ANALISIS ASUPAN MINUMAN BERKALORI TERHADAP ASUPAN ENERGI SERTA DAMPAKNYA PADA KEGEMUKAN (Studi di SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun 2013) Santi Dwi Herlinawati1) Lilik Hidayanti, SKM., M.SI2) dan Nurlina, SKM., M.Kes(Epid)2) Peminatan Gizi Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 PO box 164 Tlp (0265) 330 634 Tasikmalaya 46115 1. 2.
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Staf Pengajar Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Abstrak
Banyak faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya kegemukan, antara lain: asupan energi, aktivitas fisik, metabolisme, etnis/genetik, dan sebagainya, namun, asupan energi atau nutrisi merupakan determinan utama yang menentukan status gizi. Jenis dan pola makanan yang dikonsumsi di dunia yang sedang berkembang mulai bergeser dengan cepat, terutama dalam hal konsumsi lemak, pemanis berkalori, dan makanan sumber hewani. Sejumlah studi konsumsi minuman berkalori dan efeknya telah membuktikan kontribusinya terhadap krisis obesitas dari makanan dan minuman. Minuman berkalori mengandung banyak gula, namun tidak memiliki nilai gizi. Perubahan pada gizi remaja jika tidak diupayakan perbaikannya akan mempengaruhi mutu kualitas masyarakat di masa mendatang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan asupan minuman berkalori dan asupan energi dengan kejadian kegemukan pada siswa SMA Negeri 1 Tasikmalaya. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan cross sectional. Data analisis dilakukan dengan menggunakan uji statistik ChiSquare. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI yang berjumlah 412 siswa dengan sampel 200 siswa yang diambil secara acak sederhana. Hasil penelitian menunjukan bahwa 58,5% siswa memiliki asupan minuman berkalori tinggi dan ada hubungan antara asupan minuman berkalori dengan asupan energi (p= 0,005), 80,5% siswa memiliki asupan energi rendah dan ada hubungan antara asupan energi dengan kegemukan (p= 0,000), 78% siswa memiliki status gizi normal dan tidak ada hubungan antara asupan minuman berkalori dengan kegemukan (p= 0,193). Siswa disarankan untuk membatasi asupan energi dari minuman berkalori terutama bagi siswa yang mengalami kegemukan. Kata Kunci
: Asupan minuman berkalori, asupan energi, kegemukan, siswa SMA. Kepustakaan : 10 (2002 – 2013)
Abstract The Analysis Intake the Calorie Beverages about Intake of Energy with Impact at Overweight. (A Study at SMA Negeri 1 Tasikmalaya) There are much elements which can cause to increase the overweigh, such as : intake of energy, physical activity, metabolism, ethnic/genetic, etc. However, energy or nutrition intake is the main determinant that would establish the nutritional status. The diet pattern and kinds of food of the developing world are shifting rapidly, particularly in fat consumption, caloric sweeteners, and animal source foods. Several studies of calorie beverages consumption and its effects have given evidence of their contribution to obesity crisis more than any other kind of foods and beverages. Calorie beverages much sugar be pregnant, but does not have any nutritional values. Changes in adolescent nutritional status without any efforts of correction would influence the community quality in the future. This purpose of research is to analyze the relationship intake the calorie beverages about intake of energy with impact at overweight to the student at SMA Negeri 1 Tasikmalaya. This research constitute survey research whit cross sectional approach. The statistics of experience is Chi-Square. The population in this research is the student at XI grade the number 412 student with 200 sample which take as if sample random. The result of this research is indicate that 58,5% student have intake the high calorie beverages and there are relationship between intake the calorie beverages whit intake of energy (p=0,005), 80,5% the student have intake of low energy and there are relationship between intake of energy whit overweigh (p=0,000), 78% the student have normal nutrient status and not have relationship between intake the calorie beverages whit overweight (p=0,193). Students are advised to limit energy intake of calorie beverages, especially for students who are overweight.
Keywords : Intake the calorie beverages, intake of energy, overweight, student of SMA. Literature : 10 (2002-2013)
PENDAHULUAN Peningkatan masalah gizi lebih pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat. WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas sudah merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani (Hidayati & Irawan, 2009). Peningkatan prevalensi gizi lebih dapat mengakibatkan peningkatan penderita penyakit degeneratif. Penderita yang bertambah obese dapat meningkatkan risiko Diabetes mellitus tipe 2, penyakit jantung, stroke, dan kanker-kanker tertentu seperti, kanker usus besar, prostat, kandung kemih dan kanker rahim (Siswanto,2009). Di Indonesia kejadian gizi lebih semakin meningkat terutama di daerah perkotaan. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2010) prevalensi nasional kegemukan di Indonesia pada kelompok usia di atas 15 tahun sudah mencapai 19.1%. Dewasa ini masyarakat belum menyadari sepenuhnya bahaya kegemukan, bahkan ada yang memandangnya sebagai lambang kemakmuran (Mumpuni dan Wulandari, 2010). Laju kejadian kegemukan meningkat bersamaan dengan munculnya faktor risiko kardiovaskular (sindrom metabolik) (James, 2008). Selain itu kegemukan dapat menurunkan ekspektansi hidup karena meningkatkan laju mortalitas (Mann & Stewart, 2007). Kegemukan dapat terjadi karena konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Energi dalam makanan berasal dari karbohidrat, protein dan lemak. Kebutuhan seseorang akan energi tergantung pada basal metabolic rate (BMR) dan aktivias fisik. Basal metabolic rate dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, suhu, lingkungan, penyakit dan komposisi tubuh. Setiap kelebihan energi yang tidak diperlukan untuk metabolisme akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan adiposa (E. Bech, 2011). Kebutuhan energi selain didapatkan dari makanan juga dapat diperoleh dari minuman terutama minuman berkalori. Dalam hal minuman, ketidaktahuan mengenai pemilihan minuman dapat berdampak buruk pada kelebihan energi. Penelitian yang dilakukan oleh Bleich et al. (2009) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa minuman berkalori (mengandung gula) merupakan sumber kalori minuman tertinggi dibandingkan minuman lainnya dan menyumbang asupan energi yang signifikan. Pada populasi yang besar, konsumsi minuman berkalori sudah mencapai 20.1% untuk remaja dari asupan energi di Meksiko (Barqueraet al. 2008). Kalori dalam minuman sudah terdaftar pada nutrition facts, namun kebanyakan orang belum banyak menyadari bahwa minuman berkalori memiliki kontribusi untuk asupan harian (Walker, 2006). Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai “Analisis Asupan Minuman Berkalori terhadap Asupan Energi Serta Dampaknya pada Kegemukan. (Studi di SMA Negeri 1 Tasikmalaya tahun 2013)”.
METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tasikmalaya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tasikmalaya. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Jumlah populasi sebanyak 412 dengan sampel 200 siswa. Pengumpulan data asupan minuman berkalori, asupan energi dan aktivitas fisik dilakukan dengan menggunakan Recall 2x24jam dengan waktu yang tidak berurutan. Pengolahan data dilakukan dengan berbagai tahap meliputi editing, coding, entry, cleaning dan tabulating. Kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan program komputer Microsoft Office Excel dan SPSS 16 for Windows untuk melihat hubungan asupan minuman berkalori dan asupan energi dengan kejadian kegemukan. Hipotesis penelitian (Ha) diterima jika ρ<0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Hasil pengumpulan data mengenai asupan minuman berkalori, asupan energi dan status kegemukan. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Asupan Minuman Berkalori, Asupan Energi, Status Kegmukan dan Aktivitas Fisik di SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun 2013 Variabel Status Kegemukan Gemuk Normal Asupan Minuman Berkalori Tinggi Rendah Asupan Energi Tinggi Rendah Aktivitas Fisik Ringan Sedang Total
Jumlah (n)
Presentase (%)
44 156
22,0 78,0
117 83
58,5 41,5
39 161
19,5 80,5
166 34 52
83,0 17,0 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa responden dengan status gizi normal (78%) lebih banyak dibandingkan yang gemuk. Responden juga sebagian besar
memiliki asupan minuman berkalori tinggi (58,5%), asupan energi rendah (80,5%), dan tingkat aktivitas fisik ringan (83%). Hubungan Asupan Minuman Berkalori dengan Asupan Energi Tabel 2 Hubungan Asupan Minuman Berkalori dengan Asupan Energi di SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun 2013 Asupan Minuman Berkalori
Asupan Energi Tinggi Rendah N % N %
Jumlah N
%
Tinggi
31
26,5
86
73,5
117
100
Rendah
7
8,4
76
91,6
83
100
ρ
0,005
Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh bahwa ada hubungan antara asupan minuman berkalori dengan asupan energi siswa kelas XI SMA 1 Negeri 1 Tasikmalaya dengan ρ=0,005 (p<0,05). Hubungan Asupan Energi dengan Kegemukan Tabel 3 Hubungan Asupan Energi dengan Kegemukan di SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun 2013 Status Kegemukan Gemuk Normal N % N %
N
%
Tinggi
26
66,7
13
33,3
39
100
Rendah
18
11,2
143
88,8
161
100
Asupan Energi
Jumlah
ρ
0,000
Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh bahwa ada hubungan antara asupan energi dengan kegemukan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tasikmalaya dengan ρ=0,000 (p<0,05).
Hubungan Asupan Minuman Berkalori dengan Kegemukan Tabel 4 Hubungan Asupan Minuman Berkalori dengan Kegemukan di SMA Negeri 1 Tasikmalaya Tahun 2013 Asupan Minuman Berkalori
Status Kegemukan Gemuk Normal N % N %
Jumlah N
%
Tinggi
30
25,6
87
74,4
117
100
Rendah
14
16,9
69
83,1
83
100
ρ
0,193
Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara asupan minuman berkalori dengan kegemukan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tasikmalaya dengan ρ=0,193 (p>0,05).
PEMBAHASAN Hubungan Asupan Minuman Berkalori dengan Asupan Energi Berdasarkan hasil penelitian dari 200 responden, yang memiliki asupan energi rendah, sebagian besar memiliki asupan minuman berkalori rendah (91,6%) sedangkan yang memiliki asupan energi tinggi sebagian besar memiliki asupan minuman berkalori (26,5%). Hasil uji statistik menunjukkan ρ=0,005 yang berarti ada hubungan antara asupan minuman berkalori dengan asupan energi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Febriyani dkk. (2011) dan Bleich et al. (2009) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan minuman berkalori dengan asupan energi. Energi merupakan salah satu hasil metabolisme dari karbohidrat, protein dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan tubuh sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang (Hardinsyah & Tambunan 2004). Sumber energi makanan berasal dari karbohidrat, protein dan lemak. Kebutuhan energi selain didapatkan dari makanan juga dapat diperoleh dari minuman terutama minuman berkalori. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bleich et al. (2009) menunjukkan bahwa minuman bergula merupakan sumber kalori minuman tertinggi dibandingkan minuman lainnya dan menyumbang energi yang signifikan. Gula merupakan salah satu kandungan dari minuman berkalori. Gula digunakan untuk mendskripsikan karbohidrat sederhana, yaitu sukrosa. Sukrosa merupakan bentuk komersial dari gula tebu dan gula umbi srta gula yang biasanya digunakan untuk memasak. The FAO/WHO Expert Consultation on diet,
nutrition, and the prevention of chronic diseases mengatakan bahwa penggunaan terminologi “gula bebas” digunakan untuk semua monosakarida dan disakarida yang ditambahkan ke dalam makanan melalui proses produksi, pengolahan pasca produksi, dan konsumsi serta gula yang secara alami terdapat dalam madu, sirup, dan jus buah. (Mann & Stewart 2007). Hubungan Asupan Energi dengan Kegemukan Hasil penelitian dari 200 responden, yang memiliki status gizi gemuk, sebagian besar memiliki asupan energi tinggi (66,7%), sedangkan yang memiliki status gizi normal, sebagian besar memiliki asupan energi rendah (88,8%). Hasil uji statistik menunjukan ρ=0,000 yang berarti ada hubungan antara asupan energi dengan kegemukan. Hal ini seiring dengan penelitian yang dilakukan Yamin (2013) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan kegemukan. Kegemukan adalah keadaan yang menunjukkan adanya kelebihan lemak tubuh yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya. Mekanisme dasar terjadinya kegemukan adalah masukan kalori yang melebihi pemakaian kalori untuk memelihara dan pemulihan kesehatan yang berlangsung cukup lama. Akibat kelebihan kalori tersebut akan disimpan dalam jaringan lemak, yang lama kelamaan akan mengakibatkan kegemukan. Faktor makanan ini merupakan faktor yang terpenting untuk terjadinya kegemukan baik sebagai penyebab tunggal maupun bersama dengan penyakit lain (Waspadji, 2003). Sebagian besar gangguan keseimbangan energi ini disebabkan oleh faktor eksogen atau nutrisional (obesitas primer) sedang faktor endogen (obesitas sekunder) akibat kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik hanya sekitar 10% (Hidayati & Irawan, 2009). Untuk menjaga kesehatan diperlukan adanya keseimbangan antara makanan sumber energi yang dimakan dengan energi yang dikeluarkan terutama untuk bergerak dan beraktivitas. Jika konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan akan terjadi kekurangan energi, maka cadangan energi di dalam tubuh yang berada dalam jaringan otak/lemak akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif. Akibatnya berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Jika hal tersebut terjadi terus-menerus, maka dapat menurunkan daya pikir, prestasi belajar, dan kreativitas bagi anak sekolah. Sedangkan bila konsumsi energi melalui makanan melebihi dari energi yang dikeluarkan maka akan terjadi kelebihan energi. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya terjadi berat badan lebih atau kegemukan (Almatsier, 2009). Hubungan Minuman Bekalori dengan Kegmukan Hasil penelitian dari 200 responden, yang memiliki status gizi gemuk, sebagian besar memiliki asupan minuman berkalori tinggi (25,6%), sedangkan yang memiliki status gizi normal, sebagian besar memiliki asupan minuman berkalori rendah (83,1%). Hasil uji statistik menunjukan ρ=0,193 yang berarti tidak ada hubungan antara asupan minuman berkalori dengan kegemukan. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Perdana (2011) bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara minuman berkalori dengan kegemukan. Hasil penelitian Wymelbeke et al (2004) membuktikan bahwa subyek overweight yang mengkonsumsi sukrosa dalam jumlah besar dalam bentuk cairan akan mengalami peningkatan asupan energi, berat badan, dan massa lemak tubuh dibandingkan mengkonsumsi cairan dalam jumlah sama yang mengandung pemanis buatan. Bahkan, Lopez et al (2010) mendukung pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa konsumsi minuman berkalori yang tinggi berhubungan dengan peningkatan asupan energi. Menurut Bleich et al (2009) terdapat hubungan antara persentase energi dari lemak dengan persentase energi dari karbohidrat dalam makanan karena dua zat gizi ini memiliki kontribusi melebihi 80% terhadap total energi. Kalori dalam cairan kurang diperhitungkan dibandingkan dengan kalori dari makanan padat. Minuman soda dengan kadar gula tinggi memiliki kandungan air yang tinggi dan densitas energi yang rendah. Densitas energi yang rendah tidak memiliki dampak perbandingan pada kepuasan dan asupan makanan ad libitum. Efek fisiologis asupan energi terhadap kekenyangan terlihat berbeda antara makanan padat dan cairan. Energi dari minuman berkalori (yang umumnya memiliki kandungan gula tinggi) kurang dirasakan efek kenyangnya dibandingkan asupan energi dari makanan padat karena berkurangnya penggelembungan lambung dan waktu transit yang lebih cepat. Konsumsi minuman soda dengan kadar gula tinggi dalam jumlah yang melebihi batas normal memberikan asupan energi yang tinggi pula yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kenaikan berat badan (Gibney et al 2008).
PENUTUP Simpulan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Responden dengan asupan minuman berkalori tinggi sebanyak 58,5%, dan asupan minuman berkalori rendah sebanyak 41,5%. Responden dengan asupan energi rendah sebanyak 80,5% dan asupan energi tinggi sebanyak 19,5%. Responden dengan status gizi gemuk sebanyak 22% dan yang berstatus gizi normal sebanyak 78%. Ada hubungan asupan minuman berkalori dengan asupan energi dengan nilai p value 0,005. Ada hubungan asupan energi dengan kegemukan dengan nilai p value 0,000. Tidak ada hubungan asupaan minuman berkalori dengan kegemukan dengan nilai p value 0,193.
Saran 1.
Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi sekolah dalam mnyeimbangkan gizi siswa dan memberikan
2. 3.
motivasi serta pendidikan bagi siswa untuk dapat menjaga asupan energi siswa. Bagi siswa disarankan untuk membatasi asupan energi dari minuman berkalori terutama bagi siswa yang mengalami kegemukan. Bagi peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian yang mendalam mengenai faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kegemukan.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. Perinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009. Bleich, at al. Increasing Consumption of Sugar Sweet and Beverages Among us Adults: 1988-1994 to 1999- 2004. JCLN, Nutr, 2009. E. Beck, Marry. Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta: Andi Offset, 2011. Febriani, Ni Made Putria Sukma, dkk. Minuman Berkalori dan Kontribusinya terhadap Asupan Energi Remaja dan Dewasa. IPB, 2011. Man J and Stewart A.T. Essential of Human Nutrition Third Edition. USA: Oxford Universitipress inc, 2007. Perdana, Analisis Aktivitas Fisik dan Konsumsi Energi Minuman Berkalori pada Laki-laki dan Perempuan Gemuk dan Tidak Gemuk. IPB, 2011. Siswanto, Iwan. 2009 . 30 Persen Kasus Kanker Dipicu Obesitas. http://www.borneotribune.com/kesehatan/30-persen-kasus-kanker-dipicuobesitas.html. Diakses pada 25 Agustus 2013, Pukul 16.51 Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. Penilaian Setatus Gizi. Jakarta: EGC, 2002. Walker WA. Eat, Play, and Be Healthy. Harvard Medical School, United States, 2006. Waspadji, Sarwono. Pengkajian Status Gizi Studi Epidemiologi. FKUI. Jakarta, 2003