Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
ANALISA STRATEGIS PENENTUAN JUMLAH DAN PENEMPATAN KRI KELAS SIGMA DALAM OPERASI PENGAMANAN WILAYAH PERAIRAN TIMUR INDONESIA DENGAN METODA OPTIMASI Teguh Kadyat Y, Ahmad Rusdiansyah, Nurhadi Siswanto Manajemen Industri – Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ABSTRAK Pada pelaksanaan Operasi Pengamanan Wilayah Perairan Timur Indonesia yang dilaksanakan oleh TNI AL di perairan kepulauan, hampir selalu dihadapkan pada kenyataan terbatasnya jumlah kapal yang tersedia dalam melaksanakan operasional, sehingga patroli dan pengawasan (coverage area) tidak dapat mencapai kekuatan maksimal, yaitu relatif lebih sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan sektor-sektor operasional yang harus diamankan. Disamping itu kecepatan gerak menuju sasaran (time response) menjadi kendala dalam memberikan service level terhadap suatu demands. Dengan demikian diperlukan suatu pemikiran tentang cara penggunaan sumber daya yang ada semaksimal mungkin, sehingga pencapaian hasil operasi dapat optimal Penelitian ini bermaksud menentukan jumlah (allocation) dan penempatan (location) KRI kelas SIGMA, yang dikaitkan dengan kemampuan jelajah dalam berpatroli dan beroperasi di sektor-sektor operasional yang harus diamankan. Pencarian solusi dilaksanakan dengan membuat suatu model matematis dalam bentuk Integer Linear Programming dengan variabel keputusan yang digunakan adalah penugasan kapal dari setiap pangkalan awal dalam melaksanakan operasi di setiap sektor operasi kemudian kembali ke suatu pangkalan akhir, dengan keseluruhan jangkauan jelajah yang paling optimum sesuai batasan operasional dalam mengamankan perairan kepulauan, seperti: batasan kebutuhan kapal di suatu sektor operasi, batasan kemampuan jelajah dan batasan dalam coverage area sektor operasi. Dalam penelitian ini dimungkinkan untuk memasukkan prioritas dan preferensi dari pengambil keputusan dalam proses kalkulasi, dengan fungsi tujuan adalah untuk mencari kondisi yang optimal dalam pengertian mendapatkan jarak yang minimal (minimum distances) antara pangkalan dengan demands yang dalam hal ini adalah sektor operasional yang harus dilayani. Dengan asumsi bahwa dengan jarak yang minimal, maka akan didapatkan alokasi biaya yang minimum Untuk mempercepat proses tersebut digunakan alat bantu komputer beserta perangkat lunaknya yang mendukung pemecahan masalah dalam penelitian ini. Hasil optimasi yang didapatkan selanjutnya dapat digunakan sebagai masukan dalam menyusun strategi proyeksi kekuatan TNI AL. Kata kunci : KRI kelas SIGMA, Integer Linear Programming, Set Covering
PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan sebagian besar yaitu ⅔ wilayahnya didominasi oleh wilayah laut dan ⅓nya merupakan daratan yang terhimpun dalam gugusan pulau-pulau. Konfigurasi dan
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
konstelasi geografis yang menantang ini menurut Subroto, Sunardi dan Wahyono (1983), memberikan peluang strategis aspek kemaritiman (geostrategis dan geopolitik) sekaligus kendala bagi bangsa Indonesia dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 53 United Nation Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) tahun 1982, Indonesia harus tunduk dan terikat pada hak dan kewajiban suatu negara sesuai dengan penetapan tentang Perairan Kepulauan (Archipelagic Waters). Peluang dan kendala tersebut menurut Soewarso, Laksma TNI (1982), apabila dapat dikelola secara baik dan tepat, dapat memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi bangsa Indonesia. Sebaliknya apabila peluang dan kendala tersebut tidak dapat dikelola secara baik dan tepat, menimbulkan permasalahan yang cukup menyulitkan, terutama di laut dan muara akhirnya mengganggu stabilitas keamanan negara. Perkembangan teknologi perlu diikuti secara cermat oleh angkatan laut untuk prospek peperangan laut di masa mendatang. Perkembangan teknologi memaksa para ahli strategi perang laut di dunia menyusun konsep baru dengan lebih mengedepankan arena teritorial. Arena ini perlu diwaspadai oleh TNI AL menyangkut munculnya gagasan baru yang cemerlang tentang konsep Peperangan Kepulauan (Archipelagic Warfare) yang seharusnya dikuasai oleh para prajurit TNI AL. Bagi negara maritim yang besar seperti Indonesia, angkatan laut yang kuat bukan merupakan suatu kemewahan, melainkan suatu kebutuhan. Dengan demikian perlu dibangun dan kekuatan laut yang mampu mengatasi ancaman kedaulatan wilayah laut nasional. Kenyataan yang ada sekarang, alat utama sistem senjata (Alut Sista) TNI AL cukup berumur dan mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dengan kondisi idealnya. Realita ini mengakibatkan berkurangnya produktivitas kinerja terutama dalam menghadapi ancaman dari negara luar. Dalam 5 (lima) tahun terakhir TNI AL melakukan decommissioning bagi 7 (tujuh) KRI (kelas Tribal dan kelas Destroyer) karena sudah tidak layak lagi untuk beroperasi. Penurunan kemampuan tempur secara signifikan dialami oleh kapal-kapal yang ada saat ini (kelas van Speijk dan kelas Parchim). Dalam melengkapi kekuatan unsur-unsur tempurnya telah dilakukan kontrak pengadaan berbagai jenis KRI, salah satu di antaranya adalah kelas SIGMA. Perumusan Masalah Dengan melihat kemampuan KRI kelas SIGMA yang memiliki kapabilitas untuk melakukan peperangan anti udara, anti kapal permukaan, serta anti kapal selam, serta kemampuannya untuk tidak terdeteksi oleh radar musuh (stealth), maka kapal jenis ini merupakan salah satu kapal perang yang akan menjadi andalan bagi TNI AL. Jadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah strategi yang digunakan dalam menentukan jumlah dan penempatan KRI kelas SIGMA pada Operasi Pengamanan di perairan kepulauan” dengan mempertimbangkan kemampuan jelajah dan jarak tempuh dalam berpatroli di perairan kepulauan secara optimal. Pembatasan Masalah Penelitian ini hanya ditujukan pada pembahasan operasi pengamanan di laut wilayah Koarmatim dengan kondisi awal situasi Siaga III. Belum menitikberatkan faktor persenjataan, jangkauan radar, dan biaya operasional. Klasifikasi dihitung pada kemampuan jelajah serta kendala yang mempengaruhi.
ISBN : 979-99735-2-X A-36-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Mencari solusi terbaik dan peningkatan kualitas keputusan dalam menentukan jumlah KRI kelas SIGMA dan posisi pangkalan pendukung yang dibutuhkan dalam operasi pengamanan di perairan kepulauan secara optimal. Peningkatan tersebut diperoleh dengan mempertimbangkan variabel-variabel pada kemampuan jelajah dan kemampuan mengamankan sektor operasi yang menjadi tanggung jawab KRI kelas SIGMA. 2. Menerapkan metode optimasi dengan Integer Linear Programming agar dapat digunakan untuk mencari solusi pada kondisi nyata. 3. Mendapatkan masukan dalam pemecahan permasalahan di lapangan untuk menentukan jumlah dan penempatan KRI kelas SIGMA dalam operasi pengamanan perairan Indonesia khususnya di wilayah kerja Koarmatim. 4. Memberikan gambaran bagaimana metode optimasi dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan yang rumit dengan menyederhanakannya sehingga memungkinkan diterapkan pada permasalahan operasional lainnya di lingkungan TNI AL. Asumsi-asumsi Asumsi dalam pembahasan dan penelitian adalah sebagai berikut: a. Negara dinyatakan dalam keadaan damai (Siaga III). b. Demi mengamankan rahasia negara dari bahaya sabotase pihak-pihak yang tidak berkepentingan, maka pada sektor operasi dilakukan penyamaran data, namun secara substansi tidak keluar dari sektor patroli yang sesungguhnya di lapangan. c. Kapal yang digunakan dalam operasi berada pada kondisi ideal sesuai spesifikasinya dan mampu menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada kapal tersebut. d. Semua Lanal / Fasharkan / Lantamal yang digelar sepanjang perairan kepulauan memi liki kemampuan ideal sesuai kelasnya untuk mendukung operasional KRI. e. Pola Operasi TNI AL di perairan kepulauan bersifat tetap dan terjadwal. f. Masalah (pelanggaran) di perairan kepulauan yang muncul ditentukan pada seringnya kejadian pada suatu perairan dan tidak saling mempengaruhi. TINJAUAN PUSATAKA Pengertian Operation Research (OR) Penerapan OR yang dianggap sukses di bidang militer oleh ilmuwan-ilmuwan Amerika Serikat dan Inggris selama Perang Dunia II untuk mendapatkan alokasi optimum dari terbatasnya sumberdaya peperangan, mulai menarik perhatian kalangan industri dan bisnis karena permasalahan tujuan dan kendala pada dasarnya sama. OR dipandang sebagai ilmu dan seni karena keberhasilannya ditentukan tahap perhitungan matematis dan kreativitas kemampuan pengambil keputusan. Analisa matematis dilakukan dengan cara mengidentifikasi fungsi tujuan, kendala dan alternatif keputusan dari keadaan nyata. Sedangkan Hamdy A. Taha (1996), mendefinisikan OR sebagai suatu disiplin ilmu yang digunakan untuk pendekatan pengambilan keputusan yang ditandai dengan penggunaan pengetahuan ilmiah melalui usaha kelompok antar disiplin yang bertujuan menentukan penggunaan terbaik sumber daya yang terbatas. Topik OR dikelompokkan sesuai dengan model-model matematis yaitu: Integer Linear Programming (ILP), Goal Programming (GP), Inventory, Network Planning, Dynamic Programming, dan lainlain.
ISBN : 979-99735-2-X A-36-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
Pendekatan Integer Linear Programming Linear Programming adalah salah satu ilmu OR yang membahas perhitungan matematis dari usaha untuk mencapai hasil optimum dengan keterbatasan sumber daya, sebagaimana dijelaskan oleh Bernard W. Taylor III, (1999), “Linear programming is a model consisting of linear relationships representing a firm’s decision(s) given an objective and resource constraints”. Dengan pertimbangan jika variabel keputusan yang diinginkan adalah bukan berbentuk bilangan pecahan tetapi adalah bilangan bulat (integer), maka dikembangkan Integer Linear Programming (ILP). Model ILP atau programa bilangan bulat menurut Tjutju Tarliah D. (2002) adalah bentuk lain dari Linear Programming (LP) di mana asumsi divisibilitasnya melemah atau hilang sama sekali. Bentuk ini muncul karena kenyataannya tidak semua variabel keputusan berupa bilangan pecahan atau merupakan unit yang tidak mungkin dipecah, seperti jumlah kapal, pesawat atau personel. Misalnya, variabel keputusan yang dihadapi berkaitan jumlah pengadaan kapal yang diperlukan dalam horizon perencanaan, jawaban pecahan pada pengadaan kapal tidak realistis dalam konteks keputusan yang nyata dan pembulatan nilai secara logis juga tidak dapat diterima. Permalahan Lokasi Set Covering Set covering merupakan salah satu bagian dari permasalahan lokasi alokasi. Tujuan model lokasi-alokasi adalah menentukan lokasi fasilitas yang meminimumkan biaya penugasan fasilitas ke kustomer dengan pembatas bahwa tiap fasilitas ditugaskan untuk sejumlah kustomer yang ditetapkan. Pelayanan pada kustomer dari fasilitas yang akan ditempatkan tergantung pada jarak antara kustomer dengan fasilitas. Service dapat dilakukan oleh fasilitas apabila kostomer berada dalam jangkauan jarak yang ditetapkan dan fasilitas tidak mampu apabila jaraknya melebihi nilai kritis jangkauan jarak. Permasalahan set covering adalah untuk menempatkan fasilitas-fasilitas dalam jumlah minimum yang diperlukan untuk mengcover semua node-node demand. Untuk menformulasikan permasalahan set covering maka didefinisikan input dan set berikut ini: i = set dari node-node demand yang diindeks dengan i j = set dari kandidat lokasi–lokasi fasilitas yang diindeks dengan j dij = jarak antar node demand i dan kandidat site j Dc = jarak coverage j d ij D c Ni =
Set dari semua kandidat lokasi yang dapat mengcover node demand i dengan variabel keputusan: 1 jika fasilitas di tempatkan pada site j xj = 0 jika tidak Dengan notasi diatas, permasalahan lokasi set covering dapat diformulasikan seperti berikut ini: Minimaize x j ……………………………………………..........................(2.1) jJ
x
Subject to:
jN i
j
1 i I ………………………………..........................(2.2)
x j 0,1 j J ………………………………............................(2.3)
ISBN : 979-99735-2-X A-36-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
Fungsi tujuan (2.1) untuk meminimumkan jumlah fasilitas yang ditempatkan. Set konstrain (2.2) menjamin bahwa setiap node demand dicover oleh sedikitnya satu fasilitas. Set konstrain (2.3) merupakan keputusan ya atau tidak sebuah fasilitas ditempatkan di site j METODOLOGI PENELITIAN Langkah-langkah penelitian dijelaskan pada gambar 3.1. secara ringkas agar setiap tahapan dapat dipahami. Dasar dalam penelitian ini adalah kondisi dan realita di lapangan pada saat ini, sehingga memudahkan dalam mendefinisikan masalah yang timbul. Analisa yang dilakukan dikaitkan dengan permasalahan yang dihadapi di lapangan dalam menentukan jumlah (allocation) dan penempatan (location) KRI kelas SIGMA.
Gambar 1. Diagram alir metode pemecahan masalah
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pengumpulan Data Data didapat dari Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) sebagai pelaksana operasi-operasi laut bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari data primer dan sekunder. Metode yang digunakan sesuai kerangka pemecahan masalah yaitu mengolah, menilai dan menganalisa sesuai dengan sistematika pemecahan masalah. Perairan wilayah Timur Indonesia diasumsikan dibagi dalam 12 (dua belas) sektor operasi. Dari data yang diperoleh, operasi dan patroli dilakukan di daerah rawan wilayah timur, antara lain: pelanggaran wilayah, infiltrasi, pencurian ikan, penangkapan ikan dengan bahan peledak, perompakan kapal, penyelundupan senjata dan barang ilegal.
ISBN : 979-99735-2-X A-36-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
Selanjutnya dilakukan perhitungan kemampuan jelajah KRI kelas SIGMA dari suatu pangkalan menuju ke sektor operasi, dengan asumsi KRI kelas SIGMA mampu melakukan operasi minimal tiga hari di sektor tersebut sebelum kembali ke pangkalan asalnya atau menuju ke pangkalan lain yang masih terjangkau. Data jarak diperoleh dengan membuat track dari pangkalan menuju ke daerah operasi, selanjutnya dihitung panjang track tersebut, dengan endurance KRI kelas SIGMA sebagai pembatasnya. Pengolahan Data Pengolahan data dilaksanakan dengan perhitungan iterasi matriks optimasi dengan bantuan software optimasi yaitu LINGO (Linear Interactive and Global Optimizer). Dari data primer dan sekunder, yang sudah berhasil dikumpulkan dan perhitungan yang telah dilakukan, dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teori yang sudah ada. Model yang dikembangkan sehubungan permasalahan ini adalah sebagai berikut: 1. Pada variabel keputusan dirumuskan sebagai berikut: Xi,j,k = KRI kelas SIGMA dari pangkalan ke- i melaksanakan patroli di sektor operasional ke- j kemudian kembali ke pangkalan ke-k. di mana: i= pangkalan asal (i = 1, 2, 3, ..., 28) j= daerah/sektor patroli (j = 1, 2, 3, ..., 12) k= pangkalan akhir (k= 1, 2, 3, ..., 28) 1,
Xi,j,k
2.
jika KRI kelas SIGMA ditugaskan dari pangkalan ke- i ke sektor operasi ke- j kemudian kembali ke pangkalan ke- k.
0, jika KRI kelas SIGMA tidak ditugaskan dari pangkalan ke- i ke sektor operasi ke- j kemudian kembali ke pangkalan ke- k. Pada fungsi tujuan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Min
z
D
di mana: Z Di,j,k
3.
28
12
28
i 1
j 1 k 1
ijk
. X ijk
= fungsi tujuan meminimalkan jarak operasional KRI kelas SIGMA. = jarak jelajah kapal operasional dari pangkalan ke- i ke sektor operasi ke- j kemudian melaksanakan patroli 3 (tiga) hari di sektor operasi tersebut dan kembali ke pangkalan ke- k.
Pada pembatas kendala dirumuskan sebagai berikut: a. Jarak operasional dari pangkalan ke- i ke sektor operasi ke- j dan kembali ke pangkalan ke- k (endurance) tidak melebihi kemampuan jelajah kapal. , untuk setiap i = 1, 2, ..., 28 D ijk . X ijk 3360 j = 1, 2, ..., 12 k= 1, 2, ..., 28
(Di,j,k · Xi,j,k) ≤ jarak tempuh total dari pangkalan ke- i ke sektor ke- j kemudian kembali ke pangkalan ke- k (nm/hari). di mana: Di,j,k = jarak jelajah kapal untuk operasional dari pangkalan ke- i ke sektor operasi ke- j melaksanakan patroli selama 3 (tiga) hari di sektor operasi tersebut dan kembali ke pangkalan ke- k.
ISBN : 979-99735-2-X A-36-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
b. Sektor operasi ke- j dapat di-cover oleh sekurangnya satu unit KRI kelas SIGMA yang bergerak dari pangkalan ke- i dan kembali ke pangkalan ke- k. , untuk setiap j = 1, 2, ..., 12 X 1
i
ijk
k
∑∑ ( Xi,j,k ) ≥
Penugasan sebanyak 1 (satu) unit KRI kelas SIGMA dari setiap pangkalan ke- i ke setiap sektor operasi ke- j kemudian kembali ke pangkalan ke- k. bergantung pada kemampuan jelajah (endurance), akan menghasilkan area yang bisa di-cover oleh KRI kelas SIGMA.
di mana: Xi,j,k =
c. Cakupan wilayah dalam operasional dari setiap pangkalan ke- i ke setiap sektor operasi ke- j dan kembali ke pangkalan ke- k (coverage area) , untuk setiap i = 1, 2, ..., 28 X 3
j
ijk
k
∑∑ ( Xi,j,k ) ≤ di mana: Xi,j,k =
penugasan KRI kelas SIGMA dari setiap pangkalan ke- i ke setiap sektor operasi ke- j kemudian kembali ke pangkalan ke- k dapat meng-cover 3 (tiga) sektor operasi. bergantung pada kemampuan jelajah (endurance), akan menghasilkan area yang bisa di-cover oleh KRI kelas SIGMA. Xi,j,k = integer.
ANALISA DAN INTERPRETASI HASIL OPTIMASI DARI MODEL COVERING
SET
Berdasarkan hasil optimasi, pada Tabel 1 didapatkan solusi integer sejumlah penugasan dari pangkalan ke suatu sektor terpilih serta kebutuhan minimal KRI kelas SIGMA yang harus ditempatkan sesuai dengan definisi dan batasan operasional. Tabel 1. Hasil optimasi set covering VARIABEL KEPUTUSAN X1,1,1 X7,2,7 X7,3,7 X10,4,10 X11,5,11 X12,6,12 X17,8,17 X18,7,18 X20,10,20 X23,11,23 X25,9,25 X27,12,27
PANGKALAN ASAL LANTAMAL X / JAYAPURA LANAL TERNATE LANAL TERNATE LANAL TUAL LANAL TAHUNA LANAL TOLITOLI LANTAMAL VII/ KUPANG LANAL MAUMERE LANAL BANYUWANGI LANTAMAL V / SURABAYA LANTAMAL VI / MAKASAR LANAL BALIKPAPAN
SEKTOR OPERASI 1 2 3 4 5 6 8 7 10 11 9 12
PANGKALAN AKHIR LANTAMAL X / JAYAPURA LANAL TERNATE LANAL TERNATE LANAL TUAL LANAL TAHUNA LANAL TOLITOLI LANTAMAL VII/ KUPANG LANAL MAUMERE LANAL BANYUWANGI LANTAMAL V / SURABAYA LANTAMAL VI / MAKASAR LANAL BALIKPAPAN
LINTASAN OPERASI 1-1 5-3-2-2-3-5 3-3 4-4 5-5 6-6 8-8 9-7-7-9 10-10 11-11 12-9-9-12 12-12
Hasil optimasi set covering ini menunjukkan: jarak tempuh minimal dalam operasional sebagaimana ditunjukkan pada objective value yaitu sebesar 15.581 nm dari total jarak tempuh dari seluruh pangkalan ke seluruh sektor operasi sebesar 14.769.303 nm. dari 28 pangkalan yang posisinya tersebar di seluruh wilayah perairan timur Indonesia, terdapat 11 pangkalan terpilih dengan masing-masing penugasannya
ISBN : 979-99735-2-X A-36-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
menuju ke setiap sektor-sektor operasi, dimana pada setiap pangkalan tersebut ditempatkan minimal 1 buah KRI kelas SIGMA untuk melayani sektor operasi. Sehingga jumlah total yang dibutuhkan adalah sebanyak 11 buah kapal. area yang dapat di-cover dan (track) dalam bergerak dari pangkalan menuju sektor operasi terpenuhi, sesuai dengan batasan operasional yang telah diformulasikan pada model optimasi yaitu tidak melebihi dari tiga sektor operasi. Hal ini menunjukkan pola operasional dengan jarak yang minimum (minimum distances), namun tetap dapat melakukan cakupan wilayah (coverage area) terhadap keseluruhan demands yang dalam hal ini adalah sektor operasi yang harus diamankan.
KESIMPULAN Dari hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil metoda optimasi dengan integer linear programming dan set covering optimal untuk minimum distances dan dapat meng-cover sektor patroli di perairan timur Indonesia. Memiliki 11 buah KRI kelas SIGMA dan seluruhnya dipusatkan di Pangkalan Surabaya akan mahal biaya operasionalnya dikarenakan jarak jangkau yang terlalu jauh jika dibandingkan dengan memiliki 11 buah KRI kelas SIGMA dan disebar posisinya di pangkalan-pangkalan tertentu dimana dipilih jarak terdekat dari pangkalan ke sektor patroli yang menjadi prioritas yang terpilih dari hasil optimasi. 2. Optimasi dalam penelitian tesis ini adalah untuk menentukan jumlah minimal KRI kelas SIGMA yang harus ditempatkan di suatu pangkalan terpilih yang jaraknya terdekat dengan suatu sektor operasi. Disamping itu juga diharapkan memiliki kecepatan gerak yang tinggi (time response) dalam menuju sektor operasi (service level for demand). 3. Pangkalan dan sektor patroli yang terpilih berdasarkan analisa dengan menggunakan metoda optimasi sangat relevan apabila dikaitkan dengan situasional di lapangan, dimana dapat menghadapi ancaman dari utara Jayapura (infiltrasi dari Samudera Pasifik), selatan Jayapura (infiltrasi dari Australia), serta jalur ALKI 2 dan ALKI 3 (infiltrasi langsung ke jantung perairan timur Indonesia). 4. Sehubungan dengan rencana TNI AL yang sedang hangat pada saat ini yaitu tentang pengembangan pangkalan dan armada kawasan, didapatkan dari hasil optimasi kondisi yang relevan di lapangan dimana terdapat beberapa pangkalan yang pada saat ini dalam proses pengkajian dan sangat berpotensi untuk diproyeksikan dan dikembangkan menjadi Armada RI Kawasan salah satunya adalah Pangkalan Makasar. 5. Kebutuhan minimal KRI kelas SIGMA atau KRI dengan tipe sejenis sebanyak 11 buah kapal yang didapatkan dari hasil optimasi dengan integer linear programming dan set covering sangat relevan untuk situasional jangka panjang dalam mengamankan wilayah perairan timur Indonesia. 6. Dengan mempelajari pola operasional, JOP dan JOG serta keterbatasan jumlah kapal yang ada saat ini, cenderung suatu kapal dioperasikan ke sektor operasi yang menjadi prioritas berdasarkan data-data intelijen. Pola operasi yang menjadi prioritas berdasarkan analisa menggunakan metoda optimasi diharapkan dapat lebih berkonsentrasi meng-cover sektor operasi, sehingga menurunkan biaya operasional. Disamping itu pola operasional lebih terjadwal dan maintenance dapat memberikan hasil yang maksimal, sehingga life time kapal bertahan lama karena hanya berkonsentrasi pada suatu sektor operasi tertentu.
ISBN : 979-99735-2-X A-36-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
DAFTAR PUSTAKA Asops Kasal (2004), Konsep Operasi TNI AL dalam rangka Penegakan Kedaulatan dan Keamanan di Laut, FPSO 2004. Bagby, J.L, Commander (1981), Naval Operation Analysis, Second Edition, Naval Institute Press, Annapolis, Maryland. Coslovich, L., Pesenti, R., Ukovich, W (2004), Minimizing Fleet Operating Cost for a Container Transportation Company, European Journal of Operation Research, Elsevier Science Publisher B. V. All rights reserved, Vol. 171, pp. 776-786. Daskin, Mark S (1955), Network and Discrete Location, Tenth Edition, John Wiley & Sons, Inc. Doktrin TNI AL Eka Sasana Jaya (2002), Mabes TNI AL, Jakarta. Hane, C.A., C. Barnhart, E.L. Johnson, R.E. Marsten, G.L. Nemhauser, G. Sigismondi (1995), “The Fleet Assignment Problem: Solving a Large Scale Integer Program”, Mathematical Programming, Vol. 70, pp. 211-232. Hamdy A. Taha (1996), Riset Operasi Jilid Satu, Edisi Kelima, Binarupa Aksara, Jakarta. Husey, J & Husey, R (1997), Business Research, Macmilan Press Ltd. Kasal (2002), Pembangunan Kekuatan TNI AL Sampai Dengan 2013, Mabes TNI AL, Jakarta. Kasal (2005), Rancangan Postur TNI AL Sampai Dengan 2024, Mabes TNI AL, Jakarta. LINDO Systems, Inc, (2006), Optimization Modeling with LINGO, Sixth Edition, 1415 North Dayton Street, Chicago, Illinois 60622 LINDO Systems, Inc, (1998), What's Best User Manual. 1415 North Dayton Street, Chicago, Illinois 60622 Orlin, J.B. (1982), “Minimizing the Number of Vehicles to Meet a fixed Periodic Schedule: An Application of Periodic Posets”, Operations Research, Vol. 30, No. 4, pp. 760-776. Plane, D. R. and T. E. Hendrick (1977), “Mathematical Programming and the Location of Fire Companies for the Denver Fire Department”, Operations Research, Vol. 25, No. 4 (July-August), pp. 563-578. Saunders, R.N, Stephen, Commodore (2002), Jane’s Fighting Ship, One Hundred and Fourth Edition, Jane’s Information Limited, UK. Soewarso, Laksma TNI (1982), Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional dan Keamanan Nasional, Edisi Kedua. Subroto, Sunardi dan Wahyono (1983), Konvensi PBB Tentang Hukum Laut, Edisi Pertama, Surya Indah, Jakarta.
ISBN : 979-99735-2-X A-36-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
Taylor III, Bernard W (1999), Introduction to Management Science, Sixth Edition, Prentice Hall International, Inc. Tjutju Tarliah Dimyati dan Ahmad (2002), Operation Research – Model-model Pengambilan Keputusan, Edisi Kelima, Sinar Baru, Algesindo, Bandung. TNI AL (2001), Petunjuk & Pelaksanaan Jadwal Olah Guna (JOG) dan Jadwal Olah Perbaikan (JOP) untuk KRI, Staf Operasional Mabes TNI AL. TNI AL, Petunjuk Operasi (2001), Pola Pengawasan dan Pengamanan Perairan Indonesia (P4I). Turabian, Kate L (1996), A Manual for Writers of Term Papers, Theses & Desertations, Sixth Edition, The University of Chicago Press.
ISBN : 979-99735-2-X A-36-10