ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG PROSES IMPLEMENTASI SIX SIGMA (Studi Kasus : PT General Electric Lighting Indonesia)
TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung
Oleh : RETNO WULAN DAMAYANTI NIM : 23403021
Rekayasa Manajemen Kualitas
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2006
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG PROSES IMPLEMENTASI SIX SIGMA (Studi Kasus : PT General Electric Lighting Indonesia)
Oleh :
RETNO WULAN DAMAYANTI NIM : 23403021
Rekayasa Manajemen Kualitas Institut Teknologi Bandung
Menyetujui Pembimbing
30 Januari 2006
ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG PROSES IMPLEMENTASI SIX SIGMA Studi Kasus : PT General Electric Lighting Indonesia Oleh : Retno Wulan Damayanti NIM : 23403021 Implementasi manajemen kualitas - termasuk Six Sigma - dalam perusahaan tidaklah mudah. Setiap perusahaan memiliki keunikan masing-masing, metode tertentu yang berhasil di suatu perusahaan belum tentu berhasil di perusahaan lain. Setiap perusahaan perlu menyesuaikan proses implementasinya agar cocok dengan karakteristiknya masing-masing. Selain itu, implementasi terkait dengan manajemen perubahan, dimana manajemen kualitas pada awalnya dianggap sebagai suatu teknologi baru sehingga perlu diperhatikan tahapan proses implementasinya mulai dari tahap pengenalan, tahap adopsi, tahap adaptasi hingga tahap implementasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor yang mendukung proses implementasi Six Sigma, dengan mengambil PT General Electric Lighting Indonesia (GELI) sebagai obyek studi. Model penelitian yang dipergunakan adalah model implementasi yang didasarkan dari teori perubahan organisasi. Model penelitian terdiri dari tiga dimensi yaitu context (perilaku anggota organisasi untuk continuous improvement), content (kepemimpinan, kebijakan dan strategi, manajemen personalia, manajemen sumber daya, dan manajemen proses), dan process (perubahan dan pembelajaran). Dimensi context, content, dan process serta keterkaitan ketiganya dianalisis pada setiap tahap proses implementasi (tahap pengenalan, tahap adopsi, tahap adaptasi, hingga tahap implementasi). Pencapaian level kualitas perusahaan dalam menerapkan Six Sigma dianalisis dengan metode Dutch Quality Award (DQA). Setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa context, content dan process perusahaan akan saling berpengaruh dalam proses implementasi Six Sigma. Pengimplementasian Six Sigma tidak menjamin suatu perusahaan berorientasi sistem, karena perusahaan memiliki keterbatasan terkait dengan context, content, dan process, terutama perusahaan PMA seperti GELI. Berdasarkan analisis penelitian, disimpulkan faktor-faktor pendukung proses implementasi Six Sigma adalah (1) komitmen pimpinan pada setiap tahap proses implementasi, (2) pembelajaran pada tahap adaptasi dan tahap implementasi, (3) proses pelatihan pada tahap pengenalan, (4) dukungan agen Six Sigma dan (5) dukungan fasilitas komunikasi pada tahap adaptasi, dan pada tahap implementasi faktor penting yang mendukung adalah (6) struktur organisasi Six Sigma, (7) kebijakan perusahaan, (8) keterlibatan anggota perusahaan dalam Six Sigma, (9) konsistensi DMAIC serta (10) kerja sama dalam pengelolaan proses, (11) pengelolaan sumber daya dan (12) quality awareness. Kata Kunci : Six Sigma, Context, Content, Proces
ABSTRACT ANALYSIS OF SUPPORTING FACTORS IN SIX SIGMA IMPLEMENTATION Case Study: PT. General Electric Lighting Indonesia By: Retno Wulan Damayanti NIM : 23403021 Quality Management implementation– including Six Sigma – in an organization is not easy. Every organization has its unique characteristics, so that a successful method in an organization does not always fit for another organization. Each organization needs to tailor its Quality Management implementation process. Further more, the implementation always involve a Management of Change, so that the implementation stages need to be managed through the introduction, adoption, adaptation, and implementation stages. This research is aimed at identifying and analyzing factors that support the Quality Management implementation using Six Sigma strategy. A case study has been conducted in PT. General Electric Lighting Indonesia (GELI). This research use implementation model based on organizational change theories. This implementation model consists of three dimensions, i.e. context (organizational behavior in performing continuous improvement), content (leadership, policy and strategy, people management, resource management and process management), and process (change and learning). Dimensions of context, content, process and thus interrelationships are analyzed for all stages (introduction, adoption, adaptation, and implementation stages). Level of quality achievement during implementation of Six Sigma is analyzed using the DQA method. The result concludes that context, content and process in an organization are interrelated and effects at implementation of Six Sigma. Through implementation of Six Sigma, achievement at system orientation does not guaranteed, due to limitations in context, content and process, especially for PMA enterprises such as GELI. This research concludes the supporting factors are (1) management commitment in every stage of implementation process, (2) learning in adaptation and implementation stage, (3) training process in introduction stage, (4) support from Six Sigma agents and (5) communication facility in adaptation stage, and the important factors in implementation stage are (6) organizational structure of Six Sigma, (7) organization policy, (8) people involvement, (9) DMAIC consistency and (10) teamwork in process management, (11) resource management and (12) quality awareness. Keywords: Six Sigma, Context, Content, Process
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS
Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Institut Teknologi Bandung.
Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.
Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seijin Direktur Program Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung.
DAFTAR ISI BAB
I
II
ABSTRAK
i
ABSTRACT
ii
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PENDAHULUAN I.1
Latar Belakang
1
I.2
Perumusan Masalah
3
I.3
Tujuan dan Pertanyaan Penelitian
4
I.4
Skema Penelitian
5
I.5
Sistematika Penulisan
6
TINJAUAN PUSTAKA II.1 Manajemen Kualitas
8
II.1.1 Perkembangan dan Implementasi Manajemen Kualitas II.1.2 Six Sigma
8 16
II.1.2.1 Definisi dan konsep Six Sigma
16
II.1.2.2 Metodologi Six Sigma
18
II.1.2.3 Organisasi Six Sigma
20
II.1.2.4 Faktor Pendukung Implementasi Six Sigma II.1.2.5 Penelitian Implementasi Six Sigma II.1.3 Evaluasi Manajemen Kualitas
22 25 28
II.1.3.1 Model Quality Award
28
II.1.3.2 European Quality Award
30
II.2
III.
33
II.2.1 Model Perubahan Organisasi
34
II.2.2 Dimensi Implementasi
38
II.2.2.1 Context
38
II.2.2.2 Content
48
II.2.2.3 Process
50
METODOLOGI PENELITIAN III.1
Tahap Penelitian Pendahuluan
57
III.1.1 Perumusan Masalah
57
III.1.2 Penentuan Tujuan dan Pertanyaan Penelitian
57
Tahap Pengembangan Model Penelitian
57
III.2.1 Penyusunan Model Penelitian
58
III.2.2 Penentuan Strategi Penelitian
60
III.2.3 Pembuatan Protokol Penelitian
61
Tahap Penelitian Lapangan
76
III.3.1 Pengumpulan Data
76
III.3.2 Pengukuran Performansi Perusahaan
78
III.4
Tahap Analisis
78
III.5
Tahap Kesimpulan dan Saran
78
III.2
III.3
IV.
Perubahan Organisasi
PENGUMPULAN DATA IV.1
Gambaran Umum Perusahaan
79
IV.2
Divisi Manufaktur
80
IV.2.1 Proses Implementasi
81
IV.1.1.1 Tahap Pengenalan
83
IV.1 1.2 Tahap Adopsi
84
IV.1.1.3 Tahap Adaptasi
85
IV.1.1.4 Tahap Implementasi
87
IV.2.2 Dimensi Implementasi
90
IV.2.2.1 Context
91
IV.2.2.2 Content
95
IV.2.2.3 Process
119
IV.3
Divisi Non Manufaktur IV.3.1 Proses Implementasi
IV.4
IV.3.1.1 Tahap Pengenalan
123
IV.3. 1.2 Tahap Adopsi
123
IV.3.1.3 Tahap Adaptasi
123
IV.3.1.4 Tahap Implementasi
124
IV.3.2 Dimensi Implementasi
128
IV.3.2.1 Context
128
IV.3.2.2 Content
132
IV.3.2.3 Process
144
Performansi Divisi Manufaktur dan Divisi Non Manufaktur
V.
122
145
ANALISIS DAN DISKUSI V.1
Divisi Manufaktur
164
V.1.1 Process
164
V.1.2
V.1.1.1 Tahap Pengenalan
165
V.1.1.2 Tahap Adopsi
166
V.1.1.3 Tahap Adaptasi
167
V.1.1.4 Tahap Implementasi
169
V.1.1.5 Kesimpulan Process
171
Content
172
V.1.2.1 Tahap Pengenalan
174
V.1.2.2 Tahap Adopsi
174
V.1.2.3 Tahap Adaptasi
176
V.1.2.4 Tahap Implementasi
177
V.1.2.5 Kesimpulan Content
180
V.1.3 Context
182
V.1.3.1 Tahap Pengenalan
185
V.1.3.2 Tahap Adopsi
185
V.1.3.3 Tahap Adaptasi
186
V.1.3.4 Tahap Implementasi
186
V.1.3.5 Kesimpulan Context
188
V.1.4 Pengaruh dan Keterkaitan Process, Content, dan Context Pada Divisi Manufaktur V.2
190
Divisi Non Manufaktur
194
V.2.1 Process
194
V.2.1.1 Tahap Pengenalan
194
V.2.1.2 Tahap Adopsi
196
V.2.1.3 Tahap Adaptasi
197
V.2.1.4 Tahap Implementasi
197
V.2.1.5 Kesimpulan Process
198
Content
201
V.2.2.1 Tahap Pengenalan
201
V.2.2.2 Tahap Adopsi
201
V.2.2.3 Tahap Adaptasi
201
V.2.2.4 Tahap Implementasi
202
V.2.2.5 Kesimpulan Content
203
V.2.2
V.2.3 Context
204
V.2.3.1 Tahap Pengenalan
206
V.2.3.2 Tahap Adopsi
206
V.2.3.3 Tahap Adaptasi
206
V.2.3.4 Tahap Implementasi
207
V.2.3.5 Kesimpulan Context
208
V.2.4 Pengaruh dan Keterkaitan Process, Content, dan Context Pada Divisi Manufaktur
210
V.3
Analisis Evaluasi Performansi
213
V.4
Diskusi
218
VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI. 1 Kesimpulan
233
VI.2 Saran
240
REFERENSI
Bab VI Kesimpulan dan Saran Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor pendukung keberhasilan proses implementasi Six Sigma di perusahaan. Terdapat tiga pertanyaan panduan penelitian untuk mencapai tujuan tersebut, dimana masing-masing akan dijawab pada Sub Bab Kesimpulan. Saran untuk perbaikan bagi GELI sebagai obyek studi dan saran untuk penelitian selanjutnya dipaparkan pada Sub Bab Saran.
VI.1 Kesimpulan Pertanyaan utama penelitian ini adalah faktor-faktor apa yang mendukung keberhasilan proses implementasi Six Sigma di perusahaan, dengan mengambil GELI sebagai obyek penelitian. Untuk menjawab pertanyaan utama tersebut, dibutuhkan pertanyaan pendukung, dimana masing-masing pertanyaan beserta kesimpulannya akan dipaparkan berikut ini :
a. Pertanyaan pendukung yang pertama : bagaimana model penelitian untuk menganalisis proses implementasi Six Sigma ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan studi literatur untuk merumuskan permasalahan implementasi manajemen kualitas. Dari studi literatur diperoleh perumusan masalah bahwa implementasi manajemen kualitas - termasuk Six Sigma - tidak mudah. Setiap perusahaan memiliki kekhasan masing-masing, sehingga cara atau metode tertentu yang berhasil di suatu perusahaan belum tentu berhasil di perusahaan lain. Setiap perusahaan perlu menyesuaikan metode implementasinya agar sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Disamping itu, implementasi manajemen kualitas terkait dengan manajemen perubahan perusahaan, sehingga diperlukan perhatian terhadap proses implementasinya yaitu mulai
perusahaan
mengenal,
mengadopsi,
mengimplementasikan di seluruh level bisnisnya.
mengadaptasi,
hingga
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka model penelitian untuk menganalisis proses implementasi Six Sigma harus mampu mengakomodasi elemen-elemen yang menjadi fokus analisis sekaligus memperhatikan proses operasional implementasi yang dapat dirunut dari waktu ke waktu. Model penelitian yang dipakai yaitu model implementasi manajemen kualitas dengan pendekatan proses (processual approach) yang telah dikembangkan oleh Irianto (2005) dari model perubahan organisasi Pettigrew dan Whipp (1991) yang melibatkan tiga dimensi perubahan yaitu context, content dan process. Agar proses implementasi dapat dirunut dari waktu ke waktu, diperlukan pula analisis terhadap proses implementasi Six Sigma pada tahap pengenalan, tahap adopsi, tahap adaptasi, hingga tahap implementasi. Bentuk model penelitian ditampilkan pada Gambar III.2. Definisi dari elemen-elemen model dipaparkan pada Bab III.
b. Pertanyaan pendukung yang kedua : bagaimana proses implementasi Six Sigma ? Untuk menjawab pertanyaan kedua tersebut dilakukan pengumpulan data untuk memperoleh informasi bagaimana Six Sigma diterapkan. Karakteristik penelitian untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor pendukung proses implementasi Six Sigma ini : 1. Pertanyaan penelitian yang dibuat adalah “bagaimana”. 2. Pada penelitian ini, proses yang diamati di lapangan terkait dengan kondisi dan aktivitas perusahaan dalam menerapkan Six Sigma, dimana aktivitas dan kondisi tersebut tidak dapat dikendalikan dalam penelitian. 3. Sifat penelitian ini kontemporer, dimana fokus penelitian adalah proses implementasi Six Sigma di perusahaan yang dianalisis melalui kejadian serta peristiwa saat ini. Berdasarkan karakteristik penelitian tersebut, sesuai dengan teori yang dipaparkan Yin (1994), strategi penelitian yang sesuai adalah studi kasus. Obyek studi kasus penelitian ini adalah PT General Electric Lighting Indonesia (GELI), yaitu perusahaan PMA asal Amerika Serikat yang memproduksi lampu incandescent dan lampu fluorescent. Alasan pemilihan GELI sebagai obyek studi, pertama GELI merupakan bagian dari GE Indonesia, dimana GE Indonesia merupakan perusahaan yang menerapkan Six Sigma pertama di Indonesia, alasan kedua GELI
telah menerapkan Six Sigma selama tujuh tahun, sehingga telah melalui tahap pengenalan, tahap adopsi, tahap adaptasi, dan tahap implementasi secara lengkap.
Pengumpulan data di lapangan dilakukan di Divisi Manufaktur dan Divisi Non Manufaktur GELI sesuai dengan protokol penelitian yang berisi variabel dan atribut penelitian yang mengacu pada model penelitian. Variabel dan atribut penelitian dipaparkan pada Bab III,
protokol penelitian dipaparkan pada
Lampiran A. Hasil pengumpulan data yang terkait dengan aktivitas dan proses implementasi Six Sigma di Divisi Manufaktur dan Divisi Non Manufaktur GELI dipaparkan pada Bab IV.
c. Pertanyaan pendukung yang ketiga : bagaimana pencapaian kualitas perusahaan selama mengimplementasikan Six Sigma ? Untuk menjawab pertanyaan ketiga tersebut dilakukan evaluasi diri untuk mengukur pencapaian kualitas Divisi Manufaktur dan Divisi Non Manufaktur GELI. Evaluasi diri dilakukan dengan matriks kualitas dan matriks kinerja DQA. GELI telah memperoleh ISO 9000:2000. Perusahaan yang telah memperoleh ISO 9000 dan telah menjalankan semua prosedurnya dengan benar akan berada pada level orientasi sistem. Dari hasil pengukuran, kedua divisi masih berada pada level orientasi proses.Terdapat dua sebab yang menghambat kedua divisi GELI berorientasi sistem. Sebab pertama yaitu keterbatasan GELI sebagai bagian dari GEL korporasi, dimana ada beberapa hal yang ditentukan oleh GEL korporasi. Sebab yang kedua yaitu terdapat hal-hal yang belum dilaksanakan secara optimal oleh kedua divisi selama mengimplementasikan manajemen kualitas Six Sigma. Hambatan-hambatan tersebut telah dirangkum dan dipaparkan pada Bab V Sub Bab IV.3 Analisis Evaluasi Performansi.
d. Pertanyaan Utama Setelah masing-masing pertanyaan pendukung terjawab, maka selanjutnya menjawab pertanyaan utama penelitian yaitu faktor-faktor pendukung proses implementasi Six Sigma di perusahaan. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, dilakukan analisis sesuai dengan model penelitian, dimana pembahasan dilakukan terhadap process, content dan context serta keterkaitan dan pengaruh
ketiganya selama proses implementasi Six Sigma di Divisi Manufaktur dan Divisi Non Manufaktur GELI. Analisis tersebut dipaparkan pada Bab V. Selanjutnya dipaparkan diskusi yang membahas faktor-faktor penting yang mendukung berdasarkan pengalaman GELI menerapkan Six Sigma selama kurang lebih tujuh tahun. Uraian diskusi dipaparkan pada Bab V Sub Bab V.4 Diskusi.
Hasil sintesa diskusi pada Bab V teridentifikasi faktor-faktor penting yang mendukung proses implementasi Six Sigma pada setiap tahap yang dipaparkan sebagai berikut : Tahap Pengenalan Tahap pengenalan merupakan fase dimana perusahaan mulai mengenal konsep dan metode Six Sigma. Berdasarkan paparan pada Sub Bab V.4 Diskusi, faktor yang mendukung proses implementasi Six Sigma pada tahap ini : -
Komitmen pimpinan Pimpinan berperan utama dalam memutuskan penerapan Six Sigma sebagai strategi manajemen kualitas di perusahaan. Pimpinan menentukan waktu, dana, dan metode pengenalan Six Sigma kepada anggota perusahaan yang lain.
-
Proses pelatihan Pada tahap pengenalan, pelatihan merupakan media untuk membentuk pemahaman peserta, dimana dalam kasus ini peserta pelatihan adalah tim pimpinan perusahaan. Trainer atau pelatih memegang peranan penting untuk kesuksesan proses pengenalan Six Sigma, dimana pelatih harus mampu memberikan contoh-contoh yang relevan dengan proses di perusahaan serta mampu menghubungkan metode pelatihan dengan kondisi nyata. Hal penting kedua terkait dengan proses pembelajaran melalui media pelatihan pada tahap pengenalan adalah materi pelatihan. Materi pelatihan yang diajarkan dimulai dari materi dasar yang benarbenar dibutuhkan oleh perusahaan.
Tahap Adopsi
Tahap adopsi merupakan fase dimana perusahaan mengambil metode Six Sigma tertentu yang telah diperkenalkan dan dirasakan atau diperkirakan sesuai untuk diterapkan Pada tahap ini, faktor yang mendukung proses implementasi Six Sigma di perusahaan : -
Komitmen dan awareness pimpinan Pemahaman pimpinan terhadap konsep dan metode Six Sigma serta pemahaman terhadap proses masing-masing departemen penting untuk memutuskan metode yang diadopsi oleh perusahaan.
Tahap Adaptasi Tahap adaptasi adalah fase dimana perusahaan menyesuaikan metode yang diadopsi dengan kondisi, proses, serta karakteristik spesifik yang ada di perusahaan. Pada tahap ini, faktor yang mendukung proses implementasi Six Sigma di perusahaan : -
Komitmen pimpinan Pada tahap ini dilakukan penyesuaian terhadap metode yang telah diadopsi dengan operasionalisasi di perusahaan. Komitmen pimpinan dibutuhkan untuk memimpin perubahan dan penyesuaian tersebut.
-
Proses Pembelajaran Penyesuaian atau perubahan yang dilakukan didasarkan dari pembelajaran oleh anggota organisasi. Media yang dapat dipergunakan untuk memfasilitasi pembelajaran antara lain pertemuan reguler yang diikuti oleh anggota perusahaan. Pada tahap ini, feedback dari anggota perusahaan terkait dengan penyesuaian Six Sigma di masing-masing divisi perusahaan penting diperhatikan untuk mendukung perubahan.
-
Agen Six Sigma Pada tahap ini,
perbaikan proses melalui proyek Six Sigma mulai
dijalankan. Pada tahap ini pula, proses internalisasi dan sosialisasi dilakukan untuk seluruh anggota perusahaan. Terkait dengan proses tersebut, maka agen Six Sigma terutama Black Belt dan Green Belt mendukung proses implementasi pada tahap ini. Black Belt sebagai pemimpin proyek harus paham terhadap proses yang berjalan. Selain itu Black Belt juga berperan untuk melatih Green Belt, sehingga pemilihan
individu untuk menjadi Black Belt harus sesuai dengan proses utama yang dikerjakan. Pada tahap ini Green Belt berperan untuk memberikan feedback terkait dengan proses penyesuaian metode Six Sigma dengan operasionalisasi masing-masing divisi perusahaan. -
Dukungan fasilitas komunikasi Pada tahap ini, diperlukan dukungan fasilitas komunikasi untuk mempercepat pertukaran informasi terkait pembelajaran pimpinan dan staf, dimana pada tahap ini terjadi perubahan-perubahan untuk penyesuaian metode Six Sigma
Tahap Implementasi Tahap implementasi merupakan fase dimana perusahaan menerapkan metode Six Sigma untuk perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) di seluruh level bisnis perusahaan. Pada tahap ini, faktor yang mendukung proses implementasi Six Sigma di perusahaan : -
Komitmen pimpinan Pada tahap ini, pimpinan harus membuktikan komitmennya dengan turut terlibat dalam proses perbaikan berkelanjutan dan harus konsisten menjalankan apa yang dikomunikasikan.
-
Struktur organisasi Six Sigma Struktur organisasi Six Sigma yang terdiri dari agen-agen Six Sigma yang sesuai dengan proses bisnis perusahaan mendukung penerapan Six Sigma pada
tahap
implementasi.
Apabila
perusahaan
bermaksud
untuk
mengimplementasikan Six Sigma pada keseluruhan proses bisnisnya, maka agen Six Sigma dalam struktur organisasi Six Sigma harus sesuai dengan proses bisnis perusahaan. Black Belt manufaktur mendukung proyek Six Sigma di Divisi Manufaktur, dan Black Belt komersil mendukung proyek Six Sigma di Divisi Komersil atau Divisi Non Manufaktur. -
Kebijakan Perusahaan Kebijakan perusahaan yang sejalan dengan manajemen kualitas Six Sigma, antara lain kebijakan staf yang mewajibkan staf perusahaan untuk terlibat dalam proses perbaikan dengan mengerjakan proyek Six Sigma
mendukung pada tahap implementasi. Hal ini merupakan mekanisme yang mendukung anggota perusahaan untuk menjalankan perbaikan secara berkelanjutan. -
Manajemen Personalia Perusahaan harus menyadari bahwa karyawan adalah aset perusahaan yang menjadi kunci keberhasilan perusahaan jangka panjang, sehingga keterlibatan mereka menjadi faktor pendukung implementasi Six Sigma. Mekanisme yang dapat mendukung proses implementasi pada tahap ini adalah mekanisme paksaan (coercive mechanism) dan mekanisme promosi (promotion mechamism). Mekanisme paksaan yang dapat mendukung berjalannya proyek Six Sigma sebagai upaya perbaikan proses antara lain penilaian, penghargaan, dan jenjang karir karyawan yang dihubungkan dengan Six Sigma. Mekanisme promosi yang mendukung antara lain melakukan kegiatan cerdas cermat, kuis, kompetisi, dan buletin Six Sigma yang sifatnya memotivasi staf untuk terlibat dalam proyek Six Sigma.
-
Manajemen Proses Perbaikan proses dalam strategi Six Sigma dilakukan dengan prosedur DMAIC. Diperlukan konsistensi dalam menjalankan setiap langkah pada DMAIC untuk mendukung pelaksanaan proyek Six Sigma, dan karena proyek Six Sigma dilakukan dalam tim, maka hal kedua yang mendukung tahap implementasi terkait dengan manajemen proses Six Sigma adalah kerja sama tim.
-
Manajemen Sumber Daya Pengelolaan sumber daya diperlukan untuk mendukung manajemen proses. Faktor yang mendukung tahap implementasi adalah dana untuk mendukung proyek perbaikan yang dijalankan oleh tim. Informasi juga menjadi faktor pendukung dalam menjalankan proyek Six Sigma, dimana bertukar informasi merupakan pendukung proses pembelajaran anggota perusahaan.
-
Proses Pembelajaran Pada tahap ini, pembelajaran perusahaan harus tetap berjalan untuk mendukung perbaikan yang berkesinambungan. Pertemuan reguler untuk mempresentasikan proyek Six Sigma yang akan dan sedang berjalan
mendukung
proses
pembelajaran
anggota
perusahaan
dalam
mengimplementasikan Six Sigma. -
Quality Awareness Quality awareness berhubungan dengan kesadaran pentingnya kualitas sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pekerjaan. Quality awareness dimanifestasikan dalam perilaku karyawan untuk melakukan perbaikan proses
secara
berkesinambungan.
Agar
proses
perbaikan
berkesinambungan melalui proyek Six Sigma berjalan, maka quality awareness yang fokus pada orientasi proses penting untuk dibentuk dalam perusahaan.
VI.2 Saran Saran yang diberikan terdiri dari saran bagi perusahaan yang telah dan akan menerapkan Six Sigma dan saran bagi penelitian selanjutnya. a. Saran Bagi Perusahaan Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka perusahaan yang telah dan akan menerapkan Six Sigma sebagai strategi manajemen kualitasnya dapat memperhatikan hal-hal yang telah dirumuskan diatas sebagai faktor pendukung proses implementasi Six Sigma. Perusahaan perlu memperhatikan proses, yaitu pembelajaran sebagai dasar perubahan. Content yang perlu dibentuk yaitu komitmen pimpinan, struktur organisasi Six Sigma, mekanisme untuk melibatkan seluruh karyawan perusahaan, pengelolaan proses dengan metode DMAIC yang konsisten serta didukung oleh kerja sama tim, manajemen sumber daya yaitu dengan memberikan alokasi dana yang cukup untuk proyek-proyek Six Sigma guna perbaikan proses dalam perusahaan serta pengelolaan informasi untuk mendukung pembelajaran selama penerapan Six Sigma, dan yang penting lagi adalah terbentuknya context perilaku anggota perusahaan yang sadar terhadap kualitas yang dimanifestasikan dalam perilaku perbaikan berkesinambungan.
b. Saran Penelitian Selanjutnya 1. Proses implementasi terkait dengan perubahan, dimana untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendukung implementasi diperlukan lebih dari sekedar analisis
sesaat (snap shot analysis) karena harus dapat dirunut dari waktu ke waktu. Longitudinal case study adalah metode yang dipergunakan pada penelitian ini untuk merunut peristiwa yang terjadi mulai tahap pengenalan, tahap adopsi, tahap adaptasi hingga tahap implementasi Six Sigma. Pada penelitian ini, analisis aktivitas pada tahapan tersebut didasarkan dari eksplorasi dokumen, wawancara, observasi dan kuesioner yang dilakukan pada saat ini. Untuk hasil yang lebih akurat, maka disarankan untuk penelitian yang terkait dengan proses perubahan yang menggunakan longitudinal case study dilakukan analisis dari waktu ke waktu seiring dengan proses yang dilakukan oleh perusahaan.
2. Model penelitian yang disusun pada penelitian ini dipakai untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor pendukung keberhasilan proses implementasi Six Sigma. Model penelitian ini dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor pendukung keberhasilan proses implementasi strategi manajemen kualitas yang lain maupun implementasi suatu teknologi baru pada perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdelhamid, Tariq.S., (2002), Six Sigma in Lean Construction Systems : Opportunities and Challanges, Proceedings of the 10th Conference of the International Group for Lean Construction, pp.6-8, Gramado, Brazil. 2. Akpolat, H., (2005), Making Six Sigma Work, Proceeding of the Six Sigma Seminar, pp. 1-23, Bandung, Indonesia. 3. Antony, J., dan Banuelas, R., (2002), Key Ingredients for The Effective Implementation of Six Sigma Program, Measuring Business Excellence, 6(4), pp.20-27, MCB University Press. 4. Antony, J., (2002), Design For Six Sigma : A Breakthrough Business Strategy for Achieving Competitive Advantage, Work Study, 51(1), pp. 6-8, MCB University Press. 5. Banuelas, R., dan Antony, J., (2003), Going From Six Sigma To Design For Six Sigma : An Exploratory Study Using Analytic Hierarchy Process, The TQM Magazine, 15(5), pp. 334-344, MCB University Press. 6. Batten, J.D., (1994), Building A Total Quality Culture, Crisp Publication. 7. Budiman, A.F., (2002), Penerapan Metode Six Sigma Sebagai Metode Peningkatan Kualitas untuk Menurunkan Jumlah Cacat Benang Jenis Periodik Pada Produk Kain Denim (Studi Kasus : PT. Grant Textile Industry), Tesis-S2 Teknik dan Manajemen Industri ITB. 8. Bohoris, G.A., (1995), A Comparative Assesment of Some Major Quality Awards, International Journal of Quality and Reliability Management, 12(9), pp.30-43. 9. Bounds et al (1994), Beyond Total Quality Management, McGraw Hill, New York. 10. Burill, C.W., Ledolter, J., (1999), Achieving Quality Through Continual Improvement, John Willey and Son, Inc. 11. Crosby, Philip B., (1979), Quality is Free, McGraw-Hill Book Company, New York. 12. Dachyar, M., dan Ellis, (2004), Measurement The Level Importance of Management Information System (MIS) Roles For Six Sigma Implementation, Proceedings of the 7th Quality in Research, pp.201-210, Jakarta, Indonesia. 13. Dawson, P., (1994), Organizational Change : A Processual Approach, Paul Chapman Publishing, London.
14. Eckes, G., (2002), Making Six Sigma Last (and Work), Ivey Business Journal : Improving The Practise of Management, January/February, pp.77-81. 15. Evans, J., dan Mavondo, F., (2000), An Alternative Operationalisation Of Cultural Distance, International Marketing Review, (4/5): 373-391. 16. Feigenbaum, A.V., (1983), Total Quality Control, McGraw-Hill Book Company, New York. 17. Fisher, D.,dan W.R Torbert, Personal and Organizational Transformations, McGraw-Hill Book Company, London, 1995. 10. Fornari, A., (2004), Lean Six Sigma Leads Xerox, Six Sigma Forum Magazine, August, pp. 11-16, www.ASG.org. 11. Garvin, D.A., Competing on the Eight Dimension of Quality, Harvard Business Review, November – Desember 1984, 1984. 12. George, J.M., dan Jones, G., (1998), The Role of Affect in Cross-Cultural Negotiations, Journal of International Business Studies, Vol.29, pp.749-772. 13. Goeldstein, M., (2001), Six Sigma Program Success Factors, Six Sigma Forum Magazine, November, pp : 36 -45, www.ASG.org. 14. Goetsch dan Davis, (2000), Quality Management, Prentice-Hall, Inc. 15. Goh, T.N, (2001), The Eight Sigma Organization, Keynote Paper : Singapore Quality Institute Symposium, Singapore. 16. Greenberg, Jerald., (2002), Managing Behavior in Organizations. 3rd edition. New Jersey : Prentice Hall. 17. Hafriany, V., (2002), Pengukuran Kualitas Organisasi untuk Penilaian Diri (Self Assesment) Menggunakan Model European Quality Award (Studi Kasus : PT. PPL), Tesis-S2 Teknik dan Manajemen Industri ITB. 18. Hardjono, T.W., S. Ten Have, dan W.D. Ten Have, (1996), The European Way to Excellence, Directorate-General III Industry, European Commission. 19. Harry, M., dan Schroeder, R., (2000), Six Sigma : The Breakthrough Management Strategy Revolutionizing The World’s Corporations, Currency Doubleday, New York. 20. Hidayat, U.B., (2002), Budaya Perusahaan : Perusahaan Manufaktur dan Perusahaan Jasa, Jurnal Teknik dan Manajemen Industri, 22(3), pp.35-45, ITB. 21. Hofstede, G., (2001), Culture’s Consequences, 2nd edition, Sage Publication, Thousand Oaks.
22. Irawan, Y.P., (2004), Penggunaan Metode Six Sigma Dalam Proses Komersial Peremajaan Lokomotif di PT. Kereta Api (Persero), Tesis S-2 Magister Manajemen ITB. 23. Irianto, D., (2005), Quality Management Implementation (A Multiple Case Study in Indonesian Manufacturing Firms), PhD Dissertation, Universiteit Twente, Enschede. 24. Juran, J.M., (1992), Juran on Quality by Design, The Free Press, New York. 25. Kermani, Amir.H.M., (2003), Empowering Six Sigma Methodology via The Theory of Inventive Problem Solving (TRIZ), Iran Institutes of Innovation and Technology Studies. 26. Kinicki, Angelo dan Robert Kreitner, (2003), Organizational Behavior : Key Concepts, Skills, and Best Practices. McGraw-Hill Companies, Inc. 27. Killman, R.H., Saxton, M.J., dan Serpa, R., (1985), Gaining Control of Corporate Culture, Jossey-Bass, Inc., California. 28. Koeleman, W.Ph.Th., (1995), Change in Quality Control : A Study of Implementation of Quality Control in Medium-sized Industrial Enterprises from A Change Management Perspective, Doctoral Dissertation, Universiteit Twente, Enschede. 29. Kogut, Bruce and Singh, Harry (1988),The Effect of National Culture on The choice of entry mode, Journal of International Business Studies, 19(3): 411432. 30. Luthans, Fred., (2002), Organizational Behavior. McGraw-Hill, Inc. 31. Irianto, D.dan Mahemba, C.M., (2003), Innovation or Quality Management : Learning from SME Manufacturing in Tanzania, Proceeding Seminar Sistem Produksi VI, pp. 497-504, Surabaya, Indonesia. 32. Mazur, Glenn.H., (2002), QFD and Design For Six Sigma, Proceedings of the 8th International Symposium on QFD, QFD Institute Deutschland, Munich, Germany. 33. Nonaka, I., dan H. Takeuchi, (1995), The Knowledge Creating Company, Oxford University Press, New York. 34. Oakland, J., (1994), Total Quality Management, Butterworth-Heinemann. 35. Pande, Peter.S., Neuman, Robert.P., Cavanagh, R.R., (2002), The Six Sigma Way, Andi Yogyakarta.
36. Pedler, M., Burgoyne, J., dan Bogdell, T., (1996), The Learning Company. A Strategy for Sustainable Development, London : McGraw-hill. 37. Pettigrew, A., dan Whipp, R., (1991), Managing Change for Competitive Success, Blackwell Business. 38. Porter dan Tenner, (1993), Assesing Business Excellence, ButterworthHeinemann. 39. Quinn, R.E., dan J.Rohrbaugh, (1983), A Spatial Model of Effectiveness Criteria : Toward a Competing value Approach to Organizational Analysis, Management Science, 29(3), pp.363-377. 40. Reeves, Carol A., dan Bednar, (1994), Defining Quality : Alternatives and Implications, Academy of Management Review, Vol.19(3), pp.419-445. 41. Robbins, Stephen P. Organizational Behavior. Prentice Hall. 2003 42. Salurantee, E., (2001) Penerapan Metode Six Sigma Sebagai Metode Pengendalian dan peningkatan Kualitas Untuk Meminimasi Cacat Pin Pendek pada Produk Fly Back Transformator, Tesis-S2 Teknik dan Manajemen Industri ITB. 43. Saputra, T.D., (2004), Implementasi Six Sigma PT. General Electric Lighting Indonesia, Tesis-S2 Magister Manajemen UGM. 44. Saraph, J.V., dan Sebastian, R.J., (1993), Developing A Quality Culture, Quality Progress, pp 73-78. 45. Schein, E.H., Organizational Culture and Leadership, 2nd edition, Jossey-Bass Publisher, San Francisco, 1992. 46. Senge, P.M., The Fifth Discipline, Doubleday Books, New York, 1990. 47. Simon, K., (2005) What is DFSS ? And how does Design For Six Sigma Compare to DMAIC, Work Study, www.isixsigma.com. 48. Snyder, N.H.,Dowd, J.J.Jr., dan Houghton, D.M., (1994), Vision, Values and Courage : Leadership for Quality Management, Free Press. 49. Swieringa, J., dan Wierdsma, A.,(1992), Becoming A Learning Organization, Addison Wesley Publising, Wokingham. 50. Taguchi, G., (1987), Introduction to Quality Engineering, Asian Productivity Organization, Tokyo. 51. Taylor, W.A.,(1996), Sectoral Differences in Total Quality Management Implementation : the influence of management mind-set, Total Quality Management, 7(3), pp.235-248.
52. Tjakraatmaja, J.H., dan Suyanto, T., (2004), Hubungan Pengaruh Karakteristik Perusahaan Hidup dengan Performansi Perusahaan, Jurnal Manajemen Teknologi, 5(2).pp 9-15, ITB. 53. Tjiptono, F., dan Diana A., (2000), Total Quality Management, ANDI Yogyakarta. 54. Triandis, Harry C. (1982). Culture's consequences. Human Organization, 41(1): 86-90. 55. Wahyudi, B., (2002), Analisis Terhadap Faktor yang Berpengaruh dalam Implementasi TQM (studi kasus PT PPL), Tesis S-2 Teknik dan Manajemen Industri ITB. 56. Yin, R.K., (1994), Case Study Research : Design and Methods, 2nd edition, Sage Publications, Newbury Park. 57. Yoo, Boonghee dan Donthu, Naveen (1998), Validating Hofstede's fivedimensional measure of culture at the individual level, American Marketing Association, Summer Marketing Educators' Conference, Boston, MA. 58. Zeithaml, V.A., A. Parasuraman, dan L.L Berry, (1990), Delivering Quality Service: Balancing Customer Perceptions and Expectations, Free Press, Bradford.