ANALISA KELAYAKAN PEMBANGUNAN PUSAT DISTRIBUSI MINIMARKET BERJARINGAN (STUDI KASUS KAB. BANTUL) 1
Heru Saptono , Jazuli
2
1
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Email:
[email protected] 2
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Jl. Nakula I No. 5-11 Semarang Email:
[email protected]
Abstract The aim of this research is to develop a tool to evaluate the feasibility of distribution centre. In this research some existing methods such as payback periode, NPV and IRR are adopted. A distribution centre is feasible if it has minimal chain of 6 independent stores. From the financial aspect, a chain of 6 independent stores has 4 years 2 months and 18 days payback periods, NPV: Rp 425,182,858.00 and IRR: 11.14%. NPV has negative value if the investment increases 30 % and income decreases 20 % and 30 %. Keywords: Measurement feasibility, Payback Periods, Net Present Value, Internal Rate of Return Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan alat ukur kelayakan pusat distribusi pada suatu wilayah. Metode yang digunakan untuk pengukuran adalah Periode Pengembalian (Payback Period), Nilai Sekarang Bersih (NPV) dan Tingkat Pengembalian Internal (IRR). Suatu pusat distribusi layak didirikan bila minimal mempunyai jaringan 6 toko mandiri. Dari pengukuran aspek finansial, untuk jaringan enam toko mandiri didapatkan Periode Pengembalian: 4 tahun 2 bulan 18 hari, Nilai Sekarang Bersih: Rp425.182.858,00 dan Tingkat Pengembalian Internal: 11,14%. Nilai Sekarang Bersih bernilai negatif bila investasi naik 30 %, serta pemasukan turun 20 % dan 30 %. Kata kunci: Nilai sekarang bersih, pengukuran kelayakan, periode pengembalian, tingkat pengembalian internal
1. PENDAHULUAN Pada akhir tahun 1990 suatu kelompok ritel/minimarket berjaringan dengan format swalayan muncul dan berkembang terutama di daerah perkotaan (DC Serpong.Com). Menurut hasil riset AC Nielsen dan dikutip dalam Tempo (Mei 2003) kontribusi pasar tradisional dan toko mandiri terhadap penjualan barang konsumsi menurun dari 84,1% pada tahun 1999 menjadi 74,4% di tahun 2002. Sebaliknya pada toko modern seperti swalayan dan minimarket mengalami kenaikan dari 3% pada tahun 1999 menjadi 20,1% pada tahun 2002. Disini terlihat bahwa pasar tradisional secara perlahan tergeser oleh industri ritel modern (Utami, 2006). Untuk melindunginya, pemerintah melalui menteri Perdagangan RI menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor: 53/M – DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, meskipun belum efektif dalam pelaksanaan karena pengawasan peraturan tersebut belum sepenuhnya dilakukan. Jaringan ritel Indomaret, sampai bulan Februari 2009 memiliki 2772 gerai minimarket di Lampung, Jawa, Madura dan Bali dengan komposisi 1.830 gerai regular, sisanya 942 gerai dengan pola kemitraan/waralaba (http://www.indomaret.co.id).
Analisa Kelayakan Pembangunan…(Heru S, Jazuli)
616
Untuk kelompok jaringan ritel Alfamart sampai bulan Maret 2009 telah memiliki 2.800 gerai minimarket di seluruh Indonesia; dengan komposisi 77% merupakan gerai regular dan sisanya 23% gerai waralaba (http://www.antara.co.id). Berdasar dari hasil riset AC Nielsen pertumbuhan ritel antara tahun 2005 sampai tahun 2006 untuk minimarket sebesar 23%/tahun; sedang untuk ritel tradisional seperti toko mandiri sekitar 9,6%/tahun, ini member gambaran bahwa laju pertumbuhan minimarket lebih besar dibanding toko mandiri. Permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah (1) keberadaan minimarket berjaringan yang membuat toko mandiri terdesak, (2) perlu solusi dari toko mandiri dalam menghadapi persaingan usaha dengan minimarket berjaringan, dengan membentuk jaringan distribusi, (3) sepengetahuan penulis sampai saat ini belum dikembangkan alat/cara untuk mengukur kelayakan pendirian suatu pusat distribusi berjaringan. Menurut James C. Johnson (Gitosudarmo dan Mulyono, 2000) menjelaskan suatu kegiatan distribusi dimulai dari pabrik ke agen penjual/pusat distribusi diteruskan ke ritel. Mengukur kelayakan pusat distribusi pada suatu wilayah dapat dilakukan dengan mengkaji kelayakan, yaitu: aspek non finansial seperti: pasar dan teknis, serta aspek finansial: menghitung NPV, IRR dan Payback periode. Suatu bentuk jaringan distribusi dapat berupa jaringan langsung dari supplier ke ritel yang sering disebut jaringan tradisional dan jaringan dengan pusat distribusi (Chopra dan Meindl, 2001) a. Jaringan Langsung. Suatu bentuk jaringan langsung dapat dilihat seperti Gambar 1:
Suplier
Ritel Gambar 1. Jaringan Langsung
b.
Karakteristik jaringan langsung adalah: Merupakan bentuk yang sederhana, suplier langsung berhubungan dengan ritel, transaksi terjadi pada ritel, inventory pada ritel lebih besar dan transport cost lebih tinggi. Jaringan dengan pusat distribusi. Bentuk jaringan dengan pusat distribusi dapat dilihat pada Gambar 2
Pusat Distribusi
Suplier
Ritel Gambar 2. Jaringan dengan Pusat Distribusi
Karakteristik Jaringan dengan pusat distribusi adalah: Suplier tidak langsung mengirim barang ke ritel, tetapi ke pusat distribusi, transaksi pada pusat distribusi, jaringan ritel terbagi ke regional geografis, sehingga perlu pusat distribusi sebagai store dan transport cost lebih rendah.
Techno Science Vol.5 No.1 Mei 2011
617
Dalam mengukur kelayakan pada umumnya dilakukan kajian terhadap beberapa aspek, yaitu (Siregar, 1991): Aspek Pasar, aspek ini meliputi jumlah ritel/toko mandiri di suatu wilayah, untuk ini diperlukan suatu data demografi, untuk dibandingkan antara jumlah penduduk dengan ritel/toko mandiri yang diperlukan pada wilayah tersebut, dengan kebutuhan suatu pusat distribusi sebagai jaringannya. Aspek Teknis, unsur-unsur didalam aspek teknis adalah meliputi pendirian pusat distribusi, lokasi pusat distribusi yang tepat dan peralatan operasional suatu pusat distribusi (misalnya: truk, troli, rak, pallet). Aspek Ekonomis dan Finansial, dalam aspek ekonomis dan finansial meliputi: besarnya dana yang harus diinvestasikan (ijin pendirian pusat distribusi: harga tanah, ongkos bangunan, hargaalat, modal kerja), biaya operasional pusat ditribusi, toko mandiri yang harus ditangani oleh pusat distribusi terkait dengan omset dan keuntungan pusat distribusi.Menurut Riyanto (1995) dengan parameter sebagai berikut: NPV merupakan selisih jumlah investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. Perhitungan NPV dapat dilakukan dengan rumus: ∑
………….……(1)
Dengan: NPV = Nilai kas bersih sekarang. n = Periode terakhir dimana cash flow diharapkan r = Discount factor (biasanya 1,5 kali bunga bank) Cn = Net Cash flow, I0 = Investasi Jika NPV negatif, hal ini menunjukkan bahwa arus kas tidak mampu mengembalikan modal, dan jika NPV positif, maka arus kas mampu mengembalikan modal. Pengertian Internal Rate of Return (IRR) dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang diharapkan akan diterima (PV of future proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (PV of capital outlays). Secara matematis rumus IRR dapat ditulis sebagai berikut: ∑
……………..(2)
Dengan: n = Periode terakhir dimana cash flow diharapkan r = Discount factor (biasanya 1,5 kali bunga bank) Cn = Net Cash flow I0 Investasi = Jika nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari Required Rate of Return yang ditentukan, maka investasi tersebut layak. Payback Period Method, metode ini menghitung seberapa cepat investasi yang dilakukan bisa kembali. Perhitungan Payback period dapat dilakukan dengan rumus
……………….(3) Jika nilai payback period yang didapat lebih besar dari umur investasi, maka investasi tersebut tidak layak.
Analisa Kelayakan Pembangunan…(Heru S, Jazuli)
618
Depresiasi (penyusutan) merupakan penurunan nilai fisik barang, sejalan dengan lama pemakaian., dimana dalam hal ini nilai perhitungan dengan pendekatan garis lurus. Perhitungan penyusutan ini dapat dilakukan dengan rumus (Grant, dan Eugene,1994): ……….………(4) Dengan: D = besar depresiasi. N = perkiraan umur ekonomis, untuk gudang pusat distribusi dan peralatan. P = harga awal barang, S = perkiraan nilai sisa peralatan
2. METODE PENELITIAN Mulai
Perumusan Masalah
Penetapan Tujuan
Peta Penelitian
Non Finansial
Finansial
Integrasi
Studi Kasus
Selesai
Gambar 3. Flowchart Penelitian
Techno Science Vol.5 No.1 Mei 2011
619
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis faktor–faktor yang dipakai dalam pengembangan alat ukur kelayakan adalah faktor non finansial dan faktor finansial. Keluaran dari pembahasan faktor non finansial diwujudkan dalam memilih wilayah untuk studi kasus. Untuk faktor finansial yaitu perhitungan NPV, IRR dan payback periode yang menjadi input adalah data: investasi, pendapatan (pemasukan) dan pengeluaran (operasional) untuk 3 kelompok jumlah toko mandiri dalam satu jaringan distribusi. Menurut Didik Setiadi, manajer Corporate Communications PT Sumber Alfaria Trijaya, satu ritel di Thailand melayani 15.000 jiwa, sedang di Singapura satu ritel melayani 10.000 jiwa; dan paling efektif satu ritel 12.500 jiwa (www.plasawaralaba.com). Apabila terjadi pertumbuhan ritel/toko mandiri akan membutuhkan pusat distribusi sebagai pemasok barang-barang yang diperlukan, sehingga diperlukan suatu jaringan antara toko mandiri dengan pusat distribusi. Analisis Kelayakan Aspek Teknis Suatu aspek teknis akan berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan pusat distribusi. Oleh sebab itu diperlukan batasan terhadap parameter-parameter teknis yang terkait dengan perwujudan fisik suatu pusat distribusi. Secara makro, penentuan dan pengaturan lokasi juga penting untuk mencapai keseimbangan aktivitas tanpa melupakan prinsip-prinsip ekonomi (Siregar, 1991). Tinjauan aspek teknis terdiri dari beberapa hal yaitu:memilih lokasi, memilih peralatan distribusi, kemampuan pusat distribusi Tabel 1. Rancangan Pusat Distribusi
Luas Total = [Efektif Kemampuan Volume hantaran ke satu Kemampuan menyimpan Pusat Distribusi dapat Jumlah Pusat (100%)] + kelonggaran Menyimpan Barang = toko / hari (data dari Luas Efektif (100%) Pusat Distribusi untuk satu melayani sejumlah toko Distribusi (40%) Luas Lantai x tinggi hasil pengamatan) toko dalam 1 minggu dalam satu jaringan tumpukan(1,5m) 1 (100%/140%) x 500 (357 x 1,5) m3 = 537 m3 (1,5 s/d 2,125) m3 7 x (2,125 m3) = 14,875 m3 Jumlah toko = kemampuan 500 m2 menyimpan barang : = 357 m2 kemampuan menyimpan barang untuk satu toko 537 m3 : 14,875 m3 = 36 toko
Dalam pembahasan studi kasus ini pengukuran kelayakan aspek finansial dengan membandingkan jumlah toko mandiri dalam satu jaringan distribusi dilakukan pada tiga kategori satu pusat distribusi: satu truk untuk enam toko mandiri, dengan pertimbangan jumlah truk yang paling minimum yaitu satu buah dan kemampuan maksimum dua siklus hantaran ke enam buah toko mandiri. Pada Tabel 2, 3, dan 4 memperlihatkan hasil data dan perhitungan umur ekonomis, harga dan depresiasi sejumlah alat yang digunakan pada satu pusat distribusi
Analisa Kelayakan Pembangunan…(Heru S, Jazuli)
620
Tabel 2. Perhitungan Umur Ekonomis selama 5 Tahun, Harga Alat dan Depresiasi pada Satu Pusat Distribusi, Dua Siklus Hantaran, Satu Truk dan Enam Toko Mandiri
No. 1
Nama Barang Tanah
Umur Ekonomis
Kuantitas
tidak bisa disusutkan
750 m
2
Harga per satuan (Rp)
Depresiasi per tahun (Rp)
Nilai Sisa Tahun Ke 5 (Rp)
Nilai Sisa Tahun Ke 4 (Rp)
Jumlah (Rp)
Nilai Sisa (Rp)
400.000,00
300.000.000,00
303.750.000,00
-
303.750.000,00
303.750.000,00
2
Bangunan
25 tahun
500 m
2
1.500.000,00
750.000.000,00
150.000.000,00
24.000.000,00
630.000.000,00
654.000.000,00
3
Truk
5 tahun
1 buah
162.500.000,00
162.500.000,00
32.500.000,00
26.000.000,00
32.500.000,00
58.400.000,00
4
Rak
5 tahun
30 buah
1.000.000,00
30.000.000,00
6.000.000,00
4.800.000,00
6.000.000,00
10.800.000,00
5
Troli
5 tahun
5 buah
400.000,00
2.000.000,00
400.000,00
320.000,00
400.000,00
720.000,00
6
Palet
5 tahun
100 buah
100.000,00
10.000.000,00
-
2.000.000,00
-
-
7
Komputer
5 tahun
2 buah
5.000.000,00
10.000.000,00
-
1.000.000,00
-
-
8
Mebelair
5 tahun
1 set
1.000.000,00
1.000.000,00
200.000,00
160.000,00
200.000,00
360.000,00
9
Ijin Usaha Modal Kerja Awal
-
-
15.000.000,00
15.000.000,00
-
-
-
-
1 bulan
500.000.000,00
-
-
-
972.850.000,00
1.028.030.000,00
10
Jumlah
Techno Science Vol.5 No.1 Mei 2011
500.000.000,00 1.780.500.000,00
492.850.000,00
621
58.280.000,00
Tabel 3. Perkiraan Biaya (Cost) Pengeluaran Satu Pusat Distribusi, Dua Siklus Hantaran, Satu Truk dan EnamToko Mandiri
No
1
2 3 4 5
Jenis Biaya Tetap a. Gaji Manajer b. Gaji Koordinator c. Gaji Karyawan Gaji 1 grup sopir dan kru truk Biaya operasional dan perawatan 1 truk Utilitas (air, Listrik, telepon) Depresiasi
Satuan
1 orang 1 orang 4 orang 1 grup 1 truk Total
Analisa Kelayakan Pembangunan…(Heru S, Jazuli)
Jumlah (Rp) Biaya Satuan (Rp) Per Bulan (Rp) Per Tahun (Rp) 5.000.000,00 1.750.000,00 900.000,00 1.800.000,00 1.900.000,00 1.000.000,00
5.000.000,00 1.750.000,00 3.600.000,00 1.800.000,00 1.900.000,00 1.000.000,00 -
60.000.000,00 21.000.000,00 43.200.000,00 21.600.000,00 22.800.000,00 12.000.000,00 58.280.000,00 238.880.000,00
622
Tabel 4. Perhitungan Kriteria Kelayakan Finansial Satu Pusat Distribusi, Dua Siklus Hantaran, Satu Truk dan Enam Toko Mandiri, jangka waktu investasi 5 tahun (PV 10%)
Periode (tahunan) 0
(1.780.500.000,00)
1
441.600.000,00
238.880.000,00
202.720.000,00
28.380.800,00
174.339.200,00
58.280.000,00
2
441.600.000,00
238.880.000,00
202.720.000,00
28.380.800,00
174.339.200,00
3
441.600.000,00
238.880.000,00
202.720.000,00
28.380.800,00
4
441.600.000,00
238.880.000,00
202.720.000,00
5
441.600.000,00
238.880.000,00
202.720.000,00
Pemasukan
Pengeluaran
Laba Sebelum Pajak
Pajak
Laba Setelah Pajak
Depresiasi
Nilai Sisa
Aliran Kas Bersih (1.780.500.000,00)
(1.780.500.000,00)
0.00
232.619.200,00
211.474.114,72
58.280.000,00
0.00
232.619.200,00
192.259.768,80
174.339.200,00
58.280.000,00
0.00
232.619.200,00
174.766.804,96
28.380.800,00
174.339.200,00
58.280.000,00
0.00
232.619.200,00
158.878.913,60
28.380.800,00
174.339.200,00
58.280.000,00
972.850.000,00
1.205.469.200,00
748.475.826,28
Cash flow
1.485.855.428,36
Investasi
1.780.500.000,00
NPV
(294.644.571,64)
Profitability Index Keterangan: Investasi: Rp 1.780.500.000,00 dari Tabel 4.6 Pemasukan: Rp 9.200.000,00 x 4 toko x 12 bulan : Rp 441.600.000,00/tahun Pengeluaran: Rp 238.880.000,00 dari Tabel 4.9 Depresiasi: Rp 58.280.000,00 dari Tabel 4.6 Nilai sisa tahun ke-5: Rp 972.850.000,00 dari Tabel 4.6 Tabel 4. menunjukkan bahwa NPV bernilai negatif. Jadi variasi ini bukan merupakan alternatif yang dipilih.
Techno Science Vol.5 No.1 Mei 2011
PV (10%)
623
0,83
Analisis Profitabilitas Investasi Tabel 5. Hasil Perhitungan Payback periode, NPV dan IRR untuk satu jaringan distribusi dengan enam toko mandiri
Hasil
Analisis
6 Toko Payback Period Net Present Value
4 tahun 2 bulan 18 hari Rp 425.182.858,00
Internal Rate of Return
11,14%
Dari hasil perhitungan kriteria kelayakan finansial, diperoleh hasil perhitungan untuk: Payback periode, Net Present Value dan Internal Rate of Return untuk satu jaringan distribusi dengan enam toko. Hal ini memenuhi kriteria yang ditetapkan, karena IRR lebih dari 10 %, dengan nilai NPV yang positif, dan Payback periode kurang dari lima tahun. Persamaan Model Dari data pada Lampiran 2, telah diolah dengan program SPSS sehingga didapat persamaan model: a) Hubungan antara jumlah toko dan NPV yang diperoleh: b) Hubungan jumlah toko dan IRR Dimana y1 = NPV; y2 = IRR; x = jumlah took Dari olah data untuk a) didapat: 1. R Square = 0,97 mendekati harga 1, maka korelasi antara jumlah toko terhadap NPV semakin baik. Artinya semakin banyak toko, nilai NPV semakin besar. 2. Signifikansi 0,000 < 0,05. Ada pengaruh jumlah ritel terhadap nilai NPV. Dari olah data untuk b) didapat: 1. R Square = 0,417 jauh dari harga 1, maka korelasi antara jumlah toko terhadap IRR tidak kuat, pengaruh antara jumlah toko dengan IRR sangat kecil 2. Signifikansi 0,117 > 0,05, tidak ada pengaruh yang signifikan dari jumlah ritel terhadap IRR.
4. KESIMPULAN Alat ukur untuk mengukur pendirian pusat distribusi telah berhasil dibuat. Payback Periode, NPV dan IRR merupakan alat ukur secara finansial untuk mengukur kelayakan pendirian pusat distribusi. Berdasarkan data perhitungan pengukuran kelayakan pendirian distribusi, maka pendirian pusat distribusi sangat layak untuk dipertimbangkan.Pusat distribusi layak didirikan bila jaringan minimal mempunyai 6 toko mandiri . Setelah dilakukan analisis sensitivitas: NPV akan negatif bila kenaikan investasi 30%, penurunan pemasukan 20% dan 30%. IRR akan lebih kecil RRR (10%) bila terjadi penurunan investasi 10%, terjadi kenaikan investasi 10%, 20% dan 30% dan pemasukan turun 10%, 20% dan 30%.
Analisa Kelayakan Pembangunan…(Heru S, Jazuli)
624
DAFTAR PUSTAKA [1]
Amiri, A. 2004. Production, Manufacturing and Logistic: Designing a distribution network in a supply chain system: Formulation and efficient solution procedure. European Journal Of Operation Research 171 (2006) 567 – 576 [2] Ashary, 2009. Analisis Dampak Corporate Chain Store Terhadap Independent Store dan Traditional Store Ditinjau dari Aspek Retail Service Quality. Skripsi Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik Universitas Gajahmada Yogyakarta [3] Baker, P. 2007. The design and operation of distribution centers within agile supply chain. International Journal Production Economics 111 (2008) 27 – 41 [4] Burgers, C. 2005. Northwest Pennsylvania: as a location for a distribution center. Northwest Commission. [5] Chopra, S. and Meindel, P. 2001. Supply Chain Management: Strategy, Planning and Operation. Upper Saddle River. New Jersey [6] http://www.antara.co.id diakses tanggal 19 Maret 2009 [7] http://www.bantulbiz.com diakses tanggal 18 Januari 2010 [8] http://www.bantulkab.go.id diakses tanggal 18 Januari 2010 [9] http://www.datastatistik-indonesia.com diakses tanggal 17 Januari 2010 [10] http://www.depdag.go.id diakses pada tanggal 28 April 2010 [11] http://www.indomaret.co.id diakses tanggal 19 Maret 2009 [12] hppp://www.kompas.com/bantul.akan.batasi.ritelmodern.htm. diakses tanggal 20 Januari 2010 [13] http://www.kontan.co.id diakses tanggal 19 Juli 2009 [14] http://www.plasawaralaba.com diakses tanggal 22 Februari 2009 [15] http://www.podelz.net/2009/06/fase-fase-pertumbuhan-pasar-dalam-kategori-pelanggan diakses tanggal 19 Juli 2009 [16]http://regional.kompas.com/read/2009/04/27/21185611/Bantul.Baru.Bebaskan.Lahan.Tahun .2010 diakses pada tanggal 8 Mei 2010. [17 http://weekend.kontan.co.id/post/rubrik/properti/6452/ada-yang-masih-naik-pesat-adayang-sudah-melambat diakses pada tanggal 8 Mei 2010. [18] http://www.wikipedia.org/wiki/Indomaret diakses tanggal 19 Juli 2009 Hadiguna dan Setiawan, 2008, Tata Letak Pabrik, Edisi Pertama, Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET. [19] Indrawati, S., 2007, Analisis Preferensi Investor dalam Pengambilan Keputusan Investasi Menggunakan Metode Analitic Hierarchi Process, Skripsi Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik Universitas Gajahmada Yogyakarta. [20] Kengpool, A., 2002, Design of decision support system to evaluate logistic distribution network in greater Mekong sub region countries, International Journal Production Economics 115; 388 – 399 [21] L. Grant, E et al, 1994, Dasar-dasar ekonomi teknik, Jilid I Edisi Bahasa Indonesia, Rinekacipta. [22] Muther, R. 1955. Practical Plant Layout. First Edition. Mc GRAW- HILL BOOK COMPANY, INC [23] Riyanto, B. 1995. Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan. Edisi IV. Yogyakarta: BPFE. [24] Utami, C. W. 2006. Manajemen ritel: Strategi dan implementasi ritel modern. Jakarta: Salemba Empat.
Techno Science Vol.5 No.1 Mei 2011
625