dilakukan merupakan produksi pesanan dimana produksi yang ditunjukkan untuk memenuhi permintaan, terutama permintaan dari luar negeri.Selain itu pengawasan mutu (Quality Control) merupakan spesifikasi produk yang telah ditetapkan sebagai standart yang tercermin dalam produk atau hasil akhir.
ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) Dra.Heny Mahmudah Dosen unisla A. ABSTRAK Pada hakekatnya suatu perusahaan didirikan untuk mencapai keuntungan yang optimal. Dengan keuntungan yang diperolehnya itu perusahaan akan dapat mempertahankan usahanya, sehingga kelangsungan hidup perusahaan akan terjamin. Oleh karna itu pelaksanaan pengawasan dan pengendalian dalam perusahaan merupakan fungsi yang terakhir dalam akifitas perusahaan. Berdasarkan uraan di atas maka Total Quality Control atau pengendalian mutu terpadu dilakukan dengan jalan melaksanakan kegiatan pengawasan baik selama proses B. produksi atau pengawasan atas hasil barang produksi. Oleh karna itu penulis mengangkat dalam penelitian ini adalah Adakah pengaruh antara system pengendalian Total Quality Control terhadap tingkat kerusakan hasil produksi dan Apakah pelaksanaan sistem pengendalian Total Quality Control dapat meminimalkan tingkat kerusakan produksi ,sehingga penulis dapat menganalisa data dengan metode statistic. Metode analisa data yang di pakai adalah Regresi sederhana dan koefisien koerelasi produk moment (r) antara system manajemen TQC (X) dengan tingkat kerusakan produk (Y) selama 1tahun (bulan januari – desember).Sedangkan uji t di gunakan untuk menguji hipotesa tentang nilai koefisien korelasi. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa Y=58,98 + 0,106X Artinya Apabila perusahaan tidak melakukan kegiatan ( X = 0) maka tingkat kerusakan naik sebesar 58,98.,dan apabila Total Quality Control ditambah/ dinaikan maka berpengaruh terhadap tingkat kerusakan sebesar 0,106. Dengan asumsi bahwa (a=0) dan koefisien korelasi (r) = 0,61 sehingga R = 37,21 % dari data perhitungan diketahui t hitung > t table yaitu 2,443 > 2,228 berarti system pengendalian total quality control berpengaruh terhadap tingkat kerusakan produk yang rusak.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan diatas, dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh antara system manajemen Total Quality Control terhadap tingkat kerusakan hasil produksi perusahaan pengelolaan kayu pada PT. Sinar Kayu Abadi, Surabaya? 2. Apakah pelaksanaan sistem manajemen Total Quality Control dapat meminimalkan tingkat kerusakan produksi pada PT. Sinar Kayu Abadi, Surabaya ? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui, apakah ada pengaruh Sistem manajemen Total Quality Control terhadap tingkat kerusakan produk perusahaan pengolahan kayu pada PT. Sinar Kayu Abadi, Surabaya. 2. Untuk mengetahui, apakah pelaksanaan sistem manajemen Total Quality Control dapat meminimalkan tingkat kerusakan produksi pada PT. Sinar Kayu Abadi, Surabaya. D.
Landasan Teori
1.
Pengertian Manajemen Menurut Mary porker vollet , Manajemen adalah seni (kemampuan pribadi) dalam menyelesaikan pekerjaan melalu orang lain.” Sedangkan menurut Stoner , Manajemen adalh proses perencanaan, pengorganisasianm pengarahan dan pengawasan usaha usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya sumberdaya organisasi lainnya , agar mencapai tujuan oganisasi yang telah ditetapkan.
2.
Pengertian Pengendalian Mutu Terpadu (TQC) Menurut Sofyan Assauri (1993 : 162), bahwa pengendalian mutu terpadu (TQC) adalah untuk memastikan apakah kebijakan dalam hal standart mutu terpadu tercermin dalam hasil akhir. Pengendalian Mutu Terpadu(TQC) menurut Suryadi Prawira Sentono (2002 : 71) “adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standart mutu bahan, standart proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi,sampai standart pengiriman produk akhir konsumen, agar barang (jasa) yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang direncanakan”.
3.
Pengertian Produk Rusak (Spoiled Good) Menurut pendapat Mari Mulyadi (1999 : 324) bahwa produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standart mutu yang telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik. Produk rusak berbeda dengan sisa bahan, Karena sisa bahan merupakan bahan yang mengalami kerusakan dalam proses produksi yang telah menyerap biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
(Kata kunci :system manajemen, TQC, tingkat kerusakan, produk ) A.
Latar Belakang
Pada hakekatnya suatu perusahaan didirikan untuk mencapai keuntungan yang optimal. Dengan keuntungan yang diperolehnya itu perusahaan akan dapat mempertahankan usahanya, sehingga kelangsungan hidup perusahaan akan terjamin. Pelaksanaan pengawasan dalam perusahaan merupakan fungsi yang terakhir dalam akifitas perusahaan. Seorang yang melakukan tugas pengawasan harus sungguhsungguh mengerti tujuan dari tugas yang dilaksanakan itu. Total Quality Control atau pengendalian mutu terpadu dilakukan dengan jalan melaksanakan kegiatan pengawasan baik selama proses produksi atau pengawasan atas hasil barang produksi. Maka pengawasan telah ditetapkan pada perusahaan pengelola kayu PT. Sinar Kayu Abadi, mengingat produk perusahaan merupakan produk pesanan yang mana secara tidak langsung baik buruknya membawa nama baik perusahaan tersebut. Dengan demikian penting sekali manajemen Total Quality Control diterapkan dalam perusahaan. Usaha yang
1
4. Organisasi pengawasan mutu dalam fungsi suatu perusahaan
2
Pengawasan mutu merupakan fungsi yang terpenting dari suatu perusahaan. Oleh karena itu setiap pabrik mempunyai pengawasan yang dilakukan oleh bagian pengawasan. Setiap orang atau bagian yang berhubungan dengan kegiatan produksi mempunyai tanggung jawab langsung atas pelaksanaan pekerjaan dan sesuainya barang hasil dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Oleh karena itu tugas ini merupakan tugas yang beraneka ragam ini sangat sulit karena menyangkut berbagai bidang, maka tanggung jawab pengawasan mutu ini begitu besar dan terletak pada bagian manajer produksi. Tugas-tugas dari organisasi pengawasan terhadap proses produksi ini adalah : 1) Pengawasan atas bahan-bahan yang rusak 2) Pengawasan atas kegiatan macam-macam tingkatan produksi 3) Pengawasan terhadap produksi akhir 4) Penyelidikan atas sebab-sebab kesalahan yang timbul Adapun langkah-langkah pengawasan kualitas adalah sebagai berikut : 1) Pemilihan hal-hal yang penting, menentukan tingkat-tingkat dalam suatu proses, dimana harus dilakukan cheeking. hal ini dilakukan dengan memperhatikan : a) Tanggung jawab terhadap langganan, terutama dalam menyangkut nama baik perusahaan. b) Sifat dari material dan reability supplier. c) Kepentingan proses produksi itu sendiri stabilitas dan pentingnya untuk menjaga material-material tetap berada dalam arus produksi. 2) Menentukan standart kualitas Dalam hal ini harus ditetapkan dengan jelas macam kualitas yang akan diperlukan, banyaknya jumlah yang harus dicapai. Standart harus memenuhi : a) Keinginan pembeli yang biasanya berhubungan dengan fungsi dari elastisitas hasil produksi tersebut. b) Kebutuhan teknik dan proses pekerjaan lebih lanjut. 3) Pemeriksaan terhadap barang-barang yang sedang dikerjakan, pemeriksaan hendaknya dilakukan setiap saat selama proses produksi berlangsung dan memperhatikan : a) Hubungan antar biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menguji, serta akibat yang akan terjadi, memberikan suatu pekerjaan yang salah, ditinjau dari hal menambah biaya proses lebih lanjut. b) Akibat keterlambatan, bilamana hasil tes menunjukkan perlu diadakan tindakan koreksi. 4) Melaporkan hasil-hasil tersebut diatas Hasil pengujian terutama langsng mengawasi jalannya pelasanaan produksi agar sebelum terjadi pembuatan yang salah dapat diambil langkah tindakan. Oleh karena itu keterangan tentang langkah-langkah tindakan koreksi yang perlu dilakukan harus jelas. Disamping langkah-langkah tersebut diatas ditambah pula dengan teknik statistik. Dimana teknik ini diprgunakan untuk menolak atau menerima produk yang telah diproduksi serta dapat pula digunakan untuk mengawasi proses sekaligus kualitas produk yang telah dikerjakan.
5. Gugus Kendali Mutu a. Pengertian gugus kendali mutu Pendapat dari beberapa ahli mengenai gugus kendali mutu memberikan definisi yang berbeda-beda akan tetapi pada prisipnya maksud dan tujuannya sama. Menurut pendapat dari Rusli Syarif (1990 : 7) bahwa “gugus kendali mutu adalah suatu kelompok kecil dari bidang pekerjaan yang sejenis dalam organisasi yang mengadakan pekerjaan secara suka rela diluar jam kerja tertentu”. Sedangkan menurut pendapat Kouru Ishikawa (1988 : 7), bahwa “gugus kendali mutu adalah kelompok kerja yang secara suka rela mengadakan kegiatan pengendalian mutu ditempat kerja mereka sendiri”. Dari pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa : 1) Gugus kendali mutu adalah pelaksanaan pengendalian mutu terpadu sebagai salah satu teknik untuk meningkatkan mutu produk perusahaan. 2) Gugus kendali mutu adalah sekelompok kerja dalam unti yang sama dan bertemu secara berkala dengan cara mengidentifikasikan, menganalisa dan mencari pemecahan masalah. Dengan melalui gugus kendali mutu ini diharapkan mutu produksi yang dihasilkan dapat ditingkatkan dan tingkat kerusakan dapat ditekan sekecil mungkin dan keadaan mutu produk dapat diketahui sejak dini. Ide dasar dilaksanakannya gugus kendali mutu perusahaan secara menyeluruh sebagai berikut : 1) Turut membantu perbaikan dan pengembangan perusahaan. 2) Menghargai kemanusiaan dan mengembangkan yang sesuai dan pantas. 3) Menggunakan kemampuan sepenuhnya dan bila perlu menggali kemampuan yang tak terbatas. Ada 9 macam pedoman kegiatan dalam gugus kendali mutu : 1) Pengembangan diri 2) Kesukarelaan 3) Kegiatan kelompok 4) Partisipasi karyawan 5) Pemanfaatan teknik-teknik kendali mutu 6) Kegiatan yang berhubungan erat dengan tempat kerja 7) Vasilitas dan kesinambungan dalam kegiatan kendali mutu 8) Pengembangan bersama 9) Kesadaran akan pentingnya kendali mutu b. Pelaksanaan Gugus Kendali Mutu Mengingat masalah yang dihadapi setiap organisasi atau perusahaan berbeda maka jenis ketertiban para karyawan setiap perusahaan atau orgaisasi juga akan berbeda-beda pula. Untuk menghadapi hal yang demikian itu, maka setiap anggota organisasi atau perusahaan harus dikembangkan rasa memiliki dan rasa ikut bangga pada perusahaannya. Untuk mencapai tujuan diatas maka perlu dibentuk kelompok-kelompok atau gugus
3
6.
E.
kendali mutu disemua bagian dan semua bagian tingkat dalam organisasi. . Langkah-langkah Gugus Kendali Mutu dan Kegiatan Gugus Kendali Mutu Langkah-langkah tugas gugus kendali mutu adalah sebagai berikut : a. Mengumpulkan informasi 1) Menetapkan tolak ukur dan target hasil kerja 2) Mengukur dan mencatat hasil kerja untuk mendapatkan data-data yang akan digunakan sebagai fakta 3) Mengolah data-data yang diperoleh unutk H. dijadikan bahan informasi b. Mengidentifikasi masalah Dari informasi-informasi yang didapatkan akan diidentifikasikan masalah yang dihadapi merupakan sumbang saran dari : 1) Anggota gugus kendali mutu sendiri 2) Manager atau atasan 3) Staf atau ahli c. Pemilihan masalah Pemilihan masalah dilakukan sendiri oleh gugus kendali mutu. d. Analisa masalah dan rekomendasi penyelesaian Analisa masalah dilakukan oleh anggota gugus kendali mutu dan bila diperlukan dapat meminta bantuan ahli dalam bidang yang bersangkutan, yang diundang dalam pertemuan gugus kendali mutu guna memberikan petunjuk dan pengarahan saja, sebab semua tanggung jawab tetap menjadi beban gugus kendali mutu yang bersangkutan.
Menurut Sugiyono (2006 : 3), Variabel Bebas Adalah Variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain, meliputi : Total Quality Contro,l sebagai varabel bebas (X) Total Quality Control adalah suatu sistem yang efektif dengan cara mengikutsertakan seluruh jajaran karyawan untuk secara aktif dan bertanggung jawab dalam pemeliharaan mutu dari berbagai produk yang dihasilkan peerusahaan. Tingkat Kerusakan produk, sebagai varabel terikat (Y) Tingkat kerusakan adalah mengetahui berapa produk yang mengalami kerusakan dengan didasarkan pada ketentuan. H. Metude Analisa Data Analisa data yang di gunakan dalam penelitian kuantitaif ini yaitu : 1,
Pearson Product Moment ditunjukkan dengan rumus : r
Strategi Perusahaan
Pendekatan Total Quality Control (TQC) (X)
Tingkat Kerusakan Produk (Y)
Regresi Linier Korelasi Uji t Keterangan : Dengan menggunakan pendekatan Total Quality Control akan dapat mengendalikan tingkat kerusakan produk. F.
Hipotesis “ Di duga Sistem ManajemenTotal Quality Control berpengaruh terhadap tingkat kerusakan produk pada PT. Sinar Kayu Abadi Surabaya” G.
Definisi Operasional Variabel Variabel merupakan segala sesuatu yang menjadi obyek penelitian atau apa yang menjadi titik pokok penelitian (suhartini,1992 : 91)
n. X X . n. Y 2 Y
Keterangan : r = n = X = Y = produk
Kerangka Berpikir Untuk memudahkan dan memahami dalam penelitian ini agar sesuai dengan kriteria yang sistematis dan logis, maka diperlukan suatu kerangka konseptual yaitu membuat skema/ bagan yang menggambarkan alur masalah.
yang
n. XY X . Y 2
2
2.
Correlation,
2
Koefisien korelasi Banyaknya tahun Jumlah Total Quality Control Jumlah tingkat kerusakan
Analisa Regresi Linier Pada penelitian ini teknik analisa yang digunakan adalah regresi linier karena peneliti berasumsi terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dengan analisa ini diharapkan dapat menjelaskan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Rumus yang digunakan sebagai berikut : Y = a + bx Keterangan : Y = Tingkat kerusakan X = Pendekatan TQC b = Koefisien regresi a = Konstanta
b.
Uji t Uji t digunakan untuk menguji tingkat signifikan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial (sendirisendiri) pada tingkat kepercayaan tertentu. t
r
n2 1 r2
Keterangan : t = t hitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan t table n = Banyaknya tahun r = koefisien korelasi
4
rxy Hi; Daerah penolakan
Hi : Daerah penolakan Ho : daerah penerimaan
rxy
t Tabel
rxy
792.960 2.737,85 x 474,74
rxy
792.960 1.299.766,91
- t table
Ho : 1 0 (tidak ada pengaruh variabel X atau pendekatan Total Quality Control terhadap variabel Y atau tingkat kerusakan). Hi : 1 0 (ada pengeruh variabel X atau sstem manajemen Total Quality Control terhadap variabel Y atau tingkat kerusakan)
Y= b=
n XY ( X )( Y ) 2
) ( X ) 2
b= 12 (2.085.020) (12.144)(1.995) 12(12.914.536) (12.144) 2 b= 25.020.240 24.227.280
Dimana : r = Koefesien Korelasi n = Jumlah yang diteliti x = jumlah total quality control y = Jumlah tingkat kerusakan
154.972.536 147.476.736
b= b= a=
X2 1.617.984 1.560.001 1.495.729 1.347.921 1.347.921 1.308.736 1.254.400 992.016 657.721 611.524 394.384 326.041 12.914.378
Y2 50.625 38.809 40.804 36.481 38.809 14.641 33.489 7.396 29.929 24.336 20.736 14.400 350.45 5
XY 286.200 246.053 247.046 226.717 228.717 138.424 204.960 85.656 140.303 121.992 90.432 68.520 2.085.02 0
0,106
Y
b X
=
1.995 (0,106)(12.144) 12
=
1.995 (1.287,3) 12
=
a=
707,7 12
58,98
Y = 58,98 + 0,106X J. Pengujian Hipotesis Hipotesis sebagai jawaban sementara atas permasalahan yang dihadapi Dengan Tingkat Signifikan Uji dua arah = a/2 = 0,025 (2,5%) ,Df = N – K – 1 Df = 12 – 1 – 1 = 10 Di mana : Ho : β = 0 ( tidak ada pengaruh variabel X atau sytem manajemen Total Quality Control terhadap variabel Y atau tingkat kerusakan) Hi : β≠ 0 ( terdapat pengaruh variabel X atau sytem manajemen Total Quality control terhadap variabel Y atau tingkat kerusakan) Ttabel = 2,228
n xy x . y r xy 2 2 2 2 n x x .n y y 12(2.085.020) (12.144)(1.995) 12 (12.914.378) 12.144 . 12 (350.450) 1995 2
792.960 7.495.800
n
Tabel 1 Pengaruh Total Quality Control dengan Tingkat Kerusakan pada PT. Sinar Kayu Abadi Surabaya
rxy
a + bx
n( X
r xy 2 2 2 2 n x x .n y y
Y 225 197 202 191 197 121 183 86 173 156 144 120 1.99 5
7.495.800 . 225.375
2. Analisa Regresi Linier Analisa regresi linier digunakan untuk mengukur intensitas hubungan dua variabel dan membuat nilai Y atas dasar nilai X dengan rumus :
n xy x . y
X 1.272 1.249 1.223 1.187 1.161 1.144 1.120 996 811 782 628 571 12.144
792.960
rxy 0,61
I .Hasil penelitian Setelah penulisan mendapatkan data-data dari perusahaan mengenai data-data biaya Total Quality Control, maka dapat diolah dan di analisa guna mengetahi seberapa besar pengaruh system pengendalian Total Quality control terhadap tingkat kerusakan. Dari data diatas, kemudian dilakukan uji kebenarannya, maka berikut ini ditetapkan langkah-langkah pengujian hipotesis sebagai berikut : 1. Analisa korelasi
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah
25.020.240 24.227.280 154.972.536 147.476.736 . 4.205.400 3.980.025
2
t hitung
r (n - 2) 1 r2
5
t hitung
t hitung t hitung
0,61 (12 - 2) 1 (0,61) 2
0,61 10 1 0,3721 0,61 x 3,16
0,6279 1,9276 t hitung 0,7924 t hitung 2,433 Dari hasil diatas menunjukkan bahwa t hitung > t table yaitu 2,433 > 2,228 berarti variabel system manajemen dengan menggunakan pendekatanTotal Quality Control dengan tingkat kerusakan produk mempunyai pengaruh yang signifikan dimana Ho Ditolak dan Hi Diterima K. Kesimpulan Dari hasil penelitiaan maka penulis menarik beberapa kesimpulan berdasarkan data – data pada perusahaan pengolahan kayu PT SINAR KAYU ABADI –Surabaya yang telah diolah dari analisis sebelumnya adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan analisa korelasi produk moment ada hubungan yang kuat antara systm manajemen TQC dengan tingkat kerusakan produk dengan nilai r = 0,61 dan R = 37,21 % dari data perhitungan diketahui t hitung > t table yaitu 2,443 > 2,228 , hal ini berarti system manajemen total quality control terhadap tingkat kerusakan mempunyai pengaruh, dimana Ho diterima dan Hi ditolak. 2.Dari hasil analisa Regresi Linier Sederhana bahwa persamaan Y = a + b X , Y=58,98 + 0,106X a =58,98 Artinya Apabila koperasi tidak melakukan kegiatan ( X = 0) maka tingkat kerusakan naik sebesar 58,98. b= 0,106 Artinya.apabila Total Quality Control ditambah/dinaikaan maka berpengaruh terhadap tingkat kerusakan sebesar 0,106. Dengan asumsi bahwa ( a = 0 ).
DAFTAR PUSTAKA Iqbal hasan, 2004. Analisi Data Penelitian dan Statistik, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta Kouru Ishikawa, 1990. Teknik Penentuan Pengendalian Mutu, Edisi 1, Penerbit Mediyatma sarana Perkasa, Jakarta Lalu Sumayang, 2003. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Manulang M, 1981. Dasar-Dasar Manajemen Produksi, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta Muhdarsah Sinungan, 1997. Pengendalian Mutu Terpadu, Edisi 11, Penerbit PPM, Jakarta Mulyadi, 1999. Akuntansi Biaya, Edisi V, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta Sofyan Assaury, 1993. Manajemen Produksi Dan Operasi, Edisi V, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta Sudjana, 1989. Metode Statistik, Edisi V, Penerbit Tarsito, Bandung Suryadi Prawirosentono, 2002. Manajemen Mutu Terpadu, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta