Menumbuhkan literasi Anak Usia Dini di Sentra Bahasa Melalui Alat Permainan Edukatif (APE) (Best Practice Pembelajaran di Paud Aisyiyah Kreatif Kota Magelang) Oleh Etik Widiyanti, S.Pd.
I.Pengantar Literasi dalam bidang pendidikan
anak dapat dipahami sebagai
kemampuan membaca dan menulis secara efektif. Kemampuan membaca dan menulis tersebut melekat pada anak sebagai sebuah keterampilan berbahasa yang bermula dari kemampuan mendengar dan berbicara yang diperoleh secara informal di rumah atau lingkungan sekitar tumbuh kembangnya, sedangkan kemampuan membaca dan menulis dipelajari secara formal di sekolah (Sumarwan, 2016:5). Pada awal pembelajaran di PAUD, anak-anak telah dikenalkan dengan paparan literasi awal seperti bagaimana proses menyimak, dan memulai berbicara. Sementara paparan
membaca dikenalkan dalam
bentuk pengenalan huruf dan gambar melalui anke permainan dengan alat permainan edukatif.. Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 pasal 9 tentang perlindungan anak dinyatakan bahwa “ setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Anak usia 0 sampai 6 tahun merupakan masa perkembangan dalam menentukan pembentukan karekter dan kepribadian. Masa inilah masa yang paling penting dan mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Anak usia dini merupakan masa the golden ages atau periode keemasan (masa peletakan dasar pembelajaran berikutnya. Sementara itu, Sumarwan berpendapat bahwa persepsi orang tua yang banyak diyakini adalah pada masa awal perkembangan, bayi hanya butuh makan melalui ASI dan mempercepat pertumbuhan tubuh dengan
1
nutrisi yang seimbang. Stimulasi belajar hanya diberikan sesekali ketika orang
tua sempat. Ketidakkonsistenan stimulasi pada anak akan
menyebabkan syaraf yang telah terbentuk
lama kelamaan akan
mengalami gugur karena tidak dipakai (tidak distimulasi). Padahal keberlanjutan belajar dan stimulasi itu dapat memengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan bayi selanjutnya. Masa usia bayi 0 bulan hingga usia 2 tahun merupakan periode penting yang sering diabaikan oleh orang tua (2016:12-13). Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan selanjutnya (UU No.20 Th. 2003). Tujuan
pendidikan
anak
usia
dini
secara
umum
adalah
mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Adapun tujuan khusus dalam bahasa adalah anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan belajar. Contoh ketika sudah melakukan pembahasan tema diberikan kepada anak didik untuk bertanya atau menjawab isi tema yang telah dibahas ( Sujiono, 2009: 42 ). Anak usia dini sangat senang saat bermain. Mereka suka bermain karena cenderung bergerak beraktifitas yang melibatkan motorik kasar seperti berlari, menendang, merangkak, berjinjit, bereksplorasi. Dengan bermain,
secara tidak langsung dapat
membantu
mengoptimalkan
perkembangan tumbuh kembangnya anak itu sendiri. Dengan bermain anak menjadi senang dapat mengungkapkan keinginannya, tertawa, berbagi cerita dengan teman
sebayanya. Manfaat bermain pada usia
prasekolah menurut Martuti (2008: 38)
adalah sarana untuk menggali
pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak. Biasanya dalam bermain sambil belajar di kelas guru menggunakan media pembelajaran (
2
APE ), lagu dan tepuk. Dengan APE, guru dapat mudah menyampaikan pembelajaran kepada anak didik II.Masalah Pembelajaran permainan
yang
di
PAUD
idealnya
menyenangkan.
dikemas
Dengan
bermain
dengan
bentuk
anak
menjadi
bersemangat dengan materi yang disampaikan oleh guru. Anak akan mudah menerima materi dengan permainan permainan yang dikemas secara apik oleh guru. Namun seiring dengan kebutuhan anak yang semakin meningkat, anak menjadi mudah bosan jika permainannya hanya itu itu saja tidak variatif. Sementara, guru juga mengalami kesulitan dan kehabisan ide dalam menggunakan metode atau sarana pembelajaran kepada anak. Dampaknya anak menjadi mudah bosan dan tidak konsentrasi di dalam kelas.
Akhirnya suasana kelas menjadi ramai,
gaduh dan tidak kondusif. Anak usia 3- 4 tahun memiliki kemampuan bahasa yang masih terbatas. Penelitian dan teori menunjukkan bahwa guru anak-anak harus aktif terlibat dalam menyediakan pengalaman yang akan membangun bahasa anak-anak dan akhirnya menyebabkan anak-anak menjadi pembaca. Ketika anak-anak belajar membaca, mereka menggunakan apa yang mereka ketahui tentang bahasa lisan untuk memahami bahasa tertulis. Banyak usaha guru selama tahun prasekolah melibatkan pengaturan anak-anak untuk belajar membaca dengan mudah. (Machado, 2013: 499). Dengan
adanya model sentra sangat membantu anak untuk
berkomunikasi memahami bahasa, mengungkapkan bahasa, menambah kosa kata yang baru sehingga anak semakin beragam perbendaharaan katanya. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa
selama
tahun-tahun
sekolah,
Gleason yang menyatakan
anak-anak
menyempurnakan
pengetahuan mereka tentang tata bahasa yang kompleks, dan mereka belajar untuk menggunakan bahasa dalam berbagai situasi sosial yang berbeda (2001:33).
3
Bermain di sentra memberikan stimulasi kepada anak dalam bersosialisasi, berkomunikasi, berinteraksi, membangun kepercayaan, berlatih mandiri, bertanggung jawab dikarenakan pendidik membiasakan anak untuk membuat kesepakatan
dan pijakan antara lain, pijakan
lingkungan, pijakan saat main, pijakan selama main, pijakan setelah main dan recalling. Sentra akan berjalan sesuai harapan apabila didukung dengan media dan alat pembelajaaran yang memadai dan tepat guna, salah satu dari media yang wajib ada adalah alat peraga atau yang lebih kita kenal dengan Alat permainan edukatif ( APE ) Di PAUD
anak usia 3 – 4 tahun sudah lancar berkomunikasi
seperti mengungkapkan keinginan untuk buang air kecil atau buang air besar, atau mengungkapkan keinginan yang lainnya. Namun seiring dengan perkembangan bahasanya, anak juga harus mulai dikenalkan dengan keaksaraan (literasi) awal dengan mengenal bahasa tulis melalui buku – buku cerita anak. Meskipun anak usia dini baru mampu membuka buka buku, melihat isi gambar belum mengerti makna dari cerita yang dilihatnya. Pembiasaan berinteraksi dengan buku dapat dikenalkan saat bermain di sentra bahasa. Namun, kurangnya pengadaan buku yang lebih bervariasi sesuai dengan tema menjadi kendala bagi guru untuk mengeksplor pembelajaran bahasa anak. Buku-buku yang ada sangat kurang memadai sebagai sarana pembelajaran dan pedoman bagi guru. Akibatnya, guru cenderung hanya berpatokan
pada pengalaman atau
hanya sekedar bercerita tanpa sumber yang jelas. Dari uraian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa ada dua masalah 1. Anak mudah bosan saat bermain dengan media yang terbatas. 2. Guru mengalami kesulitan dalam pengadaan media permainan APE/ di sentra bahasa karena mahal dan kurang kreatifnya guru dalam membuat alat permainan edukatif
4
III.Pembahasan Menurut Wiyani& Barnawi( 2011: 93)
istilah bermain dapat
diartikan sebagi suatu kegiatan yang dilakukan dengan mempergunakan atau
tanpa
memberikan
mempergunakan informasi,
alat
yang
memberikan
menghasilkan kesenangan,
pengertian, dan
dapat
mengembangkan imajinasi anak. Kegiatan bermain dapat digunakan anak – anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi duniannya dan mengembangkan kreatifitas anak. Dengan bermain anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep ilmiah tanpa paksaan . Kegiatan bermain secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak – anak yang dilakukan secara spontan. Minat
bermain
Menurut
Bronson
(1995)
memaparkan
tentang
perkembangan dan minat bermain pada anak sejak lahir – 8 tahun. Untuk memudahkan pemahaman dalam Implementasinya di Indonesia , maka tahapan dan tugas perkembangan anak usia dini yang akan dibagi kedalam empat rentangan yaitu tahapan lahir sampai usia 1 tahun, 2-3 tahun , 3-4 tahun , 4 – 6 tahun ( via Sujiono 2011:153 ).. Menurut Sujiono (2009: 216 ) Model Beyond Center and Circle Time adalah suatu metode atau
pendekatan dalam penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini dan merupakan antara teori dan pengalaman praktik. Tujuan dari BCCT yang dimaknai sebagai sentra dan saat lingkaran adalah sebagai : 1. Model ini ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak ( kecerdasan jamak ) melalui bermian yang terarah. 2. Model ini menciptakan setting pembelajaran yang merangsang anak untuk aktif, kreatif dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri ( bukan sekedar mengikuti perintah, meniru atau menghafal ).
5
3. Dilengkapi dengan standar operasional yang baku, yang berpusat disentra – sentra kegiatan dan anak –anak berada dalam lingkaran bersama pendidik , sehingga mudah diikuti. Model sentra menggunakan 3 jenis main yaitu : (1) main sensorikmotor, anak main dengan benda untuk membangun persepsi, (2) main peran , anak bermain dengan benda untuk membantu menghadirkan konsep yang sudah dimilikinya, (3) main pembangunan, anak bermain dengan benda untuk mewujudkan ide/gagasan yang dibangun dalam pikirannya menjadi sesuatu bentuk nyata . Dalam pembelajaran di sentra, anak diberi waktu dan kesempatan bermain dengan aturan aturan yang disepakati oleh anak dan guru. Sebelum mengajar guru harus menyiapkan Rencana Kegiatan Harian ( RPPH ) menyesuaikan RPP yang sudah dibuat sesuai dengan kurikulum 2013. Di Asiyah Kreatif kota Magelang membuka 6 sentra yaitu sentra Persiapan, Sentra balok, sentra Bahan Alam , sentra Seni, sentra bahasa , sentra main peran . Setiap pendidik mengampu 9 – 10 anak . Setiap hari dibuka 6 sentra dengan pergantian sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Dari sentra - sentra yang ada mempunyai ciri khas bermain sendiri sendiri
seperti Ssentra persiapan berhubungan dengan kemampuan
koqnitif,
sentra bahan alam berhubungan dengan air, sentra
balok
berhubungan dengan balok geometri, sentra bahasa berhubungan dengan huruf dan keaksaraan awal, sentra seni berhubungan dengan kreatifitas seni, sentra peran berhubungan dengan main peran mikro dan makro. Dari
ke
enam
setra
yang
ada
kemampuan
komunukasi
selalu
mengedepankan keaksaraan (literasi )awal. Bermain di sentra memberikan stimulasi kepada anak dalam bersosialisasi, berkomunikasi, berinteraksi, membangun kepercayaan, berlatih
kemandirian,
bertanggung
jawab
dikarenakan
pendidik
membiasakan anak untuk membuat kesepakatan dan pijakan antara lain,
6
pijakan lingkungan, pijakan saat
main, pijakan selama main, pijakan
setelah main dan recalling. Anak usia 3- 4 tahun memiliki kemampuan bahasa yang masih terbatas maka dengan
adanya model sentra sangat membantu anak
untuk berkomunikasi memahami bahasa, mengungkapkan bahasa, dan menambah kosa kata yang baru
sehingga anak semakin beragam
perbendaharaan katanya. Bermain disentra sangatlah mneyenangkan bagi anak selain anak dapat memilih jenis main yang anak inginkan anak akan memahami konsep dasar, bersoaialisasi , melatih kemandirian dan sebagainya. Sentra akan berjalan sesuai harapan apabila didukung dengan media dan alat pembelajaaran yang memadai dan tepat guna, salah satu dari media yang wajib ada adalh alat peraga atau yang lebih kita kenal dengan Alat permainan edukatif ( APE ). Menurut Wiyani dan Barnawi ( 2011: 149 )alat permainan edukatif adalah alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan . Pengertian alat permaian edukatif tersebut menunjukkan bahwa pada penegmbangan dan pemanfaatannya tidak semua alat permainan yang digunakan anak di TK itu dirancang khusus untuk mengembangkan aspek aspek perkembangan anak. Media belajar di PAUD berperan utama dalam keberhasilan pembelajaran. Jika media pembelajaran yang ada di lingkungan PAUD terbatas akan berdampak tidak suksesnya pembelajaran. Maka dari itu sarana media pembelajaran harus terus diremajakan dan diperbaharui. Upaya memperbaharui media
pembelajaran memerlukan biaya yang
banyak. Maka dari itu untuk mengantisipasi hal itu tidak ada salahnya jika guru dan lembaga membuat proyek kerja dengan memberdayakan semua guru dan tenaga pendidik untuk menciptakan media pembelajaran atau (APE ) dengan bahan yang ada di sekitar kita seperti kardus, botol, koran,
7
mika dan lain sebagainya .Guru dapat mendiskusikan dengan teman teman untuk bekerja sama dalam tim memnciptakan alat peraga atau media sesuai dengan kebutuhan berdasar tema yang ada. Setelah membuat kesepakatan mulailah guru
mrmgumpulkan
barang barang yang tidak terpakai untuk dijadikan APE dan membuat secara individu atau berkelompok lalu mempresentasikan APE yang sudah dibuat dengan tujuan apakah APE tersebut mengandung nilai edukasi, permainan, mengandung aspek kognitif dan motorik halus atau kasar. Jika APE yang dibuat banyak nilai nilai yang sesuai dengan kriteria diatas maka APE tersebut semakin bagus nilai kegunaannya. Namun sebaliknya jika APE yang dipresentasikan memiliki nilai guna yang sedikit atau kurang maka APE
yang dibuat perlu diadakan evaluasi sebagai
perbaikan. Hal ini mengacu pada tujuan dari pembeuatan APE itu sendiri. Menurut Sudono ( 2000:43) tujuan dari APE itu sendiri adalah : 1. Memahami, memiliki ketrampilan
dan
memanfaatkan alat
permainan dan sumber belajar. 2. Mengetahui
dan
memahami
berbagai
kebutuhan
untuk
meningkatkan kecerdasan anak seoptimal mungkin. 3. Menyadari dan mempersiapkan berbagai alat permainan bagi setiap peningkatan kesulitan. 4. Memahami bahwa perkembangan anak tidak selamanya sesuai dengan kronologisnya 5. Mengamati dan memahami secara lambat laun bahwa ada ciri ciri khusus pada setiap tingkat usia anak. 6. Memahami dan membantu memilihkan alat permainan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak Berikut contoh APE yang sederhana dari bahan – bahan yang ada di sekitar kita. APE ini telah dipraktikkan di Paud Aisyiyah Kreatif Kota Magelang.
8
a. Ular Tangga Huruf Anak dapat memainkan urutan abjad A – Z dengan permainan ular tangga huruf. Bahan untuk membuat ular tangga huruf adalah kardus dan poster huruf abjad lalu dipotong huruf hurufnya , susun urutan huruf tadi dari huruf a – z ( serupa permainan ular tangga konsep angka ). Di setiap huruf ditempel sesuai bunyi awal sebuah kata misal a gambar apel. Permainan ini mengandung lingkup pengembangan kognitif, bahasa ( keaksaaran awal ) motorik kasar, sosial emosional. Cara memainkan APE ini dapat dipakai untuk 3- 4 anak setiap anak diberi kesempatan untuk melempar dadu misal anak mendapat pint 3 maka anak memulai langkah awal dari a sampai ke huruf c ( melangkah dari huruf a b c ) sambil anak menyebutkan gambar apa yag telah dilewati. Dengan alat peraga edukatif ular tangga saat bermain di sentra bahasa anak merespon dengan senang karena permainan ular tangga huruf menstimulasi anak untuk aktif bergerak dan berfikir urutan huruf. Tanpa disadari anak telah mengenal bentuk huruf dengan permainan yang menyenangkan dan edukasi terutama pada lingkup perkembangan bahasa, komunikasi , keaksaraan awal , social emosional. b. Boneka Jari Alat permainan edukatif dengan menggunakan boneka jari dapat dijadikan sebagai media komunikasi atau drama mini. Bahan untuk membuat APE Boneka jari adalah kain perca dan kain flanel yang dibentuk menjadi beberapa peran seperti anak perempuan, anak laki laki, ayah dan ibu. Kain perca dipotong sesuai karakter masing masing, setelah jadi boneka bisa dimainkan. APE Boneka jari mengandung lingkup pengembangan bahasa, sosial emosional.
Cara memainkan
boneka jari ini adalah anak
memasukkan boneka ke dalam jari. Setiap anak memainkan 1 peran yang
9
diinginkan dan menggerakkan peran tersebut
sesuai karakter masing
masing. Dengan alat permainan edukatif boneka jari anak
terstimulasi
untuk aktif mengerakkan jari- jemarinya dan mengolah kemampuan bahasa dengan teman sepermainan, memainkan peran yang anak sukai, mengungkapkan keinginan, bersosialisasi menjawab lawan sepermainan dalam memainkan peran. c.Kartu Pintar Alat permaian edukatif sederhana dari kertas karton yang memuat huruf dan kosa kata sebagai permainan flashcart. Bahan dari APE ini adalah dari kardus yang dipotong menjadi bentuk persegi empat lalu potongan kardus tadi di lapisi kertas berwarna. Lalu ditulisi huruf a- z pada kartu tadi dan bagian sebaliknya di tempel gambar sesuai huruf awal dari sebuah kata. Permainan kata ini mengandung lingkup pengembangan bahasa, sosial emosional, kognitif. Cara memainkan APE kartu pintar ini adalah guru memberi contoh permainan. Lalu anak melihat gambar. Setelah itu kartu diacak kemudian kartu diperlihatkan secara cepat. Kemudian anak menebak gambar yang dilihatnya. Permainan ini dapat memperbanyak kosa kata. Dengan Alat Permainan Edukatif Kartu pintar anak menjadi fokus dengan apa yang dilihatnya . Melatih konsentrasi memperlihat objek yang ada didepannya. APE kartu pintar ini juga melatih daya pikir anak untuk menebak gambar yang dilihatnya secara cepat .Dengan APE kartu pintar menambah perbendaharaan kosa kata anak melalui gambar yang ditebak. c. Dadu Kata atau Dadu Huruf Alat permainan edukatif ini
dapat dibuat oleh guru dari kadus
berbentuk kotak atau kubus. Lalu ditempel kartu huruf atau kosa kata sederhana. Kemudian permukaan kubus ditulisi dengan huruf a- z. Permainan ini mengandung lingkup bahasa, motorik kasar, dan kognitif.
10
APE permainan ini dapat dimainkan oleh 3 – 4 anak . Anak duduk melingkar. Setelah menentukan urutan/giliran anak pertama melemparkan dadu tadi dihadapan teman temannya lalu menebak huruf apa yang muncul dipermukaan dadu setelah menebak anak mengambil kartu di sampingnya dan mencari gambar yang sesuai dengan huruf awal sesuai dengan gambar. Dengan Alat Permainan Edukatif Dadu huruf anak semakin terasah motorik kasar nya anak dapat melakukan permainan dengan melempar dadu yang diinginkan kemudian melihat dan merespon huruf dan gambar yang muncul pada permukaan dadu. Lingkup perkembangan yang dapat dicapai pada permainan dadu kata ini adalah semakin aktifnya anak bermain dan berupaya untuk menemukan konsep permainan yang menyenangkan terutama untuk memperoleh kemampuan bahasa, sebagai penambah perbendaharaan kosa kata
baru serta meningkatkan
sosialisasi dengan teman . d. Kotak Misteri Alat permainan edukatif ini terbuat dari kaleng bekas biskuit berbentuk persegi panjang.
Lalu dilapisi dengan kertas berwarna.
Kemudian di dalam kaleng berisi bermacam macam benda kecil, anak mengambil benda dengan mata tertutup dan menebak benda yang diambilnya. Permainan ini mengandung lingkup perkembangan motorik halus , bahasa , dan kognitif. Dengan alat permainan edukatif kotak misteri anak terlatih motorik halusnya, dengan mata tertutup kain anak meraba dan menebak benda yang tersembunyi dalam kotak . APE ini melatif konsentrasi anak dalam menjawab benda apa yang telah didapatnya kemudian menyimpulkan didepan teman dan guru. Dengan APE ini anak semakin bertambah kosa kata yang didapat, komunikasi dengan teman dan guru terjalin dengan baik.
11
e. Arisan Kata Alat permainan ini mudah dibuat. Bahan terbuat dari kertas kecil yang digulung. Lalu kertas kecil tersebut dimasukkan ke dalam gelas. Lalu tutup gelas dengan kertas yang tengahnya diberi lubang kecil. Kosa kata atau huruf disesuaikan dengan tema yang diinginkan. Permainan ini mengandung lingkup perkembangan bahasa, sosial emosional. Cara memainkan APE ini adalah anak dan guru memutar atau menjalankan gelas sambil diiringi lagu arisan kata. Setelah lagu selesai dan diakhiri dengan hitungan angka 1 – 10 anak yang kebagian angka 10 berhak mengocok gelas dan mengambil kartu kocokan yang jatuh dan membuka arisan kata dan menebak kartu yang diambilnya berisi apa. Dengan alat permainan edukatif arisan kata anak semakin terlatih bernyanyi arisan kata, tertantang untuk menebak mendapat giliran apa yang
akan
didapat
dan
sabar
menunggu
giliran
antrian
serta
mempresentasikan kata, gambar, huruf yang anak dapat dihadapan teman-temannya. Permainan edukatif ini membuat anak semakin percaya diri karena sudah memdapat giliran dan kartu ini menjadi milik anak hal ini menjadi kebanggaan anak dan kesenangan bagi anak .
IV Kesimpulan Dari uraian diatas kesimpulan yang bisa diambil adalah 1. Setelah memakai APE di sentra bahasa yang lebih berfariatif anak menjadi
fokus
dan
konsentrasi
pada
kegiatan.
Suasana
pembelajaran menjadi kondusif , anak lebih senang bermain di sentra bahasa. 2. Anak semakin merespon apa yang disampaikan guru, anak mampu
mengutarakan keinginan, aktif berbicara dan bersosialisasi dengan teman atau guru. Anak senang dan tidak bosan sehingga waktu
12
kegiatan belajar mengajar di sentra berjalan dengan lancar dan teratur sehingga waktu tidak terbuang dengan sia- sia (lebih efektif) Harapan Penulis Guru harus berani mulai berkreasi dan berinovasi dengan APE karenadengan alat peraga edukatif di sentra bahasa menjadi sebuah tantangan
dalam
memacu
guru
agar
lebih
berkreatifitas
menciptakan APE dan dan ragam permainan disentra bahasa
13
dalam
Daftar Pustaka Gleason, J. B.2000. The Development of Language. Boston: Allyn and Bacon Machado, J. M. 2013. Early Childhood Experiences in Language Arts : Early Literacy. 10th Edition. Wadsworth Cengage Learning Martuti, Am. 2008. Mengelola PAUD. Yogyakarta: Kreasi Wacana Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini : Jakarta PT Gramedia . Sujiono,Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks Sumarwan, Eri.2016. Literasi Anak Sebuah Panduan Memahami Baca Tulis Anak Sejak Dini .Yogyakarta: Penerbit Gambang Wiyana,Novan Andy & Barnawi. 2011. Format Pendidikan Anak Usia Dini Yogyakarta: Penerbit Ar-Ruzz Media Yus, Anita 2012. Model Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta : Penerbit PT Kencana Prenada Media Gruop
14