ANALISIS DAMPAK IMPLEMENTASI MODEL BLENDED LEARNING (KOMBINASI PEMBELAJARAN DI KELAS DAN E-LEARNING) PADA MATA KULIAH MEDAN ELEKTROMAGNETIK
Muhamad Ali Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Email :
[email protected] Website : http://elektro.uny.ac.id/muhal dan http://muhal.dikti.net
Abstract
The ultimate goal of this research is to measure and analyse the effect of blended learning model in Electromagnetic Fields Course. Blended Learning Model is a combination between conventional class room learning and e-learning systems. Research conducted by class action research (CAR) model that was developed by Kemmis and Taggart. Modification of this model was done to fulfilled the need assesment in Electromagnetic Fields Course. This research was done by doing learning in class room and e-learning in several cycle until the indicator of this research was achieved. Analyze will be done by direct observation in class room learning, analyze from the e-learning report, questionnaire to the students and test. This result of this research shown that the blended learning model (combination class room learning and e-learning) give significant result in increasing the motivation and result study of the students. Students’s motivation was increased in Electromagnetic fields course by using blended learning that was shown by frecuency and duration of students in learning, activity student in forum discussion, respond in class room and e-learning. The result from students’s quesitonnairy was get that the average score is 3.22 in motivation and 3.24 in benefit of using blended learning model. The student’s competence was increased from 58.6 (pre test) to 73.4 (post test) in the second cycle action class. Keyword: blended learning, class room, e-learning, electromagnetic fields
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Mata kuliah Medan Elektromagnetik merupakan salah satu mata kuliah yang sudah lama diajarkan dalam kurikulum Jurusan Teknik Elektro FT UNY. Mata kuliah Medan Elektromagnetik bersifat teori dan diberikan pada semester tiga dengan nilai kredit dua SKS. Mata kuliah Medan Elektromagnetik merupakan mata kuliah penunjang bagi mata kuliah penting di Jurusan Elektro diantaranya adalah Transformator, Motor Listrik, Sistem Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik, Sistem Telekomunikasi dan mata kuliah lainnya yang membutuhkan konsep kelistrikan dan kemagnetan. Mata kuliah Medan Elektromagnetik termasuk jenis mata kuliah yang cukup sulit untuk dipelajari dan mengandung banyak muatan kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa. Kesulitan mahasiswa terkait dengan unsur matematika yang spesifik yaitu analisis vektor, sistem koordinat baik dua maupun tiga dimensi baik koordinat kartesius, tabung maupun bola, persamaan differensial yang berkenaan pengaruh medan listrik dan magnet dan kaitannya dengan sifat-sifat gelombang, integral yang bekaitan dengan sifatsifat perubahan dinamis. Kompleksitas mata kuliah Medan Elektromagnetik memerlukan dukungan yang kuat dari mata kuliah sebelumnya yaitu Dasar Elektro, Fisika Terapan, Matematika Terapan dan Matematika Teknik. Metode pembelajaran yang selama ini dilakukan adalah dengan metode pembelajaran di kelas yaitu dengan ceramah, diskusi dan latihan mengerjakan soal. Pada metode ini dosen dan mahasiswa berpedoman pada buku teks dan modul kuliah yang dikembangkan oleh dosen yang bersangkutan. Ada kalanya dosen menggunakan media pembelajaran interaktif berbasis multimedia dengan program computer yang ditampilkan melalui layar LCD Viewer. Akan tetapi karena keterbatasan peralatan yang ada dan banyaknya materi yang harus disampaikan, metode pembelajaran kuliah di kelas dengan media pembelajaran sering kali tidak dapat diimplementasikan dengan baik. Pengajar lebih memfokuskan pada pencapaian materi yang dibebankan pada SAP dan silabus. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap proses belajar mengajar di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, ternyata proses belajar mengajar yang digunakan hanya mengandalkan pembelajaran 2
konvensional yang mensyaratkan pertemuan secara langsung antara mahasiswa dan dosen. Kenyataan yang ada jumlah ruang kelas yang ada Cuma 3 kelas untuk perkuliahan teori padahal terdapat banyak mahasiswa baik dari S1 Teknik Elektro, S1 Mekatronika, D3 Reguler maupun D3 Non Reguler yang menggunakan kelas yang sama sehingga pengaturan jadwal menjadi sangat padat. Di sisi lain kalender akademik di Indonesia mempunyai banyak hari libur dan perkuliahan berjalan selama 5 hari (seninjumat). Hal ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kualitas pembelajaran yang berdampak pada kurangnya kompetensi mahasiswa. Berkaitan dengan mata kuliah Medan Elektromagnetik, karena tingkat kesulitan yang cukup tinggi dan banyaknya muatan materi pada mata kuliah ini menjadikan motivasi belajar mahasiswa menjadi rendah. Mahasiswa merasa bahwa mata kuliah ini susah dipelajari dan cakupan materinya cukup banyak sehingga mereka sudah apriori yang berakibat pada menurunnya motivasi dan semangat belajar pada mata kuliah ini. Kenyataan ini diperparah oleh adanya cerita yang tidak kondusif dari mahasiswa yang perbah mengikuti kuliah ini dan mendapatkan nilai yang kurang baik. Hal ini berdampak pada hasil belajar mahasiswa yang diidikasikan dengan nilai A dan B yang masih sedikit. Kebanyakan mahasiswa memperoleh nilai B-, C dan D. Permasalahan-permasalahan seperti yang telah dikemukan di atas memerlukan usaha penyelesaian yang tidak mudah untuk dilakukan. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan untuk memberikan solusi dalam meningkatkan motivasi dan kompetensi mahasiswa pada mata kuliah Medan Elektromagnetik. Melalui model blended learning (kombinasi pembelajara di kelas dan e-learning), proses pembelajaran tidak hanya terbatas di kelas melainkan dapat dikembangkan di luar kelas tanpa terhalang oleh ruang dan waktu. Mahasiswa dan dosen dapat melakukan proses pembelajaran tanpa harus bertemu di kelas melainkan cukup melalui media komputer dalam jaringan.
B. PERUMUSAN MASALAH Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dipecahkan pada penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana penerapan model blended learning pada Mata Kuliah Medan Elektromagnetik di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY? 3
2. Bagaimana motivasi mahasiswa terhadap penerapan model blended pada Mata Kuliah Medan Elektromagnetik di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY? 3. Seberapa besar manfaat yang akan didapat dengan diimplementasikannya model blended learning bagi mahasiswa, dosen dan Jurusan ?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang dan mengembangkan pembelajaran mata kuliah Medan Elektromagnetik menggunakan sistem e-learning di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY. Secara rinci tujuan yang akan dicapai sebagai berikut : 1. Menerapkan model blended learning pada mata kuliah Medan Elektromagnetik di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY 2. Mengukur motivasi mahasiswa terhadap penerapan model blended pada Mata Kuliah Medan Elektromagnetik di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY 3. Mengetahui manfaat yang akan didapat dengan diimplementasikannyasistem model blended learning bagi mahasiswa, dosen dan Jurusan
Manfaat Penelitian Dengan implementasi Model Blended Learning pada mata kuliah Medan Elektromagentik, diharapkan proses belajar mengajar dapat ditingkatkan baik frekuensi perkuliahan maupun kontensnya. Mahasiswa dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi pembelajaran dengan memanfaatkan pembelajaran di kelas dan e-learning. Sistem e-learning hanya menjadi pelengkap pembelajaran di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY, bukan untuk menggantikan sistem pembelajaran yang selama ini sudah berjalan.
4
BAB II KONSEP PENGEMBANGAN DAN TINJAUAN TEORITIK
A. Kurikulum Berbasis Kompetensi Pemerintah telah menggariskan masalah pendidikan yang tertuang dalam Undangundang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. Dalam Undang-undang ini pemerintah menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Salah satu misi pendidikan nasional adalah meningkatkan profesionalisme peserta didik dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional maupun global. Strategi pembangunan pendidikan meliputi : pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis serta pengembangan kecakapan hidup (UU Sidiknas, 2003). Suderajat (2004) menjelaskan bahwa konsep pendidikan dapat dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya yaitu pendidikan kecakapan hidup, kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha
mandiri.
Kecakapan
hidup
didefinisikan
sebagai
suatu
kecakapan
mengaplikasikan kemampuan dasar keilmuan atau kemampuan dasar kejuruan dalam kehidupannya sehari-hari sehingga bermakna dan bermanfaat bagi peningkatan taraf kehidupan serta harkat dan martabatnya, dan juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungannya. Dalam pembelajaran terkandung dua dimensi yaitu proses dan materi yang sesuai dengan pembelajaran konstruktivistik. Lebih lanjut (Suderajat, 2004) menjelaskan bahwa konsep-konsep keilmuan tidak dapat ditransfer oleh guru kepada siswa, melainkan siswa itu sendiri yang harus membangun keilmuan dari informasi yang didapatnya. Dalam pembelajaran siswa harus mengintegrasikan ketiga domain afektif, kognitif dan psikomotorik. Dengan demikian dimensi dalam pembelajaran meliputi dimensi proses, dimensi materi dan dimensi aplikasi.
5
Proses
Aplikasi Konsep Gambar 1: Tiga dimensi tujuan pembelajaran berbasis kompetensi
Dalam rangka mencapai pembelajaran konstruktivistik diperlukan media untuk membantu peserta didik menyusun pengetahuan yang dipelajarinya. Media yang dimaksud berupa model yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajarinya. Dosen sebagai pendidik dalam pembelajaran berfungsi sebagai motivator, dan fasilitator dalam rangka mengembangkan kompetensi mahasiswa sebagai peserta didik. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah ditetapkan.
B. Sistem Pembelajaran 1. Sistem Pembelajaran Konvensional Sistem pembelajaran konvensional dicirikan dengan adanya pertemuan antara pelajar dan pengajar untuk melakukan proses belajar mengajar (Farhad, 2001). Metode ini sudah berlangsung sejak dahulu dan masih dikembangkan hingga saat ini guna memenuhi tujuan utama pengajaran dan pembelajaran. Seiring dengan perkembangan kebutuhan pembelajaran dimana peserta belajar semakin banyak dan terdistribusi di berbagai daerah yang terpisah secara geografis, metode konvensional menghadapi kendala yang berkaitan dengan keterbatasan tempat, lokasi dan waktu penyelenggaraan dengan semakin meningkatnya aktifitas pelajar dan pengajar. Di sisi lain pergeseran paradigma sistem pengajaran juga muncul pada transfer ilmu pengetahuan yang pada mulanya lebih menekankan pada proses mengajar (teaching), berbasis pada isi (content base), bersifat abstrak dan hanya untuk golongan tertentu (pada proses ini pengajaran cenderung pasif), tetapi saat ini pendidikan mulai bergeser pada proses belajar (learning), berbasis pada masalah (case base), bersifat kontekstual dan tidak terbatas
6
hanya untuk golongan tertentu sehingga pelajar dituntut untuk lebih aktif mempelajari dan mengembangkan materi pelajaran dengan mengoptimalkan sumber-sumber lain. Perubahan paradigma pembelajaran pada mulanya diawali dengan timbulnya berbagai masalah, hambatan dan kekakuan sistem pembelajaran konvensional diantaranya; keterbatasan tempat, lokasi, waktu dan usia. Dengan adanya perubahanperubahan tersebut, tuntutan masyarakat dan juga keinginan untuk memberikan kesempatan pendidikan atau pelatihan bagi mereka yang mempunyai keterbatasan jarak dan waktu, maka muncullah kebutuhan belajar jarak jauh.
2. Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (Distance Learning) Sistem pembelajaran jarak jauh merupakan suatu metode instruksional antara pengajar dan pelajar untuk memberikan
kesempatan belajar tanpa dibatasi oleh
kendala-kendala; waktu, ruang dan tempat serta keterbatasan sistem pendidikan tradisional (Eileen dalam Ali, 2007). Pada sistem pembelajaran jarak jauh, pelajar tidak perlu hadir dalam kelas, mendengarkan pengajar mengajar, dan seterusnya, tetapi cukup belajar di mana saja, mengerjakan soal-soal latihan seperti yang terjadi pada metode pembelajaran tradisional. Interaksi antara pengajar dan pelajar masih tetap berlangsung dengan media yang memungkinkan interaksi tersebut terjadi. Seringkali belajar jarak jauh diartikan sama dengan pendidikan jarak jauh. Tetapi hal ini kurang tepat karena sebenarnya belajar jarak jauh merupakan hasil dari proses pendidikan jarak jauh. Belajar jarak jauh lebih menekankan kepada bagaimana seorang pelajar dapat belajar dengan baik tanpa terhalang oleh batasan jarak dan waktu. Sedangkan pendidikan jarak jauh menekankan kepada bagaimana suatu proses pengajaran yang dilakukan oleh pengajar dapat diterima oleh pelajar dengan baik tanpa terhalang oleh batasan jarak (Eileen dalam Ali, 2007). Meskipun mempuyai definisi yang sedikit berbeda. Konsep pendidikan jarak jauh dan belajar jarak jauh mempunyai beberapa kesamaan, yang membedakannya dengan konsep pendidikan tradisional yaitu : • Perbedaan lokasi antara pengajar dan pelajar • Pengaruh organisasi pendidikan
7
• Pengunaan teknologi sebagai media untuk menyatakan pengajar dan pelajar dan juga penyampaian bahan pengajaran • Ketersediaan komunikasi dua arah antara pengajar, pelajar, dan administrator. 3. Perkembangan Teknologi Pembelajaran Media yang digunakan dalam menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh tergantung pada sistem pengantaran/penyampaian yang digunakan.
Teknologi
korespondensi, voice/audio, video dan yang berbasis komputer sampai kepada penggunaan intranet dan internet merupakan teknologi-teknologi yang digunakan sebagai media penyampaian materi pelajaran. Berdasarkan waktu terjadinya proses belajar mengajar, terdapat dua jenis sistem pembelajaran jarak jauh yaitu Synchronous dan Asynchronous.
Pada sistem
synchronous , pelajar dan pengajar berada dalam waktu bersamaan, sedangkan dalam sistem Asynchronous pengajar dan pelajaran tidak berada dalam waktu yang bersamaan. 3.1. Sistem Korespondensi Teknologi yang digunakan pada mulanya menggunakan korespondensi dan merupakan sistem pembelajaran jarak jauh yang paling sederhana dan umum, yaitu semacam Universitas terbuka yang berlangsung di beberapa negara termasuk di Indonesia. Sistem ini menggunakan materi-materi cetakan (printed materials) yang dikirim secara berkala.
Materi yang dikirim dapat berupa diktat, studi kasus,
silabus/rangkuman, dan buku kerja. Pennsylvania State University merupakan salah satu universitas pertama yang menggunakan teknologi cetakan dan layanan pos. Pada tahun 1886 yang membentuk jaringan pembelajaran jarak jauh untuk komunikasi antara pengajar dan pelajarnya yang kemudian dikenal sebagai correspondence education (Farhad, 2001). 3.2. Web Based Learning Lahirnya sistem pembelajaran jarak jauh berbasis Web (web Distance Learning) menjadi awal berkembangnya teknologi informasi di bidang pendidikan. Web-based learning termasuk salah satu metode dan teknologi yang digunakan dalam pembelajaran jarak jauh.
Pada Web-Based learning, penyampaian dan akses materi pengajaran
dilakukan melalui media elektronik menggunakan Web sever untuk menyampaikan 8
materi, Web browser untuk mengakses materi pelajaran, dan TCP/IP (Transmision Control Protocol/Internet Protocol) dan HTTP (Hyper Text Transfer Protocol) sebagai protocol untuk melakukan komunikasi. TCP/IP digunakan sebagai protocol komunikasi untuk menghubungkan komputer Host ke internet, sedangkan HTTP merupakan protocol yang digunakan pada World Wide Web yang menentukan format data, cara transmisinya, aksi Web Sever, Web Browser untuk merespon berbagai perintah yang diterima. Web-based learning memungkinkan penyelenggaraan distance teaching maupun distance learning baik itu dalam mode synchronous atau asynchronous. Fasilitasfasilitas berbasis Web yang digunakan antara lain e-mil, discussion forums, video conferencing dan live lecture. Berdasarkan metode penyampaian tersebut maka dapat dibentuk suatu definisi tentang pembelajaran jarak jauh berbasis web yaitu menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan aplikasi web. Karakteristik Web based learning diantaranya : (Alan 2001) •
Materi belajar disusun dalam bentuk text, grafik dan elemen multimedia seperti video, audio dan animasi;
•
Komunikasinya
secara
synchronous
atau
asynchronous
seperti
video
confrerencing, chat room atau forum diskusi •
Penyimpanan, perawatan dan administrasi materi ada pada Web server
•
Menggunakan TCP/IP sebagai fasilitas komunikasi antara pelajar dan materi belajar dan/atau sumber lain.
3.3. Homepage kuliah Homepage kuliah merupakan informasi singkat mengenai suatu kuliah yang bisa berdiri sendiri atau mempunyai link dengan homepage lain (Eigen, 2001). Homepage kuliah berisi; silabus, latihan-latihan soal, referensi, literature, dan riwayat pengajar, Link yang disediakan harus bermanfaat untuk pelajar, misalnya
link dengan data
penelitian atau untuk akses katalog perpustakaan atau dengan homepege pelajar lain. Selain itu juga dapat menghubungkan pelajar ke daftar diskusi atau listserv yang di setup untuk komunikasi pelajar. 9
Elemen-lemen yang ada dalam hompage kuliah : •
Informasi kuliah dan pengajar : termasuk didalamnya topik kuliah, waktu kuliah, informasi, texbook, tujuan kuliah dan sistem kuliah.
•
Komunikasi kelas; menyediakan akses ke e-mail pengajaran, link ke grup diskusi yang diset-up untuk komunikasi pelajaran ke pelajaran dan menyediakan form untuk pelajaran agar dapat digunakan untuk melaporkan permasalahan-permasalahan.
•
Penilaian dan test.
•
Materi yang digunakan kuliah; membuat catat kuliah dan handout yang disediakan baik sebagai web page atau file yang bisa di download.
•
Demonstrasi, animasi, video, audio.
•
Referensi materi; daftar materi dalam bentuk print atau elektronik sebagai pelengkap texbook. Link dengan perpustaan kampus atau ke kampus lain.
Hompage kuliah telah menekankan kepada pemberian dukungan proses belajar mengajar pada sistem web-based learning atau sistem belajar tradisional dengan mode komunikasinya asynchronous.
3.4. Virtual class Virtual class pada dasarnya hanya menyelenggarakan pembelajaran untuk satu bidang khusus tertentu saja, misalnya menyelenggarakan instruksional dibidang teknik instalsi, teknik kendali, computer atau medan elektromagnetik. LAN Connected End-points
Company Internet
Student with LAN access
Student with Internet access
Instructor
Server Public Network
The Internet
Student with Internet access
Gambar 2 Virtual Classroom 10
Virtual class umumnya bentuk dari real time Lectures sebagai solusi Web based learning
pada
mode
synchronous
dengan
cara
ini
memungkinkan
untuk
menyelenggarakan kuliah secara live dan pelajar dapat mengikutinya dimanapun dia berada dengan tersedianya akses ke internet situasinya sama seperti kelas tradisional, tetapi secara fisik tidak pernah dijumpai keberadaan kelas tersebut.
Kegiatan kuliah
terjadwal, komunikasi secara synchronous dan asynchronous, teknologi yang digunakan : internet, teleconfrence, videoconfrence, video, TV, CDROM. (Chu, 1998) Beberapa contoh situs yang menyelenggarakan virtual class : • • •
http://www.mvcr.org http://vu.umkc.edu http://ull.chemistry.uakron.edu/classroom.html
3.5. Sistem Electronic Learning (E-Learning) Sistem e-learning merupakan bentuk pendidikan jarak jauh yang menggunakan media elektronik sebagai media penyampaian materi dan komunikasi antara pengajar dengan pelajarnya (Wikipedia, 2009). Istilah e-learning merupakan istilah yang umumnya digunakan dalam bisnis. “e-learning” adalah istilah yang paling baru pada sistem pendidikan jarak jauh (distance education) dan istilah ini diperuntukkan bagi pembelajaran secara elektronik termasuk media komputer dan telekomunikasi. (Int 1996). Sampai sekarang masih belum ada standard yang baku baik dalam hal definisi maupun implementasi e-learning menjadikan banyak orang mempunyai konsep yang bermacam-macam. E-learning merupakan kependekan dari electronic learning (Sohn, 2005). Salah satu definisi umum dari e-learning diberikan oleh (Gilbert & Jones dalam Surjono 2007), yaitu: pengiriman materi pembelajaran melalui suatu media elektronik seperti Internet, intranet/extranet, satellite broadcast, audio/video tape, interactive TV, CDROM, dan computer-based training (CBT). Definisi yang hampir sama diusulkan juga oleh the Australian National Training Authority (2003) yakni meliputi aplikasi dan proses yang menggunakan berbagai media elektronik seperti internet, audio/video tape, interactive TV and CD-ROM guna mengirimkan materi pembelajaran secara lebih fleksibel. The ILRT of Bristol University (dalam Surjono, 2007) mendefinisikan e-learning sebagai penggunaan teknologi elektronik untuk mengirim, mendukung, dan meningkatkan pengajaran, pembelajaran dan penilaian. Udan and Weggen (dalam Suryono, 2007)
11
menyebutkan bahwa e-learning adalah bagian dari pembelajaran jarak jauh sedangkan pembelajaran on-line adalah bagian dari e-learning. Di samping itu, istilah e-learning meliputi berbagai aplikasi dan proses seperti computer-based learning, web-based learning, virtual classroom, dll; sementara itu pembelajaran on-line adalah bagian dari pembelajaran berbasis teknologi yang memanfaatkan sumber daya Internet, intranet, dan extranet. Lebih khusus lagi Rosenberg (dalam Surjono, 2007) mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi Internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat mengakses dari mana saja.
Stasiun radio merupakan media elektronik pertama yang digunakan sebagai media penyampaian materi yaitu dengan menggunakan gelombang radio (pertama kali lisensinya diberikan kepada Latter Dya Saints, Universitas Salt City pada tahun 1921). (Farhad, 2001). Media lain yang dapat digunakan diantaranya TV kabel. Pelajaran yang mengikuti pelajaran harus berlangganan TV kabel dan mengikuti pelajaran melalui siaran televisi yang ada. Iowa State University mendapat lisensi dari Federal Communication Commission (FCC) untuk menyelenggarakan educational television (ETV) pada tahun 1945 dan menjadi penyelenggara ETV pertama didunia dan kemudian menjadi program pendidikan melalui televisi (televising sducational program) pada tahun 1950. Sistem ini lebih interaktif namun masih memiliki berbagai kendala dan kelemahan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada pertengahan tahun 1980, teknologi pembelajaran jarak jauh mulai bergeser ke pemakaian jaringan komputer untuk menyelenggaran pengajaran dan pembelajaran. Kaitan antara berbagai istilah yang berkaitan dengan e-learning dan pembelajaran jarak jauh dapat diilustrasikan dalam gambar di bawah (Surjono, 2007).
12
Gambar 3. Klasifikasi Pembelajaran Jarak Jauh 3.5.1. Implementasi E-Learning Implementasi sistem e-learning dewasa ini sangat bervariasi, namun semua itu didasarkan atas suatu prinsip bahwa e-learning dimaksudkan sebagai upaya pendistribusian materi pembelajaran melalui media elektronik atau Internet sehingga peserta didik dapat mengaksesnya kapan saja dari seluruh penjuru dunia. Ciri pembelajaran dengan e-leaning adalah terciptanya lingkungan belajar yang fleksibel dan terdistribusi. Fleksibilitas menjadi kata kunci pada sistem e-learning. Peserta didik menjadi sangat fleksibel dalam memilih waktu dan tempat belajar karena mereka tidak harus datang di suatu tempat pada waktu tertentu. Dilain pihak, pengajar dapat memperbaharui materi pembelajarannya kapan saja dan dari mana saja. Dari segi isi, materi pembelajaranpun dapat dibuat sangat fleksibel mulai dari bahan kuliah yang berbasis teks sampai materi pembelajaran yang sarat dengan komponen multimedia. Namun demikian kualitas pembelajaran dengan e-learning pun juga sangat fleksibel atau variatif, yakni bisa lebih jelek atau lebih baik dari sistem pembelajaran konvensional. Untuk mendapatkan sistem elearning yang baik diperlukan perancangan yang baik pula. Dalam merancang sistem e-learning perlu mempertimbangkan dua hal, yakni peserta didik yang menjadi target dan hasil pembelajaran yang diharapkan. Pemahaman atas
13
peserta didik sangatlah penting, yakni antara lain adalah harapan dan tujuan mereka dalam mengikuti e-learning, kecepatan dalam mengakses internet atau jaringan, keterbatasan bandwidth, beaya untuk akses internet, serta latar belakang pengetahuan yang menyangkut kesiapan dalam mengikuti pembelajaran. Pemahaman atas hasil pembelajaran diperlukan untuk menentukan cakupan materi, kerangka penilaian hasil belajar, serta pengetahuan awal. Sistem
e-learning
dapat
diimplementasikan
dalam
bentuk
asynchronous,
synchronous, atau kombinasi keduanya. Contoh e-learning asynchronous banyak dijumpai di Internet baik yang sederhana maupun yang terpadu melalui portal e-learning. Sedangkan dalam e-learning synchronous, pengajar dan siswa harus berada di depan komputer secara bersama-sama karena proses pembelajaran dilaksanakan secara live, baik melalui video maupun audio conference. Selanjutnya dikenal pula istilah blended learning yakni pembelajaran yang menggabungkan semua bentuk pembelajaran misalnya on-line, live, maupun tatap muka (konvensional).
3.5.2. Teknologi Sistem e-Learning Sistem e-learning yang banyak dikembangkan dan diimplementasikan adalah sistem
e-learning berbasis web. Untuk mengimplementasikan pembelajaran
e-learning berbasis web dibutuhkan infra struktur jaringan komputer yang sudah terbentuk secara menyeluruh.
Gambar 4. Arsitektur jaringan sistem e-learning 14
a. Software Pengembangan sistem e-learning memerlukan perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Karena sistem e-learning yang akan dikembangkan adalah berbasis pada aplikasi jaringan sehingga diperlukan perangkat lunak yang meliputi : • Sistem Operasi, untuk server diperlukan sistem operasi server yang menggunakan Linux. Pemilihan sistem operasi ini karena sistem operasi ini merupakan sistem open source sehingga bersifat free. Karena sifatnya yang open source menjadikan sistem operasi Linux menjadi sangat handal karena setiap ada bug selalu cepat diupdate oleh komunitas. • Web Server, karena sistem e-learning yang akan dikembangkan berbasis web, maka diperlukan sebuah perangkat lunak web server. Software yang akan digunakan untuk web server adalah Apache. Apache merupakan web server yang handal dengan ukuran yang kecil dan sifatnya open source. Lebih dari 50 % web server di dunia menggunakan Apache (Http//www.apache.org). • Database Server, karena materi yang akan ditampilkan dalam sistem e-learning relatif besar sehingga perlu dikelola dengan software khusus yang menangani database. MySQL Server merupakan salah satu software database server yang sangat handal dengan ukuran yang relatif kecil dan juga open source sehingga legal untuk digunakan (Http//www.mysql.org). • Web Viewer, untuk menampilkan informasi yang diminta oleh klien perlu digunakan kode tertentu sehingga dapat dimengerti oleh komputer server. Kode program yang akan digunakan adalah PHP. Program PHP merupakan program web viewer yang handal yang mampu menampilkan informasi secara dinamis. Dengan ukuran yang relatif kecil, kemampuan yang hebat dan dukungan software lainnya menjadikan PHP menjadi program web viewer yang banyak digunakan dalam aplikasi berbasis web. • Web Browser digunakan untuk mengakses halaman web di komputer klien. Software web browser yang digunakan tergantung dari komputer klient yang akan mengakses e-learning yang dapat berupa Microsoft Internet Explorer, Mozilla Firefox, Opera, Netscape Communicator dan program web browser lainnya. Sistem e-learning yang akan dikembangkan harus dapat kompatibel terhadap
15
program web browser yang ada sehingga dapat diakses oleh berbagai mesin yang berbeda dengan baik.
b. Hardware Perangkat keras yang digunakan dalam sistem e-learning tidak berbeda dengan sistem jaringan komputer. Adapaun hardware yang diperlukan adalah sebagai berikut : • Komputer Server sebagai sistem yang akan melayani permintaan dari klien • Komputer database Server yang berfungsi untuk menyimpan database materi pembelajaran dan data-data yang diperlukan dalam sistem e-learning. • Komputer klien yang digunakan untuk interface dalam mengakses ke sistem e-learning. Untuk komputer klien dapat berjumlah lebih dari satu sesuai dengan kebutuhan. Idealnya jumlah komputer klien disesuaikan dengan perbandingan jumlah mahasiswa yang perlu mengakses sistem e-learning. • Hub/Switch yang digunakan untuk menghubungkan komputer server dengan klient. • Kabel Jaringan yang digunakan sebagai sarana fisik untuk menghubungkan antara komputer klien ke komputer server. Penggunaan kabel jaringan dapat diganti dengan sistem tanpa kabel menggunakan WLAN (Wireless LAN).
2. E-Learning Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY (Elco Cyber Class) Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, Jurusan Pendidikan Teknik Elektro melalui tim IT telah membangun sistem e-learning yang diberinama Elco Cyber Class. E-learning Elco Cyber Class diimplementasikan dengan paradigma pembelajaran online terpadu menggunakan LMS (Learning Management System) yang sangat terkenal yaitu Moodle. Sistem E-learning ini telah berfungsi sebagaimana mestinya dan dapat diakses melalui URL: http://elektro.uny.ac.id/elearning. Dengan adanya sistem e-learning ini para dosen dapat mengelola materi perkuliahan, yakni: menyusun silabi, meng-upload materi perkuliahan, memberikan tugas kepada mahasiswa, menerima pekerjaan mahasiswa, membuat tes/quiz, memberikan nilai, memonitor keaktifan mahasiswa, mengolah nilai mahasiswa, berinteraksi dengan mahasiswa dan sesama dosen melalui forum diskusi dan chat, serta fasilitas-fasilitas lainnya. Di sisi lain, mahasiswa dapat mengakses informasi dan materi pembelajaran,
16
berinteraksi dengan sesama mahasiswa dan dosen, melakukan transaksi tugas-tugas perkuliahan, mengerjakan tes/quiz, melihat pencapaian hasil belajar, dll. Salah satu keuntungan bagi dosen yang membuat mata kuliah online berbasis LMS adalah kemudahan. Hal ini karena dosen tidak perlu mengetahui sedikitpun tentang pemrograman web, sehingga waktu dapat dimanfaatkan lebih banyak untuk memikirkan konten (isi) pembelajaran yang akan disampaikan. Disamping itu dengan menggunakan LMS Moodle, maka kita cenderung untuk mengikuti paradigma elearning terpadu yang memungkinkan menjalin kerjasama dalam “knowledge sharing” antar perguruan tinggi besar di Indonesia (melalui INHERENT). Saat ini (Oktober 2007) sistem e-learning Elco Cyber Class baru mengakomidir sekitar 199 mata kuliah dengan dosen sebanyak 96 dan user sebanyak 2900. E-learning UNY akan terus disosialisasikan ke seluruh civitas akademika UNY, sehingga semakin banyak warga UNY yang memanfaatkannya dalam proses belajar mengajar. Tampilan halaman depan dari e-learning Elco Cyber Class Jurusan Pendidikan Teknik
Elektro
FT
UNY
(http://elektro.uny.ac.id/elearning
dan
http://elektro-
uny.net/moodle) dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gambar 5. Tampilan E-Learning Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Elco Cyber Class) 17
3. Blended Learning (Kombinasi Pembelajaran di Kelas dan E-Learning) Blended learning merupakan istilah yang sekarang ini banyak digunakan pada model pembelajaran dimana implementasi pembelajaran dilakukan melalui kombinasi antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran dengan menggunakan bantuan teknologi informasi dan komunikasi (Thorne, 2003). Istilah blended learning telah digunakan untuk menjelaskan berbagai konteks pembelajaran yang mengkaitkan pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi baik pada sektor korparat, pembelajaran jarak jauh, pengembangan profesionalisme dan di perguruan tinggi (Purwaningsih, 2009). Lebih lanjut Purwaningsih menjelaskan bahwa kecenderungan implementasi di berbagai pendidikan tinggi adalah menggunakan kombinasi antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran online. Peraturan akademik yang ada di berbagai perguruan tinggi yang masih mensyaratkan pembelajaran secara konvensional menyebabkan pembelajaran e-learning tidak dapat semata-mata menggantikan pembelajaran konvensional. Berbagai riset menyatakan bahwa e-learning mampu meningkatkan motivasi belajar mahasiswa (Ali, 2007), e-learning mampu meningkatkan hasil belajar (Chandra, 2007), e-learning efektif digunakan untuk mengukur kompetensi mahasiswa (Alan, 2008). Melalui pertimbangan ini maka konsep blended learning menjadi salah satu model pembelajaran yang patut dikembangkan untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam dunia pendidikan. Blended learning dipandang sebagai pendekatan pedagogis yang menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran ketimbang dilihat dari seberapa besar delivery system antara
face-to-face
dibandingkan
dengan
secara
online.
Blended
learning
mengkombinasikan secara arif, relevan dan tepat antara potensi face-to face dengan potensi teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesat berkembang saat ini sehingga memungkinkan: •
Terjadinya pergeseran paradigma pembelajaran dari yang dulunya lebih berpusat pada guru menuju paradigma baru yang berpusat pada siswa (student-centered elarning).
•
Terjadinya peningkatan interaksi atau interaktifitas antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa/guru dengan konten, siswa/guru dengan sumber belajar lainnya. 18
•
Terjadinya konvergensi antar berbagai metode, media sumber belajar serta lingkungan belajar lain yang relevan.
Blended learning dapat juga dipandang sebagai suatu kontinuum antara tatap muka konvensional sampai dengan online penuh. Dengan demikian ada beberapa bentuk kontinum blended learning, diantaranya adalah sebagai berikut: •
Online penuh, dimana tidak ada face to face sama sekali.
•
Online penuh, tapi ada option/pilihan untuk melakukan face-toface walaupun tidak dipersyaratkan.
•
Kebanyakan online penuh, tapi ada beberapa hari tertentu dilakukan face-to-face baik di kelas atau di lab atau ditempat kerja langsung (jika itu on the job training).
•
Kebanyakan online penuh, tapi siswa tetap belajar konvensional dalam kelas atau lab setiap hari.
•
Kebanyakan belajar konvensional di kelas atau lab, tapi siswa dipersyaratkan mengikuti aktifitas online tertentu sebagai pengayaan atau tambahan.
•
Pembelajaran konvensional penuh, walaupun ada aktifitas online walaupun tidak dipersyaratkan bagi siswa untuk mengikutinya.
•
Full pembelajaran konvensional.
19
BAB III METODE PENGEMBANGAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan kelanjutan peneltian yang sudah dilakukan peneliti pada penelitian sebelumnya. Penelitian awal dilakukan di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT Universitas Negeri Yogyakarta yang dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2007/2008 dengan alokasi waktu 6 bulan, terhitung dari bulan Februari 2007 – Juli 2007, dengan rincian tahap-tahapnya sebagai berikut : 1. Persiapan penelitian 2. Kajian terhadap model blended learning (Kombinasi antara pembelajaran di kelas
dan e-learning) 3. Kajian
terhadap sistem pembelajaran di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT
UNY (Pembelajaran di kelas dan e-learning) 4. Digitalisasi materi mata kuliah Medan Elektromagnetik untuk diimplementasikan
pada sistem e-learning. 5. Pengembangan media pembelajaran mata kuliah Medan Elektromagnetik pada
sistem e-learning 6. Implementasi pembelajaran di kelas dan e-learning 7. Analisis data dan evaluasi 8. Penulisan draft laporan 9. Seminar dan penulisan laporan akhir
B. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian penelitian tindakan kelas (Class Action Research). Metode pelaksanaan penelitian menggunakan model dasar penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1990). Untuk meningkatkan hasil dilakukan modifikasi model ini sesuai dengan kebutuhan pembelajaran Medan Elektromagnetik di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY.
C. Metode Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui kombinasi antara pembelajaran konvensional di kelas dan pembelajaran e-learning. Pembelajaran di kelas dilakukan 20
dengan menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran yang ada. Pembelajaran pada sistem e-learning dilakukan dengan materi dan media pembelajaran yang sama dengan yang digunakan pada pembelajaran di kelas. Metode yang digunakan pada penelitian tindakan kelas mengadopsi model dasar penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1990) dengan melakukan modifikasi yang disesuiakan kondisi mahasiswa.
Gambar 7. Proses Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini direncakan dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 1. Perencanaan Tahap perencanaan dimulai dari penemuan masalah dan kemudian merancang tindakan yang akan dilakukan. Secara lebih rinci langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : a. Menemukan masalah pembelajaran mata kuliah Medan Elektromagnetik berkaitan dengan motivasi dan hasil belajar. Pada fase ini dilakukan melalui observasi kelas, diskusi dengan mahasiswa dan beberapa pengajar. 21
b. Merencanakan langkah-langkah pembelajaran baik pada pembelajaran di kelas maupun e-learning mulai dari siklus I sampai siklus II, namun perencanaan yang dibuat masih bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan dalam pelaksanaannya. c. Merancang
instrument
sebagai
pedoman
observasi
dalam
pelaksanaan
pembelajaran.
2. Tindakan dan Observasi a. Tindakan. Dalam tindakan dilaksakanan pemecahan masalah sebagaimana yang telah direncanakan. Tindakan ini dipandu oleh perencanan yang telah dibuat dalam arti perencanaan tersebut dilihat sebagai rasional dari segala tindakan itu. Namun perencanan yang dibuat tadi harus bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dalam pelaksanaannya. Jadi tindakan bersifat tidak tetap dan dinamis yang memerlukan keputusan cepat tentang apa yang perlu dilakukan. Pelaksanan perencanaan tindakan memerlukan perjuangan materiil sosial dan politis terhadap perbaikan. Mungkin negosiasi dan kompromi diperlukan tetapi kompromi juga harus dilihat dalam konteks strateginya. b. Observasi. Observasi atau pengamatan atau upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi
terhadap
proses
tindakan
yang
sedang
dilaksanakan
untuk
mendokumentasikan pengaruh tindakan yang dilaksanakan berorientasi ke masa yang akan datang dan memberikan dasar bagi kegiatan refleksi yang lebih kritis. Proses tindakan, pengaruh tindakan yang sengaja dan tidak sengaja, situasi tempat tindakan dilakukan dan kendala tindakan semuanya dicatat dalam kegiatan observasi yang terencana secara fleksibel dan terbuka. 3. Refleksi Refleksi merupakan bagian yang penting dalam langkah proses penelitian tindakan disebabkan dengan kegiatan refleksi akan memantapkan kegiatan atau tindakan untuk mengatasi permasalahan, dengan memodifikasi perencanaan sebelumnya sesuai dengan apa yang timbul dilapangan. Refleksi berfungsi sebagai sarana untuk menyamakan data, koreksi data, dan untuk validasi 22
data. Pada
penelitian ini kegiatan refleksi dilakukan pada 3 tahap yaitu: 1) tahap penemuan masalah; 2) tahap merancang tindakan; 3) tahap pelaksanaan. Pada tahap penemuan dan identifikasi masalah peneliti dan pengajar membahas kesulitan-kesulitan apa dalam pembelajaran atau yang dialami dikelas dan merumuskan permasalahan tersebut secara operasional dan merumuskan solusi apa yang akan digunakan untuk perbaikan pembelajaran tersebut. Hasil refleksi awal ini dituangkan perumusan masalah yang lebih operasional. Pada tahap merancang tindakan yaitu pembuatan disain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses dan pembelajaran kooperatif yang dituangkan dalam satuan pelajaran. Dari hasil refleksi pada tahap tindakan diikuti dengan perbaikan rancangan tindakan yang dibuat dan dapat digunakan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya. Refleksi berikutnya adalah pada tahap pelaksanaan dimana peneliti, pengajar dan
kolaborator
mendiskusikan
hasil
pengamatan
yang
dilakukan
untuk
menyimpulkan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Hasil yang ditemukan berupa temuan tingkat aktifitas, disain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan proses dan pembelajaran kooperatif yang dirancang dan daftar permasalahn yang muncul dilapangan yang selanjutnya dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan perencanaan ulang. Dengan langkah-langkah tersebut terjadi suatu siklus, perencanaa, tindakan pemantauan dan refleksi dan dapat merevisi atau menyusun kembali perencanaan baru untuk menyempurnakan perencanaan sebelumnya dan perencanaan baru dapat disusun sesuai dengan permasalahan yang diketemukan dilapangan. Hal itu harus dilakukan sampai dihasilkan tingkat optimalisasi yang lebih tinggi sesuai kriteria keberhasilan.
4. Evaluasi dan Revisi a. Evaluasi Sebelum melakukan refleksi langkah yang ditempuh peneliti adalah melakukan evaluasi tindakan. Kegiatan evaluasi merupakan suatu hal yang dapat memberikan indikasi yang jelas yang berguna untuk pengambilan keputusan tindakan. Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sangat penting yang 23
bermanfaat untuk mengetahui keberhasilan perencanaan yang dilaksanakan, apabila tujuan dalam perencanan belum sesuai dengan kriteria keberhasilan, maka perlu diadakan perunbahan untuk menyusun program baru sesuai dengan hambatan-hambatan yang ada dilapangan yang dapat dilaksanakan pada siklus berilkutnya. Pada penelitian ini akan dilakukan 2 macam evaluasi, yaitu : 1) evaluasi berdasarkan standar minimal tujuan jangka pendek yang dilaksanakan setiap kali tindakan, dilakukan untuk mengetahui keberhasilan dalam suatu tindakan, 2) evaluasi berdasarkan evaluasi belajar berdasar prestasi belajar sebelum dilakukan tindakan dibandingkan dengan sesudah dilakukan tindakan untuk mengetahui hasil dari tindakan atau dibandingkan dengan kondisi sebelum dilaksanakan tindakan kelas.. Pada akhir kegiatan penelitian dilaksanakan evaluasi ke dua berdasarkan hasil tindakan kumulatif dan pendapat pengajar berkaitan dengan permasalahan yang diatasi melalui penelitian tindakan kelas ini. Kriteria dalam evaluasi kedua ini bersifat normatif sebagai acuan dalam mempertimbangkan dan memberikan makna terhadap pelaksanaa peningkatan keefektifan pembelajaran setelah proses tindakan, yaitu bahwa hasil tindakan dianalisis dengan metode alur dan dibandingkan dengan kondisi sebelum dilaksanakan tindakan. Apabila setelah dilaksanakan tindakan terjadi perubahan perilaku belajar lebih baik dari sebelumnya, maka tindakan tersebut dinyatakan berhasil, tetapi apabila perilaku belajar berbeda lebih jelek, maka tindakan dinyatakan belum berhasil. Tahap refleksi dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi, masalah yang muncul, segala hal ikhwal yang berkaitan dengan tindakan yang telah dilakukan. Pelaksanaan refleksi ini berupa diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan pengajar untuk mengevaluasi hasil tindakan dan merumuskan perencanaan tindakan berikutnya. Apabila masih diperlukan proses diulangi lagi dengan merancang pemecahan masalah putaran kedua, berupa revisi rancangan pertama, kemudian menyelesaikan pemecahan kedua dan merefleksinya. Apabila dipandang masih tetap diperlukan proses perancangan, pelaksanaan, observasi dan refleksi dilakukan sampai beberapa putaran lagi.
24
b. Revisi Peneliti, pengajar dan para kolaborator mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan tersebut, diperoleh temuan tingkat keefektifan disain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses dan pembelajaran kooperatif dan daftar permasalahan yang muncul dilapangan, selanjutnya dapat dipakai sebagai dasar melakukan perancanaan ulang, untuk penyempurnaan, merevisi rancangan yang akan dilakukan pada tindakan selanjutnya. Hal ini diharapkan akan menghasilkan tingkat optimalisasi yang lebih tinggi. D. Indikator Kinerja Penelitian tindakan peningkatan motivasi dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Medan Elektromagnetik melalui penerapan model blended learning dilaksanakan dalam beberapa siklus. Banyaknya proses iterasi tindakan ditentukan oleh ketercapaian indikator kinerja penelitian yang meliputi : 1. Indikator kinerja ditinjau dari materi pembelajaran Proses pengembangan materi dan media pembelajaran mata kuliah Medan Elektromagnetik pada sistem e-learning akan dihentikan setelah 70 % ahli media dan ahli teknologi informasi menyatakan media pembelajaran ini dapat digunakan dalam mendukung proses pembelajaran. 2. Indikator kinerja ditinjau dari aspek kemanfaatan media pembejaran terhadap motivasi dan prestasi mahasiswa. Tabel 1. Indikator kinerja No 1
2
3
4
AWAL PROGRAM
KINERJA Rata-rata motivasi mahasiswa mengikuti mata kuliah Medan Elektromagnetik Rata-rata pemahaman mahasiswa terhadap materi Medan Elektromagnetik Waktu yang dibutuhkan mahasiswa untuk menguasai materi Medan Elektromagnetik Prosentase mahasiswa yang mendapat nilai B ke atas 25
AKHIR PROGRAM
Sedang
Baik
Kurang
Baik
6 Bulan
3 Bulan
30 %
70 %
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Pada penelitian tindakan kelas (Class Action Research), teknik pengumpulan data akan dilakukan melalui beberapa cara yaitu : •
Observasi langsung terhadap proses pembelajaran dengan model blended learning (pembelajaran di kelas dan e-learning).
•
Merecord aktivitas belajar mahasiswa pada sistem e-learning dan membuat laporan yang dapat dilihat secara menyeluruh.
•
Mengadakan interview dengan mahasiswa dan dosen lain yang berkaitan.
•
Membuat instrumen penelitian berupa pedoman wawancara dan kuisioner terhadap pengaruh pembelajaran blended learning terhadap motivasi dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Medan Elektromagnetik.
•
Melakukan tes kepada mahasiswa untuk melihat kondisi awal mahasiswa (pre test) pada pada akhir siklus (post test) setiap siklus.
F. Teknik Analisis Data Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini akan dilakukan analisis data secara kuantitatif dan kualitatif. •
Analisis data pada proses pembelajaran di kelas akan dilakukan secara kualitatif berkaitan dengan perubahan perilaku mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan Medan Elektromagnetik
•
Analisis data aktivitas mahasiswa pada e-learning akan dilakukan secara kuantitatif berdasarkan data statistik yang digenerate oleh Learning Management System (e- learning)
•
Analisis data hasil kuisioner kepada mahasiswa berkaitan dengan motivasi dan manfaat pembelajaran dengan model blended learning akan dilakukan secara kuantitatif
•
Hasil tes mahasiswa akan dianalisis dengan teknik analisis kuantitatif
26
BAB IV HASIL IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Implementasi Berikut ini akan dideskripsikan jalannya penelitian serta hasil yang diperoleh. Penelitian dilakukan melalui dua buah cara pembelajaran yaitu pembelajaran di kelas secara konvensional dengan syarat adanya pertemuan antara mahasiswa dan dosen dan pembelajaran dengan bantuan e-learning. Materi yang diberikan pada mata kuliah Medan Elektromagnetik baik dengan sistem pembelajaran di kelas maupun dengan elearning sama yaitu meliputi 7 pokok bahasan yaitu Analis Vektor dan Sistem Koordinat (Kartesius, Tabung dan Bola), Gaya Listrik, Medan Listrik, Fluks Listrik, Potensial dan Energi Listrik, Medan Magnet serta Induksi Elektromagnetik. Materi yang dikembangkan pada sistem e-learning menggunakan materi pembelajaran interaktif dalam formar SCORM (Shareable Common Object Module). Model ini dipilih karena mampu meningkatkan kualitas media pembelajaran pada e-learning. 1. Pelaksanaan Pada Siklus 1 Siklus pertama dilakukan selama Tahap pertama penelitian tindakan dilakukan melalui pembelajaran di kelas. Pada pertemuan pertama materi yang diajarkan adalah materi analisis vektor dan teori medan pada sistem koordinat kartesius, tabung dan koordinat bola. dengan cara mengumpulkan mahasiswa pada laboratorium komputer untuk diberikan penjelasan singkat bagaimana memanfaatkan e-learning di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY khususnya pada mata kuliah Medan Elektromagnetik. Kegiatan ini melibatkan 2 orang peneliti dengan durasi waktu 3 jam. Pada tahap ini mahasiswa yang akan mengikuti perkuliahan diberikan bekal berupa tata cara pendaftaran kuliah, prosedur mengikuti perkuliahan, kunci masuk yang digunakan, proses login, mengakses materi kuliah, mengakses tugas, cara mengumpulkan tugas, menjawab pertanyaan pada kuis dan ujian, prosedur berdiskusi dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan penggunaan elearning secara teori maupun praktek.
27
Pada tahap ini mahasiswa diberikan motivasi akan kebutuhan untuk memperoleh kompetensi mata kuliah Medan Elektromagnetik dan kebutuhan untuk mendapatkan nilai yang baik. Pemberian motivasi diberikan melalui ceramah, penjelasan criteria penilaian dan pemberian tugas yang relevan untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi kuliah. Selain itu mahasiswa juga diberikan motivasi mengenai kompetensi lain yaitu dalam memanfaatkan pemelajaran berbasis e-learning yang akan sangat bermanfaat sebagai penunjang. Setelah mahasiswa mempunyai bekal yang cukup dan dirasa mampu menggunakan e-learning, langkah selanjutnya adalah menugaskan kepada mahasiswa untuk memperdalam pemahaman pada mata kuliah Medan Elektromagnetik melalui elearning. Karena materi yang dibangun pada e-learning disusun secara sistematis, interaktif dan banyak animasi sehingga pemahaman mahasiswa terhadap materi diharapkan akan meningkat. Seiring dengan berjalannya kuliah melalui e-learning, perkuliahan di kelas tetap berjalan seperti biasa dengan materi yang sama seperti apa yang terdapat di e-learning. Hanya materi-materi interaktif berbasis multimedia tidak disampaikan di kelas. Selama 2 kali pertemuan di kelas mahasiswa dibiarkan secara bebas untuk mengakses atau tidak sistem e-learning. Pada pembelajaran dengan e-learning dosen pengampu tidak selalu online pada e-learning melainkan hanya meluangkan 4 jam per hari untuk online. Hal ini mengingat kegiatan lain yang dimiliki oleh dosen untuk mengampu mata kuliah lainnya, membimbing tugas akhir mahasiswa, kegiatan penelitian, seminar dan pengabdian pada masyarakat. Demikian juga halnya dengan mahasiswa, pada kegiatan pembelajaran dengan e-learning mereka tidak selalu mengakses e-learning secara sinkron dengan mahasiswa lain dan dengan dosennya, tetapi melalui sistem e-learning ini interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa lain dan dosen tetap dapat dilaksanakan secara asinkron. Aktivitas mahasiswa tidak hanya sebatas mengakses materi kuliah melainkan dapat melakukan aktivitas lainnya seperti membuat topik diskusi, menanggapi topik diskusi, latihan soal melalui kuis, bertanya ke teman lain atau dosen, menambahkan materi, menanggapi materi, mengumpulkan tugas dan kegiatan lainnya.
28
2. Hasil Siklus 1 Pada tahap pertama tindakan kelas dengan menggunakan model blended learning, mahasiswa sudah bisa melakukan login ke sistem e-learning dan sudah dapat mengakses mata kuliah Medan Elektromagnetik. Dari beberapa fasilitas yang ada, mahasiswa lebih banyak memanfaatkan fasilitas download materi (modul) dalam format PDF. Hal ini dipilih karena mahasiswa merasa materi dalam bentuk PDF cukup lengkap dan bisa dibuka dirumah ataupun dicetak sehingga dapat digunakan untuk belajar offline. Sebagian besar mahasiswa sudah bisa melakukan proses download materi kuliah Medan Elektromagnetik pada e-learning. Data ini dapat dilihat dari fasilitas laporan yang disediakan oleh sistem e-learning pada user sebagai dosen dan administrator. Dari menu laporan seorang pengajar dapat melihat segala aktivitas peserta kuliah baik yang sedang on-line, sudah off-line, berkaitan dengan fasilitas apa saja yang diakses, berapa lama waktu mengakses, kapan mengaksesnya, darimana dia mengakses dan informasi-informasi penting lainnya berkaitan dengan aktivitas peserta kuliah pada e-learning. Dari fitur yang lain (Pembelajaran on-line, kuis, forum diskusi, pengayaan materi, daftar istilah, link ke website yang relevan masih belum mendapat perhatian mahasiswa. Hanya terdapat 2 mahasiswa yang sudah mulai untuk mengakses fasilitas lain selain download materi kuliah. Untuk meningkatkan keaktifan mahasiswa, dosen memberikan sebuah tugas yang dipublish di e-learning dan mahasiswa diharuskan untuk mengerjakan dan mengumpulkannya lewat e-learning. Dari hasil inipun ternyata mahasiswa tidak tahu kalau ada tugas baru untuk mata kuliah ini di e-learning. Pada saatnya hari terakhir pengumpulan ternyata hanya 2 orang yang berhasil mengerjakan soal dan mengumpulkannya lewat e-learning. Untuk mengetahui apakah mahasiswa sudah memahami materi yang diberikan pada e-learning maka diadakan suatu tes (kuis) yang terdiri dari 3 soal essay dengan tingkat kesulitan yang sederhana seperti apa yang telah ada di e-learning hanya dilakukan modifikasi sedikit. Dari hasil kuis ini ternyata hanya 23 % yang berhasil mengerjakan soal dengan baik dengan nilai di atas 60 sedang yang lainnya mendapat nilai di bawah 50. Hasil rata-rata prestasi mahasiswa yaitu 58,6 dengan skor maksimal 29
100 dan kalau dikonversi mendapat nilai C. Hasil prestasi mahasiswa ini masih jauh dari yang diinginkan peneliti yaitu rata-rata 70 atau dengan nilai B. Dari ilustrasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada tahap pertama penelitian tindakan kelas (3 Minggu) hasilnya mahasiswa hanya berfikir bahwa e-learning hanya sebatas download materi (modul) kuliah. Mereka belum memahami secara benar pembelajaran berbasis e-learning sehingga mereka tidak mau mengakses fasilitas-fasilitas lainnya di e-learning yang sebenarnya mempunyai manfaat yang sangat besar. Kebanyakan mahasiswa hanya mengandalkan kuliah di kelas secara konvensional untuk memahami materi kuliah.
3. Pelaksanaan Siklus 2 Setelah mengetahui hasil dari siklus pertama yang masih belum memberikan hasil yang memuaskan, peneliti mengadakan perenungan atau refleksi mengenai strategi yang perlu dilakukan berkaitan dengan peningkatan motivasi dan prestasi belajar mahasiswa. Pada tahap ini peneliti mengadakan penelusuran mengenai penyebab utama belum optimalnya usaha yang dilakukan pada siklus pertama melalui berbagai cara diantaranya diskusi, pendekatan kepada mahasiswa dan
perenungan. Dengan
perenungan ini akhirnya peneliti menemukan benang merah upaya peningkatan motivasi dan kompetensi kepada mahasiswa ternyata berawal dari kurangnnya informasi mengenai kepastian tugas yang diberikan terhadap penilaian. Setelah peneliti menemukan benang merah permasalahan yang dihadapi pada siklus pertama, peneliti menyusun rencana perbaikan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus kedua. Pada tahap kedua, mahasiswa dikumpulkan kembali di kelas melalui perkuliahan biasa lalu diberikan penjelasan mengenai bagaimana mengoptimalkan media e-learning dalam pembelajaran. Pada pertemuan di kelas mahasiswa kembali diberikan motivasi mengenai kiat sukses mengikuti kuliah Medan Elektromagnetik. Dalam pertemuan dengan mahasiswa diberikan penjelasan dan diskusi mengenai permasalahan yang dihadapi mahasiswa selama mengikuti perkuliahan ini baik di kelas maupun dengan metode e-learning. Dari hasil diskusi seperti biasa mahasiswa masih malu-malu dan belum memberikan respon yang diinginkan. Peneliti akhirnya mencoba membangun
suasana
dengan
melontarkan 30
permasalahan
yang
ada.
Dengan
permasalahan ini akhirnya beberapa mahasiswa berani mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan kurang optimalnya pembelajaran berbasis e-learning. Akhirnya ditemukan jawaban pasti bahwa mahasiswa membutuhkan kepastian tugas yang diberikan akan berpengaruh kepada penilaian tidak hanya sebatas tugas biasa. Pada siklus kedua ini peneliti mencoba untuk mengakomodasi permintaan mahasiswa dengan memberikan agar yang lebih pasti dan sangat berpengaruh terhadap penialaian. Mahasiswa diberikan tugas yaitu minimal dalam 1 minggu harus mengakses e-learning sebanyak 1 kali dengan durasi waktu minimal 1 jam. Hal ini bertujuan agar mahasiswa mempunyai komitmen terhadap peningkatan kompetensi pada mata kuliah Medan Elektromagnetik.
4. Hasil Siklus 2 Pada tahap kedua tindakan kelas dilakukan melalui penekanan pada perkuliahan di kelas dan e-learning. Pembelajaran di kelas lebih ditekankan pada pemahaman materi dan contoh soal, sedangkan e-learning dotekankan pada peningkatan keaktifan mahasiswa melalui forum diskusi, latihan soal, pengayaan materi dan frekuensi akses serta durasi belajar. Pada siklus kedua ini terjadi peningkatan aktivitas mahasiswa yang cukup signifikan. Setelah diberikan penjelasan mengenai bagaimana mengoptimalkan e-learning dan tugas yang dilakukan mempunyai konsekuensi terhadap penilaian, terlihat peningkatan aktivitas mahasiswa di e-learning mulai dari penggunaan fasilitas yang ada di e-learning mulai dari akses pembelajaran secara on-line (materi interaktif), akses tugas, mengerjakan soal latihan (kuis), mengikuti diskusi dan memperdalam pengetahuan melalui situs referensi yang ada di e-learning. Pada siklus kedua ini terlihat jelas keaktifan mahasiswa melalui fasilitas e-learning. Dari beberapa fasilitas yang ada, ternyata mahasiswa sudah mulai mengaksesnya dan memberikan respon yang positif walaupun masih ada sedikit paksaan dari dosen dengan memberikan tugas untuk akses e-learning. Dari catatan pada laporan didapatkan rata-rata mahasiswa dalam mengakses e-learning adalah 1,2 jam dengan lebih dari 1 fasilitas yang diakses. Dari hasil tes yang dilakukan ternyata juga menunjukkan peningkatan dari 58, 6 pada siklus pertama menjadi 73,4 pada siklus kedua. Rata-rata nilai 73,4 kalau 31
dikonversi akan menghasilkan nilai B. Hasil ini menunjukkan bahwa motivasi dan kompetensi mahasiswa sudah mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
B. Pembahasan 1. Pengamatan Langsung Pengamatan secara langsung terhadap mahasiswa berkaitan dengan proses pembelajaran dilakukan oleh peneliti baik pada pembelajaran di kelas maupun pada sistem e-learning. Pengamatan dilakukan berdasarkan indikator kehadiran mahasiswa di kelas, keaktifan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan, keaktifan mahasiswa dalam diskusi, memberikan pertanyaan, tanggapan dan respon terhadap proses belajar mengajar di kelas. Berdasarkan pengamatan secara langsung didapatkan adanya pengaruh yang cukup signifikan antara penerapan pembelajaran model blended learning terhadap motivasi belajar mahasiswa. Hal ini diindikasikan oleh tingkat kehadiran mahasiswa di kelas mencapai 80 %. Selain itu aktivitas mahasiswa juga meningkat tidak hanya tingkat kehadiran saja, tetapi terjadi peningkatan interaksi antara mahasiswa dan mahasiswa maupun dengan dosen. Setelah diadakan pembelajaran melalui e-learning mahasiswa cenderung lebih aktif dalam bertanya, menanggapi permasalahan yang di bahas, menjawab pertanyaan dari temannya, berdiskusi tentang topik-topik yang terkait dengan perkuliahan.
2. Report Aktivitas Mahasiswa Pada E-Learning Salah satu keunggulan dari penerapan pembelajaran dengan e-learning adalah semua aktivitas dari pengguna (dosen dan mahasiswa) dapat direkam secara rinci oleh sistem Learning Management System (LMS). Melalui fasilitas ini proses manajemen kelas akan menjadi sangat mudah dan praktis. Dosen dapat lebih fokus untuk mengembangkan konten pembelajaran dan interaksi dengan mahasiswa dari pada mengurusi masalah administrasi pembelajaran. Report yang dihasilkan oleh LMS hanya dapat dilihat dosen pengampu sehingga dosen bisa mengetahui mahasiswa mana yang lebih aktif belajar melalui e-learning, 32
berapa lama dia mengakses, materi apa saja yang diakses dan apa saja yang dilakukan. Semua aktivitas tercatat secara detail setiap saat terhadap apa yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen. Dosen dapat mengecek aktivitas mahasiswa berdasarkan waktu (hari), berdasar topik yang ada atau berdasar kegiatan lain yang dikembangkan.
Gambar x. Report aktivitas penguna pada E-Learning
3. Hasil Kuisioner Pengukuran pengaruh dan dampak pembelajaran model blended learning terhadap peningkatan motivasi mahasiswa dilakukan tidak hanya melalui pengamata langsung dan laporan aktivitas pada e-learning melainkan juga menggunakan instrumen kuisioner kepada mahasiswa. Kuisioner ini digunakan untuk mengukur 3 aspek pengaruh penggunaan model pembelajaran blended learning terhadap motivasi belajar, peningkatan interaksi dan kemanfaatannya bagi mahasiswa. Berdasar kuisioner kepada mahasiswa yang menambil mata kuliah Medan Elektromagnetik, didapat data sebagaiberikut:
33
No 1 2 3
Aspek Kemanfaatan Interaksi Motivasi
Jumlah item
Skor Rerata
Percentase
5 6 8
3,47 3,83 3,34
86, 7 % 96, 0 % 83, 4 %
Hasil kuisioner terhadap mahasiswa menunjukkan bahwa penerapan model blended learning ternyata memberikan kemanfaatan yang tinggi dengan skor 3,47 atau 86,7 % menyatakan sangat bermanfaat. Hal ini juga terjadi pada aspek interaksi dengan hasil 3,83 atau 96 % serta motivasi yang mencapai skor 3,34 atau 83,4 %. Berdasarkan pada skala likert, skor ini dapat dikategorikan pada tngkat sangat baik. Hal ini berarti mahasiswa merasakan terjadinya peningkatan motivasi, kemanfaatan dan kualitas interaksi dengan menggunakan pembelajaran model blended learning. 4. Tes Untuk mengukur pengaruh model pembelajaran blended learning terhadap hasil belajar mahasiswa dilakukan melalui tes (pre test dan post test). Pre tes dilakukan pada saat sebelum dilakukan tindakan penerapan model blended learning, sedangkan post tes dilakukan setelah mahasiswa melakukan treatmen menggunakan model blended learning. Untuk menghindari bias dalam pengukuran, maka soal pre test dan post test di buat berbeda disesuaikan dengan topik yang sudah diajarkan. Hasil pre tes menunjukkan rata-rata mahasiswa mencapai nilai rerata 58,6. Nilai rata-rata mahasiswa masih berada jauh di bawah standar yang ditetapkan yaitu 70. Mahasiswa yang mencapai nilai di atas 70 jumlahnya sangat sedikit dengan kebanyakan nilainya di bawah 50. Hasil post tes menunjukkan peningkatan nilai yang cukup signifikan dengan rerata 73, 4. Walaupun masih ada beberapa mahasiswa yang mendapatkan nilai kurang dari 70 akan tetapi prosesentasinya sedikit. Berdasarkan uraian di atas, penerapan atau implementasi model blended learning pada mata kuliah Medan Elektromagnetik pada pembelajaran di kelas dan e-learning sudah dapat direalisasikan. Pembelajaran di kelas dilakukan di ruang RE 02, sedangkan pembelajaran pada e-learning dilakukan oleh mahasiswa di berbagai tempat yang bisa terhubung ke e-learning Jurusan Pendidikan Teknik Elektro (Elco Cyber Class). Penerapan kuliah ini pada sistem e-learning meliputi akses materi mata kuliah, 34
akses tugas, pengumuman dan informasi kuliah, mengerjakan latihan soal (kuis), melihat tugas, mengumpulkan tugas, melakukan diskusi, sharing informasi dan memperkaya pengetahuan melalui situs terkait. Hal ini cukup memberikan motivasi bagi mahasiswa untuk meningkatkan kompetensi mata kuliah ini berkaitan dengan bidang ilmu terkait. Untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa pertama kali harus dilakukan peningkatan motivasi belajar. Motivasi beajar ternyata mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar. Motivasi belajar mahasiswa perlu dilakukan dengan mengadakan analisis kebutuhan mahasiswa, pedekatan kepada mereka dan diskusi yang intensif. Pada penelitian ini motivasi yang diberikan berupa kebutuhan untuk mendapatkan kompetensi mata kuliah, mendapatkan nilai yang baik dan kebutuhan untuk berprestasi. Upaya ini dilakukan secara kontinu dan berkesinambungan agar hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan. Peningkatan motivasi mahasiswa dapat dilihat dari indikator pada laporan pada e-learning dimana terjadi peningkatan frekuensi dan waktu akses e-learning yang berarti mahasiswa melakukan pembelajaran yang lebih banyak. Peningkatan motivasi beajar ini mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kompetensi mahasiswa yang ditandai dengan rata-rata skor tes mahasiswa dari 58,6 menjadi 73,4. Model pembelajaran blended learning (kombinasi antara pembelajaran di kelas dan e-learning) terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan motivasi dan hasil belajar mahasiswa. Mahasiswa dapat mengikuti perkuliahan di kelas seperti biasa dan ditambah dengan kuliah melalui e-learning yang dapat dilaksanakan secara bersamaan dengan teman lain dan dosennnya atau tidak. Mahasiswa dan dosen mempunyai waktu 24 jam sehari selama 7 hari untuk memberikan kuliah kepada mahasiswa baik secara sinkron maupun asinkron. Mahasiswa dapat berinteraksi dengan mahasiswa lain dan dosen melalui fitur-fitur yang ada pada e-learning dan nantinya didiskusikan di kelas. Keunggulan inilah yang mendorong motivasi belajar mahasiswa meningkat yang secara langsung berdampak pada peningkatan hasil belajar mahasiswa.
35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil pengembangan media pembelajaran dan penelitian tindakan yang dilakukan melalui model blended learning (kombinasi antara pembelajaran di kelas dan e-learning), maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Adanya peningkatan motivasi belajar mahasiswa terhadap penerapan model blended
learning pada mata kuliah Medan Elektromagnetik di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY yang ditunjukkan oleh tingkat kehadiran mahasiswa di kelas, frekuensi belajar dan keaktifan mahasiswa dalam diskusi, bertanya dan memberikan masukan. Hasil ini diperoleh melalui pengamatan di kelas dan report aktivitas mahasiswa yang digenerate oleh e-learning. 2. Penerapan model blended learning pada mata kuliah Medan Elektromagnetik
memberikan manfaat yang signifikan terhadap motivasi mahasiswa yang diindikasikan skor rata-rata hasil angket mahasiswa sebesar 3,34 pada skala likert. 3. Terjadi
peningkatan
hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Medan
Elektromagnetik dari 58, 6 menjadi 73,4.
Saran 1. Perlu
dilakukan
pengukuran
kualitas
pembelajaran
mata
kuliah
Medan
Elektromagnetik pada sistem e-learning setelah sistem ini diimplementasikan. 2. Perlu dibuat mirror untuk mengantisipasi apabila server http://elektro-uny.net mengalami gangguan. 3. Perlu disosialisasikan kepada dosen dan mahasiswa tentang pentingnya penerapan mata kuliah melalui e-learning.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Alan, Jonathan Ritter & David Stavens, 2001 “The Online Learning Handbook, Developing and Using web-Based Learning” New York : Stylus Pulishing inc. 2. Ali, M, dkk, 2006 “Pengembangan E-Learning Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY”, Laporan Penelitian Research Grant PHK A2 Diknik Elektro FT UNY, Yogyakarta 3. Chu, Alan G; Thompson, Melody M; Hancock, Burton W, 1998, “The Mc GrawHill Handbook of Distance Learning”, New York : McGraw-Hill 4. Eigen, 2001 “Engineering Outreach. Distance Education: Distance Education and the WWW”, www.uidaho.edu/evo/dist11.html, February 2001 5. Elliott, John. (1991). Action research for educational change. Celtic Court: Open University Press. 6. Farhad Saba, 2001, “Distance Education : An Introduction” . Saba & Associates. 2001 http://www.distance-educa-tor.com/portals/research_deintro.html 7. (http//www.apache.org). 8. (http//www.java.org). 9. (http//www.mysql.org). 10. Jogiyanto HM, 1989. “Analisis dan Desain”. Yogyakarta : Andi Offset. 11. Int,
1996
Chapter
1
:
Introduction
to
Distance
Learning;
http://www.indiana.edu/~scs/dl prime.html. 12. Pressman SR, 1982. “Software Engineering”. Singapore : McGraw-Hill. 13. Sudrajat,
A,
2007,
“Blog
Konsultasi
Motivasi”,
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/konseling/teori-teori-motivasi diambil pada tanggal 27 Agustus 2007. 14. Suderadjat, H (2004). ”Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Bandung: CV Cekas Cipta Grafika. 15. Sohn, B. (2005). E-learning and primary and secondary education in Korea. KERIS Korea Education & Research Information Service, 2(3), 6-9. 16. Surjono, Herman. (2007). Pengantar e-learning dan implementasinya di UNY, http://elearning.uny.ac.id 37
17. Thorne, K. (2003). Blended learning: How to integrate online and traditional learning. London: Kogan Page.
38
LAMPIRAN TAMPILAN MEDIA PEMBELAJARAN MATA KULIAH MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA SISTEM E-LEARNING
Tampilan Materi Medan Elektromagnetik pada e-learning
Tampilan Utama Media Pembelajaran Mata Kuliah Medan Elektromagnetik 39
Tampilan Materi Sistem Koordinat Tabung 3 dimensi
Tampilan Ilustrasi Gaya Listrik dalam bentuk Animasi
40
Tampilan Medan Listrik dalam bentuk Animasi
Tampilan Fluks Listrik Animasi
41
Tampilan Vektor Medan Magnet Animasi
Tampilan Animasi Induksi Elektromagnetik
42
Tampilan Menu Ujian
Tampilan Menu Tugas yang diberikan
43
LAMPIRAN REPORT AKTIVITAS E-LERANING
44