ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PABRIK RUBBER SMOKED SHEET (RSS) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX JAWA TENGAH (PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS) Prasmita Dian W, Minar Ferichani, Suprapto Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Kentingan, Surakarta 57126, Telepon +62 271 637457 Email:
[email protected] Telp. 085767977727 Abstract: In order to fulfill the demand of local and export markets, each RSS factory in PTPN IX needs to produce efficiently. This research aims to assess the technical efficiency of RSS factories in PTPN IX using DEA (Data Envelopment Analysis) approach which is used as the measurement of efficiency that is value free because it is based on data available regardless of the judgment of the responsible decision makers for using a number of inputs to obtain outputs targeted. The result showed that from eleven plantations that own RSS factory, there are two factories that have not reached the highest level of technical efficiency while the nine remaining factories have attained the highest level of technical efficiency (100%). Factories that have not reached the highest level of technical efficiency are Kawung Plantation (78,02%) and Getas Plantation (98,29%). The factories are expected to benchmark the efficient factories that have been recommended so the technical efficiency can be achieved. Keywords: Rubber Smoked Sheet (RSS), PTPN IX, technical efficiency, DEA Abstrak: Dalam rangka pemenuhan permintaan RSS baik lokal maupun ekspor, setiap pabrik RSS dalam lingkup PTPN IX memerlukan pengelolaan yang efisien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis dari setiap pabrik RSS milik PTPN IX menggunakan metode DEA (Data Envelopment Analysis) yang merupakan alat pengukuran efisiensi yang bebas nilai karena didasarkan atas data yang tersedia tanpa harus mempertimbangkan penilaian (judgment) dari pengambil keputusan yang bertanggung jawab menggunakan sejumlah input untuk memperoleh sejumlah otuput yang ditargetkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 11 unit kerja perkebunan karet yang memiliki pabrik RSS, terdapat 2 pabrik yang belum efisien secara teknis sedangkan sisanya 9 pabrik telah mencapai tingkat efisiensi teknis tertinggi (100%). Pabrik yang belum mencapai tingkat efisiensi teknis tertinggi adalah pabrik dari Kebun Kawung (78,02%) dan pabrik dari Kebun Getas (98,29%). Pabrik yang inefisien diharapkan merujuk pada pabrik yang telah efisien secara teknis yang telah direkomendasikan sehingga efisiensi teknis dapat tercapai. Kata Kunci: Rubber Smoked Sheet (RSS), PTPN IX, efisiensi teknis, DEA
PENDAHULUAN Kontribusi subsektor perkebunan di Indonesia adalah meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, dan meningkatnya kesejahteraan. Nilai PDB perkebunan secara kumulatif terus meningkat cukup signifikan, dari Rp 81,66 trilyun pada tahun 2007 tumbuh menjadi Rp 153,731 trilyun pada tahun 2011 dan terus melambung menembus angka Rp 159,73 trilyun pada tahun 2012 atau tumbuh rata-rata per tahunnya sebesar 14,79% (Ditjenbun, 2013). Salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional adalah karet. Karet menjadi sumber pendapatan bagi lebih dari 10 juta petani dan menyerap sekitar 1,7 juta tenaga kerja, serta memberikan kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) yang nilainya mencapai Rp 6 Triliun setiap tahun (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2002). Karet alam Indonesia telah mampu menembus pasar ekspor hingga Amerika dan Eropa. Menurut Basri (2002), pengutamaan ekspor
karet bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Semenjak saat itu ekspor komoditas karet menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor. Komoditas karet merupakan penghasil devisa utama di jajaran komoditas ekspor perkebunan. Sekitar 90 persen produksi karet Indonesia diekspor, hanya 10 persen saja yang dikonsumsi di dalam negeri (Dumairy, 1997). Salah satu perusahaan perkebunan pengekspor karet untuk Indonesia adalah PT Perkebunan Nusantara IX Jawa Tengah. PT Perkebunan Nusantara IX memiliki 12 kebun karet yang tersebar di wilayah Jawa Tengah. Tabel 1 dibawah ini adalah daftar unit kerja perkebunan karet yang dimiliki oleh PT Perkebunan Nusantara IX.
Tabel 1. Unit Kerja Perkebunan Karet PT. Perkebunan Nusantara IX Jawa Tengah No.
1.
Kebun
Warnasari, Kab. Cilacap 2. Kawung, Kab. Cilacap 3. Krumput K. Kangkung, Kab. Banyumas 4. Blimbing Buwaran, Kab. Pekalongan 5. Siluwok/Subah, Kab. Batang 6. Sukamangli, Kab. Kendal 7. Merbuh, Kab. Kendal 8. Ngobo Jatirunggo, Kab. Semarang 9. Getas/Asinan, Kab. Semarang 10. Batujamus/Kerjoarum, Kab. Karanganyar 11. Balong Kalitelo, Kab. Jepara 12. Jolotigo (Pekalongan) Jumlah
Luas (Ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)
TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) 575,25
TM (Tanaman Menghasilkan)
Persiapan
1.700,95
79,25
2.207,39
1,30
797,78 549,09
1.129,95 1.408,68
228,40 41,45
1.625,75 1.305,48
1,44 0,93
904,71
1.301,43
48,10
1.839,01
1,41
1.318,51
1.622,35
403,71
1.938,88
1,20
631,98
834,80
95,13
1.339,70
1,60
975,96 673,08
1.500,32 669,93
191,26 120,90
2.428,66 1.196,33
1,62 1,79
641,12
930,17
6,71
1.561,27
1,68
575,92
2.822,53
-
5.230,98
1,85
1.295,12
2.795,85
-
4.699,24
1,68
527,63 9.466,15
16.716,96
1.214,91
25.372,69
-
Sumber: Dinas Perkebunan Jawa Tengah dalam Jawa Tengah in Figures 2013 Hasil lateks dari kebun akan terkait dengan pengolahan di pabrik. Saat produktivitas setiap kebun meningkat dan disertai dengan kualitas lateks yang baik, maka seharusnya produksi di pabrik juga akan baik. Kegiatan operasional bisnis dijalankan oleh setiap unit perkebunan untuk mengelola kebun hingga menghasilkan produk turunannya. Lateks yang berasal dari kebun kemudian diangkut ke pabrik pengolahan untuk diolah menjadi beberapa produk turunan, yaitu RSS, brown crepe, thin pale crepe, dan lateks pekat. RSS merupakan produk turunan lateks yang paling banyak dibuat oleh PT Perkebunan Nusantara IX karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Produksi pada pabrik harus seefisien mungkin
sehingga biaya dapat dihemat dan keuntungan yang diperoleh perusahaan akan semakin besar. Selama kurun waktu lima tahun terakhir, produksi dan produktivitas lateks terus meningkat. Peningkatan produksi karet dilakukan melalui optimalisasi manajemen sadapan dengan pengumpulan scrap, tetes lanjut, dan lump, maksimalisasi sadapan di tanaman tua dengan sadap borong CCRC dan stimulansia gas, pengamanan daun karet dengan dusting belerang untuk mencegah panyakit Oidium dan Ollectrocticum pada saat daun tumbuh setelah gugur daun, perbaikan sarana dan prasarana seperti penggunaan pisau sadap pabrikan dengan kualitas terjamin dan penggunaan klon unggul.
Tabel 2. Produksi Pabrik RSS (RSS 1, 2, 3, 4 dan Cutting A) Unit Kerja Warnasari Kawung Krumput Blimbing Siluwok Sukomangli Merbuh Ngobo Getas Batujamus Balong
RSS1 RSS 3 RSS 4 (%) RSS 2 (%) (%) (%) CUT A (%) 92,78 0,00 5,11 1,68 0,43 95,98 0,00 3,18 0,00 0,84 96,67 0,00 1,10 1,62 0,61 97,32 0,00 2,04 0,00 0,64 90,56 0,00 4,77 3,35 1,32 97,02 0,00 1,08 0,57 1,33 80,90 9,07 0,00 9,76 0,27 80,02 1,18 0,12 9,98 8,70 98,01 0,00 1,60 0,00 0,39 94,51 0,00 3,15 1,62 0,72 86,26 0,00 4,13 8,38 1,23
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara IX, 2012 Berdasarkan Tabel 2 diketahui secara berkeadilan dan bahwa persentase produk tiap jenis berkesinambungan, maka PT karet berbeda-beda walaupun Perkebunan Nusantara IX dalam hal menggunakan jenis input dan tingkat memproduksi RSS juga harus teknologi yang sama. Perusahaan efisien. Efisiensi dalam suatu harus mengalokasikan sumber daya perusahaan menjadi hal yang penting yang dimiliki secara optimal untuk dilakukan. Masalah efisiensi sehingga diperoleh produksi yang menjadi isu sangat penting pada saat baik. Selain itu, pada tahun 2012 ini dan di masa mendatang, karena terjadi penurunan produksi pada persaingan antar produsen yang pabrik RSS. Realisasi pengolahan semakin ketat, meningkatnya standar karet sheet pada tahun 2012 kualitas yang diminta konsumen, mengalami penurunan sebesar 1,98% jumlah sumberdaya yang semakin dari 20,03 ton di tahun 2011 menjadi terbatas, dan meningkatnya standar 19,64 ton pada tahun 2012. Sehingga hidup. dimungkinkan adanya inefisiensi Oleh karena itu, sebagai teknis dalam proses produksi di perusahaan berbasis perkebunan PT pabrik sehingga produksi RSS Perkebunan Nusantara IX harus menurun walaupun produksi dan berproduksi secara efisien sesuai produktivitas lateks di kebun dengan arah pembangunan subsektor meningkat. Sesuai dengan arah perkebunan yang telah ditetapkan pembangunan subsektor perkebunan oleh Direktorat Jenderal Bina seperti yang telah ditetapkan oleh Produksi Perkebunan. Analisis Direktorat Jenderal Bina Produksi efisiensi sangat penting untuk Perkebunan, yaitu untuk mengetahui dan menentukan mewujudkan perkebunan yang penyebab perubahan tingkat efisiensi efisien, produktif dan berdaya saing dan selanjutnya menentukan tinggi untuk kemakmuran rakyat tindakan koreksi untuk peningkatan
efisiensi. Berlandaskan pentingnya efisiensi dalam suatu perusahaan, maka penelitian ini mencoba menganalisis efisiensi teknis pabrik RSS yang dimiliki oleh PT Perkebunan Nusantara IX dengan menggunakan metode DEA (Data Envelopment Analysis) dengan data pada tahun 2012. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi analisis. Teknik pengambilan sampel dengan teknik sensus. Menurut Sugiyono (2004), teknik sensus yaitu teknik penentuan sampel dengan menjadikan seluruh anggota populasi sebagai sampel. Penelitian ini dilakukan di PT Perkebunan Nusantara IX dengan pertimbangan setiap pabrik RSS yang ada di PT Perkebunan Nusantara IX menghasilkan persentase output yang berbeda-beda walaupun menggunakan jenis input dan tingkat teknologi yang sama sehingga dimungkinkan terdapat beberapa faktor penyebab inefisiensi dalam proses produksinya. Selain itu, produksi dan produktivitas dari lateks di kebun meningkat dibandingkan tahun sebelumnya namun terjadi penurunan produksi RSS. Teknik pengumpulan data adalah dengan pencatatan dengan jenis data sekunder. Metode Analisis Data Metode yang digunakan untuk menganalisis efisiensi adalah dengan menggunakan metode DEA (Data Envelopment Analysis). model dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
∑
(1)
∑
Dengan syarat ∑ ∑
Dimana : r = jumlah output pabrik RSS (jumlah RSS 1, jumlah RSS 2, jumlah RSS 3, jumlah RSS 4, jumlah Cutting A), i = jumlah input pada pabrik RSS (jumlah lateks, jumlah kayu bakar, jumlah tenaga kerja tetap, jumlah tenaga kerja sementara, jumlah asam semut), j = jumlah unit kerja yang dianalisis (11 unit kerja), yro = nilai output ke-i (i=1,2,3,...m) dari pabrik RSS unit kerja ke-j (j=1,...,n), xio = nilai input ke-i (i=1,2,...,s) dari pabrik RSS unit kerja ke-j (j=1,...,n), vi = bobot tertimbang bagi nilai output ke-i (i=1,2,...,m) dari unit kerja ke-j (j=1,2,...,n), ur = bobot tertimbang bagi nilai input ke-i (i=1,2,...,s) dari unit kerja ke-j (j=1,2,...,n), Epq = efisiensi relatif unit kerja ke-q (q=1,...,n) bila dievaluasi menggunakan bobot yang diasosisikan dengan unit kerja ke-p (p=1,...,n) Kriteria efisien dan tidak efisien:
dan
(2)
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Usaha Perkebunan Karet Sampai dengan 31 Desember 2012 total areal tanaman karet mencapai
seluas 27.397,99 ha yang terdiri dari tanaman menghasilkan (TM) seluas 16.716,93 ha, tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 9.466,15 ha dan tanaman dalam persiapan seluas 1.214,91 ha.
Gambar 1. Luas Areal PTPN IX Sumber: Annual Report PTPN IX, 2012 Pada tahun 2012 total produksi karet meningkat dari tahun sebelumnya. Produksi karet mencapai 26.777,3 ton atau terjadi kenaikan sebesar 2,56% dibandingkan tahun 2011 yang
mencapai 26.110,2 ton. Produktivitas karet juga mengalami peningkatan sebesar 1,88% dibanding tahun sebelumnya yakni dari 1,50 ton/ha pada tahun 2011 menjadi 1,60 ton/ha pada tahun 2012.
Gambar 2. Total Produksi Karet (Ton) dan Total Produktivitas Karet (Ton/ha) Sumber: Annual Report PTPN IX Sepanjang lima tahun kapasitas terpasang pabrik RSS terus
berkembang meningkatnya
seiring dengan permintaan produk
karet sheet. Rata-rata utilitas pabrik setiap tahun mencapai 60% dari total kapasitas terpasang. Realisasi pengolahan karet sheet pada tahun
2012 mengalami penurunan sebesar 1,98% dari 20,03 ton di tahun 2011 menjadi 19,64 ton pada tahun 2012.
Gambar 3. Kapasitas Olah dan Utilitas Pabrik RSS Sumber: Annual Report PTPN IX, 2012 dari masing-masing unit kerja adalah Tingkat Efisiensi Teknis Pabrik sebagai berikut. RSS Berdasarkan perhitungan dengan metode DEA, tingkat efisiensi teknis Tabel 3. Tingkat Efisiensi Teknis Pabrik RSS PTPN IX Unit Kerja Warnasari Kawung Krumput Blimbing Siluwok Sukamangli Merbuh Ngobo Getas Batujamus Balong Sumber: Analisis Data, 2014 Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa hanya terdapat dua pabrik yang belum efisien, yaitu pabrik dari Kebun Kawung dan pabrik dari Kebun Getas. Sedangkan sisanya telah mencapai tingkat efisiensi relatif tertinggi, yaitu 100%. Pabrik yang telah mencapai efisiensi teknis tertinggi adalah pabrik dari kebun Warnasari, Kawung, Krumput, Blimbing, Siluwok, Sukamangli,
Efisiensi Teknis 100,00% 78,02% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 98,29% 100,00% 100,00% Merbuh, Ngobo, Batujamus, dan Balong. Alokasi Input yang Belum Efisien dan Kombinasinya Unit kerja pabrik RSS yang belum mencapai efisien secara teknis adalah dari Kebun Kawung dan Kebun Getas. Berikut ini akan ditampilkan tabel of target values dari kedua kebun tersebut.
Tabel 4. Table of Target Values Kebun Kawung Variable Lateks Kayu Bakar TK Tetap TK Sementara Asam Semut RSS 1 RSS 2 RSS 3 RSS 4 Cut A
Actual 1476100,0 4236,0 22,0 29,0
Target 1181467,5 2440,5 19,3 25,4
To Gain 20,0% 42,4% 12,3% 12,3%
Achieved 80,0% 57,6% 87,7% 87,7%
15975,0
14002,3
12,3%
87,7%
849421,0 0,0 28137,0 0,0 7403,0
954314,7 0,0 37715,8 37166,2 8317,2
12,3% 0,0% 34,0%
89,0% 0,0% 74,6% 0,0% 89,0%
Sumber: Analisis Data, 2014 Berdasarkan Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa jumlah lateks yang digunakan terlalu banyak sebesar 1.476.100,0 kg karet kering dan dapat dikurangi sebesar 20,0% menjadi 1.181.467,5 kg karet kering. Penggunaan input kayu bakar pada pabrik Kebun Kawung juga belum mencapai efisien. Pada kondisi aktual pabrik RSS dari Kebun Kawung membutuhkan 4.236,0 m3. Seharusnya pabrik dapat menurunkan jumlah input kayu bakar sebesar 42,4% menjadi sebesar 2.440,5 m3. Input tenaga kerja tetap juga belum mencapai efisien. Kondisi aktual pabrik RSS dari Kebun Kawung memiliki 22 orang tenaga kerja tetap. Namun, pada kondisi optimal hanya dibutuhkan 19 orang tenaga kerja tetap atau perlu pengurangan dari kondisi aktual sebanyak 12,3%. Tenaga kerja sementara dari pabrik RSS Kebun Kawung pada kondisi aktual adalah sebanyak 29 orang. Berdasarkan analisis, jumlah 29 orang tersebut dapat dikurangi sebanyak 12,3% menjadi 25 orang.
12,3%
Asam semut (disebut juga asam formiat, CHOOH) merupakan salah satu bahan penolong yang digunakan untuk membantu pembekuan lateks. Kondisi aktual penggunaan lateks dari pabrik RSS Kebun Kawung mencapai 15.975,0 kg dan untuk mencapai kondisi efisien, pemakaian asam semut dapat dikurangi sebesar 12,3% menjadi sebanyak 14.002,3 kg. Pengurangan penggunaan asam semut hingga kondisi optimal dapat menekan biaya yang dikeluarkan untuk bahan penolong. Pabrik yang berproduksi pada tingkat optimal dapat mengurangi resiko kerugian dan menekan biaya seminim mungkin. Jumlah RSS 1 yang dihasilkan oleh pabrik dari Kebun Kawung pada kondisi aktual adalah sebanyak 849.421 kg. Seharusnya pada kondisi efisien produksi dari RSS 1 dapat mencapai 954.314,7 kg (ditingkatkan sebanyak 12,3% dari kondisi aktual). RSS 1 merupakan produk utama yang diproduksi oleh semua pabrik karet dari PTPN IX. Berdasarkan Tabel 4 di atas pabrik RSS dari Kebun Kawung mampu berproduksi
12,3% lebih tinggi dari kondisi memproduksi RSS 4 sebanyak aktual. 37.166,2 kg. Cutting A merupakan Produk turunan lateks lainnya, salah satu produk turunan dari lateks yaitu RSS 3 juga terdapat perbedaan yang dihasilkan dari potonganantara kondisi aktual dan kondisi potongan RSS 1 atau RSS 2. Kondisi efisien yang seharusnya bisa dicapai. aktual, pabrik dari Kebun Kawung Pada kondisi aktual, pabrik dari memproduksi sebanyak 7403,0 kg. Kebun Kawung berproduksi Seharusnya pada kondisi efisien sebanyak 28.137,0 kg. Seharusnya produk Cutting A dapat ditingkatkan pabrik ini dapat meningkatkan 12,3% lebih banyak dari kondisi produk RSS 3 sebesar 34% dari aktual menjadi sebanyak 8317,2 kg. kondisi aktual menjadi sebanyak 37.715,8 kg. Pabrik dari Kebun Kawung tidak memproduksi RSS 4, namun agar lebih efisien secara teknis, pabrik ini juga dapat Tabel 5. Table of Target Values Kebun Getas Variable Lateks Kayu Bakar TK Tetap TK Sementara Asam Semut RSS 1 RSS 2 RSS 3 RSS 4 Cut A
Actual 1661265,0 4167,0
Target 1472528,6 2888,9
To Gain 11,4% 30,7%
Achieved 88,6% 69,3%
26,0 37,0
25,8 36,7
0,9% 0,9%
99,1% 99,1%
17423,0
17272,3
0,9%
99,1%
1256447,0 0,0 20453,0 0,0 5085,0
1267311,8 0,0 47711,3 22038,4 8530,2
0,9% 0,0% 133,3%
99,1% 0,0% 42,9% 0,0% 59,6%
Sumber: Analisis Data, 2014 Kondisi aktual penggunaan lateks pada pabrik ini adalah sebesar 1661265,0 kg karet kering. Berdasarkan penghitungan, pabrik dari Kebun Getas masih dapat menurunkan penggunaan lateks hingga 11,4% menjadi sebesar 1472528,6 kg karet kering. Pemborosan input untuk produksi juga terjadi pada variabel kayu bakar yang digunakan. Secara aktual pabrik dari Kebun Getas menggunakan input kayu bakar sebanyak 4167 m3, untuk mencapai efisien pabrik harus mengurangi
67,8%
input kayu bakar sebesar 30,7% dari kondisi aktual menjadi sebesar 2888,9 m3. Kayu bakar digunakan pada rumah pengasapan. Kayu bakar diletakkan di ruang bawah dari rumah asap yang biasa disebut dengan stook kamer. Penggunaan input yang masih berlebihan juga dijumpai pada penggunaan asam semut. Kondisi aktual penggunaan asam semut pada pabrik Kebun Getas adalah sebesar 17423,0 kg. Pencapaian efisiensi teknis untuk input asam semut dapat dilakukan dengan cara mengurangi
penggunaan asam semut hingga 0,9% menjadi sebesar 1267311,8 kg. Output dari pabrik Kebun Getas berupa RSS 1 juga belum mencapai tingkat efisien. Kondisi aktual produksi RSS 1 dari pabrik Kebun Getas mencapai 1256447,0 kg. Seharusnya pabrik dapat mencapai produksi RSS 1 0,9% lebih banyak dari kondisi aktual, yaitu sebanyak 1267311,8 kg. Output yang menunjukkan perbedaan yang sangat tajam antara kondisi riil dan kondisi efisien yang seharusnya dapat dicapai adalah pada produksi RSS 3. Terjadi kesenjangan yang sangat tinggi sebesar 133,3% antara kondisi aktual dan kondisi optimal. Produksi RSS 3 secara aktual dari pabrik Kebun Getas adalah sebesar 20453,0 kg. Seharusnya pada kondisi efisien pabrik dapat mencapai produksi sebesar 47711,3 kg atau 133,3% lebih tinggi dari kondisi aktual. Pabrik Kebun Getas tidak menghasilkan RSS 4 pada kondisi aktual, namun untuk mencapai tingkat efisiensi teknis pabrik dapat memproduksi RSS 4 sebanyak 22038,4 kg. Produksi dari Cutting A juga belum mencapai efisien secara teknis. Produksi aktual dari produk Cutting A adalah sebesar 5085,0 kg. Hal ini masih dapat ditingkatkan hingga 67,8% menjadi sebesar 8530,2 kg. Perbedaan antara jumlah aktual dan jumlah optimal pada produksi pabrik menunjukkan kondisi riil yang terjadi di pabrik berbeda dengan kondisi optimal yang disyaratkan bagi pabrik.
SIMPULAN Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagian besar pabrik RSS dari PTPN IX Jawa Tengah telah mencapai efisiensi teknis. Dibuktikan dengan 9 pabrik (Batujamus, Merbuh, Sukomangli, Blimbing, Ngobo, Warnasari, Balong, Krumput, dan Siluwok) mencapai efisiensi teknis tertinggi. Sedangkan sisanya 2 pabrik (Kawung dan Getas) belum mencapai tingkat efisiensi teknis tertinggi. Alokasi input yang belum efisien secara teknis dari pabrik RSS Kebun Kawung adalah jumlah lateks, kayu bakar, tenaga kerja tetap, tenaga kerja sementara, dan asam semut. Alokasi input yang belum efisien secara teknis dari pabrik RSS Kebun Getas adalah jumlah lateks, kayu bakar, dan asam semut. Upaya untuk mencapai efisiensi secara teknis pabrik RSS dari Kebun Kawung adalah dengan mengurangi jumlah input yang digunakan seperti lateks (20,0%), kayu bakar (42,4%), tenaga kerja tetap (12,3%), tenaga kerja sementara (12,3%), dan asam semut (12,3%) serta menambah output berupa RSS 1 (12,3%), RSS 3 (34,0%), dan Cutting A (12,3%). Sedangkan pabrik RSS dari Kebun Getas dengan mengurangi jumlah input berupa lateks (11,4%), kayu bakar (30,7%), dan asam semut (0,9%) serta menambah output RSS 1 (0,9%), RSS 3 (133,3%), dan Cutting A (67,8%). Saran yang dapat diberikan adalah pabrik yang inefisien (Kawung dan Getas) dapat merujuk pada rekomendasi dari nilai proyeksi yang disarankan terhadap penggunaan input untuk mencapai
efisiensi secara teknis. Pemborosan dari sisi input perlu dikurangi. Diharapkan dapat menggunakan input dan menghasilkan output yang optimal. Pabrik yang telah efisien hendaknya mempertahankan tingkat efisiennya, namun bukan berarti harus mempertahankan output atau input yang ada pada saat ini. Hal ini disebabkan karena pengukuran efisiensi teknis ini bersifat relatif. Efisiensi relatif berarti efisiensi suatu unit kerja dibanding dengan unit kerja lain dalam PT Perkebunan Nusantara IX yang menggunakan jenis input dan output yang sama. Sehingga dimungkinkan terdapat pabrik RSS yang lebih efisien diluar pabrik milik PT Perkebunan Nusantara IX. DAFTAR PUSTAKA Basri, Faisal. 2002. Perekonomian Indonesia: Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Ekonomi Indonesia. Jakarta: Erlangga. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2002. Statistik Perkebunan Indonesia: Karet. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. Elizabeth, Juvena. 2009. Optimalisasi Produksi Karet Olahan Ribbed Smoked Sheet (Kasus Perkebunan Widodaren, Kabupaten
Jember, Jawa Timur). Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Rachmawati, Yeti. 2003. Analisis Efisiensi Penggunaan FaktorFaktor Produksi Crumb Rubber (Studi Kasus Pabrik Pengolahan Karet Remah Way Berulu, PT Perkebunan Nusantara VII, Desa Kebagusan, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Lampung Selatan). Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sumber dari internet: Badan Pusat Statistik. 2013. Jawa Tengah in Figures 2013. www.jateng.bps.go.id. Diakses pada 29 Desember 2013. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Ekspor Komoditas Perkebunan Tahun 2013. www.ditjenbun.deptan.go.id. Diakses pada 29 Desember 2013. PT Perkebunan Nusantara IX. 2013. Laporan Keuangan. www.ptpnix.co.id. Diakses pada 30 Desember 2013.