ANALISA TINGKAT PROFITABILITAS DAN STRATEGI PENYALURAN PEMBIAYAAN MIKRO PADA PT. BANK BRISYARIAH
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
SUCI HANIFA NIM 1111046100021
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H
ABSTRAK SUCI HANIFA, NIM 1111046100021, Analisa Tingkat Profitabilitas dan Strategi Penyaluran Pembiayaan Mikro pada PT.Bank BRISyariah, Strata Satu (S1), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015. Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank BRISyariah dengan tujuan untuk mengetahui tingkat Profitabilitas Pembiayaan Mikro dan Strategi yang dilakukan oleh PT. Bank BRISyariah untuk menyalurkan dana Pembiayaan Mikro pada Nasabah serta mempertahankan Jumlah Pembiayaan Mikro yang disalurkan. Metode Penelitian yang digunakan untuk menghitung Profitabilitas Pembiayaan Mikro adalah dengan menggunakan Economic Value Added (EVA). Economic Value Added (EVA) tidak hanya digunakan untuk menghitung kinerja perusahaan tapi dapat juga digunakan untuk menghitung kinerja berbagai segmen termasuk produk. Untuk Penelitian Strategi Penyaluran Pembiayaan Mikro metode penelitian yang digunakan menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil Wawancara langsung dengan pihak PT. Bank BRISyariah. Hasil Penelitian Profitabilitas Pembiayaan Mikro menggunakan EVA menunjukkan bahwa Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah pada tahun 2014 memiliki nilai EVA yang Positif dan ini menunjukkan bahwa Pembiayaan Mikro memiliki nilai tambah yang baik. Sedangkan untuk Strategi Penyaluran Pembiayaan BRI Syariah memberikan 30% dari aset yang dimiliki untuk Pembiayaan Mikro. Bank juga hanya memilih usaha yang memiliki omzet harian agar tetap stabil dan mematuhi setiap SOP (Standard Operating Procedure) yang telah ditentukan oleh Perusahaan. Kata Kunci : Profitabilitas, Economic Value Added (EVA), Strategi Penyaluran, Pembiayaan Mikro
iv
ABSTRACT SUCI HANIFA, NIM 1111046100021, Analysis of Profitability Level and Distribution Startegy of Micro Finance on PT. Bank BRISyariah, Bachelor‟s Degree (BA), Department of Sharia Banking, Study Program of Muamalat, Faculty of Sharia and Law, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta 2015. This research was done in PT. Bank BRISyariah in order to find out the level of Microfinance Profitability and the strategy applied by PT. Bank BRISyariah in transferring Micro Financing to costumers and maintain the ammount if Micro Financing Transferred as well. The Method Applied to calculate Profitability of Micro Financing was by applying Economic Value Added (EVA), EVA is not only used to calculate the company‟s Performance but also used to calculate the performance in several segments including its product. The method used in the research of Distribution Strategy of Micro Finance was by applying primer data derived from direct interview with PT. Bank BRISyariah staffs. The Research result of Profitability of Micro Financing using EVA shows that the Micro Financing of PT. Bank BRISyariah in 2014 achieved Positive Value. While the Strategy of Financing Distribution in PT. Bank BRISyariah spent 30% of their assets on Micro Financing. The Bank also picked business which only possesing daily turnover to keep it stable and business that obeyed the SOP (Standard Operating Procedure) which has been determined by the Company. Keywords: Profitability, Economic Value Added (EVA), Distribution Strategy, Micro Financing
v
KATA PENGANTAR بسم ميحرلا نمحرلا هللا Puji Syukur senantiasa penulis curahkan kepada tuhan semesta alam, Allah SWT. Berkat kehendak dan kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi terakhir yang juga menjadi Suri Tauladan bagi ummatnya, Nabi Muhammad SAW. Dalam penulisan Skripsi ini penulis banyak mendapatkan hambatan dan cobaan yang harus penulis hadapi dengan ikhtiar dan tawakal. Alhamdulillah atas berkat do‟a orang tua, keluarga, sahabat dan teman-teman yang selalu memberi motivasi dan inspirasi. Karena itupula dari lubuk hati yang dalam penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tulus kepada segenap pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Diantaranya adalah: 1. Bapak Dr.Asep Saepuddin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua Program Studi Muamalat, A.M. Hasan Ali, M.A dan Sekretaris Program Studi, Bapak Abdurrauf, Lc., M.A. 3. Bapak Ah. Azharudin Lathif, M.Ag., M.H sebagai Dosen pembimbing Akademik yang senantiasa memberikannasihat dan motivasi Penulis selama Perkuliahan.
vi
4. Dosen Pembimbing Bapak M. Nur Rianto Al Arif, SE., M.Si yang senantiasa memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi untuk menyelesaikan Skripsi ini, serta terimakasih atas ilmu dan pembelajaran hidup selama ini. 5. Dosen Penguji Bapak Dr. H. Sumuran Harahap, M.Ag, MM, MH., M.Si dan Ibu Yuke Rahmawati, M.A yang telah 6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa memberikan dan mengajarkan ilmunya selama masa perkuliahan. 7. Segenap Staff Akademik dan Staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Program Studi Muamalat (Hukum Ekonomi Islam). 8. Bapak Puji, Bapak Moko dan Bapak Irwan dari Micro Business Group (MBG) BRI Syariah atas segala bantuannya. 9. Kedua Orang tua tercinta Jaja Wiharja dan Euis Lisnawati yang senantiasa Mendo‟akan,
memberikan
nasihat
dan
semangat
sehingga
dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. 10. Kakak-kakak ku tersayang Hilma Nurlatifah Fajriah, Pupun Tursina, dan Siti Alfi Ubaidillah serta adikku tercinta Ibnu Hibban Abdul Jabbar yang selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan Skripsi. Keponakkanku Muhammad Badar Solahuddin dan Aida Fakhira Syakilla yang selalu menghibur Penulis. 11. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah A 2011 yang selalu menemani hingga menyelesaikan Skripsi, terimakasih karena telah menjadi keluarga
vii
kedua di masa perkuliahan ini. Serta sahabat-sahabatku Elis Sri Ramdani, Hayatin Nupus, dan Fitriyani Latifah yang selalu mendukung penulis. 12. Sahabat “Jalan-Jajan” Bunga, Rina, Hasby, Wiza, Eko yang selalu menemani dalam suka dan duka. Serta teman-teman Seminar Internasional Bunda Indah, Kak Indra, Kak Dayat dan Kak Mara 13. Dan temen-teman ideologis C.O.I.N.S (Center for Islamic Economics Studies) yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi selama perkuliahan. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terimaksih kepada temen-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas semua bantuan dan masukan kepada penulis. Semoga Allah SWT Mencatat dan membalas kebaikan yang dilakukan denganbalsann yang terbaik dan senantiasa mengalir kemanfaatannya. Amiin ya rabbal „alamiin. Ciputat,
Oktober 2014
Suci Hanifa
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN ....................................................... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK .............................................................................................................................. iv KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iv DAFTAR ISI........................................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .................................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. xi BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1 A.
Latar Belakang Masalah................................................................................................ 1
B.
Identifikasi Masalah ...................................................................................................... 8
C.
Perumusan dan Pembatasan Masalah.......................................................................... 10
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................... 11
E.
Sistematika Penulisan ................................................................................................. 12
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................... 14 A.
Pembiayaan Mikro ...................................................................................................... 14 1.
Pengertian Pembiayaan Mikro ................................................................................ 14
2.
Proses Pembiayaan Mikro....................................................................................... 18
B.
Pengukuran Laba dan Profitabilitas ............................................................................ 22 1.
Laba dan Profitabilitas ............................................................................................ 22
2.
Pengukuran Laba dan Profitabilitas ........................................................................ 23
3.
Pengertian Economic Value Added (EVA) ............................................................ 24
4.
Perhitungan Economic Value Added (EVA) .......................................................... 27
C.Review Studi Terdahulu .................................................................................................. 38 D.Kerangka Konseptual ...................................................................................................... 42 BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................................... 43 A.
Ruang Lingkup Penelitian........................................................................................... 43
B.
Jenis dan Sumber Data ................................................................................................ 45
ix
C.
Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................... 46
D.
Teknik Analisa Data ................................................................................................... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 50 A.
Perhitungan EVA ........................................................................................................ 50 1.
NOPAT (Net Operating Profit after Tax) ............................................................... 50
2.
Capital ..................................................................................................................... 51
3.
WACC (Weighted average cost of capital .............................................................. 53
B. Proses Penyaluran Pembiayaan Mikro ........................................................................ 59 C.
Analisa Prosedur Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah ...................................... 78
D.
Strategi Penyaluran Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah .................................. 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 92 A.
Kesimpulan ................................................................................................................. 92
B.
Saran ........................................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 95 LAMPIRAN........................................................................................................................... 99
x
Tabel 1.1
DAFTAR TABEL Tabel Jumlah UMKM Indonesia beserta perkembangannya dari tahun 2009-2012.............................................................................
Tabel 1.2
Tabel Pembiayaan Mikro pada BUS dan UUS pada tahun 20092015 dalam Miliar Rupiah.............................................................
Tabel 1.3
2
4
Tabel nilai NPF Pembiayaan 12 Bank Umum Syariah di Indonesia........................................................................................
4
Tabel 1.4
Tabel kesulitan yang dihadapi Usaha Mikro..................................
6
Tabel 4.1
Tabel Nilai NOPAT Pembiayaan Mikro Bank BRI Syariah..........
52
Tabel 4.2
Nilai Invested Capital Pembiayaan Mikro BRI Syariah.................
54
Tabel 4.3
Tabel perhitungan Tingkat Hutang, Tingkat Modal dan Tax pada Bank BRI Syariah...........................................................................
58
Gambar 2.1
DAFTAR GAMBAR Proses Pemberian Pembiayaan...................................................
20
Gambar 4.1
Bagan Alur Proses Pemberian Pembiayaan Mikro....................
73
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk industri UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah).Dikarenakan jumlah penduduk yang sangat banyak dan juga jumlah penduduk yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Dari tahun ke tahun jumlah UMKM terus meningkat pada tahun 2009 jumlah UMKM di Indonesia sebesar 52.764.403 unit sedangkan pada tahun 2012 sebesar 56.534.592 unit. Namuntingkat pertumbuhan jumlah UMKM di Indonesia memang tidak meningkat setiap tahunmeskipun begitu pertumbuhan jumlah UMKM di Indonesia berdampak bagus terhadap kemakmuran penduduk Indonesia karena Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh industri UMKM meningkat. Industri UMKM juga berpengaruh terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.Bahkan dengan meningkatnya jumlah UMKM di Indonesia nilai sumbangan untuk PDB UMKM Indonesia meningkat setiap tahun. Dapat dilihat pada tabel 1.1Jumlah sumbangan PDB UMKM pada tahun 2009 sebesar 1.212 triliun rupiah sedangkan pada tahun 2012 sumbangan PDB untuk UMKM sebesar 1.505 Triliun rupiah.
1
2
Tabel 1.1 Tabel Jumlah UMKM Indonesia beserta perkembangannya dari tahun 20092012 No Indikator Satuan Jumlah UMKM Unit 1 Pertumbuhan Jumlah 2 Persen UMKM Jumlah Tenaga Kerja 3 Orang UMKM Pertumbuhan Jumlah 4 Tenaga Kerja Persen UMKM Sumbangan PDB 5 UMKM (harga Rp.Miliar konstan) Pertumbuhan 6 sumbangan PDB Persen UMKM Nilai Ekspor UMKM Rp.Miliar 7 Pertumbuhan Nilai 8 Persen Ekspor UMKM
2009 52.764.603
2010 53.823.732
2011 55.206.444
2012 56.534.592
2,64
2,01
2,57
2,41
96.211.332
99.401.775
2,33
3,32
2,33
5,83
1.212.599,3
1.282.571,8
1.369.326
1.504.928,2
4,02
5,77
162.254,52
175.894,89
-8,85
8,41
101.722.458 10. 657.509
6,76 187.441,82
9,90 208.067,00
6,56
Sumber: www.bi.go.id. diolah Untuk mendukung industri UMKM tersebut, saat ini banyak Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang memberikan dana untuk membantu pertumbuhan UMKM tersebut. Selain Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Industri Perbankan juga membantu memberikan dana untuk peningkatan Industri UMKM dengan adanya Pembiayaan Mikro.
11,00
3
Pembiayaan Mikro pada Industri Perbankan dilaksanakan oleh Bank Konvensional dan Bank Syariah. Untuk Bank Syariah sendiri pembiayaan Mikro merupakan satu hal yang penting mengingat tujuan dari Perbankan Syariah sendiri adalah terwujudnya fungsi perbankan syariah yang kaffah dan dapat melayani seluruh segmen masyarakat. Untuk pembiayaan mikro Bank Syariah secara umum juga mengalami peningkatan pada tahun 2009 jumlah dana yang dikeluarkan sebesar Rp. 35.799 Miliar
sedangkan pada tahun 2012 dana
pembiayaan mikro oleh bank umum syariah sebesar Rp. 90.860 Miliar. Peningkatan pada jumlah Pembiayaan Mikro yang disalurkan oleh Bank Syariah dibuktikan dengan meningkatnya jumlah pembiayaan mikro yang disalurkan oleh beberapa Bank Syariah. Bank BRI Syariah pada tahun 2013, total pembiayaan mikro yang disalurkan meningkat drastis sebesar 51.1% dari Rp1,625 triliun menjadi Rp 2,455 triliun, setelah sebelumnya juga mengalami peningkatan berturut-turut selama 4 tahun. Dari sisi tingkat kesehatan aset, tingkat NPF segmen mikro berhasil dijaga di kisaran angka 2,1%, dengan Repayment Rate (tingkat kelancaran pembayaran angsuran) masih diangka 96,4%.1 Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah memiliki pertumbuhan yang bagus setiap tahunnya, dimana pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 2%. Hal ini mempengaruhi Jumlah Pembiayaan Mikro yang diberikan oleh Perbankan.
1
Laporan Tahunan BRI Syariah Tahun 2013, hal 40
4
Tabel 1.2 Tabel Pembiayaan Mikro pada BUS dan UUS pada tahun 2009-2015 dalam Miliar Rupiah 2009 Total Pembiayaan 35.799 UMKM Pembiayaan Tidak 1.611 Lancar Persentase (%) 4,5
2010
2011
2012
2013
2014
2015*
52.570
71.810
90.860
110.086
59.806
57.780
1.824
2.140
2.060
2.879
3.875
4.434
3,47
2,98
2,27
2,62
6,48
7,67
*Februari 2015 Sumber: Statistik Perbankan Syariah Februari 2015, diolah Pada tahun 2014 dan 2015 total pembiayaan menurun dikarenakan beberapa bank memiliki tingkat pembiayaan tidak lancar yang cukup tinggi sehingga dihentikan proses pencairan pembiayaan mikro yang disalurkan. Dari beberapa bank tersebut yang memiliki nilai tingkat persentase pembiayaan yang stabil adalah Bank BRI Syariah. Tabel 1.3 memperlihatkan Jumlah pembiayaan dan nilai NPF Pembiayaan Mikro pada Bank Umum Syariah. Tabel 1.3 Tabel nilai NPF Pembiayaan 12 Bank Umum Syariah di Indonesia
No. 1 2 3 4
Nama Bank Bank Syariah Mandiri Bank Muamalat Bank BNI Syariah Bank Mega Syariah
Total Pembiayaan 2013 (Miliar) 7.355 3,47 878 3.200
NPF 2013 (%) 1,70 -
Total Pembiyaan 2014 (Miliar) 950 2.680
NPF 2014 (%) 2,21 5,64
5
5 6 7 8 9
Bank BRI Syariah 3.070 Bank Panin Syariah Bank BCA Syariah 80,6 Bank Victoria Syariah Bank Jabar Banten 817,9 Syariah 10 Bank Maybank Syariah Indonesia 11 Bank Bukopin Syariah 2.690 12 Bank BTPN Syariah Sumber: Laporan Tahunan Bank, diolah
2,93 0,1 -
3.210 1.042,7
2,5 -
-
-
-
-
2.820 -
-
Pembiayaan pada Usaha Mikro merupakan satu hal penting demi menjaga keberlanjutan Usaha Mikro. Usaha Mikro sendiri sangat membantu kestabilan perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro berperan besar dalam pemberdayaan ekonomi rakyat. Hal ini mengacu pada bagaimana membangun kemampuan masyarakat memberikan ruang gerak bagi masyarakat agar berpartisipasi dengan memilih, menentukan dan melaksanakan pilihan kegiatan riil yang mampu membantu meningkatkan produktivitas ekonomi rakyat menjadi lebih baik. Meskipun Usaha Mikro punya peran yang sangat penting bagi ekonomi rakyat Indonesia saat ini banyak sekali kendala yang dihadapi oleh Usaha Mikro. Menurut Ismawan dalam penelitiannya, Usaha Mikro secara jelas banyak persoalan yang dihadapi oleh ekonomi usaha kecil (mikro) diantaranya2:
2
Muhammad, Bank Syariah:Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu 2005, hal. 138
6
Tabel 1.4 Tabel kesulitan yang dihadapi Usaha Mikro No
Jenis Kesulitan
Indeks
1
Kesulitan Modal
34,55%
2
Pengadaan Bahan Baku
20,14%
3
Pemasaran
31,70%
4
Kesulitan Lainnya
13,6%
Sumber: Data BPS Terolah dalam Ismawan 2003 Dengan begitu ketersediaan dana sebagai bantuan modal Usaha Mikro merupakan bantuan yang sangat berarti untuk Usaha Mikro. Kemudian Bank Syariah sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana merupakan lembaga yang tepat untuk membantu persoalan permodalan yang dihadapi oleh Usaha Mikro melalui pembiayaan mikro yang saat ini banyak dimiliki oleh Bank Umum Syariah. Pembiayaan Mikro dimaksudkan untuk menyediakan solusi berbasis pasar untuk salah satu masalah yang paling rumit yaitu mengintegrasikan golongan miskin ke dalam perekonomian. Karena bank-bank Islam mempunyai moral dan tanggung jawab sosial dalam perekonomian rakyat maka pembiayaan mikro merupakan salah satu solusi yang diberikan oleh Bank Syariah. Bank Umum Syariah juga mendapatkan bagi hasil dan keuntungan dari pembiayaan yang diberikan pada Usaha Mikro. Bahkan tingkat margin pada pembiayaan mikro sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pembiayaan lainnya.
7
Hal ini dikarenakan risiko yang ditanggung oleh bank dengan memberikan pembiayaan mikro cukup tinggi. Meskipun begitu untuk pembiayaan kepada usaha kecil, menengah dan koperasi. Bank dapat memintakan jaminan dari lembaga penjamin, misalnya PT Askrindo dan PT Jamkrindo sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi lembaga tersebut.3 Untuk mengurangi tingkat risiko yang akan ditanggung oleh bank. Selain penjaminan dari beberapa perusahaan tersebut masih banyak strategi lain yang dilakukan oleh bank untuk meminimalisir risiko pembiayaan mikro. Selain membantu kelangsungan Usaha Mikro bank sebagai perusahaan jasa, mengharapkan laba dari setiap produk yang diberikan. Tidak hanya bank konvensional yang dapat memberikan pembiayaan mikro saat ini Perbankan Syariah sudah dapat bersaing dengan pasar konvensional namun belum cukup kuat. Masih banyak masyarakat yang melihat sebuah bank dan menggunakan produk sebuah bank dari kinerja perbankan dan kenyamanan pelayanan. Tugas sebuah Bank Syariah untuk menjaga kinerja perbankan salah satunya Profitabilitas. Oleh karena itu perlu diketahui tingkat profitabilitas sebuah produk pada Bank agar tingkat kesehatan dan Profitabilitas Bank tetap terjaga. Profitabilitas dihitung dengan menghitung laba yang dihasilkan baik oleh sebuah produk maupun sebuah perusahaan.
3
A. Wangsawidjaya, Z, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2012 h. 79
8
Untuk mencapai tingkat Profitabilitas yang baik, bank harus melakukan beberapa langkah salah satunya adalah menggunakan strategi yang baik dalam pemberian pembiayaan mikro. Setiap Bank akan memiliki strategi yang berbeda untuk mempertahankan tingkat profitabilitas dari pembiayaan mikro. Dengan demikian, berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Pembiayaan Mikro dengan Judul “Analisa Tingkat Profitabilitas dan Strategi Penyaluran Pembiayaan Mikro padaPT. Bank BRISyariah.” B. Identifikasi Masalah Dalam Latar Belakang diatas disebutkan bahwa Jumlah Pembiayaan Mikro yang disalurkan oleh Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah meningkat setiap tahun kecuali pada tahun 2014 dan tahun 2015. Jumlah Pembiayaan yang disalurkan mengalami penurunanyang drastis dari 110.086 miliar rupiah pada tahun 2013 menjadi 59.806 miliar pada tahun 2014. Pembiayaan tidak lancar pada tahun 2013 berjumlah 2.879 miliar rupiah kemudian dengan jumlah pembiayaan mikro yang disalurkan menurun, jumlah pembiayaan tidak lancar pada tahun yang sama mengalami peningkatan menjadi 3.875 miliar rupiah. Hal ini menjadi sebuah pertanyaan besar mengapa Pembiayaan tidak lancar meningkat pada saat jumlah pembiayaan mikro yang disalurkan menurun. Secara teori bahwa ketika jumlah pembiayaan yang disalurkan meningkat maka tingkat
9
keuntungan juga akan meningkat. Dan sebaliknya ketika jumlah pembiayaan yang disalurkan menurun maka tingkat keuntungan juga akan menurun. Jumlah Pembiayaan yang disalurkan secara umum akan mempengaruhi jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank-bank umum syariah secara parsial. Maka, ketika jumlah pembiayaan yang disalurkan menurun secara agregat akan menyebabkan penurunan pada jumlah pembiayaan yang disalurkan secara parsial. Hal ini dikarenakan jumlah profit yang dihasilkan akan menurun sejalan dengan penurunan jumlah pembiayaan yang disalurkan. Pada tahun 2014 tersebut terdapat beberapa Bank Umum Syariah yang tetap menyalurkan pembiayaan mikro bahkan cenderung meningkatkan jumlah pembiayaan mikro yang disalurkan meskipun jumlah pembiayaan yang disalurkan secara agregat menurun. Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah pembiayaan mikro yang disalurkan oleh bank umum syariah di Indonesia, dan juga akibat yang ditimbulkan oleh penurunan jumlah pembiayaan mikro yang disalurkan oleh Bank Umum Syariah. Salah satu alasan bank-bank umum syariah mengalami penurunan jumlah pembiayaan mikro yang disalurkan adalah karena penurunan jumlah pembiayaan mikro tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa bank umum syariah yang memiliki nilai NPF tinggi untuk pembiayaan mikro sehingga Penyaluran Pembiayaan Mikro pada Bank Umum Syariah tersebut ditahan sampai dengan stabilnya nilai NPF untuk pembiayaan mikro. Akibat dari terjadinya penurunan jumlah pembiayaan mikro yang disalurkan adalah berkurangnya profit dari
10
pembiayaan mikro yang disalurkan. Sementara beberapa bank tetap memiliki performa yang baik disaat jumlah pembiayaan mikro yang disalurkan menurun. C. Perumusan dan Pembatasan Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Tingkat Profitabilitas Pembiayaan Mikro pada Bank BRI Syariah menggunakan Economic Value Added (EVA)? 2. Bagaimana Strategi Penyaluran Pembiayaan Mikro yang dilakukan oleh PT. Bank BRISyariah? Untuk membatasi masalah, peneliti hanya meneliti mengenai bagaimana tingkat profitabilitas bank yang tetap menyalurkan pembiayaan mikro meskipun jumlah pembiayaan mikro yang disalurkan saat ini mengalami penurunan dan bagaimana strategi bank tersebut tetap mempertahankan performanya dalam penyaluran pembiayaan mikro. Bank Umum Syariah yang tetap stabil memberikan Pembiayaan Mikro disaat Jumlah Pembiayaan Mikro secara agregat menurun salah satunya adalah Bank BRISyariah. Bank BRISyariah merupakan Bank yang tetap konsisten memberikan Pembiayaan Mikro oleh karena itu Bank BRISyariah peneliti pilih sebagai objek penelitian.
11
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan Rumusan Masalah di atas maka, tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk menganalisa tingkat Profitabilitas Pembiayaan Mikro pada PT. Bank BRISyariah dengan menggunakan Economic Value Added (EVA). b. Untuk menganalisa perbedaan Strategi yang digunakan pada Penyaluran Pembiayaan Mikro pada PT. Bank BRISyariah. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis Sebagai Tolak ukur akan kemampuan diri dalam menerapkan ilmuyang telah didapatkan mengenai Bank Syariah selama di Universitas. b. Bagi Mahasiswa Menambah wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan mengenai Pembiayaan mikro pada Bank Syariah yang diterima selama masa perkuliahan agar dapat diterapkan saat terjun pada dunia kerja. c. Bagi Akademisi Sebagai bahan pertimbangan sejauh mana kurikulum atau program yang telah diterapkan pada pembiayaan mikro pada Bank Syariah mempunyai relevansi dengan kebutuhan nantinya.
12
d. Bagi Perusahaan Memberikan informasi tentang tingkat Profitabilitas pembiayaan mikro pada Bank Syariah dan dapat dijadikan pertimbangan untuk menentukan kebijakan pembiayaan mikro selanjutnya. e. Bagi Masyarakat Membantu masyarakat untuk lebih memahami bagaimana tingkat keuntungan pada Pembiayaan Mikro dihasilkan, serta memberikan gambaran dan wawasan tentang fakta yang terjadi di lapangan tentang penghitungan profitabilitas pada Pembiayaan Mikro. E. Sistematika Penulisan Secara garis besar penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan beberapa sub bab. Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal tertulis, berikut ini sistematika penulisannya secara lengkap: BAB I
PENDAHULUAN Pada bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, penelitian terdahulu dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tinjauan pustaka terhadap hal-hal yang akan dibahas, yang berisikan teori-teori mengenai konsep pemberian Pembiayaan
13
Mikro dan karakteristik pembiayaan Mikro pada bank Umum Syariah dan konsep pengelolaannya serta Pengukuran Laba/Profitabilitas menggunakan Economic Value Added (EVA) untuk menghitung tingkat Profitabilitas Pembiayaan Mikro. BAB III
METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang sumber-sumber data dan analisisnya untuk menjawab permasalahan yang ada menggunakan metode penelitian yang sesuai
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi perhitungan data-data yang diperoleh dalam penelitian sehingga didapat hasilnya, yang kemudian dilakukan pembahasan terhadap hasil yang didapat guna mendapatkan kesimpulan.
BAB V
PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian serta menghasilkan saran dan rekomendasi yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan Mikro 1. Pengertian Pembiayaan Mikro Secara etimologi pembiayaan berasal dari kata biaya, yaitu membiayai kebutuhan usaha.4 Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 06/per/M.KUKM/I/2007 tentang petunjuk teknis program pembiayaan produktif koperasi dan Usaha Mikro pola syariah bahwa pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya yang mewajibkan penerimaan pembiayaan itu untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad dengan pembayaran sejumlah bagian hasil dari pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibiayai atau penggunaan dana pembiayaan tersebut. Menurut Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) Usaha Mikro adalah usaha yang
memiliki
kurang
dari
5
orang
tenaga
kerja.
Tujuan
Usaha
Mikro Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pasal 3 disebutkan bahwa Usaha Mikro bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan ekonomi yang berkeadilan. 4
Nugraha Ridha, Manajemen Pembiayaan Panduan Untuk Koperasi Syariah SDM Kementerian Koperasi, artikel diakses pada 2 Februari 2015 dari http://hasbullah.multiply.multiplycontent.com
14
15
Pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan upaya yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Menurut Rudjito Usaha Mikro adalah usaha yang dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin atau mendekati miskin.5 Usaha Mikro sering disebut dengan usaha rumah tangga. Besarnya Pembiayaan yang dapat diterima oleh usaha adalah Rp 50 juta. Usaha Mikro adalah usaha produktif secara individu atau tergabung dalam koperasi dengan hasil penjualan Rp 100 juta. Maka Pembiayaan Mikro adalah pembiayaan yang diberikan untuk pengembangan Usaha Mikro. Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persutujuan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.6Menurut Muhammad, terdapat beberapa fungsi dari pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah kepada Masyarakat, diantaranya untuk: 1. Meningkatkan daya guna uang, artinya dengan adanya para penabung yang menempatkan dananya di bank yang kemudian disalurkan kembali
5
Pengertian UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), artikel diakses pada 3 maret 2015 dari http://abstraksiekonomi.blogspot.com/ 6 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisa Fiqh danKeuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h.46
16
oleh bank untuk pembiayaan nasabah, maka hal ini meningkatkan daya produktivitas uang. 2. Meningkatkan peredaran uang, artinya pembiayaan yang disalurkan melalui rekening koran pengusaha menciptakan peredaran uang giral dan sejenisnya. 3. Stabilitas ekonomi, dalam arti untuk menjaga kestabilan ekonomi pembiayaan
diberikan
agar
usaha-usaha
yang dilakukan
untuk
mengendalikan inflasi, peningktan ekspor, rehabilitasi prasarana dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat.7 Pembiayaan Mikro pada Bank Syariah dapat dilakukan dengan beberapa akad diantaranya:8 1. Pembiayaan atas transaksi bagi Hasil (Profit Sharing) a. Pembiayaan atas dasar akad Al-Musyarakah adalah transaksi penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana dan atau barang untuk menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan proporsi modal masing-masing.
7
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN, 2005), hal. 17 8 Saefuddin Arif, Azharuddin Lathif. Diktat Kontrak Bisnis Syariah. (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2011), hal.B.1-B.17
17
b. Pembiayaan atas dasar akad Al-Mudharabah adalah transaksi penanaman dana dari Shahibul Maal (Pemilik dana) kepada Mudharib (Pengelola dana) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu dengan pembagian hasil usaha berdasarkan pada nisbah bagi hasil yang telah disepakati sebelumnya. 2. Transaksi Jual Beli (Sale and Purchase) a. Pembiayaan atas dasar Al-Murabahah adalah transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang ditambah dengan Margin yang disepakati oleh kedua belah pihak, dimana penjual memberitahukan harga perolehan barang. b. Pembiayaan atas dasar akad Bai As-Salam adalah Transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dengan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh. c. Pembiayaan atas dasar akad Istishna adalah transaksi jual beli dalam bentuk pemesanan barang dengan kriteria tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan. 3. Pembiayaan atas transaksi sewa-menyewa a. Pembiayaan atas dasar akad Al-Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan jasa antara pemilik objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.
18
b. Pembiayaan atas dasar akad Al- Ijarah Muntahiya Bit Tamlik adalah transaksi akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas apa yang disewakan dengan opsi perpindahan kepemilikan objek sewa. 4. Pembiayaan atas dasar akad Al-Qardh adalah transaksi pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. 2. Proses Pembiayaan Mikro Dalam Proses Pembiayaan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Strategi Pemasaran Pemasaran menurut Kotler dan AB Susanto adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.9 Sedangkan menurut Nurrianto AlArifPemasaran adalah suatu proses sosial yang merancang danmenawarkan sesuatu yang menjadi kebutuhan dan keinginan dari pelanggan dalam rangka memberikan kepuasan optimal kepada pelanggan.10Dalam Pemasaran perlu dibuat sebuah perencanaan strategik untuk mempermudah aktivitas
9
Philip Kotler, Marketing Mangement, (New Jersey: Prentince Hall, 2000) h. 8 M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, (Jakarta: Alfabeta, 2010)
10
h. 6
19
pemasaran yang dilakukan. Untuk melaksanakan perencanaan strategik diperlukan beberapa langkah yang harus dilakukan, diantaranya: 1. Menetapkan Visi dan Misi 2. Menetapkan Tujuan dan Sasaran Perusahaan 3. Merancang Portofolio Bisnis11 Sedangkan untuk Strategi Pemasaran Bank, setidaknya ada lima strategi pemasaran yang dapat dilakukan, yaitu: a. Strategi Penetrasi Pasar b. Strategi Pengembangan Produk c. Strategi Pengembangan Pasar d. Strategi Integrasi12 Setelah menentukan Strategi yang akan digunakan oleh Bank maka perlu dilakukan perumusan Strategi Pemasaran dengan menentukan hal-hal berikut: a. Segmentasi Pasar b. Penentuan Pasar Sasaran c. Penentuan Posisi Pasar Kemudian perlu juga dibuat Bauran Pemasaran (Marketing Mix) yang akan mengkombinasikan 4P yaitu Produk (Product), tempat yang dalam hal ini
11 12
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, h.64 M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, h.78-81
20
lebih difokuskan pada distribusinya (Place), promosi (Promotion), dan penentuan harga (Price).13 2. Proses Pemberian Pembiayaan Secara Sederhana Proses Pemberian Pembiayaan dapat dilihat pada bagan berikut: Pengumpulan Informasi dan Verifikasi
- Permohonan Pembiayaan - Pengumpulan data/ dokumen - Verifikasi Data
Analisa Persetujuan Pembiayaan
Administrasi dan Pembukuan Pembiayaan
- Pemenuhan dokumen SPP, Agunan, Perjanjian Pembiayaan, Pengikatan Agunan
- Analisa Pembiayaan - Persetujuan Pembiayaan
Pelunasan dan Penyelamatan Pembiayaan
Pemantauan Pembiayaan
- Secara On The Spot , On The Desk, Antisipasi dini, annual review, dll
- Pelunasan - Penyelamatan Pembiayaan
Gambar 2.1 Proses Pemberian Pembiayaan
a. Proses Pengumpulan Informasi dan Verifikasi Fasilitas Pembiayaan dimulai dengan pengajuan permohonan dari nasabah, kemudian Bank mengumpulkan informasi dan dokumentasi mengenai
nasabah
dan
melakukanverifikasi
data,
untuk
memastikannya bank dapat menggunakanOn the Spot Checking (OTS), Bank Checking, dan Trade Checking atau personal checking. b. Analisa Persetujuan Pembiayaan Pada Analisa Persetujuan Pembiayaan dapat dilakukan dengan melakukan Analisa Kualitatif, Analisa Kuantitatif, dan Analisa Jaminan untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai nasabah dan 13
I, h. 55
Charles, W Lamb, Jr., dkk, Pemasaran, (Jakarta: Salemba Empat, 2001) Edisi Ke-1 Jilid
21
aktivitas usahanya.Pada Analisa Kualitatif ada beberapa aspek yang dianalisis yaitu: aspek manajemen, aspek produksi, aspek pemasaran, aspek legal, dan kondisi perekonomian Negara. Sedangkan untuk Analisa Kuantitatif aspek yang dianalisis adalah Neraca, Laporan Laba/Rugi, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana.Dan untuk analisa jaminan dilakukan pada jaminan yang dimiliki oleh nasabah dengan pertimbangan-pertimbangan khusus. c. Administrasi dan Pembukuan Pembiayaan Administrasi
dan
Pembukuan
Pembiayaan
dilakukan
ketika
pembiayaan telah disetujui, dengan melakukan beberapa proses yaitu: Surat Pemberitahuan Keputusan Pembiayaan, Perjanjian Pembiayaan, Pengikatan Agunan, Penutupan Asuransi, dan Disbursement. d. Pemantauan Pembiayaan Pemantauan pembiayaan merupakan satu hal yang sangat penting agar pembiayaan yang diberikan tetap lancar. Pemantauan pembiayaan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: On desk, On Site, Antisipasi Dini (early warning signal), dan annual Review Pembiayaan. e. Pelunasan dan Penyelamatan Pembiayaan Tahap akhir dari sebuah pembiayaan adalah pelunasan pembiayaan. Namun adakalanya pada saat jatuh tempo nasabah tidak dapat memenuhi
pelunasan
pembiayaan.
Maka
perlu
dilakukan
22
penyelamatan pembiayaan, penyelamatan pembiayaan adalah upaya bank yang dilakukan terhadap nasabah pembiayaan bermasalah yang masih mempunyai prospek dan kinerja usaha serta kemampuan membayar untuk meminimalkan kemungkinan timbulnya kerugian bank dan menyelamatkan kembali pembiayaan yang telah diberikan. Penyelamatan pembiayaan dapat dilakukan dengan melakukan Restrukturisasi Pembiayaan dan Pengambilan Aset/Agunan yang diambil alih (AYDA). B. Pengukuran Laba dan Profitabilitas 1. Laba dan Profitabilitas Definisi Laba sendiri adalah perbedaan antara pendapatan dan biaya.14 Laba juga merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan masukkan untuk membuat dan menjual sebuah produk dengan apa yang diterimanya.Laba menurut Kam (1990) dalam Triyuwono dan As‟udi (2001) menyatakan bahwa: “Income is the change in the capital oh an entity between two points in time, excluding changes due to investments by and distribution to owners, where capital is expressed in term of value and based on given scale” Maka laba mengandung 3 komponen utama yaitu nilai (value), modal (Capital), dan skala (scale). Nilai tidak dapat dihitung dengan jelas karena menyangkut preferensi masing-masing. Sedangkan modal adalah aktiva
14
Don. R Hansen dan Maryanne M. Mowen, Manajemen Biaya Akuntansi dan Pengendalia Buku 2, (Jakarta: PT Salemba Empat patria, 2001) h. 663
23
bersih yang merupakan selisih antara seluruh aktiva dengan kewajiban. Dan skala diperlukan untuk proses pengukuran. 2. Pengukuran Laba dan Profitabilitas Untuk mengukur laba sebuah perusahaan dapat menggunakan dua pendekatan yaitu: pendekatan biaya serapan dan pendekatan biaya variabel. Namun selain untuk mengukur tingkat laba perusahaan atau tingkat profitabilitas sebuah perusahaan, mengukur tingkat profibilitas segmen perusahaan menjadi hal yang penting.Beberapa segmen yang dapat dihitung profitabilitasnya adalah produk, divisi, wilayah penjualan atau kelompok pelanggan. Menghitung profitabilitas produk merupakan sebuah hal yang diwajarkan oleh sebuah perusahaan karena sebagai sebuah perusahaan jasa yang mencari laba menilai produk merupakan hal yang sangat penting. Karena sebuah produk yang terus-menerus merugi dan tidak berpotensi untuk menghasilkan laba dapat disingkirkan dan akan memberikan peluang pada produk-produk yang memberikan laba yang baik. Banyak cara yang dapat digunakan untuk menghitung laba dari setiap produk perbankan. Salah satunya dengan menggunakan Economic Value Added (EVA) yang merupakan konsep pengukuran kerja keuangan yang diperkenalkan oleh Stern Stewart & Co., sebuah lembaga konsultan manajemen.EVA dianggap sebagai ukuran kinerja yang paling dapat
24
mencerminkan profit ekonomis perusahaan yang sebenarnya dan dapat mengkaitkannya dengan penciptaan nilai tambah terhadap kekayaan pemilik modal (Stewart, 2005).15 3. Pengertian Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA)menurut Stewart merupakan”A residual income measure that substract the cost of capital (C*) from the operating profits generated in the bussiness”16 sedangkan menurut Hansen dan Mowen ”Resdiual income is the difference between operting income and the minimum dollar return required on a company’s operating assets.”17 Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Economic Value Added (EVA) merupakan nilai tambah ekonomis yang dihasilkan dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan selama periode tertentu. Secara sederhana Economic Value Added (EVA) adalah suatu pendapatan unit bisnis setelah pajak dan setelah mengurangi biaya modal.18Biaya modal biasanya diperoleh dengan memperhitungkan suatu ratarata tertimbang dari biaya dua sumber dana perusahaan peminjaman dan penjualan saham. EVA digunakan untuk memfokuskan perhatian manajer 15
Taufikurrahman, “Model Analisis profitabilitas produk pembiayaan pada Bank Syariah dengan menggunakan integrasi konsep Activity-Based Costing (ABC) dan Economic Value Added (EVA)”, (Tesis S2 Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia,2005) h. 36 16 Dwi Rosita, “Pengaruh Economic Value Added (EVA terhadap Return On Aquity (ROE) pada PT. Aqua Golden Mississipi, Tbk”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, 2009, hal 8 17 Dwi Rosita, “Pengaruh Economic Value Added (EVA terhadap Return On Aquity (ROE) pada PT. Aqua Golden Mississipi, Tbk”, hal 8 18 G. Bennet Stewart III, “EVA works- buat Not if You make these common Mistake,” (Fortune, 1 Mei 1995) h. 117-118
25
pada penciptaan nilai bagi pemegang saham. Dengan memperoleh laba yang lebih besar daripada biaya modal perusahaan, perusahaan meningkatkan sumber daya di dalam perusahaan yang tersedia untuk dividen dan/atau untuk membiayai pertumbuhan perusahan yang berkelanjutan. Dividen dan pertumbuhan melonjakkan harga saham dan menambah nilai pemegang saham.19 Sedangkan menurut Stewart rumus dasar dalam Perhitungan EVA adalah pendapatan setelah pajak dikurangi total cost of capital (Biaya Modal). Pada dasarnya EVA merupakan pengembangan dari pengukuran kinerja dengan menggunakan Net Present Value (NPV) yang melihat nilai intrinsik perusahaan saat ini dan memprediksi expected arus kas dimasa sekarang. EVA = NOPAT (Net Operating Profit after taxes) – Cost of Capital Menurut Bannet Stewart yang dikutip oleh Taufikurrahman dalam tesisnya menyebutkan bahwa EVA merupakan suatu estimasi dari profit ekonomis yang sebenarnya. NOPAT (Net Operating Prodit after Tax) adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi dengan pajak penghasilan namun tidak termasuk biaya keuangan (financial cost). Sedangkan Cost of Capital dapat ditentukan dengan konsep WACC (Weight Average of Cost of Capital), yaitu jumlah seluruh biaya modal (biaya hutang atau cost of debt + biaya modal ekuitas atau cost equity) setelah sebelumnya
19
Edward J. Blocher, Kung H. chen &Thomas W. lin, Manajemen Biaya dengan tekanan stratejik, Jilid 2, (Jakara: Penerbit Salemba Empat, 2001) hal. 1009
26
dibobotkan dengan proporsi hutang dan ekuitas dalam struktur neraca perusahaan. Atau dalam rumus lain EVA dapat dihitung dengan cara berikut:20
Economic Value Added (EVA)
=
Investment center’s after tax operating profit
(Investment center’s total asset – Investment center’s Current Liabilities)
-
Weight Average cost of Capital
x
Dan untuk menghitung Weighted average cost of capital dapat menggunakan rumus berikut: ( (
)(
)
(
)(
)
) (
)
(
)
Economic Value Added (EVA) memiliki beberapa kelemahan dalam proses penghitunganya. berikut beberapa kelemahan Economic Value Added (EVA): 1) Sulitnya menentukan estimasi atas nilai tingkat modal yang bebarbenar akurat terutama pada peusahaan yang belum Go Public, perhitungan tingkat modal dilakukan secara sederhana tanpa mempertimbangkan nilai saham. 2) Hanya menggambarkan penciptaan nilai pada periode tertentu. 20
Ronald W Hilton, Michael W. Maher, dan Frank H. Selto, Cost Management: Strategic for Business Decision, North America: Brent Gordon (Mc Gaw Hill), 2003 h. 773
27
3) Analisis EVA hanya mengukur aspek kuantitatif saja sedangkan untuk mengukur kinerja harus diukur dari sisi kuantitatif dan sisi kualitatif. 4) Analisis EVA terlalu menekan pada sisi modal dan hutang yang agak sulit dilakukan untuk menentukan kinerja produk. 5) Analisis EVA juga hanya menghitung hasil akhir dari sebuah kegiatan tanpa mempertimbangkan aktivitas aktivitas lainnya selama periode tertentu. 4. Perhitungan Economic Value Added (EVA) Angka EVA mencerminkan angka keuntungan yang sebenarnya dari perusahaan (true economic profit). Hal ini akan memudahkan pemegang saham atau pemodal menilai perusahaan dari kegiatan bisnis dan investasinya. Jadi bila nilai EVA tinggi maka pemegang saham ataupun pemodal bisa percaya bahwa investasinya telah dikelola dengan baik. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahapan untuk menghitung nilai EVA adalah sebagai berikut:21 1. Menghitung Cost of Capital Perusahaan yang terdiri dari Cost of Debt, Cost of Equity, dan kemudian dihitung rata-rata tertimbang (Weightedaverage Cost of Capital) 2. Menghitung Net Operating Profit after Tax (NOPAT)
21
Ronald W Hilton, Michael W. Maher, dan Frank H. Selto, Cost Management: Strategic for Business Decision, h. 774
28
3. Menghitung tingkat pengembalian (return) 4. Menghitung Nilai EVA Dalam Economic Value Added (EVA) interpretasi nilai EVA diungkapkan sebagai berikut: 1. Nilai EVA >0, menunjukkan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan melebihi tingkat biaya modal atau tingkat pengembalian yang diminta investor atas investasi yang dilakukan. 2. Nilai EVA =0. Menunjukkan bahwa dalam kurun waktu yang bersangkutan perusahaan tidak menghasilkan yang dihasilkan
nilai. Pengembalian
sama dengan tingkat biaya modal yang harus
ditanggung perusahaan. 3. Nilai EVA <0, menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tertentu perusahaan tidak berhasil menciptakan nilai bahkan justru mengurangi nilainya, sebagai akibat dari tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah dari tingkat pengembalian yang diminta oleh investor. Untuk memenuhi tahapan-tahapan dalam Perhitungan EVA perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1. Modal Sumber Modal dalam Perusahaan untuk memenuhi dana menurut Bambang Riyanto terdapat dua sumber modal berdasarkan resiko yang mungkin ditanggung perusahaan sebagai sumber pemilik modal yang dilakukan. Yaitu
29
modal sendiri dan modal pinjaman.22 Sehubungan dengan konsep EVA maka modal adalah: “Capital is measure of all the cash that has been deposited into a company over its life without regard to the financing resource, acoounting name, or bussiness pupose, much as if the company were just asavings account. It doesn’t matter whether the investment is financed wuth dbt or equity, it doesn’t matter whether is employed in working capital or fixed assets. Cash in cash, ang question is how well does management manage it (The quest for value, 1990)” Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (berupa cadangan laba), atau yang berasal dari pengambilan bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal preferen). Sedangkan modal pinjaman itu sendiri adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan tersebut merupakan kewajiban yang pada saatnya harus dibayar kembali. Selanjutnya modal pinjaman ini dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu: modal pinjaman jangka pendek dan modal pinjaman jangka panjang. Capital yang digunakan untuk menghitung nilai EVA dapat diestimasikan dengan mengambil nilai buku aktiva bersih suatu perusahaan. 2. Net Operating Profit after Tax (NOPAT) Net Operating Profit After Tax (NOPAT) menurut Stern Stewart dalam bukunya “The Quest for Value” : NOPAT is the total pool of Profits available to provide a cash return to all financial providerof capital to the firm.”23 22
Nani Sutianingsih, “Pengaruh Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Economic Value Added (EVA) terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan di Industri Semen”, (Tesis S2 Universitas Widyatama, 2008) hal.17
30
Jadi NOPAT adalah laba yang didapat dari operasi-operasi perusahaan setelah dikurangi pajak tapi sebelum membiayai biaya-biaya (costs) dan masukanmasukan pembukuan yang bukan tunai. Dengan demikian NOPAT adalah jumlah laba yang tersedia untuk memberikan pengembalian (return) tunai kepada semua penyedia dana untuk modal perusahaan. Dalam Perhitungan sederhana Nopat diketahui dengan: Penjualan bersih
xxx
Biaya Operasi
xxx-
Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)
xxx
Pajak
xxx-
Laba Operasi bersih setelah Pajak (NOPAT)
xxx
NOPAT= EBIT –Beban Pajak 3. Biaya Modal (Cost of Capital) Biaya Modal secara teoritis dapat diartikan sebagai tingkat pengembalian minimum yang harus didapatkan oleh perusahaan dari modal yang diinvestasikan. Ada beberapa pandangan mengenai konsep biaya modal itu sendiri yang mengacu pada konsep yang sama. Dalam hal ini Stewart membedakan biaya modal ke dalam empat kelompok. Yaitu:24
23
Nani Sutianingsih, “Pengaruh Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Economic Value Added (EVA) terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan di Industri Semen”, h. 18 24 Nani Sutianingsih, “Pengaruh Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Economic Value Added (EVA) terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan di Industri Semen”, hal 22
31
1. Biaya modal atas risiko bisnis (The cost of capital for bussiness risk) atau ditulis dengan simbol “c”, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan investor sebagai kompensasi atas berubah-rubahnya nilai NOPAT (Net Operating Profit after Tax) 2. Biaya modal pinjaman (cost of borrowing), yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan atas risiko kredit. 3. Biaya modal saham (cost of equity), yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan investor sebagai kompensasi atas nilai dari bottom-line Profit (laba terbawah dalam struktur perhitungan rugi laba) yang berubah-ubah atau dengan kata lain terhadap adanya risiko. 4. Rata-rata tertimbang biaya modal atau Weighted average cost of capital (c*), yaitu merupakan penjumlahan dari biaya modal pinjaman (hutang) dan biaya modal saham. Cost of Capital dapat dihitung dengan menentukan komponen-komponen berikut terlebih dahulu. 4. Biaya Hutang (Cost of Debt) Beban bunga (Kd) diasumsikan sebesar tingkat bunga pinjaman untuk investasi dengan ukuran satuan adalah persentase.
32
Karena bunga bersifat mengurangi pajak (tax deductable), maka dibutuhkan penyesuaian pajak (tax adjusment), sehingga Kd dikonversikan menjadi biaya hutang setelah pajak untuk menghitug besarnya biaya modal hutang ini dapat digunakan rumus berikut: Kd = Kd*(1-T) T = Tarif Pajak Biaya hutang dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus berikut:25
5. Biaya Modal Ekuitas (Cost of Equity) Diantara biaya modal yang lain, tingkat biaya modal ekuitas merupakan salah satu biaya modal yang lebih sulit untuk ditentukan secara pasti. Oleh karena itu
terdapat
berbagai
pendekatan
yang
dapat
digunakan
untuk
memperhitungkan biaya modal ekuitas, dengan rumus: 1. Constant Growth Valuation (Gordon Model) Expected rate of return dari satu saham tergantung pada deviden dari saham yang dibayarkan. Pada tingkat keseimbangan, rate of return yang
25
Ronald W. Hilton, Managerial Accounting: Creating Value in a Dynamic Business Environment Sevent Edition, Kuala Lumpur:McGraw Hill Irwin, 2008 hal.778
33
diinginkan oleh pemegang saham adalah sama dengan rate of return dari investasi baru. Jika diperkirakan deviden tumbuh dengan rate yang konstan, kita dapat menggunakan Gordon model, yaitu:
Dimana: Po = Harga jual saham D1 = Deviden yang diperkirakan dibayar pada akhir periode 1 Ks = Tingkat pengembalian yang diharapkan g
= tingkat pertumbuhan deviden
persamaan diatas dapat diubah menjadi:
Dari persamaan diatas menyatakan bahwa investor mengharapkan akan menerima deviden sebesar D/P0(percent) dan capital gain sebesar g dengan expected return sebesar Ks 2. Pendekatan Price Earning Ratio (PER) Pendekatan ini dapat digunakan untuk mengestimasi cost of equity perusahaan bila perusahaan tersebut belum melakukan Go Public, dimana saham-saham perusahaan tersebut belum diperdagangkan di lantai bursa. PER ini dihitung dengan cara membagi harga pasar dari saham biasa
34
dengan pendapatan per lembar saham (EPS). Sehingga untuk menghitung cost of common stock digunakan rumus:
Dimana: Ks
= Biaya Modal Saham
PER
= Price Earning Ratio
Pada dasarnya konsep ini sama dengan cost of retained earning. Konsep ini didasarkan pada argumen bahwa perusahaan menginvestasikan kembali earning yang diperolehnya pada hasil yang sama. 3. Capital Asset Pricing Model (CAPM) Model ini menggambarkan hubungan antara required rate of return atau cost of common stock (Ks) dengan resiko non diversible dari perusahaan, yang dinyatakan dengan koefisien beta (β). Dengan rumus: Ks = Rf+{βx[Rm-Rf]} Dimana: Ke
= Tingkat hasil minimum para pemegang saham
Rf
= Tingkat bebas risiko (Risk free rate of return)
Β
= Beta coefficient for the market portofolio
Berdasarkan rumus untuk menghitung tingkat pengembalian saham biasa tersebut, maka variabel yang diamati adalah
35
∑
∑ ∑
∑ ∑
Dimana: n
= Banyakya periode pengamatan
x
= Tingkat keuntungan portofolio pasar (Rm)
y
= Tingkat keuntungan suatu saham (Ri)
Tingkat keuntungan portofolio atau return pasar (Rm) Return pasar diperoleh dari besarnya keuntungan seluruh saham yang beredar di bursa efek. Perhitungan return pasar didasarkan atas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Pasar Modal, dan perhitungan return pasar ini dapat dilakukan dengan rumus:
Dimana: Rm
= Tingkat penegembalian pasar bulan ke-t
IHSGt
= IHSG bulan k t
IHSG t-1 = IHSG bulan ke t-1
Tingkat Keuntungan suatu saham atau return individual (Ri) Return Individual dihitung berdasarkan data perkembangan harga saham individual dan jumlah deviden yang dibagikan. Perhitungan return individual dapat dilakukan dengan rumus:
36
Dimana: PT
= Harga saham atau lembar pada periode t
PT-1
= Harga saham atau lembar pada periode t-1
Kelemahan dalam metode ini adalah: a. Menghitung besarnya cost common stock model ini sangat bergantung pada nilai historis. Tingkat pengembalian saham dan tingkat pasar merupakan perhitungan model CAPM menggunakan nilai historis, sedangkan nilai historis tidak merefleksikan future. b. Sensitivitas stock return dapan berubah-rubah sewaktu-waktu. Jika saham perusahaan tidak diperdagangkan secara umum maka tidak ada sumber informasi untuk menghitung biaya modalnya. 4. Biaya Modal
Perhitungan ini dapat digunakan untuk menghitung Biaya Modal selain menggunakan beberapa cara sebelumnya. Perhitungan ini tidak mempertimbangkan saham sebagai salah satu faktor penghitungan sehingga dapat digunakan untuk perhitungan Biaya Modal pada Perusahaan yang belum Go Public atau menjual saham secara terbuka.
37
6. Biaya Modal rata-rata tertimbang (Weighted-Average Cost of Capital) Menurut Hampton dalam Tesis Nani Sutianingsih mengenai Biaya Modal rata-rata tertimbang adalah:26 “The WACC is technique that measure required rate of return in term of the individual components of the firm’s capital structure. The cost of each debt component and the return of each equity component are separately identified with a weighted value. By adding together each weighted componen, we can determine on overall required return.” Investor dan debitur menginginkan oportunity cost yang minimal sama dengan yang mereka terima dari investasi lain saat mereka berinvestasi pada sebuah perusahaan. Oportunity cost merupakan biaya modal perusahaan yang juga merupakan tingkat pengembalian yang minimum yang dapat dihasilkan perusahaan dengan aset yang ada dan tetap memenuhi harapan dari para pemberi modal. Weighted average cost of capital dihitung dengan mengalikan masing-masing komponen modal dengan biaya masing-masing komponennya. Adapun rumus menghitung WACC adalah sebagai berikut: WACC = (Kd x Wd) + (Ke x We) Dimana: Kd
= Cost of Debt setelah pajak (%)
Wd
= Persentase total hutang jangka panjang terhadap struktur modal
Ke
= Cost of Equity (%)
26
Nani Sutianingsih, “Pengaruh Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Economic Value Added (EVA) terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan di Industri Semen”, (Tesis S2 Universitas Widyatama, 2008) hal.28
38
We
= Persentase saham biasa dalam struktur modal
Terdapat juga rumus lain untuk menghitung Weighted average Cost of Capital (WACC). Berikut cara penghitungannya:27
Dimana: D
= Tingkat Hutang
Rd
= Biaya Hutang (Cost of Debt)
Tax
= Tingkat Pajak
E
= Tingkat Modal
Re
= Biaya Modal (Cost of Capital)
C.Review Studi Terdahulu 1. Taufikurrahman (2005) melakukan penelitian pada tesisnya dengan judul Model Analisis Profitabilitas Pembiayaan pada Bank Umum Syariah di Indonesia menggunakan intergrasi konsep Activity Based Costing (ABC) dan Economic Value Added (EVA). Pada penelitian ini digunakan 2 metode yang diintegrasikan menjadi satu dimana ABC dan EVA digunakan untuk menghitung tingkat profitabilitas produk pembiayaan pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada Bank Syariah “X” metode
27
Ronald W. Hilton, Managerial Accounting: Creating Value in a Dynamic Business Environment Sevent Edition, Kuala Lumpur:McGraw Hill Irwin, 2008 hal.
39
ABC digunakan karena dapat menelusuri biaya overhead untuk mengukur profitabilitas secara lebih akurat, namun ABC tidak mempertimbangkan biaya modal (capital costing) dan hanya fokus pada biaya perusahaan. Oleh karena itu diintegrasikan dengan metode EVA dimana metode ini merupakan ukuran kinerja yang paling akurat dan dapat mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya dan dapat mengkaitkannya dengan penciptaan nilai tambah terhadap kekayaan pemilik modal. Integrasi dari dua metode ini akan menghasilkan penilaian profitabilitas yang akurat. Penelitian ini dilakukan agar metode ini dapat menjadi model alternatif dalam melakukan analisa profitabilitas produk pembiayaan untuk suatu Bank Syariah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa produk pembiayaan Bank Umum Syariah yang paling profitable dan memberikan nilai tambah (EVA) yang terbesar adalah BBA (Ba’i Bitsamanin Ajil) karena memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan biaya operasi yang relatif rendah. 2.
Ali Usman (2007), Analisa Komparasi tingkat profitabilitas produk Penyaluran danaantara PT. Bank Syariah Mandiri dengan Baitul Mal AlFalaah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan tingkat profitabilitas pembiayaan murabahah, mudharabah, dan musyarakah antara PT Bank Syariah Mandiri dan BMT Al-Falaah. Penelitian ini menggunakan Independent sample T-test untuk mengetahui apakah komparasi pembiayaan pada PT Bank Syariah Mandiri dan BMT Al-Falaah berbeda secara signifikan. Hasil dari Penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang
40
signifikan pada tingkat profitabilitas pada tiga pembiayaan pada PT Bank Syariah Mandiri dan BMT Al-Falaah selama periode April 2005 sampai dengan November 2006. 3.
Hilman
Fathoni
(2011),
Penilaian
Kinerja
Bank
Syariah
dengan
Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA). Penelitian ini dilakukan pada Bank Syariah Mega Indonesia, Peneliti mencoba meneliti suatu perusahaan meningkatkan kinerjanya dengan menggunakan metode EVA dan strategi-strategi apa yang akan diterapkan untuk meningkatkan kinerja berdasarkan keuangan dari tahun-tahun sebelumnya. Hasil kinerja Bank Syariah Mega Indonesia dapat dikatakan semakin baik setiap tahunnya, karena terjadi peningkatan nilai EVA secara terus menerus dari tahun 2006-2010.Untuk meningkatkan kinerja perusahaan, Bank Syariah Mega Indonesia mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudential banking), sektor usaha mikro dan gadai syariah akan menjadi sektor utama. Namun untuk
mengurangi
ketergantungan
terhadap
sektor
tersebut
Bank
meningkatkan pembiayaan melalui Joint Financing. 4.
Muhammad Ilham Khairuddin (2007), Strategi Pembiayaan Murabahah dalam rangka meningkatkan jumlah pendapatan di BPRS
Harta Insan
Karimah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan pengamatan langsung di BPRS Harta Insan Karimah melalui wawancara dan studi dokumen bank. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa BPRS Harta Insan Karimah melakukan beberapa Strategi dalam pemberian pembiayaan
41
murabahah,
diantaranya:
Strategi
pemasaran,
Prosedur
Pembiayaan
Murabahah, Proses Pembiayaan Murabahah, Pengawasan Pembiayaan Murabahah. Dengan melakukan strategi-strategi tersebut BPRS Harta Insan Karimah mengalami peningkatan pendapatan sebanyak 80% dari pendapatan tahun sebelumnya. 5.
Farida Ayu Avisena Nusantari (2011), Strategi BRI Syariah dalam Menganalisis Kelayakan Pembiayaan Mikro (Studi Kasus BRI Syariah Cabang Pembantu Cipulir). Penelitian ini dilakukan pada BRI Syariah Cabang Pembantu Cipulir dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah BRI Syaraih lebiih menekankan pada aspek Character, Capacity, dan Syariah. Namun aspek pendukung lainnya seperti Capital, Condition of Economy dan Collateral tetap dipertimbangkan. Untuk mengukur Character BRI Syariah melakukan BI Checking, Trade Checking dan pencarian informasi ke rekan kerja, pesaing atau pemilik usaha sejenis. Untuk mengukur Capacity BRI Syariah meneliti mengenai pendidikan dan penglaman usahanya. Dan untuk aspek syariah BRI Syariah menilai melalui usaha yang akan dibiayai berada dalam koridor syariah.
42
D.Kerangka Konseptual Bank Penghimpunan
Penyaluran
Dana
Dana
Pembiayaan
Pembiayaan
Korporasi
Mikro Keuntungan
Profitabilitas Pembiayaan Mikro Perbandingan Tingkat Profitabilitas Pembiayaan Mikro
Strategi Pembiayaan Mikro
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif Deskriptif dan Penelitian Kualitatif. Menurut Nawawi metode deskriptif yaitu metode-metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interprestasi yang rasional dan akurat. Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan faktafakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisis kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Sedangkan Penelitian Kualitatif adalah Penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam setting dan konteks naturalnya (bukan dalam laboratorium) dimana peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati.28 Penelitian Kualitatif juga merupakan Jenis pendekatan penelitian yang menghasilkan deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari fenomena yang dikaji. Pada Skripsi ini digunakan 2 jenis penelitian yaitu Penelitian Kuantitatif
28
(Leedy & Ormrod 2005; Pattorn 2001; Saunders, Lewis & Thornhill 2007)Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2012) h.7
43
44
Deskripif dan Penelitian Kualitatif karena ada 2 penelitian yang berbeda yang saling berkaitan. Penelitian Deskriptif digunakan untuk menganalisa Tingkat Profitabilitas Pembiayaan Mikro dengan menggunakan Kajian Pustaka mengenai Economic Value Added (EVA) sebagai indikator nilai Profitabilitas sebuah Produk yang bersumber dari Manajemen Biaya. Selanjutnya untuk menghitung tingkat profitabilitas Pembiayaan Mikro akan menggunakan Rumus EVA. Setelah Diketahui Nilai EVA dari masing-masing produk maka hasil perbandingannya digunakan sebagai dasar untuk mengetahui strategi yang digunakan masingmasing Bank untuk meningkatkan Profitabilitas Pembiayaan Mikro. Kemudian Penelitian Kualitatif digunakan untuk menganalisa Strategi yang dilakukan oleh masing-masing Bank untuk meningkatkan Tingkat Profitabilitas Pembiayaan Mikro. Jenis yang digunakan adalah Deskriptif Analitis yakni penelitian yang menggambarkan suatu gejala data-data dan informasi yang berdasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh di lapangan.29 Objek Penelitian ini adalah Pembiayaan Mikro Pada PT Bank BRISyariah tahun 2014. Objek dipilih berdasarkan Kinerja Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah yang tetap stabil meskipun Jumlah Pembiayaan Mikro pada BUS dan UUS di Indonesia menurun.
29
Suharsini Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) h. 309
45
B. Jenis dan Sumber Data Jenis Data yang digunakan adalah Data Kuantitatif dan Data Kualitatif. Data Kuantitatif digunakan untuk menganalisa fenomena yang terjadi pada objek penelitian dengan menggunakan metode tertentu. Dan Data Kualitatif yang menghasilkan Deskriptif dengan informasi dari orang yang terlibat langsung dalam objek penelitian.30 Dan juga Kajian Kepustakaan lainnya. Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Sekunder dan Data Primer. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada.31 Sedangkan Data Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari orang yang terlibat secara langsung dalam objek penelitian. Data Sekunder didapatkan dari Data-data Pembiayaan Mikro yang dimiliki oleh Unit Mikro Bank berupa: a. Laporan Keuangan Pembiayaan Mikro b. Jumlah Pembiayaan yang disalurkan c. Pendapatan Setelah pajak d. Biaya Modal untuk Pembiayaan Mikro Sedangkan Data Primer didapatkan dari manajer Unit Mikro Syariah Head yang dianggap dapat memberikan informasi Prosedur, aspek-aspek penilaian pembiayaan mikro oleh Bank dengan menggunakan Teknik Wawancara. 30
Lexy. J, Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cet II, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1998) h. 3 31
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakata:Bumi Aksara, 2006) h.19
46
C. Teknik Pengumpulan Data 1. Studi Pustaka Studi Pustaka yaitu pengumpulan data melalui Studi dari buku-buku literatur, catatan, atau informasi dari pihak lain sehubungan dengan masalah yang dibahas. Teknik dilakukan dengan mengumpulkan data-data kuantitatif yang akan diolah dan kemudian dilakukan penghitungan EVA produk dengan melakukan penyesuaian dengan angka-angka akuntansi dalam laporan. Penghitungan dimulai dengan menghitung nilai NOPAT, WACC, biaya modal dan nilai akhir EVA.Kemudian menganalisa nilai akhir EVA dari objek penelitian. 2. Dokumenter Dokumenter adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan data-data dokumentasi yang dimiliki PT. Bank BRISyariah. Baik berupa Laporan Keuangan maupun prospektus lembaga subjek penelitian. 3. Wawancara Wawancara adalah diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu.32 Teknik wawancara yaitu cara pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan
kepada
pihak-pihak
yang
terkait.
Teknik
pengumpulan data dengan wawancara ini dilakukan kepada Manajer Unit Mikro Objek Penelitian untuk mengetahui strategi yang digunakan oleh Bank dalam rangka meningkatkan profitabilitas pembiayaan mikro. 32
Samiaji Sarosa. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar.(Jakarta: Indeks, 2012) h. 45
47
D. Teknik Analisa Data Metode Penelitian yang digunakan pada Penelitian ini terdapat 2 metode, yaitu Metode Deskriptif Kuantitatif dan Metode Deskriptif Kualitatif. Untuk metode deskriptif kuantitatif menggunakan teknik Studi Pustaka untuk menemukan rumus Economic Value Added (EVA) sebagai salah satu cara untuk menganalisa profitabilitas produk. Economic Value Added (EVA) digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas yang dimiliki oleh bank. Economic Value Added (EVA) adalah salah satu rumus dalam Manajemen Biaya untuk menentukan tingkat profitabiltas pada produk sebuah perusahaan. Cara menghitung EVA dengan menggunakan rumus berikut: (Investment center’s total Economic asset – Value Added = Investment x (EVA) center’s Current Liabilities) Investment center’s after tax operating profit bisa disebut Investment center’s after tax operating profit
Weight Average cost of Capital juga dengan
NOPAT (Net Operating Profit after Tax). Nilai NOPAT didapatkan dengan menggunakan rumus berikut: Penjualan bersih
xxx
Biaya Operasi
xxx-
Laba sebelum bungan dan pajak (EBIT)
xxx
Pajak
xxx-
Laba Operasi bersih setelah Pajak (NOPAT)
xxx
48
Untuk menghitung Cost of Capital digunakan WACC (Weighted average cost of capital). WACC adalah jumlah seluruh biaya modal (biaya hutang atau cost of debt + biaya modal ekuitas atau cost of equity) setelah sebelumnya dibobotkan dengan proporsi hutang dan ekuitas dalam struktur neraca perusahaan. Biaya modal bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan minimum yang harus dicapai suatu investasi. Nilai EVA yang dihasilkan akan berupa nilai rupiah yang menunjukkan jumlah keuntungan asli Bank. Jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank mempengaruhi nilai EVA yang dihasilkan, oleh karena itu nilai EVA yang dihasilkan selanjutnya akan dibuat persentase dengan jumlah pembiayaan yang disalurkan sehingga perubahan nilai tambah pada pembiayaan akan terlihat. Setelah nilai EVA yang dipersentasekan telah diketahui, maka langkah selanjutnya adalah penelitian mengenai strategi apa yang dilakukan oleh bank untuk mempertahankan nilai profitabilitas pembiayaan mikro yang dimiliki. Untuk itu, digunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik analisa wawancara. Wawancara akan dilakukan dengan Unit Micro Head Bank, sehingga wawancara akan menghasilkan strategi yang dilakukan oleh bank. Teknik wawancara yang dilakukan merupakan wawancara personal. wawancara personal diartikan sebagai wawancara langsung antar orang, yaitu
49
antara peneliti (pewanwancara) dengan responden (yang diwawancarai), yang diarahkan oleh pewawancara untuk tujuan memperoleh informasi yang relevan.33 Langkah yang dilakukan dalam teknik wawancara adalah dengan menyajikan data berupa gambaran secara keseluruhan tentang analisa pembiayaan mikro didukung
dengan
data-data
dan
literatur
yang
berkaitan.
Setelah
itu
menggabungkan informasi yang diperoleh dari pihak divisi mikro dan menarik kesimpulan dan mengkaji tiap aspek penilaian. Dan hasil dari penguraian data serta informasi dari pihak internal kemudian diolah, diteliti dan dianalisa sehingga menjadi sebuah kesimpulan dengan teknik menguraikan pengertian dan penggunaanya dalam penelitianyang dilakukan. Sedangkan untuk teknik penulisan, penulis berpedoman pada buku pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012.
33
Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi- Bagaimana meneliti & menulis Tesis Edisi 3, (Jakarta:Penerbit Erlangga, 2009) h. 160
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan EVA Perhitungan EVA untuk Pembiayaan Mikro pada PT. Bank BRISyariah merupakan sesuatu yang jarang dilakukan karena perhitungan EVA cenderung digunakan untuk menilai kinerja Perusahaan bukan untuk menghitung Kinerja Produk. Namun perhitungan EVA merupakan perhitungan kinerja yang memungkinkan untuk berbagai segmen termasuk dengan kinerja produk. Dalam perhitungan kinerja produk menggunakan EVA terdapat beberapa penyesuaian dari perhitungan EVA untuk kinerja Perusahaan. Dalam rangkaian perhitungan EVA komponen yang harus diketahui adalah NOPAT, Capital, WACC (Weighted average Cost of Capital). Berikut perhitungan dari:
1. NOPAT (Net Operating Profit after Tax) Net Operating Profit after Tax (NOPAT) atau nilai laba bersih setelah Pajak dapat dilihat pada Laporan Laba Rugi Perusahaan, tapi karena NOPAT yang digunakan untuk penelitian ini merupakan NOPAT untuk Pembiayaan Mikro pada NOPAT dilihat dari laporan LOB Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah. Hasil Perhitungan NOPAT Pembiayaan Mikro pada Bank BRI Syariah sebesar Rp.519.191.805.235,- atau jika dalan jutaan rupiah sebesar 519.191. Perhitungan selanjutnya akan
50
51
menggunakan satuan jutaan rupiah untuk mempermudah penghitungan. Tabel berikut berisi perhitungan nilai NOPAT: Tabel 4.1 Tabel Nilai NOPAT Pembiayaan Mikro Bank BRI Syariah BRI Syariah NOPAT
519.191.805.235
Nilai NOPAT yang dihasilkan oleh PT. Bank BRISyariah sangat tergantung dengan nilai Jumlah Pembiayaan yang disalurkan. Karena Keuntungan Pembiayaan Mikro pada PT. Bank BRISyariah merupakan Margin Flat dari Pembiayaan Mikro yang menggunakan akad Murabahah. Nilai NOPAT menggambarkan Keuntungan yang didapatkan dari Produk Pembiayaan Mikro Bank. Namun nilai ini belum menunjukkan tingkat profitabilitas karena tidak mempertimbangkan Modal yang digunakan untuk menjalankan produk tersebut. 2. Capital Perhitungan EVA setelah menemukan nilai NOPAT untukPembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah sudah diketahui, langkah selanjutnya adalah perhitungan Modal untuk mempermudah perhitungan Weighted average Cost of Capital (WACC). Invested Capital merupakan perhitungan selanjutnya, berikut perhitungan Invested Capital Bank BRI Syariah (Perhitungan dalam jutaan Rupiah):
52
Invested Capital = (Total Hutang + Ekuitas) – Hutang Jangka Pendek = (Rp.18.635.406 +Rp.1.707.843) –Rp.1.594.018 = Rp.20.343.249 – Rp. 1.594.018 = Rp. 18.749.231 Nilai Invested Capital Bank merupakan nilai modal keseluruhan Perusahaan. Nilai Invested Capital ini merupakan modal yang digunakan oleh Bank untuk mengoperasikan beberapa produk dalam Bank tersebut, seperti Pendanaan dan Pembiayaan lainnya. Maka, nilai ini belum mewakilkan nilai Modal yang digunakan oleh Bank untuk Produk Pembiayaan Mikro. Sedangkan dalam Laporan Keuangan Pembiayaan Mikro sendiri tidak diketahui seberapa besar Modal yang digunakan oleh Perusahaan untuk Pembiayaan Mikro. Besar Modal yang digunakan oleh perusahaan untuk Pembiayaan Mikro perlu diketahui agar perhitungan EVA Pembiayaan Mikro dapat dengan baik dihitung, maka untuk menentukan besar Modal yang digunakan oleh Perusahaan untuk Pembiayaan Mikro digunakan asumsi bahwa modal yang digunakan oleh perusahaan memiliki porsi yang sama untuk setiap produk sesuai dengan jumlah aset yang digunakan. Aset Perusahaan yang digunakan untuk Pembiayaan Mikro adalah sekitar 30%. Tidak ada angka pasti jumlah Modal yang dikeluarkan untuk Pembiayaan mikro karena perusahaan akan tetap mendukung segala kegiatan
53
Pembiayaan Mikro yang dilakukan,34 oleh karena itu menggunakan asumsi biaya modal yang setara dengan jumla aset pembiayaan mikro merupakan cara yang tepat. Berikut Nilai Invested Capital setelah dipersentasekan dengan Produk yang lain:
Bank BRI Syariah (Perhitungan dalam Jutaan Rupiah):
Invested Capital = (Total Hutang + Ekuitas) – Hutang Jangka Pendek = (Rp. 3.812.249 + Rp. 349.373) – Rp. 326.088 = Rp. 4.161.622 – Rp. 326.088 = Rp. 3.835.534 Tabel 4.2 Nilai Invested Capital Pembiayaan Mikro BRI Syariah
Invested Capital
Perusahaan
Pembiayaan Mikro
18.749.231.000.000
3.835.534.000.000
Nilai Invested Capital Pembiayaan Mikro mewakili biaya modalyang dikeluarkan oleh perusahaan untuk Pembiayaan Mikro. Nilai Invested Capital pada Bank BRI Syariah sebesar Rp. 3.855.340.000.000,3. WACC (Weighted average cost of capital) NOPAT dan Invested CapitalPT. Bank BRISyariah telah diketahui maka langkah selanjutnya untuk menentukan nilai EVA adalah Weighted 34
Wawancara Pribadi dengan Bapak Gus Dwi Atmoko selaku Keuangan Micro Business Group (MBG) PT. Bank BRISyariah, Jakarta 8 September 2015
54
Average Capital (WACC). Dalam perhitungan WACC diperlukan beberapa langkah yaitu menghitung: 1. Tingkat Hutang Dalam perhitungan tingkat hutang dalam WACC diperlukan juga perhitungan biaya hutang (Cost of Debt) sebagai proporsi dari biaya modal yang dimiliki oleh bank. Nilai tingkat hutang juga akan dipersentasekan dengan jumlah pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank karena nilai tingkat hutang masih berupa tingkat hutang untuk seluruh perusahaan dan tidak ada nilai pasti hutang yang diberikan olehBank untuk Pembiayaan Mikro. Berikut perhitungan tingkat hutang Pembiayaan Mikro: Tingkat Hutang Pembiayaan Mikro Bank BRI Syariah:
= 91,60%
= 6,27% Tingkat Hutang (D) untuk Pembiayaan Mikro dari Bank BRI Syariah sebesar91,6% kemudian untuk Cost of Debt(rd) Pembiayaan Mikro
55
pada Bank BRI Syariah sebesar 6,27%. Nilai ini menunjukkan tingkat hutang yang digunakan oleh PT. Bank BRISyariah untuk produk Pembiayaan Mikro. Nilai ini memang tidak menunjukkan nilai asli tingkat hutang yang digunakan oleh bank karena nilai tingkat hutang ini merupakan asumsi besar nilai yang digunakan oleh kedua bank untuk pembiayaan mikro dari nilai tingkat hutang yang digunakan oleh Perusahaan. 2. Tingkat Modal Perhitungan tingkat modal dilakukan untuk menghitung tingkat Modal dan biaya modal yang dimiliki oleh bank sebagai langkah untuk menghitung Weighted average Cost of Capital (WACC). Terdapat beberapa pilihan penghitungan untuk mengukur tingkat Modal yang digunakan oleh perusahaan diantaranya menggunakan CAPM (Capital Asset Pricing Model), PER (Price Earning Ratio), dan Constant Growth Valuation (Gordon Model). Namun ketiga Perhitungan tersebut mempertimbangkan Saham yang diterbitkan oleh Perusahaan PT. Bank BRI Syariah belum melakukan Go Public dalam penjualan saham sehingga ketiga perhitungan tersebut tidak dapat digunakan. Maka perhitungan Tingkat Modal dan Biaya Modal yang digunakan adalah:
56
Tingkat Modal Pembiayaan Mikro Bank BRI Syariah
= 8,4%
= 30,4% Tingkat Modal (E) untuk Pembiayaan Mikro dari Bank BRI Syariah sebesar 8,4% kemudian untuk Cost of equity (re) Pembiayaan Mikro pada Bank BRI Syariah sebesar 30,4%. Sama dengan tingkat hutang, Nilai ini menunjukkan tingkat Modal yang digunakan oleh Bank untuk produk Pembiayaan Mikro. Nilai ini memang tidak menunjukkan nilai asli tingkat modal yang digunakan oleh bank karena nilai tingkat modal ini merupakan asumsi besar nilai yang digunakan oleh bank untuk pembiayaan mikro dari nilai tingkat modal yang digunakan oleh Perusahaan. 3. Nilai Tax Nilai tax dalam perhitungan Weighted average cost of Capital (WACC) merupakan salah satu yang perlu diketahui besarannya
57
karena nilai pajak sangat mempengaruhi biaya yang dikeluarkan oleh bank. Nilai Tax Pembiayaan Mikro Bank BRI Syariah
=57%
Tabel 4.3 Tabel perhitungan Tingkat Hutang, Tingkat Modal dan Tax untuk Pembiayaan Mikro pada Bank BRI Syariah BRI Syariah Tingkat Hutang (D)
91,60%
Biaya Hutang (rd)
6,27%
Tingkat Modal (E)
8,40%
Biaya Modal (re)
30,4%
Tax
57%
Nilai Tingkat Hutang, Tingkat Modal dan Tax sudah diketahui maka perhitungan WACC dapat dilakukan dengan menggunakan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya. Berikut perhitungannya: WACC BRI Syariah = [(D x rd)(1-tax) + (E x re)] = [(0,916 x 0,0627 )(1-0,57) + (0,084 x 0,304 )
58
= 0,0246 + 0.0285 = 0,0501 Nilai WACC yang dihasilkan oleh Bank BRI Syariah sebesar 0,0501. Nilai WACC merupakan nilai gabungan dain tingkat hutang (rd) dan tingkat biaya modal (re) sesuai dengan porsinya terhadap struktur modal. 4. Nilai EVA (Economic Value Added)
Dari Perhitungan setiap komponen yang akan digunakan untuk mengetahui nilai EVA Pembiayaan Mikro dari Bank BRI Syariah menggunakan NOPAT yang kemudian dikurangi dengan CapitalCharges. Nilai EVA Pembiayaan Mikro pada Bank BRI Syariah Capital Charges = Invested Capital x WACC = 3.835.534 x 0,0501 = 192.160,2534 EVA
= NOPAT – Capital Charges = 519.191 – 192.160,2534 = 327.030,7466 (Rp. 327.030.746.600,-)
Nilai EVA menggambarkan kinerja Pembiayaan Mikro pada periode tertentu dan menunjukkan seberapa besar manajemen telah menciptakan nilai tambah dari suatu produk. Semakin besar nilai EVA yang dihasilkan menunjukkan semakin baiknya kinerja manajemen perusahaan. Nilai EVA Pembiayaan Mikro pada tahun 2014 menunjukkan nilai sebesarRp. 327.030.746.600,-.
Jika
nilai
EVAdiproporsikan
dengan
59
JumlahPembiayaan maka nilai EVA adalah 10,48% dari jumlah Pembiayaan yang diberikan.Dalam perhitungan EVA untuk menciptakan nilai tambah yang positif perusahaan harus memiliki NOPAT yang lebih besar dari Capital Charges Peusahaan. Nilai EVA ini menggambarkan nilai tambah yang dimiliki oleh Pembiayaan Mikro PT. Bank BRI Syariah pada tahun 2014. Nilai tambah yang dimiliki oleh Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah cukup besar maka hal ini yang menjadikan alasan untuk PT. Bank BRI Syariah mempertahankan Jumlah Pembiayaan Mikro yang disalurkan disamping prinsip dasar perusahaan yang menitik beratkan pada SME (Small Medium Enterprise) atau UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Economic Value Added (EVA) menunjukkan nilai yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi pemegang saham, Pimpinan Perusahaan dan Divisi Mikro sendiri untuk mempertimbangkan keputusan selanjutnya, jika nilai tambah yang dihasilkan negatif maka Perusahaan mempunyai beban yang besar untuk memperbaiki strategi manajemen perusaahan terutama untuk Divisi Mikro, sedangkan jika nilai EVA benilai positif maka Perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan atau tetap mempertahankan Strategi manajemen perusahaan yang telah dilaksanakan. B.Proses Penyaluran Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah memiliki berbagai jenis Produk Pembiayaan yaitu Pembiayaan Komersil, Pembiayaan Konsumer dan Pembiayaan Mikro atau SME
60
(Small Medium Enterprise). Pembiayaan Mikro pada PT. Bank BRISyariah memiliki 3 produk utama yaitu Mikro 25 iB, Mikro 75 iB dan Mikro 500 iB. Setiap Produk memiliki karakteristik yang berbeda. Berikut karakter Pembiayaan pada PT. Bank BRISyariah:35 1. Mikro 25 iB merupakan Pembiayaan mikro dengan Plafond 5-25 juta dan merupakan KTA (Kredit Tanpa Agunan) untuk Mikro 25 iB memiliki jangka waktu 6-24 bulan. Margin sekitar 2-2,5% flat 2. Mikro 75 iB merupakan Pembiayaan Mikro dengan Plafond 5-75 juta dan bukan KTA (kredit tanpa Agunan) sehingga untuk mendapatkan Pembiayaan ini nasabah harus memiliki jaminan, jangka waktu untuk Pembiayaan adalah 6-24 bulan. Margin sekitar 1,5-1,8% flat 3. Mikro 500 iB merupakan Pembiayaan dengan Plafond 76-500 juta dan bukan KTA (Kredit Tanpa Agunan) sehingga memerlukan Jaminan, jangka waktu untuk pembiayaan ini selama 6-60 bulan atau 6 bulan sampai dengan 5 tahun. Margin sekitar 0,9-1,5% flat Perbedaan tingkat margin pada setiap produk disebabkan 2 hal, yaitu perbedaan resiko yang dimiliki setiap pembiayaan, semakin tinggi resiko yang dimiliki maka semakin tinggi nilai margin yang ditetapkan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko yang dimiliki. Alasan kedua yaitu karena secara
35
Wawancara pribadi dengan Bapak Irwan selaku Unit Micro Syariah Head, Jakarta 8 September 2015
61
volume margin kecil untuk Plafond Pembiayaan yang besar akan bernilai lebih besar dibandingkan dengan margin besar pada Plafond Pembiayaan yang kecil. Produk Pembiayaan Mikro pada PT. Bank BRISyariah memiliki tim Khusus yang menangani Pembiayaan Mikro. Satu tim disebut dengan Unit Mikro Syariah (UMS). Dalam satu tim UMS terdapat Formasi khusus yaitu Unit Head (UH), Unit Financing Officer (UFO), Sales Officer (SO) dan Relationship Officer (RO). Dalam satu Kantor Cabang bisa terdiri dari beberapa Unit Mikro Syariah (UMS) bergantung pada kebutuhan dan Potensi Pembiayaan Mikro di daerah kantor cabang. Berdasarkan Wawancara yang dilakukan dengan Bapak Irwan Selaku Unit Mikro Syariah Head Cabang Pondok Gede, maka Prosedur Pemberian Pembiayaan Mikro harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, diantaranya: 1. Tahap Pencarian Nasabah. Pada tahap ini pihak Bank melalukan Canvasing sebagai salah satu langkah untuk mencari nasabah. Tahap Canvasing ini dilakukan oleh Sales Officer (SO) yang akan memberikan perkenalan mengenai Produk Pembiayaan Mikro yang dimiliki oleh PT. Bank BRISyariah, melakukan penawaran Harga, Margin dan Plafond Pembiayaan yang mungkin diberikan.
62
2. Tahap Permohonan Pembiayaan Tahap ini dilakukan setelah proses canvasing dilakukan dan nasabah menyutujui tawaran yang diberikan oleh Sales Officer (SO). Proses pengajuan Pembiayaan ini dilakukan dengan pemenuhan syarat-syarat awal dalam Pembiayaan yaitu36:
Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia
Usia minimal 21 tahun/telah menikah untuk usia diatas >18 tahun
Wiraswasta yang usahanya sesuai prinsip syariah
Lama usaha calon nasabah : o Untuk Mikro 75iB dan Mikro 500iB, lama usaha minimal 2 tahun o Untuk Mikro 25iB, lama usaha minimal 3 tahun
Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau investasi
Memiliki usaha tetap
Jaminan atas nama milik sendiri atau pasangan atau orang tua atau anak kandung
Biaya administrasi mengikuti syarat dan ketentuan yang berlaku
36
Persyaratan Pembiayaan http://www.brisyariah.co.id/
Mikro,
diakses
pada
12
September
2015
dari
63
Memenuhi Persyaratan Dokumen berikut:
Produk
Mikro 25 iB
Mikro 75 iB
Mikro 500 iB
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Jaminan*
X
√
√
NPWP**
X
√
√
FC KTP Calon Nasabah & Pasangan Kartu Keluarga & akta Nikah Akta Cerai/ Surat Kematian Pasangan Surat
Izin
Usaha/Surat
Keterangan Usaha
*tanah dan Bangunan, Tanah Kosong, Kendaraan, Kios, atau Deposito **Untuk Pembiayaan diatas 50 Juta Setelah Nasabah melengkapi Persyaratan maka dilakukan Verifikasi Data Nasabah dimulai dengan menilai Karakter nasabah yang dilakukan dengan cara: a. BI Checking BI Checking dilakukan untuk mengetahui karakter nasabah melalui Bank Checking dimana bank dapat mengecek informasi kredit yang pernah diperoleh debitur sebelumnya beserta kolektibilitasnya. Metode credit checking dapat dilakukan melalui sistem internal bank dan Informasi Debitur Individual (IDI) kepada Bank Indonesia. IDI BI adalah informasi mengenai individu atau suatu perusahaan dalam berhubungan dengan
64
bank, fasilitas kredit yang diperoleh, kolektibilitas, dan informasi kredit lainnya.37Jika hasil BI checking menunjukkan Pembiayaan sebelumnya lancar (Kolektibilitas 1) atau Dalam Perhatian Khusus (Kolektibilitas 2) maka Proses Pembiayaan dapat dilanjutkan sedangkan jika dalam posisi kolektibilitas 3,4 dan 5 maka Proses Pembiayaan akan dihentikan karena memiliki resiko yang tinggi. b. Interview Interview dilakukanpada saat Sales Officer (SO) melakukan survey kepada nasabah. Pada saat survey SO dapat melalukan Verifikasi data secara On The Spot dan Trade Checking. On The Spot atau kunjungan langsung ke tempat usaha/domisili nasabah dimaksudkan untuk mengecek kebenaran data dengan melihat secara fisik tempat usaha/domisili agunan, serta menggali aktivitas
usaha
debitur.
Sedangkan
Trade
Checking
dimaksudkan untuk menilai nasabah dalam menjalankan usahanya dan bagaimana manajemen perusahaan
dalam
menjalankan usahanya. Trade Checking dilakukan kepada sejumlah Supplier, pelanggan, distributor, dan rekan bisnis lainya yang terkait dengan nasabah.Pada tahap ini Survey
37
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014) hal.128
65
dilakukan oleh Unit Financing Officer (UFO) dan Unit Head (UH). Jika Pembiayaan diatas 50 juta maka dokumen kemudian akan diberikan kepada Analys Financing Officer (AFO) sedangkan jika pembiayaan di atas 100 juta maka Pimpinan Cabang akan ikut serta dalam survey. 3. Tahap Analisa Pembiayaan Pada tahap ini dilakukan Analisa Pembiayaan yang dilakukan oleh Komite. Komite terdiri dari Unit Head (UH),Unit Fianncing Officer (UFO), Analys Financing Officer (AFO), Sales Officer (SO) dan pihak bisnis.38 Komite bertugas untuk menentukan Jumlah Pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabah melalui beberapa Analisa, diantaranya:
Analisa Kualitatif Analisa Kualitatif merupakan penilaian atas prinsip dasar 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition of Economic). Beberapa Analisa yang dilakukan pada beberapa aspek yaitu Aspek Manajemen, Aspek Produksi, Aspek Pemasaran. Ketiga aspek tersebut dianalisa secara sederhana sesuai dengan hasil yang telah didapat pada saat survey. Dalam Analisa Kualitatif 5C merupakan tujuan utama namun dalam
38
Wawancara pribadi dengan Bapak Irwan selaku Unit Micro Syariah Head, Jakarta 8 September 2015
66
Analisa Pembiayaan Mikro pada PT. Bank BRISyariah Condition of Economic seringkali tidak digunakan karena Bank akan mencari usaha yang memiliki omzet harian sehingga tidak terlalu terpengaruh dengan kondisi ekonomi yang terjadi. Bank juga seringkali menghindari usaha-usaha yang terpengaruh oleh BI rate untuk mengurangi resiko kredit macet.
Analisa Kuantitatif Pada Analisa Kuantitatif, bank melakukan analisa pada aspekCapital dan Keuangan Debitur. Analisa Kualitatif biasanya dilakukan pada Neraca, Laporan Laba/Rugi, dan Laporan
Sumber
dan
Penggunaan
Dana.
Analisa
Kuantitatifdengan menggunakan Neraca, Laporan Laba/Rugi dan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Hanya digunakan pada Pembiayaan Mikro 500 iB, sedangkan untuk Mikro 25 iB dan Mikro 75 iB. Laporan tersebut tidak diwajibkan penggunaannya kecuali perusahaan memilikinya.39
Analisa Jaminan Pada tahap ini Bank melakukan Evaluasi pada Jaminan yang diberikan oleh Nasabah. Analisa Jaminan ini Hanya terjadi pada Pembiayaan Mikro 75 iB dan Mikro 500 iB karena Mikro 25 iB
39
Wawancara pribadi dengan Bapak Irwan selaku Unit Micro Syariah Head, Jakarta 8 September 2015
67
merupakan Kredit Tanpa Agunan (KTA). Analisa Jaminan didasarkan pada pertimbangan berikut:
Keyakinan bank bahwa debitur dapat menyelesaikan kewajiban berdasarkan kelayakan dan kemampuan keuangan debitur
Agunan yang disyaratkan agar memperhatikan struktur kredit,
kompetisi,
jenis
agunan,
dan
riwayat
pembayaran.
Agunan yang diserahkan debitur dipertimbangkan dapat mencukupi pelunasan kewajiban debitur dalam hal debitur tidak mampu memenuhi kewajiban
Kriteria Agunan pembiayaan:
Mempunyai nilai ekonomis, dalam arti dapat dinilai dengan uang dan dapat dijadikan uang
Kepemilikan dapat dipindahtangankan dari pemilik semua kepada pihak lain (marketable)
Mempunyai nilai yuridis, dalam arti dapat diikat secara
sempurna
berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku.
ketentuan
dan
68
4. Tahap Pemberian Putusan Pembiayaan Tahap ini terjadi setelah tahap analisa pembiayaan selesai maka akan keluar Surat Permohonan Pengajuan Pembiayaan (SP3) yang mencantumkan dengan jelas Jumlah Pembiayaan besrta Syaratsyarat pembiayaan sesuai dengan usulan/persyaratan yang telah dipenuhi dan ditetapkan oleh pemegang kewenangan termasuk jumlah jaminan yang harus dipenuhi oleh debitur. Surat ini bertujuan untuk memastikan:
Syarat
pembiayaan
sesuai
usulan/persyaratan
yang
disetujui dan ditetapkan, termasuk persyaratan jaminan yang harus dipenuhi calon nasabah pembiayaan.
Bersifat tidak mengikat secara legal, pemberian fasilitas tergantung dari dipenuhinya ketentuan /kondisi dan dokumentasi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan prosedur persetujuan pembiayaan.
Konfirmasi persetujuan nasabah pembiayaan selanjutnya jadi dasar untuk menandatangani perjanijan pembiayaan dan pengikatan agunan serta pengikatan lainnya yang terkait.
69
5. Tahap Pencairan Pembiayaan Tahap Pencairan Pembiayaan dilaksanakan setelah Nasabah dan pihak Bank sepakat dengan Jumlah Pembiayaan yang ditawarkan. Pada tahap ini terjadi Pengikatan Akad dan Pencairan Pembiayaan. Akad yang digunakan dalam Pengikatan Akad adalah Akad Murabahah dimana Nasabah dapat memutuskan akan tetap melanjutkan Pembiayaan atau tidak dengan Jumlah yang ditawarkan oleh Bank. Jika nasabah menyetujui Jumlah Pembiayaan yang ditawarkan oleh Bank maka tahap selanjutnya yaitu Pencairan dapat dilakukan. Pengikatan Akad Pembiayaan Mikro terdiri dari Pengikatan Pembiayaan dan Pengikatan Jaminan. Secara garis besar, terdapat dua macam Pengikatan yaitu: a. Pengikatan di bawah tangan Pengikatan
dibawah
tangan
adalah
Proses
penandatanganan akad yang dilakukan oleh Bank Syariah dan Nasabah. b. Pengikatan Notariel Pengikatan Notariel adalah proses penandatanganan akad yang disaksikan oleh Notaris. Perbedaan antara keduanya adalah pada saat terjadi penyangkalan terhadap akad transaksi dimaksud. Pada pengikatan dibawah tangan,
70
maka pada saat terjadi penyangkalan, bank harus membuktikan bahwa
nasabah
yang
bersangkutan
benar-benar
telah
menandatangani sedangkan pada notariel, nasabah harus yang harus membuktikannya.
Setelah
dilakukan
pengikatan
terhadap
pembiayaan, selanjutnya pengikatan terhadap jaminan. Terkait dengan jaminan, maka jenis pengikatan terdiri dari: 1. Hak Tanggungan, untuk jaminan berupa tanah. Dasar hukumnya adalah UU No. 4 tahun 1996 tanggal 9 April 1996 tentang Hak Tanggungan. 2. Hipotik, untuk jaminan berupa barang tidak bergerak selain tanah dan kapal berukuran 20 m3 ke atas. Dasar hukumnya adalah Kitab undangUndang Hukum Perdata pasal 1162. 41 3. FEO (Fiducia Eigendoms Overdracht) atau Fidusia, untuk jaminan berupa barang bergerak. Dasar hukumnya adalah UU No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. 4. Gadai, untuk jaminan berupa barang perniagaa, surat berharga dan logam mulia yang penguasaannya ada di tangan bank. Pengikatan gadai ini biasanya disertai dengan Surat Kuasa Mencairkan. Dasar hukumnya adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1152. 42 5. Cessie, untuk jaminan berupa piutang. Dasar hukumnya adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 613. 43
71
6. Borght, untuk jaminan berupa personal guarantee (jaminan pribadi). Proses selanjutnya adalah pencairan fasilitas pembiayaan kepada nasabah. Sebelum melakukan proses pencairan, maka harus dilakukanpemeriksaan kembali semua kelengkapan yang harus dipenuhi sesuai disposisi Komite Pembiayaan pada proposal pembiayaan. Apabila semua persyaratan telah dilengkapi oleh nasabah, maka proses pencairan fasilitas dapat diberikan.40 Untuk pencairan fasilitas sebelumnya telah ada, maka proses yang perlu dilakukan adalah memeriksa kelonggaran tarik fasilitas. Jika pencairan masih dalam batas kelonggaran tarik, maka pencairan dapat dilakukan, namun jika melebihi kelonggaran tarik maka pencairan harus dihentikan hingga ada persetujuan dari Komite Pembiayaan.Persetujuan
lanjutan
penyimpangan.Penyimpangan
ini
ini dapat
disebutkan dilakukan
sebagai jika
telah
mendapat persetujuan kembali dari Komite Pembiayaan. 6. Tahap Monitoring Setelah semua tahapan dilakukan dan dipenuhi maka proses yang terakhir dari pembiayaan adalah proses monitoring atau proses pemantauan. Bagi officer bank syariah, pada saat memasuki tahap ini
40
Sunarto Zulkifili, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2006) h. 154
72
maka sebenarnya risiko pembiayaan baru saja dimulai saat pencairan dilakukan. Proses pemantauan dapat dilakukan dengan memantau realisasi pencapaian target usaha dengan business plan yang telah dibuat sebelumnya. Apabila terjadi tidak tercapainya target, maka officer bank harus segera melakukan tindakan seperti turun langsung ke lapangan menemuinasabah untuk mengetahui permasalahan yang dialami nasabah, kemudian memberikan solusi penyelesaian masalah kepada nasabah.Tugas ini dilakukan oleh Relationshif Officer (RO) yang tugas dan tanggung jawab utamanya adalah Maintenance Nasabah. Beberapa langkah monitoring yang harus dilakukan antara lain:
Memantau mutasi rekening koran nasabah.
Memantau pelunasan angsuran
Melakukan kunjungan rutin ke lokasi usaha nasabah untuk memantau langsung operasional usaha dan perkembangan usaha.
Melakukan pemantauan terhadap perkembangan usaha sejenis melalui media massa atau media lainnya. Dalam memberikan pembiayaan, bank wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melaksanakan kewajibannya yaitu melunasi pembiayaan sesuai dengan perjanjian.
73
Mulai 1
SO Melakukan Prospek terhadap Calon Nasabah Baru
1b SO Menerima Walk in Costumer baru yang mengajukan Pembiayaan
2
SO Melakukan Verifikasi karakter dan analisa usaha terhadap calon nasabah 3 SO Memberikan aplikasi peermohonan pembiayaan untukdiisi lengkap oleh calon nasabah dan ditandatangani berikut menginformasikan persyaratan dokumen pembiayaan yang harus dilengkapi
Pastikan apakah tempat calon nasabah usaha masuk dalam radius area 5 km dari UMS
Ke Proses 2
4
SO Menerima aplikasi permohonan pembiayaan dari calon nasabah yang telah diisi lengkap dan ditandatangani, copy dokumenpembiayaan dan menyiapkan DCL kemudian checklist status dokumen yang telah lengkap, bubuhkan paraf pada sisi checklist
Tolak/Selesai
Tidak UFO memastikan kelengkapan dokumen proposal pembiayaan, dan melakukan dedupe calon nasabah pada register pembiayaan
ya 5a UFO Meregistrasi aplikasi permohonan pembiayaan pada registrasi dan memverifikasi nomor registrasi pada aplikasi tersebut
A
1c SO Menerima Form aplikasi Top Up/Penambahan Fasilitas yang telah diisi lengkap oleh nasabah
Ketentuan Top Up/Penambahan Fasilitas
74
A 6
UFO Mengajukan permohonan BI Checking ke Financing Support dan setelah mendapatkan hasil dilengkapi pada berkas aplikasi permohonan pembiayaan
5a UFO Registrasi suatu aplikasi Reject dan aplikasi disimpan di tempat yang aman
7 UFO Melalukan verifikasi atas keabsahan dokumen persyaratan, verifikasi hasil BI Checking dan daftar hitam BI
5b
Dokumen absah BI Checking & Daftar Hitam BI Clear
UFO Melakukan survei ke calon nasabah untuk Check Character,trade Checking dan atau penilaian jaminan
Hasil Survai OK? 9 UFO Membuat LKN, MUP dan atau LPBJ serta menandatanganinya 10 UH/Pincapem Melakukan verifikasi terhadap karakter dan kondisi usaha Hasil Verifikasi OK? 11
UH/Pincapem Membuat LKN UH, menandatangani LKN UFO, MUP dan LPBJ
B
UFO Menerima status aplikasi yangditolak dan diinformasikan pada calon nasabah
Selesai
75 B
Persetujuan sesuai limit BWPP UMS
12 AFO Melakukan survei ke calon nasabah untuk Check Character, Trade Checking dan atau penialaian jaminan
Tidak
ya
Persetujuan sesuai limit BWPP UMS
14 UFO Registrasi status proposal yang disetujui, membuat SP3 dan memberikan kepada SO
Tidak Ya Ya
15 SO Menginformasikan ke calon nasabah bahwa status permohonan telah disetujui dan memberikan SP3 ntuk ditandatangani oleh calon nasabah
13
Pincapem/MMM/Pinca Review dan menandatangani MUP sesuai limit BWPP
Tidak Ke Proses 5b dan 5c
16
UFO Membuat Akad Pembiayaan Pengikatan Jaminan (Jika Menggunakan Jaminan) dan Surat Bukti Serah Terima Jaminan Asli 17 Nasabah Menyerahkan dokumen asli,jaminan (jika ada jaminana) dan menerima Surat Bukti Serah Terima Jaminan) dan Surat Bukti Serah Terima Dokumen/Jaminan Asli (BSTJ) 18
UFO Menerima, memverifikasi dokumen pembiayaan dan jaminan asli untuk memastikan dokumen yang diberikan sesuai dengan kondisi saat verifikasi awal, kemudian dilengkapi dengan DCL sesuai kelengkapan fisik dokumen dan menandatanganinya serta menandatanganinya BSTJ bersama UH 19
Nasabah, UFO, UH Menandatangani akad pembiayaan dan atau pengikatan Jaminan
B
19b
Nasabah Nasabah didampingi SO/UFOmembuka rekening tabungan di cabang dan menyetorkannya
19c
Nasabah Menerima Salinan Akad Pembiayaan Pengikatan Jaminan, Bukti Serah Terima Jaminan yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak
19d Cabang Create CIF dan membuka rekening tabungan mikro untuk hasil realisasi, pendebetan biaya-biaya dan pembayaran angsuran
76
C 20
UFO Membuat IRP sesuai kondisi yang ada pada MUP dan menandatanganinya
21 UFO Menerima IRP, DCL, dokumen pembiayaan dan jaminan asli serta BSTJ dll 22 UFO Check kelengkapan dokumen asli sesuai dengan DCL serta menandatanganinya dan menyusun pembiayaan sesuai ketentuan 23
UH Memastikan isi IRP sudah sesuai dengan MUP, kelengkapan dokumen asli (dokumen pembiayaan dan jaminan) sesuai dengan ketentuan dan menandatangani IRP tersebut 24
Pincapem/MMM Memastikan IRP telah sesuai dengan MUP serta telah ditandatangani oleh UFO dan UH kemudian menandatanganinya 25 UH Menyampaikan berita IRP yangtelah ditandatangani oleh UFO, UH dan Pincapem/MMM ke Financing Support 26 Financing Support Check kelengkapan pengisian IRP, verifikasi tandatangan pejabat berwenang yang ada pada IRP dibandingkan dengan speciment
D
77
D Tidak
IRP Ok?
Ke Proses 22
Ya 27 a
Operasi Pembiayaan Melakukan Create Financing Account dan membukukan realisasi Pembiayaan 28
Operasi Pembiayaan Menginformasikan hasil realisasi setiap akhir hari sesuai berita realisasi dari UMS sebagai konfirmasi bahwa URP telah dijalankan 29 UFO Membuat rekap hasil realisasi per hari dan wajib melakukan rekonsiliasi hasil realisasi setiap akhir hari berdasarkan informasi dari financing support 30
UH Melakukan pencocokan hasil realisasi antara rekap realisasi dengan report realisasi dari Financing Support
Selesai Gambar 4.1 Bagan Alur Proses Pemberian Pembiayaan Mikro Sumber: Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro PT.Bank BRISyariah
Keterangan: MMM: Micro Marketing Manager MM : Marketing Manager DCL : Document Check List
78
LKN : Laporan Kunjungan Nasabah LPBJ : Laporan Penilaian Barang Jaminan MUP : Memorandum Usulan Pembiayaan BWPP: Batas Wewenang Persetujuan IRP : Intruksi Realisasi Pembiayaan BSTJ : Bukti Serah Terima Jaminan C. Analisa Prosedur Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah Proses Prosedur Pembiayaan pada PT. Bank BRISyariah memiliki prosedur yang baik dimana setiap pihak memiliki kewenangan dan tanggung jawab masing-masing. Pada tahap pencarian nasabah, tanggung jawab terbesar berada di Sales Officer (SO) karena Sales Officer bertanggung jawab untuk menawarkan dan menjelaskan produk pembiayaan mikro pada calon nasabah sehingga calon nasabah mengerti dan tertarik untuk menggunakan Pembiayaan mikro pada PT. Bank BRI Syariah. Terdapat 3 cara pada tahap pencarian nasabah. Pertama, SO melakukan pencarian nasabah (canvasing). Kedua, Walk in Costumer atau calon nasabah datang langsung dan mengajukan pembiayaan ke bank dengan syarat memiliki radius 5 km dari Kantor Unit Mikro Syariah atau jarak disesuaikan dengan deviasi Pimpinan Cabang. Ketiga, Menerima Top Up atau Penambahan Fasilitas oleh nasabah.41
41
Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah Edisi Desember 2009, hal 26
79
Namun pada proses ini karena Bank hanya membatasi pada radius 5 km dari Kantor Unit Mikro Syariah (UMS) maka beberapa pengusaha lain yang diluar radius kantor Unit Mikro Syariah tidak akan mendapatkan pengetahuan mengenai Pembiayaan Mikro yang dimiliki oleh Bank Syariah. Tahap Permohonan Pembiayaan dilakukan setelah tahap pencarian nasabah
selesai,
pada
tahap
ini
Sales
Officerdan
Unit
Financing
Officermembantu calon nasabah yang sudah layak diberikan pinjaman untuk mempersiapkan berkas permohonan pengajuan pembiayaan. Dokumen yang disyaratkan oleh bank akan membantu bank untuk menerapkan prosedur baku yang telah ditetapkan oleh pihak eksternal seperti Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dan juga mengurangi resiko awal pada pembiayaan. Selain mempersiapkan berkas permohonan Pembiayaan SO dan UFO juga melakukan verifikasi data setelah mengajukan permohonan pembiayaan, hasil dari verifikasi harus clear sehingga dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya, namun jika hasil verifikasi tidak clear maka permohonan pembiayaan akan dimasukkan ke dalam data reject dan disimpan dengan baik. Tahap Permohonan Pembiayaan terjadi pada proses 3, proses 4, proses 5a, proses 6, proses 7, dan proses 8. Pada semua proses ini dilakukan Check Character dan Trade Checking dengan BI Checking, Interview dan Survai pada nasabah dan usaha nasabah. Proses ini merupakan tahap awal verifikasi yang akan menentukan keberlanjutan proses pembiayaan berdasarkan hasil verifikasi yang ada.
80
Tahap Analisa Pembiayaan merupakan tahap yang paling penting pada tahap pemberian pembiayaan karena pada tahap ini bank akan menentukan kelayakan usaha untuk diberikan pembiayaan. Tahap Analisa Pembiayaan terjadi pada Proses 9, proses 10, proses 11, proses 12, dan proses 18. Pada Proses pemberian Pemberian Pembiayaan Mikro di PT. Bank BRISyariah analisa dilakukan melalui verifikasi usaha dan kelengkapan dokumen diataranya adalah dokumen LKN (Laporan Kunjungan Nasabah), MUP (Memorandum Usulan Pembiayaan), LPBJ (Laporan Penilaian Barang Jaminan), dan DCL (Document Check List). Dokumen-dokumen tersebut mewakili 3 analisa yang dilakukan, setiap analisa memiliki peranan masing-masing dalam proses analisa pembiayaan. Analisa Kualitatif menggambarkan Karakter Calon Nasabah dan Usaha yang dijalankan. Ketika Analisa ini tidak dijalankan dengan baik maka kemungkinan kredit macet lebih besar. Namun pada tahapini Bank mengesampingkan analisa kondisi ekonomi negara. Sedangkan ekonomi negara sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha nasabah. Pengaruh besar atau kecil dari kondisi ekonomi negara terhadap usaha yang dijalankan, analisa ini tetap harus dilakukan untuk membantu proses analisis. Tahap
Pemberian
Putusan
Pembiayaan
terjadi
setelah
Analisa
Pembiayaan selesai dan dikeluarkannya Surat Persetujuan Permohonan Pembiayaan (SP3). Tahap ini terjadi pada proses 14, proses 15, dan proses 13, tahap ini merupakan keputusan awal dari disetujuinya fasilitas pembiayaan
81
untuk nasabah melalui keputusan komite pembiayaan yang akan menentukan fasilitas pembiayaan yang akan diberikan.42Komite pembiayaan membatasi pihak lain di luar komite untuk memutuskan fasilitas pembiayaan yang akan diberikan. Dan ini cukup membantu untuk menghindari adanya pihak yang turut ikut campur dalam penetapan keputusan. Meskipun begitu tahap ini merupakan tahap yang akan memberikan pilihan kepada nasabah untuk menandatangani Surat persetujuan permohonan pembiayaan atau tidak. Tahap Pencairan Pembiayaan dilakukan setelah tahap pemberian putusan pembiayaan dilakukan. Pada tahap ini terjadi pengikatan akad dan pencairan jaminan, tahap ini merupakan awal dari fasilitas pembiayaan yang akan berdampak pada kelancaran fasilitas pembiayaaan. Tahap ini fokus pada legalisasi kelengkapan fasilitas Pembiayaan. Sehingga tahap ini akan mengikat nasabah dan bank secara legal atas fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh bank. Adanya pengikatan dibawah tangan dan pengikatan notariel membantu proses pelegalan pembiayaan. Namun pengikatan dibawah tangan memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikatan notariel karena pengikatan dibawah tangan hanya melibatkan nasabah dan bank pada proses pengikatannya. Selain Pengikatan proses ini juga melalui verifikasi dokumen agar tahap pengikatan tidak dilakukan dengan tanpa pertimbangan, dokumen yang melalui
42
Wawancara pribadi dengan Bapak Irwan selaku Unit Micro Syariah Head, Jakarta 8 September 2015
82
verifikasi adalah dokumen BSTJ (Bukti Serah Terima Jaminan) dan Akad Pembiayaan. Setelah hasil kedua dokumen baik maka akan ada IRP (Intruksi Realisasi Pembiayaan), MUP (Memorandum Usulan Pembiayaan). Semua dokumen tersebut akan diverifikasi dan disetujui secara bertahap dari UFO kemudian ke UH dan selanjutnya menuju Pincapem, setelah disetujui oleh Pincapem maka tahap selanjutnya ke Financing Support untuk proses Pembiayaan. Sedangkan untuk Pencairan Dana Pembiayaandilakukan oleh Operasi Pembiayaan seperti ketentuan Pencairan Pembiayaan lainnya.43 Tahap Monitoring dilakukan oleh Relationship Officer (RO) wewenang dan tanggung jawab RO yang paling penting adalah maintenance nasabah. Untuk monitoring, Relationship Officer melakukan kunjungan rutin kepada nasabah dan memantau langsung operasional usaha dan perkembangannya. Namun Relationship Officer tidak ikut membantu dalam proses pengembangan usaha yang dilakukan nasabah. Untuk memaksimalkan usaha yang dijalankan oleh nasabah bank memiliki potensi untuk mendampingi usaha yang diberikan fasilitas pembiayaan, agar usaha nasabh tidak hanya terbantu secara finansial namun juga terbantu untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan melalui fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh bank.
43
Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah Edisi Desember 2009, hal 29-
30
83
D. Strategi Penyaluran Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah Strategi Penyaluran Pembiayaan Mikro PT. Bank BRI Syariah dilakukan dengan beberapa hal yang seringkali dilakukan oleh semua pihak di Unit Mikro Syariah (UMS). Setiap bagian memiliki tugas yang berbeda dan memaksimalkan beban kerja yang dimiliki. Berikut Strategi yang dilakukan oleh Bank: 1. Bank Memiliki Standard Operating Procedure (SOP) yang wajib dipatuhi oleh seluruh Staff sesuai dengan beban kerja masing-masing.44 Setiap Staff memiliki tugas masing-masing yang akan saling berkaitan dan saling melengkapi satu sama lain. Berikut tugas setiap Staff dalam satu Unit Mikro Syariah (UMS): a. Unit Head
Melakukan Cek Karakter dan usaha calon Nasabah
Memberikan Keputusan Pembiayaan sesuai batas wewenang
Menandatangani Perjanjian Pembiayaan dan Pengikatan Jaminan
Menandatangani Perintah Realisasi Pembiayaan
b. Unit Financing Officer
Membuat Registrasi aplikasi Pembiayaan. jumlah aplikasi disetujui dan jumlah aplikasi yang ditolak
44
Mengajukan permohonan BI Checking
Memastikan Kelengkapan dokumen Pembiayaan
Wawancara Pribadi dengan Bapak Irwan selaku Unit Micro Syariah Head, Jakarta 8 September 2015
84
Melakukan Verifikasi dan memastikan Keabsahan dokumen Pembiayaan
Melakukan cek karakter calon nasabah, analisa usaha dan penilaian jaminan.
Memberikan rekomendasi keputusan pembiayaan
Menyerahkan seluruh dokumen pembiayaan dan jaminan dan perintah realisasi pembiayaan
c. Sales Officer
Melakukan prospek ke calon nasabah yang tempat usahanya masuk dalam radius 5 km dari kantor Unit Mikro Syariah (UMS).
Melakukan verifikasi karakter dan analisa usaha terhadap calon nasabah
Memberikan aplikasi permohonan pembiayaan yang diisi lengkap oleh calon nasabah dan ditandatangani berikut menginformasikan persyaratan copy dokumen pembiayaan yang harus dilengkapi.
Melengkapi persyaratan pembiayaan calon nasabah
Membuat prescreening (cek karakter minimal 3 responden, cek kemampuan usaha on the spot)
Menyampaikan persetujuan/penolakan keputusan pembiayaan ke calon nasabah
85
d. Relationship Officer
Melakukan kunjungan intensif kepada nasabah pembiayaan untuk mengecek keadaan nasabah, stabilitas usaha, dan kelancaran Pembiayaan.
Mendampingi nasabah dalam pemanfaatan Pembiayaan yang telah diberikan oleh pihak Bank.
Mengingatkan nasabah atas kewajiban yang dimiliki nasabah terhadap Bank
Proses Pembiayaan yang dilakukan oleh PT. Bank BRISyariah memilki Prosedur yang cukup baik dan semua pihak telah memiliki beban kerja masing-masing yang harus dilakukan pada proses pembiayaan. Dalam konteks manajeman modern, proses pembiayaan yang baik merupakan suatu proses yang tercatat dan teradministrasikan dengan baik.45 Proses pembiayaan harus berjalan sesuai dengan ketentuan internal dan eksternal yang berkaitan dengan pembiayaan. Hal tersebut perlu dilakukan karena pembiayaan melibatkan 2 pihak yaitu nasabah dan Bank dimana proses pembiayaan harus memberikan manfaat untuk keduanya. Karena melibatkan berbagai kepentingan itulah maka, proses dan pengelolaan pembiayaan harus dilakukan secara patut dan bertanggung jawab. Proses pembiayaan yang ketat dinilai penting untuk menghasilkan pembiayaan
45
Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syaraih, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015) hal. 104
86
yang sehat, berkualitas, dan memberikan pendapatan bagi bank. Semua proses tersebut akan berjalan dengan baik apabila sumber daya manusia yang mengelola pembiayaan menjaga amanah yang diberikan oleh perusahaan untuk bekerja sesuai dengan ketentuan. 2. Melakukan Analisa Pembiayaan, analisa pembiayaan yang dilakukan oleh bank untuk Pembiayaan Mikro dilakukan dengan melakukan Analisa Kualitatif, Analisa Kuantitatif, dan Analisa Jaminan. Berikut Analisa yang dilakukan oleh Bank: 1. Analisa Kualitatif digunakan untuk menilai karakter Nasabah yang akan dilakukan pada Proses Awal Pembiayaan dengan Proses On the Spot, Bank Checking, dan Trade Checking. Analisa ini menghasilkan data berisi deskripsi karakter nasabah yang membantu komite untuk menentukan kelayakan Nasabah untuk diberikan Pembiayaan. 2. Analisa Kuantitatif dilakukan dengan mengecek Laporan keuangan Perusahaan untuk Pembiayaan Mikro 500 iB sedangkan untuk Mikro 25 iB dan Mikro 75 iB analisa Kuantitatif dilakukan dengan Survey langsung ke tempat Usaha karena untuk nasabah Mikro 25 iB dan Mikro 75 iB tidak memiliki Laporan Keuangan yang baik. 3. Analisa Jaminan dilakukan pada Pembiayaan Mikro 75 iB dan Mikro 500 iB karena kedua Produk Pembiayaan ini mensyaratkan Jaminan untuk
pemberian
pembiayaan.
Jaminan
yang
diberikan
akan
87
diasuransikan oleh Bank untuk mengurangi resiko kerusakan, kecelakaan, dan kejadian tidak terduga lainnya pada jaminan. Analisa Pembiayaan dilakukan untuk mengurangi resiko penyalahgunaan pembiayaan oleh nasabah. Dengan melakukan Analisa Pembiayaan yang baik maka resiko kredit macet yang akan dialami oleh Bank berkurang.46Selain melakukan Analisa Pembiayaan, Bank juga mengasuransikan Pembiayaan Mikro yang disalurkan kepada Nasabah untuk mengurangi resiko yang akan dihadapi setelah semua Prosedur dilakukan. Asuransi berguna ketika Nasabah mengalami keadaan yang tidak terduga seperti Kecelakaan, Kebakaran, Penipuan, atau bahkan Kematian. Beberapa Perusahaan Asuransi yang digunakan oleh PT. Bank BRI Syariah adalah Asuransi Askrindo Syariah, Jamkrindo Syariah, Sinar Mas Syariah, BNI Syariah dan Bringin Sejahtera Arta Makmur (BSAM). Asuransi BSAM digunakan oleh PT. Bank BRISyariah untuk mengasuransikan Jaminan yang diberikan oleh nasabah. 3. Memilih Target Marketing yang tepat.Target Marketing untuk Pembiayaan Mikro adalah seluruh UMKM (Usaha Kecil Mikro Menengah) yang berada di sekitar Unit Mikro Syariah (UMS) untuk memilih target marketing yang tepat PT. Bank BRI Syariah melakukan beberapa hal, diantaranya: 2. Melakukan Analisa Pasar, Analisa Pasar dilakukan dengan 2 sasaran yaitu Target Market dan Target Jaminan.
46
Wawancara Pribadi dengan Bapak Irwan Selaku Unit Micro Syariah Head, Jakarta 8 September 2015
88
Target Market Target Market dilakukan melalui Analisa Pasar yang dilakukan untuk menentukan target marketing selanjutnya sehingga analisa pasar yang dilakukan fokus pada usaha yang dijalankan oleh nasabah
Target Jaminan Target Jaminan merupakan Analisa Pasar yang tidak hanya mempertimbangkan usaha yang ada sehingga layak untuk dijadikan target marketing, tapi juga mempertimbangkan Jaminan yang dimiliki oleh nasabah. Seperti kios-kios yang dimiliki oleh nasabah di pasar induk, sehingga kios dpat dijadikan jaminan untuk Pembiayaan.
3. Memilih Segmen Khusus untuk usaha yang akan dibiayai, merupakan salah satu cara yang tepat untuk mengurangi resiko yang dimiliki oleh Pembiayaan Mikro. Saat ini Bisnis Mikro yang dilakukan oleh PT. Bank BRISyariah konsisten pada aspek pembiayaan
Produktif.
Sasaran
nasabahpembiayaan
adalah
pedagang kebutuhan pokokdan pakaian serta barang dagangan lainnya,dengan program “Serbu Pasar &Open Table”,yang masingmasing telah menyerap sekitar75% dan 25% dari total pembiayaan
89
mikro yangdisalurkan.47 Hal ini juga selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Bapak Irwan bahwa Bisnis Mikro PT. Bank BRI Syariah fokus pada usaha dengan Omzet Harian untuk menghindari usaha-usaha yang terpengaruh oleh kondisi ekonomi negara yang memiliki resiko tinggi karena perubahan BI Rate, Valuta Asing dan kondisi ekonomi negara lainnya.48 Memilih Target Marketyang tepat merupakan strategi PT. Bank BRISyariah yang tidak hanya mempertimbangkan potensi usaha mikro namun juga menentukan posisi Bank di Pasar Pembiayaan Mikro. Memilih target yang tepat merupakan strategi Targeting dan Positioning yang dilakukan bersamaan dengan satu tujuan yaitu produk memiliki posisi di masyarakat. Menentukkan target pasar merupakan hal yang paling pokok yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan akan lebih mudah menentukan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen apabila terget pasar ditetapkan dengan jelas, ada tiga strategi penetapan target pasar di Dunia pemasaran, yaitu:49
47
Laporan Tahunan Bank BRI Syariah tahun 2014, hal 46 Wawancara Pribadi dengan Bapak Irwan Selaku Unit Micro Syariah Head, Jakarta 8 September 2015. 49 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Uatama, 2015) hal. 228 48
90
1) Strategi pemasaran tanpa pembeda (undifferentiated marketing) dimana perusahaan tidak membedakan target pasar tertentu untuk menawarkan produk. 2) Strategi pemasaran dengan pembeda (differentiated marketing) dimana perusahaan memutuskan untuk memilih beberapa segmen pasar sesuai dengan kebutuhan konsumen. 3) Strategi Pemasaran Terkonsentrasi (Concentrated marketing) dimana perusahaan lebih berfokus memasarkan produknya kepada satu atau beberapa kelompok pembeli saja. DalamHal ini Bank melakukan Strategi Differentiated marketing yang memfokuskan pada beberapa segmen pasar sesuai kebutuhan konsumen. Bank memosisikan produk pembiayaan dalam pasar bertujuan agar produk memiliki tempat yang jelas, berbeda dan diartikan dengan baik oleh debitur. Hal ini selaras dengan teori positioning yang dilakukan oleh marketing bank. Menurut Rheinald Kasali dalam buku Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, penentuan posisi (Positioning) adalah strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak konsumen agar produk/merek/nama anda mengandung arti tertentu yang dalam beberapa segi mencerminkan keunggulan terhadap produk dalam bentuk hubungan asosiatif. Menurut Kotler, positioning adalah tindakan yang dilakukan oleh marketer untuk membuat citra produk dan hal-hal yang ingin ditawarkan kepada pasarnya, berhasil memperoleh posisi yang jelas
91
mengandung arti dan terbedakan (diantara pesaing) dalam benak sasaran konsumennya.50 Pada posisi ini bank dituntut agar dapat memosisikan produknya diantara banyak pesaing (Competitor) sehingga bank dapat melakukan inovasi terhadap produk pembiayaan yang ditawarkan dan mempunyai posisi yang kuat di pasar. Karena itu, dalam memosisikan produknya bank perlu melakukan pengembangan dalam bauran pemasaran untuk mengurangi keseluruhan persepsi nasabah potensial terhadap setiap jenis pembiayaan. Saat ini persaingan perbankan sangat ketat sehingga divisi marketing bank harus pandai menentukan strategi komunikasi untuk memasuki pikiran danmenguasai hati nasabah agar produk menganduk arti tertentu dan mempunyai kesan yang baik di masyarakat.
50
Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, hal.227
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan Hasil Penelitian Profitabilitas Pembiayaan Mikro pada PT. Bank BRISyariah tahun 2014 menunjukkan bahwa Pembiayaan Mikro pada PT Bank BRISyariah memiliki nilai Economic Value Added (EVA) yang baik yaitu sebesar Rp. 327.030.746.600,- atau jika dipersentasekan dengan jumlah Pembiayaan yang disalurkan adalah sebesar 10,48%. Nilai EVA yang dihasilkan menunjukkan bahwa PT. Bank BRI Syariah telah menyalurkan Pembiayaan dengan Baik sehingga keuntungan yang dihasilkan menunjukkan nilai yang cukup besar dengan nilai tambah sebesar 10.48%. hal ini tidak terlepas dari Strategi yang dilakukan oleh Bank dalam Proses Penyaluran Dana Pembiayaan Mikro. Strategi yang dilakukan oleh Pembiayaan Mikro adalah: 1)
Bank Memiliki Standard Operating Procedure (SOP) yang wajib dipatuhi oleh seluruh Staff sesuai dengan beban kerja masing-masing. SOP terdiri dari Prosedur Pemberian Pembiayaan dan juga tugas setiap pihak dalam Unit Mikro Syariah.
2)
Melakukan Analisa Pembiayaan sesuai Prosedur untuk mengurangi resiko kredit macet dan mengasuransikan Pembiayaan serta Jaminan agar Asuransi dapat tetap memenui kewajiban Nasabah kepada Bank ketika kejadian tidak terduga dialami oleh nasabah pembiayaan. 92
93
3)
Memilih Target Marketing yang tepat. Bank melakukan pemilihan target yang tepat dengan Analisa Pasar untuk menentukan Target Market dan Target Jaminan. Kemudian juga lonsisten dengan memberikan Pembiayaan Produktif pada Pedagang yang memiliki Omzet Harian untuk menghindari resiko pengaruh ekonomi negara.
B. Saran Berdasarkan Penelitian yang dilakukan, beberapa saran yang penulis berikan adalah: 1. PT. Bank BRISyariah agar menentukan nilai Modal dan Hutang yang tepat untuk Pembiayaan Mikro agar lebih mudah dalam Pengukuran lainnya karena Perhitungan Profitabilitas Pembiayaan Mikro menggunakan Economic Value Added (EVA) sangat bergantung pada Tingkat Modal dan Tingkat Hutang yang dikeluarkan bank untuk Produk Pembiayaan Mikro. Namun dalam Struktur Laporan Keuangan Pembiayaan Mikro tidak ada nilai modal dan hutang yang tepat. 2. PT. Bank BRI Syariah agar melakukan Ekspansi Pembiayaan kepada sektor lain selain usaha produktif harian seperti Pedagang Makanan dan Pakaian agar penyaluran Pembiayaan dapat dirasakan oleh seluruh sektor mikro. Meskipun pemilihan beberapa segmen merupakan Strategi marketing dan positioning bank.
94
3. Peneliti Selanjutnya agar menambahkan data penelitian sehingga perubahan nilai EVA pada Pembiayaan Mikro di setiap tahun dapat diketahui dan kemungkinan penerapan Economic Value Added (EVA) untuk perhitungan Profitabilitas Pembiayaan Mikro dapat diketahui. 4. Peneliti selanjutnya dapat mencari cara perhitungan lain selain menggunakan Economic Value Added (EVA) untuk meneliti tingkat Profitabilitas Produk pada Bank dimana pencarian data lebih mudah dan akurat.
95
DAFTAR PUSTAKA BUKU A, Wangsawidjaya, Utama, 2012
Z, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisi Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001 Al-arif, M. Nur Rianto,Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, Jakarta: Alfabeta, 2010 Charles, W Lamb, Jr., dkk, Pemasaran, Jakarta: Salemba Empat, Edisi Ke-1 Jilid I, 2001 Don. R Hansen dan Maryanne M. Mowen, Manajemen Biaya Akuntansi dan Pengendalia Buku 2, Jakarta: PT Salemba Empat patria, 200 Edward J. Blocher, Kung H. chen &Thomas W. lin, Manajemen Biaya dengan tekanan stratejik, Jilid 2, Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2001 Hansen, Don R dan Maryanne M. Mowen, Manajemen Biaya: Akuntansi dan Pengendalian Buku 2, Jakarta: PT Salemba Empat Patria, 2001 Husein, Umar. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi Kedua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2009 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bank Syariah, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2014 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta, Gramedia Pustka Utama, 2015 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakata:Bumi Aksara, 2006 Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori menuju Aplikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, edisi keenam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2012
96
Moeloeng, Lexy J,Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Karya, 1998 Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi- Bagaimana meneliti & menulis Tesis Edisi 3, Jakarta:Penerbit Erlangga, 2009 Muhammad, Bank Syariah: Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN, 2005 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005 Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro PT. Bank BRISyariah Edisi Desember 2009 Philip Kotler, Marketing Mangement, New Jersey: Prentince Hall, 2000 Rivai, Veithzal, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2010 Ronald W Hilton, Michael W. Maher, dan Frank H. Selto, Cost Management: Strategic for Business Decision, North America: Brent Gordon (Mc Gaw Hill), 2003 Ronald W. Hilton, Managerial Accounting: Creating Value in a Dynamic Business Environment Sevent Edition, Kuala Lumpur:McGraw Hill Irwin, 2008 hal. Saefuddin Arif, Azharuddin Lathif. Diktat Kontrak Bisnis Syariah. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2011 Samiaji Sarosa. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks, 2012 Suharsini Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Sunarto Zulkifili, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2006 Wangsawidjaya, A. Z. Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012
97
Warde, Ibrahim, Islamic Finance: Islam dalam Perekonomian Global, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009
JURNAL DAN SKRIPSI Ali Usman, “Analisa Komparasi tingkat profitabilitas produk Penyaluran dana antara PT Bank Syariah Mandiri dengan Baitul Mal Al-Falaah”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2007) Dwi Rosita, “Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Return On Equity (ROE) pada PT. Aqua Golden Mississipi, Tbk” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, 2009) Farida Ayu Avisena Nusantari, “Strategi BRI Syariah dalam Menganalisis Kelayakan Pembiayaan Mikro (Studi Kasus BRI Syariah Cabang Pembantu Cipulir)”(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) G. Bennet Stewart III, “EVA works- buat Not if You make these common Mistake,” Fortune, 1 Mei 1995 Hilman Fathoni, “Penilaian Kinerja Bank Syariah Menggunakan Economic Value Added (EVA)”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) Muhammad Ilham Khairuddin, “Strategi Pembiayaan Murabahah dalam rangka meningkatkan jumlah pendapatan di BPRS Harta Insan Karimah.” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007) Nani Sutianingsih, “Pengaruh Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Economic Value Added (EVA) terhadap Tingkat Pengembalian Saham pada Perusahaan di Industri Semen”, (Tesis S2 Universitas Widyatama, 2008) Taufikurrahman, “Model Analisis profitabilitas produk pembiayaan pada bank Syariah dengan menggunakan integrasi konsep Activity-Based Costing (ABC) dan Economic Value Added (EVA)”, (Tesis S2 Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia,2005)
98
Teddy Sumirat Bassar ,“Analisa Perbandingan Kinerja Penghimpunan dana dan Penyaluran Dana Masyarakat pada PT. Bank Muamalat Indonesia sebelum dan sesudah Kebijakan Perbankan 1998.” (Tesis S2 Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2004)
WEBSITE Laporan Tahunan BRI Syariah Tahun 2013 Laporan Tahunan BRI Syariah Tahun 2014 Metadata Kredit UMKM Indonesia, diakses pada 29 Januari 2014 dari http://www.bi.go.id/id/statistik/metadata/kredit-umkm/Contents/Default.aspx Nugraha Ridha, Manajemen Pembiayaan Panduan Untuk Koperasi Syariah SDM Kementerian Koperasi, artikel diakses pada 2 Februari 2015 dari http://hasbullah.multiply.multiplycontent.com Pengertian UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), artikel diakses pada 3 maret 2015 dari http://abstraksiekonomi.blogspot.com/ Persyaratan Pembiayaan Mikro, diakses pada 12 http://www.brisyariah.co.id/?q=pembiayaan-mikro
September
2015
dari
LAMPIRAN
99
100
Hasil Wawancara Mengenai Pembiayaan Mikro Narasumber: 1. Nama Jabatan 2. Nama Jabatan
: Irwan : Unit Micro Syariah Head Pondok Gede : Gus Dwi Atmoko : Keuangan Micro Banking Group (MBC)
Waktu
: Selasa, 8 September 2015
Tempat
: Kantor Pusat BRI Syariah, Divisi Pembiayaan Mikro
1. Mohon dijelaskan mengenai Produk Pembiayaan Mikro yang ada di Bank Untuk sekarang prosuk Pembiayaan Mikro di BRI Syariah ada 3 Produk.Pertama, Mikro 25 itu jumlah pembiayaan yang diberikan berkisar 5-25 juta tapi merupakan pembiayaan KTA (Kredit Tanpa Agunan). Kedua, mikro 75 itu jumlah pembiayaan yang diberikan berkisar 5-75 juta
tapi bukan
Pembiayaan KTA (Kredit tanpa Agunan) dan kemudian yang terakhir. Ketiga, Mikro 500 ini merupakan pembiayaan yang diberikan besarnya berkisar 76-500 juta. Untuk jangka waktu pada mikro 25 itu hanya 6 bulan-2 tahun atau 6 -24 bulan, sedangkan untuk mikro 75 dan mikro 500 itu jangka waktunya 6 bulan-5 tahun atau 6-60 bulan. Pembiayaan Mikro memberikan pembiayaan untuk modal kerja, investasi dan konsumtif. Namun khusus untuk pembiayaan konsumtif itu tidak diberikan secara 100% namun hanya 50:50, maksudnya untuk pembiayaan produktif 50% dan untuk pembiayaan konsumtif 50%.
101
2. Bagaimana Kriteria usaha mikro yang layak diberikan Pembiayaan? Pada umumnya kami melihat yang perputaran usahanya harian, kalo perputaran usahanya mingguan itu kita hindari, meskipun ada beberapa usaha yang perputarannya mingguan kita berikan pembiayaan. Kita pilih usaha yang perputarannya harian karena omsetnya akan terlihat pada harian. Kedua, tidak memiliki masalah dengan bank ini dibuktikan dengan BI Checking yang bagus.Ketiga, jika menggunakan jaminan maka jaminan yang dimiliki mengcover pembiayaan yang diberikan dan jaminannya bagus.Untuk bentuk jaminan yang diberikan dapat berupa AJB (Akta Jual Beli), BPKB (Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor), Sertifikat dan lain-lain tergantung jumlah pembiayaan yang diberikan. 3. Apa Keunggulan Pembiayaan Mikro pada Bank BRI Syariah dibandingkan dengan Bank lain? Keunggulan yang dimiliki pembiayaa mikro pada Bank BRI Syariah tentu saja karena kami memberikan Pembiayaan Mikro yang bergerak di bidang Syariah dan menggunakan sistem Murabahah sehingga segala sesuatu menggunakan akad jual-beli. Dan pada sistem Murabahah menggunakan margin yang flat sehingga tidak akan terpengaruh dengan BI rate. 4. Bagaimana perkembangan Pembiayaan di sektor UMKM dan non UMKM? Kami hanya memberikan Pembiayaan pada sektor UMKM dan tidak pernah bermain pada perusahaan besar, maksimal jenis usaha yang kita berikan
102
pembiayaan adalah CV, itupun CV perorangan atau keluarga jika merupakan CV berkelompok maka akan kami tolak. 5. Bagaimana Prosedur Permohonan Pembiayaan Bank untuk sektor UMKM? Langkah awal yang biasanya dilakukan adalah SO (Sales Officer) melakukan canvasing atau mencari nasabah. SO (Sales Officer) akan memberikan perkenalan, penawaran harga, margin, dan Plafond yang sesuai, kemudian jika nasabah setuju atau cocok dengan tawaran dari SO (Sales Officer) maka selanjutnya akan dilakukan pengajuan pembiayaan. Pada saat ini akan ada syarat-syarat awal pada proses pengajuan pinjaman seperti fotocopy KTP, fotocopy KK, NPWP dan lain-lain. Kemudian pihak bank akan menyiapkan berkas, yang pertama dilakukan adalah BI Checking stelah hasil BI Checking keluar dan menunjukan Clear atau kol 2 maka akan dilanjutkan dengan survey yang dilakukan oleh UFO (Unit Financing Officer) dan UH (Unit Head). Jika Pembiayaan diatas 50 juta maka akan ditarik ke AFO (Analys Financing Officer). Kemudian jika pembiayaan diatas 100 juta maka akan ditemani oleh Pincapem (Pimpinan Cabang Pembantu) dan harus ada pada saat survey bahkan pada foto Survey. Setelah survey selesai maka komite (UFO, AFO, SO, pihak bisnis) akan menentukan jumlah pembiayaan yang layak diberikan berdasarkan berkas usaha, karakter, dan jaminan. Misalnya jika nasabah mengajukan pembiayaan sebesar 300 juta namun berdasarkan komite hanya layak diberikan pembiayaan sebesar 200 juta, maka hal ini akan disampaikan kepada nasabah. Nah pada saat pnawaran jumlah pembiayaan ini lah terjadi murabahah dimana
103
ada penjual dan pembeli yang menawarkan. Jika margin sesuai maka nasabah akan lanjut namun jika tidak sesuai maka nasabah berhak untuk menolak. Jika nasabah sudah cocok maka selanjutnya akan dilakukan proses akad yang dimulai dengan keluarnya SP3 (Surat Persetujuan Permohonan Pembiayaan) dari komite yang akan ditandatangani oleh nasabah, setelah itu maka akan ada proses pengikatan akad dan Pencairan Pembiayaan. 6. Seberapa besar keuntungan dari pembiayaan mikro? Dalam pembiayaan mikro syariah yang digunakan adalah margin, nah margin itu tergantung plafond pembiayaan yang diberikan. Untuk mikro 25 margin perbulan itu ratenya 2-2,5 dan itu flat. Tapi ini tidak tergantung wewenang siapa yah? Karena kalo membahas itu akan panjang jadinya. Sedangkan untuk mikro 75 itu ratenya 1,5 sampai 1,68 eh 1,5-1,8. Untuk mikro 500 itu 0,94-1,5. 7. Apa yang dilakukan untuk menghindari kredit macet? Nah tadi ada analisa survey, analisa kredit dan lain-lain merupakan langkah awal untuk menghindari kredit macet yang kedua untuk saat ini ada RO (Relationsgip Officer) yang bertugas untuk maintenance nasabah disamping SO (Sales Officer) itu sendiri.Caranya dengan sering datang mengunjungi nasabah baik pada saat pembiayaan ataupun setelah Pembiayaan.RO (Relationsgip Officer) ini tidak bertugas sebagai kolektor melainkan sebagai penghubung antara pihak bank dengan nasabah. Dan untuk menjaga kestabilan itu RO, SO, UH dan yang lainnya akan tetap menjaga komunikasi dengan nasabah. Ini merupakan sistem yang digunakan di tahun 2014 tahun ini sistemnya akan berubah. Tapi jika
104
terjadi kredit macet maka ada collection supervisor dari kantor pusat dan itu sudah beda lagi, biasanya dari pihak unit dulu baru ke pusat 8. Jumlah Pembiayaan yang paling sering dikeluarkan berapa dan jangka waktunya berapa lama? Yang paling banyak diberikan rata-rata adalah mikro 25 dan mikro 75. Ini karena jumlah orang yang diberikan pembiayaan mikro 25 dan mikro 75 lebih banyak dibandingkan dengan mikro 500.Tapi kalo nominal tentu saja mikro 500 karena sekali mengeluarkan pembiayaan nominal yang dikeluarkan besar. 9. Jika dilihat dari golongan pembiayaan berapa besar porsi pembiayaan yang disalurkan ke sektor UMKM? Kalo secara nilai tidak terlalu besar paling sekitar 3,7 triliun atau 3,3 triliun. Beda dengan pembiayaan yang lain yang bisa 100 miliar untuk satu pembiayaan. Mungkin sekitar 30-40%. Pembiayaan kan ada Komersil, SME (Small Medium Enterprise) dan Konsumer. Nah mungkin pembiayaan mikro sebesar 30% dan yang lainnya sekitar 70%. 10. Bagaimana Strategi Bank dalam menganalisa kelayakan Pembiayaan mikro yang diajukan nasabah? Iya biasanya dilakukan dengan survey, tanya jawab dengan perusahaan kemudian bertanya ke tetangga atau kadang juga verifikasi ke supplier atau pelanggannya. Selain 5C tidak ada tambahan lain. Namun biasanya C terakhir Condition of Economic jarang digunakan tapi untuk yang lainnya pasti digunakan.Condition
of
Economic
jika
digunakan
akan
sulit
karena
105
parameternya susah dan kalaupun digunakan maka perusahaan akan kesulitan dan oleh karena itu kita menggunakan usaha harian karena tidak akan terlalu berpengaruh. Karena usaha harian tidak akan terlalu terpengaruh dengan BI rate kalau perusahaan yang terpengaruh dengan BI rate itu yang kita hindari. 11. Berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga pembiayaan disetujui? Jika berdasarkan SOP (Standard Operating Procedure) maka untuk mikro 25 dan mikro 75 itu 3 hari sedangkan untuk mikro 500 itu bisa 5 hari. Namun ini bisa saja lebih lama karena berkas yang tidak lengkap. Biasanya perusahaan akan kesulitan untuk melengkapi kelengkapan berkas pembiayaan itu yang kibatkan proses pembiayaan lebih lama. Namun jika berkas sudah lengkap maka pembiayaan bisa lebih cepat dilakukan. Kemudian jika berkas sudah lengkap hasil BI Checking bagus, jaminan meng-cover maka pembiayaan akan lebih cepat dilaksanakan. 12. Jelaskan mengenai istilah-istilah dalam alur proses pembiayaan! Untuk istilah dalam alur proses Pembiayaan itu mungkin ada Canvasing, yaitu proses SO (Sales Officer) untuk mencari nasabah kemudian jika ada kendala maka akan dibantu oleh UH (Unit Head) sampai dengan closing. Setelah closing makan akan ada pelengkapan berkas, jika berkas sudang lengkap akan ada BI Checking, jika BI Checking sudah lengkap maka akan dilakukan survey oleh UFO (Unit Financing Officer). Setelah selesai dan jumlah pembiayaan diatas 50 juta maka akan ada area dan pincapem turun langsung untuk mempercepat proses pencairan. Setelah proses ini selesai makan akan naik ke komite, setelah
106
dari komite maka akan ada persetujuan yang keluar dalam bentuk SP3 (surat permohonan pengajuan pembiayaan). 13. Bagaimana cara untuk menilai karakter calon nasabah? Untuk yang pertama adalah menilai karakter nasabah menggunakan BI Checking kemudian yang kedua pada saat interview, biasanya kita sudah tahu untuk usaha tertentu biasanya omset seberapa besar dan ketika nasabah bohong maka akan ketahuan bahwa nasabah memiliki karakter yang kurang baik. Setelah itu juga akan bertanya pada tetangga mengenai karakter nasabah, atau misalnya ada tukang tagih yang pernah datang sebelumnya.biasanya semua terjadi dalam survey. Namun semua ini tergantung BI Checking, jika BI Checking buru maka tidak akan dilanjutkan sedangkan jika BI Checking hasilnya bagus maka akan dilanjutkan ke survey. 14. Bagaimana mengenai analisa pasar? Analisa Pasar ada 2 Jenis. Pertama, Target Marketing untuk target marketing ini dapat di proses namun jaminan dalam pasar itu tidak bisa digunakan contohnya kios yang memiliki BOP (Balance of Payment) dan surat kepemilikan lainnya tapi kiosnya kita tidak bisa berikan pembiayaan tapi hanya usaha yang dijalankan saja. Kedua, Target Jaminan. Target jaminan yang dimaksud adalah jaminan yang meerupakan target pasar, jadi yang dapat diberikan pembiayaan tidak hanya usaha tapi juga kios yang digunakan sebagai contoh kios-kios di jatinegara itu bisa mencapai harga 700 juta maka kios di pasar tersebut dapat dijadikan terget jaminan. Setiap unit biasanya memiliki target jaminan.
107
Kemudian jika hanya dijadikan target pasar maka itu hanya terjadi pada tingkat cabang namun jika sudah sampai target jaminan maka harus sampai ke FRM (Financing Risk Management) dan itu harus dengan persetujuan dari FRM (Financing Risk Management), jika disetujui oleh FRM (Financing Risk Management) maka dapat dijadikan jaminan. 15. Apa tujuan dari BI Checking? Tujuan BI Checking yang pertama adalah untuk mengetahui karakter nasabah kemudian yang kedua untuk mengetahui kemampuan nasabah maksudnya kemampuan bayar atau kemampuan cicilan. Jika nasabah sudah memiliki banyak cicilan ya jangan ditambah lagi nanti bisa macet. 16. Pembiayaan Mikro memiliki resiko yang tinggi, maka cara apa yang ditempuh untuk meminimalisir resiko? Untuk meminimalisir resiko itu semua harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada.Semua SOP (Standard Operating Procedure) harus dilakukan dengan baik. Contoh dari BI Checking itu agar tidak ada penyalahgunaan tujuan oleh nasabah 17. Apakah Pembiayaan Mikro memiliki manajemen keuangan sendir yang terpisah dari peusahaan? Ya Pembiayaan Mikro memiliki Laporan keuangan sendiri yang terpisah dari Perusahaan. 18. Berapa besar Modal dan besar hutang yang digunakan perusahaan untuk pembiayaan Mikro?
108
Tergantung
Produktivitasnya
karena
perusahaan
selalu
support
untuk
Pembiayaan Mikro jadi tidak ada pembatasan, tapi berdasarkan jumlah pembiayaan jika dipersentasekan yang mungkin 30% tapi perusahaan tidak pernah membatasi. Jika hari ini ternyata pencairan sangat besar perusahaan pasti support tapi kan Pembiayaan Mikro itu nominalnya kecil maka untuk pembiayaan 1 triliun rupiah mungkin ada ratusan nasabah yang diberikan pembiayaan. Perusahaan tidak pernah membatasi untuk Pembiayaan Mikro karena Core Base dari perusahaan induk kita adalah mikro. Tapi tetap harus dijaga jangan sampai banyak kredit macet 19. Berapa besar aset perusahaan yang digunakan untuk Pembiayaan Mikro? Sekitar 30% 20. Akad apa yang digunakan oleh Bank untuk Pembiayaan Mikro? Untuk akad prosuk memang hanya murabahah tapi dalam pelaksanaan ada 3 akad yang digunakan yaitu akad Murabahah, Wakalah dan Qardh. Murabahah digunakan saat jual beli antara nasabah dan bank, kemudian wakalah digunkan pada saat nasabah mewakili bank untuk membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah yang kemudian akan dijual kepada nasabah dengan menggunkaan akad murabahah. Sedangkan untuk Qardh digunakan pada saat take over. Pada saat Take over akad yang digunakan adalah Qardh kemudian wakalah baru dilakukan akad murabahah. Dan semua akad wajib dilakukan kecuali Qardh yang hanya digunkan pada saat take over.
109
21. Bagaimana cara bank mempertahankan tingkat pembiayaan mikro hingga sekarang? Yang terpenting adalah menjalankan sesuai SOP (Standard Operating Procedure) jika sudah sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure) maka resiko kredit macet hampir tipis.Kecuali ada kejadian tidak terduga seperti kecelakaan, kebakaran, nasabah meninggal dunia. 22. Untuk mengatasi hal tidak terduga tersebut apa yang dilakukan oleh bank? Untuk mengatasi hal tersebut semua pembiayaan akan diasuransikan sehingga ketika kejadian tidak terduga terjadi akan ada asuransi yang membantu. Asuransi yang digunakan oleh kami saat ini ada BSAM (Bringin Sejahtera Arta Makmur), Askrindo Syariah, Jamkrindo Syariah, Sinar Mas Syariah, BNI Syariah dan satu asuransi lain yang sering digunakan untuk asuransi Pembiayaan Mikro 25 dan Mikro 75. Karena BSAM (Bringin Sejahtera Arta Makmur) lebih sering digunakan untuk asuransi Jaminan.
110
Hasil Wawancara Narasumber
: Irwan
Jabatan
: Unit Micro Head
Waktu
: Kamis, 8 Oktober 2015
Tempat
: Kantor Pusat BRI Syariah – Menara Jamsostek Lt.21
4. Kenapa Margin yang digunkan untuk Plafond pembiayaan yang lebih Kecil lebih besar dibandingkan dengan Margin untuk Plafond Pembiayaan yang lebih besar? Karena Plafond Pembiayaan yang lebih kecil seperti Mikro 25 iB memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan dengan Plafond Pembiayaan Mikro 75 iB dan Mikro 500 iB. Hal ini disebabkan karena tidak adanya jaminan pada produk mikro 25 iB. Alasan kedua karena meskipun secara nilai margin lebih besar Mikro 25iB dan Mikro 75iB dibandingkan dengan Mikro 500 iB namun secara nominal akan lebih besar margin Mikro500 iB karena volume pembiayaan yang berbeda.