Alat Permainan Edukatif dengan Perkembangan Motorik Anak Usia Prasekolah di Kemukiman Lamlheu Educational Games And Preschool Children’s Motoric Development at Lamlheu Cinda Syahbrina Riska1Budi Satria2 ¹Mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ²Bagian Keilmuan Keperawatan Komunitas, Fakultas KeperawatanUniversitas Syiah Kuala Banda Aceh email:
[email protected];
[email protected]
Abstrak Stimulasi alat permainan edukatif merupakan suatu kegiatan untuk merangsang kemampuan dan tumbuh kembang anak. Stimulasi alat permainan edukatif memiliki dua komponen yaitu kemampuan visual-spasial dan kemampuan kinestetik yang mampu membantu perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan stimulasi alat permainan edukatif oleh orang tua dengan perkembangan motorik anak usia prasekolah Kemukiman Lamlheu Kecamatan Sukamakmur Aceh Besar. Jenis penelitian ini merupakan korelatif dengan desain cross sectional study. Pendekatan populasinya yang diperoleh adalah seluruh orang tua dengan anak usia prasekolah 3-5 tahun yang bertempat tinggal di Kemukiman Lamlheu. Sampelnya sebanyak 55 responden yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan teknik membagikan angket dengan menggunakan kuisioner yang terdiri dari 17 pertanyaan dalam bentuk skala likert dan 14 pertanyaan dalam bentuk skala dichotomous choice. Data yang diperoleh melalui kuesioner dengan tahapan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara stimulasi alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik (p-value:0,024). Disarankan kepada orang tua dengan anak usia prasekolah untuk dapat mengetahui macam-macam alat permainan edukatif dan meningkatkan pemberian stimulasi alat permainan edukatif kepada anak guna meningkatkan pertumbuhan motorik anak. Kata kunci: alat permainan edukatif, stimulasi, perkembangan motorik Abstract The stimulation of educational games is one of the activities designed to stimulate the capabilities and development of children including motoric development. The motoric development is a process on how a child develop his ability of movement. There are many preschool children suffer late-improvement in this area due to lack of early stimulation given by parents. This study aims at finding out the correction between the stimulation of educational games by the parents and the motoric improvement of preschool children at lower-district of Lamlheu, Sukamakmur - a sub district of Great Aceh. This is a correlative study with cross sectional design. The population is all parents of 3-5 aged children living in Lamlheu. 55 respondents are chosen as research sample using purposive sampling technique. The instruments used to collect the data is questionnaire which consists of 17 items of questions in form of Likert scale and 14 questions in dichotomous choice scale. The data obtained is then analyzed using unvaried and bivariate as well as chi square test. The results show that there is a correlation between the stimulation educational games by the parents and motoric development (p-value:0,024). It is suggested that the parents be familiar with various kinds of educational games and improve the frequency of stimulation using educational games to their children in order to enhance the motoric improvement. Keywords : Educational Games, Stimulation, Motoric Development
PENDAHULUAN Alat Permainan Edukatif adalah alat permainan yang dirancang secara khusus untuk kepentingan kependidikan. APE adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau alat permainan yang mengandung nilai pendidikan dan dapat mengembangkan seluruh aspek kemampuan anak, baik yang
berasal dari lingkungan sekitar (alam) maupun yang sudah dibuat (dibeli) (Ariesta, 2009). APE juga merupakan alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara optimal dan perkembangan anak, dimana melalui alat permainan ini anak akan selalu dapat mengembangkan kemampuan 1
fisiknya, bahasa, kemampuan kognitifnya, dan adaptasi sosialnya. Dalam mencapai fungsi perkembangan secara optimal, maka alat permainan ini harus aman, ukurannya sesuai dengan usia anak, modelnya jelas, menarik, sederhana, dan tidak mudah rusak (Hidayat, 2005).Berdasarkan data WHO, jumlah anak yang diberikan stimulasi permainan edukatif oleh orang tuanya berjumlah 23,50%, sedangkan pada tahun 2010 mencapai 27,30% dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang signifikan hingga 34,85% (WHO, 2012). Indonesia pada tahun 2010 jumlah anak yang diberikan permainan edukatif pada tahun 2009 mencapai 23.000 jiwa, pada tahun 2010 mencapai 24.120 jiwa dan pada tahun 2011 mencapai 25.100 jiwa. Berdasarkan laporan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia cakupan pelayanan kesehatan balita dalam deteksi tumbuh kembang balita yang mengalami gangguan tumbuh kembang anak di Indonesia sebanyak 45,7% (DinasKesehatan RI, 2010). Depkes RI tahun 2006 menyatakan 16% balita Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang, dan keterlambatan bicara. Pada tahun 2010 di Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo di Surabaya, dijumpai 133 kasus pada anak dan remaja dengan gangguan perkembangan motorik kasar maupun halus (Suryawan & Narendra, 2010). METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain/rancangan korelatif (correlational study). Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua dengan anak usia prasekolah 3-5 tahun di Kemukiman Lamlheu yang berjumlah 55 orang pada tanggal tanggal 20 Juli 2016-26 Juli 2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang di isi
oleh responden sendiri. Pengisian kuesioner didampingi oleh peneliti. Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu editing, coding, transferring dan tabulating. Analisa data dilakukan dengan program SPSS, mencakup analisa univariat dan analisa bivariat. Dalam penelitian ini peneliti menekankan beberapa etika, yaitu calon responden diberikan penjelasan (informed consent) secara tertulis mengenai tujuan, manfaat, cara penelitian, dan informasi mengenai kerahasiaan identitas. Calon responden dapat menolak jika tidak berkenan. Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan surat lulus uji etik dari tim komisi penilai etik Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala dengan kode penelitian1606031234. HASIL Tabel 1. Data Demografi Kategori
Frekuensi
Persentase
Masa Remaja
18
32,7
Masa Dewasa Awal
30
54,5
Masa Dewasa Akhir
7
12,7
Usia
Jenis Kelamin Laki-laki
13
23,6
Perempuan
42
76,4
Lamteh Dayah
11
20
Lamlheu
10
18,2
Lamgeu Tuha
6
10,9
Lamgeu Baro
8
14,5
Tampok Blang Tampok Jirat Raya Tampok Lampanah Ineu
8
14,5
5
9,1
7
12,7
Gampong
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa frekuen si responden terbanyak berada pada usia dewasa awal (54,5%), jenis kelamin perempuan (76,4%), dan gampong Lamteh Dayah (20,0%).
2
Tabel 2. Frekuensi Stimulasi Alat Permainan Edukatif Stimulasi Persen No. APE Frekuensi tase 1 Baik 29 52,7 2 Kurang 26 47,3 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
bahwa distribusi frekuensi responden untuk penatalaksanaan stimulasi alat permainan edukatif terbanyak berada pada ketegori baik dengan presentase sebesar 52,7%. Tabel 3. Frekuensi Kemampuan VisualSpasial Sub Kate Frekuen Persenta Variabel gori si se Kemampu Baik 33 61,8% an VisualSpasial Kurang 22 38,2% Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa dari 55 responden terdapat 33 responden (61,8%) yang memberikan penatalaksanaan stimulasi kemampuan visual-spasial dengan baik terhadap perkembangan motorik anak usia prasekolah Tabel 4. Frekuensi Kemampuan Kinestetik Sub Katego Frekuen Persenta Variabel ri si se Kemampu Baik 34 52,7 an Kinestetik Kurang 21 47,3 Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa dari 55 responden responden yang penatalaksanaan stimulasi kemampuan kinestetik dengan baik sebanyak 34 responden (52,7). Tabel 5. Frekuensi Perkembangan Motorik Perkembangan Motorik Frekuensi Persentase Baik 29 52,7 Kurang 26 47,3
Berdasarkan tabel 5.5 dapat disimpulkan bahwa dari 55 responden dapat disimpulkan bahwa penatalaksanaan stimulasi oleh orang tua terhadap perkembangan motorik anak usia prasekolah kebanyakan berada pada kategori baik sebanyak 31 responden dengan persentase 56,4% Tabel 6. Stimulasi Alat Permainan Edukatif Melalui Hubungan Kemampuan VisualSpasial Stimulasi Perkembangan Motorik kemam ppuan Baik Kurang value visualspasial f % f % 0,007 Baik 24 72,7 9 31,8 Kurang 7 27,3 15 68,2 Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa dari 33 responden yang memberikan stimulasi kemampuan visualspasial dengan baik sebanyak 24 responden dan dari 22 responden dengan kategori kurang terdapat sebanyak 15 responden yang mempunyai perkembangan motorik kurang. Hasil uji Chi-square didapatkan adanya hubungan antara stimulasi alat permainan edukatif melalui hubungan kemampuan visual-spasial dengan perkembangan motorik (p-value, 0,007). Tabel 7. Stimulasi Alat Permainan Edukatif Melalui Hubungan Kemampuan Kinestetik Stimu Perkembangan Motorik lasi pkemam va puan Baik Kurang lue kinest etik f % f % f 0,0 Baik 24 70,6 10 29,4 34 15 Kur ang 7 33,3 14 66,7 21 Berdasarkan tabel 7 dapat disimpulkan bahwa dari 34 responden yang memberikan stimulasi kemampuan kinestetik dengan baik sebanyak 24 responden dan sebanyak 10 responden yang kurang dalam 3
memberikan stimulasi kemampuan kinestetik. Melalui uji statistik didapatkan adanya hubungan antara stimulasi alat permainan edukatif melalui hubungan kemampuan kinestetik dengan perkembangan motorik (pvalue, 0,015). Tabel 8. Hubungan Stimulasi Alat Permainan Edukatif dengan Perkembangan Motorik Hubungan dengan Stimulasi APE Baik Kurang
Perkembangan Motorik pBaik Kurang value f % F % 0,02 21 72,4 8 12,7 4 10 38,5 16 11,3
Berdasarkan tabel 8 dapat disimpulkan bahwa dari 29 responden yang memberikan stimulasi alat permainan edukatif dengan baik sebanyak 21 responden dan sebanyak 10 responden yang kurang dalam memberikan stimulasi alat permainan edukatif. Melalui uji statistik didapatkan adanya hubungan antara stimulasi alat permainan edukatif melalui hubungan kemampuan kinestetik dengan perkembangan motorik (p-value, 0,024). PEMBAHASAN 1. Hubungan Stimulasi Alat Permainan Edukatif dengan Perkembangan Motorik Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna stimulasi alat permainan edukatif oleh orang tua dengan perkembangan motorik anak usia prasekolah. Dari hasil uji statistik (UjiChi Square), di peroleh nilai p-0,024 yang berarti (p < 0,05). Dengan kata lain stimulasi alat permainan edukatif oleh orang tua berhubungan terhadap perkembangan motorik anak prasekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Lucie Permana Sari, dkk (2006) yaitu mengenai hubungan antara alat permainan edukatif dan perkembangan motorik anak
pada taman penitipan anak, yang menyebutkan bahwa ada perbedaan yang sangat bermakna dalam skor keterampilan motorik pada kelompok yang mendapatkan stimulasi dengan APE dan kelompok yang tidak mendapatkan stimulasi dengan APE. Hal ini menjelaskan bahwa anak yang diberikan stimulasi alat permainan edukatif mempengaruhi perkembangan motorik anak tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pramono (2008) dan Novtiana (2010) yang juga menemukan adanya hubungan antara alat permainan edukatif dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun. Pengaruh yang diberikan alat permainan edukatif sesuai dengan bagaimana stimulasi itu diberikan alat permainan tersebut kepada anak. Karenanya diperlukan adanya perhatian orang tua dalam pemilihan alat permainan agar stimulasi perkembangan pada anak.Menurut Ariesta (2009), alat permainan edukatif dapat memberikan motivasi dan merangsang anak untuk melakukan berbagai kegiatan guna menemukan pengalaman baru yang bermanfaaat untuk eksplorasi dan bereksperimen dalam peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan pengembangan bahasa, kecerdasan fisik, sosial, emosional anak, dan memberikan kesenangan pada anak dalam bermain (belajar). Menurut asumsi peneliti dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik anak usia prasekolah dipengaruhi oleh bagaimana orang tua memberikan stimulasi alat permainan edukatif kepada anak. Hal ini dikarenakan perkembangan motorik anak usia prasekolah tidak muncul dengan sendirinya. Anak membutuhkan peran orang tua dalam perkembangan tubuh yang optimal. Stimulasi alat permainan edukatif adalah salah satu stimulasi yang tepat untuk pertumbuhan anak usia prasekolah. 4
2. Hubungan Kemampuan Visual-Spasial dengan Perkemangan Motorik Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna kemampuan visual-spasial dengan perkembangan motorik anak usia prasekolah. Dari hasil uji statistik (Uji-Chi Square), di peroleh nilai p-0,007 yang berarti (p < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan visual-spasial berpengaruh terhadap perkembangan motorik anak. Penelitian yang dilakukan Nurul Maulidah dan Agus Santoso (2012) mengenai permainan konstruktif untuk meningkatkan kemampuan mutiple intelligence (visual-spasial dan interpersonal) menyatakan bahwa permainan kontruktif yang diberikan sebagai treatment kepada siswa mampu meningkatkan kecerdasan spasial-visual dan interpersonal pada siswa. Menurut Kayvan (2009), kemampuan visual-spasial merupakan kemampuan memahami bentuk, gambar, pola, desain, warna-warna, dan tekstur yang kita lihat dengan mata luar maupun yang dibayangkan di dalam kepala. Kesadaran spasial termasuk orientasi tubuh terhadap objek lain di dalam satu ruang dan hubungan objek-objek tersebut satu sama lain. Anak-anak yang kuat dalam kemampuan ini sangat bagus dalam bermain puzzles, membaca peta, serta menemukan jalan di sekitar tempat baru. Kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan berpikir menggunakan visual atau gambar dan membayangkannya dalam pikiran dalam bentuk dua atau tiga dimensi. Salah satu tanda paling awal dari kemampuan visual-spasial anak adalah keterampilan membangun permainan balok. Permainan ini menuntut kemampuan anak untuk membayangkan bagaimana bentuk sesuatu dilihat dari sisi yang lain (Olivia, 2010).Dari hasil hasil
penelitian dan teori di atas maka peneliti berasumsi bahwa kemampuan visualspasial pada perkembangan motorik anak usia prasekolah dipengaruhi oleh bagaimana cara orang tua memberikan stimulasi alat permainan edukatif. 3. Hubungan Kemampuan Kinestetik dengan Perkemangan Motorik
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna kemampuan kinestetik dengan perkembangan motorik anak usia prasekolah. Dari hasil uji statistik UjiChi Square, di peroleh nilai p-0,015 yang berarti (p < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan kinestetik berpengaruh terhadap perkembangan motorik anak. Kecerdasan gerak-kinestetik berkaitan dengan kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaannya serta keterampilan menggunakan tangan untuk mencipta atau mengubah sesuatu (Musfiroh, 2008).Berdasarkan hasil penelitian Siti Syamsyiah (2014) mengenai meningkatkan kecerdasan kinestetik melalui games ball (permainan bola) pada anak kelompok bermain Mesjid Syuhada, diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan games ball dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik pada anak kelompok bermain di KB Masjid Syuhada. Hal ini dapat dilihat dari kondisi awal atau sebelum tindakan anak yang berada pada kriteria berkembang sangat baik sebesar 0% (0 anak), berkembang sesuai harapan 20% (2 anak). Mengembangkan kecerdasan kinestetik berarti mengembangkan kemampuan gerak secara teratur dan optimal. Secara langsung ataupun tidak langsung, pengembangan kemampuan kinestetik akan membantu anak secara fisiologis dan psikologis (biopsychology) (Faruq, 2007). 5
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara stimulasi alat permainan edukatif oleh orang tua dengan perkembangan motorik anak usia prasekolah. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih kompleks dengan desain yang lebih advance terkait hubungan stimulasi alat permainan edukatif oleh orang tua dengan perkembangan motorik anak usia prasekolah. Adapun saran diharapkan untuk lebih dapat meningkatkan lagi pengetahuan dan keterampilan dalam penerapan materi tentang stimulasi alat permainan edukatif dan perkembangan motorik anak usia prasekolah. REFERENSI Ariesta, R. (2009). Alat permainan edukatif lingkungan sekitar untuk anak usia 0-1 tahun. Bandung: PT Sandiarta Sukses Faruq, M. (2007). 100 Permainan kecerdasan kinestetik. Jakarta: PT Gramedia prasekolah usia 3-4 tahun. Jurnal Kebidanan
Olivia. F. (2010). Meroketkan kekuatan otak kanan dengan jurus biodrawing. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Pramono. (2008). Efektifitas alat permainan edukatif puzzle terhadap perkembangan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun di Ponorogo Semarang. Sari, dkk. (2006). Hubungan antara alat permainan edukatif dan perkebangan motorik anak pada taman penitipan anak. Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 39 No.1 Suryawan, A & Narendra, M.B. (2010). Penyimpangan tumbuh kembang anak, RSUD Dr. Soetomo Surabaya Syamsyiah, S. (2014). Meningkatkan kecerdasan kinestetik melalui games ball (permainan bola) pada anak kelompok bermain Mesjid Syuhada. Yogyakarta: FIP UNY WHO. (2010). Data kesehatan ibu dan anak. USA. Philadelphia
Kayvan, Umi (2009). 57 permainan kreatif untuk mencerdaskan anak. PT TransMedia: Jakarta Selatan Maulidah, N & Santoso, A. (2012). Permainan konstruktif untuk meningkatkan kemampuan mutiple intelligence (visual-spasial dan interpersonal). Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 2 No. 1 Musfiroh, T. (2008). Cerdas melalui bermain, Jakarta: PT Grasindo Novtiana, N. (2014). Hubungan penggunaan alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik anak usia 3-6 tahun di PAUD Puri Fathonah Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung.
6