JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
Analisa Termoekonomi Pada Sistem Kombinasi Turbin Gas – Uap PLTGU PT PJB Unit Pembangkitan Gresik Ika Shanti B, Gunawan Nugroho, Sarwono Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected]
Kata Kunci—biaya, ekonomi, eksergi, kehilangan, PLTGU, termoekonomi.
Salah satu konsep yang ditawarkan adalah analisa termoekonomi. Termoekonomi adalah teknik yang mengkombinasikan analisa eksergi dengan pendekatan biaya (cost) untuk mempelajari dan mengoptimalkan performansi sistem dari sudut pandang biaya. Cafaro dalam jurnalnya menyatakan bahwa analisa termoekonomi sangat penting dalam pengelolaan pembangkit listrik diantaranya mengetahui informasi tentang operasi pabrik melalui perhitungan efisiensi, pemecahan masalah lebih cepat, dan dapat meningkatkan kinerja manajemen pemeliharaan serta optimalisasi operasi pabrik [2]. Dalam hukum termodinamika kedua dinyatakan bahwa tidak ada proses pengubahan energi yang efisien [3]. Specific Exergy Costing (SPECO) adalah salah satu metode termoekonomi yang digunakan yang didasarkan pada eksergi tertentu dan biaya per unit eksergi, efisiensi eksergi dengan melakukan identifikasi aliran eksergi, mendefinisikan bahan bakar dan produk setiap komponen sistem dan persamaan alokasi biaya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi lokasi di mana eksergi terbuang atau hilang yang bisa mengurangi performansi dari sistem turbin gas - uap dan komponen – komponennya. Studi kasus yang diambil adalah di PLTGU milik PT PJB Unit Pembangkitan Gresik.
I. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
Abstrak—Termoekonomi adalah metode yang menggabungkan analisa eksergi dan analisa ekonomi dengan mengaplikasikan konsep biaya (cost) ke dalam eksergi pada sistem termal. Dalam penelitian ini, analisa termoekonomi diterapkan pada sistem PLTGU milik PT PJB Gresik. Tujuan dari analisa ini adalah menentukan komponen mana yang mengalami kehilangan eksergi yang terbesar. Hasil dari analisa eksergi adalah combustion chamber merupakan lokasi di mana terjadi kehilangan eksergi terbesar yaitu 45,49% dari keseluruhan kehilangan eksergi yang terjadi. Namun, dengan analisa ekonomi, HP steam turbine adalah lokasi di mana kerugian eksergi terbesar dalam bentuk ekonomi terjadi yaitu Rp 58.776.665,73 /jam. Perbedaan lokasi kehilangan terbesar ini dikarenakan harga spesifik dari uap lebih besar dibandingkan harga spesifik gas dan bahan bakar. Efisiensi sistem PLTGU sebesar 21,48%. Untuk mengurangi irreversibilitas sebagai penyebab kehilangan eksergi, dilakukan pemeriksaan secara rutin, maintenance dan penggantian komponen yang sudah tidak bekerja dengan baik
P
ERMASALAHAN krisis energi di Indonesia menjadi perbincangan beberapa tahun belakangan ini. Berdasarkan data dari Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia tahun 2010, konsumsi energi terbesar adalah sektor industri yaitu sekitar 40,86% dari total konsumsi energi di tahun 2009. Sedangkan konsumsi energi di sektor industri sendiri 38,47% di tahun 2009 berasal dari sektor gas maka efisiensi energi menjadi hal yang sangat penting dan berpengaruh. Berdasarkan data dari blueprint Pengelolaan Energi Nasional tahun 2006 bahwa elastisitas energi di Indonesia sebesar 1,84 di mana angka ini jauh lebih tinggi dibanding negara – negara maju lainnya sehingga Indonesia dikatakan negara yang tidak efisien dalam memanfaatkan energi. Karena sebagian besar pembangkit di Indonesia menggunakan bahan bakar gas, maka ada kemungkinan terjadi pemborosan. Dan kemungkinan adanya pembuangan gas buang yang bertemperatur tinggi ke atmosfer masih terjadi [1].
A. Siklus Kombinasi Brayton dan Rankine Pembangkit listrik tenaga gas – uap menggunakan siklus gabungan. Siklus gabungan ini terdiri dari siklus Brayton (siklus gas) dan siklus Rankine (siklus uap). Diagram P – v dan T – s dari siklus Brayton digambarkan pada Gambar 1 di bawah. Pada state 1 ke state 2 terjadi proses kompresi secara adiabatik pada kompresor. State 2 ke state 3 terjadi proses pembakaran. Bahan bakar ditambahkan dengan udara bertekanan yang dialirkan ke ruang bakar. State 3 ke state 4 merupakan proses ekspansi. Gas dari proses pembakaran akan diekspansikan melalui nozzel untuk memutar sudu turbin. State 4 ke state 1 adalah proses pembuangan gas. Gas hasil pembakaran akan dikeluarkan melalui exhaust duct (saluran pembuangan).
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
2 reversibilitas dari keadaan awal tertentu ke kesetimbangan dengan lingkungan (dead state) [3].
(a) (b) Gambar 1. Siklus Brayton (a) Diagram p – v dan (b) Diagram T – s [4]. Siklus Rankine ideal ditunjukkan pada Gambar 2 berikut ini.
C. Metode Specific Exergy Costing (SPECO) Di dalam metode SPECO, biaya eksergi biasanya melibatkan kesetimbangan biaya yang dihitung untuk setiap komponen secara terpisah. Kesetimbangan biaya pada suatu komponen menunjukkan bahwa jumlahan biaya yang berkaitan dengan semua aliran eksergi keluar sama dengan jumlahan biaya yang berkaitan dengan semua aliran eksergi masuk ditambah biaya kapital (investasi, operasi dan perbaikan). (2) Variabel menunjukkan tingkat biaya aliran eksergi, daya atau perpindahan panas dengan satuan Rp/jam, menunjukkan biaya kapital, biaya operasi, dan biaya perawatan (maintenance) yang mempunyai satuan Rp/jam [5]. Karakteristik terpenting dari termoekonomi adalah keterkaitan eksergi dengan biaya spesifik di mana rata – rata biaya per unit eksergi (c) merupakan perbandingan dari laju aliran biaya dengan laju eksergi [6].
Gambar 2. Siklus Rankine Ideal [4]. Proses dari state 1 ke state 2 adalah proses ekspansi isentropik. Uap superheated pada state 1 ini kemudian masuk ke turbin. Pada state 2 ke state 3terjadi kondensasi pada kondensor sehingga uap akan menjadi air. Pada state 3 ke state 4 terjadi proses kompresi isentropik oleh pompa menjadi air terkompresi yang akan dimasukkan ke dalam boiler pada state 4. Pada state 4, air yang terkompresi akan diubah menjadi uap superheated di dalam boiler sampai pada state 1. B. Eksergi Eksergi tidak hanya dimusnahkan melalui sifat irreversibilitas tetapi juga dapat dipindahkan ke atau dari dalam suatu sistem sebagai bentuk kerugian yang mendampingi perpindahan kalor ke lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, peningkatan pemanfaatan sumber energi dapat dilakukan dengan mengurangi kehilangan eksergi yang terjadi dalam sistem [4]. Neraca laju eksergi pada volume atur dinyatakan dalam persamaan (1) berikut.
(1) Suku yang pertama,
keadaan
adalah laju perubahan eksergi.
adalah laju perpindahan kalor pada temperatur Laju perpindahan eksergi yang menyertai kerja adalah Bentuk menunjukkan laju perpindahan aliran massa. Dan menunjukkan laju kehilangan eksergi karena irreversibilitas terhadap waktu [4]. Jadi, eksergi bisa didefinisikan sebagai kerja maksimum yang diberikan oleh sistem karena mengalami proses
(3) Salah satu indikator performansi termoekonomi adalah faktor f. Faktor f untuk suatu komponen menunjukkan rasio antara harga dari komponen dan biaya kehilangan eksergi oleh . komponen (
(4) III. METODOLOGI Dalam melakukan analisa sistem ini, ada beberapa asumsi atau batasan yang digunakan untuk menyederhanakan perumusan dan perhitungan, antara lain: 1) Sistem kombinasi turbin gas - uap yang digunakan untuk penelitian adalah sistem turbin gas - uap yang ada di unit PLTGU PT. PJB UP Gresik dengan kombinasi operasi 1 - 1 – 1 (1 turbin gas, 1 HRSG, dan 1 turbin uap). 2) Data harga bahan bakar gas alam yang diasumsikan sama seperti harga gas alam di Amerika Serikat sebesar $2,27 per MMBtu atau setara dengan Rp 72,00/kWh [7]. 3) Data harga listrik yang digunakan untuk operasi PLTGU adalah tarif golongan I-3/TM berdasarkan Perpres Nomor 8 tahun 2011 seharga Rp 680,00/kWh.
4)
Data ekonomi berdasarkan jurnal dari H.Y Kwak et al berjudul “Exergetic and thermoeconomic analysis of power plants” [8].
Untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan maupun pembuatan kalkulator, disusun diagram logika perhitungan seperti pada Gambar 3.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
3 Langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung bahan bakar. Laju massa bahan bakar bisa dihitung dengan menggunakan rumus: (5) Variabel adalah laju massa bahan bakar dengan satuan merupakan specific gravity bahan bakar dan kg/s, adalah massa jenis udara. Entalpi dan entropi dari masing – masing state didapatkan dari tabel termodinamika sesuai dengan temperatur dan tekanan fluida. menggunakan Untuk menghitung massa udara perhitungan rasio udara terhadap bahan bakar yang disubstitusikan pada persamaan (6). (6) adalah daya generator (kW), adalah efisiensi generator, h adalah entalpi dengan inisialisasi sesuai dengan Gambar 4. Sehingga laju massa udara (kg/s) dan laju massa gas bisa dihitung dengan persamaan (7) dan persamaan (8). (7) (8) Kerja dari komponen – komponen dijabarkan sebagai berikut. Kompresor,
(9) Turbin gas,
(10) HP steam turbine,
(11)
Gambar 3. Flowchart logika perhitungan Gambar 4 di bawah ini adalah skema dari combined cycle pada PLTGU dengan penomoran setiap state untuk memudahkan inisialisasi dalam pengerjaan.
LP steam turbine,
(12) Pompa CEP,
(13) Pompa LP BFP,
(14) Pompa HHP BFP,
(15)
Gambar 4. Skema combined cycle
Variabel dan adalah laju massa uap pada HP steam turbine dan LP steam turbine, adalah jumlah dari laju massa uap pada HP steam turbine dan LP steam turbine, adalah jumlahan dari dan laju massa makeup water, adalah laju massa air pada pompa LP BFP, dan adalah laju massa air pada pompa HP BFP. Semua laju massa
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
4
bersatuan kg/s. Untuk menghitung eksergi dari masing – masing state, digunakan persamaan (16) dan persamaan (17).
[8]. adalah serta jumlah jam operasi dalam 1 tahun, maintenance factor yang diasumsikan sebesar 1,06 dengan life time semua komponen 15 tahun.
(16) (17) Persamaan (16) digunakan untuk menghitung eksergi dengan fluida berupa gas dan persamaan (17) digunakan untuk menghitung eksergi dengan fluida uap dan air. adalah adalah eksergi pada state k dengan satuan kJ/s atau kW, adalah entalpi pada temperatur entalpi pada state (kJ/kg), lingkungan, adalah entropi spesifik gas pada state k dengan adalah entropi spesifik udara pada satuan kJ/kg K, adalah konstanta gas dengan nilai temperatur lingkungan, adalah tekanan pada state k dengan sebesar 0,287 kJ/kg K, adalah tekanan udara lingkungan, adalah satuan bar, temperatur lingkungan. Kehilangan eksergi dihitung dari selisih eksergi fuel dengan eksergi produk. Eksergi fuel diartikan sebagai sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan produk sedangkan eksergi produk diartikan sebagai eksergi yang dihasilkan oleh sistem. Eksergi fuel dan eksergi produk untuk masing – masing komponen dijabarkan dalam Tabel 1. Tabel 1 Eksergi fuel dan eksergi produk setiap komponen Komponen Kompresor Combustion chamber Turbin gas
Eksergi fuel
(22) Kerugian akibat kehilangan eksergi bisa didapatkan dengan mengalikan harga spesifik eksergi fuel dengan kehilangan eksergi pada tiap komponen. Dan dengan persamaan (4) bisa dihitung faktor f dari masing – masing komponen pada PLTGU. Harga spesifik aliran (c) setiap state dihitung dengan menggunakan persamaan kesetimbangan biaya seperti pada persamaan (3). Untuk lebih jelasnya, dalam Tabel 2 berikut dijabarkan kesetimbangan biaya tiap komponen Tabel 2 Kesetimbangan biaya tiap komponen Komponen Kompresor Combustion chamber Turbin gas
Kesetimbangan biaya
HRSG HP steam turbine LP steam turbine
Eksergi produk Kondensor Pompa CEP Deaerator Pompa LP BFP Pompa HP BFP
HRSG
adalah harga spesifik listrik, adalah harga gas alam, adalah harga listrik yang dihasilkan turbin gas, adalah harga listrik yang dihasilkan steam turbine.
HP steam turbine LP steam turbine Kondensor Pompa CEP Deaerator Pompa LP BFP Pompa HP BFP
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Efisiensi eksergetik yang dilambangkan dengan ε dari tiap komponen merupakan perbandingan antara eksergi yang dimanfaatkan dengan eksergi fuel dari komponen tersebut. Sedangkan efisiensi eksergetik sistem PLTGU dihitung dengan persamaan (18). (18) Dalam menganalisa ekonomi, perhitungan laju biaya tiap komponen ( menggunakan biaya tahunan (AC k ) komponen
Berdasarkan perhitungan didapatkan laju massa bahan bakar 7,003 kg/s, laju massa udara 310,779 kg/s, dan laju massa gas 317,782 kg/s. Hasil perhitungan eksergi dari setiap state dijabarkan dalam Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, temperatur dan tekanan berpengaruh dalam menentukan entalpi dan entropi. Entalpi dan entropi sangat berpengaruh di dalam eksergi. Eksergi pada state 4 yang dimiliki oleh gas hasil pembakaran pada ruang bakar juga memiliki eksergi yang besar. Harga satuan untuk uap lebih besar dibandingkan dengan harga satuan gas dan air. Hal ini dikarenakan untuk mengubah air menjadi uap membutuhkan biaya yang lebih besar (biaya operasional besar) sehingga membuat produk uap menjadi lebih mahal.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
5
Tabel 3 Eksergi pada setiap state dan harga spesifik State 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Jenis fluida Udara Udara bertekanan Metana Gas Gas Gas Feedwater bertekanan rendah Feedwater bertekanan tinggi Air kondensat Air kondensat Uap bertekanan rendah Uap bertekanan tinggi Uap bertekanan tinggi Uap Air kondensat Air laut Air laut Feedwater Feedwater
(MW) 0 110,3977 361,0635 288,2095 63,6033 4,1365
c (Rp/MJ) 0,00 0,00 211,45 20,00 106,10 106,10 0,00
5,2085
706,26
25,6604
584,29
21,7534 21,3045 13,1169 66,4618 66,1569 52,8354 19,7407 0,3912 0,3912 3,9283 11,0345
543,58 543,58 3.639,45 762,57 762,57 202,47 543,58 0,00 0,00 741,54 741,54
. Dari eksergi setiap state, didapatkan kehilangan eksergi dan efisiensi eksergi pada Tabel 4. Tabel 4 Kehilangan Eksergi dan Efisiensi Eksergetik Komponen Komponen Kompresor Combustion chamber Turbin gas HRSG HP steam turbine LP steam turbine Kondensor Pompa CEP Deaerator Pompa LP BFP Pompa HP BFP Jumlah
(MW) 11,525 183,187 127,265 15,150 0,081 0,679 31,562 3,601 5,449 2,752 21,410 304,939
(%) 2,86 45,49 31,61 3,76 0,02 0,17 7,84 0,89 1,35 0,68 5,32
(%) 90,55 61,15 55,86 74,53 99,87 99,09 37,93 85,27 73,30 65,43 54,51
Kehilangan eksergi di combustion chamber mendominasi irreversibilitas dalam siklus dengan prosentase kehilangan sebesar 45,49%. Kondensor memiliki efisiensi yang paling rendah karena kalor yang dilepas untuk mengubah uap menjadi air kecil sehingga eksergi pada air yang terbentuk juga kecil. Efisiensi terbesar dimiliki oleh HP steam turbine karena kenaikan tekanan pada HP steam turbine tidak signifikan sehingga hampir seluruh masukannya diubah menjadi keluarannya. Eksergi masukan ke HP steam turbin tidak jauh beda dengan eksergi keluarannya. Efisiensi sistem PLTGU didapatkan sebesar 21,48%.
Dari harga setiap aliran fluida pada Tabel 3 maka bisa diketahui kerugian yang dikarenakan kehilangan eksergi pada setiap komponen ditunjukkan pada Tabel 5 berikut. Tabel 5 Kerugian akibat kehilangan eksergi (Rp/jam) dan faktor f setiap komponen Komponen Kompresor Combustion chamber Turbin gas HRSG HP steam turbine LP steam turbine Kondensor Pompa CEP Deaerator Pompa LP BFP Pompa HP BFP
Kerugian, (Rp/jam) 7.836.698,76 2.690.194,39 1.375.436,64 1.051.373,84 58.776.665,73 52.415.372,27 6.006.313,43 2.624.657,59 41.897.287,71 4.573.856,24 24.544.662,71
Faktor f 0,126186 0,024082 0,393954 0,341056 0,006192 0,006938 0,077247 0,002281 0 0,002993 0,000559
Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa yang mendominasi kerugian ekonomi akibat kehilangan eksergi terbesar adalah pada HP steam turbine, LP steam turbine, dan deaerator. Hasil ini berbeda bila kerugian ditinjau hanya dari analisa eksergi di mana combustion chamber dan turbin gas mendominasi kehilangan tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa harga satuan uap lebih besar daripada harga satuan bahan bakar dan gas. Hal inilah yang menjadikan perbedaan kedua analisa tersebut. Semua komponen memiliki faktor f mendekati 0 sehingga bisa disimpulkan bahwa biaya kerugian akibat kehilangan eksergi lebih besar dibandingkan dengan laju biaya operasional dan kapital dari komponen. Oleh karena itu, biaya untuk sistem PLTGU ini lebih besar dikarenakan adanya irreversibilitas yang tinggi. Irreversibilitas pada combustion chamber bisa juga dikarenakan kalor yang dihasilkan menurun akibat campuran bahan bakar yang terlalu miskin dengan nilai LHV yang rendah. Pada turbin gas, kehilangan eksergi bisa disebabkan karena pembakaran di combustion chamber yang tidak sempurna sehingga temperatur yang masuk ke dalam turbin gas kurang tinggi. Pada HRSG, kemungkinan penyerapan panas untuk membangkitkan uap yang terjadi dalam peralatan HRSG tidak maksimal. Hal ini disebabkan karena pada bagian luar dinding pipa terdapat jelaga dari gas buang turbin gas sehingga menghambat proses perpindahan panas yang terjadi. Pada turbin uap, adanya proses pembangkitan uap yang terjadi di HRSG tidak maksimal menyebabkan temperatur uap yang masuk ke turbin uap baik HP steam turbine maupun LP steam turbine rendah sehingga eksergi yang dihasilkan juga rendah. Pada kondensor diharapkan terjadi pelepasan kalor sebesar mungkin agar fluida yang masuk ke dalam pompa CEP bisa benar – benar berupa air. Kemungkinan terhambatnya pelepasan kalor disebabkan oleh adanya kotoran – kotoran dalam pipa kondensor yang dibawa oleh air laut. Namun, irreversibilitas tersebut tidak dapat dihindari karena kendala teknologi, ekonomi, dan fisik.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 Berdasarkan uraian pembahasan dalam analisa eksergi, analisa ekonomi dan analisa efisiensi maka ada beberapa hal yang bisa disarankan ke perusahaan untuk dilakukan. Jika dilihat dari sisi eksergi pada sistem turbin gas, daya bersih yang dihasilkan oleh turbin gas bisa lebih kecil karena daya yang digunakan untuk menggerakkan kompresor lebih besar dari kebutuhan yang seharusnya. Hal ini bisa disebabkan oleh masalah mekanik pada kompresor seperti adanya cacat pada permukaan sudu kompresor atau karena lubrikasi komponen – komponen kompresor yang kurang baik sehingga untuk mengatasinya membutuhkan pemeriksaan yang rutin dan lubrikasi yang teratur. Sedangkan untuk combustion chamber, untuk mengurangi irreversibilitas pada combustion chamber bisa dilakukan dengan pemanasan terlebih dahulu udara pembakaran dan mengurangi rasio bahan bakar dan udara. Proses pembakaran akan memberikan dampak kepada kerja dari turbin gas terkait dengan temperatur pembakaran yang dihasilkan. Upaya mengurangi kehilangan eksergi pada HRSG bisa dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan pada pipa – pipa superheater, economizer dan evaporator untuk membersihkan jelaga yang dibawa oleh gas buang turbin gas. Sedangkan pada turbin uap, juga dibutuhkan pemeriksaan rutin terhadap komponen – komponennya terutama sudu – sudu turbin. Karena fluida kerja turbin uap berupa uap maka ada kemungkinan uap tersebut menjadi tetes – tetes air pada akhir ekspansinya sehingga mengakibatkan pengikisan pada sudu turbin. Di kondensor, pemeriksaan rutin dilakukan pada pipa – pipa kondensor. Selain itu, untuk enghindari adanya kotoran atau karang yang dibawa oleh air laut maka dilakukan water treatment air laut sebelum digunakan untuk media penyerap kalor dari uap. Pada intinya, pemeriksaan rutin, perbaikan dan penggantian komponen apabila sudah tidak bisa bekerja maksimal adalah salah satu upayanya. Namun, tindakan maintenance maupun penggantian akan mempengaruhi biaya operasional dari sistem PLTGU ini sehigga juga akan berpengaruh pada harga satuan dari listrik yang dihasilkan. Oleh karena itu, adanya faktor f akan membantu pihak perusahaan dalam menentukan keputusan. V. KESIMPULAN/RINGKASAN Dalam analisa eksergi didapatkan combustion chamber merupakan lokasi di mana terjadi kehilangan eksergi terbesar yaitu 45,49% sedangkan yang terendah berada di HP steam turbine. Berdasarkan analisa ekonomi, HP steam turbine merupakan lokasi di mana kerugian eksergi terbesar dalam bentuk ekonomi terjadi yaitu sebesar Rp 58.776.665,73/jam dan kerugian terendah adalah di HRSG sebesar Rp1.051.373,84/jam . Perbedaan hasil dari analisa ekonomi dan analisa eksergi ini dikarenakan dalam analisa ekonomi harga setiap fluida yang mengalir dipertimbangkan di mana uap memiliki harga satuan lebih besar dibandingkan dengan bahan bakar dan gas serta biaya operasional untuk HP steam turbine lebih besar dibandingkan dengan combustion chamber. Efisiensi sistem sebesar 21,48%. Kondensor memiliki efisiensi
6 yang paling rendah karena kalor yang dilepas untuk mengubah uap menjadi air kecil sehingga eksergi pada air yang terbentuk juga kecil. Efisiensi terbesar dimiliki oleh HP steam turbine. Kehilangan eksergi pada komponen – komponen tersebut berasal dari reaksi pembakaran, perpindahan kalor dan gesekan. Alternatif untuk mengurangi kerugian akibat kehilangan eksergi dilakukan dengan pemeriksaan secara rutin, maintenance dan penggantian komponen yang sudah tidak bekerja dengan baik. Untuk selanjutnya, dari penelitian ini bisa dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mempertimbangkan komposisi udara dalam pembakaran dan hasil pembakaran sehingga hasil yang didapatkan akan lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan udara yang diasumsikan sebagai udara ideal. Selain itu, penelitian lebih lanjut juga bisa dilakukan dengan kombinasi operasi PLTGU 3 – 3 – 1 (3 turbin gas, 3 H RSG, dan 1 turbin uap) . Sedangkan saran yang bisa dilakukan untuk perusahaan adalah hendaknya dilakukan pemeriksaan rutin tiap komponen dalam sistem. DAFTAR PUSTAKA [1]
[2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]
Basri, Hasan., Santoso, Dyos.2010. Analisis eksergi pada siklus turbin gas sederhana 14MW instalasi pembangkit tenaga Keramasan Palembang”. Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) ke – 9 : MI 512 – MI 521. S.Cafaro, L.Napoll, A.traverso, A.F Massardo. 2010. “Monitoring of the thermoeconomic performance in an actual combined cycle power plant bottoming cycle”. Energy 35 (2010) : 902 – 910. Cengel, YA., Boles, MA., 2006. Thermodynamics : An Engineering Approach, 5th ed. McGraw Hill. Moran, MJ., HN Shapiro. 2006. Fundamentals of Engineering Thermodynamics, 5th ed. West Sussex England : John Wiley and Sons Inc. Basri, Hasan., Santoso, Dyos.2011. Analisis eksergi siklus kombinasi turbin gas – uap unit PLTGU Inderalaya”. Prosiding Seminar Nasional AVoER ke – 3 : 389 - 400. PT Pembangkitan Jawa – Bali. Proses produksi pembangkit Gresik,
. Short – Term Energy Outlook May 2012. Market Prices and Uncertainty Report. U.S Energy Information Administration. H.Y Kwak, D.J Kim, JS Jeon. 2003. “Exergetic and thermoeconomic analysis of power plants”. Energy 28 : 343 – 360.