Media Komunikasi Paroki St. Stefanus, Cilandak - Jakarta Selatan
131Th.XIII
#
Juli 2015
Anak sebagai Persembahan Gereja Agu 16 Toing Titong
Adalah 32 Anak Berkat dan Persembahan
Hati 46 Berkeras Karena Luka Batin
BERNYANYI adalah bagian dari kecintaan kami pada sebuah pelayanan. Gereja St. Stefanus Cilandak adalah tempat kami mengabdikan diri menjadi bagian dari karya kasih kami. Terlahir di kapel sederhana Keluarga Nazareth Kampung Pulo dari gejolak Muda Mudi Katolik St. Athanasius 9 November 2004 kami tumbuh menjadi Paduan Suara yang tak berhenti bernyanyi untuk Tuhan. Sudah saatnya kami bersyukur dan berterima kasih atas cinta mereka kepada kami dengan memberikan nyanyian terindah kami untuk Hati Kudus Yesus. Salam SERAPHIM
DAFTAR ISI SEPUTAR PAROKI 5 : Charity Christmas Concert 6 : Galang Dana Lewat Alunan Saksofon Didiek SSS & Suara Merdu Uskup Agung Palembang 10: Sparing Basket OMK 11: Belajar, Bermain dan Berdoa 14: Sparing Futsal OMK 15: Bakti Sosial Donor Darah 30: Lomba Paduan Suara Tingkat Dekenat Jakarta Selatan
20
PROFIL
ORBITAN UTAMA 25: Peran ORANGTUA dalam Persembahan BUAH KASIHnya kepada GEREJA 35: OPINI Apa Kriteria-Kriteria Sebuah Kegiatan Gereja yang dapat Diminati? ORBITAN LEPAS 37: Hidup Hemat 41: Skala Prioritas 44: Gerbang Surga
“Bukti Bakti Kami Bagi Gereja”
18
SEPUTAR PAROKI
50: SANTO SANTA, Brigitta 51: CERPEN, Pesan Terakhir bagian 1 57: POJOK KOMSOS Misa Ekaristi Kolintang
58: CFJ 60: TUNAS STEFANUS & ONGKOS CETAK, Bina Iman Stefanus
37
POTRET GEREJA
61: MENGGAMBAR & MEWARNAI Cita-Citaku dan Talenta 63: DANA PAROKI, Juni 2015 Kembali ke RUMAH
4. KERLING
“Ma, gue mau menjadi Pastor. BOLEH KAGAK?” Seandainya tiba-tiba anak kita bertanya seperti itu, apa yang menjadi reaksi kita? Reaksi kita selaku orang tua akan menjadi ujian bagi kita untuk menghayati apa yang disebut dengan kata persembahan. Kata persembahan ini menjadi pilihan untuk digali, direnungkan, dan kemudian disajikan dalam MediaPass. Mempersembahkan anak untuk bekerja di kebun anggur Tuhan, merupakan salah satu bentuk perwujudan iman. Bahkan menjadi bentuk perwujudan yang mendasar sebagaimana kita bisa berkaca dari Bapa Abraham, Bapa iman bagi kita semua. Bapa Abraham rela mempersembahkan anaknya sebagai korban sebagaimana Allah telah memintanya. Keikhlasannya yang tulus mempersembahkan anaknya menjadi bukti dan sekaligus dasar fondasi yang mengubah hidup Abraham dan semua keturunannya. Di dalam kehidupan kita, kita dihadapkan kepada tantangan. Bagaimana kita membimbing, mendukung dan merelakan anak-anak kita untuk menjadi alat-alat bagi saluran rahmat Tuhan? Iman kita sebagai orang tua, menjadi hidup dan mewujud nyata, jika kita mampu mempersembahkan anak-anak kita sebagaimana telah dicontohkan oleh Abraham. Tentunya, tidak harus mengarahkan anak kepada panggilan hidup membiara dan imamat, tetapi bisa terlibat secara aktif dalam kehidupan menggereja. Intinya, yaitu menyiapkan anak untuk lebih beriman dan bersedia menjadi saksi Kristus di segala bidang kehidupan. Untuk menghayati makna persembahan ini, sebetulnya kita bisa bertanya, siapakah anak-anak kita itu? Darimanakah kita mendapatkan anak-anak kita? Bila kita bisa sampai kepada penghayatan bahwa anak-anak kita itu hanyalah titipan Tuhan dan anakanak itu adalah anugerah Tuhan, maka tidaklah sulit bagi kita untuk mempersembahkan anak-anak kepada Tuhan, karena Dialah yang empunya; dari Dialah anak-anak itu ada dan berasal. Semoga edisi ini mampu membantu permenungan dan memberikan persembahan yang hidup dan berkenan bagi Allah.*** Pimpinan: A. Setyo Listiantyo Creative Design: Agung E. W, Yohanes Triasputro B, Benny Arvian, Redaksi: Paulus Sihombing, Adiya W. S, Constantine J. N, Kornelius Jemada, Felicia Nediva, Agung Pradata, Veronica Putri Larosa Liputan/Artikel : redaksimediapass@ yahoo.com/
[email protected]/081328130513 Facebook:
[email protected] Iklan & Donasi : Dian Wiardi (0818 183 419) No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso Penerbitan Majalah MediaPASS dibawah perlindungan Dewan Paroki St. Stefanus Cilandak melalui Seksi Komunikasi Sosial Ketua Dewan Paroki: Antonius Sumardi, SCJ Penasehat KOMSOS: Dauddy Bahar Ketua Seksi KOMSOS: Agustinus Sonny Prakoso Sekretaris: Alberta S. Listiantrianti Bendahara: Dian Wiardi Koord. Unit Kerja: A. Setyo Listiantyo Koord. Unit Media: Dian Wiardi Koord. Unit Teknologi Informasi (IT): Sukiahwati Hartanto Web Page: www.st-stefanus.or.id Email:
[email protected] twitter: @ ParokiStefanus Redaktur: Sukiahwati Hartanto Programmer: Yorren Handoko Administrator: Patricia Utaminingtyas, Dian Wiardi, Sukiahwati Hartanto, Irene, Susan J Warta Paroki: Dian Wiardi, Yohanes Ledo Radio/Video/TV: Yohanes Triasputro B, Benny Arvian Mading : Kornelius Jemada Facebook : Constantine J. N Twiter: Susan J, Irene
Untuk menggalang dana dalam rangka penyelesaian pembangunan Rumah Induk dan Biara bagi para imam dan
Paroki St. Stefanus Cilandak akan mempersembahkan A Christmas Music Journey dengan menampilkan Seraphim Choir bersama Jakarta Concert Orchestra, konduktor oleh Avip Priatna dan didukung Mike Mohede, Henny Janawati, Ari Wibowo dan Ardian Ichsan (Violis). Acara ini akan selenggarakan pada Sabtu 29 November 2015 bertempat di Aula Simfoni Jakarta-Kemayoran. Donasi dan Sponsorship bruder SCJ di Palembang, Dengan bangga
dapat menghubungi Ruth Amelia (P) 0812 8299 1282 atau Gunadi Sugiharso (P) 0816 707 045.
6. SEPUTAR PAROKI
Galang Dana Lewat Alunan Saksofon Didiek SSS & Suara Merdu Uskup Agung Palembang Gala Dinner Pembangunan Rumah Propinsialat SCJ
ALUNAN
lagu Ave Maria, yang dipersembahkan saksofonis Aloysius Didiek SSS dengan posisi berlutut di depan patung Bunda Maria, bagai menyihir seisi Grand Ballroom Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Jumat malam, 12 Juni 2015. Acara yang diadakan bertepatan dengan Perayaan Hati Kudus Yesus itu menandai dibukanya acara Gala Dinner dalam rangka penggalangan dana untuk pembangunan Rumah Propinsialat SCJ Indonesia di Palembang, Sumatera Selatan. Sorot lampu yang difokuskan ke arah patung Bunda Maria makin memperjelas beningnya suara saksofon Didiek yang kian melengking tinggi di pertengahan lagu, hingga akhirnya patung Santo Yosef yang menggendong Kanak-kanak Yesus di sebelah patung Sang Bunda pun disoroti lampu dan seluruh ruangan terang kembali. Tepuk tangan hadirin pun menggema di seantero ruangan. Tepuk tangan meriah menyeruak kembali dari para tamu saat putri sulung Didiek, Benedicta Lourdes Callista SSS alias Callis-
Aloysius Didiek SSS memainkan Saksofon di depan patung Bunda Maria
ta Lourdes (8 tahun), mendemokan kepekaan telinganya menebak nada piano yang dipilih tamu secara acak dan nada suara teriakan. Berduet dengan ayahnya yang bersaksofon, “bocah ajaib” itu meniup flute-nya dengan lancar, memainkan lagu Sentuh Hatiku, juga bernyanyi dengan suara kekanakannya yang merdu.
Benedicta Lourdes Callista SSS anak Didiek SSS memainkan Flute
Setelah Lisa A. Riyanto menyanyikan lagu Tuhanlah Gembalaku dan Somewhere Over The Rainbow, MC Fanny Rahmasari memanggil
7
“boyband fenomenal”, yaitu paduan suara oleh 11 romo yang hadir malam itu. Diiringi full orchestra dari Didiek SSS Band dan petikan gitar oleh Kepala Stasi Halim Perdanakusuma, Romo Bernardus Hari Susanto, Pr, mereka kompak menyanyikan lagu Betapa Hatiku dan Seperti yang Kauingini, dikonduktori dan diselingi oleh saksofon Didiek. Paduan Suara oleh 11 orang Romo
Terharu "Saya dalam keadaan terharu." Itulah kalimat pertama yang diucapkan Uskup Agung Palembang, Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ, seusai mendengarkan suara para romo tersebut. Mantan Propinsial SCJ itu mengucapkan terima kasih atas perhatian tulus para tamu seraya menyampaikan pentingnya rumah induk SCJ yang baru untuk menggantikan biara lama yang sudah tidak memadai sebagai tempat tinggal romo propinsial dan kantor, juga tempat singgah para biarawan SCJ yang kini tersebar di 40 negara. Beliau mengatakan sangat mendukung usaha Panitia mengadakan penggalangan dana untuk membantu pembangunan
Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ bernyanyi bersama Didiek SSS
tersebut. Di akhir sambutannya, Bapak Uskup meneruskan sebuah pesan yang berbunyi: "Jadilah gembala yang ‘berbau’ domba.” Artinya, jadilah gembala yang dekat dengan umat, yang benar-benar mengayomi umatnya. Sebelumnya, Superior Propinsial, Romo Andreas Madya Sriyanto, SCJ menyampaikan sejarah kongregasi yang didirikan Pater Leo Dehon (1843–1925) pada 1878 di Saint-Quentin, Prancis itu. “SCJ itu apa?” tanya Romo Madya setengah berseloroh. “Ada yang mengatakan, SJ yang kelas C. Tapi, sebenarnya bukan. SCJ adalah SJ yang mempunyai C. C itu adalah cor, hati.” Dijelaskan beliau, Misi SCJ (Congregatio Sacerdotum a Sacro Corde Jesu) atau Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus di Indonesia diawali di daerah Tanjungsakti, Sumatera Selatan, pada 1924, yang 10 tahun lalu menjadi Keuskupan Agung Palembang. Dalam sejarah misionarisnya, di zaman perang kemerdekaan Indonesia, ada 11 pastor SCJ tewas di kamp tahanan di Mun-
8
tok, Sumatera Utara. Mereka dimakamkan di Pemakaman Kerkof, Cimahi dan setiap tahun diberikan penghormatan kepada mereka.
Timothy Sutarto Hartono. Peletakan batu pertama bagi pembangunan Rumah Propinsialat yang terletak di Jl. Soak Permai, Kel. Sukaraja, Kec. Sukarami, Palembang, itu sudah dilakukan Romo Madya pada 22 November 2014. Suasana Gala Dinner
Romo Andreas Madya Sriyanto SCJ menyampaikan sejarah kongregasi SCJ
SCJ—yang berpegang pada ajaran Romo Dehon untuk berbagi dengan mereka yang terpinggirkan oleh kemajuan zaman dan melayani dengan penuh cinta—mulai berkarya di Paroki St. Antonius Padua, Bidaracina, Jakarta, sejak 1972. Kini SCJ melayani juga di Paroki St. Stefanus, Cilandak dan Paroki St. Barnabas, Pamulang. Ketiga paroki inilah yang menggagas acara Gala Dinner malam itu, dalam kepanitiaan solid yang diketuai Wakil Ke-tua Dewan Paroki Bidaracina,
Sukses Penggalangan dana yang dikomandoi Fanny Rahmasari dan Romo Yulianus Puryanto, SCJ, terbilang sukses. Mantan kepala Paroki Bidaracina yang kini memimpin Paroki Pamulang itu, dengan gaya provokatifnya berhasil menggerakkan hati para tamu—yang sebagian besar adalah (eks) umatnya—untuk “menyawer” bagi suara merdu Uskup Sudarso, hingga terkumpul donasi akumulatif sebesar Rp 420 juta. Lagu Italia berjudul Che Sara pun dinyanyikan Uskup dengan fasih dan sungguh merdu. Setelah itu, berduet dengan Lisa A. Riyanto, Bapak Uskup menyanyikan lagu Kasih. Pada puncak acara, dilakukan lelang cincin yang dipakai Bapak Uskup. “Lha, kalau cincinnya dilepas,
9
Bapak Uskup terus gimana? Ya, itu biar urusan Bapak Uskup sajalah, kita nggak usah mikir,” canda Romo Pur yang mengundang tawa hadirin. Fanny Rahmasari dan Romo Yulianus Puryanto, SCJ memimpin Lelang
Seperti sebelumnya, lelang tahap kedua ini pun berlangsung seru. Setiap kali Romo Pur hampir final menghitung mundur, “Lima, empat, tiga, dua, ...” ada lagi tamu yang mengangkat tangan, menaikkan nilai lelang, hingga mencapai angka tertinggi Rp 200 juta. Namun, seorang bapak (yang tidak ingin disebutkan namanya) yang memenangkan lelang tersebut menyerahkan kembali cincin berlogo SCJ itu. “Saya merasa tidak pantas memakai cincin ini, sehingga saya kembalikan saja kepada Bapak Uskup,” katanya dengan tulus. Barangkali, bapak yang budiman itu teringat “provokasi” Romo Pur sebelum lelang, yang mengatakan, “Selain menyajikan suara emasnya, beliau (Bapak Uskup—pen.) juga berkenan mempersembahkan cincinnya. Siapa yang layak mendapat-
kannya? Hanya orang yang sungguh beriman. Dan, tandanya orang beriman, yaitu... harus ada kemampuan (untuk rela) berbagi. Bapak-Ibu juga diundang untuk mempunyai hati seperti Bapak Uskup. Apabila Bapak-Ibu menyumbang dengan sukacita maka akan menjadi SCJ sesungguhnya, yaitu ‘SukaCita Jiwaku’.” Pastilah jiwa bapak tersebut sungguh bersukacita. Demikian juga hadirin dan segenap panitia yang mendapat berkat penutup dari Bapak Uskup dan sempat berfoto bersama. Belum Berakhir Selain dari hasil lelang lagu dan cincin Uskup, masih ada tambahan donasi yang diberikan umat, sejak beberapa bulan sebelum hari “H” dan selama gala dinner berlangsung, sehingga total donasi yang diperoleh sekitar Rp 1,4 miliar. Namun, SCJ masih harus berjuang keras untuk mengumpulkan dana pembangunan yang dibutuhkan, sebesar kuranglebih Rp 12,5 miliar. Untuk itu, penggalangan dana lanjutan akan dilakukan kembali oleh panitia ketiga paroki, dengan motor utama dari Paroki St. Barnabas, Pamulang. Acara yang akan digelar Minggu, 4 Oktober 2015 di Convention Hall ICE - BSD, tersebut berbentuk eksebisi dari para sponsor dan talk show
10. SEPUTAR PAROKI
Foto bersama para undangan pengisi acara
yang akan dipandu oleh Andy F. Noya (host acara Kick Andy) dengan narasumber Anne Avantie dan Merry Riana, serta bintang tamu Nugie, Didiek SSS, Callista Lourdes, dan Paduan Suara Dei Angel Voice. Penulis berita & Foto: Veronica B. Vonny (Panitia Gala Dinner dan anggota Seksi Komsos, Paroki Bidaracina)
sabtu, 11 Juli2015
Pangkalan jati foto Benny A dok MP
11. SEPUTAR PAROKI
BELAJAR, BERMAIN DAN BERDOA Wisata Rohani PPA St. Stefanus
S
Demetria Alika Putri.
enin, 22 – 26 Juni yang lalu, kami, Putra-Putri Altar (PPA) St. Stefanus mengadakan wisata rohani yang melibatkan semua keluarga besar PPA St. Stefanus. Wisata rohani merupakan acara rutin PPA St. Stefanus yang diselenggarakan setiap 2 tahun sekali. Kegiatan ini mengambil lokasi di luar kota, sembari berwisata, para PPA juga mengunjungi tempat- tempat yang merupakan bagian dari kerohanian, seperti biara seminari dan gerejagereja. Dengan maksud ada beberapa anak yang tertarik menuju ladang Tuhan dan memperluas wawasan rohani. Wisata rohani atau yang biasa kita sebut wisroh ini bertujuan juga bertujuan mempererat hubungan antar sesama PPA St. Stefanus. Perjalanan dari Jakarta, tepatnya Gereja St. Stefanus menuju lokasi kunjungan pertama yang berada di Yogyakarta, memakan waktu cukup lama, yaitu sekitar 14 jam. Dalam perjalanan menggunakan bus ini, kami saling bercanda, menonton film, dan berfoto, yang membuat kami semua merasa semakin dekat satu sama lain. Beberapa kali bus berhenti untuk memberi kesempatan kami merenggangkan badan dan menggunakan kamar kecil seperti saat kami di Cirebon, kami singgah untuk ma-
kan malam di restoran Pringsewu. Setelah menempuh perjalanan yang membuat kami tertidur di dalam bus, akhirnya pada pagi dini hari, tepatnya Selasa 23 Juni, kami tiba di Yogyakarta. Kami kemudian menuju ke Goa Pindul untuk menikmati sensasi cave tubing yang terkenal itu, lumayan untuk refreshing sehabis perjalanan berjam-jam dengan bus. Kami antusias sekali, dengan tidak sabar setelah kami dibriefing oleh kakak – kakak panitia dan petugas dari Goa Pindul, kami bergegas untuk memakai pelam-
foto PPA dok Pribadi
pung dan mengambil ban yang telah disediakan. Satu persatu dari kami mengambang di danau dengan menggunakan ban sambil menikmati pemandangan bebatuan di dalam goa dan menikmati dinginnya air. Kami saling berpegangan satu sama lain agar tidak keluar jalur. Sambil bermain – main air, kami juga mendengarkan penjelasan pe-
12
mandu tentang sejarah Goa Pindul, dan bagaimana bebatuan di goa bisa berbentuk bermacam – macam. Hal yang paling menakutkan adalah saat kami berada di dalam goa yang terdalam, sinar matahari tidak tembus sama sekali, sehingga gelapgulita dan banyak sekali kelelawar yang bertenggar tepat diatas kepala kami. Di sana juga terdapat batu loncatan untuk siapa pun yang berani melompat dari ketinggian 5 hingga 10 meter. Usai berkeliling menggunakan ban, kami semua bersih-bersih dan makan, untuk persiapan ke Wisma Salam.
oleh kami semua. Di sesi pertama, kami membuat berbagai kreativitas tangan dari sedotan, hasilnya pun sangat bermacam – macam, ada yang membuat monumen, ada juga yang membuat gereja, dan juga ada yang membuat sebuah salib. Sesi – sesi ini bertujuan memacu kreativitas dan kekompakkan setiap kelompok. Salah satu acara yang seru adalah outing atau exodus. Kami dapat bermain bersama kelompok. Ada pos mbesh bottom, mumi basah, dan pipa bocor yang membuat kami semua basah kuyup. Ada juga pos benda liturgi, jari bamboo, dan botol raffia yang membuat kami harus be-
Perjalanan dari Goa Pindul menuju Wisma Salam tidak memakan banyak waktu. Setibanya di Wisma, tersedia waktu bebas untuk kami beristirahat, bersih – bersih, dan bermain bersama yang lain. Lalu sore menjelang malam kami melanjutkan kegiatan dengan sesi – sesi yang dipimpin oleh panitia wisroh ini. Dalam tiap sesi, kami berdinamika kelompok agar kekompakkan dan kebersamaan semakin dibina dalam PPA ini. Berbagai macam permainan dijalankan dengan penuh kesenangan
nar-benar memutar otak. Menurut kami semua, yang paling seru adalah pos mumi basah, disini kelompok satu melawan yang lainnya dengan cara satu perwakilan dibalut tisu sampai seperti mumi, lalu setiap kelompok dipersenjatai balon air masing – masing untuk adu lempar balon hingga bisa mengenai sang mumi dari kelompok lain dan juga harus bisa menjaga agar mumi masing-masing tidak basah dengan menjadi penghalau balonbalon. Dalam exodus ini, apa yang dapat dipelajari adalah kerja sama
13
satu sama lain, kepercayaan akan kelompoknya sendiri, pantang menyerah dalam berusaha, mengenal dan menambah wawasan mengenai alat – alat liturgi dan yang terpenting adalah KEBERSAMAAN. Ada juga pos-pos malam yang dikhususkan untuk semakin membuat kami berkomitmen untuk melayani Tuhan di sekitar altar. Semua permainan ini merupakan kegiatan yang dapat menambah kualitas kami dalam bertugas sebagai PPA. Selain lebih mengenal alat-alat liturgi, keakraban kami juga dibina sehingga saat bertugas kami dapat kompak dan meningkatkan fokus dan konsentrasi dalam misa.
Selain itu, kami juga mengunjungi Museum Merapi. Disana kami belajar banyak hal dari pemandunya tentang pengetahuan gunung api. Kami juga menyaksikan sebuah film yang berisi sejarah meletusnya Gunung Merapi. Tujuan kunjungan kami adalah untuk memperkenalkan Gunung Merapi yang terkenal itu, yang terletak di Yogyakarta ini.
Dalam wisroh ini kami mengunjungi tempat-tempat yang bertemakan agama katolik. Dimulai dari Skolastikat, Biara Serafim, dan juga Gereja Hati Kudus Yesus yang berada di candi Ganjuran. Seminari Skolastikat merupakan seminari SCJ, ordo romo-romo paroki kita, St. Stefanus. Disana kami bernyanyi dan mengobrol bersama frater-frater yang asyik dan seru sekali. Terdapat satu frater yang berasal dari PPA kami sendiri, yaitu Fr. Angga. Biara Seraphim yang terletak di Jl. Taman Siswa ini merupakan tempat tinggal para suster FCh yang sedang studi di Yogyakarta. Disana kami berbincang-bincang dengan para suster dan melihat kapel milik biara yang sangat bagus.
Di Gereja Hati Kudus Yesus kami mengikuti perayaan Ekaristi. Disana terdapat candi Ganjuran beserta 7 mata air yang bila kita membilas dan meminum airnya, doa-doa kita semoga dapat terkabulkan.***
14
foto Benny A dok MP
15
foto Dian W dok Pribadi
Bakti Sosial
Donor
Darahma
dengan Te
DA “YANG MU O D NOR” YANG BER 28 Juni
Minggu, .30 di Gd. 09.00 – 11 ra 2015, pk. . 3. Penyelangga Leo DenhoSnosltial Ekonomi Paroki Pelayana uda - diadakan
pada hari
Orang M s. tefanu Katolik St. S
h dibantu ole
16. SEPUTAR PAROKI
TOING AGU TITONG Menasehati dan Memberi Dukungan dalam Doa Dian W
Uskup Datus Lega, (Uskup Keuskupan ManokwariSorong) memberikan homili dalam Misa Requiem Konselebrasi, foto Dian W dok Pribadi
“
Bapak Ben memang manusia istimewa dalam pernak-pernik aspek kehidupan yang tiada duanya, demikian Bapa Uskup Datus Lega, Uskup Keuskupan ManokwariSorong mengawali homilinya dalam Misa Requiem Konselebrasi, yang diadakan di gereja St. Stefanus pada hari Kamis, tanggal 25 Juni 2015.
B
apak Ben Mboi, panggilan akrab Aloysius Benedictus Mboi berpulang ke rumah Bapa pada hari Selasa, tanggal 23 Juni 2015 di Rumah Sakit Pondok Indah, pada usia 80 tahun. Bapak Ben memang manusia istimewa dalam hampir segala aspek kehidupan. Rasanya keistimewaan
seorang Ben Mboi tidak cukup hanya dikisahkan dalam homili 7-10 menit. Keistimewaan pertama, Bapak Ben ini adalah seorang yang sangat menghargai perayaan Ekaristi. Saat itu Bapa Uskup Datus Lega masih bekerja di Konperensi Waligereja Indonesia dari 1994 sampai dengan 2003, setiap kali berkunjung ke kediaman almarhum di jalan Gatot Subroto pasti mempersembahkan Ekaristi. Karena terlalu banyaknya beliau mempersembahkan misa di Gatot Subroto, pernah beliau bercanda dengan Bapak Ben, “bapak ini seperti uskup saja.” “Kenapa?” tanya Pak Ben. “Karena bapak sudah menugaskan saya sebagai pastor paroki Gatot Subroto.” Jawab almarhum, “Oh maaf, kalau saya tidak jadi dokter, saya akan menjadi uskup. Bukan uskup biasa tapi uskup agung.”
17
Keistimewaan kedua, Bapak Ben berwawasan luas, banyak serta beragam referensinya, juga sangat kuat ingatannya. Almarhum ingat nama-nama dan aneka peristiwa secara detail dengan gaya penuturan yang luar biasa. Beberapa di antaranya, Bapak Ben mengingatkan Bapa Uskup, “Bapakmu itu satusatunya di dunia yang marah-marah kepada Tuhan Allah. “Lho, kapan?” “Waktu kamu ditahbiskan menjadi pastor. Bapakmu dalam doa-doa persembahannya mengatakan: Tuhan sekarang saya persembahkan anak saya ke altar Tuhan, awas ya kalau ada apa-apa dengan dia.” Bapak Ben juga menghafal kisahkisah heroik dari ayahanda dan ibundanya. Almarhum mengisahkan secara detail yang diingat sedalam-dalamnya sebagai makna apa yang diungkapkan dari adat istiadat orang-orang Manggarai “toing agu titong” (menasehati dan memberi dukungan dalam doa), dua kata kunci yang merupakan warisan nilai-nilai perjuangan yang ditinggalkan oleh bapak Ben. Keistimewaan ketiga, Bapak Ben adalah seseorang dengan sendi-sendi kemanusiaan yang paling mendalam sehingga meskipun terkenal tegar dan pemberani, almarhum juga memiliki cita rasa, berhati emas dan luluh dalam isak tangis. Enam hari sebelum diumumkan menjadi Uskup Manokwari-Sorong 12 tahun lalu oleh Bapa Paus, Mgr.
Datus Lega memberitahukan kepada Bapak Ben dan Ibu Nafsiah di rumah Gatot Subroto. Duta Vatikan mengecek kepada uskup-uskup terpilih apakah dia menjamin rahasia atau sudah bocor. Beliau dipanggil dan ditanya “rahasia anda menjadi uskup masih tetap dijamin atau sudah disampaikan kepada siapa saja?” Karena seorang uskup harus mencontohkan kejujuran, maka beliau menjawab, “Sudah saya sampaikan kepada Bapa Kardinal Julius Darmoyuwono, karena dia bos saya. Selain itu, juga kepada uskup agung Gatot Subroto.” Duta Vatikan bertanya lagi, “Siapa itu?” Jawab saya, “Itu bapak saya.” “Lho, bapakmu sudah meninggal.” “Betul, tapi bapak uskup agung ini selama 10 tahun terakhir adalah bapak rohani saya.” Lalu almarhum Bapak Ben menangis besar dan lama sekali. Belakangan Mgr. Datus Lega bertanya alasannya mengapa almarhum menangis. Bapak Ben menjawab, “Saya sedih, kau kira gampang menjadi uskup. Menjadi pastor saja sudah susah apalagi jadi uskup! Saya membayangkan betapa berat tugas-tugas yang menantang di tanah Papua. Sendi-sendi kemanusiaan yang mengandung kesedihan itu pada saatnya menjadi keteguhan. Pada saat Mgr. Datus Lega ditahbiskan menjadi uskup di Katedral Sorong, hampir sepanjang waktu dalam ibadat itu Bapak Ben berdiri dengan tongkatnya dan menyampaikan kata-kata peneguhan yang amat sangat mengharukan.
18
Sebagai orang-orang beriman, marilah kita menuju kepada model Yesus dari Nazareth. Kita menerima bergantung kepada apa yang kita berikan. Apa yang diperoleh manusia amat sangat berhubungan erat dengan apa yang dipersembah-
Yesus yang dipercayainya. Hidup yang terus mengilhami anak-anak jaman dari angkatan ke angkatan. Selanjutnya, Gubernur NTT Lebu Raya mengucapkan limpah terima kasih kepada bapak Ben atas karya-
Setelah misa selesai, penyerahan jenazah dari keluarga ke pemerintah dilakukan secara militer di halaman depan Gereja St. Stefanus. Jenazah dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata
kannya. Yesus mempersembahkan hidupNya. Oleh karena itu sudah lebih dari kepantasan bahwa Yesus memperoleh kembali kehidupan itu. Maka Ia bangkit, Ia hidup. Sebuah kehidupan yang tidak akan matimati lagi. Yesus model itulah yang diteladani oleh Bapak Ben dengan aneka pernak-pernik keistimewaan, dengan warna warni kehidupan yang mengharumkan, legasi sekaligus legitimasi Ben Mboi. Ia mempersembahkan hidupnya, oleh karena itu dia pasti juga menerima kembali hidup itu. Hidup yang tidak akan pernah berkesudahan sama dengan
karyanya bagi rakyat NTT. Wakil Presiden, Bapak Yusuf Kalla juga menghadiri misa arwah suami dari mantan menteri kesehatan Ibu Nafsiah Mboi. Di akhir misa, dalam penghormatan terakhirnya, Bapak Yusuf Kalla mengungkapkan terima kasih atas pengabdian almarhum kepada Negara. Bapak Yusuf Kalla menyebutkan almarhum Ben Mboi sebagai sosok tentara, dokter dan gubernur yang baik. Bapak Kalla menyampaikan duka cita yang mendalam kepada keluarga yang ditinggalkan.***
Foto FEFE dok MP
Minggu,
19 Juli 2015 -Misa EkaristiAlat Musik Kolintang
ALAT MUSIK dan para pemainnya telah lama berperan penting dalam ibadat kepada Allah. Sebagai contoh, sewaktu ALLAH secara mukjizat membebaskan bangsa Israel melalui Laut Merah, Miriam, kakak Harun, memimpin para wanita untuk menyanyikan lagu kemenangan dan menari. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya musik bagi bangsa Israel—”mereka baru saja luput dari pasukan Mesir, namun banyak dari para wanitanya membawa serta alat musik dan siap memainkannya.” (Keluaran 15:20)
20. PROFIL
Alfonsus Agus Raksodewanto , Anna Maria Tati , seluruh foto dok pribadi
Bukti Bakti Kami Bagi Gereja
K
Alfonsus Agus Raksodewanto & Anna Maria Tati
isah dimulai tatkala kami (Agus dan Tati) sudah saling bertemu semenjak masih sekolah di SD dan SMP, tetapi kami berbeda tahun angkatan. Alfonsus Agus Raksodewanto (Agus), lahir di Jakarta 12 Agustus 1964, anak pertama dari empat bersaudara, putra pasangan Alm. Albertus Suhadi dan Sixta Suhasti. Anna Maria Tati S (Tati), lahir di Jakarta 29 Januari 1965, anak ke-enam dari tujuh bersaudara putri pasangan Yakobus Soepono Hadisusanto dan Cecillia Soejinah Sriati. Kami berdua bersekolah di SD Tarakanita I dan SMP Pangudi Luhur Haji Nawi dan berbeda 1 angkatan selama di SD dan SMP. Kami bersekolah di SMA yang berbeda, Agus di SMA Pangudi Luhur, Brawijaya dan Tati di SMA Tarakanita I, Pulo Raya. Kami sempat kuliah di satu Universitas, yaitu Universitas Indonesia di fakultas yang berbeda. Setahun ke-
mudian Agus mendapatkan beasiswa dari program Bapak Habibie untuk studi di Eropa (Belanda). Kami menjadi dekat karena kami sama-sama aktif di Mudika (OMK) di Gereja St. Yohanes Penginjil (blok B). Kami sering menjadi panitia untuk acara-acara Mudika saat itu. Romo Wisnumurti sebagai pendamping kegiatan mudika saat itu, dapat dikatakan sebagai promotor utama hubungan kami berdua. Alm. Romo Wisnumurti sangatlah dekat dengan mudika saat itu. Kedekatan kami memang banyak didukung oleh Alm. Romo. Setelah menjalani masa pacaran jarak jauh cukup lama (Jakarta-Deflt), kami menikah pada tanggal 6 September 1996, di Gereja St. Yohanes Penginjil dan diberkati oleh Alm. Romo Wisnumurti. Setelah menikah kami sempat tinggal di Jatibening (Paroki
21
Leo Agung) selama 5 tahun dan tahun 2006 kami pindah ke lingkungan Antonius, Paroki St. Stefanus, Cilandak. Kami dikarunia sepasang anak, perempuan dan laki-laki. Anak pertama kami Ignatia Averina Chita Nirmala (Chita), lahir 20 juni 1997 di Jakarta. Anak kami yang kedua, bernama Norbert Egan Christo Panthoko (Christo), lahir 23 September 1999 di Jakarta. Saat ini, putri kami sudah lulus SMA dan diterima di FTUI melalui Jalur Undangan, sedangkan yang laki-laki baru naik ke kelas XI (2 SMA). Awal mula keterlibatan keluarga kami dalam kegiatan lingkungan Antonius dan Paroki St. Stefanus, saat kami pindah ke Pondok Indah, rumah kami masuk dalam wilayah lingkungan Antonius. Sesaat setelah kami pindah, terjadi pergantian kepengurusan baru pengurus lingkungan. Saat itu, ketua lingkungan yang baru, Bapak Nugroho yang juga adalah teman kami sewaktu aktif di Mudika Blok B, meminta kami terlibat, menjadi sekretaris lingkungan Antonius dalam kepengurusan Bapak Nugroho. Mulai dari situ kami terlibat dalam berbagai kegiatan di lingkungan
dan wilayah. Lingkungan Antonius ini adalah lingkungan yang sangat guyup, dan aktif melakukan kegiatan-kegiatan. Mulai dari bulan Rosario yang selalu hadir lebih 20 orang, KKS, rekoleksi, menjenguk umat yang sakit, mengadakan kunjungan amal ke panti asuhan, rumah jompo, pesta Natal bersama, pesta Nama Pelindung dan lain sebagainya. Lingkungan Antonius dapat dikatakan lingkungan yang rajin dan sangat kekeluargaan dan guyup. Dalam lingkungan Antonius ini kami dan anak bertumbuh sebagai warga Paroki St. Stefanus. Sebagai orang dan sebagai sekretaris lingkungan kami memulai keterlibatan kami di lingkungan Antonius dan lingkungan ini aktif sekali. Sebagai warga barupun kami merasa tidak canggung untuk mulai terlibat aktif di lingkungan baru kami. Setelah selesai periode menjadi sekretaris lingkungan, Agus ditunjuk sebagai ketua lingkungan. Cukup sulit untuk membentuk kepengurusan karena hambatan utamanya adalah warga di Lingkungan Antonius ini hampir semuanya warga lama dan banyak yang sudah berkali-kali menjadi pengurus lingkungan. Mencari kaum muda dan pasangan muda untuk menjadi pengurus sangat sulit. Tetapi akhirnya kepengurusan bisa terbentuk. Dari
SEKSI KOMUNIKASI SOSIAL (KOMSOS) “Memberitakan pekerjaan tanganNYA” ST. STEFANUS Membutuhkan tenaga muda yang berkomitmen untuk pelayanan gereja, sebagai wartawan, designer dan fotografer. Bagi yang berminat menghubungi Sdr. Tyo (HP: 081328130513)
22
kepengurusan kami melibatkan warga lama yang belum pernah muncul karena sibuk dengan pekerjaannya, warga baru dan warga lama yang memang sudah pengalaman menjadi pengurus. Menjadi ketua lingkungan di perumahan yang rata-rata isinya sudah banyak yang pensiun dan beberapa sudah masuk tidak bisa ke gereja karena sakit, memiliki kesan tersendiri. Kegiatan-kegiatan yang di lakukan di Lingkungan,
Ignatia Averina Chita Nirmala (Chita), Norbert Egan Christo Panthoko (Christo)
semaksimal mungkin kami selalu mencoba agar anak-anak kami ikut serta, misalnya kegiatan Rosario, KKS, rekoleksi, kunjungan ke panti asuhan, pemberian komuni pada lansia, pesta Natal lingkungan, dan peringatan arwah. Setelah komuni pertama, anak-anak menjadi anggota Putra Putri Altar (PPA) dan menjadi pengurus di PPA.
Sebagai orang tua yang dulu aktif di kegiatan mudika (OMK), kami melihat tantangan Gereja jauh lebih sulit saat ini untuk dapat melibatkan anak-anak dan kaum muda dalam kegiatan Gereja. Salah satu tantangan yang terberat adalah bersaing dengan gadget dan dunia maya yang jauh lebih menarik bagi anakanak dan kaum muda dibandingkan jaman dulu, dimana kaum muda sering aktif di organisasi dan di gelanggang remaja. Secara umum, memang anak-anak, remaja dan kaum muda tidak sebanyak dulu yang aktif. Agar anak-anak mau terlibat di kegiatan Gereja, saat ini peran orang tua di sini sangat besar sekali karena kondisi yang berbeda dengan jaman dulu. Pembinaan dimulai dari ikut sekolah minggu, disini orang tua yang rajin membawa anak kesekolah minggu akan lebih memliki peluang untuk anaknya bisa lanjut dalam kegiatan berikutnya, yaitu Putra Putri Altar (PPA). Tentu ini tantangan yang sangat besar dimana film-film kartun dan film anakanak lainnya lebih mudah di akses dan ditonton oleh anak-anak agar mau meninggalkan tontonan tersebut untuk ikut sekolah Minggu. Disini keahlian orang tua sangat diperlukan daalm mensiasati tantangan tersebut. Menurut pengamatan saya, di Paroki St. Stefanus kondisinya amat jauh lebih baik dibandingkan de-
23
ngan beberapa gereja Katolik yang lain. Kegiatan Bina Iman selalu banyak anak yang hadir, meskipun belum semua umat mau menitipkan anaknya untuk masuk Bina Iman. Perlu kesadaran dan dorongan dari romo untuk menghimbau agar umatnya menitipkan anaknya di Bina Iman selama mereka mengikuti misa yang sesuai dengan kegiatan Bina Iman. Agar lebih menarik kegiatan Bina Iman mungkin sekali-sekali mendatangkan Public Figure atau sesekali mengadakan kegiatan yang menarik bersama romo yang tidak bertugas membawa misa agar anak-anak merasa bahwa Paroki adalah rumah kedua mereka. Biasanya anak yang rajin di Bina Iman maka akan lanjut penjadi PPA setelah mereka komuni pertama. Sebelum aktif terlibat di PPA Paroki, mereka juga sering ikut dalam pemberian komuni untuk orang sakit dan lansia. Di situ rasa empati kemanusian mereka bisa tergugah dengan melihat secara langsung. Ketika mau menjadi anggota PPA disini diperlukan kesabaran orang tua untuk mendampingi mereka dalam mengikuti latihan-latihan baik sebelum menjadi anggota atau setelah menjadi anggota, terutama jika mereka bertugas untuk misa hari raya dimana rencana liburan keluarga jauh lebih menarik tentunya. Bagi kami sebagai orang tua, mendampingi anakanak agar mau terlibat aktif juga merupakan perjalanan panjang. Dimulai ketika anak-anak kami daftarkan untuk menjadi PPA. Di awalnya
ada keengganan anak-anak kami untuk bergabung. Latihan-latihan yang terus menerus dan dilakukan setelah pulang gereja dan bisa memakan waktu 2 jam, tentu bukan sesuatu yang mudah dan tidak langsung serta merta disukai oleh anakanak. Tekad kami adalah mereka harus terlibat dalam kegiatan-kegiatan Gereja. Sering kami berdua berada di gereja menanti anak-anak belajar untuk menjadi anggota PPA. Setelah di lantik menajdi anggota PPA, mereka mulai merasa senang bertugas. Ini juga menjadi ikatan spiritual bagi kami sekeluarga. Saat mengikuti Ekaristi dan anak-anak menjadi misdinar. Mereka secara bergantian menjadi pengurus PPA bersama teman-temannya. Selama menjadi pengurus PPA mereka juga sering terlibat kegiatan PPA bersama Paroki. Terakhir adalah wisata Rohani ke Jawa tengah. Selain PPA, Chita dan Christo aktif di ROKAT (Rohani Katolik). Chita dan Christo bersekolah di sekolah Negeri (SMAN 34), suasananya tentu berbeda dengan sekolah Katolik. Rohani Katolik adalah kumpulan anak-anak Katolik yang bersekolah di SMA itu. Kegiatan mereka adalah pelajaran agama Katolik, berdoa, rekoleksi bersama ROKAT-ROKAT sekolah-sekolah negeri yang lain. Baru-baru ini diadakan kegiatan Paskah bersama antara 2 ROKAT SMAN (SMAN 34 dan SMAN 66), kemudian dilanjutkan dengan bergabungnya beberapa sekolah lagi
24
Keluarga Bapak Agus saat berlibur ke Puncak Gunung Papandayan
yang ingin mengadakan kegiatan bersama. Sekali-sekali mereka juga ikut kegiatan PERSINK (gabungan ROKAT seluruh SMAN di Jakarta). Setahun sekali mereka ikut dalam acara retret PERSINK yang dikoordinir oleh Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) dan dibimbing oleh fraterfrater dan romo dari KAJ. Bagi kami orang tua, mendukung, membantu dan mengarahkan anak-anak dalam kegiatan Gereja
adalah sembah bakti kami kepada Tuhan yang sudah banyak memberikan berkat dan karunianya kepada kami sekeluarga. Anak-anak adalah persembahan kami yang utama kepada Tuhan, dan berharap agar mereka juga dapat memberikan persembahan yang sama kepada Tuhan kelak di kemudian hari dari anak-anak mereka, dan dengan demikian gereja akan tetap bertumbuh melalui anak-anak yang kita persembahkan juga.***
25. ORBITAN UTAMA
Peran ORANGTUA dalam Persembahan -BUAH KASIH nya kepada GEREJA-
P
-Put-
ada Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia tahun 2005 yang kala itu bertema “Bangkit dan Bergeraklah! Gereja Membentuk Keadaban Publik Baru bangsa.” Komisi, Lembaga, Sekretariat, Departemen (KLSD) KWI sebagai perangkat KWI berusaha mengembangkan budaya kerjasama (korporatif) dengan mengedepankan kerjasama lintas-KLSD maupun lembaga-lembaga terkait lainnya. Salah satunya adalah kerjasama Komisi Kateketik KWI, Komisi Keluarga KWI, Karya Kepausan Indonesia dan Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Katolik – Departemen Agama Republik Indonesia yang kemudian melakukan sharing atas penegasan Arah Dasar Pembinaan Iman Anak Gereja Katolik Indonesia Masa Kini. Sebuah usaha pembentukan habitus baru dan budaya kerjasama ini menuntut pertobatan (metanoia). Pertobatan itu mencakup perubahan sikap dan tindakan yang merupakan gerakan pembaruan menuju keadaban publik baru bangsa. Maka kebijakan-kebijakan pastoral yang terjadi di dalam gereja harus mampu menyeluruh demi tercapainya pembinaan iman anak sejak dini.
Arah dasar pembinaan iman anak Gereja Katolik Indonesia 2006-2016, tersusun berdasarkan pertemuan lintas lembaga pada tanggal 21 – 24 Juni 2006 di Wisma Samadi Klender – Jakarta
IRONI VS PASRAH Kita dalam tahap waspada, sebuah keluarga kini menghadapi sebuah pola modernitas yang tanpa kontrol. Saat sekian banyak orang berlombalomba mengejar sebuah efisiensi dan efektifitas, malahan kita jadi terjebak pada kurangnya pendampingan dan pengarahan kepada anak-anak kita. Bagaimana kita menyikapi, kurangnya kebutuhan kasih sayang itu dan dengan mudahnya tergantikan dengan fasilitas-fasilitas seperti game di komputer/ Internet, chatting di FB (Facebook)/Media Sosial lainnya, BBM (BlackBerry Messenger)/Whats Up/Line, nonton TV atau jalan- jalan/ shopping di Mall yang malahan seringkali disalahgunakan manfaatnya. Atau mungkin kita sendiri orang tua yang akhirnya tidak mampu mengikuti kemajuan jaman dan mengikhlaskan begitu saja. Tapi terkadang sebuah keluarga yang memiliki dasar tingkat pendidikan yang tinggi juga malahan sulit menghindari sebuah tantangan atas kondisi macet, kesibukan orang tua, pengaruh media, pola hidup konsumtif, mental ‘tidak mau repot’, sehingga peran orang tua sebagai pendidik utama bagi anak- anak dalam keluarga, terutama dalam hal iman semakin menjauh dalam nilainilai kristiani.
26
Anak-anak dewasa ini berkembang menjadi pribadi yang cenderung individualistik daripada berorientasi komunal dan berinteraksi langsung dengan orang-orang di sekitar mereka. Atau, kesenangan sesaat dan kehidupan hura-hura yang serba instan menjadi pilihan banyak anak muda sekarang ini. Soal iman? Bagi mereka sepertinya hanya prioritas kedua, atau bahkan tidak menjadi prioritas sama sekali. Soal Tuhan? Mungkin kurang menarik perhatian mereka. Dalam kondisi ini, orang tua seolah tak berdaya, dan akhirnya menyerah sambil berkata, “Jaman sekarang memang berbeda dengan jaman dulu…. Sekarang terserah anaknya saja deh, kita orang tua hanya dapat mendoakan…. ”
Bermain di warung internet saat mewabah game online foto sandaljepit
ANAK, KELUARGA DAN ORANG TUA Anak sebagai subyek utama, berarti anak sebagai pribadi yang berharga dan unik. Setiap anak dalam tahaptahap pembinaannya harus mampu memperhatikan tahap-tahap perkembangan anak sesuai dengan karakteristik bahkan sampai dengan konteks sosial budayanya. Perlu kiranya diperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh secara dominan dalam perkembangan anak yakni: keluarga, sekolah, teman sebaya dan kemajuan teknologi khususnya media. Keluarga adalah Gereja Rumah Tangga (Ecclesia Domestica), tempat penyemaian dan pengembangan iman anak untuk menjadi manusia seutuhnya. Anak dihantar dan dibimbing ke arah iman dewasa (ada keseimbangan antara pengetahuan dan penghayatan iman). Oleh karena orangtua adalah mitra Allah dalam karya penciptaan manusia baru, maka harus menjadi pembina utama dan pertama serta tak tergantikan, melalui kesaksian dan keteladanan hidup kristiani sejati yang diwujudkan dengan pemberian kasih sayang yang tulus, adil dan arif bijaksana. Pembina iman anak yang utama dan pertama adalah orangtua. Dalam pelaksanaannya, orangtua bekerja sama secara sinergis dan seimbang dengan para pembina iman anak di sekolah, di paroki dan di masyarakat. Pembina iman anak harus mem-
27
perhatikan martabat dan hak-hak anak. METANOIA ATAU PERUBAHAN-PERUBAHAN Orang tua harus mampu mengusahakan suasana kasih dan kebersamaan di rumah. Kasih orang tua itu adalah elemen dasar dan sumber yang menentukan kualitas peran orang tua sebagai pendidik. Diharapkan untuk tidak dapat tergantikan dari apapun, Suasana kasih harus ada di dalam rumah kita dimana ada penghormatan kepada Tuhan dan sesama dalam hal ini para anggota keluarga di rumahsehingga pendidikan pribadi dan sosial yang menyeluruh bagi anakanak dapat ditumbuhkan. Tidak perlu di tempat yang mahal-mahal, namun perlu diusahakan waktu kebersamaan, di mana anak-anak dapat bermain bersama orang tua, tertawa bersama, saling curhat dan mendengarkan satu sama lain. Dalam saat- saat seperti inilah umumnya, orang tua dapat sedikit demi sedikit ‘masuk’ dalam memberikan pengajaran, entah dari kata- kata atau dari teladan, tentang kebaikan Tuhan, tentang kehadiranNya dalam hidup kita, dan tentang pentingnya iman dalam kehidupan ini. Saat-saat inilah orang tua dapat mengajarkan tentang kehadiran Allah dalam hal-hal yang sederhana, lewat alam ciptaan di sekitar kita dan lewat orang-orang yang kita jumpai. Inilah kesempatan orang
tua mengajarkan kepada anak-anak untuk mengucap syukur, jika melihat pemandangan yang indah, jika dapat makan makanan yang enak, jika dapat bermain dengan seru dengan teman-teman yang baru, dan seterusnya. Jika anak-anak sudah dapat mengalami kehadiran Tuhan dalam hal- hal sederhana, maka besar kemungkinan mereka akan mempunyai kepekaan untuk senantiasa bersyukur kepada Tuhan dan berkeinginan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Sejak dini keluarga telah mengajarkan seorang anak dalam hidup termotivasi kasih, dimana kemudian sisi kemanusiaan akan lebih berkembang. PEMBANGUNAN NILAI-NILAI ESENSIAL menurut Paus Yohanes Paulus II, nilai-nilai esensial itu adalah 1) keadilan yang menghormati martabat setiap manusia, terutama mereka yang termiskin dan yang paling membutuhkan bantuan; 2) hukum kasih: memberikan diri untuk orang lain dan memberi adalah suka cita, 3) pendidikan seksualitas yang menyangkut keseluruhan pribadi manusia, baik tubuh, emosi maupun jiwa; 4) pendidikan tentang kemurnian (chastity); 5) pendidikan moral yang menjamin anak- anak bertindak dengan penuh tanggungjawab. Contoh sederhana prinsip keadilan; anak-anak yang lebih besar melindungi adik- adiknya atau anak-anak yang lebih kecil. Atau anak-anak
28
Seorang anak menggendong anaknya di Kolam renang foto masrafa
menghormati dan memberi perhatian kepada opa dan oma. Kemudian Kedua, orang tua perlu memberikan teladan kepada anak-anak, bahwa ‘memberi adalah suka cita’. Ini sa-ngat penting, untuk membentuk karakter anak agar murah hati dan tidak egois. Anak-anak perlu diingatkan bahwa mereka bukan ‘pusat dunia’, atau king or queen of the universe. Anak-anak perlu diajarkan agar senang berbagi, sebab segala yang dimilikinya adalah berkat ‘titipan’ Tuhan. Ingatkan kepada anak-anak bahwa: “… Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2 Kor 9:7) ‘Memberi’ di sini, mempunyai arti luas, tidak hanya benda materi, namun juga suka cita, kasih, dan pengampunan. Ketiga, pendidikan seksualitas perlu mendapat perhatian, yang dapat
disampaikan sesuai dengan umur anak. Jangan sampai seksualitas dibatasi menjadi sensualitas; namun harus mencakup keseluruhan pribadi seseorang, tubuh, jiwa maupun emosi. Penghayatan macam ini melihat bahwa secara kodrati ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan, yang bukan saja berkaitan dengan jenis kelaminnya, tetapi menyangkut keseluruhan pribadinya. Selanjutnya prinsip keempat tentang arti kemurnian/chastity ini berhubungan dengan seksualitas, dan sangat mengikat. Jika anakanak sudah diajarkan bahwa tubuh ini adalah bait Allah, maka kekudusan tubuhnya adalah bait Allah; sehingga kemudian anak-anak akan menhormati kekudusan tubuh orang lain. Contoh sederhananya; memberikan pengarahan, terutama
29
kepada anak- anak perempuan agar memakai pakaian yang sopan, yang tidak serta merta mengikuti mode pakaian yang tidak mendukung anak untuk menjunjung tinggi kemurnian. Terakhir, adalah moralitas; supaya anak- anak dapat menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Penting sekali menanamkan tanggung jawab pada anak- anak, dan dapat dimulai pada hal yang sederhana, seperti merapikan tempat tidur sendiri, membawa piring kotor maupun pakaian kotor ke tempat cuci, merapikan buku- buku ataupun mainan yang baru selesai dipakainya. KUALITAS GEREJA DALAM MEMBERIKAN FASILITAS KEIMANAN ANAK Mari memohon rahmat Tuhan untuk melaksanakan tugas mulia ini, bahwa kemudian Gereja memberikan kualitas keimanan yang terbaik kepada anak. Siklus Iman yang tak pernah terputuskan, dimulai dari Kegiatan Bina Iman, Penerimaan Sakramen secara pribadi, kemudian pilihan kategorial sebagai komunitas dan sharing iman. Makna persembahan keluarga kepada gereja adalah buah kasih mereka yaitu anak harus benarbenar didasari atas kepercayaan keluarga kepada Gereja. Sehingga Gereja juga mampu membangun peran saling keterbutuhan dan keterikatan tersebut dengan semangat
pelayanan dan basis yang utuh. Ini adalah tantangan tebesarnya dalam membentengi anak terhadap pengaruh buruk lingkungan sekitar. Maka kemudian, talenta yang dimiliki anak-anak tidak terjebak dalam perilaku yang malahan berjarak pada keimanan Katolik itu sendiri. Arahkan mereka ke dalam bakat dan minat yang terwadahi gereja; jika anak berbakat musik, entah menyanyi atau bermain alat musik, gabungkanlah mereka kepada kelompok koor di gereja. Jika anak pandai berolah raga, gabungkanlah ia dalam grup olah raga anak- anak dan remaja; jika belum ada di paroki anda, mulailah bersama dengan beberapa keluarga yang lain. Jika anak pandai menulis/mengarang, doronglah anak untuk mengirimkan karangannya ke redaksi majalah di paroki. Jika anak berminat untuk berorganisasi, gabungkan mereka dalam kegiatan organisasi paroki, seperti putra- putri altar/ SEKAMI (Serikat Kepausan Anak dan Remaja Katolik),OMK (Orang Muda Katolik), Legio Mariae (mini). Sehingga nantinya kualitas gereja ternilai dari semangat persembahan bakti kasih keluarga dengan mengedepankan kepercayaan kepada gereja. Lengkap sudah panggilan kita sebagai orang tua dan keluarga yang dipercaya Tuhan untuk membina dan mengarahkan anak kita serta merta kepada kemuliaan Allah. *** Sumber penulisan; Katolisitas
Foto FEFE dok MP
LOMBA PADUAN SUARA LANSIA Tingkat Dekenat Jakarta Selatan “Melayani dengan kasih tak lekang usia” Sabtu, 20 Juni 2015 Gd. Leo Dehon Lt. 4
32. PESONA SABDA
ANAK ADALAH BERKAT DAN PERSEMBAHAN Antonius Sumardi, SCJ
B
agi orang tua, anak adalah berkat dan sekaligus persembahan. Dua tipe ibu terhadap anak berikut ini menjadi acuan saya untuk melihat pola relasi, macam apakah yang membuat anak ini menjadi anak yang diharapkan oleh orang tuanya. Tipe pertama, seorang ibu dalam keluarga muslim. Sang ibu tekun mengajari anakanaknya mengaji, tekun mengajari untuk bekerja mencari uang untuk keperluannya sendiri, mengajari untuk tekun bertani, tekun mengajari bagaimana untuk bergaul dan mempunyai banyak teman dengan segala tip-tip untuk mencapai semuanya itu. Sementara itu, tipe ibu kedua datang dari keluarga Katolik. Ia mengajarkan dengan cara yang
sama, anaknya diajari rajin misdinar, rajin pramuka, dan rajin belajar berorganisasi. Sampai pada suatu saat, anak yang dididik oleh ibu tipe pertama, yang di didik menjadi muslim yang baik, mau menjadi Katolik. Yang mengherankan, Ibunya mengijinkannya. Yang lebih mengejutkan lagi, ketika anaknya mau menjadi seorang bruder juga diijinkannya. Sementara itu, ibu tipe kedua, seorang ibu Katolik, justru tidak mengijinkan anaknya yang mau masuk seminari, bercita-cita menekuni panggilan Tuhan. Dalam sikap ibunya itu, sang anak mengajukan pertanyaan yang sangat dalam, “Ibu, temanku yang muslim, diijinkan ibunya untuk menjadi katolik dan bahkan menjadi
33
bruder, kok Ibu yang Katolik justru tidak mendukung pilihan hidup saya untuk menjalani panggilan Tuhan? Apakah ibu tidak benar percaya dan mencintai Tuhan Yesus?” Sang ibu terdiam dan tidak bisa menjawab. Setelah beberapa hari ibu itu merasa malu, maka kemudian mengijinkan anaknya masuk seminari, menekuni panggilan hingga akhirnya menjadi seorang romo yang baik dan setia. Dan ibu itu sungguh merasakan kelimpahan berkat dari Tuhan yang luar biasa.
Seorang anak berdoa setelah menerimakan abu foto emanuelgunantoabu
Kisah ini mengingatkan saya akan kisah yang serupa dalam Kitab Suci, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, seperti Kisah Ishak, Samson, Yohanes Pembaptis dan Kisah Anak laki-laki pertama yang harus diserahkan kepada Allah, yang harus dipersembahkan dengan ritus pengudusan di hadapan Allah. Orang tua ikut menentukan sebagai kunci akan menjadi apakah anak ini nanti, walaupun tangan Tuhan yang lebih menentukan. Demikian pertanyaan yang muncul tatkala Yohanes dipersembahkan di Kenisah untuk disunatkan dan diberi Nama.
Yohanes adalah anak yang diminta dari Allah, bahkan siang dan malam oleh Imam Zakharia dan Elisabeth yang hidup benar dan suci, dan selalu menurut jalan Allah, hidup tidak bercacat di hadapan Allah, mere-ka menantikan anugerah seeorang anak di hadapan Allah. Penantian yang begitu lama seperti padang pasir yang sekian tahun menantikan datangnya titik-titik hujan. Akhirnya datanglah harapan, ketika Imam Zakharia mempersembahkan kurban persembahan di mezbah. Malaikat menyampaikan pesan Allah bahwa doa Zakharia dikabulkan bahwa isterinya akan mengandung dan akan melahirkan seeorang anak yang harus diberi nama Yohanes. Bagaikan hujan lebat yang dinantikan puluhan tahun kini tiba. Sukacita besar menyelimuti Zakharia dan Elizabeth. Sesosok bayi yang diharapkan dengan segala impian besar yang didambakan, bahwa anak itu akan penuh dengan Roh Kudus, anak yang soleh bukan pemabuk, dia akan menjadi pemimpin besar yang mendatangkan pertobatan; kelahiran anaknya merupakan penghapus aib yang dirasakan selama ini, anaknya akan disebut Nabi Allah yang mahatinggi, akan menyinari orang yang hidup dalam kegelapan dan akan menuntun kepada damai sejahtera. Harapan yang begitu besar atas anak yang telah dilahirkannya. Dengan ketaatan dan kesetiaan besar kepada Allah orang tuanya membimbing anaknya.
34
Pada jaman yang canggih dan modern ini, apakah orang tua lalu akan kehilangan orientasi ilahi untuk mendampingi anaknya, hanya berorientasi duniawi, bukankah surga dan dunia dari dulu sampai selamalamanya tetap sama adanya? Apakah orang tua mendampingi anak, mulai dengan mengajari berucap kata, meengajari anak belajar, berkata berarti juga mengajari berpikir, berpikir untuk masa depan, untuk dapat berkomunikasi, dapat berbicara, belajar mengekspresikan perasaannya, waktu lapar, haus, sakit, dingin, panas, bergembira, bersedih hati, mengekspresikan rencana dan cita-citanya? Termasuk kita mengajari belajar mengekspresikan iman dan keyakinannya akan Allah yang dipahaminya. Anak laki- laki sulung harus dikuduskan bagi Allah pada hari yang ke 40. Yusuf & Maria pun juga menepati hukum itu. Mereka datang membawa serta sepasang burung merpati sebagai persembahan suturut adat Yahudi.
Ekspresi iman yang diungkapkan dengan kecintaannya untuk melayani Tuhannya melalui pelayanan di gereja maupun di sekolah dan di masyarakat; melalui pujian dengan menjadi anggota koor, menjadi anggota PPA, menjadi anggota pramuka, melalui persembahan dalam kolekte maupun memberi derma kepada orang miskin, belajar mengunjungi teman yang sakit, membantu adik adik kelas dalam bimbingan belajar. Melalui belajar berorganisasi dalam
pelbagai bentuk kelompok. Sampai belajar untuk menjadi tangan Tuhan sebagai seorang imam maupun bruder dan suster. Tanggung jawab orang tua adalah mengajari anak dari mulai membentuk suara, mengucapkan huruf, mengucapkan kata, belajar merangkak, berdiri, berjala, berpikir dan bertindak. Belajar mengungkapkan perasaan dan memahami tatasusila dan sopan santun, sampai merumuskan cita-citanya masa depannya adalah peran penting orang tua. Bagaimana membentuk pola pikir dan pola berperilaku serta pola berbuat, yang baik, benar dan adil serta indah tanggung jawab orang tua. Pembentukan pribadi dengan paradigma yang tegas dalam kaitannya dengan tata kehidupan yang imani dan ilahi mengantar anak untuk dapat menjalani kehidupan ini dengan secara tertib, teratur dan punya fokus yang dituju, yaitu sukacita yang lebih dalam. Anak yang mampu menentukan pilihan, bahagia secara lebih mendalam dalam pelayanan Kerajaan Allah. Dan tidak ada persembahan yang lebih besar daripada persembahan seorang yang menyerahkan diri dan hidupnya demi kebahagiaan dan keselamatan jiwa raga sesamanya. Seperti Yesus mengatakan bahwa tidak ada cinta kasih yang lebih besar daripada cinta kasih seorang yang menyerahkan nyawa untuk sahabat-sahabatNya.***
35. OPINI
Apa Kriteria-Kriteria Sebuah Kegiatan Gereja yang dapat Diminati? “Untuk orang muda; kegiatan harus ada fun¬nya karena jiwa muda adalah jiwa yang bahagia jangan kegiatan yang serius-serius terus, bisa-bisa tidak ada yang minat. Gampangnya anak muda itu kalau ditanya; pilih mana kunjungan ke panti asuhan atau main bola, basket, pasti akan sedikit yang memilih kunjungan ke panti asuhan. sejujurnya kegiatan gereja itu monoton; doa-nyanyi-misa-ziarahrekoleksi-pendalaman iman, ini semua harus dibuat beda! Kemudian mengapa acaranya yang datang hanya itu-itu saja? Karena; pertama adalah diumumkan lewat kertas (media gereja/poster/flyer), kedua cuma dibacakan lektor/tris di mimbar sesuai jadwal tugas liturgi, coba kalau OMKnya berani bicara setiap misa 2-3 menit saja, yang wajahnya good looking bisa laki-laki atau perempuan mengumumkan khusus acara OMK yang nantinya mau diselenggarakan. dengan cara berkomunikasi yang
Yosep Prianggiri Paroki St. Matias Cinere menyenangkan mungkin akan berbeda. Maka sangat penting untuk membangun image public relation- nya baru kemudian baru message dari acara itu, cobalah untuk tidak dibalik. Sebenarnya membuat kegiatan itu sangatlah menarik kuncinya yaitu harus saling mengenaljadi kalau kenal mau buat apapun gampang. Kedua adalah ”café kaum muda” biarkan mereka nongkrong dulu dari ngopingopi itu akan ada promosi, ide-ide.”
“Kegiatan lintas paroki adalah kegiatan yang menarik, karena akan bisa saling mengenal satu sama lain khususnya dalam mencari sahabat baru, dan untuk kaum muda yang sedang mencari pasangan, memungkinkan untuk meminimalisir cinta beda keyakinan.”
Johanes Budy Nugraha Paroki St. Yusuf Baturetno/ Stasi Yohanes Rasul Tirtomoyo/ Ling. Agustinus Sedangmulyo
36
“Mungkin terlihat subyektif, akan bergantung pada jiwa dan hobi masingmasing orang. Perlu diubah adalah pandangan kita sendiri dan oranglain, kita harus mampu berpandangan positif terhadap kegitan itu sendiri, dan orangorang yang menyelenggarakannya.”
Barek Hoda Lisnovere Paroki St. Stefanus Cilandak/Wil VII St. Athanasius / Ling. St. Simeon
Johana Brigita Mone Paroki St. Stefanus Cilandak/Aktivitas Laudamus Te Choir
“Kegiatan yang menarik di gereja yang pastinya, kegiatan yang tidak mengandung syarat apapun, yang dapat memberikan ketenangan hati dan pikiran serta sukacita sehingga bersemangat dalam menjalankan aktivitas kita sehari-hari di dalam Dia.”
Yohanes Aditya Paroki St. Barnabas Pamulang/ Ling. Sta Fransiska “Sebenarnya jarang aktif di gereja barnabas, tapi kalaupun kegiatan yang menjadi minat adalah kegiatan OMK. Karena kegiatan OMK ramai, keren dan mampu merangkul orang-orang muda, apalagi jika dalam menyelenggarakan sebuah acara.”
“Pernah sewaktu kecil, bergabung dengan Paduan Suara Ecce venio dan kemudian aktif juga dalam koor di lingkungan. Sejauh ini kegiatan yang paling digemari adalah bernyanyi saja. Mungkin kalau ada Paduan Suara yang bisa sama usia-nya, nantinya bisa melayani dan memuliakan Tuhan lewat bernyanyi kembali..”
Andini Maria Paroki St. Stefanus Cilandak / Ling. St. Bernardus / Aktivitas Koor
37. ORBITAN LEPAS
HIDUP HEMAT
B
anyak orang setuju bahwa hidup hemat itu baik untuk dilakukan. Sejak di bangku sekolah dan mungkin dalam keluarga, kita sudah diajarkan untuk hidup dengan hemat. Namun apakah kita sudah menjalankannya dan tahu akan semua manfaat yang disebabkan dengan cara hidup berhemat? Jika Kita sudah tahu dan kemudian menyadari betapa besar manfaat ini maka dengan sendirinya kita telah menanamkan prinsip hidup hemat kehidupan kita. Pola hidup hemat akan menjadikan kita pribadi yang lebih matang dalam berfikir dan lebih berhati-hati dalam bertindak atau mengambil keputusan. Pola hidup hemat akan mengajarkan kita untuk lebih bijak dalam mengatur serta mengelola keuangan. Tentunya tidak hanya itu, masih banyak lagi manfaat dalam menjalani pola hidup hemat ini dan itu dapat terbagi menjadi 3 bagian manfaat hidup hemat bagi orang-orang yang menerima keuntungannya.
Manfaat untuk pribadi •Terbebas dari perasaan khawatir akan masalah keuangan • Memiliki dana cadangan untuk membangun masa depan karir. • Sebagai modal untuk berwirausaha • Memiliki dana pensiun • Tidak bergantung pada asuransi kesehatan • Cadangan Investasi • Sikap hemat menunjukkan pribadi yang lebih bertanggung jawab. • Lebih sehat, karena kesempatan makan di luar rumah terkontrol • Lebih percaya diri dalam menghadapi masa depan Manfaat untuk keluarga • Memiliki dana untuk berlibur bersama keluarga • Jaminan dana pendidikan anak • Berjaga-jaga untuk keperluan daru rat • Menjadi teladan yang baik untuk keluarga Manfaat untuk lingkungan • Menghemat pengeluaran energi
38
Rumah yang penuh dengan barang foto sinarharapan.co
• Tidak menumpuk barang yang tidak terpakai • Menjauhkan diri dari pencurian Bagaimana Cara Hidup Hemat yang Benar? Jika kita ingin mengelola masalah keuangan atau finansial kita menjadi lebih baik, maka kita perlu menerapkan pola hidup hemat. Menjadi lebih baik disini adalah keadaan keuangan kita menjadi lebih tertata, sesuai dengan ekspektasi rencana keuangan, serta pengaturan dana investasi keuangan akan terwujud. Pola hidup hemat perlu kita terapkan sejak dini, dan dapat kita ajarkan kepada anak sejak masih usia belia. Misalnya dengan pola hidup menabung, tidak menghabiskan keseluruhan uang jajan dan hal sekecil itu akan mampu membentuk pribadi dan sifat hemat pada anak bahkan secara tidak langsung, hal tersebut akan terus berlanjut sampai pada dewasa nanti.
Sejak dini diajarkan belanja kebutuhan yang penting foto lanudsupadio
Bedakan Hemat dengan Kikir Seringkali Kita bingung membedakan antara hemat dengan kikir atau pelit. Padahal ada perbedaan yang sangat besar pada dua pengertian kata tersebut. Jika kita ingin menerapkan pola hidup hemat, terlebih dahulu kita harus memahami konsep hemat dan kikir. Jangan sampai kita salah pemahaman yang berdampak pada kesalahan penerapan pola hidup hemat yang akan kita coba terapkan.
39
Hemat adalah lebih perhatian dan perhitungan terhadap pengeluaran dan pengelolaan uang kita. kita lebih mempertimbangkan suatu hal tersebut bersifat kebutuhan atau kah hanya keinginan. kita lebih bisa memprioritaskan pengeluaran uang untuk hal-hal yang dirasa perlu untuk kewajiban dan bersifat urgent. Kita harus lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang dan menimbang apakah memberikan manfaat yang baik atau tidak. Hemat mengajarkan untuk menggunakan uang sesuai dengan kemampuan kita, untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan kikir adalah sifat dan sikap yang terlalu pelit. Bahwa kita menyamaratakan semua kebutuhan. Bahkan kita menganggap semuanya tidak penting sehingga kita ragu untuk mengeluarkan uang untuk kebutuhan tertentu. Kita tidak bisa membedakan yang mana kebutuhan dan yang mana keinginan. Malahan kita terlalu sayang dan takut untuk mengeluarkan uang. Dan itu bisa berdampak kepada kita, yaitu kita tidak sanggup menginvestasikan uang kita dan beranggapan untuk tetap menyimpannya. Sifat dan sikap pelit lebih memikirkan sikap terlalu perhitungan atas setiap pengeluaran daripada melihat manfaat yang didapat.
Menghitung uang Foto adajalan
Pola Pikir yang Harus Dihindari 1. Tidak mau bersedekah Menerapkan pola hidup hemat bukan berarti menolak atau menekan pengeluaran untuk bersedekah. Di dalam ajaran agama manapun, kita pasti selalu diajarkan untuk bersedekah berapapun nominalnya. Walaupun tidak besar, namun keikhlasan saat memberikan sedekah akan memberikan manfaat yang lebih besar kepada kita. Keyakinan bahwa dengan bersedekah akan membuat kita jatuh miskin adalah anggapan yang salah. Justru sebaliknya, dengan bersedekah akan semakin memperkaya kita, baik dari segi finansial maupun rohani dan psikologis. 2. Saya akan memulainya nanti Jangan pernah menunda untuk melakukan suatu hal yang baik dan bermanfaat. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi pada kita di kemudian hari, maka dari itu mulailah segera dari sekarang untuk memulai pola hidup berhemat. Terkadang “nanti” akan berakibat berubah menjadi “tidak sama sekali”. Maka dari itu, segera mulailah dari sekarang, jangan menundanya lagi. Semakin cepat kita memulainya, maka semakin banyak pula manfaat yang kita peroleh di saat kita telah memulainya. 3. Uang saya masih banyak Kita berfikir bahwa harta kekayaan dan uang kita saat ini cukup banyak, dan seringkali kita berfikir untuk apa menerapkan pola hidup hemat.
40
Pemikiran tersebut adalah sangat keliru yang perlu diingat adalah roda kehidupan akan terus berputar. mungkin saat ini kita berada di atas, namun bukan tidak mungkin suatu saat nanti akan berada di bawah. Tidak ada ruginya menerapkan pola hidup hemat. Dengan hemat, maka kita menunjukkan sikap yang bijaksana, bertanggung jawab, percaya diri, dan memiliki prinsip hidup rasional serta terhindar dari masalah keuangan. Selain itu, Kita juga akan memiliki hidup yang lebih teratur dan bahagia. 4. Saya masih punya warisan dan keluarga saya kaya Jika kita mengadalkan harta warisan dari leluhur, maka hal tersebut tidak akan menjadikan kita sebagai seseorang yang pekerja keras. Justru akan membuat kita tidak memiliki kemampuan menjalankan bisnis dan mencari uang. Harta warisan suatu saat akan habis. Dan ketika habis dan tidak memiliki satupun keahlian menghasilkan uang, maka kita akan bangkrut dan jatuh miskin serta sulit untuk bangkit. Menerapkan pola hidup hemat juga mengajarkan kita untuk menyimpan aset dan investasi berharga dalam berbagai bentuk benda atau barang yang lebih bernilai guna. Yaitu seperti investasi dalam bentuk tabungan, rumah, perhiasan, tanah, dan lain sebagainya. 5. Sulit menolak ajakan teman berfoya-foya Jika kita memiliki sifat “tidak enak-
Anak muda berpesta mabukmabukan foto maxresdefault
an” atau sungkan terhadap orang lain, maka kita perlu belajar untuk mengendalikannya. Karena suatu ketika, kita bisa saja dihadapkan pada situasi dimana kita harus bisa mengatakan “tidak” atau menolak ajakan teman yang sekiranya hanya akan merugikan kita. Misalnya ajakan untuk hidup bermewah-mewah, padahal situasi keuangan dan finan-sial kita kurang mendukung. Kita harus memiliki sikap dan sifat yang lebih selektif dalam memilih pertemanan maupun perkumpulan. Pilihlah teman dan perkumpulan yang akan membawa kita menjadi pribadi yang lebih baik. Serta lebih bisa mendatangkan manfaat dan kebaikan terhadap diri kita.
41.SKALA PRIORITAS 6. Saya sudah hemat tapi kok nggak kaya-kaya Sikap pola hidup hemat memang bagus, bermanfaat serta sangat dianjurkan. Namun jika kita hanya mengkitalkan sikap hemat agar menjadi kaya atau cepat kaya dan memiliki banyak uang, maka kita keliru. Pola hidup hemat akan menuntun kita untuk lebih bisa mengatur keuangan kita, terhindar dari keinginan untuk berhutang, serta lebih baik dalam mengelola keuangan kita. Pola hidup hemat akan memastikan pengeluaran kita tidak akan lebih besar daripada pemasukan kita. Jika kita ingin kaya, maka pola hidup hemat harus kita
M
sisipi dengan sikap bekerja keras serta mampu menginvestasikan uang kita dengan baik. Melalui jalan bisnis misalnya. kita harus pintar mengelola investasi kita ke dalam bentuk investasi yang lain. Namun perlu Kita ingat bahwa semua usaha tidak ada yang instan. Semua memerlukan proses yang panjang. kita harus lebih ulet dan sabar dalam berbisnis. Jangan melupakan pula bahwa bisnis tidak selalu akan sukses, resiko kendala berbisnis serta kegagalan juga pasti ada. Semua itu tergantung bagaimana kita menghadapinya, menyikapinya, serta menyelesaikannya.*** sumber : ciputra-uceo
SKALA PRIORITAS
anusia secara sadar maupun tidak sadar memiliki kebutuhan yang sangat banyak dibandingkan dengan alat/ sumber daya pemenuhan kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Dengan alasan itu maka manusia harus bisa memilih dan menentukan mana kebutuhan yang di anggap paling penting dan paling utama dibandingkan dengan kebutuhan yang lain (manusia perlu menyusun skala prioritas). Ada pepatah kebutuhan pangan lebih mendesak dan utama dibandingkan kebutuhan papan. Mungkin itu benar dalam kenyataan bagi beberapa kalangan manusia. Itulah
sebagai contoh bagaimana manusia menyusun skala prioritas. Namun bagaimanapun juga kebutuhan papan penting untuk menjaga kesehatan. Manusia secara sadar maupun tidak sadar memiliki kebutuhan yang sangat banyak dibandingkan dengan alat / sumber daya pemenuhan kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Dengan alasan itu maka manusia harus bisa memilih dan menentukan mana kebutuhan yang di anggap paling penting dan paling utama dibandingkan dengan kebutuhan yang lain (manusia perlu menyusun skala prioritas).
42
Ada pepatah kebutuhan pangan lebih mendesak dan utama dibandingkan kebutuhan papan. Mungkin itu benar dalam kenyataan bagi beberapa kalangan manusia. Itulah sebagai contoh bagaimana manusia menyusun skala prioritas. Namun bagaimanapun juga kebutuhan papan penting untuk menjaga kesehatan. PERTIMBANGAN DALAM MENYUSUN SKALA PRIORITAS Setelah kebutuhan yang paling mendesak terpenuhi, maka kita baru boleh memikirkan bagaimana pemenuhan kebutuhan lainnya. Lagi-lagi manusia perlu menyusun skala prioritas, kebutuhan mana yang perlu didahulukan dan mana yang bisa ditunda. Ada beberapa hal yang perlu dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan skala prioritas, yaitu antara lain sebagai berikut : Tingkat Urgensi Hal yang pertama yaitu tingkat urgensinya, yaitu bagaimana didalam menentukan pilihan, mana yang harus didahulukan harus perlu dipertimbangkan seberapa jauh tingkat kepentingan hal tersebut. Sebagai contoh : Ada seorang anak yang akan menghadapai ujian, pada malam sebelum hari ujian ia akan belajar, namun tiba-tiba lampu kamar mati dan dia juga belum membeli pensil, manakah yang lebih penting dari lampu belajar atau
membeli pensil? Dalam kasus ini hal yang diutamakan adalah membeli lampu kamar sebagai sarana penerangan belajar, sedangkan alat tulis bisa meminjam kakak atau adik terlebih dahulu. Kesempatan yang Dimiliki Yang kedua adalah apabila sebuah kebutuhan hanya dibutuhkan pada saat itu saja, maka perlu didahulukan. Misalkan dalam suatu kondisi darurat, keselamatan atau kesehatan merupakan hal yang paling diutamakan. Demi kesembuhan dan kesehatan maka obat merupakan kebutuhan nomor satu dan yang paling utama untuk didahulukan dibandingkan hal lainnya yang bisa ditunda dan dikesampingkan terlebih dahulu. Pertimbangan Masa Depan Yang ketiga adalah bagaimana jika dalam menghadapai pilihan yang sulit, maka faktor masa depan juga perlu dipertimbangkan. Sebagai contoh : Ada berbagai pilihan bidang les yang ingin kita ikuti, namun karena keterbatasan suatu hal maka kita harus menentukan salah satu dan tidak bisa memilih keduanya, manakah yang harus kita pilih? Dalam hal ini kita harus mempertimbangkan mana yang paling bermanfaat bagi masa depan kita? Matematika atau Bahasa Inggris? Kedua hal tersebut semuanya penting, namun mengutamakan Bahasa Inggris merupakan pilihan yang paling tepat, sebab kegunaan Bahasa
43
Inggris dimasa depan yang akan datang lebih luas dibandingkan dengan Matematika. Ini adalah salah satu pilihan yang didasarkan dengan kebutuhan untuk masa depan. Kemampuan Diri Hal terakhir yang bisa menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan skala prioritas adalah berawal dari sifat manusia yang mempunyai banyak keinginan dan selalu merasa tidak puas, namun ada hambatan karena keterbatasan kemampuan, baik dari segi ekonomi maupun yang lain. Maka perlu dipertimbangkan pula berdasarkan kemampuan yang dimiliki, baik dari segi materi maupun non materi agar pilihan yang diambil bisa tepat sesuai kemampuan. Sebagai contoh : Di era jaman sekarang ini, persaingan hidup dikota
besar sangatlah ketat dan memaksa manusia untuk saling berlomba agar tidak tertinggal dengan yang lain. Dalam kondisi kesemrawutan ini, kadang muncul persaingan yang tidak sehat, berusaha memaksakan diri agar bisa sama dengan orang lain tanpa mempertimbangkan kemampuan diri, akibatnya belum tentu akan bertahan lama, bisa saja malah semakin menderita dikarenakan keterbatasan yang dimiliki. KESIMPULAN Dengan adanya beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan skala prioritas di atas, maka alangkah baiknya apabila kita membuat daftar kebutuhan yang kita inginkan sebanyak-banyaknya, kemudian urutkan mana yang perlu didahulukan dan mana yang bisa ditunda.*** Sumber Sri Sudarmi Waluyo penulis merupakan pembuat buku panduan tentang galeri pengetahuan social terpadu. Jordan merupakan pengusaha sukses sebagai broker saham. Ia memperoleh dan memiliki apa saja yang ia inginkan. Gaya hidup Jordan terbilang selalu dilingkupi hal yang super mewah. Bahkan pada usia 25 tahun, Jordan mampu mencetak pendapatan hingga US$ 250 juta melalui perusahaan sekuritas miliknya, Stratton Oakmont. Namun kekayaan Jordan menyusut ketika dituding melakukan pelanggaran hukum dan aktivitas pencucian uang.
Jordan Bellford
“Ketika anda menjalani hidup anda dengan menentukan standar kemiskinan, anda menimbulkan kerusakan pada setiap orang yang melintasi jalan anda, terutama orang yang anda cintai”
Ia harus kehilangan ratusan juta dolar dan pindah dari rumah mewah ke penjara. Tidak berakhir sampai di situ. Jordan diwajibkan membayar denda dan ganti rugi sekitar US$ 100 juta.
44. ORBITAN LEPAS
GERBANG SURGA
T
Felix Supranto, SS.CC
uhan tidak pernah menutup diri untuk dikenali. Seorang ibu meneleponku. Ia memintaku untuk membaptis papanya yang berusia sembilan puluh empat tahun (90). Papanya tidak mengenal Tuhan Yesus sebelumnya. Keadaaan papanya itu sekarang lemah. Matanya terus terpejam. Ia tidak mau makan.
man iman. Ia pun bertanya kepadanya: “Apakah papa mau menjadi Katolik?”. Papanya menjawab dengan mata terbuka lebar: “Saya mau menjadi Katolik”. Ibu itu ingin papanya memperoleh apa yang dirindukannya, yaitu menjadi murid Tuhan Yesus dan anak Bunda Maria, sebelum ia harus masuk dalam gerbang surga.
Sebelum keadaaannya yang lemah ini, opa itu selama beberapa minggu terus berdoa di depan Gua Maria. Ia juga selalu memegang patung Bunda Maria dan patung Tuhan Yesus Kristus yang terletak di samping tempat tidurnya. Ibu itu tidak tahu dari mana papanya itu bisa mengenal Bunda Maria dan Tuhan Yesus. Ibu itu yakin bahwa papanya pasti mempunyai pengala-
Aku membaptisnya pada tanggal 17 April 2015 dengan nama Antonius. Nama opa itu sekarang menjadi Antonius Ng Tjie Kiat. Mataku terbelalak melihat perubahan kondisinya setelah menerima pembaptisan. Kondisinya tiba-tiba membaik. Ia mulai membuka matanya. Ia berbicara kepadaku dalam bahasa HK atau Kek yang kuterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebisanya: Foto Dok Pribadi
45
Walaupun mulutku diam, mataku terpejam, dan badanku terkulai lemah, tetapi, hati dan jiwa ini sedang melihat masa hidupku di masa silam, sekarang, dan masa mendatang. Di masa silam aku merasa mampu berjalan sendiri. Aku merasa kuat menapaki hidupku sendiri. Akibatnya, aku sering sampai pada jalan buntu dan gelap, yang hampir menjatuhkan aku ke dalam jurang kehancuran. Anehnya aku senantiasa menemukan Tangan yang membangkitkan kembali hidupku. Di ambang Gerbang Surga, Aku berteriak : “Tolonglah aku, bawa aku ke sana karena di masa silam aku tidak mengandalkan Engkau, Sang Pemilik Surga”. Aku tersentak, ternyata Tangan Tuhan yang berkali-kali mengangkatku dari kesulitan dan sering kuabaikan itu, kini kembali terulur dengan kehangatan cinta. Tangan Tuhan itu ada sebuah tulisan :”Aku ada untuk engkau, anakku”. Aku bahagia dengan menerima pembaptisan karena aku telah menyerahkan diriku dalam rengkuhan tangan kasih-Nya. Kini masa lalu aku syukuri dan masa depan tak perlu aku takuti. Semuanya itu karena Dia ada bagiku dan Dia adalah segalanya bagiku.
Pesan dari cerita iman ini: Iman akan Tuhan Yesus diangerahkan pada orang yang menyukai keheningan. Keheningan akan mengasah hati menjadi “bening” /terang/cerah sehingga dapat melihat keberadaan-Nya untuk kita. Kita hanya bisa memandangNya dengan doa penuh syukur “Tuhan, aku tak dapat hidup di luar kasihMu. Tinggallah selalu bersamaku. Tanpa Engkau, Tuhan, hidupku tak berarti”. Sabda Tuhan melalui Nabi Yesaya di bawah ini meneguhkan kita untuk senantiasa berdiam di dalam Tuhan demi menikmati kasih dan kekuatan-Nya : “Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.”….” (Yesaya 30:15).***
46. PSIKOLOGI
Berkeras Hati Karena Luka Batin M.M. Nilam Widyarini
S
ering dinyatakan bahwa jiwa manusia itu sangat rapuh. Begitu mudah tergores, bahkan hancur lebur karena bermacammacam perlakuan yang dirasa tidak menyenangkan. Beberapa contoh ekstrim dapat kita ingat dari kasus pembunuhan yang pernah diberitakan oleh media massa. Seorang pemuda membunuh keluarga sahabatnya, tempat ia diterima menginap sebagai layaknya anggota keluarga, hanya gara-gara diminta mengecilkan volume televisi yang ditontonnya. Beberapa kali juga diberitakan adanya pembunuhan yang pemicunya hanya sekedar tagihan utang beberapa puluh ribu rupiah. Kita pada umumnya juga merasa sakit hati bila ada orang yang memberikan penilain tidak baik atau bertindak meremehkan diri kita (entah disengaja maupun tidak disengaja). Hati manusia, seolah-olah benda lembut yang harus diperlakukan dengan penuh kelembutan, penghargaan, dan kasih sayang. Menghadapi Dunia yang ”Keras” Seorang motivator, Andre Wongso, pernah menyatakan bahwa kita harus memperlakukan diri sendiri secara keras. Bila tidak, maka dunia yang akan memperlakukan kita
secara keras. Apakah maksudnya? Dalam hal ini nampaknya pak Andre Wongso mau menjelaskan bahwa kita punya kecenderungan untuk diperlakukan secara enak dan ingin hidup enak, namun kenyataannya dunia sangat keras, dan situasi tidak selalu menyenangkan. Itulah sebabnya kita perlu melatih diri secara keras, agar dapat mengatasi keadaan apapun yang kita hadapi.
Andre Wongso
Nah, apa gerangan yang perlu kita latih untuk diri kita sendiri? Yang merasa enak atau tidak enak adalah perasaan kita. Sedangkan bagaimana perasaan kita, tergantung bagaimana kita memaknai segala sesuatu yang kita alami. Mungkin banyak orang berpendapat bahwa supaya hidup enak kita perlu melatih diri bekerja keras supaya
47
sukses dalam materi, pendidikan, rumah tangga, hubungan interpersonal, dsb. Namun, bukankah selalu ada kemungkinan situasi berubah: meski sudah membangun dengan susah payah, namun dapat porakporanda? Misalnya, seseorang sudah berusaha membina rumah tangga sebaik mungkin, namun dalam perjalanan pasangan mengalami godaan dari orang ke tiga dan jatuh dalam pelukan orang tersebut dan menyebabkan kehamilan. Akibatnya, luka batin pun menganga, bukan hanya pada pasangan yang dikhianati, melainkan juga pada anak-anak mereka. Luka batin menyandera mereka, sehingga hari-hari dirasa tidak dapat cerah lagi seperti sebelumnya. Bagaimana memulihkan keadaan emosi mereka supaya dapat tetap menghadapi hidup dengan ceria? Luka Batin Seorang ibu mengeluh, anak laki-lakinya yang baru masuk SMP sangat mudah meletup emosinya. Bukan hanya dia yang menjadi sasaran, melainkan juga teman-teman sekolahnya. Tito, anak itu adalah ABG yang cerdas. Kepada konselor ia mengakui bahwa apa yang dikatakan ibunya itu benar, namun menurutnya itu adalah hal yang biasa. Maksudnya, ekspresi emosinya tidak perlu dipersoalkan. Ketika diminta menceritakan peristiwa-peristiwa marahnya yang per-
anak SMP frustasi foto sufersparadise
nah terjadi dan mengenai pemicu yang menyebabkan kemarahannya, ia bercerita dengan lancar. Nampak ia memiliki penilaian-penilaian negatif terhadap berbagai situasi yang dihadapinya, baik kakak, ibunya, beberapa teman yang menjengkelkan, beberapa guru sekolah yang menjengkelkan, sampai sistem pendidikan di sekolahnya. Ia juga memberi contoh, menggambarkan bahwa tidak semua hal yang mengecewakan itu membuat marahnya meledak, melainkan hanya hal-hal yang melukai perasaannya. Meski dalam keluarga ada pribadi yang dapat ditunjuknya sebagai pribadi yang sabar dan suka bercanda, yaitu ayahnya, namun dengan keras ia mengatakan tidak mau bersikap se-perti itu. ”Tidak mau. Tidak mungkin seperti itu, karena sudah terlanjur biasa, tidak ada situasi sayang-menyayangi seperti itu di rumah”, katanya. Meski diyakinkan bahwa itu bisa terjadi kalau dimulai, lagi-lagi ia menolak dengan keras,
48
Konseling di Sekolah oleh guru BK foto BPKpenabur
dan mengatakan itu sebagai hal yang aneh di rumahnya. Namun ketika ditanya pendapatnya mengenai ibunya, ia tetap merasa bahwa ibunya sayang padanya. Hanya saja ia mengharapkan ibunya lebih banyak memberi perhatian, dan tidak menyalahkan kalau ia mengalami masalah. Ia mengaku bahwa di rumah sering sengaja membuat keributan, ”supaya enggak bete”, katanya. ”Tiap hari di rumah sepi, paling-paling cuma sama pembantu”. Ia mengaku kehilangan teman-teman bermainnya sejak lulus SD karena pisah sekolah dan juga pisah kota. Tidak ada lagi yang bermain ke rumahnya. Dengan agak sinis ia juga menyebutkan bahwa baru kemarin pembantunya ke-
luar, karena tidak kerasan. Pendek kata, ia merasa bahwa tindakantindakannya yang emosional itu ada alasan dan ia memang ingin seperti itu. Usai mendengarkan Tito, konselor kembali menjumpai ibunya, dan mendapat informasi bahwa ia adalah orang tua tunggal, karena suaminya menikahi orang lain sejak Tito masih di kelas dua SD. Dengan demikian ia harus bekerja sehingga tidak selalu dapat menemani anakanak saat mereka di rumah. Anakanak tetap berkesempatan bertemu atau tinggal di rumah ayahnya pada hari Sabtu dan Minggu, dan ia juga mendiskusikan masalah anak-anak dengan mantan suaminya. Menu-
49
rutnya Tito memiliki rasa cemburu pada adik tirinya yang juga laki-laki. Tito pernah mengancam ibunya akan bunuh diri kalau ia juga menikah lagi. Jadi, jelas sudah bahwa Tito sengaja memilih tindakan-tindakan keras untuk mengekspresikan luka batin dan kesepiannya akibat keluarga yang terpecah dan merasakan kehilangan kasih sayang. Pada beberapa orang dewasa, luka batin yang terjadi pada saat masa kanak-kanak seperti ini tetap membekas, sehingga sering mendatangkan emosi negatif dan reaksi yang keras saat ia menghadapi situasisituasi tertentu yang menyangkut harga dirinya. Ia tidak pernah merasa bersalah dengan reaksi-reaksi keras yang dilakukannya, dan justru membenarkan dirinya bertindak demikian. Hatinya mudah terluka dengan situasi-situasi tertentu yang bagi orang lain tidak menjadi persoalan. Dengan demikian justru mendatangkan penderitaan bagi perasaannya, dan di sisi lain juga mendatangkan reaksi negatif dari orang-orang yang tidak menyetujui reaksinya yang negatif. Duh! Adakah jalan keluar dari penderitaan seperti ini? Menyembuhkan Luka Batin Luka batin pada seorang terjadi karena peristiwa-peristiwa emosional yang sangat kuat yang membekas hingga alam bawah sadar. Pada con-
toh kasus Tito di atas, nampaknya ia cukup sadar bahwa dirinya sangat kecewa dan kesepian karena tidak utuhnya kasih sayang kedua orangtuanya. Situasi semakin buruk karena lingkungan sosial yang kurang memuaskan setelah ia masuk SMP. Namun ia tidak menyadari sepenuhnya mengapa perceraian orangtuanya itu terjadi, lalu cenderung menyalahkan ibunya, dan menyalahkan berbagai situasi yang dirasa menekan dirinya. Tidak semua anak korban perceraian mengalami luka batin hingga dewasa. Dalam perjalanan ia dapat menerima kenyataan berkat dukungan sosial, entah dari kakek/ nenek/paman/bibi/teman-teman,dll. Dengan adanya kasih sayang pengganti sebagian anak-anak korban perceraian dapat berproses memahami dan akhirnya menerima kenyataan secara apa adanya. Menurut data yang dihimpun oleh BKKBN hampir 10% dari pasangan suami isteri yang menikah setiap tahunnya berujung pada perceraian. Data terakhir yang dirilis Mahkamah Agung melalui Direktorat Jenderal Badilag, dalam rentang sembilan tahun terakhir, terdapat sekitar 161.656 perkara perceraian yang diputus Pengadilan setiap tahunnya. [2] Data ini melonjak tajam dari sebelumnya mengingat faktor utama penyebab masalah ini ditengarai karena faktor ekonomi dan pertengkaran yang terus menerus terjadi dalam keluarga.
Mereka mengerti bahwa telah terjadi ketidakberesan, namun mereka tidak menyalahkan siapa-siapa.
50.SANTO SANTA Dengan demikian luka batin mereka terkikis, dan mereka terus menggali kekuatan dari dalam diri mereka sendiri, yakni kekuatan untuk memahami berbagai situasi rumit dan menemukan jalan keluar yang bersumber dari pemahaman itu sendiri. Proses seperti itulah yang diperlukan oleh Tito. Sebagai anak yang baru memasuki masa remaja, ia butuh dimengerti dan perlu mendapatkan dukungan emosional. Selanjutnya ia dapat dibimbing untuk memahami dinamika dibalik kejadian secara adil dari berbagai sisi. Sebagian orang mengelak untuk memahami situasi yang baginya menyakitkan, dengan alasan tidak mau mengingat-ingat lagi. Juga sebagian orang menasihati bahwa situasi yang menyakitkan jangan diungkit-ungkit, supaya lukanya tidak semakin menganga. Namun, bila hal ini dituruti, yang terjadi sesungguhnya justru luka itu terus menggerogoti dirinya. Sebaliknya, bila segala kegelapan dalam diri kita dibawa ke dalam terang, yakni disadari, maka kegelapan itu akan menjadi bagian dari terang. Hal ini telah ditegaskan oleh Jung, tokoh psikodinamika yang terkenal dengan konsepnya ketidaksadaran (pribadi dan kolektif) maupun oleh para bapa spiritualitas.*** Penulis merupakan AGAPE
psikolog dalam kelompok
Santa Brigitta (Janda)
K
23 Juli
ehidupan seorang santa tak jauh dari kehidupan orang biasa. Ia mengalami hal-hal yang dialami setiap manusia lainnya. Beda-nya, dalam melakukan pilihannya, ia selalu mendahulukan kehendak Allah. Inilah yang ditunjukkan St. Brigitta di masa hidupnya. Ia adalah seorang santa dari Swedia yang lahir tahun 1303 dan meninggal 23 Juli 1373. Kehidupannya adalah cermin bagi kita semua yang ingin hidup mengandalkan kasih Kristus semata-mata. Kematian sang suami tercinta justru membuat Brigitta semakin menda-
51.CERPEN lami devosinya terhadap Kristus. Penglihatan yang dialaminya sejak kecil sering dialaminya dan semakin nyata. Ia yakin bahwa Kristus sendiri yang hadir di hadapannya. Tulisan akan penglihatannya akan Kristus diterjemahkan dalam Bahasa Latin oleh dua teolog dari Linköping, Matthias Magister dan Prior Peter. Hidup religius dan meditasi mendorongnya untuk membentuk sebuah kongregasi baru, yakni Brigittines atau yang dikenal dengan Ordo Sang Penyelamat. Pada tahun 1346, Brigitta mendapatkan penghormatan
PESAN TERAKHIR bagian 1 oleh : Audrey Regina
secara langsung oleh Raja Swedia, Raja Magnus dan permaisurinya. Brigitta melakukan perjalanan ke Roma tahun 1349 untuk mendapatkan pengakuan atas keberadaan ordonya. Kemudian ia meninggal dunia di Roma pada tahun 1370. Di tahun yang sama Paus Urbanus V memberikan izin resmi berdirinya Ordo Brigittines. Pada tanggal 7 Oktober 1391, Brigitta mendapatkan kanonisasi sebagai santa oleh Paus Bonivasius IX. *** “Satya, lo menang ya pas tanding basket sama SMA sebelah? Selamat, lo keren banget kemaren!” puji Reno. Ia menepuk pelan bahuku. Dan ia membuatku bersemangat pagi ini ketika masuk sekolah. “Gue lihat kemaren lo banyak juga masukkin bola ke ring, keren juga lo, Sat,” kata Haykal. “Thanks ya, Reno, Haykal,” kataku singkat.
K
emudian aku melihat Nino. Ia sedang menggambar sesuatu di buku sketsanya. Dan ketika menyadari kehadiranku, ia buru-buru menyobek gambar itu dari bukunya dan memberikannya padaku. Aku mene-rimanya dan melihat gambar itu. Ia dengan keahliannya menggambar, menggambar seorang pemain basket dengan nomor punggung 11 sedang memasukkan bola ke ring. Dan di atas angka 11 itu, tertulis nama SATYA. Dia menggambarku ketika sedang bermain kemarin.
52
“Itu hadiah atas kemenanganmu,” katanya singkat sambil tersenyum. Aku memegang kertas itu dan langsung merangkul Nino hangat seperti biasa yang sahabat lakukan. “Thanks, Nino. Gambar lo keren,” kataku. Kemudian, para gadis sekolah berhamburan ke arahku dan Nino. “Satya, kemarin kamu menang kan? Selamat ya, kemarin aku nonton pertandingannya, lho,” kata seorang gadis. “Kamu keren banget, Satya,” kata yang lainnya lagi. Dan, pujian banyak gadis itu terdengar di telingaku. Aku merasa senang karena mereka memujiku dan membuatku menjadi bangga dan senang karena aku jadi idola mereka. Namun, seorang gadis menarik kertas di tanganku dan memperhatikannya dengan seksama. Lalu melihat di sudut kanan bawah kertas itu, tertulis ‘By : El Nino Alfrasa’. Dan kemudian ia menunjukkan gambar itu kepada teman-temannya. Aku kebingungan untuk beberapa detik. Kemudian gadis-gadis itu mengalihkan pandangannya dariku. “Wah, ini yang gambar kamu, Nino?” tanya seseorang. Nino mengangguk. Kemudian gadis itu tersenyum lebar. “Wah, kamu jago gambar ya, gambarkan aku dong,” pintanya. Dan seluruh gadis juga meminta hal serupa. Aku buru-buru menjauh dari kawanan gadis itu dan menghampiri Haykal dan Reno.
“Sejago-jago basketnya lo, kayaknya mereka lebih demen sama Nino daripada lo,” kata Haykal. “Iya, gue sadar sih gue emang nggak seganteng Nino, tapi bukannya harusnya mereka bangga punya pacar anak basket?” kataku setengah mencibir Nino yang tidak bisa basket. Haykal menepuk pundakku. “Nino itu istimewa. Gambarnya bagus, dan mungkin cewek-cewek itu lebih suka sama cowok yang berjiwa seni kayak Nino. Tenang aja, nanti lo juga bakal punya pacar kok, Sat,” hibur Haykal. Aku menepis tangan Haykal yang menepuk pundakku tadi. Kemudian pergi meninggalkan Haykal dan Reno. Juga Nino. Aku bisa saja memaafkan jika biasanya Nino juga dekat dengan banyak gadis di sekolah. Tetapi, untuk kali ini aku tidak bisa. Ketika aku menjadi pusat perhatian mereka pagi ini, karena kehadiran gambar Nino membuatku hanya menjadi pusat perhatian selama 30 detik. Dan sepertinya Nino akan terus berjaya. Akhir-akhir ini, aku sedikit menjauhi Nino. Setiap istirahat biasanya, aku, Nino, Haykal, dan Reno akan makan bersama di kantin. Tapi, akhir-akhir ini aku sedikit mengasingkan Nino. Sehingga dia yang juga menyadarinya, memilih memisahkan diri. Setiap istirahat, ia duduk-duduk di pinggir lapangan sambil sibuk dengan gambarnya.
53
“Lo masih benci sama Nino soal kejadian itu?” tanya Reno. “Gimana nggak,” jawabku kesal. “Nino nggak salah, Sat.” Kata Reno tiba-tiba. “Bukan salah Nino kalau dia jadi pusat perhatian para cewek itu, gue pun bisa terima,” lanjutnya. “Gimana perasaan lo, ketika lo lagi di idamidamkan cewek-cewek di sekolah, dan tiba-tiba ada yang merebut mereka secara nggak langsung?” tanyaku.
Dan seperti perkataan mereka. Mereka berdua menjauhiku. Dan mereka mencoba mendekati Nino. Tapi, nampaknya kedekatan mereka dengan Nino pun tidak seakrab dulunya. Nino hanya menganggap buku sketsa dan pensilnya sebagai sahabatnya saat ini. Dia tidak akan memedulikan Reno atau pun Haykal. Dia sudah asyik dengan dunianya.
“Reno maupun Haykal tidak ada yang menjawab. Mereka tidak mengalami hal sepertiku, mereka tidak akan mengerti.” Sampai suatu hari, aku semakin menjauhi Nino. Laki-laki itu setiap hari hanya duduk-duduk di pos satpam atau di lapangan, atau sesekali pindah ke kantin, namun dengan meja yang berbeda denganku, Reno, dan Haykal. Ia menjadi penyendiri, walau masih sering dihampiri gadisgadis, dia sepertinya tidak seakrab dulu dengan para gadis itu. Dia hanya sibuk dengan gambar-gambarnya di buku sketsanya. Dan, tiba ketika roda kehidupan itu berputar. Reno dan Haykal, mengatakan muak melihat sikapku yang terlalu egois dan selalu mengasingkan Nino, bahkan mereka bilang aku adalah penyebab Nino menjadi penyendiri. Nino berubah total. Mereka menjauhiku, sampai aku bisa berbaikan dengan Nino.
Hari Senin ini, aku pulang agak sore menjelang malam karena masih ada beberapa tugas yang harus dikerjakan. Aku menunggu angkot yang lewat karena terlalu lelah berjalan kaki ke rumah. Ketika sedang berdiri di pinggiran jalan, ponselku berbunyi. Dari nomor yang tidak kuketahui. Aku pun mengangkatnya. “Halo?” “Halo, halo, ini Nak Satya kan? Iya? Satya kan? Halo? Satya?” tanya suara di seberang sana, nadanya seperti seorang wanita yang sangat panik. “I... iya iya ini Satya, ini siapa ya?” tanyaku balik. “Ah syukurlah,” katanya lega. “Ini Tante Dewi, ini mamanya Nino.” Katanya. Mendengarnya, Satya ingin segera mematikan ponselnya.
54
“Nak Satya lihat Nino tidak ya? Seharusnya dia pulang dari sekolah kan jam dua, jadi sampai di rumah jam setengah tiga. Tadi Tante sudah telepon Reno dan Haykal, mereka berdua sudah pulang dan bilang pada Tante kalau Nak Satya hari ini pulang agak sorean. Nak Satya masih di sekolahkah? Bisa tolong lihat Nino ada di sana atau tidak ya?” Aku berpikir sejenak. Aku memang masih berada di depan gerbang sekolah, namun aku tidak mungkin mencari-cari sosok Nino. “Kebetulan saya sudah di dalam angkot dan sudah di jalan pulang,” jawabnya ngarang. Terdengar nada kecewa wanita itu. “Oh, kalau begitu ya sudah deh. Tapi Nak Satya tahu kira-kira Nino ke mana?” tanya wanita itu lagi. Aku berpikir lagi. Kenapa ibunya sangat cemas kalau anaknya pulang sore? Wanita itu jelas-jelas sangat memanjakan Nino. Aku melirik jam tanganku, ini baru jam stengah enam. Bisa saja Nino ada kencan dengan salah seorang gadis di sekolah. “Halo? Halo? Nak Satya?” tanya wanita itu. “Saya nggak tahu di mana Nino,” jawabku singkat. “Oh ya sudah deh, terima kasih ya,” Aku mematikan teleponnya duluan. Peduli amat sama Nino. Seketika itu juga ada sebuah angkot merah yang lewat, dan aku langsung naik ke dalamnya ketika angkot itu berhenti.
Angkot itu berhenti tiba-tiba. “Kenapa, Bang?” tanyaku. “Ini Mas, bensinnya habis,” katanya. Aku melihat jalan sekitar, sudah dekat rumahku. Jadi kuputuskan turun dan menghabiskan sisa perjalanan dengan berjalan kaki. Di tengah perjalanan, aku bertemu seseorang yang tidak asing bagiku. “Satya,” panggilnya. “Nino kecelakaan ketika pulang sekolah, sekarang dia dirawat di rumah sakit. Kami hanya ingin lo ke rumah sakit itu dan memberi semangat kepadanya,” kata Reno. Aku melirik Reno dan Haykal bergantian, mencoba mencari jejak kejujuran dari omongan mereka di mata mereka. Namun, aku menemukannya. Mata mereka tidaklah sedang berbohong. Mereka serius. Aku menggeleng tegas. “Mungkin dia akan lebih bersemangat ketika dijenguk oleh gadis-gadis yang dekat dengannya di sekolah,” kataku. Aku menelan ludah dan kembali berjalan. Reno dan Haykal memang tidak menahanku, tapi mereka terus memanggil-manggil namaku. Dan aku tidak akan pernah peduli apa yang terjadi pada El Nino Alfrasa. Sekali membencinya, benci adalah benci. Benci tetap benci. Minta maaf darinya pun tidak akan mengubah keadaan... (bersambung) Penulis adalah pelajar berusia 15 tahun.
55.POTRET GEREJA Meskipun demikian frater kurus, item, keriting, nan ganteng ini (baca: Fr. Surya) berasal dari sebuah kota kecil bernama Gemolong, kabupaten Sragen,Paroki Purbowardayan. Kota tempat saya tinggal itu terkenal di seantero bangsa, karena terdapat Museum Sangiran tempat fosil Pithecanthropus Erectus ditemukan. Bahkan sekarang museum itu telah menjadi warisan dunia yang diakui UNESCO. Jadi silahkan yang mau mampir ke Gemolong yang terkenal itu.
Dok Pribadi
Kembali ke “RUMAH”
D
Fr. Giovanni Surya Nandi Putra
itugaskan di Paroki Cilandak berarti kembali ke “rumah”. Itu karena data di Seminari Tinggi St. Yohanes Paulus II Keuskupan Agung Jakarta tertera “Fr. Giovanni Surya Nandi Putra – asal: Paroki St. Stefanus Cilandak. Maklum, sebelum masuk seminari, saya indekos di daerah Terogong depan apartemen Bumimas yang masih termasuk wilayah Paroki Cilandak.
Saya anak pertama dari empat bersaudara lahir pada tanggal 24 Januari 1987. Dari empat anak itu salah satunya adalah perempuan. Nama Surya diberikan oleh ibu karena tepat pukul 08.00 waktu Indonesia bagian Gemolong, jabang bayi itu lahir menyambut dunia. Nandi diambil dari nama seorang Romo Projo Semarang yang secara harafiah kata itu berarti sapi. Sedangkan Putra berarti anak pertama laki-laki. Tidak heran, Rm. Setiadi, SCJ mengartikan sebagai anak sapi yang kepanasan matahari.
56
Apapun itu yang jelas orang tua berharap anaknya menjadi orang yang baik. Berbicara mengenai yang baik. Saya percaya “Gusti sae” Tuhan itu baik. Dan itulah alasan mengapa saya ditugaskan untuk nge-TOP di Paroki Cilandak. TOP sendiri adalah kependekan dari Tahun Orientasi Pastoral. Dalam tahun ini seorang calon Imam yang telah menyelesaikan pendidikan S1 filsafat-theologi, diutus untuk melihat, belajar, merasakan, dan sedikit banyak ikut ambil bagian dalam pelayanan pastoral seorang imam. Harapannya setelah TOP di Cilandak, seorang calon Imam (termasuk saya) memiliki gambaran dan visi menjadi seorang
TUHAN berbicaralah “sebab hamba-Mu mendengar 1 Samuel 3:10
Imam yang baik – yang mampu menjawab kebutuhan umat – yang didasarkan relasi yang mendalam dengan Tuhan – dan bersama-sama dengan umat berjalan menuju kekudusan. Dalam satu minggu ini (sampai pada saat artikel ini ditulis) tentu pengetahuan saya mengenai Paroki amat minim. Namun yang membuat saya kagum adalah partisipasi umat dalam berbagai kegiatan yang ada dan kemurahhatian yang luar biasa, Gedung Leo Dehon tidak pernah sepi, parkiran tidak pernah kosong. Itu
artinya Paroki ini sungguh “hidup”. Di dalam hal belarasa, menurut penuturan Romo Martin van Ooij, SCJ. Paroki Cilandak menempati urutan ke-3 se KAJ. Terus kurangnya apa? Apapun itu kita bersama-sama menjadi Gereja yang sempurna, Gereja yang adalah Tubuh Mistik Kristus yang mana Kristus sendiri sebagai kepalanya. Untuk mewujudkannya mau tidak mau jalannya adalah lewat Iman yang semakin mendalam. Kalimat terakhir yang “berat” itu sebenarnya mau mengatakan agar kita (saya berharap) semakin berusaha menumbuhkan Iman dalam keluarga, lingkungan, wilayah dan Paroki. Semakin berbuah nyata dalam karya dan pelayanan. Makin banyak orang muda yang terlibat – syukur kalau ada yang menanggapi panggilan khusus baik menjadi Imam tarekat SCJ, OFM, SDB, SX, dsb atau Imam Diosesan yang mengabdi pada Keuskupannya. Untuk menutup tulisan ini saya mau mengutip kata-kata seorang oma yang saya temui pada waktu misa terakhir di minggu sore. “Gusti Kerso” (Tuhan Mau), Tuhan mau saya belajar berpastoral disini. Tuhan mau saudara-saudari mendoakan saya. Tuhan mau saudara-saudari turut membentuk saya menjadi pribadi yang rendah hati. Tuhan mau kita berjalan bersama menuju kekudusan. Tuhan mau saya/ kita kembali ke “rumah”. Tuhan mau..***
57.POJOK KOMSOS
S
ejak Tahun 2008, Martinus ole menekuni usaha mengumpulkan barang barang rongsokan karena usaha ini menjanjikan dan harga jualnya bagus. Pengelolaannya sangat mudah, barang-barang ini mampu bertahan lama, bisa dikontrol dengan baik dan perawatannya-pun tidak sulit, asalkan rajin kita bisa dapatkan yang diinginkan
Dengan Koperasi Budi Asih, Martinus tidak hanya melakukan pinjaman yang mempermudah usahanya tetapi juga investasi. Koperasi budi Asih yang dijalankan gereja mampu membangun kepercayaan yang besar atas makna pelayanan serta kemajuan perekonomian. Dengan bunga pinjaman yang tidak tinggi dan bunga yang dibayarkan dapat dikembalikan kepada kita berupa deviden maka Koperasi Budi Asih adalah sebuah pilihan yang terbaik. Photo credit; kornelius
58.CFJ
Laporan Akhir COIN FOR JESUS I Desember 2014 s/d Mei 2015 !
!
-+ -+ -+ -+ -+ -+ -+ -+ -+ -+
-+
-+
-+
$)4,7)>)4 78-5*-9 $<5*)6/)63-4/<6)>)69>)6 $<5*)6/)63-4/-41?)91) $<5*)6/)6>)9/)>14)@)0& $<5*)6/)6>)9/)>14)@)0416/3%0-9-:1) %9)6:.-9% %9)6:.-9,)916,91))70 %9)6:.-9,)914-? %9)6:.-98-6/<58<4)6:-398)9731 %9)6:.-9,)91)9;0))6,)> <6/))63 1)@))63 ")2)3 1:<5*)6/3)6<6;<3")9731);1<,<:(-:<: "),)6/ 1:<5*)6/3)6<6;<3")9731$;&1;)41:->76131; #<;-6/ 1:<5*)6/3)6<6;<3")9731$;(7:-8 %19;73-6+767")4-5*)6/
)6 )6 )6 )6 )6 )6 )6 )6 )6 )6 )6 )6 )6
)6
)6
)6 -* -* -* -* -*
)9
)9
)9
"
1:<5*)6/3)6<6;<3")9731$;)*91-4 <6<3)6
1:<5*)6/3)6<6;<3")9731$;"1<:1:;16/ %)62<6/)9)6/ 1:<5*)6/3)6<6;<3")9731$;(<:<8%)62<6/ )9)6/ 1:<5*)6/3)6<6;<3")9731$;(70)66-:)91) &1)6-@")4-5*)6/ 1:<5*)6/3)6<6;<3")9731')--:)5*1 )*<0)6)27#<;-6/
1:<5*)6/3)6<6;<3")9731$)6:1,797"0141816) 1)@)%9)6:.-9 $<5*)6/)6>)9/)>14)@)0& $<5*)6/)6>)9/)16/3-41:1;): $<5*)6/)6>)9/)16/3-6-,1+;<: <6/))63 1)@),5161:;9):1 1)@)")2)3 %9)6:.-9,)91)91)$ $<5*)6/)6>)9/)4>;$-39")9731 <6/))63 1)@),5161:;9):1 1)@)")2)3 <6/))63 1)@),5161:;9):1 1)@)")2)3
-* -* -* 59
)9
)9
)9
<6/))63 1)@),5161:;9):1 1)@)")2)3 <6/))63 1)@),5161:;9):1 1)@)")2)3
89
1:<5*)6/3)6<6;<3")9731$;(70)6-:"-5)6,1
89
1:<5*)6/3)6<6;<3")973175*))9181; $<5*))9); 1:<5*)6/3)6<6;<3-9-2));7413$;):1 &16)6;1<: 1:<5*)6/3)6<6;<3#<5)0*),);")<4<:
89
1:<5*)6/3)6<6;<3")9731$;9674,<:)6:-6
89 89
89
89
89
89 )@ )@ )@
1:<5*)6/3)6<6;<3)8-4)58<6/)9< ")4-5*)6/(70)6-:)9@7;7 1:<5*)6/3)6<6;<3)8-47079)9<(70)6-: )9@7;7 1:<5*)6/3)6<6;<3")9731$;(<:<.73)8 $-5)9)6/ 1:<5*)6/3)6<6;<3-9-2));7413$;):1$; (70)6-:$1:7)927 <6/))63 1)@),5161:;9):1 1)@)$)4,71615<5 1)@)")2)3 <6/))63 "-6)913)6!=-977316/ 1)@)")2)3
)@
!-#+.'&-%)()$#(*#+*&#+)/)#,)+',-&.0.
89 89 89 89
Terimakasih kepada seluruh umat atas partisipasinya. Khusus terimakasih kepada para Koordinator Wilayah dan para Ketua Lingkungan atas bantuannya mengumpulkan sumbangan umat di wilayahnya.
Gereja Katolik Santo Yusup Kokap salah satu gereja yang mendapatkan CFJ foto : yoksetyo
Laporan dibuat oleh : Endang Surastri (Bendahara Coin for Jesus I) Mengetahui Antonius Santosa B.Pangestu (Ketua Panitia Coin for Jesus I)
Terimakasih tak terhingga kami sampaikan juga kepada bpk/ibu Jaston Sinaga, bpk/Ibu Antonius Sunyoto, Ibu Deasy yang tanpa lelah selalu setia membantu menghitung uang/ coin yang terkumpul lewat sekretariat paroki.
kita semua membuat pilihan , tapi pada akhirnya pilihan kita untuk kita
60. TUNAS STEFANUS
BINA IMAN STEFANUS
B
ina Iman adalah satu dari banyaknya aktifitas di Gereja St Stefanus yang mendukung pertumbuhan iman. Bina Iman ini adalah suatu titik penting dimana iman anak-anak mulai dipupuk akan kecintaan kepada Tuhan Yesus dimulai. Bina Iman St Stefanus dipimpin oleh Sr Immanuel Fch dan dibantu oleh kakak-kakak yang sangat mencintai anak-anak yaitu Kak Devi, Kak Rus, Kak Erna dan Kak Linda. Program ini membimbing anak dari tingkat balita, TK A/B, SD 1-4. Masing-masing dibagi kelompok yang berbeda sesuai tingkatan sekolah. Kegiatan ini sangat disukai anakanak karena aktivitasnya sangat menarik dan menyenangkan, seperti: menyanyi (awal ), mendengar-
kan cerita dan mewarnai. Peminat dari Bina Iman ini dapat dikatakan banyak dan konsisten, kira-kira 90110 anak setiap hari minggunya, dan selalu diadakan dengan waktu yang sama yaitu pada misa ke 3 (pk. 9.45 pagi). Orangtua dengan anak usia balita sampai kelas 4 diundang untuk membawa anaknya ke program yang sangat baik ini. Siapapun bisa ikut dalam aktivitas ini dan tidak dipungut biaya untuk konsumsi ataupun aktivitas yang berlangsung. Mari kita beri dukungan untuk program Bina Iman ini supaya anakanak kita dapat mengenal kasih sayang Tuhan Yesus dari usia muda.*** Susan J
DONASI PENGGANTIAN BIAYA CETAK MAJALAH MEDIAPASS JULI 2015
1 Lingk. St. Markus (April s/d Des 2015) 2 Lingk. St. Bernardus (Juli s/d Des 2015) 3 Lingk. St. Paulinus (Januari s/d Desember 2015) Total
1.125.000 1.500,000 1.200.000 3.825.000
Terima kasih atas donasi yang telah diberikan, kami menunggu kontribusi Anda di edisi-edisi berikutnya. Harap memberitahukan apabila donasi dikirim melalui transfer. Untuk setiap penerimaan donasi, akan diberikan bukti penerimaan resmi. Iklan & Donasi : Dian Wiardi (0818 183 419) No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso
Tema menggambar bulan Juli 2015 adalah Cita-citaku,
Gambar Bebas
BIODATA Nama : Ling/Wil : HP/ No Telp. :
Kelas :
Mewarnai
BIODATA Nama : Ling/Wil : HP/ No Telp. :
Kelas :
63. DANA PAROKI
JUNI - 2015 Dana Paroki St. Stefanus JUNI - 2015
No
Wil
Lingkungan
Kode
1 2 3
1 1 1
St.Hubertus St.Yoh.Pemandi St.Gregorius
HBS YPE GRR
4
1
YTA
Perhit. 8-Jun15
Amplop 10 1 -
Amplop 5 20,000 3 5
Perhit. 28-Jun15
RP Amplop 290,000 1 120,000 11 90,000 2
RP 10,000 420,000 115,000
5 6 7 8
2 2 2 2
9 10 11 12 13
3 3 3 3 3
14 15 16
4 4 4
Total Wil III St.Antonius St.Clementus Sta. Faustina
ATS CLS FSA
18 1 6 53
1,810,000 50,000 400,000 2,925,000
23 8 7 1
1,460,000 220,000 670,000 50,000
13 2 8 -
740,000 20,000 410,000 -
10 2 -
515,000 100,000 -
17 18 19 20
5 5 5 5
Total Wil IV Sta.Angela St.Bartholomeus Emmanuel Sta.Ursula
AGE BTS EML URS
60 8 5 9 5
3,375,000 710,000 1,900,000 910,000 1,900,000
16 3 6 2 4
940,000 200,000 1,120,000 400,000 200,000
10 1 2 2 3
430,000 100,000 550,000 350,000 400,000
2 2 2 5 -
100,000 150,000 250,000 370,000 -
21 22 23
6 6 6
24 25 26 27 28
7 7 7 7 7
29 30 31
8 8 8
27 10 9 3 22 3 1 1 12 17 7 10 4
5,420,000 235,000 175,000 300,000 710,000 25,000 10,000 5,000 87,000 127,000 125,000 300,000 90,000
15 1 7 8 4 7 11 9 2
1,920,000 100,000 355,000 455,000 25,000 55,000 80,000 240,000 40,000
8 4 3 7 10 6 12 1 6 35 11 9 2
1,400,000 220,000 200,000 420,000 36,000 50,000 21,000 20,000 56,000 183,000 310,000 190,000 60,000
9 7 1 6 14 3 2 3 3 11 26 4 1
770,000 125,000 5,000 125,000 255,000 12,000 10,000 15,000 25,000 62,000 775,000 80,000 40,000
32 33 34
9 9 9
35 36 37 38
10 10 10 10
39 40 41
515,000 265,000 50,000 160,000 475,000 20,000 50,000 400,000 120,000 590,000 290,000 230,000 -
11 6 6 7 19 1 5 7 13 11 3
280,000 180,000 288,000 230,000 698,000 20,000 355,000 220,000 595,000 240,000 250,000
22 6 5 4 15 4 3 9 7 23 1 8 1
560,000 200,000 360,000 157,000 717,000 302,000 80,000 270,000 350,000 1,002,000 100,000 225,000 100,000
31 5 5 6 3 2 4 15 1 3 5
895,000 180,000 180,000 106,000 60,000 110,000 456,000 732,000 200,000 175,000 750,000
42 43 44
10 8 5 4
425,000 240,000 370,000 85,000
9 1 3 3
1,125,000 20,000 170,000 500,000
7 146
690,000 6,780,000
Total Wil V St.M.Magdalena St.Aloysius St.Thomas Aquino Total Wil VI Sta.Helena Romo Sanjoyo St.Simeon Sugiyopranoto St.Theodorus Total Wil VII St.Paulus St.Timotius Sta.Veronica
MKI NDS OTS PLN QRS
225,000 245,000 25,000 10,000 100,000 470,000 605,000 220,000 340,000 300,000 50,000 550,000
520,000
1,640,000 175,000 41,000 115,000 331,000 230,000 220,000 290,000 70,000 1,000,000
4 5 1 1 2 7 11 8 7 5 1 2
9
13 5 6 4 15 6 3 6 2 1
22 11 2 7 7 27 3 3 4 1 2
1,020,000 194,000 120,000 97,000 95,000 506,000 170,000 230,000 120,000 100,000 120,000
13 27 4 2 6 3 2 4 1
1,386,000 40,000 30,000 70,000 75,000 70,000 350,000 20,000
MMA ALS TAQ HLN RSO SMN SGO THO PLS TTS VRA
100,000
Perhit. 22-Jun15
RP
St.Yudas Tadeus Total Wil I Sta. Theresia Sta.M.Immaculata Sta.Maria Fatima Sta.M. Bernadette Total Wil II St.Markus St.Nicodemus St.Oktavianus St.Paulinus St.Quirinus
THE MIM MFA BDE
2
Perhit. 15-Jun15
RP Amplop 1,520,000 20,000 1 -
11 11 11
Total Wil VIII St.Bonaventura St.Bonifacius Keluarga Kudus Total Wil IX St.Yoh Don Bosco St.Kristoforus Sta. Maria Goretti Sta.Maria B.Setia Total Wil X Sta.Felicitas Sta.Anastasia Maria Ratu Damai
FSE ANS MRD
21 7 1 4 12 4 3 9 3 19 4 8 -
12 12 12
Total Wil XI St.Bernardus St.Dionisius St.Elias
BDS DNS ELS
12 3 1 1
520,000 110,000 40,000 20,000
14 1 -
490,000 50,000 -
5 241
170,000 15,683,000
1 147
50,000 7,818,000
Total Wil XII TOTAL MINGGUAN
BVA BFS KKS DBD CRS MGI MBS
17 209
695,000 8,098,000
841,000
PPA Putra/i Altar St. Stefanus
Tiada Syukur Tanpa Memberi
Wisata Rohani Wisma Salam, Yogyakarta 22 - 26 Juni 2015