yang layak mendapatkan ganti rugi (compensable) yang terjadi disebabkan tindakan, kelalaian atau kesalahan pemilik proyek. Menurut Barrie, Paulson & Sudinarto (1995) keterlambatan ini disebabkan karena pemilik proyek gagal dalam memenuhi kewajiban yang tercantum dalam kontrak. Kontraktor diberi hak untuk mendapatkan biaya tambah yang layak sebagai akibat dari bertambahnya waktu yang tercantum dalam kontrak (contract time). Pada kejadian ini, kompensasi yang ada biasanya adalah perpanjangan waktu pelaksanaan dan tambahan biaya operasional pelaksanaan yang perlu selama masa perpanjangan waktu tersebut (Kraieme Dickman, 1987). 2. Excuseable-non-compensable Keterlambatan disebabkan oleh faktor-faktor diluar kemampuan pemilik / konsultan atau kontraktor untuk mengendalikannya, seperti: kondisi cuaca dan huruhara, Keterlambatan jenis ini didalam kontrak lebih dikenal dengan nama force majeur (Arditi & Patel, 1989). Force majeur adalah kejadian atau kondisi luar biasa yang: a. Berada diluar kontrol satu pihak. b. Oleh pihak tersebut tidak dapat disiapkan penanggulangannya sebelum pembuatan kontrak. c. Setelah timbul tidak dapat dicegah atau diatasi oleh pihak tersebut d. Tidak dapat dipersalahkan pada pihak lainnya. Pada kejadian ini, kontraktor diberi hak untuk mendapat perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan saja (Barrie, Paulson & Sudinarto, 1995). 3. Non-excuseable Keterlambatan yang terjadi dapat dipertimbangkan termasuk dalam kategori ini apabila disebabkan oleh ketidakmampuan kontraktor dalam mengelola dan melaksanakan pembangunan proyek sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam kontrak. Pada kondisi ini, kontraktor tidak mendapat hak atau kompensasi apapun, sebaliknya pemilik yang berhak untuk meminta ganti rugi biaya kepada kontraktor penyebab keterlambatan tersebut (Kraiem & Dickmann, 1987). Penyusun mengambil faktor-faktor penyebab keterlambatan pembangunan proyek dari hasil penelitian terdahulu yang digabungkan dengan teori di atas.
ISBN : 978-979-99735-3-5 B-2-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
METODOLOGI PENELITIAN permasalahan
studi literatur
penentuan variabel penelitian
penentuanpopulasi dan sampel penelitian
pembuatan kuesioner
survei awal
tidak
uji validitas & reliabiitas kuesioner awal
ya penyebaran kuesioner pada proyek yang mengalami keterlambatan pengumpulan data
analisa data analisa statistik deskriptif analisa faktor
kesimpulan dan saran
Gambar 1. Bagan alir Penelitian
Data-data Olahan Data diperoleh dari pembagian kuesioner kepada kontraktor. Kuesioner final berisi tentang identitas perusahaan, data proyek, faktor penyebab keterlambatan dan faktor-faktor lain yang tidak terdapat pada kuesioner, dengan skala penilaian 1 (sangat tidak mempengaruhi), 2 (tidak mempengaruhi), 3 (cukup mempengaruhi), 4 (mempengaruhi), 5 (sangat mempengaruhi). Tolak ukur keberhasilan kuesioner ini diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas.
ISBN : 978-979-99735-3-5 B-2-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007 Tabel 1. Kuesiner A. Tenaga Kerja
G.2. Pengambilan keputusan yang lambat oleh pemilik
A.1. Tingkat keahlian pekerja
G.3. Campur tangan pemilik yang tidak perlu
A.2. Perilaku para pekerja
G.4. Ketidakmampuan pemilik / konsultan dalam berkoordinasi dengan pihak yang terkait
A.3. Tingkat keselamatan pekerja
G.5. Penundaan pekerjaan yang diakibatkan oleh pihak pemilik A.4. Kekurangan tenaga kerja G.6. Ketidakmampuan manajer proyek A.5. Perilaku para pengawas G.7. Tidak memadainya pengawasan yang dilakukan oleh B. Material
pemilik / konsultan
B.1. Keterlambatan pengiriman material
H. Finansial
B.2. Kekurangan material
H.1. Kesulitan keuangan pada pemilik
B.3. Pencurian Material
H.2. Kesalahan estimasi biaya
B.4. Kualitas Material
I. Kontrak
B.5. Jumlah material yang dikirim tidak tepat
I.1. Change order
C. Peralatan
(perubahan dalam proyek konstruksi yang meliputi pergantian,
C.1. Peralatan yang sudah usang
pengurangan, penambahan atau penghilangan pekerjaan setelah kontrak ditandatangani)
C.2. Perawatan peralatan yang kurang
I.2. Kesalahan / discrepancies dalam kontrak C.3. Kesalahan penempatan peralatan I.3. Kekuranganlengkapan dokumen tender C.4. Peralatan yang tidak sesuai J. Natural Disaster
C.5. Keterlambatan pengiriman peralatan
J.1. Keadaan cuaca D. Finansial J.2. Bencana alam D.1. Kesulitan keuangan pada kontraktor K. Kondisi Sosial
D.2. Kesalahan estimasi biaya
K.1. Huruhara E. Metode Konstruksi E.1. Metode konstruksi yang tidak tepat sehinnga menimbulkan
K.2. Epidemi
kesalahan selama konstruksi
K.3. Mogok kerja
E.2. Penerapan teknologi baru / khusus yang belum dikenal
L. Kebijakan Pemerintah (Sovereign Acts)
dengan baik
L.1. Perubahan kebijaksanaan politik / ekonomi pemerintah
F. Manajemen Kontraktor
L.2. Ketidakstabilan moneter
F.1. Kurangnya pengalaman kontraktor
L.3. perijinan
F.2. Site management yang buruk M. Kondisi Fisik di Lapangan F.3. Kurangnya komunikasi dan koordinasi antar pihak yang M.1. Differing site condition
terlibat didalam proyek F.4. Kurangnya pengawasan terhadap subkontraktor dan supplier
(perbedaan antara kondisi tapak yg sebenarnya dg kondisi tapak yg tercantum dlm dokumen kontrak)
G. Manajemen Pemilik
M.2. Lack of Access (kondisi tapak yang sulit dijangkau)
G.1. Kekaburan kebijakan dan prosedur
ANALISA DAN PEMBAHASAN Data diolah dengan menggunakan software SPSS for windows. Hasil dari pengolahan data tersebut kemudian dianalisis dan diinterpretasikan.
ISBN : 978-979-99735-3-5 B-2-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
Nilai MSA (Measure of Sampling Adequancy) Tujuan pengukuran MSA adalah untuk menetukan apakah proses pengambilan sampel telah memadai atau tidak. Nilai MSA berkisar antara 0 sampai 1 dengan kriteria: 1. MSA = 1 variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain 2. MSA > 0.50 variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut 3. MSA < 0.50 variabel tidak bias diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut atau dikeluarkan dari variabel lainnya Nilai KMO (Kaiser – Meyer – Olkin) Untuk menguji kesesuaian pemakaian analisa faktor, maka digunakan nilai KMO. Nilai KMO merupakan index pembanding besarnya koefisien korelasi observasi dengan besarnya koefisien korelasi parsial. Jika nilai kuadrat koefisien korelasi parsial dari semua pasangan variabel lebih kecil dari pada jumlah kuadrat koefisien korelasi, maka harga KMO akan mendekati satu, yang menunjukkan kesesuaian analisa faktor (wibisono,2000). Nilai KMO yang lebih kecil dari 0.50 memberikan indikasi bahwa korelasi diantara pasangan-pasangan variabel tidak dapat dijelaskan oleh variabel lainnya sehingga analisis faktor tidak layak digunakan (Malhotra, 1996). Uji Barlett’s Uji Barlett’s merupakan pengujian secara statistik apakah suatu matrix korelasi telah cukup layak untuk dilakukan analisis faktor. Uji ini juga akan memastikan apakah suatu matrix korelasi telah memiliki sifat ortogonal atau tidak. Ortogonal bila koefisien korelasi antar variabel yang ada bernilai nol. Hasil uji Bartlett’s memiliki keakuratan yang tinggi bila matrik korelasi mendekati nol atau menyimpang dari ortogonal dan nilai Bartlett`s Test lebih besar dari Chi-square. Hasil Uji Bartlett’s merupakan hasil uji atas suatu hipotesis. Yaitu : Ho : Matrik korelasi = matrik identitas Ha : Matrik korelasi ‡ matrik identitas Penolakan pada Ho dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : a. nilai Bartlett`s Test of Sphericity > tabel Chi Square b. nilai signifikansi < 0,05 Ekstraksi Jumlah Faktor Ekstrasi faktor digunakan untuk menentukan jenis-jenis faktor yang akan dipakai. Ekstrasi faktor dalam penelitian ini menggunakan metode Principal Component Analysis ( PCA) dengan metode ini akan terbentuk kombinasi linier dari variabel-variabel observasi. Kombinasi linier dapat dirumuskan dalam bentuk (malhotra, 1996): Fi=Wi1x1+Wi2x2+Wi3x3+…+Wikxk dimana Fi = skor faktor ke- i (i = 1, 2, 3, … , 45) k = jumlah variabel
ISBN : 978-979-99735-3-5 B-2-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
Kemampuan faktor menjelaskan keragaman asal ditunjukkan oleh nilai eigen value yang diperoleh melalui penjumlahan kuadrat factor loading setiap faktor. Jumlah faktor ditentukan oleh : a. Faktor dengan eigen value > 1 b. Faktor dengan persentase varian > 50 c. Faktor dengan persentase kumulative > 60 Komunalitas Komunalitas pada dasarnya adalah jumlah varians (bisa dalam prosentase) dari suatu variabel mula-mula yang bisa dijelaskan oleh faktor yang ada, berarti bahwa nilai tersebut menunjukkan seberapa baik tiap-tiap variabel dijelaskan/diwakili oleh faktor yang terbentuk (Santoso, 2004). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data, dengan menggunakan program SPSS for Windows didapatkan hasil yaitu faktor-faktor dominan yang menjadi penyebab terjadinya keterlambatan pembangunan proyek gedung negara di lingkungan Pemerintah Kota Kediri yaitu faktor manajemen pemilik, dengan indikatornya adalah: 1. Ketidakmampuan pemilik dalam berkoordinasi 2. Ketidakmampuan manajer proyek 3. Ketidakjelasan kebijakan dan prosedur 4. Campur tangan pemilik yang tidak perlu 5. Tidak memadainya pengawasan pemilik 6. Penundaan pekerjaan oleh pemilik Hal ini berarti bahwa kebijaksanaan dan prosedur perusahaan pemilik harus jelas sebab menyangkut wewenang personil yang bersangkutan didalam proyek konstruksi yang mana mengharuskan personil yang bertanggunag jawab didalam proyek harus dapat mengambil tindakan sesuai dengan wewenangnya. Saran 1. Bagi perusahaan kontraktor agar dapat meminimumkan dan mengantisipasi penyebab terjadinya keterlambatan waktu pembangunan gedung yang akan dilaksanakan. 2. Bagi owner, pemilihan kontraktor, yang meliputi: SDM kontraktor yang berkualitas dan manajemen kontraktor merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan agar dalam pelaksanaan pembangunan nantinya akan sesuai dengan yang diharapkan. 3. Memperlengkap variabel yang dipergunakan untuk menggali lebih dalam persepsi dari responden. DAFTAR PUSTAKA Ahuja, Hira N. 1984. Production Management. Prentice Hall, Inc. New York. Arditi, David, Akan, Gauzin Tarim dan Gudamar, San. 1985. Reasons for Delays in Public Projects in Turkey. Construction Management and Economics. Vol 3.
ISBN : 978-979-99735-3-5 B-2-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
Badiru, Adedeji B. dan Pulat, Simin P. 1995. Comprehensive Project Management Intergrating Optimization Models, Management Principles and Computer. Prentice Hall, Inc. New Jersey. Barometer. 20 Agustus, 2002. Kinerja Pemkot Lambat, hlm. 3. Barrie, Donald S., & Paulson Jr, Boyd C., & Sudinarto. 1995. Manajemen Konstruksi Profesional Edisi Ke-2. Prenada Media. Jakarta. Chan, Daniel W.M. dan Kumaraswamy, Mohan, M. 2002. Compressing Construction Durations : Lessons Learned From Hongkong Building Projects. International Journal of Project Management. Pergamon. Vol 20. Elinwa, A.U. dan Buba, S.A. 1993. Construction Cost Factors In Nigeria. Journal of Construction Engineering and Management. ASCE. Vol 119. Elinwa, A. U. dan Joshua, M. 2001. Time-Overrun In Nigerian Construction Industry. Journal of Construction Engineering And Management. ASCE. Sept – October. Kartam, Saled. 1999. Generic Methodology For Analyzing Delay Claims. Journal of Construction Engineering And Management. ASCE. November-December. Kerzner, Harold 1995. Project Management. Seventh Edition. John Wiley & Sons, Inc. New York. Kraiem, Z. K. dan Dickmann, J. E. 1987. Concurrent Delays In Construction Projects. Journal of Construction Engineering and Management. ASCE. Vol 133, No 4. Malhotra, Naresh K. 1996. Marketing research An Applied Orientation. Prentice Hall. Inc. Odeh, Abdalla M. dan Battaineh, Husein T. 2002. Causes of Construction Delay: Traditional Contract. International Journal of Project Management, Pergamon. Vol 20. Pusat Pelatihan MBT. Diklat Pelatihan Quantity Surveyor Of Housing / Buildings Projects. Puspitasari, Veronika Happy. 2004. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung di Surabaya. Tesis Magister. ITS. Surabaya. Santoso, Singgih. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. PT. Elex Media Komputer, Jakarta. Shi, Jonathan Finsheng, S. O. dan Arditi, David. 2001. Construction Delay Computation Method. Journal of Construction Engineering and Management. ASCE. January – February 2001. Soeharto, Iman. 1997., MANAJEMEN PROYEK dari Konseptual sampai Operasional. Erlangga. Jakarta. Wibisono, Dermawan. 2000. Riset Bisnis. BPFE. Yogyakarta.
ISBN : 978-979-99735-3-5 B-2-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
ISBN : 978-979-99735-3-5 B-2-10