ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KINERJA TEKNOLOGI INFORMASI OFFICE CHANNELING DALAM USAHA BANK (Studi Kasus: BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan)
ISMAIL 104081002434
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KINERJA TEKNOLOGI INFORMASI OFFICE CHANNELING DALAM USAHA BANK (Studi Kasus: BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan ) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Ismail NIM:104081002434
Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP 150317955
Pembimbing II
Arief Mufraini, Lc, Msi NIP 150330729
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M Hari ini Selasa Tanggal 29 Bulan April Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Ismail NIM:104081002434 dengan judul Skripsi ”ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
KINERJA
TEKNOLOGI
INFORMASI
OFFICE
CHANNELING DALAM USAHA BANK” (Studi Kasus: BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan).Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 April 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Indo Yama Nasarudin, SE, MAB
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli
Hari ini Rabu Tanggal 27 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Ismail, NIM: 1040810024343 FAKTOR-FAKTOR
KINERJA
dengan judul skripsi. ”ANALISIS
TEKNOLOGI
INFORMASI
OFFICE
CHANNELING DALAM USAHA BANK” (Studi Kasus: BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan). Memperhatikan kemampuan keilmuan di bidang manajemen, hasil ujian skripsi anda dinyatakan lulus, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 27 Agustus 2008
Tim Penguji Skripsi
Arief Mufraini, Lc, Msi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
ABSTRACT The purpose of this research is to analysis factors in Information Technology consisting of Technological Factor, Factor Behavior of Client, Competitor Factor, Factor Internal Bank for knowing which factor very important role in supporting Office Channeling at BNI Syariah. Data which applied is primary data. Sample which checked counted 140 respondent. Number of variables which checked counted 16 variables. Data which obtained counted 40 respondent in test with validity test. Validity test result indicate that out of 16 variable only 15 variable available for analysed furthermore. The rest of one variable is spent by not be valid or cannot be applied by the correlation coefficient worth is less than r table ( 0.312) that is variable Service of Mobile Banking ( A4) with worth of 0.132 or the significant is more than 0.05 that is 0.418, though rule of significant for validity is less than 0.05. Data which obtained counted 100 respondent with amount of variables counted 15 variables then analysed with factor analysis at programs SPSS 16.0 For Windows. Research earnings yield indicate that result out of 15 variable spread over into 4 factor, from factor analysis test obtained by earnings yield that out of 15 variable which analysed with model and grouped into 4 factor which is factors in Technology Information supporting Office Channeling. The factors is Information Technology factor with eigen value 5.878, Technological factor with eigen value 1.303, factor Internal Bank and Competitor with eigen value 1.235, Competitor factor with eigen value 1.106. The 4 factor is obtained based on at worth eigen value bigger than one. The factor which dominate is Information Technology factor with eigen value 5.878 and presentase variant of 39,188%. Keyword : Information Technology, Technological Factor, Factor Behavior of Client, Competitor Factor, Factor Internal Bank, Office Channeling.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor dalam Teknologi Informasi yang terdiri dari faktor Teknologi, faktor Perilaku Nasabah, faktor Pesaing, faktor Internal Bank untuk mengetahui faktor yang paling berperan penting dalam menunjang Office Channeling pada BNI Syariah. Data yang digunakan adalah data primer. Sampel yang diteliti sebanyak 140 responden. Jumlah variabel yang diteliti sebanyak 16 variabel. Data yang diperoleh sebanyak 40 responden di uji dengan uji validitas. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 16 variabel hanya 15 variabel yang dapat dianalisis lebih lanjut. Sisanya 1 variabel dikeluarkan karena tidak valid atau tidak dapat digunakan karena nilai koefisien korelasinya kurang dari r tabel (0.312) yaitu variabel Pelayanan Mobile Banking (A4) dengan nilai 0.132 atau signifikansinya lebih dari 0.05 yaitu 0.418, padahal ketentuan signifikan untuk validitas adalah kurang dari 0.05. Data yang diperoleh sebanyak 100 responden dengan jumlah variabel sebanyak 15 variabel selanjutnya dianalisis dengan analisis faktor pada program SPSS 16.0 For Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil dari 15 variabel tersebar ke dalam 4 faktor. Dari uji analisis faktor diperoleh hasil bahwa dari 15 variabel yang dianalisa dengan model dan dikelompokkan ke dalam 4 faktor yang merupakan faktor-faktor dalam teknologi informasi yang menunjang Office Channeling. Faktor-Faktor tersebut adalah faktor Teknologi Informasi dengan eigen value 5.878, faktor Teknologi dengan eigen value 1.303, faktor Internal Bank dan Pesaing dengan eigen value 1.235, faktor Pesaing dengan eigenvalue 1.106. ke 4 faktor diperoleh berdasarkan pada nilai eigen value lebih besar dari satu. Faktor yang mendominasi adalah faktor Teknologi Informasi dengan eigen value 5.878 dan presentase varian 39,188%. Kata kunci :Teknologi Informasi, Faktor Teknologi, Faktor Perilaku Nasabah, Faktor Pesaing, Faktor Internal Bank, Office Channeling.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang telah diberikan. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Perkenankan penulis menyampaikan ucapan terimakasih atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang turut andil dalam proses penulisan skripsi ini sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Kinerja Teknologi Informasi Dalam Usaha Bank”, semoga Allah SWT membalas kebaikannya dengan balasan yang lebih baik, mereka adalah: 1. Orang tuaku tersayang, ayahanda H. Abdussamad dan Ibunda Hj. Faridah yang senantiasa memberikan doa, motivasi, dan menyediakan apa yang dibutuhkan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Ketua Jurusan Manajemen, selaku pembimbing I dan selaku pembimbing II Bpk Arief Mufraini Lc,Msi, Bpk Indoyama SE.,MAB yang selalu memberikan inspirasi-inspirasi bermakna kepada penulis dalam segala waktu dan kesempatan. 3. Bapak Drs. Moh Faisal Badroen, MBA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial dan Bapak Dr. Abdul Abdul Hamid, Ms., selaku pembantu dekan akademik yang telah memberikan banyak pengetahuan yang sangat bermanfaat kepada penulis dan mebimbing para mahasiswanya untuk menjadi yang terbaik 4. Kakak-kakakku, dingsanak-dingsanakku, dan adding-adingku terima kasih buat semua sayang dan dukungannya selama ini sampai akhirnya ismail dapat menyelesaikan kuliah Ismail.
5. Sahabatku beserta keluarga besar mereka yang selalu ada setiap kubutuhkan. Dan yang spesial tak lupa Dony, Abi, Miftah, Faridz, Agung, Badai, Abud, Akbar, Taufik.dan lainlain yang tidak bias disebutkan namanya satu persatu. 6.
kakek Thamrin dan nini, OmYusuf dan Mbak Tati, Akh, Om Thabrani, Om Ishak,Om Nang Subhan beserta keluarga, Wahyuni, dan yang lainnya yang turut memberikan motivasi dan saran dalam penul;isan skripsi ini. I v U all. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, dengan itu diharapkan sarannya
dan semoga dapat berguna kepada siapa saja yang membutuhkan. “:Sesungguhnya hanya Allah SWT yang memiliki Maha Kesempurnaan dan Kebenaran, dan hanya manusialah letak beribu kekurangan dan kesadaran”. Wassallumualaikum…
Daftar Isi Hal Daftar Riwayat Hidup.......................................................................................
i
Abstract.............................................................................................................
ii
Abstrak..............................................................................................................
iii
Kata Pengantar..................................................................................................
iv
Daftar Isi............................................................................................................
vi
Daftar Tabel....................................................................................................... viii Daftar Gambar...................................................................................................
x
Daftar Lampiran................................................................................................
xi
BAB I Pendahuluan....................................................................................................
1
A. Latar Belakang Penelitian.....................................................................
1
1. Identifikasi Masalah.........................................................................
6
2. Batasan Masalah..............................................................................
7
B. Perumusan Masalah.............................................................................
7
C. Tujuan dan Manfaat.............................................................................
8
BAB II Tinjauan Pustaka............................................................................................
10
A. Pengertian Bank Syariah........................................................................
10
B. Pengembangan Office Channeling.........................................................
11
1. Arah Kebijikan Bank Syariah.........................................................
14
2. Office Channeling dan Implikasinya Terhadap Pengembangan
17
Bank Syariah................................................................................... a. Implikasi Strategis Kebijakan Office Channeling....................
19
b. Pandangan Negatif Terhadap Kebijakan Office Channeling...
22
C. Peran Teknologi Informasi Dalam Usaha Bank.....................................
28
1. Perubahan Teknologi......................................................................
29
2. Perubahan Perilaku Nasabah..........................................................
32
3. Perubahan Pesaing..........................................................................
34
4. Kondisi Internal Bank..................................................................... D. Penelitian Terdahulu.............................................................................. E. Kerangka Pemikiran............................................................................... F. Hipetesis.................................................................................................
36 39 39 42
BAB III Metodologi Penelitian..................................................................................... A. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................... B. Metode Penentuan Sampel..................................................................... C. Metode Pengumpulan Data....................................................................
43 43 43 46
D. Metode Analisis Data............................................................................. E. Operasional Variabel Penelitian.............................................................
51 62
BAB IV Penemuan dan Pembahasan........................................................................... A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian............................................. 1. Sejarah Singkat PT.BNI (Persero) Tbk............................................... 2. Sejarah Singkat PT.BNI (Persero) Tbk. (KCS) Jakarta Selatan.......... 3. Visi dan Misi PT.BNI (Persero) Tbk Divisi Unit Usaha Syariah....... a. Visi................................................................................................ b. Misi................................................................................................ B. Uji Validitas dan Reliabilitas.................................................................... 1. Validitas................................................................................................ 2. Reliabilitas............................................................................................ C. Penemuan dan Pembahasan...................................................................... 1. Analisis Deskriptif Statistik.................................................................. 2. Hasil analisis Faktor.............................................................................
64 64 64 66 67 67 67 67 67 69 69 69 84
BAB V Kesimpulan dan Implikasi.............................................................................. 103 A. Kesimpulan............................................................................................... 103 B. Implikasi................................................................................................... 104 Daftar Pustaka................................................................................................... Lampiran-Lampiran..........................................................................................
109 113
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 2.1 Moment Terpenting Kebijakan pengembangan Bank Syariah Di Indonesia......................................................................................................
17
Gambar 2.2 Gambaran dalam penentuan halal dan haramnya suatu transaksi...................................................................................................
24
Grafik 4.1
92
Scree Plot.....................................................................................
DAFTAR TABEL Hal Tabel 4.1 Uji Validitas.....................................................................................
68
Tabel 4.2 Reliability Statistics.........................................................................
69
Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Statistik Jenis Kelamin......................................
70
Tabel 4.4 Analisis Deskriptif Statistik Periode Menjadi Nasabah...................
70
Tabel 4.5 Analisis Deskriptif Statistik Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi)........................................................................................................
71
Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Statistik Perkembangan Layanan perbankan (Teknologi)........................................................................................................
72
Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Statistik Transaksi Perbankan (Teknologi).......
72
Tabel 4.8 Analisis Deskriptif Statistik Produk-Produk Perbankan (Perilaku Nasabah)...........................................................................................................
73
Tabel 4.9 Analisis Deskriptif Statistik Perluasan Akses Nasabah (Perilaku Nasabah)............................................................................................................
74
Tabel 4.10 Analisis Deskriptif Statistik Kebutuhan Produk perbankan (Perilaku Nasabah)............................................................................................
75
Tabel 4.11 Analisis Deskriptif Statistik Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah)............................................................................................................
76
Tabel 4.12 Analisis Deskriptif Statistik Pelayanan yang Istimewa (Pesaing)..
77
Tabel 4.13 Analisis Deskriptif Statistik Kemudahan Bertransaksi (Pesaing)...
78
Tabel 4.14 Analisis Deskriptif Statistik Kemampuan Bersaing (Pesaing)........
78
Tabel 4.15 Analisis Deskriptif Statistik Kemampuan mengungguli (Pesaing).
79
Tabel 4.16 Analisis Deskriptif Statistik Reputasi Bagus (Internal Bank).........
80
Tabel 4.17 Analisis Deskriptif Statistik Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank)..................................................................................................
81
Tabel 4.18 Analisis Deskriptif Statistik Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank)................................................................................
82
Tabel 4.19 Analisis Deskriptif Statistik Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank)..................................................................................................
83
Tabel 4.20 KMO and Bartlett’s Test................................................................
84
Tabel 4.21 Communalities...............................................................................
87
Tabel 4.22 Total Variance Explained...............................................................
90
Tabel 4.23 Component Matrix.........................................................................
93
Tabel 4.24 Rotated Component Matrix............................................................
96
Tabel 4.25 Component Transformation Matrix ...............................................
101
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI Nama Lengkap
: Ismail
Tempat/Tanggal Lahir
: Muara teweh, 22 April 1985
Alamat
: Jl.Ciputat Raya,No 1,Rt 05 Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan
Telp & HP
: (021) 70503705 & 085283251322
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Kebangsaan
: Indonesia
Moto Hidup
: “sebaik-baik manusia adalah manusia yang
bermanfaat
bagi manusia yang lainnya”.
II. PENDIDIKAN 1. Madrasah Ibtidayah Negeri Muara Teweh 2. Madrasah Tsanawiyah Negeri Muara Teweh 3. Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri Martapura 4. UIN (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah) Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Menjadi Bendahara pada OSIS Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri (MAKN) martapura
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tanggal 25 Maret 1992 menandai adanya kesepakatan rakyat dan bangsa Indonesia untuk menerapkan dual banking system atau sistem perbankan ganda di Indonesia. Sejak saat itu semestinya semua instansi terkait menyesuaikan diri dalam segala kegiatannya dengan paradigma baru ini termasuk di dunia pendidikan. Bisa dibayangkan, betapa memalukannya ketika suatu institusi pendidikan melepaskan lulusannya ke masyarakat, dan ternyata mantan anak didiknya itu mendapatkan bahwa di dunia nyata ada yang namanya lembaga keuangan syariah yang tidak pernah mereka kenal sebelumnya sewaktu mereka masih duduk dibangku kuliah. Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tanggal 10 November 1998 menunjukkan semakin mantapnya kesepakatan rakyat dan bangsa Indonesia dengan system perbankan ganda yang telah berlaku sejak lebih dari enam tahun sebelumnya. Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat kepada jasa perbankan syariah, Bank Indonesia membolehkan cabang bank konvensional yang telah memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) untuk juga melayani transaksi syariah (office channelling). Dengan begitu bank tidak perlu lagi membuka cabang UUS di banyak tempat untuk dapat memberikan pelayanan perbankan syariah. Publik perbankan belum begitu familiar dengan istilah office channelling ini. Bahkan, beberapa bankir menilai office channelling ini mirip dengan sistem perbankan dua jendela (two windows system) yang berlaku di Malaysia.
Padahal, sesungguhnya terdapat perbedaan yang mendasar antara office channelling dengan two windows system. Office channelling adalah istilah yang digunakan Bank Indonesia untuk menggambarkan penggunaan kantor bank umum (konvensional) dalam melayani transaksi-transaksi dengan skim syariah, dengan syarat bank bersangkutan telah memiliki Unit Usaha Syariah. Berbeda dengan office channelling versi Indonesia, two windows system yang digunakan di Malaysia, memperbolehkan bank umum (konvensional) yang tidak memiliki UUS atau kantor cabang syariah, untuk melakukan transaksi dengan skim syariah dalam satu kantor (office). Dengan kata lain, dalam satu bank, terdapat dua sistem layanan sekaligus: skim syariah dan konvensional. Menurut Rio Eldianson(2007:1)Perbankan syariah Indonesia kini dituntut untuk melakukan akselerasi. Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter telah memberikan target kepada bank syariah untuk mencapai market share pada level 5,25% pada akhir tahun 2008. Hal ini merupakan program BI untuk meningkatkan peran perbankan syariah di kancah perekonomian nasional serta tingkat signifikansi manfaat perbankan syariah bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hingga akhir tahun 2006, bank syariah telah mencapai market share sebesar 1,6%. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bank syariah yang dicapai masih menyisakan target sebesar 3,65%. Dari market share tersebut, bank syariah memiliki asset sebesar Rp. 26,95 triliun. Target market share sebesar 5,25% menuntut bank syariah harus mewujudkan assetnya lebih dari Rp. 90 triliun pada akhir tahun 2008, dengan begitu bank syariah memiliki sisa target sebesar Rp. 63.05 triliun. Dalam memenuhi sisa tersebut, bank syariah harus meningkatkan pertambahan assetnya mencapai rata-rata sebesar Rp. 7 triliun per triwulan, dalam kurun waktu tahun 2007 sampai akhir tahun 2008. Jumlah
yang tidak sedikit bagi bank syariah untuk memenuhi keinginan dari BI. (H,Nadratuzzaman dalam artikel Rio Eldianson,2007) Jumlah bank syariah yang saat ini terdiri dari 3 Bank Umum Syariah (BUS), ditambah 20 Unit Usaha Syariah (UUS) yang menjadi cabang Bank Konvensional dinilai masih sulit untuk mampu memenuhi target yang telah ditetapkan. Besarnya target yang ditentukan dengan waktu yang tidak begitu lama akan menyebabkan langkah bank syariah terasa begitu berat untuk mewujudkannya. (Rio Eldianson:2007:3) Untuk mencapai market share 5,25% pada akhir tahun 2008 bukanlah perkara mudah, dibutuhkan peran strategis dari dua pelaku utama yaitu pihak pemerintah dan pihak perbankan (praktisi). Dua pihak inilah yang menjadi kunci penting akselerasi perbankan syariah Indonesia menuju market share 5,25 % pada tahun 2008. (Rio Eldianson:2007:3) Adapun perkembangan Office Channeling tentu saja ditunjang berbagai faktorfaktor perbankan yang mendukung program tersebut, salah satunya faktor-faktor teknologi informasi pada suatu bank yaitu faktor teknologi yang tersedia, faktor nasabah pada suatu bank, faktor pesaing,serta faktor internal bank.pada BNI Syariah telah menerapkan program Office Channeling yang diberlakukan oleh Bank Indonesia, namun belum maksimal karena masih banyak kekurangan yang ada, oleh karena itu diperlukan faktor-faktor pendukung program Office Channeling. Adanya berbagai faktor tersebut membuat Office Channeling semakin berkembang. Oleh sebab itu penulis mengambil judul “ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KINERJA TEKNOLOGI INFORMASI OFFICE CHANNELING DALAM USAHA BANK ”, karena penulis
mencoba meneliti apakah
faktor-faktor teknologi informasi tersebut menunjang
diberlakukannya Office Channeling. Penulis juga ingin mengetahui faktor mana saja yang sangat berperan penting terhadap program Office Channeling dan melakukan studi kasusnya di BNI Syariah cabang Jakarta Selatan . Kelebihan dari penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian ini dilakukan terhadap sesuatu yang baru dan masih hangat diperbincangkan oleh pakar-pakar perbankan syariah dan masih menjadi kontroversi bagi sebagian kecil kalangan perbankan syariah dan mencakup ruang lingkup yang sangat luas yaitu perkembangan perbankan syariah secara nasional, sedangkan penelitian yang terdahulu yang telah dilakukan meskipun menggunakan metode penelitian dan analisis yang sama namun penelitian tersebut cuma membahas tentang permasalahan dalam ruang lingkup yang sempit yaitu tentang kepuasan konsumen Warung Internet, Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fajar Suryo Saputro (2007) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Memilih Warnet Pada Warnet Click Net Di Ciputat”. Alat analisis yang digunakan adalah analisis faktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih jasa warnet yang mau dipakai. Dan juga penelitian yang terdahulu dilakukan terhadap pembahasan yang bukan sesuatu permasalahan yang baru. Disamping itu penelitian ini meninjau bagaimana tanggapan masyarakat atau nasabah tentang Office Channeling, karena yang banyak berkomentar tentang Office Channeling adalah cuma para praktisi perbankan syariah dan pihak bank syariah yang terkait dengan program Office Channeling. Oleh sebab itu peneliti ingin menekankan penelitian tentang Office Channeling menurut pendapat para nasabah bank syariah, terutama nasabah BNI Syariah. Pentingnya penelitian ini bahwa sistem Office Channeling yang dikeluarkan oleh BI sebagai Bank Sentral dalam membantu perkembangan perbankan syariah dapat
diterapkan secara maksimal oleh bank terkait dan dapat memudahkan nasabah bank tersebut dalam melakukan transaksi perbankan secara syariah karena tujuan BI dalam menetapkan peraturan sistem Office Channeling adalah untuk mengembangkan dunia perbankan syariah agar dapat lebih maju dan dapat bersaing dengan perbankan konvensional.
1. Identifikasi Masalah Untuk lebih mengenal masalah apa yang diteliti, ada beberapa identifikasi masalah dalam penelitian ini, yakni : a. Office channelling adalah istilah yang digunakan Bank Indonesia untuk menggambarkan penggunaan kantor bank umum (konvensional) dalam melayani transaksi-transaksi dengan skim syariah, dengan syarat bank bersangkutan telah memiliki Unit Usaha Syariah. Berbeda dengan office channelling versi Indonesia, two windows system yang digunakan di Malaysia, memperbolehkan bank umum (konvensional) yang tidak memiliki UUS atau kantor cabang syariah, untuk melakukan transaksi dengan skim syariah dalam satu kantor (office). Dengan kata lain, dalam satu bank, terdapat dua sistem layanan sekaligus: skim syariah dan konvensional. b. Rencana teknologi informasi suatu bank harus mengacu pada rencana strategi dan rencana bisnis bank tersebut. Bank yang telah memiliki rencana strategi baik, belumlah menjamin akan keberhasilannya, sebab masih harus melewati tahap berikutnya yang tidak kalah pentingnya dengan membuat rencana strategi yaitu tahap implementasi strategi (strategic implementation) atas rencana strategi yang telah dibuat, yang harus dilakukan dengan baik dan konsisten,guna untuk
mengantisipasi berbagai perubahan yang sangat cepat dari kondisi lingkungan bank tersebut. c. Seberapa jauh perkembangan program Office Channeling dinilai dari kinerja perencanaan teknologi informasi suatu bank.
2. Batasan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan diatas, maka peneliti memberikan batasan, antara lain: 1. Hanya mencakup bahasan tentang faktor-faktor kinerja teknologi informasi Office Channeling secara umumnya (menentukan faktor utama dan faktor penunjang lainnya terhadap perkembangan Office Channeling) dan tidak membahas terlalu mendalam, adapun pembahasan yang penulis uraikan adalah: a) Faktor teknologi b) Faktor nasabah c) Faktor pesaing d) Faktor internal bank 2. Penelitian dilakukan hanya kepada nasabah BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan
B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang penelitian sebagaimana dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ”Faktor-faktor apa saja yang akan terbentuk dari faktor-faktor Teknologi Informasi dalam usaha bank yang terdiri dari faktor Teknologi, faktor Perilaku Nasabah, faktor Pesaing, faktor Internal Bank dalam menunjang program Office Channeling”.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor dalam teknologi informasi pada suatu bank (yaitu teknologi, perilaku nasabah, pesaing dan internal bank) supaya mengetahui faktor yang paling berperan penting terhadap office channeling pada bank syariah.
2. MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a) Penulis. Untuk mengimplementasikan ilmu yang penulis peroleh selama kuliah pada program S1 jurusan manajemen perbankan. b) PT.Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah Penulis ingin memberikan sumbangan pikiran dari hasil penelitian ini dan semoga dapat dijadikan gambaran dalam menerapkan sistem Office Channeling pada PT. BNI Syariah. Terutama BNI Syariah cabang Jakarta Selatan. c) Bagi masyarakat (nasabah bank syariah). Sebagai
informasi
tambahan
yang
dapat
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi baik dalam hal menabung maupun dalam mengajukan pembiayaan dengan menggunakan program Office Channeling pada PT. BNI Syariah. Terutama Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah cabang Jakarta Selatan. d) Perguruan tinggi.
Penelitian ini akan menambahkan keperpustakaan dibidang manajemen perbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang berisikan suatu studi perbandingan yang bersifat karya ilmiah untuk menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang perbankan syariah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN BANK SYARIAH Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa
lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya yang disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Antonio dan Perwataatmadja (1997) membedakan antara Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syari’ah Islam. Bank Syari’ah adalah (1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam; (2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syari’ah Islam adalah bank yang beroperasinya sesuai prinsip syari’ah Islam adalan bank yang beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syari’ah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dikatakan lebih lanjut, dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktikpraktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatankegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu dikaitkan dengan masalah uang yang merupakan alat pelancar terjadinya perdagangan yang utama. Kegiatan dan usaha bank akan selalu terkait dengan komoditas, antara lain : (1) Memindahkan uang; (2)
Menerima dan membayarkan kembali uang nasabah; (3) Membeli dan menjual surat-surat berharga; dan (4) Menerima jaminan bank. Untuk
menghindari
pengoperasian
bank
dengan
sistem
bunga,
Islam
memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan kata lain, Bank Islam lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bak dan riba. Dengan demikian, kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan diri dari persoalan riba telah mendapat jawaban dengan lahirnya Bank Syari’ah. Bank Syari’ah lahir di Indonesia, yang gencarnya, pada sekitar tahun 90-an atau tepatnya setelah ada Undang-Undang No. 7 tahun 1992, yang direvisi dengan Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun1998, dalam bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan sistem bagi hasil atau bank syari’ah.(Muhammad:1:2005)
B . PENGEMBANGAN OFFICE CHANNELING Rasanya tidak ada yang membantah bila dikatakan negeri ini memiliki potensi pasar domestik yang begitu besar untuk industri perbankan syariah. Gambaran kasar yang bisa digelar adalah fakta 80% lebih dari penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 230 juta merupakan umat Islam. Dengan ceruk pasar yang menganga lebar ini, harapan besar layak disematkan kepada para stakeholder perbankan syariah untuk lebih berkembang, berdampingan dengan bank konvensional. (Dadang Romansyah: 1:2004) Tapi mengapa euforia yang terbentuk setelah tahun 1999 dengan berdirinya Bank Syariah Mandiri (BSM) mendampingi Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang lebih dulu tujuh tahun, justru jauh dari harapan. Angka mungkin tidak bisa berbohong dengan melihat pangsa pasar perbankan syariah yang tak sampai 2% dibandingkan total perbankan nasional, baik dari sisi perolehan dana pihak ketiga maupun total aset.
Di lapangan, upaya memacu industri perbankan syariah untuk bersaing di level yang setara dengan perbankan konvensional justru melahirkan para pemain semu yang terwujud dalam maraknya pembentukan divisi atau unit usaha syariah (UUS). Bank Indonesia pun mafhum bila membentuk bank baru untuk menemani Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) masih terkendala aspek permodalan. Dalam UU No.10/ 1998 tentang Perbankan memang disyaratkan modal pendirian suatu bank umum adalah sebesar Rp 3 triliun (Fahmi Ahmad dalam Dadang Romansyah, 2005). Berinvestasi mendirikan bank dengan dana minimum Rp 3 triliun di tengah upaya konsolidasi perbankan nasional yang lebih dari 130 bank ini, mungkin dinilai investor lokal sebagai hal yang penuh risiko. Alternatif lain adalah bekerja keras mempercantik diri agar investor asing mau menyuntikkan dana segar ataupun langsung berinvestasi membentuk bank syariah baru di Indonesia. Wacana ini merupakan buah pemikiran adanya momentum pengalihan dana negara-negara petro dollar dari lahan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa ke negara-negara Asia. Lalu Indonesia sendiri kapan. Ironis memang. Padahal indikasi minat investor asing dari dunia Arab sebenarnya memang cukup riil dengan terbukti pada masuknya Boubyan Bank dan Kuwait Finance House dalam rencana penambahan kepemilikan saham Bank Muamalat. Sebelumnya pun, Islamic Development Bank (IDB) telah berpartisipasi sebagai pemegang saham dalam pendirian bank syariah pertama ini. Karena selebihnya hanya merupakan portofolio investasi oleh pemodal asing yang masuk ke industri perbankan syariah lebih bersifat tidak langsung. Faktanya, Commerce Asset Berhad lebih memilih mengembangkan usaha syariah di Bank Niaga melalui unit usaha syariah, begitu pula dengan Standard Chartered Plc yang mengembangkan Bank Permata Syariah. Kondisi tersebut membuat Bank Indonesia pun mengatur ulang kebijakannya. Sasaran
target penguasaan pangsa pasar perbankan syariah tahun 2011 yang dipatok awalnya 9% direvisi menjadi 5%-7%. Ini mungkin lebih membumi, tapi tak hanya itu yang dilakukan Bank Indonesia. Pertengahan tahun ini, bank sentral setelah berembuk dengan para praktisi mengeluarkan wacana pemisahan unit usaha syariah (UUS) sebagai entitas tersendiri yang lepas dari gandengan bank umum konvensional. Awal Oktober 2005, BI mengeluarkan kebijakan terbaru yang lebih tepat dinilai sebagai insentif dengan melonggarkan peraturan pembentukan bank syariah baru ataupun untuk kegiatan spin off (pemisahan) UUS. Syarat modal pendirian bank umum syariah pun diturunkan dari Rp 3 triliun menjadi Rp1 triliun, begitu pun kewajiban untuk pendirian Unit Usaha Syariah yang hendak melepaskan diri dari induk perusahaan. Kelonggaran juga diberikan Bank Indonesia kepada bank umum konvensional yang hendak melakukan konversi atau perubahan core business menjadi bank syariah cukup menyetor modal minimum Rp 100 miliar. Gayung pun bersambut dengan rumor pasar bahwa Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) segera melepas unit syariahnya menjadi entitas tersendiri.
1. Arah Kebijakan Pengembangan Bank Syariah Industri perbankan masih menjadi sendi terpenting dalam perekonomian nasional. Untuk menuju perbankan yang semakin baik, dalam konteks ini, sejak dua tahun lalu Bank Indonesia telah menggariskan sebuah arah kebijakan yang disebut sebagai Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Sebagai sebuah rancangan bentuk industri yang ingin dicapai di masa depan, API memuat berbagai program yang terfokus pada upaya pembentukkan industri perbankan melalui langkah-langkah penguatan pada semua sendi-sendi fundamental. Penguatan aspek kelembagaan, penyiapan infrastruktur pendukung, peningkatan pelaksanaan fungsi perbankan dalam melayani masyarakat,
peningkatan kemampuan institusi dan sumber daya, peningkatan kualitas pengawasan dan pengaturan perbankan, sampai dengan menarik peran serta masyarakat dalam menjaga ketahanan dan daya saing perbankan telah digariskan sebagai pilar-pilar yang harus dimiliki oleh industri perbankan Indonesia ke depan. Diawali dengan lahirnya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, dalam bentuk sebuah bank yang beroperasi dengan menggunakan sistem bagi hasil. Pada saat itu, bank Islam yang pertama kali muncul di Indonesia adalah Bank Muamalat Indonesia. Selanjutnya, kekuatan hukum pendirian bank Islam tersebut diperkuat dengan adanya undang-undang nomor 10 tahun 1998, sebagai revisi Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992. Awal Oktober 2005, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia No. 7/13/PBI/2005 tentang perubahan modal dasar pendirian bank umum syariah dan unit usaha syariah. Syarat modal pendirian bank umum syariah pun diturunkan dari Rp 3 triliun menjadi Rp1 triliun, begitu pun kewajiban untuk pendirian Unit Usaha Syariah yang hendak melepaskan diri dari induk perusahaan. Kajian Bank Indonesia menunjukkan bahwa saat ini pemahaman masyarakat akan perbankan syariah memang terus mengalami peningkatan. Namun demikian, di sisi lain minat untuk bertransaksi secara syariah masih rendah. Kondisi ini terjadi, antara lain karena masih terbatasnya jaringan layanan perbankan syariah. Oleh karena itu, peningkatan minat masyarakat untuk bertransaksi melalui perbankan syariah ini harus difasilitasi oleh adanya kemudahan akses kepada jasa perbankan syariah. Dengan demikian masyarakat tidak perlu lagi menempuh upaya yang jauh lebih berat agar mereka dapat bertransaksi melalui perbankan syariah, karena kemudahan akses pelayanan perbankan syariah yang sebanding dengan perbankan konvensional.
Atas dasar hasil kajian ini pula, maka Bank Indonesia telah mencoba memikirkan berbagai alternatif yang diharapkan dapat menjadi terobosan untuk secara signifikan meningkatkan kemampuan perbankan dalam melayani dan menyediakan kemudahan bertransaksi syariah kepada masyarakat. Oleh karena itu maka pada akhir bulan Januari 2006 Bank Indonesia mengeluarkan peraturan baru yaitu PBI No.8/3/PBI/2006 tentang PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM SYARIAH & PEMBUKAAN KANTOR SYARIAH OLEH BANK UMUM KONVENSIONAL, yaitu sebuah ketentuan yang memperbolehkan cabang bank konvensional yang telah memiliki Unit Usaha Syariah untuk juga melayani transaksi syariah (office channelling). Dengan menyediakan layanan office chanelling di cabang konvensionalnya, Bank tidak perlu lagi membuka cabang Unit Usaha Syariah di banyak tempat untuk dapat memberikan pelayanan perbankan syariah. Tentu saja layanan office chanelling membutuhkan dukungan jaringan teknologi informasi serta instalasi perangkat lunak perbankan syariah di cabang-cabang bank yang akan menyediakan jasa office chanelling untuk transaksi perbankan syariah. Dengan segala upaya dan kerja keras para stakeholder perbankan syariah ini semoga dapat mengantarkan industri perbankan syariah ini berada berdampingan dengan perbankan konvensional di jalur yang sama. Publik pun menanti agar bank syariah tidak hanya menebar pesona religius sebagai pembeda dalam pemberian layanan maksimum kepada nasabah maupun solusi bagi perekonomian nasional.
Gambar 2.1 Moment Terpenting Kebijakan Pengembangan Bank Syariah di Indonesia Th. 1992
UU No. 7 /1992
Th. 1998
Th. 2003
Th. 2005
Th. 2006
UU No. 10/1998
Fatwa DSN-MUI
PBI No.7/13/PBI/2005
PBI No.8/3/PBI/2006
Dual Banking System
Tentang Perbankan
Modal Minimum Bank Syariah Fatwa Bunga Bank Haram
Layanan Syariah (Office Channelling)
Sumber : Dadang Romansyah, Strategi Pengembangan Bank Syariah Melalui Office Channeling.
2. Office Channelling dan Implikasinya terhadap Pengembangan Bank
Syariah
Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat kepada jasa perbankan syariah, Bank Indonesia membolehkan cabang bank konvensional yang telah memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) untuk juga melayani transaksi syariah (office channelling). Dengan begitu bank tidak perlu lagi membuka cabang UUS di banyak tempat untuk dapat memberikan pelayanan perbankan syariah. Publik perbankan belum begitu familiar dengan istilah office channelling ini. Bahkan, beberapa bankir menilai office channelling ini mirip dengan sistem perbankan dua jendela (two windows system) yang berlaku di Malaysia. Padahal, sesungguhnya terdapat perbedaan yang mendasar antara office channelling dengan two windows system. Office channelling adalah istilah yang digunakan Bank Indonesia untuk menggambarkan penggunaan kantor bank umum (konvensional) dalam melayani transaksi-transaksi dengan skim syariah, dengan syarat bank bersangkutan telah
memiliki Unit Usaha Syariah. Berbeda dengan office channelling versi Indonesia, two windows system yang digunakan di Malaysia, memperbolehkan bank umum (konvensional) yang tidak memiliki UUS atau kantor cabang syariah, untuk melakukan transaksi dengan skim syariah dalam satu kantor (office). Dengan kata lain, dalam satu bank, terdapat dua sistem layanan sekaligus: skim syariah dan konvensional. Bank Indonesia saat ini baru mengizinkan transaksi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Sedangkan untuk transaksi pembiayaan, untuk sementara, tetap harus dilakukan di kantor UUS atau kantor cabang syariah dan untuk kebijakan manajemen dan sumberdaya manusia (SDM) tetap ditentukan oleh kantor pusat bank bersangkutan. Dengan kata lain, bank yang memiliki UUS tersebut hanya dapat memanfaatkan tempat yang ada pada kantor konvensional untuk melakukan transaksi dengan skim syariah. Berbeda dengan office chanelling ini, konsep two windows system yang selama ini dipopulerkan Malaysia, mengizinkan semua transaksi syariah dilayani oleh kantor bank umum konvensional, termasuk dalam hal kebijakan manajemen dan SDM (Sunarsip dalam Dadang Romansyah, 2006).
a. Implikasi Strategis Kebijakan Office Channelling Diberlakukannya sistem office channelling ini, diperkirakan akan memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan industri bank syariah di masa mendatang. Pertama, dengan diberlakukannya office channelling, tentu akan semakin memudahkan bagi nasabah untuk melakukan transaksi syariah. Dengan kata lain, akses terhadap lokasi bank syariah yang selama ini menjadi kendala bagi nasabah untuk mendapatkan fasilitas transaksi syariah akan dapat teratasi. Selama ini masyarakat yang akan bertransaksi dengan bank syariah
mengalami kesulitan karena belum banyak bank syariah yang beroperasi di Indonesia. Kedua, dengan semakin mudahnya para nasabah untuk mendapatkan akses layanan perbankan syariah, diperkirakan perkembangan Dana Pihak Ketiga akan semakin besar. Dengan demikian, peran perbankan syariah dalam melayani kebutuhan masyarakat dalam melayani penyimpanan DPK akan semakin membaik. Ditinjau dari karakteristik assets dan liabilities bank syariah, kebijakan office channeling berpeluang diterapkan untuk sisi liabilities (dana). Penghimpunan dana baik tabungan, giro dan deposito dapat dipasarkan massal melalui cabang konvensional. Sedangkan produk assets (pembiayaan) butuh desain yang bersifat tailor made sesuai kebutuhan nasabah (mudharib) sehingga lebih sulit dipasarkan melalui cabang konvensional. Kecuali, terbatas pada produk murabahah dan ijarah konsumtif. Umumnya kantor cabang syariah (KCS) memasarkan produk assets dan liabilitiesnya. Kecuali kantor cabang pembantu (KCPS) yang biasanya fokus pada penghimpunan dana. Dengan office channeling, penghimpunan dana dapat dilakukan cabang konvensional yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan, dibandingkan cabang syariah yang baru satuan atau belasan. Cabang syariah bisa lebih fokus pada pembiayaan. Secara otomatis cabang syariah bertransformasi menjadi semacam Sentra Pembiayaan Syariah (Wahyu Avianto dalam Dadang Romansyah, 2005). Dengan fokus pada pembiayaan, diharapkan kualitas pembiayaan makin baik, baik dari sisi analisa kelayakan, implementasi kepatuhan aspek syariah, dan pemantauan kinerja mudharib. Sepintas, office channeling hanya dapat dimanfaatkan oleh UUS saja. Namun, kedepan office channelling sebetulnya
bisa juga dilakukan oleh bank syariah dengan PT. Pos atau dengan antar induk yang berbeda, selama memenuhi ketentuan dan persyaratan office channelling baik dari Bank Indonesia maupun Dewan Syariah Nasional. Office Channeling akan meningkatkan penghimpunan dana dan kemudian kualitas pembiayaan yang berujung pada aset dan pertumbuhan bank syariah yang makin baik. Berikutnya adalah bagaimana agar bank syariah bisa mempengaruhi kebijakan ekonomi nasional sehingga bisa membawa dampak pada kesejahteraan umat. Ketiga, office channelling diharapkan bisa meningkatkan pangsa pasar (market share) perbankan syariah terhadap perbankan nasional. Dengan semakin mudahnya mendapatkan informasi dan akses terhadap kantor bank syariah, diharapkan market share yang saat ini baru sekitar 1,35% akan semakin besar. Keempat, dengan menerapkan office channelling yang mencakup ko-lokasi fisik gedung, satu pekerja yang diperbolehkan melakukan transaksi baik syariah maupun konvensional, maka efisiensi yang dapat dilakukan oleh Bank Syariah akan menjadi sangat luar biasa. Layanan Syariah untuk mendorong akselerasi pertumbuhan Bank Syariah. Suatu bank seperti BRI, BNI, Permata, Niaga yang mempunyai jaringan sangat luas, sekaligus akan segera dapat berfungsi sebagai Bank Syariah. Dalam ukuran waktu kurang dari tahunan, Indonesia akan mempunyai Bank Syariah yang jangkauannya tidak saja mencapai kabupaten atau kecamatan, tapi malah sampai ke tingkat kelurahan. Sebuah perkembangan yang maha dahsyat, sehingga wilayah darurat atas fatwa DSN tentang pengharaman bunga bank yang dikecualikan untuk daerah-daerah yang belum ada bank syariah, bisa direvisi dan ditinjau ulang.
b. Pandangan Negatif terhadap Kebijakan Office Channelling
Istilah office channelling sendiri tidak terdapat satupun dalam Peraturan Bank Indonesia tentang office channelling atau PBI No. 8/3/PBI/2006. Yang ada hanya tentang Layanan Syariah (LS). Layanan Syariah dapat dibuka dalam satu wilayah kantor Bank Indonesia dengan Kantor Cabang (KC) Syariah Induknya, dengan menggunakan pola kerja sama antara KC Syariah Induknya dengan KC dan atau KC Pembantu, atau dengan menggunakan sumber daya manusia sendiri Bank yang telah memiliki pengetahuan mengenai produk dan operasional Bank Syariah. Selanjutnya Layanan Syariah wajib memiliki pembukuan yang terpisah dari Kantor Cabang dan atau Kantor Cabang Pembantu, menggunakan standar akuntansi keuangan yang berlaku bagi perbankan syariah, dan laporan keuangan Layanan Syariah wajib digabungkan dengan laporan keuangan Kantor Cabang Syariah Induknya pada hari yang sama. Kebijakan office channelling ini, tentunya harus disikapi secara proporsional. Hal ini penting, sebab jangan karena saking semangatnya menyambut kebijakan yang positif ini, kita lupa dengan isu-isu lain yang bisa menghambat penerapan office channelling tersebut. Dengan ketentuan Layanan Syariah seperti di atas, timbul beberapa catatan pertanyaan yang mengemuka dan belum terjawab berdasarkan hitam putih sesuai ketentuan yang ada. Beberapa pertanyaan yang mengemuka dan bersifat detail operasional office channelling dimaksud adalah (Sutrisno Mukayan dalam Dadang Romansyah, 2006) : Pertama, Full one person dedicated. Pemahanan yang timbul tentang office channelling adalah tentang Full one person dedicated, artinya seorang pekerja secara khusus hanya boleh melayani transaksi satu jenis bank saja,
syariah atau konvensional. Apabila seorang pekerja telah melayani transaksi syariah, maka orang tersebut tidak boleh melayani transaksi konvensional, dan sebaliknya. Sementara itu, PBI tentang office channelling memungkinkan bahwa Layanan Syariah dapat dibuka dengan cara pola kerja sama antara Kantor Cabang Syariah Induk dengan Kantor Cabang dan atau Kantor Cabang Pembantu konvensional. Kemungkinan pelayanan rangkap dimaksud timbul dengan dasar pemikiran bahwa yang membuat suatu transaski menjadi syariah atau tidak bukanlah orang atau siapa yang melakukan traksaksi, tetapi tergantung pada bagaimana transaksi dijalakankan. Artinya selama transaksi telah memenuhi syarat dan rukun yang telah ditetapkan terlepas dari siapa yang melakukan, transaksi tersebut tetap menjadi syariah. Halal dan haramnya suatu transaksi tergantung dari pada beberapa kriteria, yaitu pertama, objek yang dijadikan transaksi apakah objek halal atau objek haram. Kedua, cara bertransaksi menggunakan cara yang telah dicontohkan oleh Rasulullah (transaksi halal) atau transaksi yang bertentangan dengan syariat Islam (Sutrisno Mukayan dalam Dadang Romansyah, 2006). Berikut ini gambaran dalam penentuan halal dan haramnya suatu transaksi : Gambar 2.2 Gambaran dalam penentuan halal dan haramnya suatu transaksi
Cara Halal
Cara Haram
A
B
TRANSAKSI
TRANSAKSI
HALAL
HARAM
Objek Halal
C
D
TRANSAKSI
TRANSAKSI
HARAM
HARAM
Objek Haram
Sumber: Slamet Wiyono(2006), , Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah. Kedua, Integrated Core Banking System. Core Banking System (CBS) adalah aplikasi utama yang digunakan untuk mencatat dan membukukan semua transaksi yang dilakukan bank. Dalam PBI, diatur bahwa Layanan Syariah harus memiliki pencatatan dan pembukuan yang terpisah dari Kantor Cabang dan atau KC Pembantu konvensional, yang selanjutnya laporan atas transaksi harian tersebut wajib digabungkan dengan laporan Kantor Cabang Syariah induknya. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah diperbolehkan transaksi Bank Syariah dan Bank Konvensional dibukukan dan diproses dalam satu Core Banking System yang sama. Hal ini sangat dimungkinkan mengingat perkembangan aplikasi Core Banking System dewasa ini mampu meng-handle transaksi yang bersifat multibank atau multicompany. Dengan Core Banking System yang mempunyai kemampuan multi-bank maka CBS bisa mencatat dan mengadministrasikan secara bersamaan baik produk dan jasa Bank Syariah maupun Bank Konvensional, tetapi tetap mampu memisahkan mana transaksi Bank Syariah dan mana transaksi Bank Konvensional. Oleh karena itu CBS multi-bank bisa menghasilkan accounting entity yang berbeda antara Bank Syariah dan Bank
Konvensional, sehingga laporan-laporan yang dihasilkan oleh perusahaan yang berdiri sendiri seperti Neraca, Laba Rugi, dan laporan lainnya juga dapat dihasilkan dan terpisah secara otomatis antara Bank Syariah dan Bank Konvensional (Sutrisno Mukayan dalam Dadang Romansyah, 2006). Ketiga, perlu dipahami bahwa pola office channelling, kemungkinan baru akan teruji pada sisi liabilities-nya neraca bank, yaitu sisi funding. Yang menjadi masalah, setelah funding diperoleh, pekerjaan selanjutnya adalah bagaimana mengalokasikan dana tersebut kedalam bentuk pembiayaannya (financing). Padahal, kalau dana dari skim syariah dialokasikan dalam kredit berbentuk konvensional adalah tidak diperbolehkan alias haram dalam konsep bank syariah. Dengan kata lain, selain pola ini bisa mendorong pertumbuhan perbankan syariah dari sisi funding, pola office channelling juga memunculkan tantangan tersendiri bagi para bankir untuk penempatan dananya pada sektor dan skim yang halal. Keempat, perlu diperhatikan adalah jangan sampai pola office channelling ini merusak citra positif (terutama aspek kehalalannya) dari perbankan syariah. Perlu diketahui, pola two windows system yang selama ini diterapkan di Malaysia masih diperdebatkan (debatable) keberadaanya oleh para syariah scholars baik di Timur Tengah, maupun di Malaysia sendiri. Inti yang diperdebatkan adalah kehalalan praktik mencampuradukkan antara praktik syariah dan praktik konvensional dalam 'satu keranjang'. Dengan kata lain, karena pola office chanelling ini ada kemiripan dengan two windows system di Malaysia, maka aspek kehalalan produk dan praktik perbankan yang sesuai syariah harus diutamakan.
Logika percampuran uang dianalogikan dengan restoran yang menjual masakan babi yang haram dan makanan halal. Sehingga, memungkinkan terjadi percampuran baik melalui wadah penggorengan, sisa minyak, tangan koki dan lainnya. Percampuran tersebut dimungkinkan, karena baik babi, makanan halal maupun media perantara, secara substansi bersifat riil (ada unsur atau senyawa kimiawi yang menyusun materi). Sedangkan sistem keuangan tidak dapat dianalogikan seperti itu karena bersifat abstrak. Uang yang digunakan sekarang ini, jika ditelurusi sejarah uang kertas, adalah dipersamakan dengan catatan berisi janji dari penerbit yang menyatakan lembaran itu dapat ditukar dengan emas senilai nominal yang tertera. Pada era modern, kertas janji-janji tersebut, oleh bank disimpan dalam memory dan hard disk komputer. Kapan janji baru diterima, kapan janji itu akan diperjanjikan lagi kepada pihak lain, dan sebagainya. Sehingga yang ada pada bank adalah sekedar catatan-catatan atau ingatan janji-janji saja. Dengan demikian karena uang pada bank bersifat abstrak dan tidak bersifat benda kimiawi, maka logika penggorengan tersebut kurang tepat (Wahyu Avianto dalam Dadang Romansyah, 2005). Kelima, yang merupakan kekhawatiran berikutnya adalah pendapatan bunga kredit yang mungkin nyasar ke bank syariah. Hal ini sebenarnya diatur dalam sistem akuntansi perbankan syariah berdasarkan PSAK 59. Peraturan tersebut tidak mengakui pendapatan bunga atau pendapatan non-halal lainnya sebagai pendapatan bank syariah. Dana syariah tidak boleh disalurkan ke konvensional dan juga sebaliknya. Laporan keuangan bank syariah pun disajikan tersendiri bahkan oleh bank konvensional yang memiliki UUS, masyarakat dapat memantaunya.
Terakhir, jika ke depan dengan pola office channelling ini akan berlanjut untuk menyatukan dua model pembiayaan, yaitu: syariah dan konvensional dalam satu kantor, maka yang perlu diperhatikan adalah aspek kepatuhan terhadap syariah (syariah compliance). Pengalaman di Malaysia dalam mengelola industri perbankan syariah, sarat dengan kontroversi. Hal ini mengingat, regulasi yang dijalankan sangat longgar terhadap kepatuhan syariah (syariah compliance), yang hingga kini diperdebatkan oleh syariah scholars.
C. PERAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM USAHA BANK Keberhasilan kinerja suatu bank, baik konvensional maupun bank syariah, sangat ditentukan oleh bagaimana bank tersebut membuat rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan rencana jangka pendek, yang biasanya tertuang dalam bentuk rencana bisnis (Business Plan) dan rencana strategi (strategi plan). Rencana teknologi informasi suatu bank harus mengacu pada rencana strategi dan rencana bisnis bank tersebut. Bank yang telah memiliki rencana strategi baik, belumlah menjamin akan keberhasilannya, sebab masih harus melewati tahap berikutnya yang tidak kalah pentingnya dengan membuat rencana strategi yaitu tahap implementasi strategi (strategic implementation) atas rencana strategi yang telah dibuat, yang harus dilakukan dengan baik dan konsisten, guna untuk mengantisipasi berbagai perubahan yang sangat cepat dari kondisi lingkungan bank tersebut. Ada empat kekuatan perubahan (force of changes) yang dapat mempengaruhi kinerja suatu bank, yaitu: perubahan teknologi (technology changes), perubahan perilaku nasabah (customers behavior changes), perubahan pesaing (competitors changes) dan
kondisi internal perusahaan itu sendiri (company condition). (Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia,2001:296 ).
1. PERUBAHAN TEKNOLOGI Dalam usaha perbankan teknologi selain berpengaruh besar terhadap kualitas jasa layanan yang diberikan, juga sekaligus menjadi ancaman kelangsungan usaha suatu bank. Pengaruh besar teknologi terhadap kualitas layanan akan terlihat pada saat bank mulai berkembang, jumlah nasabah semakin meningkat, jenis transaksi semakin banyak dan semakin kompleks, saat itulah bank mulai kewalahan, sistem teknologi informasinya mulai jatuh bangun karena kapasitas telah dilewati,apalagi bicara soal ”respons time” pastilah tidak akan memenuhi ekspektasi nasabah. Ancaman dari perkembangan dan penerapan teknologi informasi terhadap kelangsungan usaha bank terlihat dari munculnya ”Global Information Network and Financial Service” (Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia,2001:296 ). Pengaruh paling besar bagi bank adalah adanya perkembangan dan penerapan dalam bidang teknologi informasi yang melibatkan perangkat teknologi (hardware dan software) dan teknologi komunikasi. Melalui penerapan teknologi informasi seluruh bank, baik bank konvensional maupun dalam bidang syariah di dunia, berpacu meningkatkan efisiensi dan produktivitas dengan memperbaiki kinerja operasionalnya dan pengelolaan manajemennya dengan dengan penerapan teknologi mutakhir. Berbagai bank asing dan bank nasional,misalnya Citibank dan BCA, telah menempatkan teknologi informasinya sebagai Point Of Differentiation dan kunci Competitive Advantage dalam persaingan dengan bank lain. Mereka telah mampu melakukan konversi dari keunggulan teknologi informasi yang dimilikinya menjadi
lahan Fee Based Income dan Funding. (Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia,2001: 297). Beberapa kemajuan teknologi informasi yang saat ini sangat berpengaruh dan mungkin akan tetap bertahan hingga dekade mendatang adalah layanan jasa perbankan berbasis internet (internet banking/web banking) dan layanan jasa perbankan berbasis teknologi telepon seluler (mobile banking) baik dengan dukungan teknologi Wireless Aplication Protocol (WAP) maupun dengan dukungan Short Message
Services
(SMS).
Penerapan
teknologi
informasi
tersebut
mampu
meningkatkan jasa layanan perbankan kepada nasabah dan dapat memberikan delivering value yang lebih tinggi kepada nasabah. Berbagai kemajuan teknologi informasi ini harus terus dipantau arah dan kemungkinan penerapannya dalam layanan perbankan. Penerapan teknologi informasi menjadi semakin penting bagi kelangsungan usaha suatu bank, mengingat bank-bank diseluruh dunia saat ini tengah berpacu untuk menerapkan berbagai kemajuan teknologi informasi. Keterlambatan dalam penerapan teknologi informasi dapat berdampak luas bagi bank, terutama dalam posisi (positioning) bank dalam persaingan. Penerapan teknologi informasi dalam usaha selalu memiliki dua implikasi yang saling bertolak belakang, satu sisi penerapan teknologi informasi yang memberikan delevery value yang lebih tinggi kepada nasabah, tapi disisi lain penerapan teknologi informasi tersebut mengandung pula risiko, baik risiko finansial maupun risiko nonfinansial, semakin canggih teknologi informasi yang diterapkan, akan semakin tinggi pula risiko yang harus dihadapi. Semakin kecil tingkat risiko yang diinginkan akan berdampak kepada biaya pengamanan yang semakin tinggi.
Oleh karena itu penerapan teknologi informasi dalam usaha bank harus dilakukan secara profesional, dengan pengendalian yang memadai untuk tingkat risiko yang masih dapat diterima dan biaya yang tidak terlalu tinggi. Penerapan prinsip operasional perbankan mutlak harus diterapkan, diantaranya adalah: 1. Prinsip tiga pihak terkait, maker, checker dan authorizer. 2. Prinsip pengendalian ganda (dual control). 3. Prinsip pemisahan tugas (segregation of duties). 4. Prinsip pendokumentasian yang memadai (good records). Lingkup manajeman teknologi informasi dapat dikelompokkan menjadi tiga functional area, yaitu: 1. Pengembangan sistem (systems development). 2. Dukungan teknis (technical support). 3. Operasional pusat pengolahan data (data center operation).
Fungsi ketiga tersebut walaupun secara fisik dapat berada dalam ruang yang saling bersebelahan, saling menempel bahkan mungkin berada dalam satu ruang yang sama, namun secara logika harus tetap dikelola secara terpisah. Diperlukan suatu pihak antar muka yang dapat menjembatani antara ketiga fungsi tersebut. Fungsi antarmuka tersebut dilakukan oleh dukungan teknis (technical support), guna untuk menjaga independensi pemisahan tugas dan agar tetap dapat menjaga kelancaran hubungan dan kerja antara fungsi pengembangan sistem (system development) dalam fungsi operasional pusat pengolahan data (data center operation) (Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia,2001:298 ).
2. PERUBAHAN PERILAKU NASABAH
Krisis yang terus berkepanjangan melanda kawasan Asia seperti juga melanda Indonesia hingga kini, telah merubah perilaku konsumen. Daya beli konsumen semakin menurun, konsumen semakin kritis dan cenderung value oriented dalam memiliki produk maupun layanan jasa. Terdapat kecenderungan terjadinya market downscaling yaitu konsumen yang dulunya quality oriented turun posisi menjadi value oriented, sementara konsumen yang dulunya value oriented beralih menjadi price oriented. Menurunnya daya beli konsumen ini menjadikan konsumen semakin selektif, hanya barang-barang dan jasa yang mampu memberikan value yang tinggi saja yang akan dibeli. Dalam usaha perbankan fenomena tersebut terlihat dari penurunan yang sangat tajam pengguna kartu kredit, sebagai gantinya penggunaan kartu debet semakin meningkat, karena nasabah dapat lebih mengatur sendiri penggunaannya dan mampu memberikan kemudahan dalam pengambilan uang kapanpun dan dimana saja berada. Nasabah perbankan menjadi semakin pintar dan mulai tumbuh rasa kebutuhan dukungan keuangan yang memberikan mamfaat jangka panjang. Kondisi ini mendorong meningkatnya kebutuhan invesment oriented dalam layanan jasa keuangan, baik dari sisi funding maupun lending. Kebutuhan pembiayaan usaha semakin sulit kalau hanya mengandalkan sistem perbankan konvensional, selain mahal ternyata juga terbatas dan jika kondisi tingkat suku bunga tinggi, akan sangat memberatkan bagi nasabah penerima kredit perbankan. Oleh sebab itu timbullah kebutuhan alternatif jasa layanan pembiayaan dari perbankan syariah yaitu berupa produk pembiayaan dari bank syariah. Perubahan perilaku konsumen yang perlu mendapat perhatian juga adalah adanya apresiasi terhadap ajaran agama Islam.
Gejala ini mulai timbul sejak tahun 80-an, dimana orang mulai berani secara terbuka menunjukkan ketaatan dalam menjalankan syariat Islam. Pada mulanya apresiasi terhadap ajaran agama Islam ini hanya terkait pada aspek ritual, tetapi kemudian pelan tapi pasti, kecenderungan ini telah berkembang kepada aspek muamalah. Hal inilah yang mendorong munculnya bank-bank syariah baru di Indonesia
(Tim
Pengembangan
Perbankan
Syariah
Institute
Bankir
Indonesia,2001:299 ).
3. PERUBAHAN PESAING Perubahan yang dipicu oleh teknologi, ekonomi, pasar, sosial budaya, kondisi politik terutama yang berkaitan dengan perundang-undangan dan regulasi perbankan. Pada gilirannya menyebabkan berubahnya kondisi persaingan. Persaingan ini bukan hanya ditingkat nasional namun juga ditingkat global. Dengan tingginya persaingan ini, berbagai langkah dan gerak pesaing harus terus-menerus dicermati dan dipantau, agar bank dapat memilih langkah dan strategi yang tepat untuk menghadapinya. Berbagai dinamika yang terjadi dalam persaingan usaha perbankan syariah nasional dapat digolongkan kedalam empat aspek berikut : a. Kehadiran para pemain baru di perbankan syariah, setelah diberlakukannya Undang-Undang No. 7 tahun 1992. undang-undang ini memberi kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendirikan usaha bank yang operasionalnya berdasarkan syariah (Sistem Bank Tanpa Bunga), termasuk didalamnya kesempatan bagi bank konvensional untuk membuka kantor cabangnya yang khusus melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah. Dengan diberlakukannya Undang-undang tersebut, berarti pemerintah tidak lagi memberikan hak eksklusif kepada Bank Muamalat. Undang-undang
tersebut telah merubah posisi Bank Muamalat menjadi dalam tekanan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Disisi lain munculnya para pemain baru dalam perbankan syariah, akan menciptakan noise dan pada akhirnya justru akan membesarkan pangsa pasar perbankan nasional termasuk pangsa pasar perbankan syariah nasional. b. Kebutuhan akan jumlah jaringan outlet. Menyebabkan semakin pentingnya skala perusahaan ( size ) dan franchise-value untuk dijadikan sebagai komponen keunggulan bersaing sebuah bank. Dengan size yang besar, diharapkan bank akan memiliki modal besar dan rasio kecukupan modal (CAR) lebih baik, lebih leluasa melakukan ekspansi dan memiliki cadangan cukup besar pula untuk non performing loans. Size yang besar saja tidak cukup, karena size yang besar yang dimiliki bank nasional tidak akan banyak berarti dihadapan bank-bank global. Oleh karena itu dukungan kuat dana pihak ketiga baru akan terwujud jika bank tersebut telah memiliki franchise value yang tinggi. Selain merger dengan bank lain untuk menciptakan size yang besar dapat dilakukan dengan jalan aliansi strategi (strategic alliance). c. Terkait dengan urgensinya untuk memiliki franchise value yang kuat, bankbank global telah memiliki franchise value yang kuat, bank-bank global telah memiliki keunggulan supply chain management and global network management yang baik, sehingga bank global memiliki kemampuan untuk melayani nasabah hingga melewati batas wilayah dan negara secara efektif dan efisien. d. Keberadaan bank-bank global di pasar domestik, bahkan mereka diberi keleluasaan untuk beroperasi keseluruh wilayah Indonesia, yang didukung dengan supply chain management dan market based asset management yang
kuat, benar-benar menjadi ancaman yang serius bagi bank-bank maupun lembaga keuangan nonbank nasional termasuk bagi bank-bank syariah di Indonesia.
4. KONDISI INTERNAL BANK Dari berbagai kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kinerja suatu bank tersebut diatas, kinerja suatu bank juga sangat ditentukan oleh kondisi internal bank tersebut, terutama dalam upayanya untuk mengantisipasi semua perubahan lingkungan tersebut. Kinerja suatu bank sangat ditentukan oleh upaya bank tersebut dalam usaha merebut market share sesuai dengan potensi market size yang dapat dibidik. Karena keterbatasan jaringan, banyak kendala yang dihadapi bank dalam upaya untuk meningkatkan kegiatan funding, lending dan fee based income. Selain terdapat kendala umum yang juga dialami oleh perbankan konvensional, perbankan syariah memiliki kendala yang bersifat khusus, yaitu bank syariah harus mampu menunjukkan emotional maupun functional benefit. Kondisi internal suatu bank sangat menentukan akan keberhasilannya dalam tahap implementasi rencana strategis. Keberhasilan strategi suatu bank, selain memiliki strategi yang baik, masih diperlukan 6 ”S” lainya yaitu : Structure, System, Style, Staff, Skills dan Share value(Mckinsey 7-S Model). Structure dicerminkan oleh struktur organisasi yang sesuai dengan rencana strategi (strategic plan). Systems mencakup sistem dan prosedur serta sistem dan teknologi informasi yang diterapkan. Style adalah gaya dalam memberikan jasa pelayanan kepada nasabah. Staff sangat berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bank. Skills adalah keterampilan dan kompetensi sumber
manusia yang ada di dalam bank. Shared Value adalah nilai-nilai bersama yang dianut oleh seluruh anggota organisasi. Elemen-elemen ”S” tersebut dapat dipakai sebagai landasan untuk mewujudkan misi dan visi bank dan diharapkan dapat menjadi corporate culture organisasi. Yang perlu digarisbawahi disini adalah Staff, Style, dan Skills. Dimulai dari rekruitment yang tepat, pengembangan dan pelatihan yang memadai guna untuk meningkatkan kompetensi, hingga penempatan yang tepat pula, hal ini perlu dibentuk melalui pelatihan yang tepat dan berkesinambungan, sehingga dapat mewujudkan Style yang diinginkan dan memiliki nilai-nilai bersama (Shared Value) yang diinginkan, pada gilirannya nanti dapat dibentuk suatu corporate culture yang sesuai dengan prinsipprinsip syariah. Selain itu ada yang perlu digarisbawahi juga yaitu Systems. Sistem yang dimaksud disini adalah teknologi sistem informasi yang digunakan untuk mendukung operasional bank syariah, baik dari sisi funding maupun lending atau sisi pembiayaan. Modul-modul syariah dari sistem tersebut harus benar-benar dirancang dan dibuat dengan menggunakan dasar prinsip-prinsip adanya akuntansi syariah, bukan sekedar mengadopsi sistem konvensional yang disyariahkan. Hal ini disebabkan karena konsep sistem konvensional menggunakan prinsip accruals dan interest basis system, sedangkan sistem syariah menggunakan prinsip cash basis dan non interest basis systems. Konsep loan system dalam sistem bank konvensional sama sekali berbeda dengan konsep pembiayaan dalam sistem perbankan syariah. Cakupan produk bank syariah, mulai dari Ijarah (leasing), pembiayaan
syariah,
(security/mortgage).
misalnya
:
hawalah,
hingga
rahn
atau
pegadaian
D. PENELITIAN TERDAHULU. Sebagai pertimbangan dan acuan perbandingan untuk landasan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, maka penelitian menggunakan Fajar Suryo Saputro (2007) sebagai acuan perbandingan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fajar Suryo Saputro (2007) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Memilih Warnet Pada Warnet Click Net Di Ciputat”. Alat analisis yang digunakan adalah analisis faktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih jasa warnet yang mau dipakai.
E. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan.(Abdul Hamid :2007:26 ). Untuk memperjelas jalannya penelitian ini, maka peneliti membuat kerangka berpikir sebagai berikut:
1. Kualitas jasa layanan yang diberikan. 2. Kelangsungan usaha suatu bank . 3. Jenis transaksi semakin meningkat. 4. Jenis transaksi semakin kompetitif. 5. Produk-produk perbankan kompetitif. 6. Memperluas akses nasabah. 7. Memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap produkproduk perbankan. 8. Kebutuhan terhadap layanan jasa keuangan lebih meningkat. 9. Pelayanan yang terbaik atau istimewa dibandingkan bank syariah yang lainnya. 10. Kemudahan bertransaksi dengan banyaknya jumlah outlet atau jaringan. 11. Kemampuan bersaing. 12. Kemampuan mengungguli dalam hal produk-produk perbankan. 13. Reputasi semakin bagus. 14. Semakin dikenal masyarakat. 15. Mengedepankan prinsipprinsip syariah. 16. Maksimal dalam pelayanan.
Faktor ke-1
Faktor ke-2 Analisis
Faktor ke-3
Faktor ke-n
Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa dari 16 variabel yang telah disebutkan diatas , maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Teknologi 1) Kualitas jasa layanan yang diberikan. 2) Kelangsungan usaha suatu bank. 3) Jenis transaksi semakin meningkat. 4) Jenis transaksi semakin kompetitif. 2. Perilaku nasabah 5) Produk-produk perbankan kompetitif. 6) Memperluas akses nasabah. 7) Memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap produk-produk perbankan. 8) Kebutuhan terhadap layanan jasa keuangan lebih meningkat. 3. Pesaing 9) Pelayanan yang terbaik atau istimewa dibandingkan bank syariah lain. 10) Kemudahan bertransaksi dengan banyaknya jumlah jaringan outlet. 11) Kemampuan bersaing. 12) Kemampuan mengungguli dalam hal produk-produk perbankan. 4. Internal bank 13) Reputasi semakin bagus. 14) Semakin dikenal masyarakat. 15) Mengedepankan prinsip-prinsip syariah. 16) Maksimal dalam memberikan pelayanan.
F. HIPOTESIS Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diajukan dan jawaban itu masih diuji secara empirik kebenarannya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis membuat kesimpulan sementara bahwa faktor teknologi,
perilaku nasabah, pesaing dan kondisi internal bank itu sendiri adalah faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam melakukan program Office Channeling.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di daerah Jakarta Selatan, lebih tepatnya Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah Cabang Jakarta Selatan, penelitian ini dilakukan selama kurang lebih dua (2) minggu. Penelitian ini dilakukan di Jakarta Selatan karena peneliti merasa di kantor cabang syariah (KCS) Bank Negara Indonesia (BNI) yang menjadi syarat dalam membolehkan suatu bank dalam melaksanakan program Office Channeling. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada faktor-faktor Teknologi Informasi pada suatu bank dari sudut pandang nasabah dalam menunjang program Office Channeling terutama dalam hal pelayanan perbankan.
B. METODE PENENTUAN SAMPEL. 1. Populasi Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti supaya dapat dipelajari.populasi pada penelitian ini adalah nasabah bank yang menggunakan jasa-jasa perbankan yang salah satunya program Office Channeling.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah data dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut berupa anggapan atau persepsi dari nasabah bank yang diperoleh melalui kuisioner dengan bentuk pertanyaan yang bersifat tertutup. Sampling banyak dilakukan di dalam penelitian-penelitian, disebabkan karena adanya kebaikankebaikan. Diantaranya adalah menghemat waktu, biaya dan tenaga. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini data primer yang penulis peroleh adalah berasal dari survey yang penulis lakukan secara langsung kepada responden. Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh secara langsung dari sumbernya, dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder yang penulis dapat dari internet,jurnal dan internal bank. Disadari bersama bahwa suatu sampel yang baik harus memenuhi syarat baik ukuran
atau
besarnya
memadai
untuk
meyakinkan
kestabilan
ciri-ciri
populasi.beberapa jumlah atau besar sample yang memadai tergantung pada sifat populasi dan tujuan penelitian. Semakin besar sampel akan semakin kecil kemungkinan salah menarik kesimpulan tentang populasi. (Sukandarrumudi, 2002;53) Baiky (1982) mengemukakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik, jumlah sampel paling sedikit adalah 30, walaupun diakui juga bahwa banyak penelitian menganggap jumlah sampel sebesar 100 merupakan jumlah yang minimum (Irawan dalam Sukandarrumudi, 2002;54) Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sampel Non Probability Sampling, dalam Non Probability Sampling, kemungkinan sesuatu untuk terpilih menjadi anggota sampel tidak diketahui. Oleh karenanya sampel yang diambil tidak dapat dikatakan sebagai sampel yang mewakili sehingga sulit apabila dipergunakan untuk melakukan generalisasi diluar sampel yang diteliti. (Sukandarrumudi, 2002;63)
Teknik Non Probability Sampling pada metode Judgement Sampling atau Purposive pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. Pada dasarnya jika pihak interviewer menganggap jika calon responden yang dihubungi termasuk ke dalam bagian objek penelitian, tanpa memperhatikan segi hubungannya dengan interviewer, maka pihak interviewer dapat memilih langsung calon responden tersebut sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan, siapapun responden yang bersangkutan, dimana dan kapan saja ditemui dijadikan sebagai elemen-elemen sampel penelitian.(Abdul Hamid :2007:29 ). Maka sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 140 orang nasabah (terdiri atas 40 responden untuk uji Validitas dan Reliabilitas, 100 responden untuk uji Analisis Faktor) yang menerapkan office channeling pada Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah terutama BNI Syariah cabang Jakarta Selatan. Pada cara ini, siapa yang akan diambil sebagai anggota sampel diserahkan pada pertimbangan pengumpulan data yang berdasarkan atas pertimbangannya sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Beberapa pedoman yang perlu dipertimbangkan dalam mempergunakan cara ini adalah : a. Pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian. b. Jumlah dan ukuran sampel tidak dipersoalkan. c. Unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan peneliitian. (Sukandarrumudi, 2002;65)
C. METODE PENGUMPULAN DATA. Ada dua cara yang ditempuh untuk kepentingan pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu: 1. Riset lapangan (field research)
Riset lapangan digunakan untuk mendapatkan data primer yang bersumber dari angket/kuesioner. Cara ini dilakukan dengan menyebarkan angket kepada nasabah BNI Syariah untuk memperoleh data tentang Office Channeling dan faktor-faktor teknologi informasi pada suatu bank yang mendukung serta menunjang program Office Channeling. Angket ini diberikan kepada responden berupa pertanyaan terstruktur yaitu suatu bentuk pertanyaan, dimana daftar pertanyaan sudah disiapkan sebelumnya, dan responden memberikan jawaban yang telah disediakan dengan memberi tanda melingkar ( O ) atau checklist ( √ ) pada jawaban yang sesuai. Kuesioner terstruktur ini dipilih agar peneliti bisa mendapatkan data yang lebih akurat dan efektif sesuai dengan tujuan penelitian ini. Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan seperangkat pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk memperoleh data yang diinginkan. Teknik pengumpulan data kuesioner dalam penelitian ini penulis gunakan sebagai masukan atau input variabel yang dilakukan kepada nasabah yang melakukan transaksi perbankan dalam memilih atau menggunakan Office Channeling, pengambilan data ini dilakukan dengan jalan menyebarkan kuesioner pada nasabah bank yang menerapkan Office Channeling. Model survey yang dilakukan oleh penulis adalah : a. Penentuan instrumen b. Konfirmasi bank c. Pre test Pre test atau Tryout Preliminer disarankan, sebelum kuesioner dikirim kepada responden yang sesungguhnya akan lebih baik diadakan percobaan (tryout).
Tryout dilakukan dengan meminta teman dekat untuk mencermati adakah halhal yang kurang dimengerti dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk : 1. Menghindari pertanyaan yang kurang jelas maksudnya. 2. Meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik sehingga menimbulkan kesan curiga. 3. Memperbaiki pertanyaan yang dirasa dilewati atau hanya menimbulkan jawaban yang dangkal. 4. Mana items yang sangat perlu atau meniadakan items yang sangat tidak relevan dengan tujuan penelitian. Semuanya itu bertujuan untuk menyempurnakan kuesioner yang sudag diuji dengan tryout preliminer pada umumnya lebih mudah dimengerti oleh responden. (Sukandarrumudi, 2002;85) Oleh sebab itu penulis melakukan pre test atau tryout terlebih dahulu kepada 5 nasabah. d. Penyebaran questioner e. Validitas f. Coding Teknis pemberian kode (Coding) dapat dilakukan sebelum atau setelah pengisian kuesioner, maka penulis melakukan pemberian kode pada saat sebelum pengisian kuesioner untuk memudahkan dan meningkatkan efisiensi proses data entry ke dalam komputer. Penulis memberikan kode sebagai berikut: A
:
KRITERIA TEKNOLOGI
A1 : Dengan Office Channeling Kualitas jasa layanan yang diberikan oleh BNI Syariah semakin bagus A2 :
Perkembangan BNI Syariah semakin meningkat dengan adanya layanan syariah Office Channeling
A3 :
Dengan Office Channeling pelayanan perbankan BNI Syariah (phone banking ,internet banking,dan lain-lain) semakin kompetitif
A4 :
Dengan Office Channeling membuat transaksi perbankan BNI Syariah semakin meningkat
B
:
B1 :
KRITERIA PERILAKU NASABAH Dengan Office Channeling produk-produk perbankan BNI Syariah semakin kompetitif
B2 :
Dengan program Office Channeling dapat memperluas akses nasabah BNI Syariah terhadap layanan perbankan
B3 :
Kebutuhan masyarakat atau nasabah BNI Syariah akan produk-produk (berupa tabungan, deposito,giro,dan lain-lain) terhadap layanan jasa keuangan akan lebih meningkat dengan hadirnya program Office Channeling
B4 :
Dengan Office Channeling dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap produk-produk (berupa tabungan, deposito,giro,dan lain-lain) yang ditawarkan oleh BNI Syariah
C
:
KRITERIA PESAING
C1 :
Kehadiran Office Channeling nasabah BNI Syariah mendapatkan pelayanan yang istimewa dibandingkan bank syariah yang lain
C2 :
Dengan Office Channeling nasabah BNI Syariah memperoleh kemudahan dalam bertransaksi
C3 :
Dengan Office Channeling BNI Syariah mengungguli bank-bank global atau asing dalam hal produk-produk perbankan yang ditawarkan kepada nasabahnya
C4 :
Dengan Office Channeling BNI Syariah mampu bersaing dengan bank-bank global atau asing dalam hal pelayanan kepada nasabahnya
D :
KRITERIA INTERNAL BANK
D1 :
Dengan Office Channeling reputasi BNI Syariah semakin bagus
D2 :
Dengan Office Channeling BNI Syariah semakin dikenal oleh masyarakat
D3 :
Dengan Office Channeling meski dilayani di cabang konvensional, BNI Syariah tetap menjaga amanah nasabah dengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip perbankan syariah
D4 :
Dengan Office Channeling BNI Syariah dapat maksimal dalam memberikan pelayanan perbankan kepada nasabah
g. Input Inilah proses terakhir yang meng-input data yang telah diperoleh untuk dapat dianalisis lebih lanjut.
2. Riset kepustakaan (library research) Dalam riset kepustakaan ini penulis membaca, meneliti, mempelajari bahanbahan tertulis seperti buku-buku, majalah-majalah, artikel-artikel, jurnal-jurnal, surat
kabar, internet dan informasi-informasi tertulis lainnya yang berhubungan dengan pembahasan dalam skripsi ini. Melalui riset ini akan didapat konsep, toeri, dan defenisi-defenisi yang akan penulis pergunakan sebagai landasan berfikir dan analisa dalam proses penulisan. Data yang diperoleh melalui pendekatan ini adalah data sekunder.
D. METODE ANALISIS DATA. Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah bersifat eksplorasi yang gunanya untuk menjawab pertanyaan apa, sehingga dengan memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut akan memberikan pemahaman dan pengertian secara mendalam terhadap suatu objek. Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam pengukuran, sehingga bila alat ukur itu digunakan dalam pengukuran maka akan bisa menghasilkan data kuantitatif. Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrument tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk angka sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Cara yang paling sering digunakan dalam menentukan skor adalah dengan menggunakan skala Likert. Cara pengukurannya adalah dengan memberikan jawaban,skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Koesioner menggunakan skala Likert dengan rumusan sebagai berikut: SS
= Sangat Setuju
diberi skor 5
S
= Setuju
diberi skor 4
R
= Ragu-ragu
diberi skor 3
TS
= Tidak Setuju
diberi skor 2
STS = Sangat Tidak Setuju
diberi skor 1
Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah angket atau kuesioner, yaitu Validitas dan Reliabilitas : 1. Uji Validitas Menurut Masri Singarimbun (1995:124), validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sekiranya pengukur menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Untuk mengukur validitas, instrumen menggunakan rumus teknik korelasi produk moment yang rumusnya sebagai berikut : n(∑ xy ) − (∑ x)(∑ y )
rxy =
{n∑ x
2
− (∑ x ) 2
}{n∑ y 2 − ∑ y ) 2 }
Dimana : r = korelasi produk moment Σxy = jumlah perkalian skor item dengan skor Σx² = jumlah skor kuadrat item Σy² = jumlah skor kuadrat item n = jumlah sampel
Uji hipotesis untuk validitas tiap butir suatu angket atau kuesioner adalah sebagai berikut : a) Hipotesis
H 0 = skor butir tidak berkorelasi positif dengan skor faktornya (butir tidak valid ) H 1 = skor butir berkorelasi positif dengan skor faktornya (butir valid)
b) Tingkat signifikan = 5 % c) Daerah kritis
Rhasilpositif ≤ Rtabel , maka H 0 tidak ditolak Rhasilpositif > Rtabel , maka H 0 ditolak
d) Uji statistik = dengan menggunakan program SPSS 16 yaitu dapat dilihat pada kolom Pearson Correlation pada output. e) Kesimpulan Rhasilpositif ≤ Rtabel , maka H 0 pertanyaan tidak valid Rhasilpositif > Rtabel ,maka H 0 pertanyaan valid Jika terdapat butir yang tidak valid, maka butir yang tidak valid tersebut harus dikeluarkan dan proses analisis diulang untuk butir yang valid saja. 2. Uji Reabilitas Menurut Azwar (2003), bahwa reabilitas alat ukur menunjukkan sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap sekelompok subjek yang sama memperoleh hasil yang sama pula, selama aspek dalam diri subjek yang diukur belum berubah. Reliabilitas menunjukkan stabilitas dan konsistensi Instrumen pengukuran dan mengukur konsep studi. Uji ini digunakan untuk menguji seberapa konsisten satu atau seperangkap pengukuran mengukur secara konsisten suatu konsep yang diukur. Untuk melihat
reliabilitas
instrumen akan dihitung Cronbach’s Alpha masing-
masing instrumen. Instrumen dikatakan reliabel bila memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,6 (Nunnaly dalam Fajar Suryo Saputro,2007).
3. Analisis Faktor. Dalam penelitian yang akan penulis lakukan, alat analisis data yang penulis gunakan adalah analisis faktor. Metode analisis faktor pertama kali digunakan oleh Charles Spearman untuk memecahkan masalah psikologi dalam tulisannya di American Jounal Of Psychology pada tahun 1904, mengenai penetapan dan pengukuran intelektual. Analisis faktor menyederhanakan hubungan yang beragam dan kompleks pada set data atau variabel amatan dengan menyatukan faktor atau dimensi yang saling berhubungan atau mempunyai korelasi ke dalam suatu struktur data yang baru, yang mempunyai set faktor yang lebih kecil, analisis faktor adalah istilah umum untuk bagian dari teknik analisis statistik mengenai pengurangan (reduction) sesuatu kelompok variabel yang tampak dari sedikit jumlah faktor yang tersembunyi. Tujuan utama dari analisis faktor yang menjelaskan hubungan diantara banyak variabel dalam bentuk beberapa faktor, dimana faktor-faktor tersebut merupakan besaran acak (random Quantities) yang tidak dapat diamati atau diukur secara langsung (Gasperz dalam Fajar Suryo Saputro,2007) Rumus dari analisis faktor adalah : X i = Ai1 F1 + Ai 2 F2 + Ai 3 F3 + Ai1 F1 + ......... + ViU i Dimana : X i = Variabel terstandar ke-i Ai1 = Koefisien regresi dari variabel ke-1 pada common faktor-i F Vi
= Common faktor = Koefisien regresi terstandar dari variabel ke-1 pada common faktor unik ke-i
Ui M
= variabel unik untuk variabel ke-i = jumlah common faktor
Secara jelas common faktor dapat diformulasikan sebagai berikut : Fi = Wi1 X 1 + Wi 2 X 2 + Wi 3 X 3 + ............. + Wik X k Dimana : Fi = faktor ke-i estimasi Wi = bobot faktor atau skor koefisien faktor K = jumlah variabel
Menurut Wibisono (2006:153) fungsi dari analisis faktor adalah sebagai berikut : a. Menentukan himpunan dari dimensi yang tidak mudah diamati dalam himpunan variabel (R factor analysis). b. Mengelompokkan orang-orang (misalnya responden kuis) ke dalam kelompokkelompok yang berbeda di dalam populasi (Q factor analysis). c. Mengidentifikasikan variabel-variabel yang akan digunakan dalam analisis lanjutan (regresi,korelasi atau diskriminan). d. Membentuk himpunan dari variabel (dengan jumlah yang lebih sedikit) untuk menggantikan (sebagian atau seluruh himpunan variabel awal). e. Menganalisis suatu fenomena dengan data yang sangat besar. f. Menjabarkan atau menguraikan suatu kaitan yang kompleks diantara fenomena ke dalam fungsi kesatuan-kesatuan atau ke dalam bagian-bagiannya dan dapat mengidentifikasi pengaruh dari luar (independen). Menurut Singgih Santoso (2003:95) unrtuk menganalisis faktor ada beberapa proses dasar,yaitu:
a. Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis. b. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan, dengan menggunakan MSA (Measure Of Sampling Adequacy). c. Melakukan proses inti pada analisis faktor, yakni faktoring atau menurunkan satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel sebelumnya. d. Melakukan proses Factoring Rotation atau rotasi terhadap faktor yang telah dibentuk. Tujuan rotasi adalah untuk memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu, beberapa metode rotasi, yaitu: 1) ORTHOGONAL ROTATION, yakni memutar sumbu 90 0 , orthogonal
rotation digunakan apabila analisis bertujuan untuk mereduksi jumlah variable tanpa mempertimbangkan seberapa berartinya faktor yang diekstraksi. Menurut Wibisono (2006:160), proses rotasi dengan metode orthogonal masih bisa dibedakan menjadi : (a) QUARTIMAX, metode ini bertujuan untuk merotasi faktor awal hasil ekstraksi, hingga pada akhirnya diperoleh hasil rotasi, dimana setiap variabel memberi bobot yang tinggi di satu faktor dan sekecil mungkin pada faktor lainnya. (b) VARIMAX, bertujuan untuk merotasi faktor awal hasil ekstraksi, sehingga pada akhirnya diperoleh hasil rotasi, dimana dalam satu kolom nilai yang ada sebanyak mungkin mendekati nol. Hal ini berarti di dalam setiap faktor mencakup sedikit mungkin variabel. (c) EQUIMAX, bertujuan untuk mengkombinasikan metode quartimax dan varimax. Dalam penelitian ini penulis menggunakan VARIMAX.
2) OBLIQUE ROTATION, yakni memutar sumbu kanan, namun tidak harus 90 0 . Dengan rotasi ini, korelasi antar faktor masih diperhitungkan, karena sumbu faktor tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Oblique rotation digunakan untuk memperoleh sejumlah faktor yang teoritis cukup berarti. Proses rotasi dengan metode oblique masih bisa dibedakan menjadi: OBLIMIN, PROMAX, ORTHOBLIQUE dan lainya. e. Interpretasi atas faktor yang telah dibentuk, khususnya memberi nama atas faktor yang terbentuk tersebut yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut.
Menurut
Wibisono
(2006:160)
terdapat
empat
tahapan
dalam
menginterpretasikan sebuah faktor yang terbentuk,yaitu: 1) Dimulai dari variabel urutan pertama. Interpretasi dimulai dengan bergerak dari faktor paling kiri ke faktor paling kanan pada setiap baris untuk mencari bilangan yang nilai mutlaknya paling besar dalam baris tersebut. 2) Bilangan yang paling besar menunjukkan dalam faktor mana setiap variabel termasuk, dengan demikian dapat diketahui variabel-variabel mana yang masuk dalam suatu faktor. 3) Poin 1 dan 2 digunakan berulang kali, sehingga semua variabel telah tercakup dalam faktor-faktor ekstraksi. 4) Bila ada variabel yang belum termasuk dalam salah satu faktor (karena bobotnya kurang dari batas keberartian), terdapat dua pilihan yang bisa dilakukan, yaitu: (a) Menginterpretasikan solusi apa danya tanpa mengikutkan variabel yang bobotnya tidak signifikan.
(b) Mengevaluasi variabel yang tidak memiliki bobot signifikan tersebut. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengetahui relevansi variabel dalam penelitian yang dilakukan. f. Validasi atas hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk telah valid. Validasi analisis faktor dimaksudkan untuk mengetahui apakah hasil analisis tersebut bisa digeneralisasikan ke populasi. Validasi bisa dilakukan dengan berbeberapa cara, yaitu: 1) Menjadi dua bagian, kemudian membandingkan hasil faktor sampel satu dengan sampel dua. Jika hasil tidak banyak perbedaan, bisa dikatakan faktor yang terbentuk telah valid. 2) Dengan melakukan metode Comfirmatory Factor Analysis (CFA) dengan cara Stuctural Equation Modelling. Proses ini bisa dibantu dengan menggunakan software khusus seperti LISREL. g. Setelah faktor terbentuk dikatakan stabil dan bisa untuk menggeneralisasikan populasinya, maka selanjutnya bisa dilakukan pembuatan Faktor Scores. Faktor Scores pada dasarnya adalah upaya untuk membuat satu atau beberapa variabel
yang lebih sedikit dan berfungsi untuk menggantikan variabel asli yang sudah ada. Pembuatan faktor Scores akan berguna jika akan dilakukan analisis lanjutan seperti analisis regresi atau analisis diskriminant. Dalam penelitian ini proses analisis dilakukan hanya sampai pada langkah menginterpretasikan faktor yang telah terbentuk dan memberikan nama atas faktor terbentuk. Penulis tidak melanjutkan pada langkah validasi dan faktor Scores, karena kedua langkah tersebut diperlukan jika ingin melakukan analisis regresi dan analisis diskriminant. Sedangkan tujuan dalam penelitian ini hanya sebatas ingin mengetahui faktor-faktor yang akan terbentuk atas variabel-variabel yang telah ada.
Menurut Ety Rochaety dkk (2007:186) ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan analisis faktor, yaitu: a. KMO dan Bartlett Test. KMO merupakan indeks pembanding besarnya koefisien korelasi observasi dengan besarnya koefisien korelasi parsial. Jika nilai kuadrat koefisien korelasi parsial dari semua pasangan variabel lebih kecil daripada jumlah kuadrat koefisien korelasi, maka harga KMO akan mendekati satu, yang menunjukkan kesesuaian penggunaan analisis faktor. (Menurut Kaiser dalam Wibisono, 2006:153) :
Harga KMO sebesar 0,9 adalah sangat memuaskan Harga KMO sebesar 0,8 adalah memuaskan Harga KMO sebesar 0,7 adalah harga menengah Harga KMO sebesar 0,6 adalah cukup Harga KMO sebesar 0,5 adalah kurang memuaskan Harga KMO sebesar 0,4 adalah tidak dapat diterima
Angka KMO dan Bartlett’s Test harus diatas 0,5. ketentuan tersebut didasarkan pada kriteria sebagai berikut: Jika probabilitas (Sig) < 0,05 maka variabel penelitian dapat dianalisis lebih lanjut. Jika probabilitas (Sig) > 0,05 maka variabel penelitian tidak dapat dianalisis lebih lanjut.
b. Anti Image Matrices.
Besarnya angka Measure Of Sampling Adequcy (MSA) berkisar antara 0-1, dengan kriteria sebagai berikut : 1) Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa
kesalahan
oleh variabel lain 2) Jika MSA > 0.05, maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dapat dianalisa lebih lanjut. 3) Jika MSA < 0.05, maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisa lebih lanjut, sehingga variabel harus dikeluarkan atau dibuang.
E. OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN.
Perumusan operasional variabel ini berdasarkan dari tinjauan pustaka yang telah diutarakan pada bab 2, penulis memperoleh perumusan tersebut dari buku karangan Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia dengan judul Bank Syariah: Konsep,Produk dan Implementasi Operasional. Maka penulis dapat menyimpulkan rumusan sebagai berikut: 1. Teknologi
1) Kualitas jasa layanan yang diberikan. 2) Kelangsungan usaha suatu bank. 3) Jenis transaksi semakin meningkat. 4) Jenis transaksi semakin kompetitif. 2. Perilaku nasabah
5) Produk-produk perbankan kompetitif. 6) Memperluas akses nasabah. 7) Memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap produk-produk perbankan.
8) Kebutuhan terhadap layanan jasa keuangan lebih meningkat. 3. Pesaing
9) Pelayanan yang terbaik atau istimewa dibandingkan bank syariah lain. 10) Kemudahan bertransaksi dengan banyaknya jumlah jaringan outlet. 11) Kemampuan bersaing. 12) Kemampuan mengungguli dalam hal produk-produk perbankan. 4. Internal bank
13) Reputasi semakin bagus. 14) Semakin dikenal masyarakat. 15) Mengedepankan prinsip-prinsip syariah. 16) Maksimal dalam memberikan pelayanan.
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat PT. BNI (Persero) Tbk.
BNI berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia), pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan saja pembentukannya. Sampai saat ini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendirian BNI yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional. Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai Bank Sirkulasi atau Bank Sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai Bank Pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai Bank Devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Sehubungan dengan penambahan modal tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan pengungkit bagi sektor usaha nasional. Sejalan dengan keputusan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini
menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai ‘BNI 46’. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat – ‘Bank BNI’ – ditetapkan bersamaan dengan perubahan identitas perusahaan tahun 1988. Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT. Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996. Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial – budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus – menerus. Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi masa – masa yang sulit. Sebutan ‘Bank BNI’ dipersingkat menjadi ‘BNI’, sedangkan tahun pendirian – ‘46’ – digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai Bank Nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Sejarah Singkat PT. BNI (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan
Berkembangnya bank – bank syariah di Negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Ini ditandai dengan disetujuinya Undang – Undang No. 10 Tahun 1998, yang mengatur dengan rinci landasan hukum serta jenis – jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang – Undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank – bank konvensional untuk membuka cabang syariah.
Peluang tersebut ternyata disambut antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan dalam bidang perbankan syariah bagi para staffnya. Sebagian bank tersebut mulai membuka divisi atau cabang syariah dalam institusinya. Sejak pascareformasi yang mulai diperkenankannya konversi cabang bank umum konvensional menjadi cabang syariah, maka berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya, PT. BNI (Persero) Tbk. bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta menjadi kebanggaan. Dengan mendirikan Cabang Syariah di berbagai wilayah Indonesia. Salah satu cabangnya berada di Jakarta Selatan .
3. Visi dan Misi PT. BNI (Persero) Tbk. Divisi Unit Usaha Syariah a. Visi
Menjadi Bank Syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai dengan kaidah sehingga insya allah membawa berkah. b. Misi
Secara Istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja dan layanan perbankan dan jasa keuangan syariah sehingga menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri.
B. Uji Validitas Dan Reliabilitas
1. Validitas
Pada uji validitas digunakan 40 kuesioner dengan 16 butir pertanyaan, dan
r
tabel = 0,312 (terdapat pada lampiran 7) untuk mengetahui apakah butir-butir dalam angket tersebut valid. Untuk mengetahui validitas ke-16 butir tersebut dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation yang dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Uji Validitas Pearson Konstruk Penelitian Correlation KRITERIA TEKNOLOGI Kualitas Layanan Perbankan (A1) 0.367(*) Perkembangan Layanan Perbankan (A2) 0.370(*) Transaksi Perbankan (A3) 0.426(**) Pelayanan Mobile Banking (A4) 0.132 KRITERIA PERILAKU NASABAH Produk-Produk Perbankan (B1) 0.345(*) Perluasan Akses Nasabah (B2) 0.530(**) Kebutuhan Produk Perbankan ( B3) 0.434(**) Layanan Jasa Keuangan (B4) 0.531(**) KRITERIA PESAING Pelayanan yang Istimewa (C1) 0.386(*) Kemudahan Bertransaksi (C2) 0.424(**) Kemampuan Bersaing (C3) 0.540(**) Kemempuan Mengungguli (C4) 0.442(**) KRITERIA INTERNAL BANK Reputasi Bagus (D1) 0.624(**) Semakin Dikenal Masyarakat (D2) 0.557(**) Mengedepankan Prinsip Syariah (D3) 0.536(**) Maksimalisasi Pelayanan (D4) 0.694(**) ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber: Data Olahan Kuesioner SPSS.
Sig. (2-tailed)
N
0.020 0.019 0.006 0.418
40 40 40 40
0.029 0.000 0.005 0.000
40 40 40 40
0.014 0.006 0.000 0.004
40 40 40 40
0.000 0.000 0.000 0.000
40 40 40 40
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa ada satu butir pertanyaan yang tidak valid atau tidak dapat digunakan karena nilai koefisien korelasi kurang dari r tabel ( 0,312), yaitu pertanyaan yang no.4 (Pelayanan Mobile Banking) pada kriteria teknologi (A4) dengan nilai 0,132 atau signifikannya lebih dari 0,05 yaitu 0,418, padahal ketentuan signifikan untuk validitas adalah kurang dari 0,05. Maka untuk pertanyaan no.4 tentang pelayanan Mobile Banking tidak dapat diproses lebih lanjut. Item pertanyaan yang valid dianggap sudah terstandarisasi disebarkan kepada nasabah BNI Syariah sebanyak 100 responden dengan 15 variabel yang selanjutnya akan digunakan untuk analisis faktor.
2. Reliabilitas Suatu instumen dikatakan reliabel bila memiliki nilai Cronbach alpha lebih besar dari 0,6. reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .751
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .750
N of Items 16
Sumber : Hasil Output dari SPSS Berdasarkan tabel 4.2 nilai Cronbach Alpha 0,751 > 0,60. dapat disimpulkan bahwa ke-16 variabel untuk mengukur faktor-faktor kinerja teknologi informasi Office Channeling dalam usaha bank adalah valid dan reliabel.
C. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif Statistik
Penelitian menggunakan sampel sebanyak 140 responden. 40 responden diantaranya digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas, sedangkan sisanya sebanyak 100 responden digunakan untuk analisis faktor. Berdasarkan hasil output dari kuesioner yang telah dibagikan kepada nasabah BNI Syariah, maka diperoleh data sebagai berikut: a. Analisis Deskriptif Statistik Identitas Nasabah (sampel) Dalam penelitian ini telah disebarkan kuesioner kepada 100 sampel nasabah, berikut ini tabel serta penjelasan dari 100 sampel nasabah tersebut:
Tabel 4.3 Jenis Kelamin
Valid
Pria Wanita Total
Frequency 37
Percent 37.0
Valid Percent 37.0
Cumulative Percent 37.0 100.0
63
63.0
63.0
100
100.0
100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS Dari tabel frekuensi jenis kelamin bisa dilihat bahwa ada 37 responden yang jenis kelamin pria dan 63 responden yang memiliki jenis kelamin wanita
Tabel 4.4
Periode menjadi nasabah
Valid
Cumulative Percent 12.0
2005-2006
Frequency 12
Percent 12.0
Valid Percent 12.0
2006-2007
43
43.0
43.0
55.0
2007-2008
45
45.0
45.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Dari tabel frekuensi Periode responden menjadi nasabah bisa dilihat bahwa ada 12 responden yang menjadi nasabah pada tahun 2005-2006 sampai saat ini menjadi nasabah, 43 responden yang menjadi nasabah pada tahun 2006-2007 sampai saat ini menjadi nasabah, dan 45 responden yang menjadi nasabah pada tahun 2005-2006 sampai saat ini menjadi nasabah. b. Analisis Deskriptif Statistik Kriteria Teknologi
Tabel 4.5
Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi)
Valid
Sangat Tidak Setuju
Frequency 1
Percent 1.0
Valid Percent 1.0
Cumulative Percent 1.0
Tidak Setuju
3
3.0
3.0
4.0
Ragu-ragu
12
12.0
12.0
16.0
Setuju
70
70.0
70.0
86.0 100.0
Sangat Setuju Total
14
14.0
14.0
100
100.0
100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Salah satu unsur-unsur dari kriteria Teknologi adalah kualitas layanan perbankan. Yaitu bagaimana
pelayanan yang diberikan oleh pihak bank
terhadap nasabahnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.5 yang menunjukkan bahwa 70 % nasabah BNI Syariah berpendapat bahwa kualitas pelayanan perbankan penting dalam menunjang program Office Channeling, agar BNI Syariah selalu terdepan dalam urusan teknologi pelayanan.
Tabel 4.6 Perkembangan Layanan perbankan (Teknologi)
Valid
Tidak Setuju Ragu-ragu
Frequency 3
Percent 3.0
Valid Percent 3.0
Cumulative Percent 3.0
7
7.0
7.0
10.0
Setuju
76
76.0
76.0
86.0
Sangat Setuju
14
14.0
14.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Adapun perkembangan layanan perbankan merupakan salah satu kriteria teknologi pada usaha bank. Oleh karena itu BNI Syariah harus mengupdate terus perkembangan layanan perbankan disektor teknologi, jangan sampai ketinggalan dari bank lain terutama dalam hal menunjang perkembangan program Office Channeling. Hal ini dibuktikan oleh jumlah responden atau nasabah 76 % menyatakan setuju dan 14% menyatakan sangat setuju, sisanya 10% menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju.
Tabel 4.7 Transaksi perbankan (Teknologi)
Valid
Sangat Tidak Setuju
Frequency 3
Tidak Setuju
Percent 3.0
Valid Percent 3.0
Cumulative Percent 3.0
2
2.0
2.0
5.0
Ragu-ragu
13
13.0
13.0
18.0
Setuju
67
67.0
67.0
85.0
Sangat Setuju
15
15.0
15.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
Sumber : Hasil Output dari SPSS Unsur teknologi dalam transaksi perbankan sangatlah diperlukan oleh nasabah agar transaksi dapat efektif dan efisien. Hal tersebut dibuktikan dengan 67% responden atau nasabah mengatakan setuju dan 15% mengatakan sangat setuju. Untuk menciptakan transaksi perbankan yang efektif dan efisien, maka diperlukan teknologi yang sangat mendukung dalam usaha bank terutama dalam program Office Channeling. c. Analisis Deskriptif Statistik Kriteria Perilaku Nasabah
Tabel 4.8 Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah)
Valid
Sangat Tidak Setuju
Frequency 2
Tidak Setuju
Percent 2.0
Valid Percent 2.0
Cumulative Percent 2.0
3
3.0
3.0
5.0
Ragu-ragu
16
16.0
16.0
21.0
Setuju
64
64.0
64.0
85.0
Sangat Setuju
15
15.0
15.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Salah satu faktor yang menentukan dalam kepuasan nasabah terhadap pelayanan perbankan pada BNI Syariah adalah dengan menawarkan kepada nasabahnya produk-produk perbankan yang menunjang transaksi bisnis nasabah itu sendiri. Hal ini dibuktikan dengan 64% menjawab bahwa setuju dengan bank yang selalu menawarkan produk-produk perbankan yang kompetitif terutama ditunjang dengan program Office Channeling yang akan menambah persaingan antara bank satu dengan yang lain untuk mendapatkan dana dari nasabah baik berupa DPK(Dana Pihak Ketiga) maupun Pembiayaan yang diajukan oleh nasabah. Apalagi dengan didukung oleh program Office Channeling yang diberlakukan oleh Bank Indonesia (BI).
Tabel 4.9
Perluasan Akses nasabah (Perilaku Nasabah)
Valid
Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Frequency 5
Percent 5.0
Valid Percent 5.0
Cumulative Percent 5.0
9
9.0
9.0
14.0
64
64.0
64.0
78.0 100.0
22
22.0
22.0
100
100.0
100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Akses nasabah akan semakin luas dengan adanya program Office Channeling, agar nasabah tidak memperoleh kendala lagi dalam bertransaksi
perbankan. Hal ini dilakukan supaya nasabah mendapat kemudahan dalam memperoleh akses layanan perbankan, hal ini dapat dilihat dari jawaban responden atau nasabah yang menyebutkan bahwa 64% nasabah berpendapat bahwa setuju dengan diberlakukan Office Channeling akan membuka seluasluasnya akses perbankan bagi nasabah terutama bagi nasabah BNI Syariah.
Tabel 4.10
Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah)
Valid
Frequency 3
Percent 3.0
Valid Percent 3.0
Cumulative Percent 3.0
Ragu-ragu
16
16.0
16.0
19.0
Setuju
62
62.0
62.0
81.0
Sangat Setuju
19
19.0
19.0
100.0
100
100.0
100.0
Tidak Setuju
Total
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Kebutuhan nasabah akan produk-produk perbankan semakin hari semakin meningkat, oleh sebab itu pihak bank harus selalu bersikap inovatif dalam mengeluarkan produk-produk perbankan yang akan ditawarkan kepada nasabah agar kebutuhan nasabah akan transaksi perbankan selalu terpenuhi, khususnya BNI Syariah yang selalu mengedepankan kepentingan nasabah baik dalam pengumpulan dana maupun dalam penyaluran dana ke masyarakat terutama nasabah BNI Syariah itu sendiri. Apalagi hal itu ditunjang dengan diberlakukannya program Office Channeling. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden atau nasabah yang
menyebutkan bahwa 62% nasabah berpendapat bahwa setuju dengan
diberlakukannya program Office Channeling akan membuat pihak bank semakin gencar menawarkan produk-produk perbankan kepada masyarakat agar kebutuhan masyarakat akan produk-produk perbankan terpenuhi terutama nasabah BNI Syariah. Tabel 4.11
Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah)
Valid
Sangat Tidak Setuju
Frequency 1
Percent 1.0
Valid Percent 1.0
Cumulative Percent 1.0
Tidak Setuju
3
3.0
3.0
4.0
Ragu-ragu
15
15.0
15.0
19.0
Setuju
59
59.0
59.0
78.0
Sangat Setuju
22
22.0
22.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Layanan jasa keuangan dewasa ini semakin berkembang apalagi tuntutan nasabah yang selalu inginkan pelayanan jasa keuangan yang terbaik. Pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar nasabah menyatakan setuju dengan layanan jasa keuangan yang semakin berkembang dengan adanya Office Channeling dengan persentase 59%. Ini menunjukkan bahwa sebagian
besar responden mengharapkan kemajuan layanan jasa keuangan dalam suatu bank dengan ditunjang program Office Channeling akan semakin berkembang pesat terutama pada BNI Syariah.
d. Analisis Deskriptif Statistik Kriteria Pesaing Tabel 4.12
Pelayanan yang Istimewa (Pesaing)
Valid
Frequency 4
Percent 4.0
Valid Percent 4.0
Cumulative Percent 4.0
Ragu-ragu
26
26.0
26.0
30.0
Setuju
53
53.0
53.0
83.0
Sangat Setuju
17
17.0
17.0
100.0
100
100.0
100.0
Tidak Setuju
Total
Sumber : Hasil Output dari SPSS Secara rasional, nasabah pastilah mengharapkan pelayanan yang istimewa pada setiap transaksinya yang diberikan oleh pihak bank,apalagi pada zaman sekarang nasabah akan lebih memilih bank yang paling bagus dan istimewa dalam memberikan pelayanan perbankan dalam melakukan semua transaksi perbankan. Maka bank yang mampu memberikan keistimewaan pelayananlah yang menjadi daya tarik nasabah dalam hal melakukan Funding maupun Financing. Hal ini akan semakin berkembang dengan diberlakukannya Office Channeling, khususnya pada BNI Syariah. Hal ini dibuktikan dengan 53%
responden menyatakan setuju.
Tabel 4.13
Kemudahan Bertransaksi (Pesaing)
Valid
Sangat Tidak Setuju
Frequency 2
Percent 2.0
Valid Percent 2.0
Cumulative Percent 2.0
Tidak Setuju
3
3.0
3.0
5.0
Ragu-ragu
12
12.0
12.0
17.0
Setuju
67
67.0
67.0
84.0
Sangat Setuju
16
16.0
16.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
Sumber : Hasil Output dari SPSS Kemudahan bertransaksi selalu diinginkan oleh setiap nasabah, oleh sebab itu program Office Channeling sangat membantu bank yang kesulitan dalam memberikan kemudahan bertransaksi kepada nasabah baik karena fasilitas yang kurang memadai, terkendala dengan biaya operasional dalam mendirikan kantor cabang yang baru dibeberapa daerah, dan sebagainya. Hal ini dapat diatasi dengan diberlakukannya program Office Channeling, terutama oleh BNI Syariah. Pada tabel diatas menunjukkan 67 responden menyatakan setuju,16 responden menyatakan sangat setuju.
Tabel 4.14
Kemampuan Bersaing (Pesaing)
Valid
Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Frequency 20
Percent 20.0
Valid Percent 20.0
Cumulative Percent 20.0
61
61.0
61.0
81.0 100.0
19
19.0
19.0
100
100.0
100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS Persaingan antara bank itu lumrah terjadi karena masing-masing bank akan berlomba-lomba dalam memberikan pelayanan yang bersifat kompetitif supaya tidak tertinggal dari bank lain di segala hal. Persaingan secara sehat akan menguntungkan pihak nasabah sebagai orang yang diberikan pelayanan. Hal ini akan mendorong bank untuk meningkatkan pelayanannya setiap waktu agar tidak kalah bersaing dengan
bank lain, hal ini menjadikan program Office Channeling menjadi sangat penting dilakukan oleh pihak bank karena menjadi faktor penunjang yang tidak kalah pentingnya dalam persaingan antar bank, terutama BNI Syariah. Hal ini dapat kita lihat pada tabel diatas yang menunjukkan 61 responden menyatakan setuju akan hal tersebut.
Tabel 4.15
Kemampuan Mengungguli (Pesaing)
Valid
Sangat Tidak Setuju
Frequency 2
Tidak Setuju
Percent 2.0
Valid Percent 2.0
Cumulative Percent 2.0
4
4.0
4.0
6.0
Ragu-ragu
33
33.0
33.0
39.0
Setuju
51
51.0
51.0
90.0
Sangat Setuju
10
10.0
10.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
Sumber : Hasil Output dari SPSS Salah satu yang menjadi penting dalam kriteria pesaing dalam usaha bank adalah kemampuan mengungguli pada berbagai hal. Tentu saja pihak bank menginginkan menjadi Leader bagi bank-bank yang lain, tapi tidak ingin menjadi Follower, karena akan menurunkan image dan citra yang kurang baik dimata nasabah. Dengan adanya program Office Channeling akan membuka selebar-lebarnya persaingan antara bank di dunia perbankan, apakah bank tersebut kurang bisa bersaing,mampu bersaing atau bahkan mampu mengungguli bank lain yang menjadi pesaingnya, terutama BNI Syariah. Tabel diatas menunjukkan bahwa 51% responden menyatakan setuju dan 33% menyatakan ragu-ragu, hal ini menunjukkan kemampuan mengungguli oleh pihak bank dapat dilakukan dengan melakukan program Office Channeling namun ada juga yang meragukan hal tersebut.
e. Analisis Deskriptif Statistik Kriteria Internal Bank Tabel 4.16
Reputasi Bagus (Internal Bank)
Valid
Frequency 2
Percent 2.0
Valid Percent 2.0
Cumulative Percent 2.0
Ragu-ragu
10
10.0
10.0
12.0
Setuju
71
71.0
71.0
83.0 100.0
Sangat Tidak Setuju
Sangat Setuju Total
17
17.0
17.0
100
100.0
100.0
Sumber : Hasil Output dari SPSS Tabel diatas menunjukkan bahwa 71% responden menyatakan bahwa setuju dengan diberlakukannya Office Channeling akan membuat reputasi sebuah bank semakin baik dan bagus dimata nasabah. Yang ditawarkan oleh bank bukanlah produk-produk berupa barang yang berwujud, namun berupa pelayanan jasa karena jasa yang ditawarkan menyangkut kepercayaan nasabah, oleh sebab itu prinsip Prudential Banking (prinsip kehati-hatian) menjadi sektor yang sangat vital bagi kelangsungan suatu bank, khususnya BNI Syariah. Hal ini dibuktikan dengan 71% yang menyatakan setuju dan 17% yang menyatakan sangat setuju.
Tabel 4.17
Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank)
Valid
Frequency 1
Percent 1.0
Valid Percent 1.0
Cumulative Percent 1.0
Ragu-ragu
14
14.0
14.0
15.0
Setuju
59
59.0
59.0
74.0
Sangat Setuju
26
26.0
26.0
100.0
100
100.0
100.0
Tidak Setuju
Total
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Mendekatkan diri kepada masyarakat yang menjadi target suatu bank agar mendapatkan Funding maupun menyalurkan Financing kepada seluruh masyarakat baik diperkotaan maupun dipedesaan hingga ke pelosok-pelosok daerah. Masalah ini dapat terbantu dengan diberlakukannya Office Channeling yang memudahkan bank untuk membuka cabang tanpa harus mendirikan kantor cabang yang baru yang membuat pengeluaran bank akan biaya mendirikan kantor cabang baru tersebut cukup besar, terutama BNI Syariah. Melihat tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar nasabah setuju dengan program Office Channeling yang menjadikan bank semakin dikenal oleh masyarakat luas karena akses kepada nasabah semakin luas dan mampu menjangkau ke daerah-daerah.
Tabel 4.18
Mengedepankan Prinsip Syari'ah (Internal Bank)
Valid
Sangat Tidak Setuju
Frequency 1
Tidak Setuju
Percent 1.0
Valid Percent 1.0
Cumulative Percent 1.0
2
2.0
2.0
3.0
Ragu-ragu
14
14.0
14.0
17.0
Setuju
59
59.0
59.0
76.0
Sangat Setuju
24
24.0
24.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
Sumber : Hasil Output dari SPSS Keseriusan suatu bank dimata nasabahnya maupun masyarakat dapat dinilai dari bagaimana bank tersebut mengelola dana yang diperoleh dari masyarakat,terutama bank syariah akan dapat dinilai oleh nasabah bank syariah itu sendiri bagaimana bank tersebut mengelola dana yang di dapat dari masyarakat tanpa meninggalkan prinsip-prinsip syariah yang ada dengan tetap
mengedepankan prinsip-prinsip syariah yang menjadi keunggulan bank syariah tersebut dari bank konvensional, terutama BNI Syariah. Hal ini ditunjukkan oleh sebagian besar nasabah yaitu 59% yang menyatakan setuju dengan Office Channeling bank syariah tetap dapat mengedepankan prinsip-prinsip syariah yang ada tanpa mengurangi dasardasar perbankan baik dalam hal pelayanan maupun menyangkut Funding maupun Financing. Hal tersebut diperkuat dengan 24% yang menyatakan sangat setuju akan hal tersebut. Tabel 4.19
Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank)
Valid
Sangat Tidak Setuju
Frequency 2
Percent 2.0
Valid Percent 2.0
Cumulative Percent 2.0
1
1.0
1.0
3.0 11.0
Tidak Setuju Ragu-ragu
8
8.0
8.0
Setuju
66
66.0
66.0
77.0
Sangat Setuju
23
23.0
23.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
Sumber : Hasil Output dari SPSS Tentunya dalam melakukan maksimalisasi pelayanan, maka bank akan melakukan berbagai cara. Salah satunya dalam memamfaatkan program Office Channeling agar pelayanan yang diberikan bank kepada nasabahnya secara
khusus dan masyarakat secara umumnya dapat terpenuhi dengan baik dan semaksimal mungkin. Hal ini dibuktikan dengan 66% dan 23% responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju.
2. Hasil Analisis Faktor
a. Menentukan Variabel yang Akan Dianalisa Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari 15 variabel yang sebelumnya telah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. b. Menguji Variabel-Variabel yang Telah Ditentukan Ke-15 variabel yang telah dianggap valid dan reliabel, dimasukkan ke dalam analisis faktor untuk diuji apakah nilai dari KMO and Barlett’s dan MSA (Measures Of Sampling Adequacy) nya diatas 0,5. hasil dari analisis dapat dilihat pada tabel 4.20 dibawah ini :
Tabel 4.20
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .822 Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
606.811 105 .000
Sumber :Hasil Output dari SPSS Angka KMO and Bartlett’s Test adalah 0.822 dengan tingkat signifikansi 0.000. oleh karena angka tersebut sudah diatas 0.5 dan signifikansi jauh dibawah 0.05 (0.000 < 0.05), maka variabel dan sampel yang ada sebenarnya sudah bisa dianalisis lebih lanjut. Angka MSA dalam tabel Anti-Image Matrices pada Anti-Image Correlation, pada angka korelasi yang bertanda a (arah dari kiri atas ke kanan bawah). Angka MSA untuk variabel Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi) adalah 0.786, untuk variabel
Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi) adalah
0.831, untuk variabel Transaksi Perbankan (Teknologi) adalah 0.888, untuk
variabel Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah) adalah 0.801, untuk variabel Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) adalah 0.830, untuk variabel Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah) adalah 0.798, untuk variabel Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) adalah 0.734, untuk variabel Pelayanan yang Istimewa (Pesaing) adalah 0.829. Untuk variabel Kemudahan Bertransaksi (Pesaing) adalah 0.891, untuk variabel Kemampuan Bersaing (Pesaing) adalah 0.686, untuk variabel Kemampuan Mengungguli (Pesaing) adalah 0.755, untuk variabel Reputasi Bagus (Internal Bank) adalah 0.851, untuk variabel Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) adalah 0.927, untuk variabel Mengedepankan Prinsip-prinsip Syariah (Internal Bank) adalah 0.843, untuk variabel Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank) adalah 0.838.
Dengan kriteria angka MSA di atas 0.5 maka terlihat bahwa semua variabel sudah memiliki MSA di atas 0.5. Dengan
demikian ke-15 variabel dapat
dianalisis lebih lanjut.
c. Melakukan Faktoring dan Rotasi Setelah semua variabel memenuhi syarat untuk dianalisis, tahap selanjutnya adalah melakukan proses inti dari analisis faktor, yaitu melakukan ekstraksi terhadap sekumpulan variabel yang ada, sehingga terbentuk satu atau beberapa faktor. Dalam melakukan proses faktor ekstraksi ini metode yang digunakan adalah Principal Component Analysis. Setelah empat faktor terbentuk, dengan sebuah faktor yang berisi sejumlah variabel, mungkin saja sebuah variabel sulit untuk ditentukan akan masuk ke
dalam faktor yang mana. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan proses rotasi pada faktor yang terbentuk, sehingga memperjelas posisi sebuah variabel, akankah dimasukkan pada faktor yang satu atau ke faktor yang lain. Dalam penelitian ini proses rotasi menggunakan metode Varimax (bagian dari Orthogonal).
Tabel 4.21 Communalities Initial Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi) Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi) Transaksi Perbankan (Teknologi)
Extraction
1.000
.786
1.000
.783
1.000
.649
1.000
.678
1.000
.538
1.000
.614
1.000
.711
1.000
.543
1.000
.701
1.000
.644
1.000
.664
1.000
.714
1.000
.379
Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah)
Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah)
Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) Pelayanan yang istimewa (Pesaing) Kemudahan Bertransaksi (Pesaing) Kemampuan Bersaing (Pesaing) Kemampuan Mengungguli (Pesaing) Reputasi Bagus (Internal Bank) Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank)
Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank) Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank)
1.000
.444
1.000
.672
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Sumber :Hasil Output dari SPSS Pada tabel 4.21 dapat dilihat bahwa variabel Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi), angkanya adalah 0.786. hal ini menunjukkan bahwa sekitar 78.6% varians dari variabel Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi) bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk (jika pada tabel Component Matrix, ada 4 Component yang berarti ada 4 faktor yang terbentuk). Untuk variabel Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi), angkanya adalah 0.783. Hal ini berarti sekitar 78.3% varians dari variabel Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel Transaksi Perbankan (Teknologi), angkanya adalah 0.649. Hal ini berarti sekitar 64.9% varians dari variabel Transaksi Perbankan (Teknologi) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah), angkanya adalah 0.678. Hal ini berarti sekitar 67.8% varians dari variabel Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel Perluasan Akses (Perilaku Nasabah), angkanya adalah 0.538. Hal ini berarti sekitar 53.8% varians dari variabel Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah), angkanya adalah 0.614. Hal ini berarti sekitar 61.4% varians dari variabel Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah), angkanya adalah 0.711. Hal ini berarti sekitar
71.1% varians dari variabel Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel Pelayanan yang Istimewa (Pesaing), angkanya adalah 0.543. Hal ini berarti sekitar 54.3% varians dari variabel Pelayanan yang Istimewa (Pesaing) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel Kemudahan Bertransaksi (Pesaing), angkanya adalah 0.701. Hal ini berarti sekitar 70.1% varians dari variabel Kemudahan Bertransaksi (Pesaing) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel Kemampuan Bersaing (Pesaing), angkanya adalah 0.644. Hal ini berarti sekitar 64.4% varians dari variabel Kemampuan Bersaing (Pesaing) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel Kemampuan Mengungguli (Pesaing), angkanya adalah 0.664. Hal ini berarti sekitar 66.4% varians dari variabel Kemampuan Mengungguli (Pesaing) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel Reputasi Bagus (Internal Bank), angkanya adalah 0.714. Hal ini berarti sekitar 71.4% varians dari variabel Reputasi Bagus (Internal Bank) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank), angkanya adalah 0.379. Hal ini berarti sekitar 37.9% varians dari variabel Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank), angkanya adalah 0.444. Hal ini berarti sekitar 44.4% varians dari variabel Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Untuk variabel Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank), angkanya adalah 0.672. Hal ini berarti sekitar 67.2% varians dari variabel Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank) dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Dengan ketentuan bahwa
semakin besar nilai Communalities sebuah variabel, berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk.
Tabel 4.22 Total Variance Explained Component
1
Initial Eigenvalues % of Cumulative Total Variance % 5.878 39.188 39.188
Extraction Sums of Squared Loadings % of Cumulative Total Variance % 5.878 39.188 39.188
Rotation Sums of Squared Loadings % of Cumulative Total Variance % 3.626 24.171 24.171
2
1.303
8.685
47.873
1.303
8.685
47.873
2.107
14.050
38.221
3
1.235
8.236
56.109
1.235
8.236
56.109
1.940
12.933
51.154
4
1.106
7.371
63.480
1.106
7.371
63.480
1.849
12.326
63.480
5
.876
5.840
69.320
6
.753
5.020
74.341
7
.707
4.715
79.055
8
.619
4.126
83.182
9
.577
3.844
87.026
10
.493
3.286
90.313
11
.404
2.695
93.008
12
.346
2.304
95.312
13
.273
1.821
97.133
14
.246
1.640
98.773
15
.184
1.227
100.000
Sumber : Hasil Output SPSS.
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 15 variabel (Component) yang dimasukkan dalam analisis faktor, yakni variabel Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi),
Perkembangan
Layanan
Perbankan
(Teknologi),
Transaksi
Perbankan (Teknologi), Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah), Perluasan Akses (Perilaku Nasabah), Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah), Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah), Pelayanan yang Istimewa (Pesaing), Kemudahan
Bertransaksi
(Pesaing),
Kemampuan
Bersaing
(Pesaing),
Kemampuan Mengungguli (Pesaing), Reputasi Bagus (Internal Bank), Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank), Mengedepankan Prinsip-prinsip Syariah (Internal Bank), Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank).
Pada tabel diatas terlihat bahwa hanya empat faktor yang terbentuk, karena dengan satu faktor, angka eigen values diatas 1, dengan dua angka eigen values juga masih diatas 1. Dengan tiga faktor, angka eigen values masih diatas 1, dengan empat faktor, angka eigen values masih diatas 1, namun untuk lima faktor, angka eigen values sudah dibawah satu, yakni 0.876. sehingga proses factoring seharusnya berhenti pada 4 faktor saja.
Grafik 4.1
Scree Plot
6
5
Eigenvalue
4
3
2
1
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Component Number
Sumber : Hasil Output dari SPSS
11
12
13
14
15
Jika tabel Total Variance menjelaskan dasar jumlah faktor yang didapat dengan perhitungan angka, Scree Plot menampakkan hal tersebut dengan grafik. Terlihat bahwa dari satu kedua faktor (faktor dari sumbu Component Number = 1 ke 2), arah garis menurun dengan sangat tajam. Kemudian dari angka 2 ke 3, garis masih menurun namun tidak setajam seperti dari angka 1 ke 2. Demikian pula dari angka 3 ke angka 4, namun kini dengan slope yang lebih kecil. Perhatikan juga faktor 5 sudah dibawah angka 1 dari sumbu Y (eigenvalues). Hal ini menunjukkan bahwa empat faktor adalah paling bagus untuk meringkas ke 15 variabel tersebut.
Tabel 4.23 Component Matrix(a) Component 1
2
3
4
Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi)
.608
-.423
.372
.316
Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi)
.635
-.423
.387
-.226
Transaksi Perbankan (Teknologi)
.739
-.251
-.056
-.191
Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah)
.715
-.121
-.274
-.279
Perluasan Akses (Perilaku Nasabah)
.695
-.071
-.172
-.146
Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah)
.695
-.197
-.167
-.253
Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah)
.485
-.443
-.191
.493
Pelayanan yang istimewa (Pesaing)
.434
.349
.466
.125
Kemudahan Bertransaksi (Pesaing)
.721
.337
.001
-.259
Kemampuan Bersaing (Pesaing)
.448
.314
.570
-.141
Kemampuan Mengungguli (Pesaing)
.636
.320
-.002
.397
Reputasi Bagus (Internal Bank)
.593
.259
-.301
.452
Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank)
.554
-.038
.202
.175
Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank)
.576
.219
-.217
-.131
Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank)
.737
.272
-.234
-.022
Extraction Method: Principal Component Analysis. a 4 components extracted.
Sumber : Hasil Output SPSS
Setelah diketahui bahwa empat faktor adalah jumlah yang paling optimal, maka tabel Component Matrix menunjukkan distribusi ke-15 (lima belas) variabel tersebut pada empat faktor yang terbentuk. Sedangkan angka-angka yang ada pada tabel tersebut adalah Factor Loading, yang menunjukkan besarnya korelasi antara suatu variabel dengan faktor 1, faktor 2, faktor 3, faktor 4,. Proses penentuan variabel mana yang akan masuk ke faktor mana, dilakukan dengan melakukan perbandingan besar korelasi pada setiap baris.
1) Variabel Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) Korelasi antara variabel Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) dengan faktor 1 adalah +0.485 (lemah karena dibawah 0.5). Korelasi antara variabel Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) dengan faktor 2 adalah -0.443 (sangat lemah karena dibawah 0.5). Korelasi antara variabel Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) dengan faktor 3 adalah -0.191 (sangat lemah karena dibawah 0.5). Korelasi antara variabel Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) dengan faktor 4 adalah +0.493 (lemah karena dibawah 0.5). Angka faktor loading yang mendekati 0.5 ada pada faktor 1 dan 4. oleh karena tidak ada korelasi yang berbeda dengan jelas, maka sulit untuk memutuskan akan dimasukkan ke faktor mana variabel Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) ini. Oleh karena masih ada beberapa variabel yang belum jelas akan dimasukkan ke dalam faktor mana, maka perlu dilakukan proses rotasi (rotation), agar semakin jelas perbedaan sebuah variabel yang akan dimasukkan pada faktor 1, 2, 3, atau 4.
2) Variabel Pelayanan yang Istimewa (Perilaku Nasabah) Korelasi antara variabel
Pelayanan yang Istimewa (Perilaku Nasabah)
dengan faktor 1 adalah +0.434 (lemah karena dibawah 0.5). Korelasi antara variabel
Pelayanan yang Istimewa (Perilaku Nasabah)
dengan faktor 2 adalah +0.349 ( lemah karena dibawah 0.5). Korelasi antara variabel
Pelayanan yang Istimewa (Perilaku Nasabah)
dengan faktor 3 adalah +0.466 ( lemah karena dibawah 0.5). Korelasi antara variabel
Pelayanan yang Istimewa (Perilaku Nasabah)
dengan faktor 4 adalah +0.125 (lemah karena dibawah 0.5). Angka Factor Loading yang mendekati 0.5 ada pada faktor 1 dan 3. Oleh karena tidak ada korelasi yang berbeda dengan jelas, maka sulit untuk memutuskan akan dimasukkan ke faktor mana variabel Pelayanan yang Istimewa (Perilaku Nasabah) ini. Oleh karena masih ada beberapa variabel yang belum jelas akan dimasukkan ke dalam faktor mana, maka perlu dilakukan proses rotasi (rotation), agar semakin jelas perbedaan sebuah variabel yang akan dimasukkan pada faktor 1, 2, 3, atau 4.
Tabel 4.24 Rotated Component Matrix(a) Component 1
2
3
4
Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi)
.147
.824
.134
.260
Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi)
.473
.620
-.240
.343
Transaksi Perbankan (Teknologi)
.682
.405
.071
.117
Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah)
.789
.191
.141
.014
Perluasan Akses (Perilaku Nasabah)
.656
.233
.211
.096
Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah)
.724
.284
.077
.049
Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah)
.168
.671
.411
-.253
Pelayanan yang istimewa (Pesaing)
.044
.137
.245
.680
Kemudahan Bertransaksi (Pesaing)
.649
-.043
.263
.458
Kemampuan Bersaing (Pesaing)
.172
.095
.010
.778
Kemampuan Mengungguli (Pesaing)
.211
.200
.680
.343
Reputasi Bagus (Internal Bank)
.265
.149
.786
.058
Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank)
.227
.405
.252
.317
Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank)
.559
-.038
.322
.162
Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank)
.616
.030
.493
.221
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a Rotation converged in 11 iterations.
Sumber :Hasil Output dari SPSS Component Matrix hasil proses rotasi (Rotated Component Matrix) memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata. Terlihat bahwa sekarang faktor loading yang dulunya kecil semakin diperkecil, dan faktor loading yang besar semakin diperbesar. Dibawah ini akan dijelaskan akan masuk ke faktor mana sebuah variabel yang ada, yaitu :
1) Variabel Kualitas Layanan (Teknologi) Variabel ini masuk kedalam faktor 2, karena faktor loading variabel Kualitas
Layanan
(Teknologi)
dengan
faktor
2
lebih
besar
dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.824. 2) Variabel Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi) Variabel ini masuk kedalam faktor 2, karena faktor loading variabel Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi) dengan faktor 2 lebih besar dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.620. 3) Variabel Transaksi Perbankan (Teknologi)
Variabel ini masuk kedalam faktor 1, karena faktor loading variabel Transaksi Perbankan (Teknologi) dengan faktor 1 lebih besar dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.682. 4) Variabel Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah) Variabel ini masuk kedalam faktor 1, karena faktor loading variabel Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah) dengan faktor 1 lebih besar dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.789. 5) Variabel Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) Variabel ini masuk kedalam faktor 1, karena faktor loading variabel Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) dengan faktor 1 lebih besar dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.656. 6) Variabel Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah) Variabel ini masuk kedalam faktor 1, karena faktor loading variabel Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah) dengan faktor 1 lebih besar dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.724. 7) Variabel Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) Variabel ini masuk kedalam faktor 2, karena faktor loading variabel Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) dengan faktor 2 lebih besar dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.671. 8) Variabel Pelayanan yang Istimewa (Pesaing) Variabel ini masuk kedalam faktor 4, karena faktor loading variabel Pelayanan yang Istimewa (Pesaing) dengan faktor 4 lebih besar dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.680. 9) Variabel Kemudahan Bertransaksi (Pesaing)
Variabel ini masuk kedalam faktor 1, karena faktor loading variabel Kemudahan bertransaksi (Pesaing) dengan faktor 1 lebih besar dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.649. 10) Variabel Kemampuan Bersaing (Pesaing) Variabel ini masuk kedalam faktor 4, karena faktor loading variabel Kemampuan Bersaing (Pesaing) dengan faktor 4 lebih besar dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.778. 11) Variabel Kemampuan Mengungguli (Pesaing) Variabel ini masuk kedalam faktor 3, karena faktor loading variabel Kemampuan Mengungguli (Pesaing) dengan faktor 3 lebih besar dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.680. 12) Variabel Reputasi Bagus (Internal Bank) Variabel ini masuk kedalam faktor 3, karena faktor loading
variabel
Reputasi Bagus (Internal Bank) dengan faktor 3 lebih besar dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.786. 13) Variabel Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) Korelasi antara variabel Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) dengan faktor 1 yang sebelum rotasi adalah 0.554, dengan rotasi maka semakin diperkecil menjadi 0.227. sebaliknya, korelasi antara variabel Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) dengan faktor 2 adalah 0.219, namun setelah dilakukan proses rotasi maka semakin diperbesar menjadi 0.405. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa variabel
Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) bisa dimasukkan sebagai komponen faktor 2, namun dengan bukti yang lebih jelas. 14) Variabel Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank)
Variabel ini masuk kedalam faktor 1, karena faktor loading variabel Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank) dengan faktor 1 lebih besar dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.559. 15) Variabel Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank) Variabel ini masuk kedalam faktor 1, karena faktor loading variabel Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank) dengan faktor 1 lebih besar dibandingkan dengan faktor lain yaitu 0.616. Dengan demikian, ke-15 (lima belas) variabel yang telah direduksi menjadi hanya terdiri atas 4 (empat) faktor, yaitu : 1) Faktor 1 terdiri atas Variabel Transaksi Perbankan (Teknologi), Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah), Perluasan Akses (Perilaku Nasabah), Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah), Kemudahan Bertransaksi (pesaing), Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank), Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank). 2) Faktor 2 terdiri atas Variabel Kualitas Layanan (Teknologi), Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi), Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah), Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank). 3) Faktor 3 terdiri atas Variabel Kemampuan Mengungguli (Pesaing), Reputasi Bagus (Internal Bank). 4) Faktor 4 terdiri atas Variabel Pelayanan yang Istimewa (Pesaing), Kemampuan Bersaing (Pesaing).
Tabel 4.25 Component Transformation Matrix
Component 1
1
2
3
4
.724
.430
.403
.359
2
-.067
-.733
.454
.502
3
-.375
.334
-.377
.779
4
-.576
.408
.699
-.114
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Sumber : Hasil Output dari SPSS
Pada tabel diatas angka-angka yang ada pada diagonal, antara Component 1 dengan 1, Component 2 dengan 2, Component 3 dengan 3, Component 4 dengan 4. Maka akan terlihat dua angka yang berada diatas 0.5 yaitu faktor 1 adalah 0.724 dan faktor 2 adalah -0.733 (tanda ‘-‘ hanya menunjukkan arah korelasi). Karena tidak ada korelasi yang berbeda dengan jelas. Dan dua angka sisanya yang berada dibawah 0.5 yaitu faktor 3 adalah -0.377 (tanda ‘-‘ hanya menunjukkan arah korelasi) dan faktor 4 adalah 0.114 (tanda ‘-‘ hanya menunjukkan arah korelasi). Walaupun cuma 2 faktor saja yang mempunyai korelasi diatas 0.5 (faktor 1 dan 2)
hal ini sudah cukup membuktikan kedua faktor atau
Component (faktor 1dan 2) yang terbentuk cukup tepat, karena mempunyai korelasi yang cukup tinggi, meskipun sebenarnya lebih bagus lagi kalau semua faktor mempunyai korelasi diatas 0.5 yang dapat membuktikan faktor atau Component yang terbentuk sangat tepat, karena mempunyai korelasi yang sangat tinggi (semua faktor angka korelasinya diatas 0.5).
d. Interpertasi Atas Faktor yang Telah Terbentuk Setelah dilakukan factoring dan rotasi, langkah selanjutnya adalah menginterpretasikan faktor yang telah terbentuk. Hal ini dilakukan agar bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut. Interpretasi didasarkan
pada nilai Loading factor dari masing-masing variabel pada faktor yang terbentuk. Pemberian nama dan konsep tiap faktor ditentukan berdasarkan makna umum variabel yang tercakup di dalamnya (Zaini Hasan dalam Fajar Suryo Saputro:2007)
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan dari data tentang faktor-faktor kinerja teknologi informasi Office Channeling dalam usaha bank, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui analisis faktor dapat diperoleh 4 faktor, faktor tersebut yaitu : 1.
Faktor ini dinamakan Faktor Teknologi Informasi terdiri atas Variabel Transaksi Perbankan (Teknologi) dengan factor loading 0.682, Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah) dengan factor loading 0.789, Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) dengan factor loading 0.656, Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah) dengan factor loading 0.724, Kemudahan Bertransaksi (pesaing) dengan factor loading 0.649, Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank) dengan factor loading 0.559, Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank) dengan factor loading 0.616.
2. Faktor ini dinamakan Faktor Teknologi terdiri atas Variabel Kualitas Layanan (Teknologi) dengan factor loading 0.824,
Perkembangan Layanan Perbankan
(Teknologi) dengan factor loading 0.620, Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) dengan factor loading 0.671, Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) dengan factor loading 0.405.
3. Faktor ini dinamakan Faktor Internal Bank dan Pesaing terdiri atas Variabel Kemampuan Mengungguli (Pesaing) dengan factor loading 0.680, Reputasi Bagus (Internal Bank) dengan factor loading 0.786. 4. Faktor ini dinamakan Faktor Pesaing terdiri atas Variabel Pelayanan yang Istimewa (Pesaing) dengan factor loading 0.680, Kemampuan Bersaing (Pesaing) dengan factor loading 0.778.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor Teknologi Informasi, faktor Teknologi, faktor Internal Bank dan Pesaing, serta faktor Pesaing menurut sudut pandang nasabah menentukan perkembangan perbankan terutama dalam menunjang program Office Channeling. Faktor Teknologi Informasi menjadi faktor yang paling dominan dalam sudut pandang nasabah BNI Syariah dalam mengukur kinerja program Office Channeling. Sehingga
BNI Syariah diharapkan selalu meningkatkan Teknologi Informasi
terutama dari segi pelayanan jasa perbankan. Teknologi Informasi pada BNI Syariah dituntut untuk selalu inovatif, efektif serta efisien baik dalam hal penggunaan teknologi yang ada, mengutamakan kepentingan pelayanan nasabah, mampu bersaing dengan bank syariah yang lain (Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Umum Syariah (BUS), serta situasi internal bank yang mendukung (Struktur organisasi, System yang diterapkan, Style (gaya dalam memberikan jasa kepada nasabah), Staff (berkaitan dengan kualitas SDM yang dimiliki suatu bank), Skill para karyawan, memiliki Share Value (nilai-nilai kebersamaan) yang tinggi. Faktor Teknologi merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha bank karena dalam usaha perbankan teknologi selain berpengaruh besar terhadap kualitas
jasa layanan yang diberikan, juga sekaligus menjadi ancaman kelangsungan usaha suatu bank. Pengaruh besar teknologi terhadap kualitas layanan akan terlihat pada saat bank mulai berkembang, jumlah nasabah semakin meningkat, jenis transaksi semakin banyak dan semakin kompleks, saat itulah bank mulai kewalahan, sistem teknologi informasinya mulai jatuh bangun karena kapasitas telah dilewati,apalagi bicara soal ”respons time” pastilah tidak akan memenuhi ekspektasi nasabah. Ancaman dari perkembangan dan penerapan teknologi informasi terhadap kelangsungan usaha bank terlihat dari munculnya ”Global Information Network and Financial Service”. Faktor Teknologi juga mendukung dalam program Office Channeling pada bank BNI Syariah. Faktor Internal Bank dan Pesaing yang terdiri dari Variabel Kemampuan Mengungguli (Pesaing) dan Reputasi Bagus (Internal Bank) merupakan faktor yang menjadi salah satu tolak ukur melihat kinerja suatu bank dimata nasabah dalam melakukan pelayanan yang maksimal dengan program Office Channeling. Maka menyebabkan berubahnya kondisi persaingan. Persaingan ini bukan hanya ditingkat nasional namun juga ditingkat global. Dengan tingginya persaingan ini, berbagai langkah dan gerak pesaing harus terus-menerus dicermati dan dipantau, agar bank dapat memilih langkah dan strategi yang tepat untuk menghadapinya. Selain itu faktor internal bank juga tidak bisa dipandang sebelah mata karena dari berbagai kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kinerja suatu bank tersebut diatas, kinerja suatu bank juga sangat ditentukan oleh kondisi internal bank tersebut, terutama dalam upayanya untuk mengantisipasi semua perubahan lingkungan tersebut. Kondisi tersebut menjadi pertimbangan bagi BNI Syariah dalam bersaing dengan bank lain dan selalu menjaga kondisi internal di BNI Syariah itu sendiri agar selalu kondusif.
Faktor Pesaing merupakan faktor yang juga penting dalam mendukung program Office Channeling pada suatu bank, terutama BNI Syariah karena berbagai dinamika yang terjadi dalam persaingan usaha perbankan syariah nasional dapat digolongkan kedalam empat aspek berikut : a. Kehadiran para pemain baru di perbankan syariah, setelah diberlakukannya Undang-Undang No. 7 tahun 1992. undang-undang ini memberi kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendirikan usaha bank yang operasionalnya berdasarkan syariah (Sistem Bank Tanpa Bunga ), termasuk didalamnya kesempatan bagi bank konvensional untuk membuka kantor cabangnya yang khusus melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah. Dengan diberlakukannya Undang-undang tersebut, berarti pemerintah tidak lagi memberikan hak eksklusif kepada Bank Muamalat. Undang-undang tersebut telah merubah posisi Bank Muamalat menjadi dalam tekanan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. b. Kebutuhan akan jumlah jaringan outlet.menyebabkan semakin pentingnya skala perusahaan ( size ) dan franchise-value untuk dijadikan sebagai komponen keunggulan bersaing sebuah bank. Dengan size yang besar, diharapkan bank akan memiliki modal besar dan rasio kecukupan modal (CAR) lebih baik, lebih leluasa melakukan ekspansi dan memiliki cadangan cukup besar pula untuk non performing loans. Size yang besar saja tidak cukup, karena size yang besar yang dimiliki bank nasional tidak akan banyak berarti dihadapan bank-bank global. Oleh karena itu dukungan kuat dana pihak ketiga baru akan terwujud jika bank tersebut telah memiliki franchise value yang tinggi. Selain merger dengan bank lain untuk menciptakan size
yang besar dapat dilakukan dengan jalan aliansi strategi (strategic alliance).
c. Terkait dengan urgensinya untuk memiliki franchise value yang kuat, bankbank global telah memiliki franchise value yang kuat, bank-bank global telah memiliki keunggulan supply chain management and global network management yang baik, sehingga bank global memiliki kemampuan untuk
melayani nasabah hingga melewati batas wilayah dan negara secara efektif dan efisien. d. Keberadaan bank-bank global di pasar domestik, bahkan mereka diberi keleluasaan untuk beroperasi keseluruh wilayah Indonesia, benar-benar menjadi ancaman yang serius bagi bank-bank maupun lembaga keuangan nonbank nasional termasuk bagi bank-bank syariah di Indonesia.
LAMPIRAN 1
KUISIONER PENELITIAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KINERJA TEKNOLOGI INFORMASI OFFICE CHANNELING DALAM USAHA BANK
Respoden yang terhormat, Dengan ini saya mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuisioner berikut. Kuisioner ini diajukan untuk mendapatkan data yang saya perlukan sebagai prasyarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana Manajemen Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kuisioner ini dipergunakan dalam penelitian untuk memperoleh gambaran tentang faktor-faktor kinerja informasi teknologi suatu bank atas nasabahnya dalam penerapan Office Channeling. Dalam mengisi kuisioner ini,Anda diharapkan mengisi menurut pendapat Anda sendiri,agar sesuai dengan tujuan penelitian. Seluruh informasi yang Anda berikan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Terima kasih banyak atas kesediaan Anda untuk mengisi kuisioner ini.
Ciputat
Ismail (Mahasiswa FEIS UIN Jakarta)
SEKILAS TENTANG OFFICE CHANNELING
Bank Indonesia sejak setahun lalu mengeluarkan kebijakan baru bagi industri perbankan syariah, yaitu PBI No 8/3/PBI/2006. Materi paling penting pada peraturan tersebut adalah penerapan office channeling bagi bank-bank syari’ah. Kebijakan ini merupakan inovasi dan terobosan baru yang bisa dibilang spektakuler bagi pengembangan industri perbankan syariah di Indonesia.Kebijakan office channeling juga dimaksudkan untuk meningkatkan akses masyarakat kepada jasa perbankan syariah. Dengan sistem baru ini bank syariah tidak perlu lagi membuka cabang UUS di banyak tempat dalam memberikan pelayanan perbankan syariah. Sehingga biaya ekspansi jauh lebih efisien. Kebijakan office channeling ini juga dimaksudkan untuk mengarahkan aktivitas perbankan agar mampu menunjang pertumbuhan ekonomi nasional melalui kegiatan perbankan syariah.Penerapan office channeling, akan semakin memudahkan masyarakat melakukan transaksi syariah. Dengan kata lain, akses terhadap lokasi bank syariah yang selama ini menjadi kendala akan dapat teratasi, karena selama ini masyarakat yang mau bertransaksi dengan bank syariah mengalami kesulitan karena belum banyak bank syariah yang beroperasi di Indonesia.
Tanggal Kunjungan : ......./........../2008
NO RESPONDEN
KUISIONER PENELITIAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KINERJA TEKNOLOGI INFORMASI OFFICE CHANNELING DALAM USAHA BANK
A. Mohon Bapak/Ibu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda checklist (√ ) pada alternatif jawaban yang telah tersedia: 1. Nama
: ..............................................................................
2. Usia
: ..............thn
3. Jenis Kelamin
: 301 □ Pria
4. Alamat
: ...............................................................................
302 □ Wanita
................................................................................. 5. Periode menjadi nasabah
: 501 □ 2005-2006 502 □ 2006-2007 503 □ 2007-2008
B. Dibawah ini terdapat sejumlah pertanyaan tentang Office Channeling. Saudara/i, atau Bapak/Ibu diminta untuk memilih jawaban yang telah disediakan menurut kenyataan yang didapat tentang Office Channeling. Berilah tanda melingkar (O) pada salah satu jawaban yang tersedia: STS = Sangat tidak setuju
TS = Tidak setuju
S
SS = Sangat Setuju
= Setuju
RR = Ragu-ragu
Contoh: NO
1
ITEM PERTANYAAN
Secara keseluruhan saya
merasa puas dengan pekerjaan
saya
STS
TS
RR
S
SS
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
S
SS
Adapun pertanyaan-pertanyaannya adalah: A
NO
A1
1
KRITERIA TEKNOLOGI
Dengan Office Channeling Kualitas jasa layanan yang diberikan oleh BNI Syariah semakin bagus
STS TS RR 1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
A2
2
A3
3
Perkembangan BNI Syariah semakin meningkat dengan adanya layanan syariah Office Channeling Dengan
Office
Channeling
membuat
transaksi
perbankan BNI Syariah semakin meningkat
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
S
SS
Dengan Office Channeling pelayanan perbankan BNI A4
4
Syariah (phone banking ,internet banking,dan lain-lain) semakin kompetitif
B
NO
B1
5
B2
6
KRITERIA PERILAKU NASABAH
Dengan Office Channeling produk-produk perbankan BNI Syariah semakin kompetitif Dengan program Office Channeling dapat memperluas akses nasabah BNI Syariah terhadap layanan perbankan
STS TS RR 1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
S
SS
Dengan Office Channeling dapat memenuhi kebutuhan B3
7
masyarakat terhadap produk-produk (berupa tabungan, deposito,giro,dan lain-lain) yang ditawarkan oleh BNI Syariah Kebutuhan masyarakat atau nasabah BNI Syariah akan
B4
8
produk-produk (berupa tabungan, deposito,giro,dan lain-lain) terhadap layanan jasa keuangan akan lebih meningkat dengan hadirnya program Office Channeling
C
NO
KRITERIA PESAING
STS TS RR 1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Kehadiran Office Channeling nasabah BNI Syariah C1
9
mendapatkan pelayanan yang istimewa dibandingkan bank syariah yang lain
C2
10
Dengan Office Channeling nasabah BNI Syariah memperoleh kemudahan dalam bertransaksi
Dengan Office Channeling BNI Syariah mampu C3
11
bersaing dengan bank-bank global atau asing dalam hal
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
S
SS
pelayanan kepada nasabahnya Dengan Office Channeling BNI Syariah mengungguli C4
12
bank-bank global atau asing dalam hal produk-produk perbankan yang ditawarkan kepada nasabahnya
D
NO
D1
13
D2
14
KRITERIA INTERNAL BANK
Dengan Office Channeling reputasi BNI Syariah semakin bagus Dengan Office Channeling BNI Syariah semakin dikenal oleh masyarakat
STS TS RR 1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Dengan Office Channeling meski dilayani di cabang D3
15
konvensional, BNI Syariah
tetap menjaga amanah
nasabah dengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip perbankan syariah Dengan Office Channeling
D4
16
BNI Syariah dapat
maksimal dalam memberikan pelayanan perbankan kepada nasabah
LAMPIRAN 2 TABEL JAWABAN RESPONDEN No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Teknologi A1 A2 A3 A4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 5 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 5 4 3 4 4 4 5 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 5 5 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 1 3 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4
Kriteria Perilaku Nasabah Pesaing B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 5 5 5 5 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 3 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 4 2 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 5 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 3 3 3 4 4 5 5 5 4 3 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 5 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 5 5 5 4 3 3 4 4 5 4 4 3 4 3 4 5 4 3 3 5 4 4 4 3 4 3 4 2 4 5 5 4 3 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 3 4 3 5 4 4 5 3 4 3 5 4 4 5 4 4 3 5 4 4 5 4 4 3 5 4 5 5 5 5 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3
C4 3 5 3 3 2 4 1 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 5
Internal Bank D1 D2 D3 D4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 2 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 5 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 2 3 3 2 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
No Responden 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 5 5 4
A1 3 4 4 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 3
3 4 4 4 3 4 3 4 4 5 5 5 4
4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 5 4 4
5 4 4 3 5 4 4 5 5 4 5 5 4
Teknologi A2 A3 A4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 3 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 2 1 1 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 5 4 4
5 4 4 3 4 4 3 5 4 4 5 5 4
5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 5 5 4
4 5 4 4 2 3 4 4 4 2 5 5 4
4 3 2 3 3 3 4 3 4 5 4 5 3
Kriteria Perilaku Nasabah B1 B2 B3 B4 C1 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 2 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 3 4 3 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 5 2 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 3 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3
4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 5 5 4
5 4 4 4 2 4 3 3 3 5 5 5 3
Pesaing C2 C3 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 5 4 1 3 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 4 5 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 5 4 4
3 3 2 4 1 4 3 2 3 4 4 4 4
C4 3 5 3 3 4 4 3 4 2 3 3 5 5 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 3 4 3 4 4 4 5 5 4 4 4
4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
D1 4 4 3 4 4 5 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 5 5 4 4 5 4 4 3
4 4 4 3 3 4 3 5 5 4 4 5 4
4 5 4 3 4 3 4 3 4 5 5 5 3
Internal Bank D2 D3 5 3 4 4 4 4 3 3 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 3 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 3 3 4 5 5 5 4 4 5 2 4 4 5 4 5 4 4 4
5 5 4 4 4 4 4 3 4 5 5 5 4
D4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 3 3 4 5 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4
80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96
4 3 4 4 3 4 4 5 4 2 4 3 3 1 4 5 5
No Responden 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128
A1 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
4 3 4 4 4 4 4 5 4 2 5 4 4 2 4 3 5
3 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 4 1 4 1 5
3 4 4 4 3 4 4 5 4 2 4 3 4 2 4 5 5
Teknologi A2 A3 A4 4 4 5 4 3 4 4 3 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 5 4 5 4 4 4 3 3 4 4 5 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
4 5 3 4 4 3 4 5 4 2 4 4 3 3 4 1 3
4 5 3 4 3 4 4 5 4 2 4 3 2 2 4 3 5
4 5 4 5 4 4 3 4 4 2 5 4 3 2 4 2 3
4 3 5 4 4 3 5 3 4 3 3 3 4 4 5 5 4 3 2 2 4 4 2 4 4 3 1 3 4 5 5 4 3 5 Kriteria Perilaku Nasabah B1 B2 B3 B4 C1 4 4 5 4 5 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 5 5 5 5 2 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 3 3 5 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 3 5 3 4 3 4 4 1 2 3 4 3 2 4 4 3 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 3 3 4 5 4 2 5 5 4 2 4 1 5
3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 3 5
Pesaing C2 C3 4 5 4 3 4 4 3 4 5 5 4 4 4 3 5 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4
3 3 4 3 4 4 4 4 2 4 4 3 3 1 4 2 5
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 5
C4 4 3 3 3 5 3 3 5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 1 2 4 4 4
D1 4 4 3 4 5 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 3 4 4 4 5 4 4 4 1 3 5 5 5
4 5 5 4 3 4 4 5 4 3 4 3 3 2 4 3 5
4 5 4 5 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 1 5
Internal Bank D2 D3 4 5 4 4 4 4 4 3 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 5 4 4 4 5 4 3 4 5 3 4 2 4 5 4 5 5 5
4 5 5 5 4 4 4 5 4 3 4 5 3 1 4 2 5
D4 4 4 4 3 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 5 4 5 4
129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140
5 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4
4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
5 4 3 4 3 4 4 5 4 4 4 4
4 4 4 5 4 3 3 5 3 4 4 4
4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 4
4 3 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5
4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4
4 4 4 4 4 3 3 5 5 4 4 3
3 5 4 3 5 3 3 3 5 4 3 3
LAMPIRAN 4 Hasil Uji Coba Validitas & Reliabilitas Instrumen Uji Validitas
4 4 5 4 5 4 4 3 4 4 3 5
4 5 5 3 5 4 3 3 3 4 4 4
4 4 5 3 4 3 3 3 3 3 3 3
4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4
5 3 5 3 4 4 4 4 4 4 4 5
5 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4
Correlations
Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi) Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi) Transaksi Perbankan (Teknologi)
Pelayanan Mobile Banking (Teknologi) Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah) Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah) Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) Pelayanan yang istimewa (Pesaing) Kemudahan Bertransaksi (Pesaing) Kemampuan Bersaing (Pesaing) Kemampuan Mengungguli (Pesaing) Reputasi Bagus (Internal Bank) Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank) Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank) TOTAL
Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi) Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 40 Pearson Correlation .438** Sig. (2-tailed) .005 N 40 Pearson Correlation .275 Sig. (2-tailed) .086 N 40 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.107 .512 40 -.083 .609 40 .259 .106 40 -.009 .955 40 -.207 .199 40 -.195 .228 40 .114 .484 40 .276 .085 40 .105 .520 40 -.032 .846 40 .090 .581 40 .345* .029 40 .168 .300 40 .367* .020 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Uji Reliabilitas
Perkembang an Layanan Transaksi Perbankan Perbankan (Teknologi) (Teknologi) .438** .275 .005 .086 40 40 1 .199 .219 40 40 .199 1 .219
Pelayanan Mobile Banking (Teknologi) .107 .512 40 -.138 .395 40 .083 .611
Produk-produ k Perbankan (Perilaku Nasabah) -.083 .609 40 -.225 .163 40 .144 .375
Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) .259 .106 40 .022 .895 40 .021 .899
40
40
40
40
40
-.138 .395 40 -.225 .163 40 .022 .895 40 -.090 .580 40 .146 .367 40 -.039 .811 40 .070 .666 40 .360* .022 40 .449** .004 40 .169 .298 40 .219 .175 40 -.026 .871 40 .061 .706 40 .370* .019 40
.083 .611 40 .144 .375 40 .021 .899 40 -.202 .212 40 .304 .057 40 -.029 .861 40 .077 .635 40 .130 .424 40 .392* .012 40 .245 .127 40 .010 .951 40 .211 .192 40 .355* .025 40 .426** .006 40
1
-.034 .836 40 1
.259 .106 40 .284 .076 40 1
40 -.034 .836 40 .259 .106 40 -.192 .235 40 -.041 .803 40 .047 .773 40 .191 .237 40 -.163 .315 40 -.292 .068 40 .033 .841 40 .149 .360 40 .072 .660 40 -.028 .865 40 .132 .418 40
40 .284 .076 40 .234 .146 40 .289 .071 40 .456** .003 40 .076 .641 40 -.015 .926 40 -.066 .686 40 .211 .190 40 -.107 .513 40 .267 .095 40 .307 .054 40 .345* .029 40
40 .324* .041 40 .059 .717 40 -.005 .975 40 .438** .005 40 .270 .093 40 -.230 .153 40 .331* .037 40 .543** .000 40 .069 .670 40 .245 .127 40 .530** .000 40
Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah) -.009 .955 40 -.090 .580 40 -.202 .212 40 -.192 .235 40 .234 .146 40 .324* .041 40 1 40 .269 .094 40 .307 .054 40 .000 1.000 40 .331* .037 40 -.066 .687 40 .137 .400 40 .100 .539 40 .377* .017 40 .662** .000 40 .434** .005 40
Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) -.207 .199 40 .146 .367 40 .304 .057 40 -.041 .803 40 .289 .071 40 .059 .717 40 .269 .094 40 1 40 .348* .028 40 .000 1.000 40 .187 .247 40 .289 .070 40 .181 .264 40 .303 .057 40 .370* .019 40 .411** .008 40 .531** .000 40
Pelayanan yang istimewa (Pesaing) -.195 .228 40 -.039 .811 40 -.029 .861 40 .047 .773 40 .456** .003 40 -.005 .975 40 .307 .054 40 .348* .028 40 1 40 .132 .417 40 .074 .651 40 .192 .235 40 .271 .090 40 -.051 .753 40 .099 .543 40 .317* .046 40 .386* .014 40
Kemudahan Bertransaksi (Pesaing) .114 .484 40 .070 .666 40 .077 .635 40 .191 .237 40 .076 .641 40 .438** .005 40 .000 1.000 40 .000 1.000 40 .132 .417 40 1 40 .114 .483 40 .000 1.000 40 .306 .055 40 .370* .019 40 .201 .213 40 .125 .443 40 .424** .006 40
Kema Bers (Pes
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 100.0 .0 100.0
40 0 40
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .751
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .750
N of Items 16
Inter-Item Correlation Matrix Kebutuhan SemakinMengedepan KualitasPerkembang Pelayanan Produk-produ Perluasan Produk ayanan JasPelayanan Reputasi Dikenal kan Prinsip Maksimalisa Layanan an LayananTransaksi Mobile k Perbankan Akses Perbankan Keuangan yang Kemudahan Kemampuan Kemampuan Bagus Masyarakat Syariah i Pelayanan PerbankanPerbankanPerbankan Banking (Perilaku (Perilaku (Perilaku (Perilaku istimewa Bertransaks Bersaing Mengunggul(Internal (Internal (Internal (Internal Bank) Bank) Bank) (Teknologi)(Teknologi)(Teknologi)(Teknologi) Nasabah) Nasabah) Nasabah) Nasabah) (Pesaing) (Pesaing) (Pesaing) (Pesaing) Bank) Kualitas Layanan 1.000 .438 .275 .107 -.083 .259 -.009 -.207 -.195 .114 .276 .105 -.032 .090 .345 .168 Perbankan (Tekno Perkembangan La .438 1.000 .199 -.138 -.225 .022 -.090 .146 -.039 .070 .360 .449 .169 .219 -.026 .061 Perbankan (Tekno Transaksi Perbank .275 .199 1.000 .083 .144 .021 -.202 .304 -.029 .077 .130 .392 .245 .010 .211 .355 (Teknologi) Pelayanan Mobile .107 -.138 .083 1.000 -.034 .259 -.192 -.041 .047 .191 -.163 -.292 .033 .149 .072 -.028 Banking (Teknolog Produk-produk Perbankan (Perila -.083 -.225 .144 -.034 1.000 .284 .234 .289 .456 .076 -.015 -.066 .211 -.107 .267 .307 Nasabah) Perluasan Akses .259 .022 .021 .259 .284 1.000 .324 .059 -.005 .438 .270 -.230 .331 .543 .069 .245 (Perilaku Nasabah Kebutuhan Produk Perbankan (Perila -.009 -.090 -.202 -.192 .234 .324 1.000 .269 .307 .000 .331 -.066 .137 .100 .377 .662 Nasabah) Layanan Jasa Keu -.207 .146 .304 -.041 .289 .059 .269 1.000 .348 .000 .187 .289 .181 .303 .370 .411 (Perilaku Nasabah Pelayanan yang is -.195 -.039 -.029 .047 .456 -.005 .307 .348 1.000 .132 .074 .192 .271 -.051 .099 .317 (Pesaing) Kemudahan Bertra .114 .070 .077 .191 .076 .438 .000 .000 .132 1.000 .114 .000 .306 .370 .201 .125 (Pesaing) Kemampuan Bers .276 .360 .130 -.163 -.015 .270 .331 .187 .074 .114 1.000 .345 .308 .215 .005 .361 (Pesaing) Kemampuan .105 .449 .392 -.292 -.066 -.230 -.066 .289 .192 .000 .345 1.000 .462 .237 .107 .141 Mengungguli (Pes Reputasi Bagus (I -.032 .169 .245 .033 .211 .331 .137 .181 .271 .306 .308 .462 1.000 .446 .098 .360 Bank) Semakin Dikenal Masyarakat (Intern .090 .219 .010 .149 -.107 .543 .100 .303 -.051 .370 .215 .237 .446 1.000 .298 .141 Bank) Mengedepankan P .345 -.026 .211 .072 .267 .069 .377 .370 .099 .201 .005 .107 .098 .298 1.000 .541 Syariah (Internal B Maksimalisasi Pel .168 .061 .355 -.028 .307 .245 .662 .411 .317 .125 .361 .141 .360 .141 .541 1.000 (Internal Bank)
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi) Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi) Transaksi Perbankan (Teknologi) Pelayanan Mobile Banking (Teknologi) Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah) Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah) Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) Pelayanan yang istimewa (Pesaing) Kemudahan Bertransaksi (Pesaing) Kemampuan Bersaing (Pesaing) Kemampuan Mengungguli (Pesaing) Reputasi Bagus (Internal Bank) Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank) Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank)
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
57.9250
23.251
.228
.801
.750
57.8500
23.567
.259
.561
.745
57.7000
23.395
.330
.671
.740
57.5500
25.023
-.002
.417
.768
57.7750
23.820
.241
.717
.746
57.4750
21.897
.405
.895
.732
57.5750
23.020
.320
.832
.740
57.7000
22.010
.411
.656
.731
58.3500
23.362
.268
.590
.745
57.6500
23.259
.319
.503
.740
58.1000
21.938
.422
.497
.730
58.5000
22.359
.289
.720
.746
57.8000
21.549
.527
.603
.721
57.5750
22.046
.451
.825
.728
57.7000
22.421
.436
.852
.730
57.5250
21.128
.613
.773
.713
LAMPIRAN 5 Analysis Deskriptif Statistik
Frequencies Statistics
N
Valid Missing
Mean Median Mode Std. Deviation Skewness
Jenis Kelamin 100 0 1.6300 2.0000 2.00
Periode menjadi nasabah 100 0 2.3300 2.0000 3.00
Perkemb Produk-pr oduk Kualitas angan Kemudah Kemamp Perbanka Perluasan Kebutuhan Layanan Layanan Layanan Pelayanan Kemamp Akses Produk Jasa an uan n Perbank perbank Transaksi perbankan (Perilaku nasabah Perbankan Keuangan yang uan Bertransa Mengung an an Bersaing ksi guli (Teknolo (Teknolo (Teknolog Nasaba (Perilaku (Perilaku (Perilaku Istimewa i) Nasabah) Nasabah) Nasabah) (Pesaing) (Pesaing) (Pesaing) (Pesaing) gi) h) gi) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3.9300 4.0100 3.8900 3.8700 4.0300 3.9700 3.9800 3.8300 3.9200 3.9900 3.6300 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00
Reputasi Bagus (Internal Bank) 100 0 4.0100 4.0000 4.00
Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) 100 0 4.1000 4.0000 4.00
Mengede pankan Maksimali sasi Prinsip Syari'ah Pelayana (Internal n (Internal Bank) Bank) 100 100 0 0 4.0300 4.0700 4.0000 4.0000 4.00 4.00
.48524
.68246
.68542
.57726
.79003
.77401
.71711
.68836
.76515
.75284
.76118
.62757
.79968
.67412
.65905
.74475
.72829
-.547
-.527
-1.255
-.964
-1.557
-1.237
-.883
-.530
-.932
-.287
-1.407
.007
-.678
-1.627
-.324
-.947
-1.549
.241
.241
.241
.241
.241
.241
.241
.241
.241
.241
.241
.241
.241
.241
.241
.241
.241
-1.736
-.762
3.844
3.643
4.228
3.067
1.554
.766
1.999
-.116
3.829
-.396
1.245
6.828
.150
2.323
5.441
.478
.478
.478
.478
.478
.478
.478
.478
.478
.478
.478
.478
.478
.478
.478
.478
.478
1.00 2.00 163.00
1.00 3.00 233.00
1.00 5.00 393.00
2.00 5.00 401.00
1.00 5.00 389.00
1.00 5.00 387.00
2.00 5.00 403.00
2.00 5.00 397.00
1.00 5.00 398.00
2.00 5.00 383.00
1.00 5.00 392.00
3.00 5.00 399.00
1.00 5.00 363.00
1.00 5.00 401.00
2.00 5.00 410.00
1.00 5.00 403.00
1.00 5.00 407.00
Std. Error of Skewness
Kurtosis Std. Error of Kurtosis
Minimum Maximum Sum
Frequency Table 127
Jenis Kelamin
Valid
Pria Wanita Total
Frequency 37 63 100
Percent 37.0 63.0 100.0
Valid Percent 37.0 63.0 100.0
Cumulative Percent 37.0 100.0
128
Periode menjadi nasabah
Valid
2005-2006 2006-2007 2007-2008 Total
Frequency 12 43 45 100
Percent 12.0 43.0 45.0 100.0
Valid Percent 12.0 43.0 45.0 100.0
Cumulative Percent 12.0 55.0 100.0
Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi)
Valid
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Frequency 1 3 12 70 14 100
Percent 1.0 3.0 12.0 70.0 14.0 100.0
Valid Percent 1.0 3.0 12.0 70.0 14.0 100.0
Cumulative Percent 1.0 4.0 16.0 86.0 100.0
Perkembangan Layanan perbankan (Teknologi)
Valid
Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Frequency 3 7 76 14 100
Percent 3.0 7.0 76.0 14.0 100.0
Valid Percent 3.0 7.0 76.0 14.0 100.0
Cumulative Percent 3.0 10.0 86.0 100.0
Transaksi perbankan (Teknologi)
Valid
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Frequency 3 2 13 67 15 100
Percent 3.0 2.0 13.0 67.0 15.0 100.0
129
Valid Percent 3.0 2.0 13.0 67.0 15.0 100.0
Cumulative Percent 3.0 5.0 18.0 85.0 100.0
Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah)
Valid
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Frequency 2 3 16 64 15 100
Percent 2.0 3.0 16.0 64.0 15.0 100.0
Cumulative Percent 2.0 5.0 21.0 85.0 100.0
Valid Percent 2.0 3.0 16.0 64.0 15.0 100.0
Perluasan Akses nasabah (Perilaku Nasabah)
Valid
Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Frequency 5 9 64 22 100
Percent 5.0 9.0 64.0 22.0 100.0
Cumulative Percent 5.0 14.0 78.0 100.0
Valid Percent 5.0 9.0 64.0 22.0 100.0
Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah)
Valid
Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Frequency 3 16 62 19 100
Percent 3.0 16.0 62.0 19.0 100.0
Valid Percent 3.0 16.0 62.0 19.0 100.0
Cumulative Percent 3.0 19.0 81.0 100.0
Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah)
Valid
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Frequency 1 3 15 59 22 100
Percent 1.0 3.0 15.0 59.0 22.0 100.0
130
Valid Percent 1.0 3.0 15.0 59.0 22.0 100.0
Cumulative Percent 1.0 4.0 19.0 78.0 100.0
Pelayanan yang Istimewa (Pesaing)
Valid
Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Frequency 4 26 53 17 100
Percent 4.0 26.0 53.0 17.0 100.0
Valid Percent 4.0 26.0 53.0 17.0 100.0
Cumulative Percent 4.0 30.0 83.0 100.0
Kemudahan Bertransaksi (Pesaing)
Valid
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Frequency 2 3 12 67 16 100
Percent 2.0 3.0 12.0 67.0 16.0 100.0
Valid Percent 2.0 3.0 12.0 67.0 16.0 100.0
Cumulative Percent 2.0 5.0 17.0 84.0 100.0
Kemampuan Bersaing (Pesaing)
Valid
Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Frequency 20 61 19 100
Percent 20.0 61.0 19.0 100.0
Valid Percent 20.0 61.0 19.0 100.0
Cumulative Percent 20.0 81.0 100.0
Kemampuan Mengungguli (Pesaing)
Valid
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Frequency 2 4 33 51 10 100
Percent 2.0 4.0 33.0 51.0 10.0 100.0
131
Valid Percent 2.0 4.0 33.0 51.0 10.0 100.0
Cumulative Percent 2.0 6.0 39.0 90.0 100.0
Reputasi Bagus (Internal Bank)
Valid
Sangat Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Frequency 2 10 71 17 100
Percent 2.0 10.0 71.0 17.0 100.0
Valid Percent 2.0 10.0 71.0 17.0 100.0
Cumulative Percent 2.0 12.0 83.0 100.0
Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank)
Valid
Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Frequency 1 14 59 26 100
Percent 1.0 14.0 59.0 26.0 100.0
Valid Percent 1.0 14.0 59.0 26.0 100.0
Cumulative Percent 1.0 15.0 74.0 100.0
Mengedepankan Prinsip Syari'ah (Internal Bank)
Valid
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju Total
Frequency 1 2 14 59 24 100
Percent 1.0 2.0 14.0 59.0 24.0 100.0
Valid Percent 1.0 2.0 14.0 59.0 24.0 100.0
Cumulative Percent 1.0 3.0 17.0 76.0 100.0
Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank)
Valid
Frequency Sangat Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 1 Ragu-ragu 8 Setuju 66 Sangat Setuju 23 Total 100
Percent 2.0 1.0 8.0 66.0 23.0 100.0
132
Valid Percent 2.0 1.0 8.0 66.0 23.0 100.0
Cumulative Percent 2.0 3.0 11.0 77.0 100.0
LAMPIRAN 6 ANALYSIS FAKTOR
Factor Analysis KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
132
.822 606.811 105 .000
Anti-image Matrices Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi) Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi) Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi) Transaksi Perbankan (Teknologi) Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah) Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah) Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) Pelayanan yang istimewa (Pesaing) Kemudahan Bertransaksi (Pesaing) Kemampuan Bersaing (Pesaing) Kemampuan Mengungguli (Pesaing) Reputasi Bagus (Internal Bank) Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank) Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank) Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi) Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi) Transaksi Perbankan (Teknologi) Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah) Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah) Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) Pelayanan yang istimewa (Pesaing) Kemudahan Bertransaksi (Pesaing) Kemampuan Bersaing (Pesaing) Kemampuan Mengungguli (Pesaing) Reputasi Bagus (Internal Bank) Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank) Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank)
Perkembang an Layanan Perbankan (Teknologi)
.443
Produk-produ k Perbankan (Perilaku Nasabah)
Transaksi Perbankan (Teknologi)
Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah)
Perluasan Akses (Perilaku Nasabah)
-.171
-.081
-.002
-.171
.436
-.152
-.081
-.152
.419
-.002
-.012
-.072 .075
Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah)
Pelayanan yang istimewa (Pesaing)
Kemudahan Bertransaksi (Pesaing)
Kemampuan Bersaing (Pesaing)
-.072
.075
-.161
-.097
.015
-.021
-.012
.012
-.078
.026
-.016
-.051
-.079
-.054
-.027
-.019
.022
.094
-.004
.017
-.054
.400
-.150
-.174
.024
-.008
-.068
.117
.012
-.027
-.150
.462
.032
-.026
.017
.009
-.078
-.019
-.174
.032
.421
-.178
.019
-.058
-.161
.026
.022
.024
-.026
-.178
.591
-.010
-.097
-.016
.094
-.008
.017
.019
-.010
.726
.015
-.051
-.004
-.068
.009
-.058
.133
-.115
-.021
-.079
.017
.117
-.073
-.108
.128
-.066
.046
-.008
-.134
.111
.106
-.055
.064
-.032
.063
-.044
-.050
-.084
-.043
.042
.065
-.046
.060
.040
-.121
-.082
.084
.020
-.074
-.390
a
.786
a
Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank)
Reputasi Bagus (Internal Bank)
Kemampuan Mengungguli (Pesaing) -.066
Mengedepan kan Prinsip Syariah (Internal Bank)
Maksimalisa si Pelayanan (Internal Bank)
-.055
-.084
.060
.084
.046
.064
-.043
.040
.020
-.008
-.032
.042
-.121
-.074
-.134
.063
.065
-.082
.064
-.073
.111
-.044
-.046
.037
-.184
-.108
.106
-.050
-.055
.058
-.071
.133
.128
-.083
-.024
-.053
-.100
-.015
-.115
-.142
.011
-.024
-.005
.050
-.088
.444
-.013
-.039
-.040
-.079
-.117
-.088
-.142
-.013
.639
-.192
.112
-.018
-.134
.041
-.083
.011
-.039
-.192
.458
-.187
-.029
.029
-.103
-.024
-.024
-.040
.112
-.187
.558
.002
-.085
-.056
-.055
-.053
-.005
-.079
-.018
-.029
.002
.713
-.046
-.036
.037
.058
-.100
.050
-.117
-.134
.029
-.085
-.046
.624
-.013
.064
-.184
-.071
-.015
-.088
-.088
.041
-.103
-.056
-.036
-.013
.385
-.188
-.006
-.159
.173
-.314
-.172
.033
-.040
-.147
-.110
-.150
.114
.204
-.390
.831
-.355
-.030
.026
-.183
.051
-.028
-.115
-.149
.103
.130
-.078
.077
.049
-.188
-.355
.888
-.132
-.061
-.045
.045
.170
-.008
.033
-.018
-.066
.077
-.237
-.184
-.006
-.030
-.132
.801
-.350
-.425
.049
-.015
-.161
.231
-.314
.134
.122
-.164
.163
-.051
.030
.020
-.134
.241
-.086
-.081
.069
-.437
-.357
.034
-.134
-.209
.242
-.103
-.101
.113
-.177
.259
.209
-.159
-.042
-.081
-.164
-.031
-.202
-.208
.018
-.038
-.007
.075
-.167
-.024
-.087
-.080
-.140
-.222
-.213
a
a
a
-.159
.026
-.061
-.350
.830
.072
.173
-.183
-.045
-.425
.072
.798
a
a
-.314
.051
.045
.049
-.051
-.357
.734
-.016
-.172
-.028
.170
-.015
.030
.034
-.016
.829
.033
-.115
-.008
-.161
.020
-.134
.259
a
-.202
a
.891
a
-.040
-.149
.033
.231
-.134
-.209
.209
-.208
-.024
.686
-.356
.188
-.026
-.212
.083
-.147
.103
-.018
-.314
.241
.242
-.159
.018
-.087
-.356
.755
-.369
-.051
.054
-.244
-.110
.130
-.066
.134
-.086
-.103
-.042
-.038
-.080
.188
-.369
.851
.003
-.145
-.121
-.150
-.078
.077
.122
-.081
-.101
-.081
-.007
-.140
-.026
-.051
.003
.927
-.070
-.069
a
a
a
a
.114
.077
-.237
-.164
.069
.113
-.164
.075
-.222
-.212
.054
-.145
-.070
.843
-.027
.204
.049
-.184
.163
-.437
-.177
-.031
-.167
-.213
.083
-.244
-.121
-.069
-.027
.838
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
133
a
Communalities Initial Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi) Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi) Transaksi Perbankan (Teknologi) Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah) Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah) Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) Pelayanan yang istimewa (Pesaing) Kemudahan Bertransaksi (Pesaing) Kemampuan Bersaing (Pesaing) Kemampuan Mengungguli (Pesaing) Reputasi Bagus (Internal Bank) Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank) Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank)
Extraction
1.000
.786
1.000
.783
1.000
.649
1.000
.678
1.000
.538
1.000
.614
1.000
.711
1.000
.543
1.000
.701
1.000
.644
1.000
.664
1.000
.714
1.000
.379
1.000
.444
1.000
.672
Extraction Method: Principal Component Analysis. 134
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared LoadingsRotation Sums of Square Componen Total % of VarianceCumulative % Total % of VarianceCumulative % Total % of VarianceC 1 5.878 39.188 39.188 5.878 39.188 39.188 3.626 24.171 2 1.303 8.685 47.873 1.303 8.685 47.873 2.107 14.050 3 1.235 8.236 56.109 1.235 8.236 56.109 1.940 12.933 4 1.106 7.371 63.480 1.106 7.371 63.480 1.849 12.326 5 .876 5.840 69.320 6 .753 5.020 74.341 7 .707 4.715 79.055 8 .619 4.126 83.182 9 .577 3.844 87.026 10 .493 3.286 90.313 11 .404 2.695 93.008 12 .346 2.304 95.312 13 .273 1.821 97.133 14 .246 1.640 98.773 15 .184 1.227 100.000 Extraction Method: Principal Component Analysis.
135
Scree Plot
6
5
Eigenvalue
4
3
2
1
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Component Number
136
11
12
13
14
15
Component Matrix a Component 1 Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi) Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi) Transaksi Perbankan (Teknologi) Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah) Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah) Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) Pelayanan yang istimewa (Pesaing) Kemudahan Bertransaksi (Pesaing) Kemampuan Bersaing (Pesaing) Kemampuan Mengungguli (Pesaing) Reputasi Bagus (Internal Bank) Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank) Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank)
2
3
4
.608
-.423
.372
.316
.635
-.423
.387
-.226
.739
-.251
-.056
-.191
.715
-.121
-.274
-.279
.695
-.071
-.172
-.146
.695
-.197
-.167
-.253
.485
-.443
-.191
.493
.434
.349
.466
.125
.721
.337
.001
-.259
.448
.314
.570
-.141
.636
.320
-.002
.397
.593
.259
-.301
.452
.554
-.038
.202
.175
.576
.219
-.217
-.131
.737
.272
-.234
-.022
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 4 components extracted.
137
Rotated Component Matrix
a
Component 1 Kualitas Layanan Perbankan (Teknologi) Perkembangan Layanan Perbankan (Teknologi) Transaksi Perbankan (Teknologi) Produk-produk Perbankan (Perilaku Nasabah) Perluasan Akses (Perilaku Nasabah) Kebutuhan Produk Perbankan (Perilaku Nasabah) Layanan Jasa Keuangan (Perilaku Nasabah) Pelayanan yang istimewa (Pesaing) Kemudahan Bertransaksi (Pesaing) Kemampuan Bersaing (Pesaing) Kemampuan Mengungguli (Pesaing) Reputasi Bagus (Internal Bank) Semakin Dikenal Masyarakat (Internal Bank) Mengedepankan Prinsip Syariah (Internal Bank) Maksimalisasi Pelayanan (Internal Bank)
2
3
4
.147
.824
.134
.260
.473
.620
-.240
.343
.682
.405
.071
.117
.789
.191
.141
.014
.656
.233
.211
.096
.724
.284
.077
.049
.168
.671
.411
-.253
.044
.137
.245
.680
.649
-.043
.263
.458
.172
.095
.010
.778
.211
.200
.680
.343
.265
.149
.786
.058
.227
.405
.252
.317
.559
-.038
.322
.162
.616
.030
.493
.221
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 11 iterations.
138
Component Transformation Matrix Component 1 2 3 4
1
2
3
4
.724 -.067 -.375 -.576
.430 -.733 .334 .408
.403 .454 -.377 .699
.359 .502 .779 -.114
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
139
Lampiran 7 Tabel Nilai Koefisien Korelasi
140