56
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai landasan dalam Perencanaan Pedestrian Hijau di Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Sejarah dan Konsep Pengembangan Perkembangan suatu kota sangat ditentukan oleh sarana dan prasarana yang tersedia untuk menunjang berbagai kegiatan masyarakat dan pemerintahan. Sarana transportasi merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi kelancaran kegiatan-kegiatan tersebut. Keberadaan
Kota Bogor
berdekatan
dengan Jakarta mengakibatkan perkembangannya menjadi sangat pesat. Posisi strategis ini memerlukan kesiapan Kota Bogor untuk menerima limpahan aktivitas masyarakat Jakarta serta arus penduduk Jakarta untuk tinggal di Kota Bogor. Adanya arus penduduk yang sangat pesat serta kegiatan perekonomian yang berkembang membutuhkan tersedianya prasarana transportasi yang memadai. Pemerintah Kota Bogor merencanakan pengembangan jalan-jalan di daerah Bogor sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor tahun 1999-2009. Salah satu kegiatan tersebut adalah untuk menghijaukan di sekitar kanan dan kiri jalan; pada yang memiliki lereng-lereng yang sangat miring dianjurkan ditanami dengan tanaman yang berakar kuat dan tidak mempunyai perakaran yang besar di permukaan tanah; mudah tumbuh pada tanah padat; tahan terhadap hembusan angin yang kuat; batang/dahan/ranting tidak mudah patah; pohon tidak mudah tumbang; tidak memiliki buah yang terlalu besar; mempunyai serasah yang sedikit; tahan terhadap pencemar yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor; mudah sembuh bila terjadi luka akibat benturan kendaraan; cukup teduh tetapi tidak terlalu gelap; daun, bunga, buah, batang dan percabangan secara keseluruhan indah; berumur panjang; memiliki laju pertumbuhan yang cepat serta tahan terhadap hama dan penyakit.
57
Perencanaan jalur pedestrian di sepanjang Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar bertujuan sebagai berikut : a. Menyediakan sarana dan prasarana bagi pejalan kaki yang melintasi kedua jalan tersebut. b. Memberi rasa aman dan nyaman bagi pejalan kaki sehingga dapat berpindah tempat melakukan aktivitas sehari-hari. c. Menata tata ruang daerah melalui perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana transportasi. Berdasarkan tujuan tersebut perencanaan jalur pedestrian hijau pada lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar sebagai penghubung wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, maka diperlukan suatu pererencanaan lanskap jalan berupa konsep penataan lanskap sekitar jalan sehingga didapatkan jalan yang dapat memberi kenyamanan, kesenangan dan identitas tersendiri bagi pengguna dan masyarakat sekitar khususnya dan juga bagi warga Bogor pada umumnya. Lokasi dan Orientasi Tapak Pembangunan daerah yang dilaksanakan pada saat ini maupun yang akan datang merupakan kesinambungan dari rangkaian program pembangunan sebelumnya. Pembangunan yang tidak terkendali tanpa mengindahkan rencana tata ruang akan mengakibatkan permasalahan komplek di masa datang. Dalam rangka mewujudkan visi dan merealisasikan misi pembangunan Kota Bogor, beberapa rencana tata ruang dan program kegiatan pembangunan telah dilakukan. Dibidang pembangunan fisik dan tata ruang antara lain adalah di bidang perhubungan dan kawasan Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar termasuk ke dalam wilayah pengembangan Kota Bogor dengan arahan fungsi kegiatan untuk perumahan, perdagangan barang dan jasa komersial. Bentuk tapak adalah berupa koridor/strip dimana di dalamnya terjadi pergerakan dan sirkulasi yang cukup tinggi. Lokasi tapak sebagai penghubung wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogor dengan tingkat aktivitas perdagangan
58
dan jasa yang tinggi menjadikan kawasan ini mempunyai posisi yang cukup strategis untuk dikembangkan. Maka diperlukan suatu perencanaan lanskap jalan agar didapat jalan yang memiliki identitas dan karakter yang kuat. Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar berada pada daerah kepemilikan lahan Pemerintah Kota Bogor, kepemilikan lahan Pemerintah Kabupaten Bogor dan masyarakat, sehingga pembangunan rancangan lanskap nantinya Pemerintah Kota Bogor harus melakukan pertemuan dengan pihak-pihak tersebut agar tidak mengalami kesulitan kedepannya. Suatu kawasan dengan orientasi yang baik adalah kawasan yang dengan mudah dapat dikenali dan diingat oleh manusia penggunanya, baik itu melalui karakter bangunan, suasana ataupun dari karakter lanskapnya. Orientasi kawasan sangat dipengaruhi oleh fungsi kawasan dalam hal ini kawasan linear Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar sebagai kawasan perdagangan barang dan jasa. Sehingga kawasan ini harus mampu menampilkan karakternya melalui penataan lanskap sekitar jalan. Salah satu permasalahan perkotaan yang terdapat di lokasi studi adalah tidak adanya penataan bagi kegiatan informal seperti pedagang kali lima. Saat ini keberadaan pedagang kaki lima dapat dilihat di sepanjang ruas kedua jalan lokasi studi. Hal ini jika di biarkan akan menimbulkan kesemrawutan wajah kota dan akan menimbulkan gangguan sirkulasi bagi pejalan kaki maupun kendaraan yang melintas, sehingga perlu diupayakan penertiban dan pengalokasian pedagang kaki lima ke tempat yang lebih sesuai dan tidak mengganggu kelancaran lalu lintas. Struktur Kegiatan Kawasan ini berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor akan dikembangkan sebagai kawasan ruko, rukan, permukiman dan superblok yaitu kawasan hunian dan komersial dalam satu struktur bangunan yang sama dan dibuat pada kondisi vertikal dengan pembagian ruang lantai bawah untuk komersial sedangkan lantai atas untuk hunian. Dari sini dapat dilihat bahwa Pemerintah Kota Bogor lebih berorientasi ekonomi tanpa melihat keinginan dan kebutuhan masyarakatnya yang juga membutuhkan ruang untuk kenyamanan dan
59
rekreasi. Rekreasi tersebut dapat berupa olahraga, berjalan-jalan, melihat pemandangan atau bercengkrama bersama. Untuk memudahkan dalam menganalisis lebih detail pada kawasan jalur pedestrian ini akan dibagi menjadi 3 segmen yaitu segmen utara, tengah dan selatan. Tabel 11. Analisis Kegiatan di Setiap Segmen Segmen
Analisis Pada
segmen
banyak
Pemecahan Masalah
ini
terdapat
bangunan
yang
digunakan untuk perdagangan dan jasa. Pada sisi kiri dan Utara (Jalan H. Soleh
kanan jalan jalur pedestrian
Iskandar)
dimanfaatkan pedagang kaki lima,
tempat
meletakkan
produk-produk toko dan lahan parkir
kendaraan
sehingga
mengganggu pejalan kaki. Pada
segmen
banyak Tengah (Pertigaan Jalan H. Soleh Iskandar-persimpangan semplak)
ini
bangunan
Menyediakan tempat untuk
terdapat yang
mengalokasikan PKL agar
digunakan sebagai pemukiman
lebih tertata rapi dan membuat
penduduk kepadatan tinggi.
aturan-aturan yang tegas untuk
Aktivitas perdagangan seperti
dapat dipatuhi oleh semua
penjual
makanan
banyak
terdapat di badan jalan dan jalur hijau. Aktivitas
dan
perdagangan
banyak terdapat di segmen ini. Selatan (Persimpangan
Bentuk bangunan yang banyak
semplak-pertigaan Jalan Raya
terdapat di segmen ini adalah
Dramaga)
aktivitas ekonomi dan
bangunan
berlantai
satu.
Pedagang kaki lima banyak terdapat di pedestrian.
pengguna tapak.
60
Sesuai dengan peraturan daerah masyarakat seharusnya dapat menikmati dan memanfaatkan ruang berserta sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya, menikmati manfaat ruang berupa manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan dilaksanakan atas dasar kepemilikan, penguasaan atau pemberian hak tertentu berdasarkan ketentuan perundang-undangan ataupun atas hukum adat dan kebiasaan yang berlaku. Untuk itu perlu pengaturan ruang untuk berbagai aktivitas yang dapat dilakukan di tapak misalnya melalui pembuatan taman kota atau taman lingkungan sebagai sarana masyarakat beraktivitas dan penyediaan tempat bagi aktivitas ekonomi seperti kios-kios, dengan pembuatan aturan-aturan khusus yang harus dipatuhi. Aspek Fisik dan Biofisik Sumberdaya yang terdapat di tapak merupakan faktor penting dalam pengembangan rencana pedestrian hijau. Sumberdaya tersebut dapat dimanfaatkan sehingga dapat memberi kenyamanan dan pelayanan bagi pengguna jalan. Kenyamanan itu sendiri meliputi kenyamanan fisik, visual, dan sosial. Kenyamanan fisik misalnya menyangkut pada iklim yang sesuai dan kondisi sarana dan prasarana yang baik. Kemudian kenyamanan visual adalah kenyamanan penglihatan yang diperoleh dari view atau pemandangan indah di sekitar jalan, ini terkait juga dengan estetika lanskap jalan. Sedangkan kenyamanan sosial merupakan kenyamanan yang diperoleh melalui rasa aman, terhindar dari berbagai bentuk kejahatan dan kenyamanan bersosialisasi. Iklim Berdasarkan data iklim dari Badan Perencana Daerah Kota Bogor diperoleh bahwa suhu udara tahunan 26oC – 34oC dan kelembaban 70%. Suhu yang terlalu tinggi dapat diatasi dengan penggunaan naungan baik dengan penanaman vegetasi ataupun pembangunan stuktur naungan. Curah hujan tahunan pada kawasan studi sekitar 3.000 - 4.000 mm/tahun dengan fluktuasi curah hujan tertinggi pada bulan Februari dan terendah pada bulan September. Curah hujan yang cukup merupakan potensi terhadap ketersediaan air bagi perairan maupun air tanah dan mendukung untuk tumbuh
61
kembangnya vegetasi. Curah hujan yang tergolong tinggi dapat juga menjadi kendala dalam hal peresapan air ke dalam tanah dan aliran drainase. Di beberapa tempat pada tapak terutama di bagian jalan dengan kemiringan yang cukup curam akan menimbulkan limpahan aliran air hujan yang cukup banyak. Untuk itu diperlukan sistem drainase yang baik dan sesuai dengan topografi yang ada. Alternatif pemecahan masalah yang dapat direncanakan pada tapak ini adalah penggunaan struktur perkerasan pada jalur pedestrian yang dapat menyerap air atau porous sehingga air di atasnya mudah terserap, penanaman vegetasi yang berfungsi sebagai penahan erosi dan run off, dan merancang sistem drainase yang baik. Fasilitas peneduh sebagai pelindung saat hujan juga dapat disediakan. Intensitas penyinaran matahari pada kawasan ini dengan fluktuasi tertinggi pada bulan September dan terendah pada bulan Februari. Intensitas penyinaran yang cukup akan mendukung pertumbuhan vegetasi dengan baik. Namun jika berlebihan akan berpengaruh terhadap kenyamanan dan keamanan pengguna jalan. Vegetasi seperti pohon, semak/perdu, penutup tanah, dan rumput menghasilkan bayangan yang dapat digunakan untuk mengurangi radiasi matahari baik secara langsung atau yang dipantulkan oleh bangunan. Elemen lanskap yang digunakan pada tapak sebaiknya menggunakan warna-warna yang tidak memantulkan cahaya, antara lain biru, abu-abu, atau cokelat. Kecepatan angin rata-rata adalah 2,3 Km/Jam. Angin mempunyai peran penting dalam menciptakan kenyamanan pada tapak akibatnya teriknya matahari dan belum adanya naungan yang mencukupi menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna khususnya pejalan kaki. Namun dengan adanya angin yang sedikit kencang dapat memberikan kenyamanan. Kecepatan angin akan berpengaruh pula bagi masyarakat sekitar jalan yaitu debu yang bertebangan membawa polusi udara terutama pada musim kemarau. Kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya faktor iklim. Tingkat kecelakaan tersebut dapat ditekan dengan menciptakan kondisi sedemikian rupa agar pengendara merasa aman dan nyaman selama
62
perjalanan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan penataan lanskap jalan dengan mengembangkan potensi dan mengurangi kendala pada unsur-unsur iklim yang tidak menguntungkan pada tapak. Faktor iklim yang mempengaruhi kenyamanan manusia adalah suhu, radiasi matahari, angin, dan kelembaban udara. Misalnya penanaman vegetasi pada sisi-sisi dan median jalan selain dapat menciptakan iklim mikro yang nyaman juga menciptakan efek bayangan sehingga dapat mengurangi silau pada siang hari. Faktor kelembaban tidak terlalu berpengaruh langsung bagi pengendara karena mereka berada dalam kendaraan yang sedang melaju cepat dan sebagian besar dilengkapi AC. Kelembaban justru berpengaruh terhadap pejalan kaki dan masyarakat sekitar. Kelembaban udara pada kawasan sekitar 70%. Oleh sebab itu diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan kenyamanan pada tapak. Keadaan ini perlu
diatasi
dengan
melakukan
pendekatan
kelembaban
ideal
dan
mempertahankan suhu bagi manusia agar pengguna merasa nyaman seperti memanfaatkan angin, seperti melalui peletakan vegetasi yang tidak menghalangi jalan angin. Elemen lanskap lainnya yang dapat digunakan untuk mempertahankan suhu yang ideal dan membuat tapak menjadi nyaman adalah air karena air dapat berdampak pada penurunan suhu melalui proses penguapan sehingga dapat memberikan rasa sejuk dan nyaman bagi pengguna yang berada di sekitarnya. Oleh karena itu, badan air yang ada di tapak seperti sungai dipertahankan dan dirawat keberadaannya. Bentukan Lahan Tapak pada lokasi studi merupakan tapak dengan kondisi lahan yang datar, landai dan curam. Kondisi ini memberikan keunikan tersendiri bagi lanskap di sekitarnya. Topografi yang relatif datar memberikan aspek visual yang kurang menarik dan memberi kesan monoton yang dapat menyebabkan kejenuhan bagi pengguna jalan. Namun kondisi ini juga berpotensi untuk dikembangkan dan ditingkatkan nilainya melalui penanaman vegetasi, dimana pada daerah yang
63
relatif datar lebih mudah dilakukan, dan juga melakukan penataan kawasan berupa bangunan perkerasan dengan desain yang menarik. Untuk menghilangkan kesan monoton dilakukan penanaman vegetasi secara dinamis baik dari pemilihan jenis tanaman maupun bentuk-bentuk penanaman. Topografi yang relatif datar di wilayah studi menjadi kendala dalam terhambatnya pergerakan drainase sehingga menyebabkan genangan-genangan air ke badan jalan terutama saat musim hujan. Kondisi ini dapat diatasi dengan pembuatan sistem drainase terpadu dengan dilakukan kontrol pada inlet dan outlet secara berkala untuk mencegah terjadinya penyumbatan, baik akibat sedimentasi maupun kotoran akibat bawaan aliran air. Pada bagian tapak yang datar ditemui adanya genangan air sehabis hujan karena banyaknya limpahan air hujan dan tidak berfungsinya saluran drainase dengan baik akibat struktur drainase rusak dan tertimbun serta dipenuhi sampah. Perlu pembuatan drainase dengan kemiringan yang sesuai agar limpahan air dapat mengalir lancar. Vegetasi Jalan Keberadaan vegetasi pada lanskap jalan memberikan kegunaan lebih, terutama jika dilihat dari masalah polusi baik itu polusi udara, suara dan aroma. Daerah sisi jalan mempunyai banyak lahan kosong sehingga berpotensi sebagai pengembangan kawasan dan menjadikannya good view. Lebar daerah penanaman untuk sisi jalan bervariasi hingga 1-2,5 meter. Ukuran tersebut kurang mencukupi apabila ingin dilakukan penanaman pohon. Karena akar pohon yang relatif besar dapat merusak struktur perkerasan yang berda di sampingnya. Untuk itu perlu dilakukan pelebaran media tanam minimal 3 meter apabila ingin dilakukan penanaman pohon atau ukuran tetap namun dengan jenis tanaman yang disesuaikan dengan luasan tersebut. Hal ini bertujuan demi keselamatan pengendara kendaraan dan tumbuh kembang tanaman. Daerah median di lokasi studi bervariasi mulai dari lebar 1-3 meter. Pada lokasi studi dengan lebar median yang relatif sempit maka vegetasi yang sesuai
64
ditanam semak pendek/rumput dengan masa daun padat dan ketinggian tidak lebih dari 1,1 meter terutama pada daerah persimpangan, karena rata-rata pandangan pengendara dalam kendaraan adalah 1,1 meter. Tanaman ditanam rapat agar dapat menahan silau lampu kendaraan yang datang dari arah berlawanan. Untuk daerah median pada tapak yang relatif luas dapat ditanami pohon dengan kombinasi semak pendek dan rumput agar lebih memberi kesan menarik dan berfungsi sebagai pengarah. Area persimpangan dan jembatan merupakan area dengan tingkat polusi tinggi karena pada daerah ini kendaraan bergerak melambat sehingga gas buangan dari pembakaran terakumulasi di daerah ini. Untuk itu pemilihan tanaman yang toleran terhadap kondisi tersebut. Sarana dan Prasarana Jalan Pada lokasi studi sarana dan prasarana jalan beberapa telah tersedia namun, sebagian besar dalam kondisi yang rusak dan tidak dapat difungsikan lagi, seperti halnya jumlah tempat penyeberangan (zebra cross) belum mencukupi untuk mengakomodasi masyarakat sekitar jalan yang akan melintasi jalan karena hanya ada di beberapa kawasan saja. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menyebrang pada tempatnya akan berdampak pada keselamatan mereka dan pengguna jalan dan juga merusak tanaman yang ada di median jalan. Secara umum saluran drainase telah tersedia terletak di samping pedestrian berupa saluran terbuka. Hal ini yang menyebabkan kurang berfungsinya saluran akibat tertimbun sampah dan struktur rusak. Akibatnya adalah timbulnya genangan pada badan jalan khususnya pada daerah cekungan. Perbaikan dan pemeliharaan drainase sangatlah penting demi keberlanjutan jalan tersebut. Rambu-rambu lalu lintas dan lampu jalan merupakan fasilitas sangat penting. Tidak adanya lampu penerangan di jalur pedestrian sangat berbahaya bagi pejalan kaki dimalam hari. Penambahan fasilitas rambu-rambu lalu lintas dan penerangan jalan sangat membantu guna mendukung kelancaran dan keamanan berlalu lintas sekaligus memberi kenyamanan.
65
Pedestrian Pedestrian yang terdapat pada lokasi studi bervariasi mulai dari tidak memiliki pedestrian sampai pedestrian selebar 1,5 meter, untuk memudahkan dalam menganalisis pedestrian dibagi men jadi tiga segmen. Berikut tabel analisis pedestrian di setiap segmen. Tabel 12. Analisis Pedestrian di Setiap Segmen Segmen
Analisis Pada
segmen
pedestrian
Pemecahan Masalah
ini
dengan
terdapat lebar
1
meter. Pengguna pedestrian ramai terutama pada siang hari. Pada sisi kiri dan kanan Utara (Jalan H. Soleh Iskandar)
jalan
jalur
pedestrian
dimanfaatkan pedagang kaki lima,
tempat
meletakkan
produk-produk toko dan lahan parkir
kendaraan
sehingga
mengganggu pejalan kaki. Kondisi
struktur
pedestrian
Perlu pelebaran pedestrian menjadi 1,8 meter, serta pembuatan ramp untuk kemudahan bagi penyandang cacat, serta penambahan jalur sepeda selebar 2,2 meter.
baik. Pada Tengah (Pertigaan Jalan H. Soleh Iskandar-persimpangan semplak)
segmen
ini
terdapat
pedestrian dengan lebar 1,5 meter. Pengguna pedestrian ramai terutama pada siang hari.
Kondisi
struktur
pedestrian baik.
Selatan (Persimpangan semplak-pertigaan Jalan Raya Dramaga)
Pada segmen ini tidak terdapat
Perlu pembuatan pedestrian
pedestrian, hal ini membuat
selebar 1,8 meter, serta
pejalan kaki berjalan di badan
pembuatan ramp untuk
jalan.
kemudahan bagi penyandang cacat, serta penambahan jalur sepeda selebar 2,2 meter.
66
Lebar pedestrian yang bervariasi mulai dari tidak ada pedestrian sampai 1,5 meter kurang memadai bila dilihat dari kebiasaan masyarakat Indonesia yang lebih senang berjalan bersama-sama, berjajar dan minimal berpasangan. Tidak mengakomodasi bagi pejalan kaki yang cacat dan pengendara sepeda, serta tidak memperhatikan segi keselamatan pejalan kaki untuk pedestrian dengan lebar hanya 0,5 meter. Untuk itu perlu pelebaran pedestrian menjadi 1,8 meter, serta pembuatan ramp untuk kemudahan bagi penyandang cacat, serta penambahan jalur sepeda selebar 2,2 meter.
Aspek Sosial Karakter Pengguna Beragamnya pengguna jalan mulai dari anak-anak hingga dewasa dan dari berbagai tingkat sosial dan ekonomi memberikan karakter berbeda dalam hal ketertiban berlalu lintas. Kebiasaan menyeberang di sembarang tempat, membuang sampah sembarangan, timbulnya kios-kios liar, mengebut dan sebagainya merupakan kebiasaan yang buruk dan harus diubah. Untuk itu diperlukan perlengkapan sarana jalan dan penegakan aturan lalu lintas yang tegas terhadap semua pengguna jalan. Melalui rencana lanskap jalan ini akan diberikan ruang bagi pengguna jalan agar dapat beraktivitas dengan aman dan nyaman serta diharapkan dapat merubah perilaku pengguna menjadi lebih baik.
67
Rangkuman Analisis Data hasil inventarisasi dari berbagai faktor telah dianalisis permasalahan dan kondisi yang ada, serta telah ditentukan pula pemecahan masalahnya. Berikut disajikan rangkuman analisis yang telah dibahas sebelumnya berupa tabel agar lebih mudah terlihat permasalahan dan alternatif pemecahan masalah yang ada di lokasi studi Tabel 13. Analisis Berbagai Unsur Lanskap No
Unsur Lanskap
1
Aksesibilitas dan Lokasi Tapak
2
Geologi dan Jenis Tanah
3
Hidrologi
4
Topografi <15% >15 %
Analisis Potensi
Kendala
Akses mudah dan kondisi jaringan jalan baik, jalan menghubungkan dua wilayah dengan tingkat kesibukan tinggi berpotensi dikembangkan sarana aktivitas masyarakat Tidak peka sampai sedang erosi
Pedestrian kurang memadai untuk jalur pejalan kaki dan sepeda
• Sumber air • Merupakan drainase makro kota • View bagi tapak
Mulai mengalami erosi dan kerusakan akibat aktivitas manusia
Peka erosi, kesuburan tanah
Tidak peka erosi, stabil Titik pandang yang baik
Peka erosi
Pemanfaatan Potensi dan Pemecahan Masalah Penentuan jaringan primer (kendaraan) dan sekunder (pejalan kaki), penentuan peruntukan kawasan
Pengaturan penggunaan lahan kawasan, pengendalian erosi, peningkatan kesuburan tanah Membuat sempadan sungai dengan penggunaan vegetasi dan struktur penahan erosi, memberi bukaan sebagai vista Pengembangan sarana dan prasarana dan aktivitas, memberikan bukaan pada titik-titik tertentu, pengendalian erosi, konservasi, cut and fill.
Alternatif Tindakan
Pelebaran damija (pedestrian dan pengaman jalan) sesuai peruntukan kawasan
Pembangunan struktur bangunan, penanaman vegetasi, penambah unsur hara Menjaga dan melestrarikan keberadaan badan air
Pembangunan fasilitas, penanaman vegetasi, pembangunan struktur penahan
68 No
Unsur Lanskap
Analisis
Pemanfaatan Potensi dan Pemecahan Masalah
Alternatif Tindakan
Suhu tinggi Tinggi, kurang nyaman, bahaya erosi, limpahan air Tinggi
Dipertahankan Diperlukan penendalian pencegahan erosi,pembuatan sistem drainase, pengaturan penetrasi cahaya
Belum berfungsi optimal, kurang menunjang untuk kenyamanan, penataan sesuai kondisi jalan masih kurang. Perubahan fungsi lahan, sempadan sungai rentan kerusakan.
Mempertahankan dan meningkatkan jenis vegetasi untuk berbagai fungsi, pemilihan jenis sesuai fungsi.
Penataan vegetasi Pembangunan struktur bangunan, membuat bukaan, pembuatan sistem drainase yang sesuai, perkerasan Penanaman dan penataan sesuai fungsi dan kondisi tapak.
Potensi
Kendala
Iklim • Suhu • Kelembaban • Curah Hujan • Intensitas Cahaya
Mendukung tumbuh kembang vegetasi, ketersediaan air
6
Vegetasi
Beraneka ragam
7
Tata guna lahan
Digunakan sebagai tempat perdagangan barang dan jasa.
5
Penataan lanskap jalan yang sesuai untuk setiap penggunaan lahan dan lingkungan sekitar.
Alokasi ruang untuk masingmasing fungsi bagi pengguna tapak secara keseluruhan.