ANALISA PERBANDINGAN KONSENTRASI ZAT MENGUAP DALAM CRUMB RUBBER MUTU SIR 20 DAN CRUMB RUBBER MUTU SIR 3WF
KARYA ILMIAH
YUNITA HANDAYANI 052409030
DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM STUDI DIPLOMA – 3 KIMIA INDUSTRI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
ANALISA PERBANDINGAN KONSENTRASI ZAT MENGUAP DALAM CRUMB RUBBER MUTU SIR 20 DAN CRUMB RUBBER MUTU SIR 3WF
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
YUNITA HANDAYANI 052409030
DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM STUDI DIPLOMA – 3 KIMIA INDUSTRI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
PERSETUJUAN
Judul
Kategori Nama Nomor Induk Mahasiswa Program Studi Departemen Fakultas
: ANALISA PERBANDINGAN KONSENTRASI ZAT MENGUAP CRUMB RUBBER MUTU SIR 20 DAN CRUMB RUBBER MUTU SIR 3WF : KARYA ILMIAH : YUNITA HANDAYANI : 052409030 : DIPLOMA- 3 KIMIA INDUSTRI : KIMIA : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, Juni 2008
Diketahui/disetujui oleh : Program Studi Kimia Industri D-3 FMIPA USU Ketua,
Dosen Pembimbing
Dr. Harry Agusnar, M.Sc,M.Phill NIP. 131 273 466
Drs. Abdi Negara Sitompul NIP.130 422 445
Diketahui/Disetujui oleh Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
Dr. Rumondang Bulan Nst, MS NIP. 131 459 466 Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
PERNYATAAN
ANALISA PERBANDINGAN KONSENTRASI ZAT MENGUAP DALAM CRUMB RUBBER MUTU SIR 20 DAN CRUMB RUBBER MUTU SIR 3WF
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2008
YUNITA HANDAYANI 052409030
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan karunia Yang dilimpahkannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya ilmiah ini dengan judul “ANALISA PERBANDINGAN KONSENTRASI ZAT MENGUAP DALAM CRUMB RUBBER MUTU SIR 20 DAN CRUMB RUBBER MUTU SIR 3WF”, karya ilmiah ini disusun untuk melengkapi dan menyelesaikan program diploma-3 Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selesainya karya ilmiah ini juga tak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ayahanda Andi Rahman dan Ibunda Darmasyiah Nasution yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil. 2. Drs. Abdi Negara Sitompul. Selaku pembimbing pada penyelesaian karya karya ilmiah ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada penulis untuk menyempurnakan karya ilmiah ini. 3. Dr. Marlianto Msc. Selaku dekan FMIPA USU. 4. DR. Rumondang Bulan MS. Selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 5. Rekan-rekan seperjuangan Kimia Industri Khususnya Angkatan 2005. 6. Teman dekat penulis Khususnya Dani, Liza, Risda, Diva, Vina, Heny, Umi, Marhot dan Putra. 7. Kakanda Juliana yang telah memberikan motivasi penuh untuk segera menyelesaikan karya ilmiah ini. 8. Semua ahli keluarga. Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya penulis.
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
ABSTRAK
Mutu dari karet remah sangat dipengaruhi oleh adanya konsentrasi zat menguap sebagai salah satu parameter penentuan kualitas karet remah yang dihasilkan. Analisa perbandingan sangat efektif dilakukan dalam menentukan kualitas karet remah bermutu paling baik berdasarkan klasifikasi antara mutu SIR 20 dengan mutu SIR 3WF. Parameter yang digunakan adalah mengetahui konsentrasi zat menguap yang lebih besar atau lebih kecil berdasarkan Standard Indonesian Rubber (SIR) yang telah ditentukan. Dalam analisa ini, perusahaan juga dapat meningkatkan kualitas karet remah karena jika telah diketahui konsentrasi zat menguap antara kedua klasifikasi karet remah sebagai produk utama yang akan di pasarkan.
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
ANALYSIS COMPARATION OF VOLATILE MATTER CONCENTRATE IN CRUMB RUBBER SIR 20 AND CRUMB RUBBER SIR3 WF QUALITY
ABSTRACT
Quality of crumb rubber is influenced by volatile matter concentrate as one as parameters the quality of rubber thread produced. The comparison analysis is very effective to make the quality high based on the classification between SIR 20 quality and SIR 3WF. The parameter’s using is to know the volatile matter concentrate more high or more little based on Standard Indonesian Rubber (SIR) that have been guaranteed. In this analysis, the company can also increase the quality of crumb rubber if the volatile matter concentrate is known each of rubber classification as main product that will be purchased.
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman PERSETUJUAN PERNYATAAN PENGHARGAAN ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB
BAB
ii iii iv v vi vii viii ix
1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan 1.3 Tujuan 1.4 Manfaat
1 3 4 4
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penanganan Bahan Baku 2.1.1 Penerimaan karet kasar di pabrik 2.1.2 Lateks pekat 2.1.3 Karet bongkah atau block rubber 2.2 Pemeriksaan Mutu Bahan Baku 2.2.1 Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber 2.2.2 Karet ban 2.3 Sifat Karet 2.3.1 Sifat fisika karet 2.3.2 Perbedaan karet alam dengan karet sintetis 2.4 Jenis-Jenis Karet Alam 2.5 Manfaat Karet 2.5.1 Kegunaan lain tanaman karet 2.6 Pengolahan Air Limbah 2.6.1 Pemanfaatan limbah karet 2.7 Aneka Produk yang dihasilkan dari Pengolahan Karet
5 6 7 9 9 10 11 12 13 15 16 16 17 18 20 20
BAB 3 Metodologi Percobaan 3.1 Alat 3.2 Bahan
22 22
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
3.3 Prosedur
22
BAB 4 Data dan Pembahasan 4.1 Data Percobaan 4.2 Perhitungan 4.2.1 Penentuan % Zat Menguap 4.2.2 Persamaan Least Square 4.2.3 Persamaan Garis Regresi 4.3 Pembahasan
23 24 24 25 28 30
BAB 5 Kesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran
32 32
DAFTAR PUSTAKA
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 : Standar Mutu Lateks Pekat Tabel 2 : Standard Indonesian Rubber (SIR) Tabel 3 : Data Analisa Konsentrasi Zat Menguap Crumb Rubber Mutu SIR 20 Tabel 4 : Data Analisa Konsentrasi Zat Menguap Crumb Rubber Mutu SIR 3WF Tabel 5 : Data Metode Least Square Crumb Rubber Mutu SIR 20 Tabel 6 : Data Metode Least Square Crumb Rubber Mutu SIR 3WF Tabel 7 : Data Menurut Metode Least Square Crumb Rubber Mutu SIR 20 Tabel 8 : Data Menurut Metode Least Square Crumb Rubber Mutu SIR 3WF
8 9 23 23 25 26 30 30
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentrasentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumber daya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri hilir.
Teknologi karet sendiri semakin berkembang dan akan terus berkembang seiring berjalannya waktu dan akan semakin banyak produk yang dihasilkan dari Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
industri ini. Ada dua jenis karet yang biasa digunakan dalam industri yaitu karet alam dan karet sintesis. Karet alam (natural rubber) merupakan air getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis, yang merupakan polimer alam dengan monomer isoprena, sedangkan karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi.
Sejarah karet di Indonesia pernah mencapai puncaknya pada periode sebelum Perang Dunia II hingga tahun 1956. Pada masa itu Indonesia menjadi negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Komoditi ini pernah begitu diandalkan sebagai penopang perekonomian negara.
Berdasarkan status pengusahaannya, perkebunan karet di Indonesia diusahakan oleh tiga pihak, yaitu perkebunan besar negara, perkebunan besar swasta, dan perkebunan rakyat. Kendatipun demikian, karet yang mampu menghidupi hampir 15 juta penduduk ini boleh dikatakan sebagai tanaman rakyat karena lebih dari 80% areal penanaman karet diusahakan oleh rakyat.
Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis.
Beberapa jenis ban seperti ban radial walaupun dalam pembuatannya dicampur dengan karet sintetis, tetapi jumlah karet alam yang digunakan tetap besar, yaitu dua kali lipat komponen karet alam untuk pembuatan ban non-radial.
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
Perusahaan di Dolok Merangir, Kab. Simalungun, Sumatera Utara dibeli oleh Perusahaan Goodyear pada tahun 1916 yaitu salah satu perusahaan Belanda yang dipimpin oleh J.J. Blandeing. Kepemilikan saham Perusahaan PT. Goodyear Sumatra Plantations sebanyak 1.900.000 saham telah beralih kepada Bridgestone Corporation dengan nama Perusahaan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate yang merupakan badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia sejak tanggal 9 Agustus 2005. Spesifikasi mutu teknis pada pengolahan crumb rubber di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate: SIR 20VK,SIR 10,SIR 3CV 60 dan SIR 3CV 50.
Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate pengolahan karet crumb rubber terdiri dari 3 jenis pabrik pengolahan yaitu Pabrik DX (pabrik ekstra),Pabrik DM (pabrik Dolok Merangir),dan Pabrik FM (Form Material).Operasi dari pada ketiga pabrik tersebut dalam pengolahan crumb rubber pada dasarnya sama,hanya saja perbedaannya terletak pada spesifikasi mutu tekhnis bahan pembuatan crumb rubbernya,pemotongan dan pencucian adalah proses utama dalam pembuatan crumb rubber ini.
Berdasarkan analisa dan uraian di atas maka penulis sangat tertarik untuk membahas masalah tersebut di atas dengan mengambil judul ”ANALISA PERBANDINGAN
KONSENTRASI
ZAT
MENGUAP
DALAM CRUMB
RUBBER MUTU SIR 20 DAN CRUMB RUBBER MUTU SIR 3WF”.
1.2. Permasalahan
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
Dalam menentukan kualitas crumb rubber (karet remah), banyak parameterparameter yang harrus dipenuhi guna meningkatkan kualitas dari karet remah tersebut, salah satunya adalah mengetahui perbandingan konsentrasi zat menguap dari crumb rubber mutu SIR 20 dengan mutu SIR 3WF sesuai standar yang telah ditentukan yaitu untuk mutu SIR 20 adalah maksimal 0,80 dan mutu SIR 3WF adalah maksimal 0,80, apabila konsentrasi yang diperoleh kurang atau lebih dari standar yang ditentukan, maka dapat merugikan pihak perusahaan karena akan menyebabkan karet remah mengandung kadar air yang cukup tinggi.
Adapun permasalahannya adalah bagaimana perbandingan konsentrasi zat menguap antara karet remah mutu SIR 20 dengan mutu SIR 3WF sebagai parameter dalam penentuan kualitas karet remah yang paling baik menurut SIR (Standard Indonesian Rubber).
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui perbandingan konsentrasi zat menguap dari karet remah mutu SIR 20 dengan mutu SIR 3WF sebagai parameter penentuan produk yang dihasilkan.
1.4. Manfaat
Untuk memberikan pengetahuan terhadap pembaca mengenai perbandingan konsentrasi zat menguap dari karet remah mutu SIR 20 dengan mutu SIR 3WF.
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penanganan Bahan Baku
Karet alam polimer dari suatu isoprena (2 metil 1,3 butadiena) ( CH2 = C – CH = CH2 → [( CH2 – C = CH2 )] - n CH3
CH3
2 metil 1,3 butadiena
Prioritas utama untuk menghasilkan karet adalah jaminan bebas kontaminan, mutu konsisten, memenuhi standar spesifikasi mutu teknis yang telah ditetapkan dan sesuai dengan selera konsumen. Untuk dapat menerapkan sistem jaminan mutu akan diperlukan pengawasan mutu secara total disetiap penggal proses mulai dari penyadapan pohon, pengutipan hasil, pengumpulan di THP, pengangkutan dari Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
tempat pengumpulan hasil ke pabrik, setiap tahap proses pengolahan di pabrik, pengepakan, penyimpanan di gudang pabrik, pengangkutan dari pabrik ke pelabuhan eksport, pengapalan hingga diterima konsumen diluar negeri.
Bahan baku karet yang dihasilkan dari perkebunan karet adalah lateks kebun dan koagulum, lateks kebun berupa yang dapat diolah menjadi lateks pekat. Komposisi kimia lateks segar terdiri dari : - Karet (poliisoprena)
: 25,0 – 40,0 %
- Karbohidrat
: 1,0 – 2,0 %
- Protein dan senyawa nitrogen
: 1,0 – 1,5 %
- Lipid dan terpen
: 1,0 – 1,5 %
- Senyawa anorganik
: 0,1 – 0,5 %
- Air
: 60 – 75 %
- PH
: 6,8 – 7,0 %
Komposisi kimia lateks dipengaruhi jenis klon tanaman, umur tanaman, sistem deres, musim dan keadaan lingkungan kebun.
Komposisi kimia lateks sangat cocok dan baik sebagai media tumbuh berbagai mikroorganisme, sehingga setelah penyadapan dan kontak langsung dengan udara terbuka, lateks akan segera dicemari oleh berbagai mikroba dan kotoran lain yang berasal dari udara, peralatan, air hujan, dan lain-lain.
Mikroba akan menguraikan kandungan protein dan karbohidrat lateks menjadi asam-asam yang berantai molekul pendek, sehingga dapat terjadi penurunan
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
pH. Bila penurunan pH mencapai 4,5 – 5,5 (pH isoelektrik partikel karet) maka akan terjadi proses koagulasi.(1)
2.1.1. Penerimaan karet kasar di pabrik
Adapun karet itu diterima orang dengan dua macamnya,yang terpenting yaitu (sheet) yang diasap (smoked) dan karet krep (creepe). Macam karet yang terbaik, yaitu yang disebut orang mutu standard (kwalited-standard, sheet standard dan krepstandard). Sudah itu ada lagi jenis karet yang kurang seperti off-sheet, compo, blanket dan lain sebagainya yang harganya murah.
1
Kaban jamaran, “Diktat Teknologi Pengolahan Karet”.USU,FMIPA.Medan
Kini nyatalah, bahwa untuk barang-barang yang tertentu yaitu barang yang mutunya penting benar seperti ban dalam, perlulah bahan yang mutunya terlalu baik dan tidak kotor. Untuk barang barang kasar seperti telapak sepatu (sol) dan dapatlah dipergunakan karet yang mutunya. Untuk barang-barang yang indah warnanya lebih disukai orang karet-krep-stndard. Umumnya dapatlah kita pastikan dan pastikan kepastian atau penetapan itu penting, baik bagi penghasil karet atau bagi orang yang mempunyai pabrik bahwa bahan-bahan untuk pabrik karet sedapat mungkin hendaklah sama rata. Persamaan yang rata pada karet itu, apabila diterima di pabrik, belum lagi berjumpa, hingga menjadi kebiasaan jenis karet yang mempunyai sebuah derajat vulkanisasinya rendah dan jenis karet yang lain mutunya itu juga mempunyai derajat vulkanisasi yang tinggi.(2)
2.1.2. Lateks Pekat Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya.
Prinsip pembuatan lateks pekat berdasarkan pada perbedaan berat jenis antara partikel karet dengan serum. Serum mempunyai berat jenis lebih besar daripada partikel karet, berat jenis serum 1,024 sedangkan partikel karet hanya 0,904. akibatnya, partikel karet akan naik ke permukaan dan serum akan berkumpul dilapisan bawah dalam proses pembuatan lateks pekat. Ada dua macam lateks pekat yang biasa dijual dipasaran. Yang pertama adalah creamed latex atau di Indonesia dikenal dengan lateks dadih. Sedangkan yang kedua adalah centrifuged latex atau disebut lateks pusingan.
2
G. De Boer, 1997, Pengetahuan Praktis tentang Karet, Raygrok & Co, Jakarta
Sedangkan menginginkan lateks pekat yang dibuat bermutu tinggi, maka syaratya harus menggunakan bahan baku lateks yang masih segar dan baik. Pengawasan mulai dari penyadapan sampai pengumpulan di kebun dan dilanjutkan dengan pengiriman lateks segar ke tempat pengolahan mutlak dibutuhkan.
Tabel 1 : Standar Mutu lateks Pekat Lateks pusingan
Lateks dadih
(centrifuged
(creamed latex)
latex) 1.Jumlah padatan (total solids) minimum 2. Kadar karet kering (KKK) minimum
61,5 %
64,0 %
60,0 %
62,0%
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
Lateks pusingan
Lateks dadih
(centrifuged
(creamed latex)
latex) 3. Perbedaan angka butir 1 dan 2 maksimum 4. Kadar amoniak (berdasar jumlah air yang terdapat dalam lateks pekat) minimum 5. Viskositas maksimum pada suhu 25oC 6. Endapan (sludge) dari berat basah maksimum 7. Kadar koagulum dari jumlah padatan, maksimum 8. bilangan KOH (KOH number) maksimum 9. Kemantapan mekanis (mechanical stability) minimum 10. Persentase kadar tembaga dari jumlah padatan maksimum 11. Persentase kadar mangan dari jumlah padatan maksimum 12. Warna
13. Bau setelah dinetralkan dengan asam borat
2,0 %
2,0 %
1,6 %
1,6 %
50 centipoises
50 centipoises
0,10 %
0,10 %
0,08 %
0,08 %
0,80
0,80
475 detik
475 detik
0,001 %
0,001 %
0,001 %
0,001 %
Tidak biru
Tidak biru
Tidak kelabu
Tidak kelabu
Tidak boleh
Tidak boleh
berbau busuk
bebau busuk
2.1.3. Karet bongkah atau block rubber
Karet bongkah adalah karet remah yan telah dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang berwarna muda setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri. Standar mutu karet bongkah Indonesia tercantum dalam SIR (Standard Indonesian Rubber) seperti dalam tabel 2.
Tabel 2 : Standard Indonesian Rubber (SIR) Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
SIR 5L
SIR 5
SIR 10
SIR 20
SIR 50
Kadar kotoran maksimum
0,05 %
0,05 %
0,10 %
0,20 %
0,50 %
Kadar abu maksimum
0,50 %
0,50 %
0,75 %
1,00%
1,50 %
Kadar zat atsiri maksimum
1,0 %
1,0 %
1,0 %
1,0 %
1,0 %
PRI minimum
60
60
60
40
30
Plastisitas- Po minimum
30
30
30
30
30
Limit warna (skala lovibond) maksimum
6
Kode warna
hijau
-
-
-
-
hijau
-
merah
kuning
2.2. Pemeriksaan Mutu Bahan Baku
Agar mutu lateks pekat dapat memenuhi persyaratan Internasional tersebut, maka lateks pekat yang dapat dikirim dari pabrik ke pelabuhan ekspor harus diawasi secara ketat. Lateks pekat dari pabrik dapat dikirim apabila telah memenuhi kriteria mutu yang terpenting yaitu : - Kadar karet kering (DRC)
: minimum 60,0%
- Jumlah padatan (TSC)
: maksimum 1,8% diatas DRC
- Bilangan VFA
: maksimum 0,025
- Bilangan KOH
: maksimum 0,50
- Kemantapan mekanis
: minimum 650 detik
- Kadar amonia (NH3)
: 0,70 – 0,75 % untuk lateks pekat jenis HA : 0,20 - 0,24 % untuk lateks pekat jenis LA
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
2.2.1. Karet spesifikasi teknis (crumb rubber)
Karet spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Kenetapan mutu juga didasarkan pada sifat-sifat teknis. Warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe, maupun lateks pekat tidak berlaku untuk jenis yang satu ini.
Pada intinya pengolahan karet spesifikasi teknis dimaksudkan untuk mengubah cara-cara pengolahan yang konvensional. Prinsipnya adalah usaha menghasilkan karet yang dapat diketahui dan terjamin mutu teknisnya, disajikan beserta sertfikat uji coba laboratorium, pengepakan dalam bongkah kecil mempunyai berat dan ukuran yang seragam, serta ditutup dengan lembar plastik polyethylene.
Persaingan karet alam dengan karet sintetis lah yang merupakan dasar timbulnya jenis karet ini Karet sintetis yang permintaannya cenderung meningkat jaminan mutu dalam setiap bandelanya.(3)
3
Tim Penulis PS,”Karet”. Penerbit Swadaya, Jakarta
Keterangan sifat teknis karet serta keistimewaan-keistimewaan tiap jenis mutu disertakan pula.
Beberapa pihak pengelola karet akhirnya mengupayakan perbaikan mutu karet alam dengan membuat bahan karet yang sudah diketahui sifat-sifat teknisnya. Malaysia merupakan pelopor pengolahan spesifikasi teknis ini.
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
Berdasarkan perbedaan bahan baku yang digunakan untuk pembuatannnya, pengolahan karet spesifikasi teknis dibedakan atas bahan baku lateks dan bahan baku karet rakyat yang bermutu rendah .
2.2.2. Karet Ban (Tyre Rubber)
Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya. Pembuatannya dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing karet alam terhadap karet sintetis.
Walaupun di Indonesia jenis karet ini belum umum, tetapi di Malaysia Tyre rubber sudah dijual berdasarkan Standard Malaysian Rubber (SMR). Dibandingkan dengan karet konvensional, tyre rubber adalah bahan pembuat yang lebih baik untuk ban atau produk karet lain. Tyre rubber memiliki kelebihan, yaitu daya campur yang baik sehingga hendak digabung dengan karet sintetis.
Proporsi bahan yang akan diolah menjadi type rubber
adalah lateks kebun
30%, sheet angin 30%, dan koagulum kebun lainnya (misalnya cup lumps) juga 30% ditambah minyak untuk pengolahannya, misalnya minyak jarak sebesar 10%.
Mula-mula sheet angin dan koagulum lateks lainnya dicampur dan digiling hingga menjadi lembaran blanket. Setelah itu, diolah seperti pada pembuatan karet remah dan lembaran-lembarannya disemprot minyak jarak. Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
Karet lembaran yang sudah disemprot minyak ini lalu dimasukkan ke mesin hammer mill dan dicacah. Kemudian direndam beberapa lama dalam larutan asam formiat. Selanjutnya, lembaran dimasukkan kedalam bak-bak aluminiumCampuran lateks dan minyak jarak ditambahkan lagi. campuran dibiarkan selama 6 – 8 jam. Dalam jangka waktu tersebut biasanya sudah terjadi koagulasi.
2.3. Sifat Karet
Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis. Namun bahan-bahan itu berbeda sifat bahan dasarnya misalnya, kekuatan tensil daya ulur maksimum, daya lentur dan terutama pada proses pengolahannya serta prestasinya sebagai barang jadi.
Karet alam adalah suatu komoditi homogen yang cukup baik, kualitas dan hasil produksi karet alam sangat terkenal dan merupakan dasar perbandingan yang baik untuk barang-barang karet buatan manusia. Karet alam mempunyai daya lentur yang tinggi, kekuatan tensil, dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah. Daya tahan karet terhadap benturan, goresan dan koyakan sangat baik. Namun karet alam tidak begitu tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi dan ozon. Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia seperti bensin, minyak tanah. Karena sifat fisik dan daya tahannya, karet alam dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan panas yang rendah.(4) Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
2.3.1. Sifat Fisika Karet
Sifat fisika karet mentah dapat dihubungkan dengan dua komponen yaitu viskositas dan elastisitas yang bekerja secara serentak. Viskositas diperlukan untuk mengukur ketahanan terhadap aliran. Terjadinya aliran pada karet yang disebabkan oleh adanya tekanan/gaya/stress disebabkan oleh dua hal, yaitu :
1. Terlepasnya ikatan di dalam atau antara rantai poliisoprene, seperti terlepasnya benang-benang yang telah dirajut. Hal ini terjadi pada stress yang rendah/kecil. 2. Terlepasnya seluruh ikatan rantai poliisoprene dan satu monomer dengan monomer yang lain saling tindih menindih akan membentuk lingkungan yang kristal. Hal ini terjadi pada stress yang tinggi, yang disebut dengan stress crystallisation. Lingkunan/daerah yang menjadi kristal ini akan menghasilkan tensile strenngth yang tinggi di dalam karet.
4
Spillane James,”Komoditi Karet”, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Dengan demikian komponen viskositas adalah irreversibel dan dihitung sebagai aliran dingin dari karet mentah, sedangkan elastisitas, mengukur energi yang segera dikembalikan oleh karet setelah diberikan input energi kepadanya.
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
Elastisitas menunjukkan hubungan jarak diantara ujung-ujung rantai poliisoprene, lebih tepatnya akar kuadrat dari rata-rata jumlah jarak kuadrat antara ujung-ujung rantai akhir.
Komponen elastisitas adalah reversibel dan dihitung/dinilai sebagai pantulan (bounche) karet. Sifat elastisitas karet dapat diperlihatkan dengan pegas (spring) yang mengikuti hukum hooke yaitu deformasi elastis terjadi dalam waktu sebentar dan tidak tergantung waktu.
Semakin panjang rantai poliisoprene karet dengan sendirinya akan semakin sulit terjadinya pelepasan rantai monomer sebagian atau seluruh rantai monomer, jadi secara keseluruhan viskositasnya akan tinggi. Akibatnya hanya akan terjadi aliran/deformasi yang kecil dan bahan tersebut dikatakan mempunyai elastisitas tinggi. Sebaliknya jika rantai poliisoprenenya pendek, maka dengan sendirinya akan mudah terjadi pelepasan rantai monomer sebagian atau seluruhnya, jadi viskositasnya rendah, sehingga akan mudah terjadi aliran bahan tersebut dan bahan akan kurang elastis atau lebih plastis.(5)
5
http://library.usu.ac.id/modul.php
2.3.2. Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintetis
Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis. Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah : -
memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna,
-
memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah,
-
mempunyai daya aus yang tinggi,
-
tidak mudah panas dan
-
memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan. Walaupun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap
berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil. Bila ada pihak yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah tertentu, maka biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami kesulitan. Hal seperti ini sulit diharapkan dari karet alam. Harga dan pasokan karet alam selalu mengalami perubahan, bahkan kadang-kadang bergejolak. Harga bisa turun drastis sehingga merusak pasaran dan merisaukan para produsennya.
Beberapa jenis ban seperti ban radial walaupun dalam pembuatannya dicampur dengan karet sintetis, tetapi jumlah karet alam yang digunakan tetap besar, yaitu dua kali lipat komponen karet alam untuk pembuatan ban nonradial. Jenis-jenis ban yang besar kurang baik bila dibuat dari bahan karet sintetis yang lebih banyak. Porsi karet alam yang dibutuhkan untuk ban berukuran besar adalah jauh lebih besar. Ban pesawat terbang bahkan dibuat hampir semuanya dari bahan karet alam. 2.4. Jenis-jenis Karet Alam
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengan jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi.
Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah : -
bahan olah karet (lateks kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump segar),
-
karet konvensional lateks pekat,
-
karet bongkah atau block rubber,
-
karet spesifikasi teknis atau crumb rubber,
-
karet siap olah
-
karet reklim
2.5. Manfaat Karet
a. Karet Alam
Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alatlat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri seperti mesin-mesin penggerak.
Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor hingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam.
b. Karet Sintetis Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
Karena memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh karet alam, maka dalam pembuatan beberapa jenis barang banyak digunakan bahan baku karet sintetis.
Sifat kedap terhadap gas yang dimiliki oleh jenis IIR dapat dimanfaatkan untuk pembuatan ban kendaraan bermotor, juga pembalut kawat listrik, serta pelapis bagian dalam tangki penyimpanan lemak atau minyak. Jenis EPR juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kabel listrik.
Sebenarnya manfaat karet bagi kehidupan manusia jauh lebih banyak daripada yang telah diuraikan di atas. Karet memiliki pengaruh besar terhadap bidang transportasi, komunikasi, industri, pendidikan, kesehatan, hiburan, dan banyak bidang kehidupan lain yang vital bagi kehidupan manusia. Manfaat secara tak langsung pun banyak yang dapat diperoleh dari barang yang dibuat dari bahan karet.
2.5.1. Kegunaan Lain Tanaman Karet
Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembuatan aneka barang keperluan manusia, sebenarnya karet masih memiliki manfaat lain. Manfaat ini walaupun sekadar sampingan, tetapi memberi keuntungan yang tidak sedikit bagi para pemilik perkebunan karet. Hasil sampingan lain dari tanaman karet yang memberikan keuntungan adalah kayu atau batang pohon karet. Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
Hasil sampingan lain dari perkebunan karet yang selama ini kurang dimanfaatkan hingga nyaris terbuang-buang begitu saja adalah biji karet. Di kebanyakan perkebunan, biji karet hanya dibiarkan begitu saja jatuh dari pohonnya dan paling-paling hanya menjadi mainan anak-anak. Padahal bila dimanfaatkan akan cukup menguntungkan sebab jumlahnya melimpah ruah.
Agar biji karet dapat dimanfaatkan, maka harus diolah terlebih dahulu menjadi konsentrat. Konsentrat adalah hasil pemekatan fraksi protein biji karet yang kadar sebenarnya sudah tinggi menjadi lebih tinggi lagi. Dalam proses pembuatannya, fraksi protein dibuat lebih tinggi kadarnya dengan mengurangi atau menghilangkan lemak atau komponen-komponen nonprotein lain yang larut. Daya guna protein biji karet yang meningkat dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, terutama sebagai suplemen atau komplemen produk makanan. Pengertian suplemen disini adalah meningkatkan kandungan protein suatu produk, sedangkan pengertian komplemen sebagai pelengkap kekurangan asam amino suatu bahan pangan. Jenis-jenis produk makanan yang bisa dicampur dengan konsentrat biji karet adalah daging sintetis, roti, aneka snack, makanan bayi, dan masih banyak lagi.
2.6. Pengolahan Air Limbah
Dalam pengolahan karet selain dihasilkan produk-produk yang diinginkan juga dihasilkan produk lain berupa limbah. Limbah yang menjadi masalah di pabrikpabrik biasanya berupa cairan. Cairan ini dikenal dengan nama air limbah karet karena memang komponennya sebagian besar terdri dari air dan zat-zat sisa pengolahan karet. Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
Proses pembuatan karet membutuhkan air yang tidak sedikit. Pabrik pengolahan skala kecil dengan kapasitas produksi yang sedikit saja membutuhkan air dalam jumlah yang besar. Dalam industri pengolahan karet, air digunakan sebagai bahan pengencer lateks, pembuatan larutan-larutan kimia, pencuci hasil pembekuan dan alat-alat yang digunakan serta mendinginkan mesin-mesin. Sisa air yang digunakan akan dikeluarkan dalam bentuk limbah.
Agar air limbah pengolahan karet bisa dibuang kesaluran-saluran air minnum tanpa membahayakan lingkungan, maka air limbah tersebut harus diolah terlebih dahulu.
Prinsip pengolahan air limbah adalah memisahkan partikel-partikel yang berbahaya atau tidak diinginkan dari air atau mengubahnya menjadi zat-zat yang dapat dimanfaatkan. Nilai BOD dan pH limbah dibuat menjadi nilai normal yang tidak membahayakan. Pencemaran lingkungan yang bisa timbul sedapat mungkin dicegah.
Dibanding dengan jenis karet yang lain, sisa proses pembuatan lateks pekat merupakan limbah paling berbahaya bagi lingkungan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) serta pH air lateks pekat yang dibuat secara pusingan lebih besar daripada limbah pengolahan karet kering. Ini dapat dimengerti karena proses pembuatan lateks kering tidak terlalu membaurkan air yang dipakai dalam pengolahan seperti halnya pembuatan lateks pekat.
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
2.6.1. Pemanfaatan Limbah Karet
Air limbah karet lateks pusingan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman setelah diolah. Berdasarkan penelitian, unsur N, P, K, dan Mg ternyata terdapat di dalam limbah. Walaupun masih dalam tarif uji coba, beberapa tempat yang telah melakukan pengolahan limbah memberikan sisa air limbah ini kepada tanaman karetnya sebagai pupuk.
Pemberian air limbah olahan sebagai pupuk dapat diberikan pada tanaman karet di pembibitan, tanaman yang belum menghasilkan (TBM), dan tanaman yang sudah menghasilkan (TM).
Pemanfaatan limbah karet sisa pengolahan sheet beruapa gumpalan lateks meruapakan tambahan bahan olahan. Bila tidak diolah, bagian ini akan terbuang percuma dan tidak memberikan nilai tambah sama sekali. Pengolahan limbah juga memungkinkan air sisa pengolahan memiliki nilai BOD dan COD yang lebih rendah serta pH yang mendekati normal.
2.7. Aneka Produk Yang dihasilkan dari Pengolahan Karet
Karet dapat diolah menjadi aneka jenis barang yang sangat luas penggunaannya. Aneka jenis barang tersebut diantaranya sebagai berikut : a. Sepatu karet b. Ban sepeda Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
c. Ban mobil d. Sabuk V e. Sabuk pengangkut f. Pipa karet g. Kabel h. Pembungkus logam i.
Bantalan karet
j.
Rol karet
k. Lantai karet l.
Karet spons dan busa
m. Benang karet n. Karpet berlapis karet
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat – Alat
1. Mill (Gilingan) 2. Gunting 3. Timbangan 4. Cawan aluminium 5. Oven 6. Desicator
3.2 Bahan – Bahan
1. Karet Remah (Crumb Rubber)
3.3 Prosedur
1. Pastikan alat yang digunakan pada analisa volatile mattter dalam keadaan layak dan aman untuk digunakan. 2. Ditimbang sampel ex blending = 10 gr + 0,1 mg. 3. Ditipiskan sebanyak 2 pass nip of roll 0,5 + 0,1 mm.
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
4. Letakkan di atas cawan aluminium dan dipanaskan selama 3 jam pada suhu oven 100 + 3oC. 5. Dikeluarkan sampel sampai dengan mencapai suhu ruangan di dalam desicator lalu ditimbang untuk mendapatkan hasilnya. BAB 4
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
Tabel 3 : Data Analisa Konsentrasi Zat Menguap Crumb Rubber Mutu SIR 20 No
Cawan
Berat Contoh
Konsentrasi Zat
Massa sebelum
Massa setelah
pengusangan
pengusangan
(g)
(g)
Menguap (%)
1
A
10,0020
9,9741
0,28
2
B
10,0302
10,0023
0,28
3
C
10,0544
10,0275
0,27
4
D
10,1054
10,0788
0,26
Tabel 4 : Data Analisa Konsentrasi Zat Menguap Crumb Rubber Mutu SIR 3WF
No
Cawan
Berat Contoh
Konsentrasi Zat
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
Massa sebelum
Massa setelah
pengusangan
pengusangan
(g)
(g)
Menguap (%)
1
E
10,1123
10,794
0,32
2
F
10,1046
10,0732
0,31
3
G
10,1023
10,0715
0,30
4
H
10,0788
10,0499
0,29
4.2 Perhitungan
4.2.1. Penentuan % Zat Menguap % Zat Menguap(VM) =
M1 – M2 x 100 % M1
Dimana : M1 = Sampel sebelum pengusangan M2 = Sampel setelah pengusangan a. Karet remah mutu SIR 20 % VM A = 10,0020 – 9,9741 x 100 % = 0,28 10,0020
% VM B = 10,0302 – 10,0023 x 100 % = 0,28 10,0302
% VM C = 10,0544 – 10,0275 x 100 % = 0,27 10,0544
% VM D = 10,1054 – 10,0788 x 100 % = 0,26 Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
10,1054
b. Karet remah mutu SIR 3WF % VM E = 10,1123 – 10,0794 x 100 % = 0,32 10,1123
% VM F = 10,1046 – 10,0732 x 100 % = 0,31 10,1046
% VM G = 10,1023 – 10,0715 x 100 % = 0,30 10,1023
% VM H = 10,0788 – 10,0499 x 100 % = 0,29 10,0788
4.2.2. Persamaan Least Square
Dimana : X
= Massa sebelum pengusangan
Y
= % Konsentrasi Zat Menguap
Tabel 5 : Data Metode Least Square Karet Remah mutu SIR 20 N
X
Y
X2
XY
o
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
1
10,0020
0,28
100,04
2,80
2
10,0302
0,28
100,60
2,81
3
10,0544
0,27
101,09
2,71
4
10,1054
0,26
102,12
2,63
ΣX = 40,49
ΣY = 1,09
ΣX2 = 403,85
ΣXY = 10,95
Tabel 6 : Data Metode Least Square Karet Remah mutu SIR 3WF X
Y
X2
XY
1
10,1123
0,32
102,26
3,23
2
10,1046
0,31
102,10
3,13
3
10,1023
0,30
102,06
3,03
4
10,0788
0,29
101,60
2,92
ΣX = 40,40
ΣY = 1,22
ΣX2 = 408,02
ΣXY = 12,31
No
1. Karet Remah mutu SIR 20
a
= n . (ΣXY) – (ΣX)( ΣY) n . (ΣX2) – (ΣX)2
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
a = 4 (10,95) – (40,49)( 1,09) 4 (403,85) – (40,49)2
a =
43,80 – 44,13 1615,40 – 1639,44
a =
- 0,33 -24,04
a =
0,014
b = (ΣX2) ( ΣY) - (ΣX) (ΣXY) n . (ΣX2) – (ΣX)2 b
= (403,85)( 1,09) – (40,49)( 10,95) 4 (403,85) – (40,49)2
b =
440,20 – 443,37 1615,40 – 1639,44
b =
- 3,17 -24,04
b =
0,13
2. Karet Remah mutu SIR 3WF Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
a
= n . (ΣXY) – (ΣX)( ΣY) n . (ΣX2) – (ΣX)2
a
= 4 (12,31) – (40,40)(1,22) 4 (408,02) – (40,40)2
a
= 49,24 - 49,29 1632,08 – 1632,16
a =
-0,05 -0,08
a =
0,625
b = (Σ2)( ΣY) – (ΣX)( ΣXY) n . (ΣX2) – (ΣX)2 b = (408,02)(1,22) – (40,40)(12,31) 4(408,02) – (40,40)2 b =
497,78 – 497,324 1632,08 – 1632,16
b =
0,46 -0,08
b =
-5,75
4.2.3 Persaman Garis Regresi
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
Persamaan
: Y = ax + b
1. Karet Remah mutu SIR 20 Y1 = ax1 + b = 0,014 (10,0020) + 0,13 = 0,27 Y2 = ax2 + b = 0,014 (10,0302) + 0,13 = 0,27 Y3 = ax3 + b = 0,014 (10,0544) + 0,13 = 0,27
Y4 = ax4 + b = 0,014 (10,1054) + 0,13 = 0,27
2. Karet Remah mutu SIR 3WF Y1 = ax1 + b = 0,625 (10,1123) + (-5,75) = 0,57
Y2 = ax2 + b = 0,625 (10,1046) + (-5,75) = 0,56 Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
Y3 = ax3 + b = 0,625 (10,1023) + (-5,75) = 0,56 Y4 = ax4 + b = 0,625 (10,0788) + (-5,75) = 0,55
Tabel 7 : Data Menurut Metode Least Square Karet Remah Mutu SIR 20 No
X (Massa sebelum pengusangan)
Y (% Zat Menguap)
1
10,0020
0,27
2
10,0302
0,27
3
10,0544
0,27
4
10,1054
0,27
Tabel 8 : Data Menurut Metode Least Square Karet Remah Mutu SIR 3WF
No
X (Massa sebelum pengusangan)
Y (% Zat Menguap)
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
1
10,1123
0,57
2
10,1046
0,56
3
10,1023
0,56
4
10,0788
0,55
4.3 Pembahasan
Konsentrasi zat menguap merupakan salah satu parameter yang harus dipenuhi dalam meningkatkan mutu karet remah khususnya mutu SIR 20 dan mutu SIR 3WF. Konsentrasi zat menguap yang melebihi dari ketentuan SIR (Standard Indonesian Rubber), akan mempengaruhi kualitas karet remah yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya kandungan air di dalam karet remah sehingga karet menjadi lembek.
Kualitas karet remah sangat dipengaruhi oleh adanya konsentrasi zat menguap. Jika konsentrasi zat menguap lebih kecil dari standar yang ditetapkan, maka kualitas akan semakin baik dikarenakan karet remah sudah mengandung sedikit air, sebaliknya jika karet remah yang dianalisa memiliki konsentrasi zat menguap yang melebihi dari ketentuan SIR, maka kualitas karet remah semakin rendah disebabkan karena karet remah masih mengandung banyak air sehingga produk tidak dapat diterima dan dipasarkan.
Apabila konsentrasi zat menguap tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan, maka akan merugikan pihak perusahaan, terutama dalam segi ekonomis.
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
Untuk itu, dalam hal ini perusahaan perlu melakukan analisa, untuk mengetahui konsentrasi zat menguap karet remah yang diproduksi.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang dilakukan, sudah dapat diketahui bahwasanya kualitas karet remah mutu SIR 20 lebih baik dibandingkan dengan karet remah mutu SIR 3WF dikarenakan konsentrasi zat menguap dengan klasifikasi mutu SIR 20 Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
lebih kecil, yang merupakan sebagai salah satu parameter dalam menghasilkan mutu karet remah dengan kualitas terbaik, berdasarkan ketentuan Standard Indonesian Rubber (SIR) yang telah ditetapkan.
5.2 Saran
1. Sebaiknya analisa pada proses pemanasan didalam oven dilakukan dengan suhu konstan agar diperoleh hasil yang maksimal. 2. Penimbangan sampel hendaknya dikerjakan secara teliti, agar mempermudah tahap analisa selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Boer, G, De., 1997, Pengetahuan Praktis Tentang Karet, Raygrok & Co, Jakarta. http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b4karet. http://library.usu.ac.id/modul.php Kaban, Jamaran., 2002, Diktat Teknologi Pengolahan Karet, Universitas Sumatera Utara, FMIPA, Medan. Spillane, James., 1989, Komoditi Karet, penerbit Kanisius, Yogyakarta. Tim Penulis., 1999, Karet, Penerbit Swadaya, Jakarta. Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009
Yunita Handayani : Analisa Perbandingan Konsentrasi Zat Menguap Dalam Crumb Rubber Mutu Sir 20 Dan Crumb Rubber Mutu Sir 3wf, 2008. USU Repository © 2009