ANALISA POSTUR KERJA PADA PEKERJA TOTAL ASSEMBLY CPT DIVISI DISPLAY PT. LG ELECTRONIC INDONESIA PLANT 1 CIBITUNG TAHUN 2013 Deviana Ratnaningrum, Indri Hapsari Susilowati 1. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok. Email :
[email protected]
Abstrak Penelitian ini membahas tentang analisa postur kerja pada pekerja total assembly CPT Divisi Display PT. LG Electronic Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yang dilakukan secara langsung (direct observation) dimana proses pengumpulan dan pengambilan data dilakukan secara bersamaan. Penilaian risiko ergonomi dilakukan menggunakan metode REBA. Penelitian ini dibuat untuk menganalisa postur kerja pada bagian Total Assembly CPT Divisi Display PT. LG Electronic Indonesia. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan yang paling bersiko ada pada kegiatan loading dock CPT. Untuk mengatasinya sebaiknya dilakukan tindakan engineering control pada disain tempat kerja, memberikan pelatihan dan penambahan pengetahuan pekerja mengenai postur yang baik disaat bekerja
Abstract This study discusses the analysis of working posture on total worker assembly CPT Display Division PT. LG Electronic Indonesia. This study uses cross-sectional approach is made directly (direct observation) in which the process of collection and retrieval of data carried out simultaneously. Ergonomic risk assessment conducted using the method of REBA. This study was made to analyze work posture in the CPT Assembly Total Display Division PT. LG Electronic Indonesia. From the results of the study showed that the activities of most of having a loading dock is on CPT. To overcome engineering control measures should be carried out on workplace design, providing additional training and knowledge workers about good posture while working. Keywords: Ergonomics; Work Postures; REBA
PENDAHULUAN Perkembangan ilmu dan teknologi industri saat ini telah memberikan pengaruh terhadap peningkatan berbagai aspek dikehidupan manusia. Kehadiran industri dapat meningkatkan taraf hidup manusia, tetapi pada sisi sebaliknya industri juga memberikan risiko bahaya yang tinggi terhadap manusia dan lingkungannya bila tidak dikelola dengan baik. Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
2
Manusia sebagai user memegang peranan penting dalam kegiatan industri, karena sebuah mesin dapat dijalankan bila ada manusia yang mengoperasikannya. Sebagian besar industri di negara ini masih menggunakan tenaga manusia untuk menangani produk yang dihasilkan, seperti : pekerjaan pembuatan produk, pengemasan produk dan perakitan. Sehingga, seorang pekerja harus memiliki fisik yang sehat dan kuat, karena dalam pekerjaanya seorang pekerja dituntut untuk bekerja secara cepat, tepat dan rapi. Menurut WHO (1998) sehat adalah suatu keadaan sempurna, baik fisik, mental maupun sosial dan tidak hanya terbebas dari penyakit dan cacat tetapi juga produktif secara ekonomi dan sosial. Hal ini sangat berkaitan erat dengan dunia industri yang membutuhkan pekerja sehat, giat dan kuat sehinga dapat meningkatkan produksi barang yang berkualitas. Cedera otot dapat terjadi bila tubuh melakukan kegiatan secara berlebihan dan dilakukan secara terus menerus. Setiap tahun terdapat kira-kira 46.000 angka kejadian back injuries di tempat kerja. Dan jumlah kompensasi yang dikeluarkan setiap tahunnya untuk back injuries mencapai 12 milyar dolar (Geotech, 2005). Berdasarkan penelitian dari environment and health Universitas Minnesota di Amerika didapatkan data bahwa cidera musculoskeletal menyebabkan kehilangan waktu kerja sekitar 21% pada perusahaan manufaktur dan sektor pelayanan jasa, mayoritas yang menerima pajanan ini adalah operator ataupun pekerja kasar. Sedangkan dari hasil studi Departermen Kesehatan tentang profil kesehatan di Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya, gangguan kesehatan yang dialami pekerjanya menurut studi yang dilakukan terhadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten/ kota di Indonesia umumnya berupa musculoskeletal (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan syaraf (6%), gangguan pernafasan (3%) dan gangguan THT (1,5%). PT. LG Electronic Indonesia merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang perakitan elektronik. Salah satu tahapan didalam proses kerjanya ya adalah bagian total assembly. Proses ini merupakan tahapan akhir dari pembuatan produk televisi di area Divisi Display. Karyawan yang bekerja pada proses ini, melakukan pekerjaannya dalam posisi berdiri statis. Pada beberapa task pekerjaan pada total assembly ini yang menggunakan proses mengangkat objek CPT ataupun back cover secara berulang kali, sehingga resiko ergonomi ysng berhubungan dengan skeletal bertambah besar. Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
3
Berdasarkan data yang didapatkan dari klinik perusahaan PT LG Electronic Indonesia, pada kurun waktu Oktober hingga Desember 2012 terdapat keluhan myalgia. Keluhan tersebut masuk kedalam 10 besar masalah kesehatan di PT. LG Electronic Indonesia dan program kesehatan yang ada juga belum berfokus pada masalah ergonomi. Sedangkan dari hasil obervasi awal yang dilakukan, pada sebagian besar aktivitas kerja pada proses total assembly CPT pada divisi Display PT. LG Electronic Indonesia dilakukan dalam kondisi berdiri statis dan ada beberapa task pekerjaan yang juga melakukan pengangkatan material secara manual. Bila hal ini tidak diantisipasi dapat menimbulkan penurunan produktivitas akibat cedera otot dan gangguan musculoskeletal lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa postur kerja pada pekerja di bagian total assembly Divisi Display CPT dengan keluhan muskuloskeletal pada divisi Display PT. LG Electronic Indonesia Plant 1 Cibitung. Penulis membatasi penilaian postur kerja pada pekerjaan di bagian total assembly CPT pada divisi Display PT. LG Electronic Indonesia untuk mendapatkan bagian tubuh yang paling beresiko terkena muskuloskeletal diorseders pada pekerjaan total assembly CPT Divisi Display. Penelitian ini dilakukan pada 24 – 30 April 2013 dengan populasi sebanyak 10 orang yang bekerja pada proses total assembly CPT divisi Display. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung, menggunakan tools formulir REBA dan wawancara tidak berstruktur. Alat bantu yang digunakan menggunakan kamera untuk mendokumentasikan posisi tidak alami yang dilakukan pekerja pada saat bekerja dan menggunakan stop watch untuk menghitung durasi dan frekwensi kerja. Selama beberapa dekade, ergonomi telah diartikan bermacam-macam. Secara sederhana, ergonomi yang berasal dari bahasa Yunani Ergon (berarti : kerja) dan Nomos (berarti : hukum) dan dapat diartikan sebagai ilmu yang berfokus pada interaksi manusia dengan lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/ perancangan. (Nurmianto, et al., 1996). Secara umum, pergerakan manusia dilakukan oleh sistem skeletal dan sistem muscular yang meliputi otot, tendon dan tulang. Sistem skeletal atau sistem tulang berfungsi sebagai suatu sistem pendukung dan pergerakan. Selain itu sistem skeletal juga berfungsi sebagai pelindung organ tubuh bagian dalam yang lunak. Sedangkan sistem muscular atau sistem otot berfungsi
Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
4
sebagai penghasil gerakan, mempertahankan postur dan menghasilkan panas yang dilakukan oleh sel otot (Bidger, 1995). Postur tubuh adalah orientasi rata-rata dari anggota tubuh. Postur tubuh ditentukan oleh ukuran tubuh dan ukuran peralatan atau benda lainnya yang digunakan pada saat bekerja. Pada saat bekerja postur tubuh harus dalam keadaan seimbang sehingga dapat bekerja dengan nyaman dan tahan lama. Keseimbangan tubuh sangat dipengaruhi oleh luas dasar penyangga atau dan tinggi dari titik gaya berat. (Pheasant, 1991). Postur normal / Sikap kerja alami yaitu postur / sikap dalam proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, syaraf, tendon, dan tulang sehingga keadaan menjadi relaks dan tidak menyebabkan keluhan Musculoskeletal Disorders dan sistem tubuh yang lain. Postur tubuh tidak alami / sikap kerja tidak alami adalah deviasi/pergeseran dari gerakan tubuh atau anggota gerak yang dilakukan oleh pekerja saat melakukan aktifitas dari postur atau posisi normal secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama. Gerakan dan postur janggal ini adalah suatu faktor risiko untuk terjadinya gangguan, penyakit dan cidera pada sistem muskuloskeletal. Musculoskeletal disorders (MSDs) atau gangguan otot rangka adalah kerusakan pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian, kartilago, dan discus invertebralis. Kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan otot, inflamasi, dan degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupa memar, mikro faktur, patah, atau terpelintir. Keluhan ini dapat dirasakan seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai sangat sakit. (Grandjean, 1993). Rappid Entire Boddy Assesment (REBA) adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn Mc Atamney yang dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki pekerja. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh pada katifitas bekerja. Penilaian menggunakan yang dilakukan dengan metode REBA tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktifitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan risiko yang diakibatkan postur kerja operator (Mc Atamney, 2000). Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
5
Metode ini mempertimbangkan critical task dari suatu pekerjaan. Dari setiap aktivitas pekerja, akan dinilai posturnya dengan cara pemberian skor pada setiap bagian tubuh. Pada REBA, pemberian skor pada bagian tubuh terbagi menjedi dua kelompok, yaitu A dan kelompok B. kelompok A terdiri dari postur punggung, leher, dan kaki, sedangkan kelompok B terdiri dari postur lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tanggan masing-masing pada sisi kanan dan kiri. Selain itu, pada setiap bagian tubuh dipertimbangkan pula tambahan skor bila ada adjustment (penyesuaian). Selain memberikan skor untuk postur tubuh, REBA juga memberikan skor pada berat beban atau tenaga yang digunakan dalam suatu aktivitas pekerjaan, kemudian skor coupling, dan skor dari aktivitas.
Gambar 1. Penilaian postur leher (dari REBA work sheet)
Gambar 2. Penilaian Postur Batang Tubuh (REBA work sheet)
Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
6
Gambar 3. Penilaian postur kaki (dari REBA work sheet)
Gambar 4. Penilaian postur lengan bawah (dari REBA work sheet)
Gambar 5. Penilaian postur pergelangan tangan (dari REBA work sheet)
Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
7
Gambar 6. Penilaian berat beban (dari REBA work sheet)
Gambar 7. Penilaian coupling (dari REBA work sheet)
Skor dari masing-masing postur bagian tubuh pada kelompok A dimasukkan ke dalam tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor berat beban/tenaga sehingga hasil penjumlahannya disebut dengan skor A. Kemudian, skor masing-masing postur bagian tubuh pada kelompok B dimasukkan ke dalam tabel B dan dijumlahkan dengan skor coupling disebut dengan skor B. Hasil dari skor A dikombinasikan dengan skor B dengan dimasukkan ke dalam tabel C dan disebut dengan skor C. Kemudian skor C dijumlahkan dengan skor aktivitas sehingga menghasilkan skor REBA.
Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
8
Gambar 8. Tabel A (skor leher, punggung dan kaki) (dari REBA work sheet)
Gambar 9. Tabel B (skor lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan) (dari REBA work sheet)
Gambar 10. TabelC (kombinasi skor A dengan skor B) (dari REBA work sheet)
Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
9
Gambar 11. Langkah-langkah penghitungan metode REBA
Berdasarkan hasil skor REBA yang telah didapatkan, dapat ditentukan tingkat risikonya berdasarkan REBA decision table. Adapun interprestasi dari skor REBA yaitu: − Skor 1
: sangat rendah (tidak perlu dilakukan intervensi lanjut)
− Skor 2-3
: rendah (mungkin perlu dilakukan perubahan/perbaikan)
− Skor4-7
:sedang (penting dilakukan investigasi lanjut dan perubahan/perbaikan)
− Skor 8-10
:tinggi (segera dilakukan investigasi lanjut dan perubahan/perbaikan)
− Skor 11-15
: sangat tinggi (investigasi dan perubahan/perbaikan langsung dilakukan
dan diimplementasikan)
METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang dilakukan secara langsung (direct observation) dimana proses pengumpulan atau pengambilan data dilakukan secara bersamaan. Penelitian ini mengenai “Analisa Postur Kerja Pada Pekerja Final Assemby CPT Divisi Display PT. LG Electronic Indonesia Plant 1 Cibitung Tahun 2013”. Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk menganalisa postur kerja pada pekerja dengan menggunakan Rapid Entire Body Assesment (REBA). Penelitian ini dilakukan di bagian proses total assembly CPT Divisi Display PT. LG Electronic Indonesia Plant 1 Cibitung dan dilakukan pada 24 – 30 April 2013. Populasi yang Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
10
dianalisa pada penelitian ini melibatkan pekerja pada proses Total Assembly Divisi Display yang mencakup pada proses Line A (CTV). Aktivitas kerja yang dianalisa berupa postur kerja pada proses Total Assembly line A (CTV). Populasi pekerja pada line A berjumlah 40 orang, sedangkan sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang. Penelitian ini mempergunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui proses observasi dan wawancara tidak berstruktur dengan pekerja dan bidang pendidikan divisi display. Pada observasi yang kedua penulis mempergunakan form pengukuran Rapid Entire Body Assesment untuk memberikan penilaian pada tulang punggung, leher, kaki, lengan bagian atas, lengan bagian bawah dan pergelangan tangan sehinggadapat dianalisa postur kerjanya. Wawancara tidak berstruktur dilakukan pada pekerja untuk mendapatkan keterangan beban kerja pada saat melakukan pekerjaannya. Sedangkan data sekunder didapatkan dari data perusahaan berupa data umum dan langkah pekerjaan pada bagian total assembly divisi Display PT. LG Electronic Indonesia. Hasil penelitian ini diolah secara manual dengan menggunakan metode REBA dengan memberikan penilaian pada bagian-bagian tubuh yang telah ditentukan. Tahapan pengolahan data Melakukan analisa postur dan memberikan penilaian pada tulang punggung, leher dan kaki (Tabel A). Score A didapatkan dari hasil penjumlahan tabel A dengan load/ force score, Melakukan analisa postur dan memberikan penilaian pada lengan bagian atas, lengan bagian bawah dan pergelangan tangan (Tabel B). Score B didapatkan dari hasil penjumlahan tabel B dengan coupling score untuk setiap tangan,score C didapatkan dari penggabungan Score A dan Score B. Penjumlahan antara Score C dan Activity Score sehingga didapatkan REBA Score. REBA Score tersebut digunakan untuk menilai besarnya risiko ergonomi pada aktivitas kerja di bagian total assembly pada divisi display. Dari hasil scoring yang didapat kemudian dapat digunakan untuk melakukan prioritas penanggulangan risiko. HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode REBA untuk menganalisa postur tubuh pekerja pada saat melakukan pekerjaanya. Alasan penulis mempergunakan metode REBA karena metode ini relatif mudah digunakan untuk menganalisa bagian tubuh yang beresiko terkena masalah ergonomi. Postur Kerja Pada CPT SET Loading Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
11
Pada aktivitas kerja CPT SET Loading memiliki ditemukan tingkat risiko ergonomi yang tinggi. Postur tidak alami terjadi pada saat pekerja memindahkan SET CPT dari loading dock ke atas conveyer dengan posisi badan membungkuk, punggung membentuk sudut 40° dan batang tubuh pekerja berputar kearah samping. Postur tubuh ini terjadi karena posisi loading dock lebih rendah dari conveyer. Aktivitas ini dilakukan secara berulang kali. waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan set CPT tiap satu pallet berkisar 5 menit 30 detik. Berdasarkan hasil akhir penilaian REBA pada proses ini secara keseluruhan termasuk mendapat skor +9 yang masuk ke dalam kategori resiko tinggi (high) dan sebaiknya dilakukan investigasi dan harus dilakukan pengendalian segera seperti : memodifikasi loading dock dan melakukan pelatihan cara mengangkat beban yang aman pada setiap pekerja yang bekerja diproses loading SET CPT serta melakukan roling pekerja. Postur Kerja Pada Screwing CPT Penilaian pada pekerja proses Screwing CPT melalui lembar penilaian REBA didapatkan nilai +5 pada bagian kiri tubuh dan skor +6 untuk bagian kanan tubuh. Hal ini berarti tingkat risiko pekerjaan yang dilakukan dalam proses Screwing CPT termasuk kedalam kategori menengah (medium risk). Beban kerja yang dikeluarkan pekerja saat aktifitas screwing tidak berisiko menimbulkan MSDs, karena masa objek hanya <5 kg, Armstrong dan chaffin (1979) menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara carpal tunnel syndrom dengan postur power grip pada tangan saat bekerja. Frekwensi pada saat melakukan aktivitas ini sebanyak 17 x/ menit proses screw dan dilakukan selama 8 jam kerja.Untuk menguranginya pekerja diharapkan melakukan starching pada pergelangan tangan selama 5 – 10 menit pada saat sebelum memulai pekerjaan dan setelah selesai bekerja. Berdasarkan hasil akhir penilaian REBA pada proses ini secara keseluruhan termasuk ke dalam kategori menengah (medium risk) dan sebaiknya dilakukan investigasi lebih lanjut sehingga dapat dilakukan perubahan dengan segera. Postur Kerja Pada Standing TV
Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
12
Dalam postur kerja ini postur yang paling beresiko terdapat pada lengan bagian kanan atas (upper arm) yang mendapat skor tertinggi yaitu +4 jika dibandingkan dengan postur tubuh yang lain. Hal ini diakibatkan oleh posisi lengan atas bagian kanan membentuk sudut 55°, Pada saat melakukan aktivitas standing TV terdapat aktifitas menghentak sewaktu memposisikan TV dari posisi lateral ke posisi berdiri yang mengakibatkan pada bagian bahu agak terangkat sewaktu melakukan aktivitas ini. Dalam penelitian Grandjean (1993) mengemukakan bahwa aktivitas yang sangat kuat/ berat dan pergerakan yang tiba-tiba dapat mengakibatkan kerusakan pada otot, saraf, ligamen dan tendon. Dari hasil fleksi yang didapatkan dapat dikategorikan postur tangan ini dalam keadaan janggal dan bila dilakukan dalam jangka waktu yang lama kemungkinan akan menimbulkan penyakit MSDs pada pergelangan tangan, misalnya : penyakit kelainan trauma kumulatif dan cedera karena ketegangan otot pada tangan dan bahu. Untuk beban kerja pada saat proses pengukuran didapatkan nilai +1, karena pada saat melakukan aktifitas ini dilakukan oleh dua orang sehingga beban yang ditanggung pekerja berkurang menjadi setengah berat CPT. Frekwensi postur tubuh pada saat melakukan gerakan ini dilakukan selama 3 detik, dan pergerakan berulang pada aktivitas ini dilakukan sebanyak 17 x/ menit, pekerja melakukan proses kerja ini selama 8 jam kerja. Hasil akhir penilaian REBA pada proses ini secara keseluruhan mendapatkan skor +7 pada bagian kanan tubuh dan skor +5 pada bagian kiri tubuh yang termasuk ke dalam kategori menengah (medium risk) dan sebaiknya dilakukan investigasi lebih lanjut serta membutuhkan pengendalian seperti : melakukan starching pada bagian bahu, bergelangan tangan dan jari-jari tangan setiap sebelum memulai pekerjaan dan pada saat mengakhiri pekerjaany Postur Kerja Pada Conecting Postur kerja pada aktivitas ini postur tidak alami yang terjadi tergolong rendah. Bagian yang beresiko terdapat pada bagian leher, tangan, punggung dan kaki. Pada bagian kaki posisi kaki saat berdiri sepenuhnya berpijak pada lantai dengan baik dan seimbang. Pada bagian kaki dalam aktifitas kerja hanya terdapat kondisi statis selama lebih dari 1 menit dangan kedua kaki lurus menopang tubuh, hal ini dapat menyebabkan kelelahan yang disebabkan oleh asam laktat yang menumpuk karena kontraksi otot yang berlebihan. Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
13
Dari hasil pengukuran pada bagian lengan atas membentuk sudut 25° apabila sudut yang terbentuk antara (20 - 45°), maka nilai yang diberikan adalah +2. Sedangkan pada lengan bagian bawah tubuh membentuk sudut 70°, dan pada pergelangan tangan membentuk sudut 15° , sehingga skor yang diberikan adalah +1. Untuk beban kerja pada saat proses pengukuran tidak ada beban, sehingga untuk beban kerja didapatkan nilai +0. Sedangkan untuk durasi dalam aktivitas pekerjaan ini pergerakan tangan pada saat bekerja hanya berkisar 5 menit namun dilakukan secara berulang dan ada beberapa bagian tubuh yang statis. Dalam waktu 1 menit seorang pekerja bisa mengkoneksikan 17 buah TV. Sehingga untuk skor nilai pada activity score diberikan nilai +2. Hasil akhir penilaian REBA pada proses ini secara keseluruhan mendapatkan nilai +3 yang masuk ke dalam kategori rendah (low risk) untuk itu perubahan mungkin diperlukan. Postur Kerja Pada Inspect Performance Dalam postur kerja ini bagian yang paling beresiko terdapat pada leher, lengan bagian bawah dan pergelangan tangan. Pada bagian kaki dalam aktifitas kerjanya terdapat kondisi statis selama 8 jam kerja dangan kedua kaki lurus menopang tubuh, hal ini dapat menyebabkan kelelahan yang disebabkan oleh asam laktat yang menumpuk karena kontraksi otot yang berlebihan pada daerah kaki. Aktivitas ini dilakukan selama 15 detik dan dari hasil pengamatan pekerja berhasil melakukan inspect performance 17 buah TV dalam waktu 1 menit, sehingga mendapatkan nilai +1.
Hasil akhir penilaian REBA pada proses ini secara keseluruhan mendapatkan nilai +3
yang masuk ke dalam kategori risiko rendah (lowrisk) untuk itu sebaiknya dilakukan investigasi lebih lanjut dan segera dibutuhkan pengendalian. Postur Kerja Pada Pemasangan Back Cover Postur kerja pada aktivitas ini yang paling beresiko terdapat pada bagian punggung, leher, lengan dan pergelangan tangan. Pada saat melakukan aktivitas ini terkadang leher miring ke samping sehingga mengalami penambahan nilai +1. Skor akhir untuk bagian leher adalah +3. Hasil akhir penilaian REBA pada proses ini secara keseluruhan mendapatkan nilai +4 yang masuk ke dalam kategori risiko menengah (medium risk) untuk itu sebaiknya dilakukan Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
14
investigasi lebih lanjut dan segera dibutuhkan pengendalian seperti : melakukan pelatihan cara mengangkat beban yang aman pada setiap pekerja yang bekerja diproses pemasangan back cover. Postur Kerja Pada Inspection Hi-Pot Pada aktifitas kerja ini lebih banyak berada dalam posisi berdiri, hal ini termasuk ke dalam postur statis yang ada, selain itu postur statis juga terdapat pada kaki dan leher, Dari hasil pengukuran pada posisi lengan bagian atas membentuk sudut 40° dan pada bagian lengan bawah tubuh membentuk sudut 70°, dan postur pergelangan tangan saat melakukan proses kerja inspection hi-pot pergelangan tangan lurus memegang hi-pot test sehingga membentuk flexi 15°. Beban kerja yang ditanggung oleh tubuh pada saat melakukan aktivitas kerja inspection hi-pot < 5 kg sehingga penilaian beban kerja pada postur ini tidak ada. Durasi pada saat melakukan aktivitas ini dilakukan selama 10 detik dan dari hasil pengamatan pekerja melakukan inspection hi-pot sebanyak 15 buah TV dalam waktu 1 menit, karena pekerja melakukan gerakan dalam rentang waktu singkat dan diulang lebih dari 4x/menit, sehingga pada Hasil akhir penilaian REBA pada proses ini secara keseluruhan mendapatkan nilai +5 yang masuk ke dalam kategori risiko menengah (medium risk) untuk itu sebaiknya dilakukan investigasi lebih lanjut dan segera dibutuhkan pengendalian. Postur Kerja Pada Pemasangan ID Barcode Postur kerja pada aktivitas ini yang paling beresiko terdapat pada bagian leher dan lengan bawah. Saat melakukan aktivitas kerja final inspection posisi leher pekerja membentuk flexi 20. Dari hasil pengukuran posisi lengan bagian atas lurus sejajar dengan tubuh, maka nilai yang diberikan untuk postur ini adalah +1. Sedangkan pada bagian lengan bawah tubuh membentuk sudut 60°, dan nilai yang diberikan untuk postur ini adalah adalah +1. Postur pergelangan tangan saat melakukan aktivitas sejajar dengan lengan bawah sehingga tidak membentuk sudut, maka nilai yang diberikan untuk postur tubuh ini adalah +1. Durasi pada saat melakukan aktivitas ini dilakukan selama 8 jam yang setiap menitnya pekerja berhasil menempelkan ID & barcode sebanyak 8 buah, karena pekerja melakukan
Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
15
gerakan dalam rentang waktu singkat dan diulang lebih dari 4x/menit, sehingga untuk aktivitas ini mendapatkan nilai +2. Hasil akhir penilaian REBA pada proses ini secara keseluruhan mendapatkan nilai +3 yang masuk ke dalam kategori risiko rendah (low risk) tetapi mungkin membutuhkan perbaikan. Postur Kerja Pada Packing Postur kerja pada aktivitas ini yang paling beresiko terdapat pada bagian leher dan punggung. Saat melakukan aktivitas kerja packing & tapping pekerja menundukan kepalanya sehingga leher membentuk flexi 50°, sehingga skor yang diberikan untuk aktivitas ini adalah +2. Pada aktivitas ini posisi punggung membentuk sudut 25° Postur kaki pada saat melakukan aktivitas ini kaki lurus meskipun kaki pekerja mengoperasikan alat vakum dengan cara diinjak tetapi kedua kaki berpijak pada lantai dan tubuh stabil berdiri tegak. Dari hasil pengukuran pada posisi lengan bagian atas membentuk sudut 25° . Sedangkan pada bagian lengan bawah tubuh membentuk sudut 90°. Postur pergelangan tangan saat melakukan aktivitas pemasangan back cover membentuk flexi 30° . Untuk beban kerja yang ditanggung oleh tubuh pada saat melakukan aktivitas pemasangan ini < 5 kg, karena berat beban sepenuhnya diangkat oleh vacum, sehingga nilai yang diberikan untuk postur ini adalah +0. Durasi pada saat melakukan aktivitas ini dilakukan selama 5-8 detik dan gerakan ini dilakukan selama 8 jam kerja, sehingga untuk aktivitas terdapat pergerakan repetitif dan terdapat beberapa bagian tubuh yang statis . Hasil akhir penilaian REBA pada proses ini secara keseluruhan mendapatkan nilai +6 yang masuk ke dalam kategori risiko menengah (medium risk) untuk itu sebaiknya dilakukan investigasi lebih lanjut dan segera dibutuhkan pengendalian. Postur kerja pada aktivitas ini yang paling beresiko terdapat pada bagian punggung, lengan dan pergelangan tangan. Saat melakukan aktivitas moving box yaitu memindahkan box TV dari line packing ke lantai pekerja menundukan kepalanya sehingga leher membentuk flexi 20°, . Saat meletakan box TV ke lantai punggung membungkuk sehingga tulang belakang membentuk sudut 25°, dan posisi pinggang agak memutar sehingga mendapatkan penambahan penilaian punggung mendapatkan skor +4. Pada saat pengamatan pekerja sedang melakukan Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
16
penumpukan box pada tumpukan kedua, namun bila dilakukan pengamatan pada saat penumpukan box pada tumpukan pertama kondisi punggung pekerja lebih membungkuk. Bila hal ini dilakukan terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama sangat beresiko menimbulkan penyakit Lower Back Pain. Sedangkan posisi kaki pekerja saat memindahkan box dari line packing ke lantai berpijak pada lantai, postur tubuh kokoh, dan beban tubuh tersebar secara merata. Sewaktu melakukan pekerjaannya pekerja berjalan beberapa langkah dari line packing ke tempat penumpukan box TV yang selanjutnya dipindahkan dengan menggunakan forklift ke gudang. Skor yang diberikan untuk postur kaki adalah +1. penilaian REBA pada proses ini secara keseluruhan mendapatkan nilai +5 yang masuk ke dalam kategori risiko menengah (medium risk) untuk itu sebaiknya dilakukan investigasi lebih lanjut dan segera dibutuhkan pengendalian seperti : melakukan pelatihan cara mengangkat beban yang aman pada setiap pekerja yang bekerja dengan proses pengangkatan beban, melakukan pembatasan waktu kerja dengan melakukan rolling, bila memungkinkan pada proses ini dilakukan oleh dua orang pekerja dan bila memungkinkan line packing dibuat sejajar dengan line floor sehingga dapat mengurangi risiko yang mungkin timbul. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada proses total assembly CPT pada produksi TV tabung maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Dari 10 aktivitas kerja yang diteliti pada proses total assembly CPT semua berpotensi menimbulkan muskuloskeletal disorders. b. Tingkat risiko yang tertinggi ada pada bagian Loading SET CPT dengan skor akhir REBA sebesar +9 dan termasuk kedalam kategori high risk (resiko tinggi). c. Sedangkan tingkat risiko yang terendah ada pada bagian Inspeksi Performance dan pemasangan ID & barcode dengan skor akhir REBA mendapat skor +3 dan termasuk kedalam kategori low risk (resiko rendah). d. Bagian tubuh yang bersiko pada pekerjaan Loading Dock CPT adalah pada bagian leher, punggung, kali kanan, bahu kanan dan kiri serta pergelangan tangan kanan dan kiri. Hal Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
17
ini dikarenakan posisi tubuh pada saat Loading Dock CPT cenderung membungkuk dan kaki kanan menahan loading dock agar tidak berputar. e. Bagian tubuh yang bersiko pada pekerjaan Screwing CPT adalah pada bagian leher, punggung, dan kaki kanan dan kiri. Hal ini dikarenakan posisi tubuh pada saat melakukan aktifitas Screwing CPT, bagian leher cenderung menunduk dan bagian punggung dan kaki berada dalam kondisi yang statis. f. Bagian tubuh yang bersiko pada pekerjaan Standing TV adalah pada bagian leher, punggung, bahu kanan dan bagian kaki. Hal ini dikarenakan posisi tubuh pada saat melakukan pekerjaan Standing TV leher cenderung menunduk, bahu kanan agak terangkat dan pada bagian kaki cenderung pada keadaan berdiri statis. g. Bagian tubuh yang bersiko pada pekerjaan Conecting
adalah pada bagian leher,
punggung, punggung dan kaki. Hal ini dikarenakan posisi tubuh pada saat melakukan pekerjaan Conecting, leher cenderung dalam keadaan menunduk punggung dan kaki cenderung dalam keadaan statis. h. Bagian tubuh yang bersiko pada pekerjaan Inspect Performance adalah pada bagian leher, punggung, dan bagian kaki. Hal ini dikarenakan posisi tubuh pada saat melakukan pekerjaan Inspect Performance leher cenderung mendongak ke atas melihat layar TV, punggung dan kaki cenderung pada keadaan berdiri statis. i. Bagian tubuh yang bersiko pada pekerjaan Pemasangan Back Cover adalah pada bagian leher dan punggung. Hal ini dikarenakan posisi tubuh pada saat melakukan pekerjaan Pemasangan Back Cover leher cenderung menunduk dan bagian punggung membungkuk. j. Bagian tubuh yang bersiko pada pekerjaan Inspection Hi-Pot adalah pada bagian leher, punggung, dan kaki. Hal ini dikarenakan posisi tubuh pada saat melakukan pekerjaan Inspection Hi-Pot leher cenderung menunduk, punggung agak membungkuk dan posisi kaki berada pada posisi berdiri statis. k. Bagian tubuh yang bersiko pada pekerjaan pemasangan ID Barcode adalah pada bagian leher, punggung, dan kaki. Hal ini dikarenakan posisi tubuh pada saat melakukan
Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
18
pekerjaan pemasangan ID Barcode leher cenderung menunduk, bagian punggung dan kaki cenderung pada keadaan berdiri statis. l. Bagian tubuh yang bersiko pada pekerjaan Packing adalah pada bagian leher, punggung, tangan dan kaki. Hal ini dikarenakan posisi tubuh pada saat melakukan pekerjaan Packing posisi leher dalam keadaan menunduk, posisi punggung dan bagian kaki dalam keadaan statis. m. Bagian tubuh yang bersiko pada pekerjaan Moving Box pada bagian leher, punggung, tangan dan pergelangan tangan kanan dan kiri. Hal ini dikarenakan posisi tubuh pada saat melakukan pekerjaan Moving Box bagian punggung agak membungkuk pada saat mengambil box TV dari conveyer ke lantai, bagian pinggang juga ikut memutar. Pada bagian tangan dan pergelangan tangan juga beresiko karena pekerja tidak mendekatkan box TV (beban) mendekati tubuh pada saat memindahkan box TV dan ditambah dengan posisi menggenggam yang kurang pas pada saat memegang box TV. n. Dari keseluruhan aktifitas kerja yang ada sebagian besar dilakukan pada postur berdiri statis. o. Waktu istirahat yang diberikan relatif singkat yakni hanya berkisar 10 menit pada break pagi dan siang dan 30 menit untuk makan siang. Biasanya waktu tersebut dipergunakan pekerja untuk istirahat duduk-duduk dan merokok tanpa melakukan straching. SARAN 1. Melakukan pengendalian secara Engineering, dengan cara : a.
Menggunakan lifter pada saat memindahkan CPT.
b. Bila memungkinkan, lakukan modifikasi pada loading dock didalam aktivitas kerja loading CPT dengan menggunakan force lift yang menggunakan pegas (spring loaded platform) c.
Menyediakan sarung tangan pada pekerja yang menggunakan vibrating tools pada proses screwing CPT dan screwing back cover.
d.
Jika
memungkinkan,
menyediakan
kursi
untuk
pekerjaan
memungkinkan pekerja duduk dan berdiri pada jarak waktu tertentu. Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
berdiri
statis
agar
19
2. Melakukan pengendalian secara Administrative a. Melakukan penilaian dan medical check up terkait ergonomi secara berkala untuk mengetahui tingkat risiko dan keluhan pekerja agar masalah ergonomi dapat dikendalikan secara efektif dan efisien. b. Mensosialisasikan risiko ergonomi pada pekerja dan juga mensosialisasikan cara kerja yang benar dan aman terkait dengan masalah ergonomi, misalnya melalui poster, bulletin ataupun pada saat pendidikan / pelatihan. c. Melakukan rotasi kerja untuk mengurangi jumlah jam dalam melakukan pekerjaan berulang. d. Membuat standar ergonomi untuk semua aktivitas kerja meliputi Standart Operating Procedure (SOP) sesuai dengan standar REBA. e. Mengajarkan pada pekerja cara peregangan (straching) tubuh. Hal ini dapat dilakukan pada saat memulai pekerjaan dan mengakhiri pekerjaan. Peregangan (straching) ini dapat dilakukan sekitar 5 – 10 menit. Jika memungkinkan kordinator tiap line yang bertugas sebagai traine untuk stratching pada setiap break istirahat. f. Pada para pekerja diharapkan berolah raga secara rutin, serta menerapkan pola hidup sehat dan stop merokok. Daftar Referensi Bridger, R.S. Ph.D.(1995) Introduction to Ergonomics. Singapore : McGraw-Hill, Inc Chaffin, D.B. and Anderson, G.B.J. (1999), Occupational Biomechanics, 3rd edition. New York, USA: John Wiley & sons Corlett, E.N.and Clark, T.S. (1995).The Ergonomics of Workspaces and Machines, A Design Manual.2nd edt. Great Britain: Taylor & Francis. Geotsch, David L.(1996), Occupational Safety and Health: In The Age Of High Technology For Technologists, Engineers, and Managers. (5th Ed). New Jersey : Perason Prantince Hall Humantech, (1995). Applied Ergonomics Training Manual 2nd Edition. Australia: Barkeley Vale. Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
20
Mc.Atamney, Lyn dan Hignett, Sue. (2000). Rapid Entire Body Assesment (REBA) Aplied Ergonomics Nurmianto, Eko.(2004). Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya : Tinjauan Anatomi, Fisiologi, Antropometri, Psikologi, dan Komputasi Untuk perancangan Kerja dan Produk. Surabaya: Penerbit Guna Widya. Pheasant, Stephen.(1991). Ergonomics, Work, and Health. Hong Kong : Aspen Publishers, Inc. Pulat, B Mustafa. (1997). Fundamental of Industrial Ergonomics 2nd Edition. Waveland Press.Inc Lampiran Aktivitas Straching / Peregangan Peregangan yang dapat dilakukan pada saat break dan istirahat antara lain : a. Peregangan untuk seluruh tubuh § Berdiri dengan kedua lengan disamping tubuh. § Tarik nafas melalui hidung dan meraih ke atas dengan kedua lengan. § Tahan posisi tersebut 5 detik. § Keluarkan nafas melalui mulut dan kembali keposisi semula. § Ulangi sebanyak 3 kali. b. Peregangan untuk punggung § Berdiri tegak dengan kedua kaki saling berjauhan.
c.
§ Letakan kedua telapak tangan di daerah punggung bawah. § Tatapkan mata pada satu buah titik lurus di depan. § Tekuk tubuh ke belakang dengan kedua tangan menyangga di punggung bawah. § Tahan 5 – 10 detik, kembali ke posisi semula. § Ulangi sebanyak 3 – 5 kali. Peregangan untuk bahu § Putar kedua bahu ke arah belakang dalam gerakan melingkar dan ulangi sebanyak 3 kali. § Putar kedua bahu ke arah depan dalam gerakan melingkar dan ulangi sebanyak 3 kali. § Letakan kedua tangan di belakang kepala dan lakukan peregangan seperti pada gambar dibawah ini, tahan gerakan selama 8 detik.
Gambar Pergangan Bahu Sumber : Stratching Inc. d.
Peregangan untuk leher § Dapat dilakukan dengan berdiri atau duduk tegak, miringkan kepala ke pundak kiri, tahan selama 5 – 10 detik.
Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013
21 § § § §
Kembali ke tengah dan ulangi gerakan tadi untuk bagian kanan, tahan selama 5 – 10 detik, lalu kembali ke posisi semula. Tolehkan kepala kearah kiri dan kanan tahan selama 8 – 10 detik. Tundukan kepala kearah dada, tahan 5 – 10 detik, kembali ke posisi semula. Ulangi gerakan tersebut sebanyak 3 – 5 kali.
Gambar Pergangan Leher Sumber : Stratching Inc. e.
f.
g.
h.
Peregangan untuk tangan dan lengan § Lakukan seperti pada gambar dan tahan selama 5 – 10 detik. § Ulangi 2 – 3 kali.
Gambar Pergangan Tangan & Lengan Sumber : Stratching Inc. Peregangan untuk pergelangan tangan § Lakukan peregangan dengan menggoyangkan kedua telapak tangan selama 8 – 10 detik.
Gambar Peregangan pergelangan tangan Sumber : Worksafe NB, 2010. Peregangan untuk telapak tangan dan jari-jari tangan § Sambil duduk atau berdiri kepalkan tangan. § Perlahan bukan kepalan tangan dan sebarkan jari-jari. § Lakukan sebanyak 3 kali. Peregangan untuk tungkai § Sambil duduk di kursi, luruskan satu kaki kedepan. § Tekuk kaki dengan jari kaki menunjuk ke atas. § Tahan gerakan selama 5 detik, kemudian kaki diluruskan kembali dan ulangi pada tungkai yang satunya. § Ulangi gerakan ini sebanyak 3 – 5 kali.
Gambar Pergangan Tungkai Sumber : Stratching Inc.
Analisa postur…, Deviana Ratnaningrum, FKM UI, 2013