JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
ANALISIS ANGKA KUMAN UDARA RUANGAN DI UNIT PELAYANAN TEKNIS DAERAH LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Germ number analysis indoor air technical in the services unit of health laborator province of east kalimantan Khoirul Anam, Agus Joko Praptomo * STIKES Wiyata Husada Samarinda ** Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur ABSTRAK Kualitas udara dalam ruang dipengaruhi antara lain oleh kondisi bangunan elemen interior, fasilitas pendingin ruangan, pencemar kimia dan pencemar biologi. Buruknya kualitas udara dalam ruang akibat keberadaan pencemar biologi yaitu angka kuman yang berasal dari kualitas lingkungan fisik yang tidak baik, sanitasi yang jelek dan jumlah pengunjung serta kepadatan hunian karyawan yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kuman udara ruangan yang tidak memenuhi persyaratan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah ruang pembuatan media yaitu 620 CFU/m3, laboratorium urinalisa 690 CFU/m3, ruang staff tata usaha 880 CFU/m3, ruang instrumentasi 520 CFU/m3 dan ruang sampling 810 CFU/m3. Berdasar karakteristik kuman dengan uji biokimia menunjukkan jenis bakteri tersebut adalah Staphylococcus Gram positif tidak melisiskan darah. Berdasar perhitungan statistik Korelasi Spearman Rank menunjukkan bahwa angka kuman udara ruangan mempunyai korelasi yang sangat signifikan dengan kepadatan hunian karyawan, jumlah kunjungan pasien serta kondisi lingkungan fisik yaitu pencahayaan dan kelembaban, sedangkan suhu tidak signifikan. Kata kunci: angka kuman udara, laboratorium kesehatan. ABSTRACT Indoor air quality influenced by the condition of the building , interior elements, air conditioning facilities, chemical contaminants and biological contaminants Poor indoor air quality due to the presence of biological contaminants that number of bacteria that comes from the quality of the physical environment is not good, poor sanitation and the number of visitors and employees of high population density. The results showed that the number of germs that indoor air does not meet the requirements according to the Decree of the Minister of Health No. 1204 / Menkes / SK / X / 2004 is a media creation space that is 620 CFU/m3,, laboratory of urinalisa 690 CFU / m3 , administrative staff room 880 CFU / m3, space instrumentation 520 CFU / m3 and sampling room 810 CFU / m3. Based on the characteristics of the bacteria by biochemical tests showed that the type of bacteria is positive Gram Staphylococcus unhaemolysis. Based on the calculation of Spearman Rank Correlation statistics showed that the number of bacteria have the room air is a very significant correlation with population density of employees, number of patient visits and physical environmental conditions ie lighting and humidity, while the temperature is not significant . Keywords : air germ numbers , health laboratory .
1
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
PENDAHULUAN Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak mungkin dapat berlangsung tanpa oksigen yang berasal dari udara. Selain oksigen, terdapat mikroorganisme yang terkandung di udara, diantaranya adalah bakteri atau kuman. Kuman dalam udara tersebut jika masih berada dalam batas-batas tertentu masih dapat dinetralisasi, tetapi jika sudah melampaui ambang batas maka proses netralisasi akan terganggu (Esi, 2010). Udara dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu udara luar ruangan (outdoor air) dan udara dalam ruangan (indoor air). Kualitas udara dalam ruangan sangat mempengaruhi kesehatan manusia karena hampir 90% hidup manusia berada dalam ruangan termasuk di rumah tinggal, dan antara 8-10 jam perhari selama lima atau enam hari perminggu dalam ruangan di lingkungan kerja. Bahkan ada beberapa lingkungan kerja yang mempunyai resiko tinggi terhadap kualitas udara yang disebabkan oleh kuman, yaitu rumah sakit dan laboratorium. Kuman yang tersebar di dalam ruangan laboratorium dapat berasal dari lingkungan luar dan kontaminasi dari dalam ruangan. Dari lingkungan luar dapat berupa kuman yang berasal dari organisme yang membusuk, tumbuh-tumbuhan yang mati, bangkai binatang dan kotoran dari manusia masuk ke dalam ruangan melalui hembusan angin atau terbawa manusia yang menempel pada pakaian maupun yang berada dalam tubuh manusia sakit atau pasien melalui droplet. Menurut (Adelberg et al, 2007) Salah satu bagian ruangan laboratorium yang paling banyak dikunjungi pasien adalah ruang tunggu dan ruang sampling, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kedua ruangan ini yang paling beresiko terhadap peningkatan angka kuman udara dan sebagai pintu masuknya pencemaran udara oleh kuman bagi ruangan lainnya. Salah satu laboratorium yang banyak dikunjungi pasien di Samarinda adalah Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan
Timur yang juga merupakan rujukan bagi seluruh laboratorium yang ada di Provinsi Kalimantan Tiimur. Jumlah kunjungan pasien perhari antara 30 – 100 pasien dan kunjungan pelanggan yang membawa sampel air limbah maupun sampel untuk pemeriksaan lingkungan lain rata-rata 20 penunjung perhari. Jumlah kunjungan pasien yang banyak dan tingkat kepadatan hunian ruangan yang sempit tentu saja sebagai sumber utama peningkatan angka kuman udara. Kondisi yang demikian tentu saja dapat berdampak dengan kinerja petugas karena bisa menyebabkan gangguan kesehatan seperti, tuberculosa, alergi dan radang paru. Bahkan tidak menutup kemungkinan gangguan kesehatan tersebut dapat juga terjadi pada pasien lain, karena pasien dengan kondisi sakit akan mengalami penurunan imunitas yang rentan terhadap masuknya penyakit lain. Penularan penyakit yang didapat dari layanan kesehatan ini disebut juga infeksi nosokomial (Irianto, 2007). Angka kuman udara dalam ruangan laboratorium dipengaruhi oleh beberpa faktor, yaitu perlengkapan dalam ruangan (karpet, AC, dan sebagainya), kondisi bangunan, suhu, kelembaban, pertukaran udara, pencahayaan, kepadatan hunian, mobilisasi orang dan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku. Kondisi lingkungan ruang laboratorium menurut Keputusan Menetri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 untuk angka kuman tidak boleh lebih dari 500 cfu/m3 dan bebas kuman patogen, Sedang persyaratan ingkungan fisik yang berupa intensitas cahaya 75 – 100 Lux, suhu 22 – 26oC, kelembaban 35 – 60% dan tingkat kepadatan hunian ruangan > 10m2/orang. Ruang laboratorium menurut Kepmenkes tersebut digolongkan menjadi ruangan bersiko tinggi sebagai sumber penularan penyakit (Lubis, 1989). Penelitian ini mempunyai untuk mengetahui angka kuman udara ruangan di UPTD. Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, untuk mengetahui angka kuman udara ruangan ditinjau dari kondisi lingkungan fisik, yaitu suhu, kelembaban dan pencahayaan, kepadatan hunian ruang, tata letak ruangan dan jumlah kunjungan. 2
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengguna jasa laboratorium sebagai informasi tentang pencemaran yang berasal dari laboratorium sehingga lebih preventif saat mengunjungi institusi layanan kesehatan, khususnya laboratorium kesehatan. Bagi Petugas laboratorium kesehatan sebagai informasi tentang keadaan angka kuman udara ruangan sehingga dapat menerapkan kewaspadaan universal dengan lebih baik lagi. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah survey dengan pendekatan cross sectional. Prosedur Penelitian Pengambilan sampel angka kuman udara. Diambil alat air ideal ( microbiologocal air sampler ), sebelum digunakan tutup penyerapnya harus sudah disterilisasi terlebih dahulu atau diberi alkohol 70 %, kemudian dibiarkan hingga kering (Soemarno, 200). Dimasukkan media blood agar plate secara aseptis pada penampang air ideal dan tutup rapat. Dinyalakan air ideal dengan cara menekan tombol on-start. Air ideal akan mati setelah 5 menit dan menyerap 100 liter udara. Diambil media dari dalam alat air ideal secara aseptis, lalu ditutup. Diberi label, kode dan jumlah volume sampel yang diambil pada cawan petri yang diisi media blood agar. Kemudian dimasukkan kedalam inkubator, diinkubasi sampel selama 24 jam, pada suhu 35-37 oC. Dinyalakan alat colony couter lalu diletakkan blood agar plate pada area penghitungan. Dibagi permukaan menjadi 4 bagian menggunakan spidol. Dihitung jumlah koloni bakteri pada tiap kamar dengan colony counter (Soemarno, 2000). Cara menghitung kepadatan hunian Luas ruangan diukur dengan satuan meter persegi. Jumlah orang yang bekerja di laboratorium dalam kurun waktu satu hari. Jumlah penghuni dibagi luas ruangan, sehingga ditemukan hasil orang per meter persegi. Cara Mengukur suhu Suhu diukur dengan termometer ruangan pada siang hari antara jam 12.00-13.00 wita.
Cara Mengukur pencahayaan Cahaya diukur dengan alat Light meter pada siang hari antara jam 12.00-13.00 wita. Cara Mengukur Kelembaban Kelembaban diukur dengan Hygrometer pada pada siang hari antara jam 12.00-13.00 wita. Analisis Data Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk tabel dan dijelaskan secara deskriptif kualitatif untuk menggambarkan distribusi proporsi dari karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada masing-masing variabel dan sebagai penunjang dilakukan uji spearman rank dengan nilai α= 0,05 untuk mengetahui kemaknaan dan besarnya hubungan lingkungan fisik, kepadatan hunian ruangan dan jumlah pengunjung dengan angka kuman udara. HASIL PENELITIAN Table 1. Hasil Pengamatan angka kuman udara ANGKA KUMAN RUANGAN UDARA (CFU/M3) R. Pembuat Media 620 Lab Mikrobiologi 270 Lab Urinalisa 690 Ruang Staf TU 880 Ruang Staf kimia 300 Lab. Kimia Klinik 360 Lab Imunologi 380 Ruang Instrumentasi 520 Lab Lingkungan 470 R. Staf Mikrobiologi 320 Ruang Tunggu 320 Ruang Sampling 810 Nilai dipersyaratkan
<500
Dari tabel di samping yang tidak memenuhi persyaratan angka kuman udara ruangan adalah Ruang sampling, ruang laboratorium urinalisa, ruang instrumentasi, ruang pembuatan media dan Ruang Staff Tata Usaha.
3
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
Tabel 2. Hasil pengamatan angka kuman udara dan lingkungan fisik KELEM CAHAYA RUANGAN SUHU BABAN (LUX) (%) R. Pembuat Media Lab Mikrobiologi Lab Urinalisa Ruang Staf TU Ruang Staf kimia Lab. Kimia Klinik Lab Imunologi Ruang Instrumentasi Lab Lingkungan R. Staf Mikrobiologi Ruang Tunggu Ruang Sampling Nilai dipersyaratkan
29 26 28 27 28 22 22 23 26 24 25 25 22 – 26
80 56 75 80 56 44 57 64 80 54 58 78 35 – 60
Dari data di atas dapat dilihat untuk ruang pembuatan media didapatkan hasil pemeriksaan angka kuman udara diatas
ANGKA KUMAN UDARA (CFU/M3)
47 76 30 100 183 140 78 60 88 120 100 30 75 – 100
620 270 690 880 300 360 380 520 470 320 320 810 <500
ambang batas yang dipersyaratkan, yaitu dengan hasil 620 CFU/m3 .
Tabel 3. Hasil perhitungan korelasi spearman rank lingkungan fisik dengan angka kuman udara Kelemba Pencaha kepadatan Angka Suhu ban yaan hunian kuman Spearm an's rho Suhu
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
1.000
.354
.250
.478
.478
.
.260
.433
.116
.116
12
12
12
12
12
*
.507
.845**
.354
1.000
.707
kelembaban Sig. (2-tailed)
.260
.
.010
.092
.001
N
12
12
12
12
12
.250
.707*
1.000
.478
.837**
.433
.010
.
.116
.001
12
12
12
12
12
Correlation Coefficient
.478
.507
.478
1.000
.657*
Sig. (2-tailed)
.116
.092
.116
.
.020
12
12
12
12
Correlation Coefficient Pencahayaa Sig. (2-tailed) n N Padatan
N Angka kuman
Correlation Coefficient
.478
Sig. (2-tailed)
.116
N 12 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.845
**
.837
**
.657
12 *
1.000
.001
.001
.020
.
12
12
12
12
4
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
Suhu Spearm an's rho Suhu
Correlation Coefficient
1.000
.354
.250
.478
.478
.
.260
.433
.116
.116
12
12
12
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
Kelemba Pencaha kepadatan Angka ban yaan hunian kuman
12
12
*
.507
.845**
.354
1.000
.707
kelembaban Sig. (2-tailed)
.260
.
.010
.092
.001
N
12
12
12
12
12
1.000
.478
.837**
Correlation Coefficient
.250
.707
.433
.010
.
.116
.001
12
12
12
12
12
Correlation Coefficient
.478
.507
.478
1.000
.657*
Sig. (2-tailed)
.116
.092
.116
.
.020
12
12
12
12
12
Correlation Coefficient
.478
.845**
.837**
.657*
1.000
Sig. (2-tailed)
.116
.001
.001
.020
.
Pencahayaa Sig. (2-tailed) n N Padatan
N Angka kuman
*
N 12 12 12 12 12 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Suhu dengan angka kuman udara menunjukkan nilai rho hitung 0,478 < rho tabel 0,591 (N 12) dan signifikansi 0,116 > 0,05 (α), hal ini menunjukkan bahwa data penelitian ternyata suhu tidak ada hubungan dengan angka kuman udara dimana pedekatan kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Tabel 4. Hasil pengamatan kepadatan hunian dan angka kuman udara
RUANGAN R. Pembuat Media Lab Mikrobiologi Lab Urinalisa Ruang Staf TU Ruang Staf kimia Lab. Kimia Klinik Lab Imunologi R. Instrumentasi Lab Lingkungan R. Staf mikrobiologi Ruang Tunggu Ruang Sampling Persyaratan
LUAS RUANGAN (M2)
JUMLAH KARYAWAN (orang)
KEPADATAN HUNIAN (M2/orang)
35 35 12.5 26 20 35 27.5 40 40 35 55 9
7 6 2 9 2 3 1 6 4 2 5 4
5 6 6 3 10 12 27 7 10 18 11 2 >10
JAngka Kuman Udara (CFU/M3) 620 270 690 880 300 360 380 520 470 320 320 810 <500
5
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
Data di atas menggambarkan bahwa ruang sampling, ruang tata usaha, ruang pembuatan media dan ruang laboratorium urinalisa yang memiliki jumlah bakteri tinggi. Tabel 5. Hasil pengamatan jumlah pengunjung dan angka kuman udara ANGKA KUMAN JUMLAH NO RUANGAN UDARA PENGUNJUNG (CFU/M3) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ruang Sampling hari 1 Ruang Sampling hari 2 Ruang Sampling hari 3 Ruang Sampling hari 4 Ruang Sampling hari 5 Ruang Sampling hari 6 Ruang Sampling hari 7 Ruang Sampling hari 8 Ruang Sampling hari 9 Ruang Sampling hari 10
32 28 18 30 20 24 44 51 33 17
810 720 690 740 690 610 870 980 670 580
Data di atas menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah pengunjung yang masuk dalam ruangan pengambilan sampel akan mempengaruhi peningkatan bakteri uadara. Tabel 6. Jumlah pengunjung dan angka kuman udara di ruang sampling Pengunjung Angka kuman Spearman's rho
Pengunjung
Correlation Coefficient
1.000
.698*
.
.025
10
10
*
1.000
.025
.
10
10
Sig. (2-tailed) N Angka kuman Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.698
Hasil statistik menunjukkan nilai rho hitung 0,698 > rho tabel 0,648 dengan signifikansi 0,025<0,05 (α). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kunjungan pasien di ruang sampling berhubungan dan signifikan dengan peningkatan angka kuman udara ruang laboratorium. PEMBAHASAN Hasil komparasi pengamatan kualitas fisik yang dilakukan aobservasi yaitu suhu, kelembaban dan pencahayaan dengan angka kuman udara pada ruang di UPTD Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur dimana rata-rata suhu adalah 25oC, rata-rata kelembaban ruangan 64,6% serta rata-rata pencahayaan adalah 92.9 lux. Ruang pembuatan media didapatkan hasil pemeriksaan angka kuman udara diatas ambang batas yang dipersyaratkan, yaitu
dengan hasil 620 CFU/m3. Kondisi tersebut sesuai dengan literatur bahwa angka kuman dipengaruhi oleh suhu yang meningkat mendekati suhu optimum pertumbuhan kuman yaitu 290C, kemudian didukung oleh kelembaban yang tinggi, yaitu 80% dan minimnya cahaya yang masuk, yaitu 47 lux. Kondisi lingkungan fisik diruang pembuatan media yang sangat mendukung pertumbuhan kuman udara dan tingginya angka kuman udara, akan mempengaruhi juga pada kualitas pembuatan media. Tentu saja hal ini akan 6
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
mempengaruhi kualitas analisis mikrobiologi pada specimen dari pasien, dan bisa mengakibatkan salah diagnosa. Tingginya suhu ruangan di ruang pembuatan media adalah disebabkan oleh pengatur udara (AC) yang tidak berfungsi dengan baik dikarenakan tidak sesuainya kekuatan AC dengan luas ruangan dan ventilasi udara tidak ada serta pencahayaan dari jendela atau lampu kurang. Sedangkan kelembaban yang tinggi disebabkan oleh meningkatnya suhu serta diruang tersebut terdapat tempat cuci atau kran air yang selalu basah karena untuk proses pembuatan media. Pada ruangan media ini untuk hasil isolasi bakteri didapatkan bakteri Genus Staphylococcus gram positif dan tidak menghemolysa darah. Ruang laboratorium urinalisa didapatkan hasil jumlah bakteri udara yang tinggi, yaitu 690 CFU/m3 salah satu faktor penyebabnya adalah tidak adanya alat pendingin udara, ventilasi udara juga tidak ada selain pintu untuk keluar masuk, sumber cahaya juga sangat kurang dikarenakan jendela yang ada tertutup dinding tembok gedung sebelahnya sehingga tidak ada cahaya matahari yang masuk ruangan. Kondisi tersebut secara langsung akan meningkatkan suhu ruangan, kelembaban dan peningkatan angka kuman udara, apalagi diperparah dengan jenis sampel yang diperiksa adalah urin atau kencing sehingga suasana menjadi semakin lembab dan banyak kuman yang berkembang biak. Kondisi yang ekstrim juga terjadi pada ruangan administrasi atau tata usaha yang terjadi pencemaran udara oleh bakteri hingga 810 CFU/m3. Kondisi ini karena ruangan tata usaha tersebut terlupakan dari program pengendalian penyakit karena dianggap tidak atau bukan ruangan laboratorium yang infeksius, padahal sebenarnya mobilitas karyawan di ruang tersebut juga sangat tinggi, terutama mobilitas karyawan dari ruang laboratorium. Hal tersebut kemungkinan yang memicu atau membawa sumber penyakit, ditambah lagi proses pembersihan ruangan tidak aseptis. Hal pendukung lain juga dapat diakibatkan jumlah karyawan yang tidak sebanding dengan luas ruangan walaupun lingkungan fisik cukup baik. Keadaan kepadatan hunian ruangan yang tidak ideal inilah yang akan memicu pertukaran kuman
dari droplet penghuni atau karyawan ke udara yang akhirnya juga bisa terhirup karyawan lain. Berdasarkan data penelitian keseluruhan ruangan yang diperoleh, lingkungan fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi angka kuman udara dalam ruangan. Untuk menunjang pembuktian, data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan statistik spearman rank yang bertujuan mengetahui korelasi lingkungan fisik dengan angka kuman pada semua sampel ruangan UPTD. Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur. Hasil statistik menunjukkan bahwa: suhu dengan angka kuman udara menunjukkan nilai rho 0,478 taraf signifikansi 0,116, hal ini menunjukkan bahwa data penelitian ternyata suhu tidak ada hubungan dengan angka kuman udara dimana pedekatan kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kondisi ini dpat terjadi karena suhu ruangan akan mempengaruhi angka kuman udara ruangan apabila didukung kondisi lain seperti jumlah kepadatan hunian ruang dan kondisi lingkungan sekitar. Hasil analisis statistik hubungan kelembaban dan pencahayaan didapatkan bahwa kedua lingkungan fisik ini mempengaruhi kondisi angka kuman udara. Kelembaban mempunyai nilai rho 0,845 dengan taraf signifikansi 0,001 dan pencahayaan mempunyai nilai rho 0,837 dengan taraf signifikansi 0,001. Kualitas fisik dari tiap ruang laboratorium dengan suhu di ruangan berkisar antara 220C – 290C dengan kelembaban berkisar 44% - 80% dan cahaya 30 lux – 183 lux. Peningkatan kelembaban dan rendahnya pencahayaan menjadi salah satu faktor penyebab peningkatan angka kuman udara di ruangan laboratorium, ruang sampling, ruang tata usaha dan ruang tunggu. Kuman dengan suhu berkisar antara 200C – 370C kelembaban yang cukup yaitu sekitar 70-80% dan kurangnya pencahayaan sangat baik untuk pertumbuhan kuman. Pencahayaan yang paling baik adalah dari matahari yang berupa sinar ultra violet. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri di dalam ruangan, misalnya kuman TBC. Oleh karena itu, ruangan yang cukup sehat harus mempunyai jalan masuk yang cukup (jendela) ukuran jendela yang memenuhi syarat 7
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
kesehatan sesuai dengan standarisasi ruang adalah 15-20% dari luas lantai ruangan (Depkes RI, 2004). Perlu di perhatikan agar cahaya matahari dapat langsung masuk kedalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini selain sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya Ruang sampling, ruang tata usaha, ruang pembuatan media dan ruang laboratorium urinalisa yang memiliki angka kuman tinggi disebabkan oleh kepadatan hunian ruang yang rendah, atau terlalu padat. Walaupun dari data nampak bahwa ruangan lain juga mempunyai kepadatan hunian yang rendah tapi karena kondisi lingkungan fisik yang cukup baik atau sesuai persyaratan sehingga hasil angka kuman udara tidak menunjukkan hasil yang jelek atau masih diambang batas normal dari persyaratan. Sedangkan untuk di ruang pengambilan sampel darah, kondisi tersebut diperparah dengan faktor resiko lain yaitu kondisi jumlah kunjungan pasien tiap harinya. Hal tersebut tentu sangat berkorelasi meningkatkan angka kuman udara di ruang pengambilan sampel. Kepadatan hunian ruang laboratorium mempunyai korelasi degan angka kuman udara yang signifikan seperti dalam hasil anaislis statistik korelasi yaitu mempunyai nilai rho 0,657dengan taraf signifikansi 0,02. Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa kepadatan hunian ruang laboraorium yang disampling, sebesar 50% adalah tidak layak, yaitu dibawah 10 meter persegi untuk tiap individu petugas laboratorium. Kondisi terparah adalah ruang pengambilam sampel, dimana jumlah petugas laboratorium di dalam ruangan saat dilakukan pengambilan sampling angka kuman udara sebanyak lima orang petugas, dengan luas ruangan yang hanya 9 meter persegi. Kondisi yang denikian ditambah lagi kunjungan pasien silih berganti yang cukup banyak maka akan mengakibatkan angka kuman udara ruangan menjadi tinggi yaitu 810 CFU per meter kubik udara. Dampak dari hal yang demikian akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit nosokomial pada petugas laboratorium maupun pasien lain melalui droplet. Apalagi didukung lingkungan fisik yang berupa pencahayaan sedikit, sehingga kuman tidak akan terbunuh oleh sinar ultraviolet, maupun
dukungan kelembaban tinggi yang sangat optimum untuk pertumbuhan kuman. Ruang sampling memiliki angka kuman udara yang mellewati ambang batas normal. Pada saat penelitian di hari pertama didapatkan angka kuman 810 CFU/M3. Tingginya angka kuman udara ini ada kemungkinan disebabkan oleh kondisi ruangan yang dekat dengan toilet pasien dengan aktifitas keluar masuk toilet yang sangat tinggi, karena hampir setiap pasien diambil sampel kencingnya dan kebanyakan menggunakan toilet tersebut. Posisi toilet yang berjarak hanya sekitar 3 meter dari ruang sampling dan dalam satu ruangan sehingga memungkinkan mikroorganisme terbawa pasien. Kondisi ini tentunya juga diperparah dengan ruangan sampling yang sangat sempit dan tidak terkena sinar matarari sehingga hanya mengandalkan sinar lampu. Kondisi pencahayaan yang kurang maksimal atau di bawah yang dipersyaratkan yaitu 75 lux akan berdampak kuman yang ada dalam ruangan tidak terbunuh oleh sinar ultraviolet dari sinar matahari, dan akan semakin banyak dengan kelembaban yang tinggi. Kondisi ruangan laboratorium urinalisa yang sempit, lembab dan panas karena tidak ada pendingin udara atau AC, serta banyaknya sampel urin yang terbuka dikarenakan wadah urin tidak bertutup juga sangat memungkinkan sebagai penyebab tingginya angka kuman udara. Hasil pemeriksaan angka kuman udara di ruang tersebut adalah 690 CFU/M3. Sedangkan untuk kondisi bangunan ruang lainnya adalah sesuai standard yang dipersyaratkan. Namun ada satu ruangan yaitu ruang tata usaha atau adminstrasi yang mengandung angka kuman udara tinggi yaitu 880 CFU/M3 padahal dengan suasana pencahayaan yang tinggi, dan mendapatkan sinar matahari langsung di pagi hari. Hal ini bisa terjadi karena aktifitas petugas analis laboratorium serta karyawan lain yang keluar masuk dari ruang laboratorium ke ruang tata usaha. Menurut pengamatan, pembersihan lantai kurang maksimal menggunakan desinfektan sesua standard kewaspadaan universal laboratorium, sehingga akan menimbulkan pertumbuhan kuman di lantai dan berhembus bersama aktivitas karyawan dan AC.
8
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
Angka kuman udara dengan jumlah pengunjung di ruang sampling yang diamati selama 10 hari berurut-turut menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah pengunjung yang masuk dalam ruangan pengambilan sampel akan mempengaruhi peningkatan angka kuman uadara. Contohnya pada hari ke delapan dengan jumlah kunjungan sebesar 51 orang bila dilihat hasil pemeriksaan angka kuman udara menunjukkan angka 980 CFU/m3, sedangkan pada jumlah kunjungan antara 18 orang sampai dengan 20 orang didapatkan hasil angka kuman udara antara 610 sampai dengan 690 CFU/m3. Untuk menunjang pembuktian hubungan jumlah pengunjung dan angka kuman udara pada ruang pengambilan sampel dihitung dengan statistik korelasi non parametrik dimana perhitungan statistik korelasi dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil statistik menunjukkan nilai rho 0,698 dengan taraf signifikansi 0,025. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah kunjungan pasien dengan angka kuman udara di ruang pengambilan sampel. usaha 880 CFU/m3, ruang instrumentasi 520 CFU/m3 dan ruang sampling 810 CFU/m3. 2. Angka kuman udara ruang laboratorium dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik yaitu pencahayaan dan kelembaban, sedangkan suhu kurang berpengaruh. Hal ini dapat dilihat dengan perhitungan statistik korelasi spearman rank yaitu suhu dengan rho 0,478 dan taraf signifikansi 0,116, Kelembaban mempunyai nilai rho 0,845 dengan taraf signifikansi 0,001 dan pencahayaan mempunyai nilai rho 0,837 dengan taraf signifikansi 0,001. 3. Angka kuman udara ruangan dipengaruhi oleh kepdatan hunian ruang, dengan hasil kepadatan hunian ruang 6 ruangan yang tidak memenuhi syarat yaitu dibawah 10 m2 per orang yaitu ruang pembuatan media, laboratorium mikrobiologi, lab urinalisa, ruang staff tata usaha, ruang instrumentasi, dan ruang sampling. Dan hasil perhitungan statistik korelasi menunjukkan hubungan dengan nilai rho 0,657 dengan taraf signifikansi 0,02. 4. Angka kuman udara ruangan dipengaruhi oleh tata letak ruangan yang berdekatan dengan toilet, yaitu ruang sampling
Hasil dari uji laboratorium lebih lanjut didapatkan bahwa kuman udara ruangan di seluruh ruang UPTD. Laboratorium Kesehatan Provinsi Kaliamantan Timur adalah bentuk coccus, gram positif, tidak menghemolisa darah. Secara teoritis bakteri tersebut kurang pathogen dibandingkan jenis bakteri coccus yang menghemolisa darah, namun karena jumlah kuman yang besar maka akhirnya dapat pula meninmbulkan sifat pathogen. Karakteristik bakteri menunjukkan genus Staphylococcus. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat kesimpulan tentang hasil analisis angka kuman udara ruangan di UPTD. Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, bahwa: 1. Angka kuman udara ruangan yang tidak memenuhi persyaratan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 yaitu maksimal 500 CFU/m3 udara adalah ruang pembuatan media yaitu 620 CFU/m3,, laboratorium urinalisa 690 CFU/m3, ruang dengan angka kuman 810 CFU/m3 dan ruang laboratorium urinalisa dengan angka kuman 690 CFU/m3. 5. Angka kuman udara ruang sampling dipengaruhi oleh banyaknya jumlah kunjungan pasien, dimana jumlah kunjungan semakin banyak semakin tinggi maka angka kuman udara juga semakin tinggi, Hal ini juga didukung dalam perhitungan statistik korelasi dengan nilai rho 0,698 dan signifikansi 0,025. DAFTAR PUSTAKA Adelberg. EA. Jawetz E. Melnick. I,L.2007. Medical Microbiology. Appleton and Lange; California. Esi
Lisyastuti, 2010, Jumlah Koloni Mikroorganisme udara dalam Ruang dan Hubungannya dengan Kejadian Sick Building Syndrome (SBS) pada Pekerja Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS BPPT di Kawasan Puspiptek Serpong Tahun 2010, Universitas Indonesia.
9
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
Irianto, Agus.2007. Mikrobiologi lingkungan. Penerbit BINARUPA AKSARA : Jakarta Lubis, P. 1989. Perumahan Sehat, Jakarta : Depkes RI,Jakarta. Sanropie Djasio, 1991. Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta: Dirjen PPM dan PLP Soemarno, 2000. Identifikasi Bakteri Klinik. AAK Depkes; Yogyakarta.
10
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
11