ANALISIS CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM UNTUK PENDUGAAN DEBIT PUNCAK DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG HULU
MARSUDI WIJAYA
GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Curah Hujan Harian Maksimum Untuk Pendugaan Debit Puncak Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2014 Marsudi Wijaya NIM G24090071
ABSTRAK MARSUDI WIJAYA. Analisis Curah Hujan Harian Maksimum untuk Pendugaan Debit Puncak Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu. Dibimbing oleh DANIEL MURDIYARSO. Data debit puncak diperlukan dalam perencanaan sumber daya air terutama dalam pengelolaan banjir. Jika data debit tidak tersedia, debit puncak dapat dianalisis dengan menggunakan data curah hujan harian dan karakteristik daerah aliran sungai (DAS). Tujuan penelitian ini adalah menduga debit puncak DAS Ciliwung Hulu dengan menggunakan data curah hujan harian. Metode yang digunakana pada penelitian ini adalah metode Mononobe untuk pendugaan intensitas curah hujan desain, kemudian digunakan metode rasional untuk pendugaan debit puncak. Hasil penelitian ini menunjukan waktu konsentrasi (Tc) DAS Ciliwung Hulu adalah 1.5 jam dengan debit puncak pada periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun berturut turut sebesar 392 m3/detik, 600 m3/detik, 739 m3/detik, 927 m3/detik, 1063 m3/detik, dan 1214 m3/detik. Perubahan tata guna lahan di DAS Ciliwung Hulu menyebabkan peningkatan debit puncak rata – rata dari 205 m3/detik di tahun 1996 menjadi 392 m3/detik di tahun 2010. kata kuci : curah hujan, debit puncak, intensitas curah hujan, periode ulang
ABSTRACT MARSUDI WIJAYA. Analysis of Daily Maximum Rainfall for Estimation of Peak Discharge of the Upper Ciliwung Watershed Supervised by DANIEL MURDIYARSO. The peak discharge numbers are needed in water resource management, especially for flood management. If the data are unavailable, peak discharge can be generated using daily rainfall data and watershed characteristics. The purpose of this study was to design peak discharge of the Upper Ciliwung Watershed using daily rainfall data. The Mononobe method was used to estimate rainfall intensity and rational method was used to estimate the design peak discharge. The results show concentration time (Tc) of the Upper Ciliwung watershed was 1.5 hours while the peak discharge at 2, 5, 10, 25, 50, and 100 years return period were 392 m3/s, 600 m3/s, 739 m3/s, 927 m3/s, 1063 m3/s, dan 1214 m3/s respectively. Land use change in the Upper Ciliwung cause an increase in peak discharge from 205 m3/s in 1996 to 392 m3/s in 2010. keyword : rainfall, peak discharge, rainfall intensity, return period
ANALISIS CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM UNTUK PENDUGAAN DEBIT PUNCAK DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG HULU
MARSUDI WIJAYA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Geofisika dan Meteorologi
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Analisis Curah Hujan Harian Maksimum Untuk Pendugaan Debit Puncak Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu Nama : Marsudi Wijaya NIM : G24090071
Disetujui oleh
Prof. Dr. Daniel Murdiyarso Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Tania June Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah Analisis Curah Hujan Harian Maksimum Untuk Pendugaan Debit Puncak Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Hulu. Penyelesaian tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini, antara lain : 1. Orang tua penulis Teguh Raharjo dan Purwanti, S.Pd., serta keluarga besar yang selalu mencurahkan doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang luar biasa. 2. Prof. Dr. Daniel Murdiyarso selaku dosen pembimbing atas segala saran, kritik, dan nasihat sehingga penelitian ini bisa terus lebih baik dan bermanfaat. 3. Seluruh dosen dan staf Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB tempat penulis menimba ilmu. 4. Bapak Ruhyat (BMKG Citeko), Bapak Cecep (BPDAS CitarumCiliwung), Bapak Andi Sudirman (Penjaga pintu Katulampa), Bapak Andi Supriyadi (BPSDA Ciliwung-Cisadane), dan Annisa Noyara (GFM 46) atas data dan informasi yang telah diberikan selama penelitian. 5. Teman seperjuangan Laboratorium Hidrometeorologi: Noya, Santi, Edo, Zia, Ima, Hifdi, Dodik, May, Risna, Eka Fay, Ika Farah, dan Eka serta keluarga besar GFM 46: Wengky, Dieni, Ocha, Nowa, Dissa, Ian, Lidya, Eko, Wayan, Enda, Alin, Abu, Winda, Normi, Nita, Silvia, Hijjaz, Muha, Jame, Icha, Tommy, Iif, Khabib, Rini, Rikson, Dimas, Ipin, Risa, Pahmi, Zaenal, Icih, Ervan, Rizal, Solah, Halimah, Gaseh, Depe, Bambang, dan Ronald atas suka duka yang mewarnai masa kuliah. 6. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan yang telah diberikan selama penelitian ini. Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Saran dan kritik membangun dapat disampaikan melalui email
[email protected]. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca. Bogor, Mei 2014
Marsudi Wijaya
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
METODE
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur Analisis Data
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Pemilihan Data
8
Curah Hujan Maksimum
9
Intensitas Curah HujanDesain
11
Waktu Konsentrasi
12
Koefisien Aliran permukaan (C)
13
Debit Puncak
14
KESIMPULAN DAN SARAN
14
Kesimpulan
14
Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
17
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7
Tabulasi data pengamatan Penggunaan lahan di DAS Ciliwung Hulu tahun 2010 Koefisien aliran permukaan untuk berbagai penutupan lahan Peluang curah hujan maksimum untuk berbagai periode ulang Besar intensitas curah hujandesain pada durasi 1.5 jam Koefisien aliran pada tiap penggunaan lahan di DAS Ciliwung Hulu Debit puncak maksimum DAS Ciliwung Hulu
2 2 8 11 13 13 14
DAFTAR GAMBAR
1 2 3 4
5
Diagram alir penelitian Curah hujan bulanan maksimum rata - rata tahun 1985 – 2008 di DAS Ciliwung Hulu Curah hujan maksimum di DAS Ciliwung Hulu untuk kejadian 1 harian, 2 harian, dan 3 harian tahun 1985 – 2008 Kurva probabilitas curah hujan maksimum tahun 1985 – 2008 di DAS Ciliwung Hulu : (a) Periode DJF (b) Periode MAM (c) Periode JJA (d) Periode SON Kurva IDF tahun 1985 – 2008 di DAS Ciliwung Hulu : (a) Periode DJF (b) Periode MAM (c) Perioden JJA (d) Periode SON
3 9 10
10 12
DAFTAR LAMPIRAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Data CH wilayah terpilih di DAS Ciliwung hulu periode DJF Data CH wilayah terpilih di DAS Ciliwung hulu periode MAM Data CH wilayah terpilih di DAS Ciliwung hulu periode JJA Data CH wilayah terpilih di DAS Ciliwung hulu periode SON Intensitas curah hujan desain periode DJF Intensitas curah hujan desain periode MAM Intensitas curah hujan desain periode JJA Intensitas curah hujan desain periode SON Faktor sifat distribusi Log Pearson III (k) Nilai variabel reduksi Gauss
17 18 19 20 21 21 22 22 23 24
PENDAHULUAN Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Hulu mempunyai luas 149.23 km2, panjang sungai diperkirakan 24.46 km dan kemiringan alur sungai 107.68 m/km (Natakusumah 2011). DAS ini termasuk kedalam DAS yang banyak mendapat perhatian karena tekanan pembangunan yang tinggi. Luas lahan terbangun di DAS Ciliwung Hulu meningkat 67.88 % sejak tahun 1990 hingga tahun 1996. Penurunan lahan hutan dan peningkatan lahan terbangun telah meningkatkan debit puncak hidrograf pada stasiun Katulampa dari 150 m3/detik menjadi 205 m3/detik (Fakhrudin 2003). Hal ini seringkali menyebabkan bagian hilir yang terletak di Ibu Kota (Jakarta) mengalami banjir (Yustika 2012). Perencanaan sumber daya air sebagai upaya pengelolaan banjir seringkali membutuhkan data debit. Salah satu kegunaan data debit adalah untuk menduga debit puncak. Debit puncak digunakan sebagai dasar perencanaan bangunan air. Apabila data debit yang tersedia cukup panjang, debit puncak dapat langsung dihitung dengan metode analisis probabilitas. Namun, bila data debit tidak tersedia, data curah hujan dan karakteristik DAS dapat digunakan untuk menentukan debit puncak. Pendugaan debit puncak dengan data curah hujan memerlukan data intesitas curah hujan per jam. Jika data intesitas curah hujan per jam tidak tersedia dan/atau sulit mendapatkan data tersebut, maka dapat digunakan metode Mononobe sebagai alternatif untuk menentukan intensitas curah hujan per jam yang dibangun dari data curah hujan harian (Mori et al. 1976). Kemudian dapat dilakukan pendugaan debit puncak menggunakan data intensitas curah hujan desain dengan metode rasional (Kamiana 2011). Metode rasional merupakan metode tertua yang dikembangkan berdasarkan asumsi debit puncak terjadi saat nilai intensitas pada durasi tertentu sama dengan waktu konsentrasi (Tc). Nilai debit puncak dapat dijadikan sebagai dasar dalam perencanaan bangunan pengendali air (Handajani 2005; Suroso 2006). Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Menentukan curah hujan maksimum 1, 2, 3 harian di DAS Ciliwung Hulu dengan periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun. 2. Menentukan intensitas curah hujan desain dari data curah hujan harian. 3. Menentukan waktu konsentrasi (Tc) dan koefisien limpasan (C) DAS Ciliwung Hulu. 4. Menentukan debit puncak desain DAS Ciliwung Hulu dengan periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun.
2
METODE Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah perangkat lunak Microsoft Office 2007 dan Easy Fit. Penelitian ini menggunakan rangkaian data curah hujan yang didapat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Pusat Sumber Daya Air Ciliwung Cisadane (PSDA). Data penggunaan lahan di DAS Ciliwung Hulu menggunakan hasil penelitian Yustika et al. (2012). Pengolahan data dilakukan sejak bulan September 2013 di Laboratorium Hidrometeorologi Departemen Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor. Tabel 1 Tabulasi data pengamatan No. 1. 2. 3.
Stasiun Citeko GunungMas Katulampa
Kordinat 06° 42' LS - 106° 56' BT 06º 42' LS - 106º 58' BT 06º 38' LS - 106º 50' BT
Periode Data 1985 – 2008 1985 – 2008 1985 – 2008
Sumber : BMKG (2013), PSDA Ciliwung – Cisadane (2013) Tabel 2 Penggunaan lahan di DAS Ciliwung Hulu tahun 2010 Jenis Penggunaan Lahan Kebun Campuran Hutan Sekunder Tegalan/Ladang Perkebunan Pemukiman Hutan Primer Semak Belukar Lahan Terbuka
Luas (%) 38 19.9 17 15.5 7 1.8 0.7 0.1
Sumber : Yustika et al. (2012)
Prosedur Analisis Data Diagram Alir Diagram alir untuk mempermudah pemahaman langkah – langkah secara umum disajikan sebagai berikut :
3 Mulai
Persiapan data CH harian dan karakteristik DAS ili h l Data karakteristik DAS Ciliwung h l Waktu konsentrasi (Tc) dengan metode Kiprich (1940)
Data curah hujan harian
CH wilayah maksimum metode poligon theisen
Intensitas curah hujan desain dengan metode Mononobe
Metode rasional
Debit puncak desain
Selesai
Gambar 1 Diagram alir penelitian Pemilihan Data Data hidrometeorologi dalam analisis distribusi peluang menekankan bahwa data sampel haruslah bebas dan merupakan representatif dari populasi. Terdapat empat jenis pemilihan data yang biasa digunakan dalam analisis distribusi peluang, yaitu complete duration series, annual series, partial duration series dan extreme value series (Coscarelli 2012; Hann 1997; Soewarno 1995). Pemilihan data dalam penelitian ini menggunakan annual series yaitu dengan memilih satu data maksimum setiap periode. Annual series dipilih karena data curah hujan yang tersedia lebih dari 10 tahun data runtut waktu (Amalia 2011). Curah Hujan Wilayah Dalam analisa hidrologi, data curah hujan yang digunakan bukanlah curah hujan pada satu titk pengamatan melainkan dari beberapa titik pengamatan pada daerah yang bersangkutan atau biasa disebut dengan curah hujan wilayah. Penentuan curah hujan wilayah pada penelitian ini menggunakan metode poligon theissen dengan tiga stasiun pengamatan yang dianggap mewakili DAS Ciliwung Hulu. Metode ini dipilih karena titik pengamatan yang tidak tersebar merata
4 sehingga pengaruh tiap titik pengamatan perlu diperhitungkan (Mori et al. 1976). Berikut perhitungan matematik untuk metode poligon theissen : 𝑅𝑅� = =
𝐴𝐴1 𝑅𝑅1 + 𝐴𝐴2 𝑅𝑅2 + 𝐴𝐴3 𝑅𝑅3 + ⋯ + 𝐴𝐴𝑛𝑛 𝑅𝑅𝑛𝑛 𝐴𝐴1 + 𝐴𝐴2 + 𝐴𝐴3 + ⋯ + 𝐴𝐴𝑛𝑛
𝐴𝐴1 𝑅𝑅1 + 𝐴𝐴2 𝑅𝑅2 + 𝐴𝐴3 𝑅𝑅3 + ⋯ + 𝐴𝐴𝑛𝑛 𝑅𝑅𝑛𝑛 𝐴𝐴
𝑅𝑅� = 𝑊𝑊1 𝑅𝑅1 + 𝑊𝑊2 𝑅𝑅2 + 𝑊𝑊3 𝑅𝑅3 + … + 𝑊𝑊𝑛𝑛 𝑅𝑅𝑛𝑛
keterangan : R 1 , R 2 , ..., R n = curah hujan di tiap titik pengamatan A 1 , A 2 , ..., A n = bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan W 1 , W 2 , ...,W n = A 1 /A, A 2 /A, ..., A n /A Distribusi Frekuensi Adamowski (2000), menyatakan bahwa salah satu hal yang harus diperhatikan dalam analisis frekuensi adalah menentukan jenis distribusi yang digunakan. Distribusi frekuensi yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada pernyataan Soewarno (1995), model distribusi frekuensi yang umum digunakan di Indonesia yaitu, Frechet, Goodrich, Gumbel Tipe I, Gamma, Log Normal, dan Log Pearson III. Lebih lanjut Soewarno (1995), menyatakan bahwa tidak ada variabel untuk mengharapkan bahwa suatu distribusi tunggal akan berlaku untuk semua data dari suatu variabel hidrologi. Gamma Distribusi Gamma mempunyai bentuk kurva seperti bel dan nilai X terletak antara −𝑎𝑎 ≤ 𝑋𝑋 ≤ ∞ dan terjadi apabila nilai K = ∞ atau 2𝛽𝛽2 = 3𝛽𝛽1 + 6. Persamaan matematik untuk metode Gamma adalah sebagai berikut : X=� X + k. S .........................................................................................................(1) keterangan : � X = rata – rata S = standar deviasi k = faktor sifat distribusi Gamma (Lampiran 9)
dimana nilai k ditentukan dari nilai koefisien kemencengan : a
CS = S 3 .................................................................................................................(2) n a = (n−1)(n−2) ∑ni= 1(Xi − X� )3 .............................................................................(3)
keterangan : CS = koefisien kemencengan
5 S � X Xi a
= standar deviasi = rata – rata hitung = data ke i = parameter kemencengan
Gumbel Distribusi Gumbel disebut dengan distribusi ekstrim yang umum digunakan untuk analisis data maksimum. Persamaan matematik untuk metode Gumbel adalah sebagai berikut : �+ X= X
S
Sn
(Y − Yn) ..........................................................................................(4)
keterangan : 𝑋𝑋� = nilai rata – rata Y = nilai reduksi variat pada periode tertentu Yn = nilai rata-rata dari reduksi gumbel Sn = deviasi standar dari reduksi gumbel Log Normal
Distribusi Log Normal merupakan hasil transformasi dari distribusi Normal, yaitu dengan mengubah nilai X menjadi nilai logaritmik X. Persamaan matematik untuk metode Log Normal adalah sebagai berikut : X=� X + k. S .........................................................................................................(5)
keterangan : 𝑋𝑋� = rata – rata hitung nilai logaritmik X S = standar deviasi nilai X k = nilai variable reduksi Gauss (Lampiran 10) Log Pearson III
Distribusi Log-Pearson III banyak digunakan dalam analisis hidrologi terutama dalam analisis data maksimum dan minimum dengan nilai ekstrim. Bentuk distribusi Log-Pearson III merupakan hasil tranformasi dari distribusi Pearson III dengan menggantikan menjadi nilai logaritmik. Persamaan matematik untuk metode Log Pearson III adalah sebagai berikut : ������ Log X =log X + k. �������� S log X ....................................................................................(6) keterangan : ������� log 𝑋𝑋 = log rata – rata x S = standar deviasi k = faktor sifat distribusi Log Pearson III (Lampiran 9) dimana nilai k ditentukan dari nilai koefisien kemencengan :
6 a
CS = S 3 .................................................................................................................(7) n a = (n−1)(n−2) ∑ni= 1(Xi − X� )3 .............................................................................(8)
keterangan : CS = koefisien kemencengan S = standar deviasi � X = rata – rata hitung Xi = data ke i a = parameter kemencengan Uji Kecocokan
Uji kecocokan dilakukan untuk menentukan apakah persamaan distribusi peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data yang dianalisis. Uji kecocokan pada penelitian ini dilakukan dengan Uji chikuadrat. Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter X2, oleh karena itu disebut dengan uji Chi-Kuadrat dan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 𝑋𝑋ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖 2 = ∑ki=1
(Oi −Ei )2 Ei
...........................................................................................(9)
keterangan : X hit 2 = parameter chi-kuadrat terhitung Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke i Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke i Parameter X hit 2 merupakan variabel acak, peluang untuk mencapai nilai X hit 2sama atau lebih besar dari pada nilai chi-kuadrat. Perhitungan matematik untuk uji kecocokan pada penelitian ini menggunakan bantuan perangkat lunak Easy Fit. Intensitas Curah Hujan Intensitas curah hujan merupakan ketinggian hujan per satuan waktu (mm/jam). Nilai intensitas curah hujan digambarkan dalam kurva intensityduration-frequency (IDF) yaitu, kurva hubungan antara intensitas, durasi, dan periode ulang suatu kejadian hujan. Jika data hujan jangka pendek tidak tersedia, dan yang tersedia adalah data hujan harian maka persamaan regresi kurva IDF dapat diturunkan dengan metode Mononobe. Rumus ini digunakan untuk menghitung intensitas curah hujan setiap waktu berdasarkan data curah hujan harian (Mori et al. 1976). Berikut persamaan matematik untuk metode Mononobe : 𝐼𝐼 =
𝑋𝑋24 24
𝑥𝑥
2
24 3 𝑡𝑡
....................................................................................................(10)
7 keterangan : I = intensitas curah hujandesain (mm) X 24 = tinggi hujan harian maksimum (mm) t = durasi hujan (jam) Waktu Konsentrasi Waktu konsentrasi (Tc) adalah waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir dari titik paling jauh ke titik yang ditentukan di daerah pengaliran (Mori et al. 1976). Nilai waktu konsentrasi dipengaruhi oleh panjang aliran, kemiringan, serta bentuk DAS. Diasumsikan bahwa bila durasi intensitas curah hujan sama dengan nilai waktu konsentrasi berarti seluruh bagian DAS telah berperan dalam mengalirkan air (Harsoyo 2010). Waktu konsentrasi digunakan untuk menganalisa seberapa lama semua limpasan dapat terkonsentrasi dalam saluran keluar DAS dan inilah yang merupakan saat terjadinya debit puncak (Fakhrudin 2003). Salah satu persamaan matematik yang umum digunakan dalam menentukan waktu konsentrasi dikembangkan oleh Kiprich (1940). 𝐿𝐿0.77
Tc = 0.01947 ( 𝑆𝑆 0.835 ) .........................................................................................(10)
keterangan : L = panjang sungai (km) S = kemiringan sungai (m/m) Metode Rasional
Metode rasional merupakan salah satu rumus empiris tertua yang dapat digunakan untuk menghitung debit puncak. Metode rasional dikembangkan berdasarkan asumsi nilai intensitas pada durasi tertentu sama dengan waktu konsentrasi (Tc). Metode rasional meempunyai masukan berupa koefisien aliran permukaan (C), Intensitas curah hujan (i) dan luas DAS (A) adalah komponen utama dalam sistem. Persamaan matematik untuk metode rasional adalah sebagai berikut : Qp = C.i.A ..............................................................................................(11) keterangan : Qp = debit puncak (m3/s) I = intensitas curah hujan (mm/jam) C = koefisien aliran A = luas DAS (km2) Koefisien aliran permukaan merupakan nisbah antara besarnya aliran permukaan terhadap besarnya curah hujan. Koefisien aliran permukaan (C) memiliki nilai berkisar antara 0 – 1, dimana nilai mendekati 1 kondisi fisik DAS tersebut semakin terganggu sehingga semakin banyak air hujan yang menjadi aliran permukaan (Ratnawati 2008). Nilai koefisien aliran permukaan (C) untuk
8 berbagai penutupan lahan yang terdapat dalam McCuen (1989) adalah sebagai berikut : Tabel 3 Koefisien aliran permukaan untuk berbagai penutupan lahan Jenis Penutupan lahan Daerah Perdagangan Pertokoan Pinggiran Pemukiman Perumahan satu keluarga Perumahan berkelompok, terpisah - pisah Perumahan berkelompok, berdekatan Sub-urban Daerah apartemen Industri Daerah ringan Daerah berat Taman Tempat bermain Daerah stasiun kereta api Daerah belum dikembangkan Sumber : Mc Cuen (1989)
Koefisien aliran permukaan 0.70 - 0.95 0.50 - 0.70 0.3- - 0.50 0.40 - 0.60 0.60 - 0.75 0.25 - 0.40 0.50 - 0.70 0.50 - 0.80 0.60 - 0.90 0.10 - 0.25 0.20 - 0.35 0.20 - 0.35 0.10 - 0.30
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemilihan Data Analisis frekuensi curah hujan maksimum pada penelitian ini dilakukan dengan membagi data masing – masing tahun pengamatan ke dalam beberapa periode. Pemelihan periode dimulai dengan memilih tiga bulan berturut – turut yang memiliki kejadian curah hujan bulanan maksimum rata – rata tahun 1985 – 2008 (Gambar 2). Berdasarkan data tersebut terpilih pembagian periode Desember, Januari, dan Februari (DJF), Maret, April, dan Mei (MAM), Juni, Juli, dan Agustus (JJA) serta September, Oktober, dan November (SON). Hal ini juga diperkuat oleh penyataan Basuki et al. (2009) yang menyatakan bahwa hujan maksimum sebagian besar wilayah pulau Jawa terjadi pada periode DJF dan Esteves (2012) yang membagi periode data kedalam tiga periode yaitu, annual, winter dan summer serta penelitian Barrati, et al. (2012), yang membagi periode menjadi dry, pre-flood, flood dan post – flood season. Pembagian periode dimaksudkan agar analisis frekuensi memiliki hasil yang lebih baik (Estev 2012; Barrati 2012).
9 120
Curah Hujan (mm)
100 80 60 40 20 0 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
Bulan
Gambar 2 Curah hujan bulanan maksimum rata - rata tahun 1985 – 2008 di DAS Ciliwung Hulu Data curah hujan dari ketiga stasiun tersebut kemudian dipilih kejadian maksimumnya dengan metode poligon theissen. Bobot yang digunakan pada perhitungan poligon theissen menggunakan hasil perhitungan Holipah (2012) yaitu, bobot stasiun Gunung Mas, Citeko, dan Katulampa berturut-turut adalah 0.41, 0.43, dan 0.16. Hasil penentuan data terpilih dapat dilihat pada lampiran 1, lampiran 2, lampiran 3, dan lampiran 4. Curah Hujan Maksimum Curah hujan maksimum sangat berpengaruh terhadap aliran tinggi yang terjadi di DAS Ciliwung Hulu. Namun, perlu diingat bahwa dalam analisis hidrologi curah hujan yang digunakan bukanlah curah hujan pada suatu titik tertentu, melainkan curah hujan rata – rata atau curah hujan wilayah dari daerah yang bersangkutan. Kejadian curah hujan maksimum 1 harian, 2 harian, dan 3 harian yang tercatat di DAS Ciliwung Hulu sejak tahun 1985 – 2008 yaitu, periode DJF kejadian hujan maksimum 1 harian sebesar 172 mm, 2 harian sebesar 341 mm dan 3 harian sebesar 404 mm. Periode MAM kejadian hujan maksimum 1 harian sebesar 75 mm, 2 harian sebesar 193 mm, dan 3 harian sebesar 216 mm. Periode JJA kejadian 1 harian 65 mm, 2 harian sebesar 131 mm, dan 3 harian 160 mm. Periode SON kejadian 1 harian sebesar 66 mm, 2 harian sebesar 158 mm, dan 3 harian 161 mm. Hal ini menunjukan dari pengamatan kejadian hujan harian tahun 1985 – 2008, kejadian hujan di DAS Ciliwung Hulu memiliki karakteristik kejadian hujan yang tinggi selama 2 hari berturut – turut dan menurun di hari ketiga (Gambar 2).
10 450
1 harian
Curah Hujan (mm)
400 350
2 harian
300 3 harian
250 200 150 100 50 0 DJF
MAM
JJA
SON
Periode
Gambar 3 Curah hujan maksimum di DAS Ciliwung Hulu untuk kejadian 1 harian, 2 harian, dan 3 harian tahun 1985 – 2008 Peluang kemungkinan kejadian curah hujan maksimum juga dapat digambarkan dalam kurva probabilitas curah hujan (Gambar 4). Kurva probabilitas menunjukan bahwa semakin tinggi curah hujan, maka peluang kejadian semakin kecil. Selain itu, kurva ini juga dapat dijadikan dasar dalam penetuan peluang kejadian curah hujan maksimum untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 4 Kurva probabilitas curah hujan maksimum tahun 1985 – 2008 di DAS Ciliwung Hulu : (a) Periode DJF (b) Periode MAM (c) Periode JJA (d) Periode SON
11 Analisis curah maksimum pada penelitian ini menggunakan empat metode distribusi frekuensi yang umum digunakan di Indonesia yaitu, Frechet, Goodrich, Gumbel Tipe I, Gamma, Log Normal, dan Log Pearson III (Soewarno 1995). Namun, sebelum dilakukan perhitungan dengan metode tersebut terlebih dahulu dilakuakan uji kecocokan dengan bantuan perangkat lunak Easy Fit. Hasil uji kecocokan menunjukan bahwa metode distribusi yang baik digunakan pada DAS Ciliwung Hulu adalah Log Normal dan Log Pearson III. Setelah metode ditribusi terpilih kemudian dilakukan analisis peluang curah hujan maksimum yang mungkin terjadi dengan periode ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun.Hasil analisis curah hujan maksimum menunjukan bahwa curah hujan tertinggi terjadi pada periode DJF (Tabel 4). Tabel 4 Peluang curah hujan maksimum untuk berbagai periode ulang Curah Hujan (mm) Periode Ulang
DJF
MAM
JJA
SON
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
2
58
152
182
39
108
132
24
77
88
36
103
128
5
87
188
229
51
129
159
40
109
125
49
125
135
10
107
210
266
60
144
176
52
126
141
57
138
138
25
134
238
320
70
165
197
70
142
156
69
152
142
50
154
256
366
78
182
212
83
151
163
76
162
145
100
176
275
418
86
200
228
99
159
169
85
170
147
Nilai curah hujan maksimum tertinggi yang terjadi pada periode ulang 100 tahun dengan kejadian 1, 2, dan 3 harian berturut – turut sebesar 176 mm, 275 mm, dan 418 mm. Periode ulang adalah interval waktu rata – rata dari suatu variable hidrologi tertentu akan disamai atau dilampau satu kali. Sebagai contoh kejadian hujan 1 harian dengan periode ulang 100 tahun pada periode DJF sebesar 176 mm bukan berarti bahwa tiap 100 tahun sekali pada periode DJF akan terjadi hujan dengan tinggi 176 mm, melainkan curah hujan setinggi 176 mm tersebut akan terjadi satu kali dalam rata – rata interval 100 tahun. Kejadian hujan pada periode ulang 100 tahun menunjukan kejadian ekstrim, dimana menurut BMKG hujan ekstrim terjadi jika tinggi hujan lebih dari 200 mm. Secara keseluruhan besar hujan maksimum di DAS Ciliwung Hulu berbanding lurus dengan periode ulang, semakin lama periode ulang maka curah hujan maksimum yang tejadi juga semakin tinggi. Intensitas Curah HujanDesain Intensitas curah hujan desain didefinisikan sebagai ketinggian hujan per satuan waktu dan dinyatakan dalam satuan (mm/jam). Intensitas curah hujandesain pada penilitian ini dibangun dari kejadian hujan harian maksimum pada tabel 4 menggunakan metode Mononobe yang terdapat pada persamaan 10. Persamaan tersebut digunakan untuk menghitung intensitas curah hujan setiap waktu berdasarkan data curah hujan harian. Metode ini dapat dijadikan alternatif saat data curah hujan perjam tidak tersedia dan/atau sulitdiperoleh.
12
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 5 Kurva IDF tahun 1985 – 2008 di DAS Ciliwung Hulu : (a) Periode DJF (b) Periode MAM (c) Perioden JJA (d) Periode SON Gambar 5 menunjukan kurva IDF yaitu, kurva hubungan antara intensitas, durasi, dan periode ulang suatu kejadian hujan. Nilai intensitas hujan desain yang terdapat pada kurva IDF diperlukan dalam metode perhitungan debit non hidrogaf. Besarnya intensitas persatuan waktu pada kurva IDF diatas dapat dilihat pada (Lampiran 8). Secara keseluruhan kurva IDF diatas menunjukan jika volume hujan tetap, maka durasi hujan yang singkat akan menghasilkan intensitas curah hujan yang semakin tinggi, dan durasi hujan yang semakim lama akan menghasilkan intensitas yang semakin rendah. Selain itu tinggi intensitas curah hujan desain akan bertambah besar seiring dengan periode ulang yang semakin lama. Nilai intensitas curah hujan desain yang diperoleh dari kurva IDF ini dapat digunakan dalam menentukan debit puncak desain dengan metode rasional. Waktu Konsentrasi Waktu konsentrasi (Tc) adalah waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir dari titik paling jauh ke titik yang ditentukan di daerah pengaliran dan dipengaruhi oleh panjang aliran, kemiringan serta bentuk DAS. Waktu konsentrasi (Tc) pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan metode Kiprich (1940) (Persamaan 10) dengan data DAS Ciliwung Hulu yaitu, panjang sungai diperkirakan 24.46 km dan kemiringan alur sungai 107.68 m/km. Hasil perhitungan waktu konsentrasi DAS Ciliwung Hulu menunjukan nilai sebesar 1.5 jam. Nilai ini menunjukan waktu konsentrasi yang relatif singkat, hal ini disebabkan perbedaan ketinggian yang besar antara titik pengamatan dan titik terjauh pada DAS. Bentuk DAS Ciliwung Hulu yang memanjang juga mempengaruhi waktu konsentrasi menjadi relatif cepat.
13 Waktu konsentrasi yang didapat kemudian dijadikan acuan dalam menentukan debit puncak, dimana intensitas curah hujan desain yang nantinya digunakan pada metode rasional harus terjadi pada durasi intensitas (t) sama dengan waktu konsentrasi (Tabel 5). Tabel 5 Besar intensitas curah hujandesain pada durasi 1.5 jam Periode DJF MAM JJA SON
Intensitas (mm/jam) I2 15 10 6 9
I5 23 14 11 13
I 10 28 16 14 15
I 25 36 19 18 18
I 50 41 21 22 20
I 100 46 23 26 22
Koefisien Aliran permukaan (C) Koefisien aliran permukaan merupakan nisbah antara besarnya aliran permukaan terhadap besarnya curah hujan. Analisa koefisien permukaan pada penelitian ini menggunakan hasil penelitian yang dilakukan Suwargana (2010) untuk masing – masing penggunaan lahan. Berdasarkan hasil pembagian penggunaan lahan didapat nilai koefisien penggunaan lahan (C) untuk kebun campuran 0.64, hutan sekunder 0.64, ladang 0.67, perkebunan 0.63, pemukiman 0.74, hutan primer 0.53, semak belukar 0.58 dan lahan terbuka 0.57. Koefisien aliran permukaan di DAS Ciliwung hulu didapat dari hasil keselurhan luas masing – masing jenis penggunaan lahan dikalikan dengan koefisien aliran seperti yang terdapat pada Tabel 6. Tabel 6 Koefisien aliran pada tiap penggunaan lahan di DAS Ciliwung Hulu A (Km2)* C** Jenis penggunaan lahan Kebun Campuran 57 0.64 Hutan Sekunder 29.85 0.53 Tegalan/Ladang 25.5 0.67 Perkebunan 23.25 0.63 Pemukiman 10.5 0.74 Hutan Primer 2.7 0.53 Semak Belukar 1.05 0.58 Lahan Terbuka 0.15 0.57 Koefisien aliran permukaan DAS Ciliwung Hulu *sumber : Yustika et. al. (2012) ; **sumber : Suwargana (2010)
C DAS 0.243 0.105 0.114 0.098 0.052 0.010 0.004 0.001 0.63
Koefisien aliran permukaan pada DAS Ciliwung Hulu pada berbagai penutupan lahan menunjukan nilai sebesar 0.63. Angka koefisien aliran permukaan yang cukup tinggi dikarenakan wilayah DAS Ciliwung hulu didominasi oleh lahan pemukiman dan perkebunan. Hal ini menunjukan kondisi fisik DAS tersebut semakin terganggu sehingga semakin banyak air hujan yang menjadi aliran permukaan.
14 Debit Puncak Debit puncak di DAS Ciliwung Hulu pada penelitian ini dihitung menggunakan metode rasional yang memiliki tiga komponen utama yaitu, intensitas (I), luas DAS (A) dan koefisien aliran permukaan (C). Analisa dari ketiga komponen tersebut menghasilkan nilai debit puncak DAS Ciliwung Hulu seperti yang terdapat pada tabel Tabel 7. Tabel 7 Debit puncak maksimum DAS Ciliwung Hulu Periode Ulang 2 5 10 25 50 100
DJF 392 600 739 927 1063 1214
Debit Puncak (m3/detik) MAM JJA 270 164 355 275 412 359 485 482 539 575 594 683
SON 246 337 397 474 528 586
Berdasarkan perhitungan didapat hasil debit puncak maksimum terjadi pada periode DJF. Nilai debit puncak pada periode DJF dengan periode ulang 2 tahun sebesar 392 m3/detik, sedangkan untuk nilai tertinggi terjadi pada periode ulang 100 tahun sebesar 1214 m3/detik (Tabel 7). Hal ini menunjukan bahwa intensitas curah hujan yang tinggi pada periode DJF berpengaruh pada debit puncak maksimum yang terjadi di DAS Ciliwung Hulu. Debit puncak rata – rata DAS Ciliwung hulu menunjukan peningkatan dari 150m3/detik di tahun 1990 menjadi 205 m3/detik di tahun 1996 (Fakhrudin 2003). Hasil debit puncak yang didapat pada penelitian ini sebesar 392 m3/detik di tahun 2010 dengan periode ulang 2 tahun pada DJF. Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan debit puncak di DAS Ciliwung hulu. Salah satu penyebab kenaikan debit puncak di DAS Ciliwung Hulu yaitu, perubahan penggunaan lahan yang berakibat pada kenaikan bagian hujan yang menjadi aliran permukaan. Kondisi ini berpotensi menyebabkan banjir pada musim penghujan dibagian hilir DAS Ciliwung. Secara keseluruhan besar debit puncak di DAS Ciliwung Hulu berbanding lurus dengan periode ulang, semakin lama periode ulang maka debit yang terjadi semakin tinggi. Debit puncak yang diperoleh dari data curah hujan harian dan kondisi penggunaan dapat dijadikan alternatif dalam perencanaan bangunan air yang membutuhkan data debit puncak saat data debit tidak tersedia.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Data curah hujan dan kondisi penggunaan lahan di DAS Ciliwung Hulu dapat digunakan untuk mengetahui debit puncak maksimum. Curah hujan maksimum tertinggi terjadi pada periode DJF dengan periode ulang 2, 5, 10, 25,
15 50, dan 100 tahun berturut – turut sebesar 58 mm, 87 mm, 107 mm, 134 mm, 154 mm, dan 176 mm. Nilai intensitas curah hujan per jam didapat dengan menggunakan metode Mononobe, sedangkan untuk waktu konsentrasi (Tc) sebesar 1.5 jam. Debit puncak didapat berdasarkan asumsi bahwa debit puncak terjadi saat intensitas sama dengan waktu konsentrasi (Tc). Hasil perhitungan menunjukan debit puncak maksimum terjadi pada periode DJF dengan periode ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun berturut – turut sebesar 392 m3/detik, 600 m3/detik, 739 m3/detik, 927 m3/detik, 1063 m3/detik, dan 1214 m3/detik. Saran Metode ini dapat dijadikan alternatif saat data yang tersedia untuk analisa hidrologi kurang terintengrasi dengan baik. Penelitian akan menghasilkan prakiraan debit yang lebih baik jika tersedia data curah hujan per jam observasi. Selain itu data penggunaan tataguna lahan yang terbaru akan menghasilkan nilai yang lebih tepat dengan kondisi saat ini.
DAFTAR PUSTAKA Adamowski K. 2000. Regional analysis of annual maximum and partial duration flood data by nonparametric and L-moment methods. J Hydrol.229 :219– 231.doi:10.1016/S0022-1694(00)00156-6. Amalia M. 2011. Analisis peningkatan nilai curve numberterhadap debit banjir daerah aliran Sungai Progo. J Info Tehnik. 12(2) : 35-39. Baratti E, Montanari A, Castellarin A, Salinas JL, Viglione A, Bezzi A. 2012.Estimating the flood frequency distribution at seasonal and annual time scales.Hydrol Earth Syst Sci.16 :4651–4660.doi:10.5194/hess-16-46512012. Basuki, Iis W, Noor LA. 2009. Analisis periode ulang hujan maksimum dengan berbagai metode. J Agromet. 23(2): 76-92. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika [BMKG]. 2013. Data Curah Hujan Harian Stasiun Citeko 1985 – 2013. Bogor (ID) : BMKG Coscarelli R, Caloiero T. 2012. Analysis of daily and monthly rainfall concentration in Southern Italy (Calabria region).J Hydrol.416–417 :145– 156.doi:10.1016/j.jhydrol.2011.11.047. Esteves LS. 2013. Consequences to flood management of using different probability distributions to estimate extreme rainfall. J EnvMan. 115 :98105. doi:10.1016/j.jenvman.2012.11.013. Handajani N. 2005. Analisis distribusi curah hujan dengan kala ulang tertentu. J Rekayasa Perencanaan. 3(1) : 1-13. Haan CT. 1977. Statistical Methode in Hydrology. Ames (US): The Iowa State University Press. Harsoyo B. 2010. Analisis penyebab jebolnya tanggul Situ Gintung. J Air Indonesia. 6(1) : 43 - 51.
16 Holipah SN. 2012. Pengaruh perubahan penutupan/penggunaan lahan terhadap karakteristik hidrologi sub DASCiliwung Hulu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fakhrudin M. 2003. Kajian respon hidrologi akibat penggunaan perubahan lahan DAS Ciliwung dengan model sedimot II [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kamiana IM. 2011. Tehnik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Graha Ilmu : Yogyakarta. McCuen RH. 1989. Hydrologic Analysis and Design. New Jersey (US): PrenticeHall, Inc. Mori K, Ishii H, Somatani A, Akira Hatakeyama. 1976. Hidrologi Untuk Pengairan. Taulu L, penerjemah; Sosrodarsono S, Takeda K, editor. Jakarta (ID): PT Pradnya Paramita. Terjemahan dari: Manual on Hydrology. Ed ke9. hlm 31 – 32. Natakusumah DK, Hatmoko W, Harlan D. 2011. Prosedur umum perhitungan hidrograf satuan sintetis dengan cara ITB dan beberapa contoh penerapannya. 18(3) : 251 – 291. Pusat Sumber Daya Air Ciliwung Cisadane [PSDA]. 2013. Data Curah Hujan Harian Stasiun Gunung Mas dan Katulampa 1985 – 2008. Bogor (ID) : PSDA. Ratnawati RL. 2008. Efektivitas DAM parit di hulu DAS Ciliwung dalam usaha pencegahan banjir[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Soewarno. 1995.Hidrologi: Aplikasi Metode Statistik untuk Analisis Data Jilid 1. Bandung (ID) : Penerbit Nova. Suroso. 2006. Analisis curah hujan untuk membuat kurva intensity-durationfrequency (IDF) di kawasan rawan banjir kabupaten Banyumas. J Tehnik Sipil. 3(1) : 37 – 40. Suwargana N. 2010. Model kajian sebaran run-off untuk mendukung pengelolaan sistem DAS menggunakan data penginderaan jauh (Studi kasus DAS Ciliwung). Prosiding Seminar Nasional Limnologi V; 2010; Bandung, Indonesia. Bandung (ID): Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. hlm 640-654. Yustika RD, Tarigan SD, Hidayat Y, Sudadi U. 2012. Simulasi manajemen lahan di DAS Ciliwung hulu menggunakan model SWAT. Informatika Pertanian. 12(2) : 71 – 79.
17
LAMPIRAN Lampiran 1 Data CH wilayah terpilih di DAS Ciliwung hulu periode DJF Tahun
Proporsi CH Wilayah Tiap Stasiun
CH Maks
Katulampa
Gn. Mas
Citeko
1985
18
13
12
18
1986
15
18
44
44
1987
25
18
49
49
1988
16
47
20
47
1989
63
37
11
63
1990
18
28
47
47
1991
18
31
75
75
1992
60
31
30
60
1993
55
34
38
55
1994
65
90
93
93
1995
64
35
29
64
1996
91
110
120
120
1997
42
49
33
49
1998
49
11
52
52
1999
35
32
21
35
2000
45
45
59
59
2001
14
49
64
64
2002
47
108
108
108
2003
48
22
20
48
2004
24
35
34
35
2005
101
90
45
101
2006
64
48
68
68
2007
157
171
172
172
2008
35
39
25
39
18 Lampiran 2 Data CH wilayah terpilih di DAS Ciliwung hulu periode MAM Tahun 1985
Proporsi CH Wilayah Tiap Stasiun
CH Maks
Katulampa
Gn. Mas
Citeko
30
16
45
45
1986
34
30
30
34
1987
32
13
9
32
1988
26
21
10
26
1989
43
43
17
43
1990
11
11
33
33
1991
11
7
25
25
1992
20
26
36
36
1993
32
45
36
45
1994
39
17
29
39
1995
16
17
48
48
1996
21
61
64
64
1997
21
21
11
21
1998
33
48
57
57
1999
12
41
19
41
2000
12
18
36
36
2001
27
69
63
69
2002
29
34
27
34
2003
75
19
60
75
2004
19
19
43
43
2005
17
38
9
38
2006
16
26
24
26
2007
14
36
24
36
2008
48
48
38
48
19 Lampiran 3 Data CH wilayah terpilih di DAS Ciliwung hulu periode JJA Tahun
Proporsi CH Wilayah Tiap Stasiun
CH Maks
Katulampa
Gn. Mas
Citeko
1985
14
6
3
14
1986
17
20
25
25
1987
16
4
14
16
1988
19
3
18
19
1989
39
39
16
39
1990
18
14
9
18
1991
9
13
8
13
1992
14
64
29
64
1993
41
22
31
41
1994
5
3
1
5
1995
10
5
14
14
1996
26
12
18
26
1997
6
16
1
16
1998
30
40
42
42
1999
38
24
34
38
2000
14
16
24
24
2001
29
35
39
39
2002
34
38
33
38
2003
58
29
65
65
2004
25
12
21
25
2005
28
14
26
28
2006
9
9
21
21
2007
16
32
33
33
2008
10
8
6
10
20 Lampiran 4 Data CH wilayah terpilih di DAS Ciliwung hulu periode SON Tahun
Proporsi CH Wilayah Tiap Stasiun
CH Maks
Katulampa
Gn. Mas
Citeko
1985
35
18
21
35
1986
27
20
11
27
1987
23
30
15
30
1988
16
13
6
16
1989
58
58
16
58
1990
11
28
24
28
1991
16
16
26
26
1992
45
21
50
50
1993
23
39
13
39
1994
14
27
51
51
1995
16
29
20
29
1996
26
44
45
45
1997
47
51
16
51
1998
22
36
24
36
1999
50
36
16
50
2000
13
42
49
49
2001
14
32
28
32
2002
13
35
34
35
2003
31
54
66
66
2004
22
26
12
26
2005
17
27
17
27
2006
10
15
6
15
2007
35
45
14
45
2008
37
43
29
43
21 Lampiran 5 Intensitas curah hujan desain periode DJF t
Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
(menit)
I
I
2
5
I 10
I 25
I 50
I 100
5
106
158
194
244
280
319
10
67
99
122
154
176
201
15
51
76
93
117
134
153
20
42
63
77
97
111
127
25
36
54
66
83
96
109
30
32
48
59
74
85
97
35
29
43
53
67
76
87
40
27
39
49
61
70
80
45
25
36
45
56
65
74
50
23
34
42
53
60
69
60
20
30
37
47
53
61
90
15
23
28
36
41
46
120
13
19
23
29
34
38
180
10
14
18
22
26
29
240
8
12
15
18
21
24
360
6
9
11
14
16
18
720
4
6
7
9
10
12
Lampiran 6 Intensitas curah hujan desain periode MAM t (menit)
Intensitas Curah Hujan (mm/jam) I
2
I
5
I 10
I 25
I 50
I 100
5
71
93
108
127
142
156
10
45
59
68
80
89
98
15
34
45
52
61
68
75
20
28
37
43
51
56
62
25
24
32
37
44
48
53
30
21
28
33
39
43
47
35
19
26
30
35
39
43
40
18
23
27
32
35
39
45
16
22
25
29
33
36
50
15
20
23
27
31
34
60
14
18
21
24
27
30
90
10
14
16
19
21
23
120
9
11
13
15
17
19
22 Lampiran 7 Intensitas curah hujan desain periode JJA t (menit)
Intensitas Curah Hujan (mm/jam) I
2
I
5
I 10
I 25
I 50
I 100
5
43
72
95
127
151
180
10
27
46
60
80
95
113
15
21
35
45
61
73
86
20
17
29
38
50
60
71
25
15
25
32
43
52
61
30
13
22
29
38
46
54
35
12
20
26
35
41
49
40
11
18
24
32
38
45
45
10
17
22
29
35
42
50
9
16
20
27
33
39
60
8
14
18
24
29
34
90
6
11
14
18
22
26
120
5
9
11
15
18
22
Lampiran 8 Intensitas curah hujan desain periode SON t (menit)
Intensitas Curah Hujan (mm/jam) I
2
I
5
I 10
I 25
I 50
I 100
5
65
89
104
125
139
154
10
41
56
66
79
88
97
15
31
43
50
60
67
74
20
26
35
41
49
55
61
25
22
30
36
43
48
53
30
20
27
32
38
42
47
35
18
24
29
34
38
42
40
16
22
26
31
35
39
45
15
20
24
29
32
36
50
14
19
22
27
30
33
60
12
17
20
24
27
29
90
9
13
15
18
20
22
120
8
11
13
15
17
19
23 Lampiran 9 Faktor sifat distribusi Log Pearson III (k) Periode Ulang (T) CS
1.0101
2
5
10
25
50
100
200
2
-0.99
-0.307
0.609
1.302
2.219
2.912
3.605
4.298
1.9
-1.037
-0.294
0.627
1.31
2.207
2.881
3.553
4.223
1.8
-1.087
-0.282
0.643
1.318
2.193
2.848
3.499
4.147
1.7
-1.14
-0.268
0.66
1.324
2.179
2.815
3.444
4.069
1.6
-1.197
-0.254
0.675
1.329
2.163
2.78
3.388
3.99
1.5
-1.256
-0.24
0.69
1.333
2.146
2.743
3.33
3.91
1.4
-1.318
-0.225
0.705
1.337
2.128
2.706
3.271
3.828
1.3
-1.383
-0.21
0.719
1.339
2.108
2.666
3.211
3.745
1.2
-1.449
-0.195
0.732
1.34
2.087
2.626
3.149
3.661
1.1
-1.518
-0.18
0.745
1.341
2.066
2.585
3.087
3.575
1
-1.588
-0.164
0.758
1.34
2.043
2.542
3.022
3.489
0.9
-1.66
-0.148
0.769
1.339
2.018
2.498
2.957
3.401
0.8
-1.733
-0.132
0.78
1.336
1.993
2.453
2.891
3.312
0.7
-1.806
-0.116
0.79
1.333
1.967
2.407
2.824
3.223
0.6
-1.88
-0.099
0.8
1.328
1.939
2.359
2.755
3.132
0.5
-1.955
-0.083
0.808
1.323
1.91
2.311
2.686
3.041
0.4
-2.029
-0.066
0.816
1.317
1.88
2.261
2.615
2.949
0.3
-2.104
-0.05
0.824
1.309
1.849
2.211
2.544
2.856
0.2
-2.178
-0.033
0.83
1.301
1.818
2.159
2.472
2.763
0.1
-2.252
-0.017
0.836
1.292
1.785
2.107
2.4
2.67
0
-2.326
0
0.842
1.282
1.751
2.054
2.326
2.576
-0.1
-2.4
0.017
0.846
1.27
1.716
2
2.252
2.482
-0.2
-2.472
0.033
0.85
1.258
1.68
1.945
2.178
2.388
-0.3
-2.544
0.05
0.853
1.245
1.643
1.89
2.104
2.294
-0.4
-2.615
0.066
0.855
1.231
1.606
1.834
2.029
2.201
-0.5
-2.686
0.083
0.856
1.216
1.567
1.777
1.955
2.108
-0.6
-2.755
0.099
0.857
1.2
1.528
1.72
1.88
2.016
-0.7
-2.824
0.116
0.857
1.183
1.488
1.663
1.806
1.926
-0.8
-2.891
0.132
0.856
1.166
1.448
1.606
1.733
1.837
-0.9
-2.957
0.148
0.854
1.147
1.407
1.549
1.66
1.749
-1
-3.022
0.164
0.852
1.128
1.366
1.492
1.588
1.664
-1.1
-3.087
0.18
0.848
1.107
1.324
1.435
1.518
1.581
-1.2
-3.149
0.195
0.844
1.086
1.282
1.379
1.449
1.501
-1.3
-3.211
0.21
0.838
1.064
1.24
1.324
1.383
1.424
-1.4
-3.271
0.225
0.832
1.041
1.198
1.27
1.318
1.351
-1.5
-3.33
0.24
0.825
1.018
1.157
1.217
1.256
1.282
-1.6
-3.88
0.254
0.817
0.994
1.116
1.166
1.197
1.216
-1.7
-3.444
0.268
0.808
0.97
1.075
1.116
1.14
1.155
-1.8
-3.499
0.282
0.799
0.945
1.035
1.069
1.087
1.097
-1.9
-3.553
0.294
0.788
0.92
0.996
1.023
1.037
1.044
-2
-3.605
0.307
0.777
0.895
0.959
0.98
0.99
0.995
24
Lampiran 10 Nilai variabel reduksi Gauss Periode Ulang
Peluang
k
2
0.5
0
5
0.2
0.84
10
0.1
1.28
25
0.04
1.76
50
0.02
2.05
100
0.01
2.33
25
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir dari pasangan Teguh Raharjo dan Purwanti, di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 28 April 1992 sebagai anak ke 6 dari 6 bersaudara dengan nama lengkap Marsudi Wijaya. Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan menengah dari SMA Negeri 6 Bekasi dan melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama masa perkuliahan penulis aktif sebagai anggota BEM TPB departemen Kajian dan Strategi periode 2009 - 2010, BEM FMIPA departemen Kajian dan Kaderisasi periode 2010 - 2011, Ketua departemen Kajian dan Eksekusi Himpunan Mahasiswa Meteorologi Indonesia periode 2010 – 2011 dan penulis pernah turut serta dalam mendirikan Aliansi Pemuda Peduli Disabilitas Bogor pada tahun 2011 serta Creative Learning Club GEOMET pada tahun 2012. Penulis pernah mendapatkan prestasi sebagai penerima dana PKMK dengan bisnis Sandal Budaya, penerima dana Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia dan 5 besar dalam ide Bisnis “Creasion Brand” oleh Spectrum Paint Indonesia. Selain itu penulis juga memiliki hobi dalam bidang fotografi dan videografi dari hobinya ini penulis pernah mendapatkan penghargaan Juara 1 Sineast Muda IPB 2010, 50 Besar Eagle Award Metro TV 2011, dan penghargaan poster setara perunggu dalam PIMNAS 2012.