ANALISIS DAN PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DVB-T DAN DVB-H DI WILAYAH JAKARTA PUSAT Ma’rifatul Iman – 2207 100 646 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email :
[email protected] ABSTRAK
BPPT) telah melakukan pengukuran propagasi radio DVB-T dan DVB-H di wilayah Jakarta Pusat. Data hasil pengukuran tersebut dikumpulkan, dianalisis dan dibuat dengan pemodelan Distance Power Law. Hasil pemodelan Distance Power Law kemudian dibandingkan dan dievaluasi dengan model propagasi yang sudah ada saat ini yaitu model Okumura-Hata [Rappaport, 2002] dan Model ITU-R P.1546-4 [ITUR, 2009]. Makalah ini akan membahas hasil pemodelan Distance Power Law, serta hasil perbandingan antara pemodelan Distance Power Law dengan Model Okumura-Hata dan Model ITU-R P.1546-4 menggunakan data hasil pengukuran DVB-T dan DVBH di wilayah Jakarta Pusat.
Perkembangan teknologi digital memberikan kontribusi dominan terhadap konvergensi di bidang penyiaran, telekomunikasi dan teknologi informasi. Salah satu diantaranya adalah siaran TV Digital yang memungkinkan kualitas penerimaan gambar dan suara yang lebih bagus dan dapat dinikmati oleh pemirsa dengan berbagai perangkat seperti telepon genggam (handphone), PDA (Personal Digital Assistant), komputer maupun media TV yang tak bergerak (fixed) dan bergerak (mobile). Indonesia menerapkan penggunaan standar Digital Video Broadcasting (DVB) sebagai sistem penyiaran TV Pada tugas akhir ini akan dilakukan analisis hasil pengukuran propagasi radio Digital Video BroadcastingTerrestrial (DVB-T) dan Digital Video Broadcasting-Handheld (DVB-H). Data yang digunakan adalah data hasil pengukuran propagasi radio DVB-T dan DVB-H di wilayah Jakarta Pusat. PEMODELAN SISTEM DARI HASIL Data diolah dan dilakukan pemodelan Distance Power Law II. PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DVB-T untuk menggambarkan karakteristik propagasi pengaruh jarak DAN DVB-H DI WILAYAH JAKARTA (d (m)) terhadap daya terima (Pr (dBm)). PUSAT Pemodelan Distance Power Law ini kemudian dibandingkan dan di evaluasi menggunakan model OkumuraModel yang diterapkan pada tugas akhir ini adalah Hata [Rappaport, 2002] dan Model ITU-R P.1546-4 [ITUR, pemodelan Distance Power Law. Sebagai perbandingan 2009]. Dari hasil perbandingan dan evaluasi, dapat disimpulkan bahwa: Model Okumura-Hata dan model ITU-R dan evaluasi dari hasil pemodelan Distance Power Law P.1546-4 tidak cocok dibandingkan dengan pemodelan digunakan model karakteristik propagasi yang sudah ada Distance Power Law sehingga tidak bisa diterapkan untuk saat ini yaitu, model Okumura-Hata dan Model ITU-R karakteristik propagasi radio DVB-T dan DVB-H di wilayah P.1546-4. Perangkat Lunak yang digunakan adalah Jakarta Pusat. Matlab 7.1. Kata kunci :
TV Digital, DVB-T, DVB-H, Pemodelan Distance Power Law, Model Okumura-Hata, Model ITU-R P.1546-4
PENDAHULUAN Perkembangan teknologi digital memberikan kontribusi dominan terhadap konvergensi di bidang penyiaran, telekomunikasi dan teknologi informasi. Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor : 07/P/M.KOMINFO/3/2007, pemerintah memutuskan standar Digital Video Broadcasting-Terrestrial (DVBT) sebagai standar penyiaran digital terestrial untuk televisi tidak bergerak di Indonesia [1]. Sistem siaran TV digital mempunyai kualitas penerimaan gambar dan suara yang lebih bagus serta dapat dinikmati oleh pemirsa dengan berbagai perangkat TV yang tak bergerak (fixed) dan bergerak (mobile) [1]. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (ITS I.
A.
Pemodelan Distance Power Law [3] Pemodelan Distance Power Law digunakan untuk menggambarkan karakteristik propagasi pengaruh jarak (d (m)) terhadap daya terima (Pr (dBm)). Persamaan Distance Power Law adalah sebagai berikut : (1) Pr (dBm) 10 log k 10n log d Dimana konstanta k dan eksponen rugi lintasan, n. Eksponen rugi lintasan untuk lingkungan Tabel 1 yang berbeda Eksponen rugi Lingkungan lintasan, n Free space Radio seluler wilayah perkotaan Radio seluler perkotaan dengan pengaruh shadowing LOS (Line-of-sight) Di dalam Gedung Terhalang gedung Terhalang pabrik
1
2 2.7 sampai 3.5 3 sampai 5 1.6 sampai 1.8 4 sampai 6 2 sampai 3
B.
Model Okumura-hata [3] Model Hata adalah suatu rumus empiris data rugi lintasan grafis yang diberikan oleh Okumura. Hata memperkenalkan rugi propagasi wilayah perkotaan sebagai rumus standart dan menyediakan koreksi persamaan untuk aplikasi situasi yang berbeda. rumus standart untuk median rugi lintasan di wilayah perkotaan: (2) L50 (urban)(dB) 69.55 26.16 log f 13.82h c
te
diletakkan pada ketinggian 120 m dari permukaan tanah. Daya output antena pemancar 400 Watt dengan Gain antena pemancar 18.5 dB dan ERP 74.47 dBm. Sedangkan untuk antena penerima DVB-T diletakkan pada ketinggian 1.5 m dari permukaan tanah [2]. Data hasil pengukuran DVB-T di wilayah Jakarta Pusat dilakukan pada tahun 2007 yang terdiri dari 29 lokasi pengukuran. Peta pengukuran wilayah yang menunjukkan lokasi pemancar dan lokasi pengukuran dapat dilihat pada gambar 1.
(44.9 6.55 log hte ) log d a(hre )
Dimana L50 adalah 50 persen (median) nilai rugi lintasan propagasi, fc adalah frekuensi (MHz) dari 150 MHz – 1500 MHz, hte adalah pemancar efektif (pemancar dasar) tinggi antena (m) antara 30 m -200 m, hre adalah penerima efektif (mobile) tinggi antena (m) antara 1 m-10 m, d adalah jarak pemisah T-R (Km), dan a(hre) adalah faktor koreksi untuk tinggi antenna mobile efektif yang mana merupakan suatu fungsi ukuran coverage area. Faktor koreksi antena mobile untuk kota besar, menggunakan persamaan : a(h ) 3.2(log11.75h )2 49.7dB untuk f 300MHz (3) re
re
c
Untuk mendapatkan daya terima (Pr(dBm)) diperoleh dari model Okumura, sehingga diperoleh persamaan : (4) Pr (dBm) ERP(dBm) L50 (dB) G r (dB) Dimana daya radiasi efektif antena pemancar ERP, faktor gain tinggi antena penerima dasar Gr. Model Okumura-Hata merupakan standar untuk perencanaan sistem pada radio mobile darat moderen sistem di Tokyo, Jepang. C.
Model ITU-R P.1546 [6] Model ITU-R P.1546-4 merupakan sebuah metode untuk prediksi suatu area propagasi radio untuk layanan terestrial di range frekuensi 30 MHz – 3000 MHz dan merupakan kurva lintasan darat yang telah disiapkan dari data yang diperoleh di Eropa dan Amerika Utara. Metode ini berdasarkan interpolasi/ekstrapolasi dari didapatkannya empiris kurva field-strength sebagai fungsi jarak, tinggi antena, frekuensi dan persen dari waktu. Dalam mendapatkan daya terima (Pr(dBm)), digunakan persamaan : (5) Pr (dBm ) Pt (dBm ) Gt (dB) Lb (dB) Dimana daya pancar Pt dan gain antena pemancar Gt . D.
Parameter dan Data Hasil Pengukuran Propagasi Radio DVB-T dan DVB-H di Wilayah Jakarta pusat Parameter dan Data Hasil Pengukuran DVB-T[2] Parameter DVB-T terdiri dari : Antena Pemancar menggunakan Frekuensi 575.25 MHz (kanal 34) yang
Gambar 1
Wilayah pengukuran rugi lintasan
Parameter dan Data Hasil Pengukuran DVB-H Parameter DVB-H terdiri dari, tinggi antena pemancar 120 m dari permukaan tanah dan frekuensi yang digunakan 498 MHz (kanal 24). Daya output antena pemancar 250 Watt, Gain antena pemancar 15 dB dan ERP 68.98 dBm, serta tinggi antena penerima DVB-H 2 m dari permukaan tanah. Data hasil pengukuran DVB-H di wilayah Jakarta Pusat dilakukan pada tahun 2009 yang terdiri dari 66 lokasi pengukuran, kemudian dibagi menjadi 3 Ring pengukuran. Dari gambar 2 dapat dilihat pembagiannya, yaitu Ring 1 terdiri dari 24 lokasi pengukuran, Ring 2 terdiri dari 20 lokasi pengukuran dan Ring 3 terdiri dari 22 lokasi pengukuran.
Desain data hasil pengukuran dengan menggunakan 3 (tiga) Ring Keterangan Gambar : Desain pengukuran pada gambar diatas menggunakan 3 ring : - Pemancar (Tx) terletak di tengah-tengah dari 3 ring. - Ring 1, bernomor 1 terletak di warna orange - Ring 2, bernomor 2 terletak di warna merah muda. - Ring 3, bernomor 3 terletak di warna kuning Gambar 2
2
E.
Nilai daerah penolakan dari uji KolmogorovSmirnov diperoleh dengan cara pendekatan seperti tabel 2. N adalah jumlah data sampel yang akan diuji lebih dari 35, dan (1-α) adalah tingkat kepercayaan yang akan digunakan selama pengujian. III.
Error Pemodelan Dis tanc e Power Law 30 25
µ=0.10 dB std=9.95 dB RMSE=1.8 dB
20 15
error (dB)
10 5 0 -5 -10 -15 -20 error Distance Power Law -25
3
10
10
4
d(m)
Error Pemodelan Distance Power law DVB-T
Gambar 4
CDF dan Kolmogorov-Smirnov (Error Pemodelan Distance Power Law) 1 cdf 0.9
Kolmogorov-Smirnov
0.8 Cumulative Probability
Uji Distribusi Normal Menggunakan Kolmogorov Smirnov Satu Satu Sampel [4] Uji Kolmogorov-Smirnov satu sampel adalah membandingkan antara fungsi distribusi acak empiris (data Error (selisih daya terima Pr(dBm) hasil pengukuran dengan daya terima pemodelan Distance Power Law)) dengan fungsi distribusi hipótesis (distribusi normal). Pengambilan keputusan atau hipotesis H dilakukan dengan Membandingkan nilai KolmogorovSmirnov statistik, KSSTAT dengan Critical Value, CV atau nilai kritis yang diperoleh dari nilai Dtabel untuk Kolmogorov-Smirnov satu sampel yang dapat dilihat pada tabel 2 dibawah : H diterima, jika Kolmogorov-Smirnov Statistik< Nilai Kritis. H ditolak, jika Kolmogorov-Smirnov Statistik > Nilai Kritis. Tabel 2 Nilai Dtabel untuk Kolmogorov-Smirnov satu sampel N (1-α) sampel 0.8 0.9 0.95 0.99 Untuk Nilai 1.07 1.22 1.36 1.63 yang besar N N N N
0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 -20
-15
Gambar 5
-10
-5
0 5 error (dB)
10
15
20
25
CDF dan Uji Kolmogorov-Smirnov dari Error Pemodelan Distance Power law DVB-T
Pada gambar 5, nilai Uji KS dapat dilihat pada tabel 3. Hipotesis nol (H=0) diterima jika nilai P bernilai 0.8202 dan Kolmogorov-Smirnov statistik (KSSTAT=0.1143) < nilai kritis (CV=0.2457). Uji Kolmogorov-Smirnov dari Error Tabel 3 Pemodelan Distance Power Law DVB-T Uji KS H=0
P = 0.8202
KSSTAT = 0.1143
CV = 0.2457
Segmen 1 dan Segmen 2 Distance Power Law -30
HASIL PEMODELAN DAN ANALISIS
n1=2.4 n2=2.8
-40 Pr1(dBm)=26.3-24.2log(d)
Pemodelan Distance Power Law DVB-T Pemodelan Distance Power Law -30
-40
-50
Pr(dBm)
A.
-60
-70 Pr2(dBm)=25.1-28.4log(d)
n=4.6
-80 Pr(dBm)=90.6-46.3log(d)
-50
Pr(dBm)
-90 -60
-100
pengukuran 1 pengukuran 2 Segmen 1 Distance Power law Segmen 2 Distance Power law 3
4
10
Gambar 6
-80
-90
pengukuran Distance Power Law 3
4
10
10 d(m)
Gambar 3
10 d(m)
-70
Pemodelan Distance Power law DVB-T
Hasil Pemodelan Distance Power Law dari gambar 3 diatas, didapatkan Pr(dBm)=90.6-46.3log(d). Dari persamaan (1), diperoleh nilai eksponen rugi lintasan dari jarak, n= 4.6 yang merupakan nilai kerugian akibat radio seluler perkotaan dengan pengaruh shadowing dan terhalang gedung. Plot error (selisih) nilai daya terima (Pr(dBm)) hasil pengukuran dengan nilai daya terima pemodelan Distence Power Law DVB-T, dapat dilihat pada gambar 4.
Segmen 1 dan Segmen 2 Pemodelan Distance Power law DVB-T
Dari gambar 6 diatas, segmen1 terdiri dari 7 lokasi pengukuran dan segmen 2 terdiri dari 22 lokasi pengukuran. Hasil pemodelan segmen 1 Distance Power Law didapatkan Pr1(dBm)=26.3-24.2log(d) sedangkan pada segmen 2 Distance Power Law didapatkan Pr2(dBm)=25.1-28.4log(d). Dari persamaan (1), nilai eksponen rugi lintasan dari jarak, n1= 2.4 merupakan nilai kerugian akibat terhalang gedung dan n2= 2 merupakan nilai kerugian akibat Radio seluler wilayah perkotaan dan terhalang pabrik. Pada jarak (d) ≤ 2500 m terdapat perpotongan sebesar 15.9 dB sehingga dari gambar 6 tampak trennya berubah dan gradiennya menurun lebih tajam. 3
25
µ=-0.04 dB s td=9.04 dB RMSE=3.4 dB
20
DVB-T Distance Power law (DPL) Segmen 1 dan Segmen 2 DPL Okumura-Hata ITU-R P.1546-4
15 10 error (dB)
Perbandingan nilai RMSE pada gabungan semua model DVB-T
Tabel 5
Error Pemodelan Distance Power Law 30
5 0 -5 -10 -15
error segmen 1 DPL error segmen 2 DPL
-20 10
3
C.
4
10
RMSE (dB) 1.8 3.4 22.7 24.4
Pemodelan Distance Power Law DVB-H
d(m)
Gambar 7
Error Segmen 1 dan Segmen 2 Pemodelan Distance Power law DVB-T
Gabungan 3 Ring -40
-50
n=4.9 Pr(dBm)=98.3-48.8log(d)
-60
CDF dan Kolmogorov-Smirnov (Error Pemodelan Distance Power Law) 1 cdf Kolmogorov-Smirnov
-70 Pr(dBm)
0.9
Cumulative Probability
0.8 0.7
-80
-90
0.6
-100
0.5 0.4
-110
Pengukuran ring1 pengukuran ring2 pengukuran ring3 Distance Power Law
0.3
3
4
10
10 d(m)
0.2 0.1 0 -15
-10
Gambar 8
-5
0
5 10 error (dB)
15
20
25
30
CDF dan Kolmogorov-Smirnov dari Error Segmen 1 dan Segmen 2 Pemodelan Distance Power law DVB-T
Plot gambar 8, nilai Uji KS dapat dilihat pada tabel 4. Hipotesis nol (H=0) diterima jika nilai P bernilai 0.4897 dan Kolmogorov-Smirnov statistik (KSSTAT=0.1510) < nilai kritis (CV=0.2457).
Gambar 10 Pemodelan Distance Power Law DVB-H Pada gambar 10, hasil pemodelan Distance Power Law didapatkan Pr(dBm)=98.3-48.8log(d). Dari persamaan (1), diperoleh nilai eksponen rugi lintasan dari jarak, n= 4.9 yang merupakan nilai kerugian akibat radio seluler perkotaan dengan pengaruh shadowing dan terhalang gedung. Error dari Gabungan 3 Ring
15
µ=0.05 dB std=7.36 dB
Uji Kolmogorov-Smirnov dari Error segmen 1 dan segmen 2 Pemodelan Distance Power Law DVB-T
10
Uji KS H=0
B.
P = 0.4897
KSSTAT = 0.1510
RMSE=0.9 dB
5 error (dB)
Tabel 4
0
-5
CV = 0.2457
-10
error ring1 error ring2 error ring3
-15
Gabungan Semua Model pada DVB-T
10
3
4
Error Pemodelan Distance Power Law DVB-H
Gambar 11
Gabungan Semua Model pada DVB-T -20
10 d(m)
-30 CDF dan Kolmogorov-Smirnov (Gabungan 3 ring) 1
-40
0.9 0.8 Cumulative Probability
Pr(dBm)
-50 -60 -70 -80 -90
cdf Kolmogorov-Smirnov
Pengukuran 1 Pengukuran 2 Distance Power Law (DPL) Segmen 1 DPL Segmen 2 DPL Okumura-Hata ITU R P-1546-4 0
0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1
1
10
0.7
0 -15
10
-10
-5
0 5 error (dB)
d(Km)
Gambar 9 Gabungan semua model pada DVB-T Pada gambar 9 dapat dianalisis dengan nilai RMSE (Root Mean Square Error) dari tiap model DVBT pada tabel 5. Nilai RMSE pemodelan Distance Power Law lebih kecil (1.8 dB) dibandingkan dengan RMSE segmen 1 dan segmen 2 Pemodelan Distance Power Law (3.4 dB). Nilai RMSE pemodelan Distance Power Law lebih kecil (1.8 dB) dibandingkan dengan RMSE model Okumura-Hata (22.7 dB) dan RMSE model ITUR P.1546.4 (24.4 dB).
Gambar 12
10
15
20
CDF dan Uji Kolmogorov-Smirnov Pemodelan Distance Power Law DVB-H
Pada gambar 12, nilai Uji KS dapat dilihat pada tabel 6. Hipotesis nol (H=0) diterima jika nilai P bernilai 0.8334 dan Kolmogorov-Smirnov statistik (KSSTAT=0.0754) < nilai kritis (CV=0.1644). Tabel 6
H=0
4
Uji Kolmogorov-Smirnov dari Error Pemodelan Distance Power Law DVB-H Uji KS P = 0.8334
KSSTAT = 0.0754
CV = 0.1644
D.
Ring1,2 dan Ring3 -40
Gabungan Semua Model pada DVB-H
n1=3.1 n2=5.6
-50
Gabungan semua model pada DVB-H -30
Pr 1(dBm)=39.1-30.7log(d)
-60
-40
Pr(dBm)
-70
-50
-80
Pr(dBm)
-60
-90
Pr2(dBm)=123.8-56.4log(d)
pengukuran ring1 pengukuran ring2 pengukuran ring3 ring1,2 Distance Power Law ring3 Distanc e Power Law
-100
-110
-70 -80 Pengukuran ring12 Pengukuran ring3 Distance Power Law (DPL) Ring12 DPL Ring3 DPL Okumura-Hata ITU R P-1546-4
-90
3
4
10
10
-100
d(m)
Segmen 1 dan segmen 2 Pemodelan Distance Power Law DVB-H Dari gambar 13, pada segmen1 terdiri dari ring 1 dan ring 2 yaitu 44 lokasi pengukuran dan di segmen 2 terdiri dari ring 3 yaitu 22 lokasi pengukuran. Hasil pemodelan segmen 1 Distance Power Law didapatkan Pr1(dBm)=39.1-30.7log(d) sedangkan pada segmen 2 Distance Power Law didapatkan Pr2(dBm)=123.856.4log(d). Dari persamaan (1), didapatkan nilai eksponen rugi lintasan dari jarak, n1= 3.1 merupakan nilai kerugian akibat radio seluler wilayah perkotaan dan radio seluler perkotaan dengan pengaruh shadowing, sedangkan n2= 5.6 merupakan nilai kerugian akibat terhalang gedung. Pada jarak ≤ 3000 m terdapat perpotongan sebesar 5.1 dB sehingga dari gambar 13 tampak trennya berubah dan gradiennya menurun lebih tajam.
-110
Gambar 13
Error dari Ring1,2 dan Ring3
15
µ= -0.14 dB std= 6.17 dB
1
10 d(Km)
Gabungan semua model pada DVB-H Gambar 16 Pada gambar 16 dapat dianalisis dengan nilai RMSE (Root Mean Square Error) dari tiap model DVBH pada tabel 7 dibawah. Nilai RMSE pemodelan Distance Power Law lebih kecil (0.9 dB) dibandingkan dengan RMSE segmen 1 dan segmen 2 Pemodelan Distance Power Law (2.4 dB). Nilai RMSE pemodelan Distance Power Law lebih kecil (0.9 dB) dibandingkan dengan RMSE model Okumura-Hata (25.9 dB) dan RMSE model ITU-R P.1546-4 (22.8 dB). Tabel 7
Perbandingan nilai RMSE pada gabungan semua model DVB-H
DVB-H Distance Power law (DPL) Segmen 1 dan Segmen 2 DPL Okumura-Hata ITU-R P.1546-4
RMSE (dB) 0.9 2.4 25.9 22.8
RMSE=2.4 dB
10
E.
5 error (dB)
0
10
PathLoss Semua Model pada DVB-T Path Loss DVB-T
0
170 -5
160 error ring1 error ring2 error ring3
-15
150
3
PathLoss(dB)
-10
4
10
10 d(m)
Gambar 14
Error segmen 1 dan segmen 2 Pemodelan Distance Power Law DVB-H
Loss Loss Loss Loss Loss
DPL Segmen 1 DPL Segmen 2 DPL Okumura-Hata ITU R P-1546-4
140 130 120 110
CDF dan Kolmogorov-Smirnov (Ring12 dan ring3)
100
1 0.9
cdf Kolmogorov-Smirnov
90
CumulativeProbability
1
10 d(Km)
0.7
0.5 0.4 0.3
0.1 0 -15
-10
Gambar 15
-5
0 5 error (dB)
10
15
20
CDF dan Uji Kolmogorov-Smirnov segmen 1 dan segmen 2 Pemodelan Distance Power Law DVB-H
Plot gambar 15, nilai Uji KS dapat dilihat pada tabel 7 dibawah. Hipotesis nol (H=0) diterima jika nilai P bernilai 0.5360 dan Kolmogorov-Smirnov statistik (KSSTAT=0.0975) < nilai kritis (CV=0.1644). Tabel 7
Gabungan Path Loss semua Model pada DVB-T Nilai path loss pada semua model DVB-T dengan jarak link 0.460 Km – 8.158 Km diperoleh nilai path loss pemodelan Distance Power Law lebih besar daripada model propagasi radio lainnya yaitu 7.6 dB/Km. Nilai path loss semua model DVB-T dapat dilihat pada tabel 8 dibawah. Gambar 17
0.6
0.2
Uji Kolmogorov-Smirnov dari error segmen 1 dan segmen 2 Pemodelan Distance Power Law DVB-H
Uji KS H=0
0
10
0.8
P = 0.5360
KSSTAT = 0.0975
CV = 0.1644
Tabel 8
Nilai Path Loss pada semua Model DVB-T terhadap Jarak tertentu
Path Loss DVB-T terhadap Jarak tertentu Model Jarak link 0.460 Km – 8.158 Km Distance Power Law 7.6 dB/Km Segmen 1 dan segmen 2 DPL 6.9 dB/Km Okumura-Hata 5.1 dB/Km ITU-R P.15465-4 3.2 dB/Km
5
F.
PathLoss Semua Model pada DVB-H Path Loss DVB-H 180 170
Path Loss(dB)
160
Loss Loss Loss Loss Loss
DPL Ring1,2 DPL Ring3 DPL Okumura-Hata ITU R P-1546-4
150 140 130 120 110 100 90
0
1
10
10 d(Km)
Gambar 18 Path Loss Semua Model Pada DVB-H Nilai path loss pada semua model DVB-H dengan jarak link 0.925 Km – 12.107 Km diperoleh nilai path loss pemodelan Distance Power Law lebih besar daripada model propagasi radio lainnya yaitu 4.7 dB/Km. Nilai path loss semua model DVB-H dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9
Nilai Path Loss pada semua Model DVB-H dengan Jarak tertentu
Path Loss DVB-H terhadap Jarak tertentu Model Jarak link0.925 Km – 12.107 Km Distance Power Law 4.7 dB/Km Segmen 1 dan segmen 2 DPL 6.1 dB/Km Okumura-Hata 3.1 dB/Km ITU-R P.15465-4 1.9 dB/Km
cukup besar. Nilai RMSE DVB-T 22.7 dB pada jarak link 0.460 Km – 8.158 Km dan nilai RMSE DVB-H 25.9 dB pada jarak link 0.925 Km – 12.107 Km. Kemungkinan lain yaitu adanya perbedaan kondisi karakteristik propagasi radio di Indonesia khususnya wilayah Jakarta Pusat berbeda dengan model propagasi Okumura-Hata, dimana model OkumuraHata didapatkan pada saat pengukuran di Tokyo, Jepang. 3. Model ITU-R P.1546.4 juga tidak cocok digunakan sebagai model karakteristik propagasi radio DVB-T dan DVB-H di wilayah Jakarta Pusat. Dari analisis hasil pemodelan diperoleh nilai RMSE DVB-T 24.4 dB pada jarak link 0.460 Km – 8.158 Km dan nilai RMSE DVB-H 22.8 dB pada jarak link 0.925 Km – 12.107 Km, serta dikarenakan adanya perbedaan karakteristik propagasi radio di Indonesia khususnya wilayah Jakarta Pusat berbeda dengan kondisi karakteristik propagasi radio model ITU-R P.1546-4 yang pengukurannya dilakukan di Eropa dan Amerika Utara. DAFTAR PUSTAKA [1]
[2]
IV. KESIMPULAN Dari data hasil pengukuran karakteristik propagasi radio DVB-T dan DVB-H di wilayah Jakarta Pusat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemodelan Distance Power Law yang dibandingkan dengan model Okumura-Hata dan model ITU-R P.1546-4 diperoleh bahwa pemodelan Distance Power Law cocok digunakan sebagai model karakteristik propagasi radio DVB-T dan DVB-H di wilayah Jakarta Pusat, berdasarkan : Nilai RMSE (Root Mean Square Error) DVB-T 1.8 dB pada jarak link 460 m – 8158 m dan nilai RMSE DVB-H 0.9 dB pada jarak link 925 m – 12107 m. DVB-T pada jarak link 0.460 Km – 8.158 Km, nilai selang kepercayaan 0.8 dengan nilai path loss 7.6 dB/Km. Dan untuk DVB-H pada jarak link 0.925 Km – 12.107 Km, nilai selang kepercayaan 0.8 dengan nilai path loss 4.7 dB/Km. Sehingga data error (selisih) hasil pengukuran dengan pemodelan Distance Power Law berdistribusi normal. 2. Model Okumura-Hata tidak cocok digunakan sebagai model karakteristik propagasi radio DVB-T dan DVB-H di wilayah Jakarta Pusat. Hal ini diperoleh dari analisis nilai RMSE error (selisih) hasil pengukuran dengan model Okumura-Hata yang
[3] [4] [5] [6]
H. Budiarto, B. H. Tjahjono, A. Rufiyanto, A. A. N. A. Kusuma, G. Hendrantoro, S. Dharmanto. Sistem TV Digital dan Prospeknya di Indonesia, Multikom Indo Persada. Jakarta. 2007. G. Hendrantoro, H. Budiarto, A. A. N. A. Kusuma, A. Rufiyanto, S. Dharmanto, B. H. Tjahjono, Endroyono, Suwadi. Urban Radio Propagation Measurement for Digital TV Broadcast in Jakarta, Indonesia. IEEE Broadcast Technology Society Newsletter. 2009. pp. 21-25. T. S. Rappaport, Wireless Communications Principles and Practices, 2nd ed, Prentice Hall, 2002. Wilfrid J.Dixon. Introduction to Statistical Analysis. Second Edition, Mc Graw Hill, 1957, hal 450 J.D. Parsons. The Mobile Radio Propagation Channel. John Wiley & Sons, hal 53. Rec. ITU-R-P1546-4, (2009) ITU-R, “Method for point-to-area predictions for terrestrial services in the frequency range 30MHz to 3000 MHz”.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Ma’rifatul Iman dilahirkan di Sidoarjo, 25 Oktober 1984. Lulus dari MINU Kedungrejo kemudian melanjutkan ke SLTP YPM I Sepanjang. Pada tahun 1999 melanjutkan ke SMU Wachid Hasyim 2 Sepanjang. Setelah menamatkan SMU, penulis melanjutkan studinya di Diploma Jurusan Teknik Telekomunikasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya pada tahun 2003. Dan pada tahun 2007 penulis kembali melanjutkan studinya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
6