Analisa Kebijakan Pengembangan Potensi Pariwisata Kawasan Pesisir Kabupaten Bengkalis dengan Model Dinamika Sistem Riko Prima 1), Daniel M. Rosyid 2), Hasan Ikhwani 3) 1) Mahasiswa Teknik Kelautan, ITS Surabaya 2) dan 3) Dosen Teknik Kelautan, ITS Surabaya Jurusan Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih Sukolilo – Surabaya 60111 Email :
[email protected]
ABSTRAK Pulau Rupat memiliki obyek wisata pantai yang dapat diandalkan, akan tetapi tidak diikuti oleh fasilitas yang dapat mendukung kegiatan wisata pada daerah tersebut. Untuk itu dilakukan penelitian mengenai pengembangan potensi pariwisata di Pulau Rupat dengan mengangkat permasalahan mengenai bentuk infrastruktur dalam kebijakan pengembangan potensi pariwista pesisir dengan menggunakan model dinamika sistem. Dari pemodelan yang dibangun didapatkan potensi yang sangat besar berdasarkan perencanaan master plan pengembangan kawasan wisata Pulau Rupat yang dapat menghasilkan keuntungan bagi Pendapatan Asli Daerah sebesar 13% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Rp 3,540 miliar, yaitu sebesar Rp 464 miliar dalam kurun waktu 36 bulan atau 3 tahun setelah berjalannya obyek wisata selama 10 tahun masa pengembangan dengan fasilitas, prasarana dan sarana yang telah di perbaharui dan dibangun standart international. Diperkirakan jumlah pengunjung akan meningkat sebesar 66% dari total pengunjung awal. Pendapatan masyarakat secara tidak langsung juga akan meningkat seiring berjalannya wisata dan kebutuhan wisatawan. Dari hasil tersebut dapat dibuktikan bahwa ternyata Pulau Rupat memiliki potensi yang baik apabila didukung dengan fasilitas, sarana dan prasarana yang baik. Kata kunci : peningkatan infrastruktur, dinamika sistem ABSTRACT Rupat island has beach tourism object which is reliable but not equipped by supporting facilities for tourism in the area. Based on the fact, research relating to developing tourism potency of Rupat Island according to problem of infrastructure model in the policy of coastal tourism potency development using system dynamic model. Based on model which was built resulted the largest potency on the master plan of Rupat Island tourism development which will provide benefit for local Government income about 13% of Budget Revenue and Expenditure (APBN) for Rp. 3,540 Billion, namely Rp. 464 Billion in the 36 months or 3 years after ten years of applying development with new facility and equipment in an International standard. It was projected that the number of visitor will be increasing about 66% of the whole early visitors. Local community income will be improving indirectly as tourism opened and tourists need. The result shows that Rupat Island has great potency if it is supported by good facilities and equipments. Keywords : infrastructure improvements, system dynamics
1. PENDAHULUAN Pariwisata merupakan suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya (Suwantoro, 2010). Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata
dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. Kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha juga disebut sebagai pariwisata (Ismayanti, 1
2010). Indonesia merupakan salah satu negara yang menganggap sektor pariwisata sebagai sebuah aktivitas penting atau sektor penting, bahkan diharapkan akan menjadi penghasil devisa nomor satu (Suwantoro, 2010). A.J, Muljadi (2009) juga menyatakan bahwa pariwisata berperan penting sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sebagai prioritas dalam pembangunan. Dikarenakan sektor pariwisata paling siap dari segi fasilitas, sarana dan prasarana (Sondakh, 2010). Pariwisata sebagai sektor ekonomi yang berkembang tidak lepas dari infratruktur yang memadai (Suwantoro, 2010). Salah satu bentuk pendekatan dalam pengembangan pariwisata adalah pendekatan pengembangan infrastruktur. Penyedian infrastruktur dasar adalah merupakan kegiatan penting untuk memperkuat pengembangan pariwisata (Tuwo, 2011). Suatu perencanaan yang baik dan strategis memiliki kekuatan yang akan diandalkan, memiliki kelemahan yang akan diciptakan menjadi sebuah peluang yang baik dan memiliki ancaman yang akan dikurangi seminimal mungkin. Pulau Rupat memiliki keindahan pantai dengan pasir putih dan keasrian alam yang akan dijadikan kekuatan dalam membangun pariwisata. Pemerintah Kabupaten Bengkalis merencanakan pengembangan obyek wisata pantai Pulau Rupat untuk menjadi salah satu komoditi ekonomi yang menjanjikan dan berprospek apabila didukung oleh penyediaan fasilitas wisata dalam pengembangannya merupakan peluang bagi pengembangan wisata Pulau Rupat, namun potensi yang tersedia belum dikelola secara maksimal. Hal tersebut terlihat dari penyediaan fasilitas wisata
yang ada di Pulau Rupat masih kurang memadai untuk daerah tujuan wisata, yaitu kurangnya prasarana seperti listrik yang masih menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel, jalur transportasi yang masih membutuhkan pembenahan, baik transportasi darat maupun laut, kurangnya ketersedian air bersih,dan kurangnya akomodasi seperti ketersedian tempat penginapan dan wahana yang dapat menarik wisatawan, sehingga dapat menyebabkan minat pengunjung atau wisatawan sangat rendah (Kudri, 2007) merupakan kelemahan. Ancaman yang terjadi adalah kerusakan pada keindahan pantai yang tidak adanya penanggulangan dari pemerintah terhadap erosi yang terjadi. Pembangunan pariwisata memerlukan dukungan kebijaksanaan pariwisata yang tepat, yang mampu menjadi pijakan dan panduan bagi tindakan strategi di masa mendatang. Hal ini penting bagi pembangunan pariwisata yung berkelanjutan ( Suwantoro, 2010). Untuk itu dilakukan analisa bagaimana bentuk peningkatan infrastruktur dalam kebijakan pengembangan potensi pariwisata pesisir Bengkalis?. Dengan menggunakan dinamika sistem dibentuk suatu model yang dapat mewakili kondisi nyata pada daerah wisatawan yang akan dikembangkan. Sehingga pemerintah dapat mempertimbangkan rencana kebijakan pengembangan potensi pariwisata pantai Kabupaten Bengkalis. 2. Metodologi Penelitian. Pada bab ini akan menjelaskan langkahlangkah dalam melakukan penelitian. Langkah-langkah ini digunakan sebagai acuan dalam penelitian agar dapat berjalan 2
sesuai dengan tujuan penelitian. Langkahlangkah penilitian dibagi menjadi 3 tahap yaitu, 1. Tahap Awal Tahap awal dibagi menjadi beberapa langkah. a. Langkah pertama adalah mengidentifikasi permasalahan yang terjadi. Permasalahan yang terjadi adalah kurangnya pengupayaan dan pemaksimalan infrastruktur untuk mendukung potensi wisata pantai di daerah Rupat Utara. Pemerintah Kabupaten Bengkalis telah menetapkan pulau Rupat sebagai pusat pariwisata di Riau, terbukti dengan master plan pengembangan kawasan wisata pulau Rupat, dengan tujuan membangun rupat sebagai pintu gerbang menuju Riau. Dalam kondisi sebenarnya, belum adanya upaya tersebut. b. Penelitian ini mengangkat permasalahan bagaimana bentuk peningkatan infrastruktur dalam kebijakan pengembangan potensi pariwisata pesisir?. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk peningkatan infrastruktur yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan pemerintah daerah dan upaya perbaikan lingkungan dalam kebijakan pengembangan potensi pariwisata pesisir. c. Penelitian didukung dengan studi bahan dan literature yang ditujukan untuk mempelajari permasalahan yang ada. Studi bahan dan literatur yang dimaksud adalah mengenai pantai dan kerusakan pantai seperti abrasi atau erosi dan dampaknya, kemudian bentuk pengembangan potensi
pariwisata pesisir, peningkatan ekonomi pesisir dan peningkatan anggaran pendapatan daerah, dan software (perangkat lunak) yang digunakan pada penelitian ini yaitu dinamika sistem. d. Pengumpulan data didapat dari beberapa instansi di Kabupaten Bengkalis, yaitu Dinas Pariwisata dan Olahraga, Dinas kelautan, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (bappeda), dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis, yaitu berupa data profil kecamatan Rupat Utara,Kecamatan Rupat Utara dalam angka, fasilitas sarana dan prasaran wisata Rupat Utara, dan master plan rencana pengembangan pulau Rupat. 2. Tahap Pemodelan Tahap pemodelan merupakan tahap kedua, tahap pemodelan terdiri atas tiga bagian. a. Konseptualisasi model dan formulasi Penyusunan Model simulasi diawali dengan pembuatan causal loops diagram. Penyusunan causal loop dilakukan untuk mengetahui struktur umpan-balik antar variabel sebagai hubungan logis sebab-akibat. Dengan perkataan lain, suatu struktur umpanbalik adalah suatu causal loop (lingkar sebab-akibat). Dengan berdasar pada konseptualisasi model yang telah dibuat, kemudian diformulasikan secara matematis hubungan-hubungan antar variabel tersebut sesuai stocks dan flows. Tahap formulasi model dinamik merupakan penyusunan model dalam software simulasi yaitu Stella. Tahap ini meliputi langkah-langkah terkait dengan penggambaran model secara metodologis yang digunakan untuk me-replikasi permasalahan dari 3
sistem pengembangan wisata Pulau Rupat. b. Simulasi, validasi dan penyusunan skenario Simulasi dilakukan untuk mengetahui secara logika sebuah sistem ini dapat dikatakan benar atau vallidasi sebuah sistem yang telah dibangun. Penyusunan skenario adalah penyusunan rencana pengembangan yang baik dalam sebuah sistem sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Jika dalam sebuah sistem ada terdapat kesalahan dan penyimpangan hasil validasi maka dilakukan konseptualisasi model ulang. 3. Tahap Akhir Tahap akhir merupakan tahap ketiga yang terdiri atas dua bagian, yaitu : a. Analisa Analisa dilakukan untuk mengetahui hasil dari sebuah sistem yang dibangun berdasarkan data yang telah dibentuk dalam rangkaian variabel. Analisa yang dilakukan adalah perbandingan antara pemodelan kondisi sebenarnya (existing) dan scenario yang akan dikembangkan.
model pengembangan wisata Pulau Rupat, ditentukan terlebih dahulu variabel– variabel model dasar yang memiliki hubungan dengan informasi tersebut. Variabel – variabel yang digunakan pada model berasal dari data kondisi sebenarnya (existing) dan master plan pengembangan kawasan wisata Pulau Rupat. Identifikasi variabel awal pembangun model dapat dilihat pada Tabel 4.1 No
Variabel
Keterangan
Panjang pantai tererosi
Panjang pantai yang tererosi didaerah penelitian, yaitu : Tanjung Medang, Teluk Rhu, Tanjung Punak, dan Makeruh.
Pantai 1
Infrastruktur 1
Pengunjung
Banyaknya wisatawan yang mendatangi daerah wisata, jumlah pengunjung awal adalah 5000 2 Investasi Besarnya (persen %) investasi dari investor dalam bentuk bangunan 3 Jumlah Jumlah bangunan yang bangunan akan dibangun dalam master plan pengembangan wisata Pulau Rupat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 1
Pajak
2
Cost upaya perbaikan
b. Kesimpulan Dari hasil analisa yang diperoleh maka dapat diambil kesimpulan dan saran.
3. Analisa data dan pembahasan. Identifikasi model Pada tahap ini, dilakukan identifikasi semua variabel yang memberi pengaruh pada pengembangan obyek wisata Pulau Rupat. Dalam melakukan pendekatan
Salah satu sumber PAD yang dapat meningkatkan ekonomi daerah yaitu pajak bumi dan bangunan, dan pajak perhotelan Besarnya biaya yang dianggarkan pemerintah dalam upaya perbaikan, baik perbaikan prasarana dan perbaikan pantai
Causal Loop diagram Penyusunan variabel – variabel yang sudah dipaparkan pada Tabel 4.1 diatas untuk membentuk Causal Loop diagram, dimana penyusunan diagram digunakan untuk 4
menentukan sebab akibat dengan menghubungkan keterkaitan suatu variabel dengan variabel lainya untuk mengetahui seberapa jauh pengaruhnya. Causal Loop Diagram
Sektor Infrastruktur PAD
Inf rastruktur
Upay a perbaikan pantai
Pengunjung Pengunjung
keindahan
Laju wisatawan Inv estasi Pajak
Penambahan Pengunjung
Besar Inv estasi
Laju Inv estas
Panjang pantai tererosi
Target inv estaasi
Jumlah bangunan
Pengurangan pengunjung
inv estasi
Keindahan pantai
Upy a prbaikan darat
Gambar 4.1 Causal loop diagram Kondisi sebenarnya
Prasarana
Transportasi Darat
Fasilitas Umum
upay a perbaikan laut Transportasi Laut
Sektor Pantai
Upay a perbaiakan Falitas Umum
Panjang pantai yang tererosi adalah 11.000 m terdiri dari 4 desa, yaitu Tanjung Punak, Teluk Rhu, Tanjung Medang, Makeruh. Belum adanya upaya dari pemerintah untuk menanggulangi erosi tersebut. Keindahan yang dimaksud adalah variabel yang menilai apakah pantai masih dalam kondisi tererosi atau sudah ada penanggulangannya.
Gambar 4.3 Model sektor infrastruktur
Tabel 4.3 Formulasi sektor infrastruktur
Pantai
Keindahan
Panjang Pantai tererosi
Upay a perbaikan
Cost upay a perbaikan pantai
Gambar 4.2 Model sektor pantai Tabel 4.2 Formulasi sektor pantai
Terdiri dari laju wisatawan yang dipengaruhi oleh keindahan dan ketersedian prasarana. Laju wisatawan mempengaruhi besarnya investasi dan
5
pengunjung. Jumlah pengunjung adalah sebesar 5000 jiwa.
awal
Sektor APBD Pendapatan Asli Daerah yang terdiri atas pajak bumi dan bangunan . Jumlah pada kondisi sebenarnya hanya terdiri dari 4 bangunan, yaitu 2 wisma dan 2 restoran. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
PAD
Harga Jual Bangunan perM2 Pemasukan
Gambar 4.5 Verifikasi model dan satuan sistem
Nilai Jual bangunan kena pajak
Validasi model PBB restoran Nilai Kena PBB restoran
PBB wisma
Luas bangunan restoran
Nilai Kena PBB wisma Nilai PBB Jumlah Restoran
Luas bagunan wisma Jumlah wisma
Berfungsi untuk membuktikan secara menyeluruh memenuhi pembuatan model dan mempresentasikan sistem nyata.
model tujuan dapat
E = |(S – A )/ A| Gambar 4.4 Model sektor APBD
Dengan : A = Data Aktual S = Data hasil simulasi
Tabel 4.4 Formulasi sektor APBD
E = variasi error antara aktual dan data simulasi, E < 0.1
Verifikasi dan validasi model
Nilai jual bangunan adalah Rp 800.000. Nilai suatu bangunan tidak kena pajak adalah sebesar Rp 2.000.000. Luas 2 bangunan 50 m jumlah bangunan 4 unit. Persentase nilai jual kena pajak adalah 20% dan tarif pajak sebesar 0.5 %. Besarnya Pajak bumi dan bangunan yang diterima adalah
Verifikasi model
1. Nilai Jual bangunan
Memeriksa formulasi (equations) dan memeriksa unit (satuan). Jika sudah tidak ada error maka akan muncul “ all units within your model appear to be consistent.
: luas bangunan x nilai jual bangunan : 50 x 800.000
= Rp 40.000.000
Batas nilai jual bangunan tidak kena pajak Nilai Jual bangunan dikurangi 6
dengan : Rp 2.000.000 maka nilai jual bangunan kena pajak: Rp 38.000.000
1: Pengunjung 1:
5000 1
1
2. Besarnya Pajak Bumi dan bangunan 1:
3000
1
: 0.005 x 0.2 x 38.000.000 : Rp 38.000
1
1:
1000 0.00
30.00
Page 1
60.00 Months
90.00 120.00 10:40 PM Tue, Jan 17, 2012
Untitled
3. Jumlah bangunan 4 unit Gambar 4.6 Grafik peningkatan pengunjung
: 4 x 38.000 = Rp 152.000 Nilai besarnya pajak bumi dan bangunan untuk 1 bangunan yang tertera sesuai dengan kondisi sebenarnya adalah 38.000 dalam 1 tahun. Maka Pajak Bumi dan bangunan untuk total bangunan yang ada pada kondisi sebenarnya 4 unit adalah Rp 152.000 /tahun
Tabel 4.6 Peningkatan pengunjung
Tabel 4.5 validasi model
•
Simulasi •
Sektor pantai
Belum adanya upaya perbaikan maka panjang pantai yang tererosi masih tetap 11000 m dan nilai keindahan adalah 0 karena belum adanya upaya penanggulangan tersebut.
Sektor APBD
Penambahan Pendapatan Asli Daerah (PAD) didapat masih kecil karena jumlah bangunan yang tersedia juga kurang dan tidak terjadi penurunan karena tidak adanya upaya untuk perbaikan prasarana dan membangun pelindung pantai. 1: PAD 1:
2000000
1:
1000000
1
1
•
Sektor infrastruktur
Semakin menurunnya pengunjung pertahunnya karena pengaruh belum adanya upaya perbaikan pada prasarana pendukung wisata dan pelindung pantai. Dan nilai investasi juga masih nol karena belum adanya investor yang menanamkan modal.
1
1:
0
1 0.00
Page 1
30.00
60.00 Months
90.00 120.00 10:40 PM Tue, Jan 17, 2012
Untitled
Gambar 4.7 Grafik peningkatan PAD
7
Tabel 4.7 Peningkatan PAD
yaitu 960 meter dengan waktu 6 bulan dengan anggaran Rp 15,8999 miliar. Selesai pembangunan selama 69 bulan •
Skenario kebijakan •
Pembangunan pelindung pantai. 1: Panjang Pantai tererosi
1:
20000
1:
10000
a. Perbaikan dan membangun prasarana sesuai dengan master plan pengembangan wisata Pulau Rupat. Membangun terminal transportasi laut selama 3 tahun dengan biaya Rp 80 miliar, membangun bandara international Rp 3.606 triliun dengan masa pembangunan 5 tahun, perbaikan jalur darat, sumber air bersih, listrik , komunikasi dan fasilitas umum lainnya sebesar Rp 100 miliar.
1
1
1:
Perbaikan pada prasarana
0 0.00
40.00
Page 1
1 80.00 Months
1 120.00 160.00 10:57 PM Tue, Jan 17, 2012
Untitled
Gambar 4.8 Penyelesaian bangunan pelindung pantai Tabel 4.8 Penyelesaian bangunan pelindung pantai Panjang pantai tererosi (meter) 0 11000 12 9080 24 7160 36 5240 48 3320 60 1400 72 0 84 0 96 0 108 0 120 0 Berfungsi agar pantai tidak semakin rusak dan pengunjung dapat menikmati obyek wisata yang ditawarkan. Bangunan pelindung pantai dibangun secara bertahap Bulan
b. Perbedaan dengan skenario A adalah tidak dilakukan pembangunan bandara international pada tahap awal perencanaan akan tetapi akan dibangun setelah 5 tahun berjalannya wisata. Pembangunan bandara dilakukan karena pemerintah ingin menjadikan Pulau Rupat sebagai wisata international dan juga letaknya strategis karena berada pada alur pelayaran international dan berada pada kawasan segitiga pertumbuhan ekonomi Indonesia-MalaysiaSingapure dan Indonesia-MalaysiaThailand. •
Pembangunan sarana infrastruktur
Disesuaikan dengan perencanaan master plan pengembangan wisata Pulau Rupat. Dalam master plan telah diberikan luasan daerah untuk beberapa fasiliatas untuk wisata,yaitu, resort eko bahari merupakan resort yang memanfaatkan pemandangan alam, luasan daerah resort eko bahari adalah 2.758.000 m2 dengan total bangunan 57.458 unit. Resort yang lebih 8
penyelesaian bangunan pada bulan ke 100 atau sekitar 8.33 tahun.Pada tahap ini peningkatan bangunan dan masa penyelesaian bangunan disesuaikan skenario perbaikan prasarana B atau simulasi B. besarnya invesatasi tiap tahun rata-rata hanya 8 % pada tahun kelima dimana adanya pembangunan bandara akan meningkat sebesar 12 %. Dari grafik dan tabel dapat diketahui pembangunan selesai hingga bulan ke 119 atau sekitar 9.9 tahun.
mewakili suasana pribadi dengan luasan daerah 21.540.000 m2 dengan total bangunan 285.568 unit, dan cottage merupakan rumah dengan gaya pedesaan memiliki laus daerah 1.030.000 m2 dengan total bangunan 4.752 unit. a. Peningkatan bangunan yang dibangun sangat berpengaruh terhadap besarnya investasi. Merupakan hasil dari Simulasi A yang menyesuaikan kondisi master plan perencanaan pengembangan kawasan wisata Pulau Rupat. 1: Jumlah bangunan cottage 1: 2: 3:
2: Jumlah bangunan REB
3: Jumlah Resort
5000 60000 300000
2
1: Jumlah bangunan cottage 1: 2: 3:
2: Jumlah bangunan REB
3: Jumlah Resort
5000 60000 300000 3
3
2
1
1
3 2
1: 2: 3:
1 1: 2: 3:
2500 30000 150000
3
2500 30000 150000
2 1
3 2
2
1
3 1: 2: 3:
0 0 0
1: 2: 3:
2 1 0.00
Page 1
30.00
3
1
60.00 Months
90.00 120.00 8:52 PM Sun, Jan 15, 2012
Untitled
Gambar 4.8 Grafik peningkatan jumlah bangunan skenario A Tabel 4.8 Peningkatan jumlah bangunan skenario
0 0 0
2 0.00
Page 1
3
1 30.00
60.00 Months
90.00 120.00 6:45 PM Mon, Jan 16, 2012
Untitled
Gambar 4.9 Grafik peningkatan jumlah bangunan skenario B
Tabel 4.9 Peningkatan jumlah bangunan skenario B
Besarnya investasi tiap tahun adalah 12 % hingga jumlah bengunan akan konstan sesuai dengan perhitungan dalam perencanaan master plan. Dari grafik dan tabel dapat dilihat 9
Analisa hasil simulasi
1: PAD 1:
•
5.5e+012
Analisa terbagi menjadi 2
a. Simulasi A 1
Peningkatan pengunjung dalam 1 tahun sebesar 11% atau sekitar 565 wisatawan dan setelah tahun ke 5 meningkat sebesar 50 % pertahun.
1:
3e+012
1 1
1: 1:
1
5e+011 0.00
1: Pengunjung 200000
Page 1
30.00
60.00 Months
90.00 120.00 1:54 PM Wed, Jan 18, 2012
Untitled
1:
Gambar 4.11 Grafik peningkatan PAD skenario A
100000
1
1:
0
1 0.00
Page 1
1 30.00
1 60.00 Months
Tabel 4.11 peningkatan skenario A
90.00 120.00 11:09 PM Tue, Jan 17, 2012
Untitled
Gambar 4.10 Grafik peningkatan pengunjung skenario A Tabel 4.10 Peningkatan pengunjung skenario A
Bulan
PAD (miliar)
0 12 24 36 48 60 72 84 96 108 120
3,540.27 2,976.63 2,379.64 1,810.43 1,190.59 681.35 708.36 1,173.41 1,885.81 2,994.97 4,743.53
b. Simulasi B
Pendapatan Asli Daerah, dapat dilihat dari grafik dan tabel beberapa tahun diawal terjadi penurunan sebesar 15% atau Rp 563 miliar hingga tahun kelima atau bulan ke 60. Seteleh itu terjadi peningkatan sebesar 3% atau Rp 27 miliar hingga 60 % atau Rp 712 miliar. Pada bulan 120 mendapat keunutungan 33 % dari anggaran awal yaitu sebesar Rp 1,200 triliun.
Merupakan skenario B yang membangun bandara international pada tahun ke lima setalah berjalannya wisata. Untuk tarif awal sebelum menjadi wisata international adalah tarif resort Rp 490.000, tarif resort eko bahari Rp 635.250 dan tarif cottage Rp 135.000 dengan fasilitas disesuaikan dengan master plan.
10
1: Pengunjung 1:
110000
1:
55000
1: PAD 1:
5.5e+012
1:
3.5e+012
1 1
1
1 1: Page 1
1
1
0.00
40.00
1
0 80.00 Months
120.00 160.00 11:39 PM Tue, Jan 17, 2012
1
Untitled
1.5e+012
1:
0.00
Gambar 4.12 Grafik peningkatan pengunjung skenario B
40.00
Page 1
80.00 Months
120.00 160.00 2:05 PM Wed, Jan 18, 2012
Untitled
Gambar 4.13 Grafik peningkatan PAD skenario B
Tabel 4.12 Peningkatan pengunjung skenario B
Tabel 4.13 Peningkatan PAD skenario B
Pendapatan asli daerah pada skenario B. didapat dari grafik beberapa tahun peningkatan sebesar 2 % atau Rp 75 miliar pada bulan ke 60 terjadi penurunan sebesar 13% atau Rp 508 miliar karena digunakan untuk membangun bandara. Untuk kembali pada anggaran APBD awal hanya membutuhkan waktu 36 bulan atau 3 tahun terhitung dari bulan ke 120 dan mendapatkan hasil keuntungan sebesar 13 % atau Rp 464 miliar.
5. Kesimpulan •
Kesimpulan
a. Pembangunan bangunan pelindung pantai memakan waktu selama 69 bulan atau 5.75 tahun dengan memakan dana sebesar Rp 182 miliar b. Pengembangan infrastruktur yang tepat adalah skenario B karena keuntungan pendapatan pada skenario ini sebesar 13 % dari APBD awal atau Rp 464 miliar setelah dilakukannya pembangunan bandara international dan besarnya keuntungan tersebut 11
didapat setelah 36 bulan atau 3 tahun dari selesainya pembangunan bandara. Tingkat pengunjung pada skenario B juga besar pada awal pembangunan hanya 11% hingga setelah terbangunnya bandara international lonjakan wisatawan menjadi 66% atau sebesar 9800 wisatawan. Sedangkan skenario A untuk mendapatkan keuntungan membutuhkan waktu selama 60 bulan atau 5 tahun dengan keuntungan sebesar 33 % atau sebesar Rp 1.200 miliar c. Master plan pengembangan wisata Pulau Ruapt memberikan peluang usaha kepada 9.057 kepala keluarga dengan memberikan lahan tanaman organik sebagai usaha dan juga dapat menarik wisatawan memberikan keuntungan sebesar Rp 5 juta perkepala keluarga. d. Model dinamika sistem dapat digunakan dalam perencanaan pengembangan potensi wisata di Pulau Rupat dengan memperhatikan lajunya wisatawan pertahun dan besarnya investasi pada daerah pengembangan. •
Saran
a. Menggunakan promosi obyek wisata sebagai salah satu variabel yang digunakan dalam model dinamika sistem sebagai upaya peningkatan daya tarik wisatawan. b. Tambahkan variabel-variabel yang berkaitan pada sektor pantai agar hasil lebih maksimal dan dapat mempengaruhi perkembangan jumlah wisatawan. c. Gunakan variabel lingkungan sebagai dampak dari peningkatan jumlah
pengunjung yang dapat mempengaruhi masa perencanaan pembangunan dan dapat mempengaruhi laju pengunjung setiap tahunnya.
REFERENSI
Anonym."AGRAPANA GUEST HOTEL”http://www.yogyes.com/en /yogyakarta-vacationrentals/agrapana-guest-house/, (Diakses pada 4 Januari 2012). Anonym.” Griya Nalendra Guest HouseHotel Bergaya Jawa Manis di Lokasi Strategis”.http://www.yogyes.com/i d/yogyakartahotel/budget/griyanale ndra/,(Diakses5Januari 2012). Anonym.”Hotel Batik Yogyakarta-Hotel di Malioboro dengan atmosfer Tradisional Jawa yang Kental”. http://www.yogyes.com/id/yogyakar ta-hotel/star/hotel-batikyogyakarta/, (Diakses 4 Januari 2012). Anonym."Profil Balai Wilayah Sungai Bali-Indonesia". http:// www.pu.go.id/ satminkal/dit_ sda/profil%20balai/bws/ profilebalaibalipenida.pdf. Anonym."Ramada Resort Benoa Nusa Dua Bali". http:// www.hotelmurahbali.com /hotel_murah_dinusadua5 /ramada_resort_benoa.html.(Diakse s pada 3 Janiari 2012). Anonym."Taman Ayu Cottages" http:// www.akomodasi .net/detilhotel/24/Taman_Ayu_Cott ages/,(Diakses pada 3 januari 2012). Anonym."Welcome to Hotel Aston Bali (star 4)". http://astonbali.hargahotelbali.com/ , (Diakses pada 5 Januari 2012). Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis, 2010. Kabupaten Bengkalis Dalam Angka. Badan
12
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bengkalis. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis, 2010. Kecamatan Rupat Utara Dalam Angka. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bengkalis. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis, 2010. Kecamatan Rupat Dalam Angka. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bengkalis. Chen. 2004. “Decision Support System For Tourism Development : System Dynamics Approach”. The Journal of Computer Information Systems. Coyle, R.G., (1995). Systems Dynamic Modelling. Chapman&Hall. London Dumai.”Pembangunan Pelabuhan Penumpang Kota Dumai Selesai Agustus”. http://www.mediaindonesia.com/rea d/2011/07/22/244124/126/101/Pem bangunan-Pelabuhan-PenumpangKota-Dumai-SelesaiAgustus.(Diakses pada 4 november 2011). Ismayanti. 2010. Pengantar pariwisata. Jakarta : PT Grasindo Kudri, M. 2007. Studi Kebutuhan Pengembangan Komponen Wisata Di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis. Semarang : Universitas Diponegoro. Muljadi, A.J. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada Peraturan Daerah Kabupaten Bengkalis Nomor 42, 2001. Pajak Hotel. Bupati Bengkalis. Peraturan Daerah Kabupaten Bengkalis Nomor 43, 2001. Pajak Restoran. Bupati Bengkalis. Sihotang.“Pemkab Bengkalis Bangun Daerah Tertinggal”.http://www.bisnissumatra.com/index.php/2011/03/pe mkab-bengkalis-bangun-daerah
tertinggal/, (diakses pada 5 januari 2012). Sondakh, A. 2010. Perkembangan Pariwisata Indonesia. Jakarta Pusat : Kesaint Blanc. Sondakh, A. 2010. Pesona Pariwisata Indonesia. Jakarta Pusat : Kesaint Blanc. Sondakh, A. 2010. Masa Depan Pariwisata Indonesia. Jakarta Pusat : Kesaint Blanc. Suwantoro, G. 2010. Dasar – dasar Pariwisata. Penerbit ANDI, Yogyakarta Tarigan, R. 2009. Ekonomi Regional. Jakarta : PT Bumi Aksara Triatmodjo,B.1999. Teknik Pantai.Yogyakarta: Beta offset Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekoswisata Pesisir dan Laut. Surabaya : Brilian International. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Jakarta. Presiden Republik Indonesia Undang-Undangn Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. Wikipedia.“Bandar Udara Internasional Kuala Namu “ http://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_ Udara_Internasional_ Kuala_Namu, (Diakses pada 4 januari 2012).
13