ANALISA PENERAPAN 5S+SAFETY PADA AREAWAREHOUSE DI PT. MULTIFILLING MITRA INDONESIA Erry Rimawan dan Eko Sutowo Teknik Industri Universitas Mercubuana Jakarta Email:
[email protected] ABSTRAK Untuk mendukung pekerjaan agar dapat dilakukan lebih mudah dan lebih nyaman, salah satu yang harus dibangun adalah budaya kerja yang baik. Budaya kerja di perusahaan perlu diciptakan dan dibutuhkan untuk perkembangan perusahaan dimasa yang akan datang dalam menghadapi tantangan di dunia industri. Salah satu untuk menciptakan suasana kerja yang nyaman yaitu: perusahaan dapat menerapkan sikap kerja 5S. 5S adalah singkatan dari Seiri, Seiton, Seiketsu dan Shitsuke. Metoda 5S merupakan beberapa tahap untuk mengatur kondisi tempat kerja yang berdampak terhadap efektifitas kerja, efisiensi, produktifitas dan keselamatan kerja. Perusahaan Multifiling Mitra Indonanesia telah lama menerapkan budaya kerja 5S namun kurangnya pemahaman dan peran serta dari para karyawan dalam menjalankan budaya kerja 5S membuat produktivitas diperusahaan ini tidak efektif dan tidak efisien. Ditambah lagi tidak adanya penghargaan, penilaian, dan komunikasi yang kurang baik dari pihak manajemen Oleh karena permasalahan yang terjadi diperusahaan Multifiling Mitra Indonesia ini maka penerapan 5s dan safety yang telah berjalan akan dikaji ulang agar dapat berjalan sesuai keinginan perusahaan dan mampu memberikan nilai tambah pada pelayanan diperusahaan multifiling mitra Indonesia. Kata Kunci: Budaya, Sikap kerja 5S, Safety,analisa dan penyelesaian. ABSTRACT To support the work that can be done much easier and more convenient, one to be built is a good work culture. Work culture in the company need to be created and is required for development of the company in the future challenges of the industry. One to create a comfortable working atmosphere, namely: the company can implement 5S work attitude. 5S stands Seiri, Seiton, Seiketsu and Shitsuke. 5S method is a few steps to regulate workplace conditions that affect the effectiveness, efficiency, productivity and safety. Company Multifiling Indonanesia Partners has been implementing 5S workplace culture, but a lack of understanding and participation of the employees in performing work culture makes productivity for enterprises 5S is ineffective and inefficient. Plus the absence of an award, judgment, and poor communication from management Because of the problems occurred diperusahaan Multifiling Mitra Indonesia is the application of 5S and safety that has been running will be re-examined in order to run the company as you wish and be able to provide value-added services for enterprises Multifiling partner in Indonesia. Keywords: culture, work attitudes 5S, Safety, analysis and resolution.
Jurnal Ilmiah PASTI Volume VI Edisi 1 – ISSN 2085‐5869
41
1. PENDAHULUAN Latar Belakang Program pembangunan di Indonesia telah membawa kemajuan pesat di segala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa (termasuk konstruksi), property, pertambangan, transportasi dan lainnya. Namun dibalik kemajuan tersebut ada harga yang harus dibayar oleh masyarakat Indonesia, yaitu dampak negatif yang ditimbulkannya, salah satu diantaranya adalah bencana seperti kecelakaan, pencemaran dan penyakit akibat kerja yang mengakibatkan ribuan orang cidera setiap tahun. Proses pembangunan belum diimbangi dengan peningkatan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja sehingga bahaya dan resikonya terus meningkat. Dari kepesertaan Jamsostek terjadi sekitar 90.000 kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerugian sangat besar, baik korban tewas, cidera maupun hilangnya produktivitas. Dari kompensasi yang dibayarkan oleh PT JAMSOSTEK sebesar Rp. 295 milyar ditahun 2008, maka ekstrapolasi Indonesia menderita kerugian hilangnya produktivitas karena aspek K3 setiap tahun sebesar Rp. 40 triliun. Hal ini mengindikasikan masih rendahnya sikap kerja 5S dan budaya K3 di tanah air termasuk di dunia usaha, dunia kerja dan masyarakat. Dengan adanya Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang mendorong keterlibatan swasta sejauh mungkin akan menjadi tantangan bagi para insinyur/tenaga teknik Indonesia untuk menjadikannya nilai tambah (Local Content/Kearifan Lokal) didalam negeri. Dan telah lama setiap bulan Januari / Februari menjadi bulan K3 Nasional yang memperebutkan pemenang perusahaan dengan memperoleh predikat Zero Accident. 5S/5R merupakan konsep yang sangat sederhana berasal dari Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang dalam bahasa Indonesia adalah Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin. Pada dasarnya 5S/5R merupakan proses perubahan sikap dengan menerapkan penataan dan kebersihan kerja guna tercapainya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan bangunan gedung perkantoran, pabrik dan laboratorium. Sebagaimana diketahui, kondisi tempat
42
kerja mencerminkan perlakuan seseorang terhadap pekerjaannya. Untuk itu dalam penelitian ini pokok permasalahan yang akan penulis bahas adalah bagaimana perusahaan menerapkan 5S guna menjaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dapat mengoptimalkan target produksi berdasarkan permintaan konsumen tepat waktunya dan profesionalisme perusahaan tetap terjaga baik guna memuaskan konsumen yang pada akhirnya diperoleh loyalitas konsumen. PT. Multifilling Mitra Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri jasa penyimpanan Arsip. Agar pelayanan jasa penyimpanan arsip tetap terjaga dengan baik, PT.Multifilling Mitra Indonesia menerapkan 5S+safety agar dapat menghasilkan pelayanan yang baik sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen dan dengan biaya yang tidak berlebih. Rumusan Masalah Adapun perumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini, adalah Penerapan 5S dan Safety di PT. Multifilling Mitra Indonesia yang dapat menjaga Keselamatan dan Kesehatan kerja para karyawannya serta menambah keefektifan pada proses produksi. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah agar pembahasannya terarah dan mempunyai batasan yang jelas sehingga tujuan penelitian dapat tercapai dengan optimal, oleh karena itu perlu diadakan pembatasan-pembatasan masalah sebagai berikut: Menganalisa 5S+ safety yang diterapkan pada bagian Warehouse di PT. Multifilling Mitra Indonesia dari bulan Agustus 2012 sampai bulan Desember 2012. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu: a. Untuk mengetahui 5S yg diterapkan pada bagian Warehouse di PT.Multifilling Mitra Indonesia. b. Dapat menganalisis 5S yang berjalan di PT. Multifilling Mitra Indonesia Khusus Bagian Warehouse.
Jurnal Ilmiah PASTI Volume VI Edisi 1 – ISSN 2085‐5869
Metodologi Penelitian Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Metoda Pengumpulan Data Primer Metoda ini digunakan untuk mendapatkan data yang sebenarnya dalam penelitian atau pengamatan secara langsung yang telah dilaksanakan. Metoda ini dilakukan dengan dua cara yaitu: a. Wawancara, yaitu penulis melakukan diskusi atau tanya jawab dengan Pimpinan Departement di lapangan dan operator di Departement Warehouse tersebut. b. Observasi, yaitu penulis melakukan pengambilan data dengan cara mengamati dan mencatat secara langsung di Departement Warehouse. 2. Metoda Pengumpulan Data Sekunder. Metoda ini digunakan untuk mendapatkan data / informasi secara tidak langsung, antara lain: a. Laporan Audit 5S dan Safety Perusahaan. b. Buku yang berkaitan 5S 2.
TINJAUAN PUSTAKA
5S (sort, set in order, shine, standardize, dan sustain) 5S adalah sikap kerja yang bertujuan menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang bersih, rapi dan aman. Dengan begitu, 5S dapat mengurangi pemborosan pada tempat kerja, yang dapat menghambat efesiensi dan produktivitas pekerja dalam bekerja, dan juga dapat mengurangi barang hasil produksi yang kotor, yang disebabkan oleh tempat kerja yang kurang bersih. Hal tersebut dapat menambah tinggi biaya produksi, yang seharusnya biaya yang lebih tersebut tidak perlu dikeluarkan oleh perusahaan. Konsep ini berasal dari negara Jepang dan merupakan kunci sukses bagi industri di negeri matahari terbit tersebut. Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kerja Faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja menurut Richard M Steers dalam Dewi (2005) terdapat empat faktor, yaitu: a. Karakteristik Organisasi
Jurnal Ilmiah PASTI Volume VI Edisi 1 – ISSN 2085‐5869
Karakteristik organisasi terdiri dari stuktur dan teknologi organisasi. Stuktur dan teknologi dengan berbagai cara. Stuktur yang dimaksud adalah hubungan yang relatif tetap sifatnya, seperti dijumpai dalam organisasi, sehubungan dengan susunan sumber daya manusia. Sedangkan yang dimaksud teknologi adalah mekanisme suatu perusahaan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. b. Karakteristik Lingkungan Keberhasilan hubungan organisasi lingkungan tampaknya amat tergantung pada tiga variabel yaitu: − Tingkat keterdugaan keadaan lingkungan − Ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan − Tingkat rasionalitas organisasi c. Karakteristik Pekerja Pada kenyataannya, para karyawan atau pekerja perusahaan merupakan faktor pengaruh yang paling penting atas efektivitas karena prilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan mempelancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi d. Kebijaksanaan dan praktek manajemen Kebijaksanaan dan praktek manajemen dapat mempengaruhi atau dapat merintangi pencapaian tujuan, tergantung bagaimana kebijaksanaan dan praktek manajemen dalam tanggung jawab terhadap para karyawan dan organisasi. Pemeliharaan Tempat Kerja Dalam Lima Langkah Berikut adalah penjelasan 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke), yang diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia lima langkah pemeliharaan tempat kerja sebagai 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin). 1. Ringkas (memilah): Membedakan antara yang diperlukan dan tidak diperlukan di gemba dan menyingkirkan yang tak diperlukan. Membuat tempat kerja ringkas, yang hanya menampung barang-barang yang di perlukan saja. 2. Rapi (menata): Menata semua barang yang ada setelah ringkas, setiap barang memiliki tempat dengan pola yang teratur dan tertib. 3. Resik (membersihkan): Menjaga kondisi mesin dengan bentuk pemerik-
43
saan yang mengungkapkan abnormalitas dan kondisi sebelum terjadinya kesalahan yang dapat berdampak buruk terhadap kualitas atau menyebabkan kerusakan pada mesin, maka mesin selalu dalam keadaan yang siap pakai dan dalam keadaan bersih. Menciptakan kondisi tempat dan lingkungan kerja yang bersih. 4. Rawat (menciptakan aturan): Memperluas konsep kebersihan pada diri pribadi dan terus menerus mempraktekkan tiga langkah terdahulu. Selalu berusaha menjaga keadaan yang sudah baik melalui standar. 5. Rajin (mendisiplinkan diri): Membangun disiplin diri pribadi dan membiasakan diri untuk menerapkan 5R melalui norma kerja dan standardisasi dan menjaga tempat kerja agar tetap stabil dengan proses terus menerus dari peningkatan berkesinambungan. Dalam memperkenalkan pemeliharaan tempat kerja, seperti di Indonesia, perusahaan Barat seringkali lebih suka menggunakan anonym bahasa Inggris dari paad bahasa Jepang 5S, separti pada “Kampanye 5S” atau “Kampanye 5C” Kampanye 5S (di Amerika): 1. Sort (memilah): Pisahkan barang yang tak diperlukan dan singkirkan. 2. Straighten (meluruskan): Letakkan barang yang diperlukan secara teratur sehingga mudah diambil. 3. Scrub (gosok): Bersihkan semuanya: peralatan, mesin dan tempat kerja, menghilangkan noda dan limbah serta menanggulangi sumber limbah. 4. Systematize (sistematisasi): Membuat rutin kegiatan membersihkan dan memeriksa. 5. Standardize (standardisasi): Membakukan empat langkah sebelumnya dan membuatnya menjadi proses yang bersinambungan. Kampanye 5C (di Inggris, Eropa): 1. Clear out (singkirkan): Tentukan yang diperlukan dan singkirkan yang tak diperlukan. 2. Configure (susun/tata): Siapkan tempat yang mudah, aman, dan teratur untuk semua barang. 3. Claen and check (bersihkan dan periksa): Periksa dan perbaiki keadaan tempat kerja sambil membersihkannya.
44
4. Conform (pastikan/patuhi): Tetapkan standar, latih, dan jaga. 5. Custom and practice (kebiasaan dan praktek): Kembangkan kebiasaan pemeliharaan rutin dan kegiatan perbaikan lebih lanjut. Ada lima cara untuk menilai tingkat 5S yang telah dicapai pada setip langkahnya: 1. Penilaian mandiri (dilakukan sendiri) 2. Penilaian oleh konsultan ahli 3. Penilaian oleh atasan 4. Kombinasi dari tiga cara diatas 5. Penilaian berdasarkan kompetisi kelompok Dalam produksi massal, tanpa 5S, banyak pemborosan yang terakumulasi selama bertahun-tahun, menutupi masalah, dan menjadi suatu kesalahan yang dianggap biasa dalam melakukan bisnis. Kelima S secara bersama-sama menciptakan sebuah proses yang kontinu untuk meningkatkan lingkungan kerja. Mulailah dengan menyortir dengan seksama apa yang ada di tempat kerja untuk memisahkan apa yang diperlukan setiap hari daalm melaksanakan pekerjaan yang menambah nilai dan yang tidak pernah atau jarang digunakan. Tandai barang yang jarang digunakan dengan tanda merah dan pindahkan keluar ruangan kerja. Kemudian tetapkan lokasi yang permanen untuk setiap komponen atau alat dengan urutan seberapa perlunya benda tersebut diperlukan untuk mendukung operator. Operator seharusnya mampu untuk meraih dengan segera setiap komponen atau alat yang sering digunakan. Kemudian pastikan bahwa semua berada dalam keadaan bersih setiap hari. Buat standar, untuk mempertahankan ketiga S sebelumnya. Rajin menjaga agar manfaat dari kelima S dengan menjadikan kebiasaan untuk mempertahankan prosedur yang benar. Rajin adalah teknik peningkatan berkesinambungan yang berorientasi kepada tim dimana manager memainkan peran penting dalam mengimplementasikan untuk mendukung 5S. program 5S yang baik dapat dipelihara, melalui audit yang teratur, misalkan setiap bulan oleh manager, yang menggunakan formulir audit standard an sering memberikan penghargaan simbolik kepada tim terbaik. Sebuah pabrik memberikan penghargaan tim terbaiknya dan diberikan secara bergilirkepada tim lain yang menjadi tim terbaik. Dalam pabrik yang benar-benar
Jurnal Ilmiah PASTI Volume VI Edisi 1 – ISSN 2085‐5869
ramping (lean), tim kerja mengaudit area mereka sendiri setiap minggu atau bahkan setiap hari dan kemudian manager memeriksa secara acak. • Memperkenalkan Program 5S Banyak manajer ingin memperoleh hasil sesegera mungkin bagai mukjizat dan mengabaikan aspek proses yang juga sangat penting. 5S bukanlah kegiatan musiman atau sekedar tren bulan ini, namun merupakan proses bersinambungan yang merupakan bagian dari kehidupan kita. Langkah pertama dalam program 5S adalah mempersiapkan mental karyawan dalam menerimanya, sebelum kampanye 5S dilaksanakan. Sebagai upaya pendahuluan 5S, perlu disediakan waktu untuk mendiskusikan falsafah dan manfaat dari 5S, seperti: • Menciptakan lingkungan kerja yang bersih, higienis, aman, dan menyenangkan bagi semua orang. • Revitalisasi gemba dan meningkatkan moral karyawan jauh kedepan. • Menghapuskan berbagai jenis muda (pemborosan) dengan mengurangi kegiatan mencari-cari peralatan kerja, mempermudah gerak kerja operator, menekan usaha gerak yang menimbulkan rasa tegang dan regangan serta kelelahan industry, dan membebaskan/ mengosongkan tempat. Manajemen harus pula memahami betul banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari program 5S di gemba bagi perusahaan secara menyeluruh, yaitu: • Membantu karyawan dalam mencapai disiplin pribadi. Karyawan dengan disiplin pribadi selalu melaksanakan 5S, dan dapat dipercaya untuk mematuhi standar. • Menampilkan dan menyoroti berbagai pemborosan (muda) di gemba. Memahami masalah adalah langkah pertama dalam menghapuskan pemborosan. • Menghilangkan pemborosan di gemba, meningkatkan proses 5S. • Menunjukkan berbagai ketidakwajaran, seperti cacat produksi, gagal fungsi, dan persediaan berlebih. • Mengurangi gerak kerja yang tak bernilai tambah, seperti operator yang berjalan jauh atau gerak kerja dengan ketegangan yang menimbulkan kelelahan. • Memperjelas masalah yang terkait dengan material yang kurang, jalur kerja yang tidak seimbang, kemacetan
Jurnal Ilmiah PASTI Volume VI Edisi 1 – ISSN 2085‐5869
• • •
mesin, maupun kelambatan waktu penyerahan. Semua itu lebih mudah dipantau secara visual, sehingga penyelesaiannya tidak bertele-tele. Menyediakan masalah logistic kronis di gemba denagn cara sederhana. Membuat masalah kualitas menjadi jelas. Meningkatkan efesiensi kerja dan mengurangi biaya operasi. Mengurangi kecelakaan industri dengan mengurangi keadaan lantai berminyak, lingkungan kotor, cara berpakaian kerja serampangan, dan operasi yang tidak aman. Shine (resik) secara khusus meningkatkan keandalan mesin dan membebaskan waktu reparasi dari petugas pemeliharaan dalam menangani mesin yang sering macet. Sebaliknya, para petugas pemeliharaan dapat diarahkan pada masalah hulu, seperti pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance), pemeliharaan prediktif (predictive maintenance) dan upaya menciptakan peralatan atau mesin yang bebas pemeliharaan (maintenance free), melalui kerja sama dengan bagian perancangan proses.
Manajemen Visual dalam 5S Manajemen visual atau kendali visual adalah setiap alat komunikasi yang digunakan dalam lingkungan kerja untuk menunjukkan dalam waktu sekejap bagaimana pekerjaan seharusnya dilakukan dan apakah terjadi penyimpangan terhadap standar. Hal ini membantu karyawan yang ingin melakukan pekerjaannya dengan baik agar dengan segera dapat melihat bagaimana mereka melakukan pekerjaannya. Karyawan mungkin akan menunjukkan di mana item harus disimpan, berapa banyak item yang seharusnya ada di sana, prosedur standar apa saja yang diperlukan untuk melakukan sesuatu, status dari barang dalam proses, dan banyak jenis informasi penting lainnya untuk mengalirkan aktivitas pekerjaan. Pengendalian visual lebih dari sekedar mengungkapkan penyimpangan dari target atau tujuan melalui bagan dan grafik dan menempatkannya agar dapat dilihat oleh orang banyak. Pengendalian visual diintegrasikan ke dalam proses kerja yang menambah nilai. Visual berarti dapat melihat proses, peralatan, persediaan, atau informasi atau pekerja yang sedang melakukan pekerjaannya dan segera melihat standar
45
yang digunakan untuk melakukan pekerjaan itu dan apakah ada penyimpangan dari standar. Pengendalian visual digunakan untuk dapat meningkatkan aliran proses. Penyimpangan dari standar adalah penyimpangan dari bekerja sesuai waktu takt, satu potong detiap kali. Bahkan banyak alat yang terkait dengan lean production merupakan pengendalian visual yang digunakan untuk mengungkapkan setiap penyimpangan dari standard an untuk memfasilitasi proses agar mengalir. Manajemen visual memiliki kaitan yang sanngat erat dengan lima langkah dalam 5S. bila menerapkan 5S, akan mendapati keadaan dengan manajemen visual yang lebih baik. 5S dapat membantu untuk menemukan ketidakwajaran sehingga bisa segera dikoreksi. Metoda 5S dapat diberi makna, khususnya dalam perspektif manajemen visual, sebagai berikut: • Sort/ringkas (menyingkirkan barangbarang yang tidak diperlukan): Segala sesuatu di gemba diberi izin tinggal di sana hanya, dan hanya jika diperlukan sekarang atau akan digunakan tak lama lagi. Bila berkunjung ke gemba, apakah akan menemukan barang setengah jadi, pasokan, mesin, alat kerja, cetakan, rak, kereta barang, container, dokumen atau barang pribadi yang belum terpakai? Singkirkan itu semua sehingga hanya tinggal yang benar-benar dibutuhkan. • Set in order/rapi (meletakkan sesuatu pada tempatnya): Segala sesuatu di gemba harus terletak pada tempat yang benar dan siap pakai pada saat diperlukan. Semuanya harus memiliki alamat yang pasti dan terletak disana. Apakah garis batas lantai dibuat dengan benar? Apakah lorong lalu lintas pabrik bebas hambatan? Begitu rapi diterapkan, ketidakwajaran dapat segera ditemukan semua orang. • Shine/resik (membersihkan peralatan dan daerah kerja secara tuntas): apakah peralatan, mesin, lantai dan dinding dalam keadaan bersih? Dapatkah untuk mendeteksi ketidakwajaran seperti getaran atau kebocoran minyak pada mesin? Di tempat yang resik, ketidakwajaran seperti itu segera tampak menonjol. • Standardize/rawat (menjaga kebersihan pribadi san mematuhi 3S atau 3R di atas): Apakah karyawan mengena-
46
•
kan pakaian dengan benar? Apakah karyawan selalu mematuhi dan mengerjakan tiga S sebelumnya (sort, set in order, shine)? Sustain/rajin (disiplin pribadi): tugas pribadi 5S dari semua karyawan harus ditentukan secara spesifik. Apakah hal itu tampak jelas? Apakah manajer sudah menetapkan standar kerja bagi mereka? Apakah mereka mematuhi standar? Sebagai sarana untuk mengukuhkan disiplin pribadi, manajemen dapat memerintahkan setiap karyawan untuk mengisi data periksa sebelum pulang.
Keselamatan Kerja (Safety) Pengertian Keselamatan Kerja (Safety) Keselamatan kerja merupakan aspek penting dalam pekerjaan atau kegiata hidup lainnya. keselamatan kerja selalu dijadikan sebagai bahasan utama ketika berbicara dengan mengenai pekerjaan. Hal ini karena keselamatan kerja mempunyai kontribusi penting dalam peningkatan kinerja dan produksivitas pekerja. Untuk hal tersebut, maka setiap tenaga kerja sudah seharusnya memahami pengertian keselamatan kerja bagi dirinya dan lingkungannya. Pengertian keselamatan kerja memang sudah seharusnya dipahami secara umum oleh seluruh pekerja. Aspek keselamatan kerja memang harus dipahami semua orang sebab dalam konteksnya, keselamatan kerja ini mencoba untuk mencegah terjadinya kejadian negatif dalam kehidupan setiap orang. Pada setip aspek kehidupan, kejadian negatif atau selanjutnya kita sebut sebagai kecelakaan dapat saja terjadi. Hal ini karena setiap aspek kehidupan membawa serta ancaman di balik eksistensinya. Kita harus mewaspadai setip kemungkinan yang ada dibalik kondisi yang kita miliki. Beberapa pengertian dasar keselamatan kerja • Keselamatan kerja adalah upaya mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan saat melakukan pekerjaan. • Keselamatan kerja adalah upaya aktif setiap orang untuk menjaga keselamatan dirinya dari hal-hal yang tidak diinginkan. • Keselamatan kerja adalah perlindungan diri terhadap segala kemungkinan yang dapat menyebabakan kecelakaan.
Jurnal Ilmiah PASTI Volume VI Edisi 1 – ISSN 2085‐5869
•
Keselamatan kerja adalah tindakan preventif terhadap kecelakaan yang dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab diri saat bekerja.
Tidak hanya upah besar yang menjadi tolak ukur dalam menentukan jenis pekerjaan. Keselamatan kerja adalah hal yang seharusnya juga menjadi prioritas. Ada dua hal terbesar yang menjadi penyebab kecelakaan kerja antara lain: • Perilaku yang tidak aman dan • Kondisi lingkungan yang tidak aman Meski demikian, penyebab kecelakaan yang pernah terjadi hingga menyebabkan keselamatan kerja terganggu, hingga saat ini lebih diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman dengan factor sebagai berikut: 1. Tidak hati-hati. 2. Tidak mematuhi peraturan. 3. Tidak mengikuti standart prosedur kerja 4. Tidak memakai pelindung diri 5. Kondisi badan yang lemah Presentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan sebab yang tidak bisa dihindarkan, seperti bencana alam. Faktor lain yang mengganggu keselamatan kerja 24% disebabkan lingkungan atau peralatan yang tidak memenuhi syarat dan 73% karena perilaku yang tidak aman. Tentu saja, cara yang paling efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan menghindari terjadinya lima perilaku tidak aman yang telah disebutkan diatas. Oleh karena itu, harus diambil tindakan yang tepat terhadap tenaga kerja dan perlengkapn, agar tenaga kerja memiliki konsep keselamatan dan kesehatan kerja demi mencegah terjadinya kecelakaan. Jika demikian, pendidikan akan keselamatan kerja sangat penting artinya. Tujuannya antara lain untuk melindungi kesehatan tenaga kerja, meningkatkan efesiensi kerja, mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit. Berikut berbagai arah keselamatan dan kesehatan kerja: 1. Mengantisipasi keberadaan faktor penyebab bahaya dan melakukan pencegahan sebelumnya. 2. Memahami jenis-jenis bahaya yang ada di tempat kerja 3. Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat kita 4. Mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi.
Jurnal Ilmiah PASTI Volume VI Edisi 1 – ISSN 2085‐5869
Terkait keselamatan kerja, faktor penyebab berbahaya yang paling sering ditemukan antara lain adalah: 1. Bahaya jenis kimia: terhirup atau terjadinya kantak antara kulit dengan cairan metal, cairan non-metal, hidrokarbon dan abu, gas, uap steam, asap dan embun beracun. 2. Bahaya jenis fisika: lingkungan yang bertemperatur panas dan dingin, lingkungan yang beradiasi pengion dan non pengion, bising, vibrasi dan tekanan udara yang tidak normal. 3. Bahaya yang mengancam manusia dikarenakan jenis proyek: pencahayaan dan penerangan yang kurang, bahaya dari pengangkutan, dan bahaya yang ditimbulkan oleh peralatan. Adapun cara pengendalian ancaman bahaya keselamatan kerja adalah: 1. Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja basah dan ventilasi pergantian udara. 2. Pengendalian administrasi: mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan kesehatan dan keselamatan kerja, memakai alat pelindung, memasang tanda-tanda peringatan, membuat daftar data bahan-bahan yang amn, melakukan pelatihan sistem penangganan darurat. Berdasarkan UU perlindungan tenaga kerja dan kecelakaan kerja, pemilik usaha pada saat mulai memakai tenaga kerja, harus membantu tenaga kerjanya untuk mendaftar keikutsertaan asuransi tenaga kerja, demi menjamin keselamatan kerja. Selain itu, setelak terjadi kecelakaan kerja, pemilik usaha wajib memberikan subsidi kecelakaan kerja. Apabila pemilik usaha tidak mendaftarkan tenaga kerjanya ikut serta asuransi tenaga kerja sesuai dengan UU standart ketenagakerjaan, maka pemilik usaha akan dikenakan denda. 3. METODOLOGI PENELITIAN PT. Mulitifilling Mitra Indonesia menerapkan program 6S yaitu 5S + safety. Program 6S diterapkan untuk area Office/kantor dan factory/pabrik. Program 6S telah diterapkan PT. Multifilling Mitra Indonesia baru sekitar 1 tahun yang lalu hingga sekarang.Sejak awalnya Progarm 6s ini diterapkan sudah terlihat kurang efektif dalam penerapannya dikarenakan kurangnya sosialisasi dan pe-
47
mahaman karyawan akan guna dari penerapan program 6s.Sehinngga Audit yang dilakukan mendapatkan hasil yang sama dari setiap periode tanpa adanya perbaikan. Pada area Factory/pabrik Program ini ditujukan untuk meminimalkan pemborosan dan menghindari kesalahan penempatan box arsip pada area pabrik yang akan berpengaruh pada proses pelayan pelanggan yang lebih baik dan dapat mengurangi cost operasional yang tinggi akibat area warehouse yang kurang teratur karena tidak ada 6S. Pengolahan Data Wareho Wareho Wareho Wareho Wareho use, 2, use, 1, Min Min Min Min Min Min Min Min Min Wareho Wareho use, 3, Wareho Wareho use, 4, use, 5, 95% Wareho 90% Wareho Score, 1 Score, 2 Score, 3 Score, 4 Score, 5 Score, 6 Score, 7 Score, 8 Score, 9 Score, 1 use, 6, use, 9, 82%80%80% use, 8, use, 10, use, 12, use, 7, use, 11, , 75% , 75% , 75% , 75% , 75% , 75% , 75% , 75% 0, 75% 1, 75% 2, 75% , 75% 72% 72% 70% 68%70% 65%
Warehouse
Warehouse
Min Score
Gambar 1. Grafik Hasil Audit 6S Warehouse Score 6S di area Warehouse mulai Bulan Juni hingga Bulan Desember mengalami penurunan, hal ini disebabkan dengan mulai berkurangnya respon dan kepedulian karyawan terhadap program 6s serta adanya peningkatan produktivitas yang membuat karyawan menjadi lebih terfokus pada pelayanan pelanggan sehingga kurang memperhatikan 6S di area warehouse. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Fishbone Diagram Pada saat terjadi kondisi produksi yang tidak berjalan baik, perusahaan harus menganalisa apa penyebab terjadinya kejadian abnormal tersebut. Analisa tersebut dapat menggunakan diagram sebab-akibat atau yang lebih dikenal dengan Fishbone. Faktor Penanggulangan Masalah Langkah yang untuk penanggulangan masalah adalah dengan menggunakan metoda 5W + 1H. Metoda ini merupakan langkah-langkah untuk memperkecil terjadinya penyimpangan. Berikut ini adalah rencana perbaikan dari penyimpangan,
48
yang ditemukan dalam kegiatan proses pelayanandi bagian warehouse. Jenis Program
What
Why
Who
Karyawan tidak membudayakan sikap kerja 6S
Operator
Tempat kerja kurang bersih
Lingkungan
Where
When`
How Melakukan pelatihan berkala kepada karyawan, agar dapat lebih memperhatikan 6S 1. Ruang kerja dibersihakn menyeluruh oleh semua karyawan
6S (sort, set in order, shine, standardize, sustain, safety )
2.
Sering terjadi kerusakan system
Mesin
PT. Multifilling Mitra Indonesia
Selama Tahun 2012
Sistem Kerja
Metode
Box Arsip yang penempatannya tidak sesuai dengan No.Lokasi
Material
Pembuatan Blower untuk sirkulasi udara
Perawatan computer dan sistem secara berkala -
Melakukan perbaikan SOP yang lebih
- Menaruh SOP ditempat yang mudah di baca - Penempatan Box arsip sesuai dengan No.Lokasi dan diberikan identitas
5. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan yang dapat penulis ambil beRdasarkan hasil pengolahan data adalah sebagai berikut: 1. Dari hasil pengolahan data, score 6S di area Warehouse mulai Bulan Mei hingga Bulan Desember mengalami penurunan, hal ini disebabkan dengan mulai berkurangnya partisipasi serta kesadaran karyawan untuk menerapkan budaya kerja 6s di warehouse. 2. Lingkungan kerja yang kurang diperhatikan berpengaruh pada karyawandan peralatan yang digunakan untuk bekerja, hal ini dapat menjadi kurang efisian dalam bekerja. 3. Dari fishbone diagram, dapat diketahui penyebab timbulnya masalah dalam 6S. Yaitu: a) SOP yang tidak berjalan dengan baik, lingkungan tempat keja kurang diperhatikan oleh karyawan. b) Karyawan yang masih tidak dapat memisahkan antara barang yang diperlukan saat kerja atau tidak dan tidak disiplin dalam penyimpanan barang. c) Kebersihan tempat kerja masih kurang terjaga, Pembersihan hanya dilakukan oleh petugas kebersihan saja. d) Karyawan yang masih belum mematuhi standar 3S, kebersihan dan maintenance tidak selalu diperbaharui. e) Pengetahuan dan pemahaman karyawan terhadap 6S masih kurang. f) Safety, Karyawan masih belim peduli akan keselamatan kerja. Hal ini terlihat dari penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) yang tidak digunakan oleh karyawan.
Jurnal Ilmiah PASTI Volume VI Edisi 1 – ISSN 2085‐5869
Saran Setelah melakukan analisa terhadap program 6S pada warehouse di PT. Multifiling Mitra Indonesia, beberapa saran yang dapat menjadi masukan bagi perusahaan adalah: 1. Audit 6S yang dilakukan setiap 2 bulan, dapat pula dilakukan setiap minggu di akhir pecan oleh manager atau tim audit dari masing – masing divisi agar karyawan lebih disiplin terhadap 6S dan menjadi menjadi budaya para karyawan. 2. Melakukan pelatihan berkala kepada karyawan agar lebih memahami fungsi dari 6S dalam bekerja. 3. Melakukan perbaikan-perbaikan kerja pada pekerja dengan cara memberikan pelatihan/training berkala, dan dengan cara menerangkan secara jelas tentang metoda-metoda kerja sesuai standar operasional prosedur dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Ahira, Anne. 2011. Pengertian Keselamatan Kerja Secara Umum. (Online), http://www.anneahira.com/pengertiankeselamatan-kerja.htm, diakses tanggal 28 Mei 2011) Ahira, Anne. 2011. Keselamatan Kerja. (Online),http://www.anneahira.com/artikelumum/keselamatan-kerja.htm, diakses tanggal 28 Mei 2011) Imai, Masaaki. 1997.Gemba Kaizen. Alih Bahasa oleh Kristianto Jahja. Jakarta: yayasan Toyota-Astra & Divisi Penerbitan Lembaga PPM. Liker, Jeffrey K. 2006. The Toyota Way. Jakarta: Erlangga. Wicaksono, Rohullah Aji. 2007. Usulan Penerapan 5S Dalam Upaya Menurunkan Biaya Produksi Pada Industri Kecil dan Menengah (Studi Kasus Perusahaan Sepatu Cibaduyut Bandung). Tugas akhir sarjana tidak diterbitkan. Bandung: ITB. Yudi. 2010. Budaya Kerja. (Online), (http://www.karosta.blogspot.com/2010 /02/budaya-kerja.html, diakses tanggal 12 Juni 2011)
Jurnal Ilmiah PASTI Volume VI Edisi 1 – ISSN 2085‐5869
49