TESIS
PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA PROGRAM SKJ 2008 LEBIH MENINGKATKAN KOORDINASI ANTARA MATA DAN TANGAN DARIPADA SKJ 2008 PADA ANAK USIA 7 – 8 TAHUN DI SD NEGERI 3 SUMBERJO LAMPUNG TENGAH
AL UM ANISWATUN KHASANAH
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
TESIS
PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA PROGRAM SKJ 2008 LEBIH MENINGKATKAN KOORDINASI ANTARA MATA DAN TANGAN DARIPADA SKJ 2008 PADA ANAK USIA 7 – 8 TAHUN DI SD NEGERI 3 SUMBERJO LAMPUNG TENGAH
AL UM ANISWATUN KHASANAH NIM : 1390361004
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA PROGRAM SKJ 2008 LEBIH MENINGKATKAN KOORDINASI ANTARA MATA DAN TANGAN DARIPADA SKJ 2008 PADA ANAK USIA 7 – 8 TAHUN DI SD NEGERI 3 SUMBERJO LAMPUNG TENGAH
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olah Raga – Konsentrasi Fisioterapi, Program Pascasarjana Universitas Udayana
AL UM ANISWATUN KHASANAH NIM : 1390361004
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 2 JUNI 2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof.Dr.dr.J.Alex Pangkahila,M.Sc.And NIP. 19440201 196409 1 001
Moh.Irfan, S.St.FT, M.fis NIDN. 0302037701
Mengetahui Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga – Fisioterapi Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
DR.dr.Susy Purnawati,M.K.K,AIFO NIP. 196809291999032001
Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S.(K) NIP. 195902151985102001
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 2 JULI 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No: 1911/ UN.14.4/HK/2015,Tanggal 2 JULI 2015
Ketua : Prof.Dr.dr.J.Alex Pangkahila,MSc,Sp.And Anggota : 1. Moh.Irfan, S.St.FT, M.fis 2. Prof. Dr.dr. K.Tirtayasa,MS. AIF 3. Dr. Luh Made Indah Sri Handari Adiputra, S.Psi,M.Erg 4. S. Indra Lesmana, SKM, SSt.Ft, M.Or
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA
: AL UM ANISWATUN KHASANAH
NIM
:1390361004
PROGRAM STUDI : MAGISTER FISIOLOGI OLAHRAGA KONSENTRASI FISIOTERAPI JUDUL TESIS
: PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA PROGRAM SKJ 2008
LEBIH
MENINGKATKAN
KOORDINASI
ANTARA MATA DAN TANGAN DARIPADA SKJ 2008 PADA ANAK USIA 7 – 8 TAHUN DI SD NEGERI 3 SUMBERJO LAMPUNG TENGAH
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 02 Juli 2015 Pembuat Pernyataan
(AL UM ANISWATUN KHASANAH) NIM. 1390361004
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya atas ridho-Nya dan atas izin-Nya sehingga penulis di beri kesehatan serta kemampuan untuk menyelesaikan usulan penelitian ini. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan Terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr.dr.Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan Terima kasih ini juga ditunjukkan kepada Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof.Dr.dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Terima kasih saya ucapkan kepada Dr.dr.Susy Purnawati,M.KK,AIFO telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menjadi mahasiswa dalam program Pasca Sarjana Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi. Ucapan
yang
sama
juga
ditujukan
kepada
Prof.Dr.dr.J.Alex
Pangkahila,M.Sc.And, Pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti Program Magister, khususnya dalam menyelesaikan usulan penelitian ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Moh.Irfan, S.St.FT, M.fis Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Terima kasih kepada Prof. dr.Ketut
Tirtayasa,MS,AIF,AIFO, Dr. Luh Made Indah Sri Handari Adiputra, S.Psi,M.Erg dan S. Indra Lesmana, SKM, SSt.Ft, M.Or yang telah menjadi penguji dan memberi banyak masukan membangun dalam penyelesaian usulan penelitian ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh dosen yang telah mengajar dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Program Pasca Sarjana. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, serta para sahabat dan teman satu angkatan fisiologi olahraga konsentrasi fisioterapi dikelas jakarta yang telah mendukung penelitian sehingga tesis dapat terwujud seperti ini. Semoga penulis dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat dan profesi setelah menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi Universitas Udayana. Semoga Allah SWT selalu menuntun dan melimpahkan rahmatnya kepada penulis dan memberikan rahmat kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini. AMIN.
Denpasar, Februari 2015 Hormat Saya,
Al Um Aniswatun Khasanah
ABSTRAK PENAMBAHAN SENAM OTAK PADA PROGRAM SKJ 2008 LEBIH MENINGKATKAN KOORDINASI ANTARA MATA DAN TANGAN DARIPADA SKJ 2008 PADA ANAK USIA 7 – 8 TAHUN DI SD NEGERI 3 SUMBERJO LAMPUNG TENGAH
Pada anak usia 7 - 8 tahun kecerdasan kinestetik lebih berperan dalam fase perkembangan kognitif gerak yang ditunjukkan dengan aktivitas gerak anak diantaranya yaitu koordinasi antara mata dan tangan. Senam merupakan serangkaian latihan gerak sederhana yang membantu mengoptimalkan fungsi otak salah satunya berupa koordinasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan penambahan Senam Otak pada program SKJ 2008 dalam meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan pada anak usia 7 – 8 tahun. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, dengan menggunakan rancangan penelitian two group pre and post test control group design. Penelitian dilakukan di SD Negeri 3 Sumberjo Lampung Tengah, seminggu 3 kali selama 6 minggu. Sampel penelitian berjumlah 36 anak yang dibagi menjadi dua kelompok. Pada kelompok kontrol berupa program SKJ 2008 dan pada kelompok perlakuan diberikan penambahan Senam otak pada program SKJ 2008. Alat ukur yang digunakan adalah lempar tangkap bola tenis test untuk mengukur koordinasi antara mata dan tangan yang dilakukan baik sebelum interverensi maupun sesudah intervensi. Hasil pengujian menggunakan uji t tidak berpasangan untuk mengetahui koordinasi antara mata dan tangan. Pada pengujian tersebut diperoleh hasil adanya peningkatan koordinasi antara mata dan tangan antara rerata sesudah intervensi pada kelompok perlakuan 7,06±1,626 yang dibandingkan dengan sesudah intervensi kelompok kontrol 4,44±1,149 dengan nilai p = 0,000 (p<0,05). Penambahan Senam otak pada program SKJ 2008 lebih meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan daripada SKJ 2008 pada anak usia 7 – 8 tahun di SD 3 Negeri Sumberjo Lampung Tengah . Kata kunci : senam otak, koordinasi antara mata dan tangan, program SKJ 2008
ABSTRACT THE ADDITION OF BRAIN GYM ON SKJ 2008 PROGRAM IS BETTER SKJ 2008 WAS MORE INCREASING THE COORDINATION BETWEEN EYE AND HAND OF CHILDREN IN AGE 7-8 YEARS OLD IN SD NEGERI 3 SUMBERJO AT CENTRAL LAMPUNG Children in 7-8 years, the kinesthetic intelligence was more necessary in cognitive development phase. Its indicated by the activities of chuildren’s motion such as coordination between eye and hand. Gymnastics is a serial of simple physical activity which helps to optimize the brain function, one of them is coordination. This study was conducted to determine how much improvement the addition of brain gym at SKJ 2008 program to increase the coordination between eye and hand of children in age 7-8 years old. This study used an experimental method. It used the control group by using a study design two group pre and posttest control group design. This study was conducted at SD Negeri 3 Sumberjo Central Lampung, the training sessions were given 3 times during 6 weeks. The number of samples was 36 children were divided into two groups. The control group was SKJ 2008 program however in the treatment group was given the addition of brain gym in SKJ 2008 program. The tool used the wall toss test to measure the eye and hand coordination which was conducted pre-intervention and post-intervention. The results of test used independent t-test to determine eye and hand coordination. From the test was obtained the result that the increasing of eye and hand coordination in the mean post-intervention of group treatment was 7,06±1,626 which was compared with control group was 4,44±1,149 with p value = 0,000 (p <0,05). The addition of brain gym on SKJ 2008 program was more increasing the coordination between eye and hand of children in age 7-8 years old in sd negeri 3 sumberjo at central lampung.
. Keywords: Brain Gym, Eye and hand Coordination, SKJ 2008 program
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM .............................................................................................
i
PRASYARAT GELAR .......................................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI .................................................... iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.........................................................v UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................. vi ABSTRAK ............................................................................................................. ix ABSTRACT .............................................................................................................x DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah .....................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................
5
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
8
2.1 Koordinasi Antara Mata dan Tangan ..................................................
8
2.1.1 Pengertian Koordinasi ...................................................................
8
2.1.2 Anatomi Sistem Reseptor Mata ......................................................
9
2.1.3 Anatomi Sistem Konduktor Saraf ................................................. 12 2.1.3.1 Anatomi Sistem Sel Saraf ....................................................... 12 2.1.3.2 Anatomi Sistem Organ Saraf Pengatur Koordinasi Gerak ...... 15 2.1.4 Anatomi Sistem Efektor Tangan .................................................... 20 2.1.5 Mekanisme Neurofisiologi Koordinasi Antara Mata dan Tangan 21 2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Koordinasi Antara Mata dan Tangan 22 2.2. Tahap Perkembangan Kognitif Koordinasi Antara Mata dan Tangan Anak Usia 7-8 tahun ..................................................................... ` 24 2.3 Senam Otak ........................................................................................ 26 2.3.1 Pengertian Senam Otak ................................................................ 26 2.3.2 Mekanisme Gerakan Senam Otak Tehadap Koordinasi ................ 27 2.3.3 Manfaat Gerakan Senam Otak ...................................................... 29 2.4 SKJ 2008 ............................................................................................. 34 2.4.1 Pengertian SKJ 2008 .................................................................... 34 2.4.2 Mekanisme Gerak SKJ 2008 terhadap Koordinasi Antara Mata dan Tangan ............................................................................................ 36 2.4.2 Prinsip dan Manfaat Gerakan SKJ 2008 ....................................... 36 2.5 Pemeriksaan Koordinasi Antara Mata dan Tangan .............................. 39 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS .................... 40 3.1 Kerangka berpikir ................................................................................. 40 3.2 Konsep ...................................................................................................43 3.3 Hipotesis .............................................................................................. 44
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 45 4.1 Rancangan Penelitian........................................................................... 45 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 46 4.3 Penentuan Sumber Data ....................................................................... 46 4.4 Variabel Penelitian............................................................................... 49 4.5 Definisi Operasional ............................................................................ 49 4.6 Alur Penelitian ..................................................................................... 53 4.7 Alat Penelitian ..................................................................................... 53 4.8 Prosedur Penelitian .............................................................................. 55 4.9 Analisis Data........................................................................................ 56 BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ............................................ 58 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian .......................................................... 58 5.2 Analisis Deskriptif Pengukuran Koordinasi Antara Mata dan Tangan Sebelum Perlakuan Pada Kedua Kelompok ........................................ 60 5.3 Uji Normalitas ..................................................................................... 60 5.4 Analisis Deskriptif Data pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan ............................................................................................. 61 5.5 Uji Beda Hipotesis ............................................................................. 63 5.6 Deskriptif Karakteristik Subjek Penelitian ......................................... 64 5.7 Penambahan Senam Otak pada program SKJ 2008 meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan daripada SKJ 2008 pada anak usia 7 – 8 tahun di SD Negeri 3 Sumberjo Lampung Tengah. ................... 65 5.8 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 69
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 70 6.1 Simpulan ............................................................................................... 70 6.2 Saran ......................................................................................................70 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 71 LAMPIRAN ......................................................................................................... 77
DAFTAR TABEL 5.1 Karakteristik Sampel ......................................................................... ........... 58 5.2 Deskriptif Data Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ........................ ........
59
5.3 Hasil Pengukuran Pre Tes Koordinasi Antara Mata dan Tangan Pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan .................................................... ........
60
5.4 Uji Normalitas dengan (Saphiro Wilk-Test)...................................... ........
61
5.5 Deskriptif Data Pada Kelompok Kontrol .......................................... ........
62
5.6 Deskriptif Data Pada Kelompok Perlakuan ...................................... ........
62
5.7 Uji Homogenitas ............................................................................... ........
63
5.8 Uji Beda Hipotesis ........................................................................... ........
63
DAFTAR GAMBAR 2.1 Struktur Retina .................................................................................. ........
11
2.2 Struktur Neuron ................................................................................. ........
13
3.1 Konsep Penelitian........... ..........................................................................
43
4.1 Rancangan Penelitian ...... ..........................................................................
45
4. 2 Alur Penelitian ................................................................................ ........
53
DAFTAR SINGKATAN
SINGKATAN SKJ: Senam Kesegaran Jasmani Edu-K : Educational Kinesiology PACE : positif,aktif,clear,energetis IMT : Indeks Massa Tubuh
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Informed Consent ............................................................................ 77 Lampiran 2 Data Penelitian ................................................................................. 78 Lampiran 3 Deskriptif Subjek Penelitian ............................................................ 81 Lampiran 4 Uji Data penelitian ........................................................................... 82 Lampiran 5 Dokumentasi penelitian ................................................................... 85 Lampiran 6 Gerakan Senam Otak ....................................................................... 87 Lampiran 7 Gerakan SKJ 2008 ........................................................................... 95
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Anak - anak adalah aset bangsa. Pada fase pertumbuhan dan perkembangannya anak memerlukan dukungan yang bersifat jasmani dan rohani untuk stimulasi potensi-potensi anak, sehingga secara nature dan nurture anak tumbuh dan kembangnya akan optimal. Proses tumbuh kembang anak akan mengalami siklus yang berbeda dari masing-masing individu. Peristiwa tersebut dapat secara cepat maupun lambat tergantung dari kemampuan anak di dalam memproses stimulasi-stimulasi yang masuk secara nature dan pengaruh dari nurture yang didapatkan. Dalam hal ini lingkungan keluarga maupun sekolah ikut berperan guna merangsang potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal (Hidayat, 2005). Parameter perkembangan dan pertumbuhan anak yang optimal ditunjukkan dengan kualitas kecerdasan anak. Kecerdasan tidak hanya berfokus pada akademis saja, tetapi kecerdasan dapat dilihat secara multiple ada delapan yaitu : (1) matematik-logika, (2) bahasa, (3) musikal, (4) visual spasial, (5) kinestetik, (6) interpersonal, (7) intrapersonal dan (8) naturalis. Seorang anak memiliki lebih dari satu kecerdasan, sehingga jika dikembangkan akan mempengaruhi kualitas tumbuh dan kembangnya (Suarca dkk., 2005). Kecerdasan kinestetik, yaitu anak cerdas mengekspresikan apapun melalui gerakan. Baik yang sifatnya motorik kasar maupun motorik halus, yang secara
aktivitas ditunjukkan pada motor control dan motor skill. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan kinestetik lebih berperan, dalam proses belajar yang dipengaruhi oleh faktor formal maupun informal antara lain ketelitian, rasa gembira dan gerak, karena anak-anak menghabiskan waktunya dalam bentuk aktivitas fisik 78% pada anak laki-laki dan 63% perempuan (Beighle, 2010). Keterampilan motorik merupakan keterampilan gerak yang melibatkan gerakan otot-otot tubuh yang terbagi dalam motorik kasar dan halus, yang mencakup gerakan-gerakan halus pada ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak (Sujiono, 2007). Gerakan motorik halus merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat (Nursalam, 2005). Pada gerakan ekstremitas atas lengan dan tangan akan membutuhkan koordinasi mata dan tangan, misalnya anak dalam melakukan lemparan harus ada koordinasi seluruh anggota tubuh yang terlibat. Anak dikatakan baik koordinasi geraknya apabila anak mampu bergerak dengan mudah, lancar dengan rangkaian dan irama gerakannya terkontrol dengan baik (Sofiah, 2012). Anak usia 7-8 tahun masuk dalam fase perkembangan kognitif gerak yang ditunjukkan dengan aktivitas gerak anak yang spesifik dalam belajar dan bermain. Pada tahapan ini anak mampu fokus untuk keterampilan gerak koordinasi motorik
berupa mendorong, menangkap, memukul, melempar, dan memantul memantulkan bola (Mahendra, 2006). Pada usia 7-8 tahun ini perkembangan motorik anak sudah mulai terkoordinasi baik, sehingga setiap gerakan sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya, namun anak – anak cenderung kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah sehingga perlu dibimbing agar koordinasi anak semakin terarah nantinya ketika beranjak dewasa (Budiman, 2010). Senam merupakan aktivitas jasmani yang efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Senam ada berbagai macam, diantaranya senam lantai, senam pramuka, Senam Kesegaran Jasmani 2008 (SKJ 2008), senam otak dll. Di beberapa sekolah dasar, guru-guru mengajarkan senam-senam yang mudah dilakukan oleh murid, seperti senam otak dan SKJ 2008. Sebelum memulai pelajaran, senam biasanya diberikan oleh guru untuk kesiapan belajar anak-anak (Kamajaya dkk., 2013). Senam otak merupakan serangkaian latihan gerak sederhana yang membantu mengoptimalkan fungsi dari segala macam pusat yang ada di otak manusia. Senam ini dapat memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, meningkatkan daya ingat dan konsentrasi, meningkatkan energi tubuh, mengatur tekanan darah, meningkatkan penglihatan, keseimbangan jasmani, dan juga koordinasi (Dennison dan Gaul, 2006). Menurut riset yang dilakukan oleh Watson dan Ginger (2014), bahwa senam otak dapat meningkatkan akademik pada anak dengan gangguan disabilitas yaitu autis dan keterlambatan tumbuh kembang yang diberikan senam selama 8 minggu. Pada penelitian lain menyebutkan bahwa
senam otak bermakna untuk meningkatkan fungsi memori jangka pendek yang dilakukan selama 6 minggu pada anak dari keluarga status ekonomi rendah dengan subjek usia 8 - 9 tahun (Putranto, 2009). Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) merupakan salah satu cara yang tepat dalam usaha mewujudkan pendidikan kesegaran jasmani anak, pada usia sekolah dasar yang banyak pilihan atau muatan dari aktivitas ritmik tersebut antara lain, Senam Pagi Indonesia, Senam Ayo Bersatu, senam Indonesia Sehat, Senam Kesegaran Jasmani 2008 serta aktivitas yang mengikuti irama dan ritmik lainnya. Salah satu senam yang dipilih dalam penelitian ini adalah Senam Kesegaran Jasmani 2008 (SKJ 2008). SKJ 2008 merupakan salah satu jenis senam kesegaran yang aktivitasnya tidak hanya menggunakan fisik semata tetapi menuntut koordinasi gerak tubuh. Unsur - unsur gerakan kesegaran jasmani adalah kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi, ketepatan, dan keseimbangan. Dari unsur gerakan tersebut salah satunya berupa koordinasi gerak yang merupakan kemampuan mencakup dua atau lebih kemampuan perseptual pola-pola gerak (Marzuki, 2012). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kalinggajati (2013), dari hasil penelitiannya menunjukkan terdapat peningkatan yang signifikan dengan nilai p = 0,000 dalam pemberian senam kesegaran jasmani terhadap koordinasi antara mata dan kaki pada subjek penelitian siswa sekolah dasar kelas 2 dan kelas 3 yang berada dalam rentang usia 8 – 9 tahun, yang didominasi siswa usia 9 tahun yaitu, sebesar 31 siswa (67,4 %), sisanya 15 siswa (32,6 %) berusia 8 tahun.
Dari evaluasi atau studi referensi yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, menunjukkan tentang penambahan senam otak pada program SKJ 2008 ada hubungannya dengan peningkatan koordinasi antara mata dan tangan. Mengacu pada beberapa penelitian tersebut serta dari pencarian melalui elektronik maupun paperbased tidak ditemukan jurnal penelitian tentang ini, dengan subjek anak usia 7 – 8 tahun yang didapat di SD Negeri 3 Sumberjo Lampung Tengah, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penambahan senam otak pada program SKJ 2008 lebih meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan pada anak usia 7 – 8 tahun di SD Negeri 3 Sumberjo Lampung Tengah, yang mana pada senam SKJ 2008 disini sebagai kontrol. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Apakah penambahan senam otak pada program SKJ 2008 lebih meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan daripada SKJ 2008 pada anak usia 7 - 8 tahun di SD Negeri 3 Sumberjo Lampung Tengah ? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui penambahan senam otak pada program SKJ 2008 lebih meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan daripada SKJ 2008 pada anak usia 7 - 8 tahun di SD Negeri 3 Sumberjo Lampung Tengah. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik 1. Meningkatkan pengetahuan dalam mempelajari dan mengidentifikasi pada perkembangan teori – teori tentang penambahan senam otak
pada program SKJ 2008 lebih meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan daripada SKJ 2008 pada anak usia 7 – 8 tahun di SD Negeri 3 Sumberjo Lampung Tengah, sesuai perkembangan ilmu yang ada serta Evidance-Based Practice dari penelitian. 2. Memberikan sumbangan dan pemikiran dalam keilmuan fisioterapi khususnya penelitian tentang penambahan senam otak pada program SKJ 2008 lebih meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan daripada SKJ 2008 pada anak usia 7 – 8 tahun di SD Negeri 3 Sumberjo Lampung Tengah. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian ini untuk mengungkap seberapa pengaruh penambahan senam otak pada program SKJ 2008 lebih meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan daripada SKJ 2008 pada anak usia 7 – 8 tahun di SD Negeri 3 Sumberjo Lampung Tengah, sehingga bisa memperoleh hasil yang baik sebagai langkah yang efesien
dalam
meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan pada pemberian senam otak. 2. Hasil penelitian bisa memberikan manfaat sebagai acuan dalam pelaksanaan fisioterapi untuk meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan. 1.4.3 Bagi Peneliti 1. Bagi peneliti dapat meningkatkan pemahaman tentang penambahan senam otak pada program SKJ 2008 lebih meningkatkan koordinasi
antara mata dan tangan daripada SKJ 2008 pada anak usia 7 – 8 tahun di SD Negeri 3 Sumberjo Lampung Tengah. 2. Mendapat wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian, sehingga bisa menjadi dasar dalam pelaksanaan penelitian berikutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Koordinasi Antara Mata dan Tangan 2.1.1 Pengertian Koordinasi Koordinasi adalah kemampuan untuk mempersatukanatau memisahkan dalam suatu tugas kerja yang kompleks, dengan ketentuan bahwa gerakan koordinasi meliputi kesempurnaan waktu antara otot dan sistem saraf (Knudson,2007). Koordinasi antara matadan tangan (juga dikenal sebagai hand–eye coordination) adalah kontrol terkoordinasi gerakan mata dengan gerakan tangan, dan pengolahan informasi visual untuk mencapai suatu kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan mata dan tangan, kedalam rangkaian gerakan yang utuh, menyeluruh, dan terus menerus secara
tepat dalam irama gerak yang
terkontrolyang memunculkan reaksi umpan balik (Crawford, 2004). Dalam istilah sederhana, koordinasi antara mata dan tangan melibatkan visi terkoordinasi dan gerakan tangan untuk menjalankan tugas, ini telah dipelajari dalam kegiatan yang beragam seperti membuat teh, pergerakan benda padat seperti balok kayu, kinerja olahraga, membaca musik, online game komputer, dan mengetik (Mayesky,2012). Dalam sistem koordinasi diperlukan tiga komponen agar fungsi koordinasi dapat berlangsung, yaitu :(1) reseptor, reseptor adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan. Bagian yang berfungsi sebagai penerima rangsangan tersebut adalah indra, (2) konduktor, konduktor adalah bagian tubuh
yang berfungsi sebagai penghantar rangsangan. Bagian tersebut adalah sel-sel saraf (neuron) yang membentuk sistem saraf.Sel-sel saraf ini ada yang berfungsi membawa rangsangan ke pusat saraf ada juga yang membawa pesan dari pusat saraf, (3) efektor, efektor adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan, yaitu otot dan kelenjar (baik kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin).Sistem saraf dan indra sangat erat kaitannya dalam sistem koordinasi (Sullivan et al.,2014). 2.1.2 Anatomi Sistem Reseptor Mata Sistem kerja reseptor visual cahaya masuk kedalam melalui pupil (merupakan lubang pada iris), besar-kecilnya ukuran pupil saat menangkap perubahan suatu cahaya ditentukan oleh dua level yaitu dari sensitivitas (kemampuan untuk mendeteksi keberadaan suatu objek dalam keadaan cahaya yang minim/remang-remang) dan ketajaman (kemampuan untuk melihat suatu objek secara detail). Ketika pupil mengerut atau mengecil, maka bayangan benda yang jatuh pada retina akan lebih tajam namun ketika pada saat pencahayan berkurang maka pupil akan membuka lebih lebar untuk membiarkan cahaya lebih banyak masuk tetapi akan mengurangi ketajaman dan kedalam fokus benda tersebut. Proses kerja pupil yang berhubungan dengan konsentrasi seseorang, pupil biasanya melebar dan detak jantung akan menurun pada saat seseorang sedang berkonsentrasi atau memiliki atensi yang tinggi pada suatu pekerjaan atau objek(Applegate,2011). Dibelakang pupil ada lensa mata yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang akan ditangkap oleh retina, dan bagian yang mengontrol lensa mata ini disebut dengan otot-otot siliari (ciliary muscles). Otot-otot siliari ini berfungsi
untuk mengontrol lensa mata. Ketika kita melihat sebuah objek yang dekat maka otot-otot siliari akan berkontraksi dan lensa mata akan berbentuk silindris. Namun ketika kita melihat suatu objek yang jauh maka otot-otot siliari akan rileks dan lensa mata akan berbentuk agak mendatar. Untuk proses konfigurasi dari lensa mata untuk membawa sebuah objek menjadi fokus di retina mata disebut dengan akomodasi (accomodation) (John dan Pinel, 2009). Reseptor pada mata terletak di retina mempunyai lapisan-lapisan sebagai berikut yaitu dua reseptor rod dancone, horizontal cells, bipolar cells, amacrine cells dan retinal ganglion cells. Reseptor rod dan cone merupakan sel-sel yang yang dispesialisasikan untuk menerima sinyal-sinyal mekanik, kimiawi atau radian (pemancar panas) yang ada disekeliling kita. Sel-sel amacrine dan sel-sel horizontal dispesialisasikan untuk komunikasi lateral (yang dimaksudkan komunikasi lateral adalah komunikasi yang melewati channel-channel utama sensori input). Bipolar cells adalah sel-sel yang berada di bagian tengah retina,retinal ganglion cells merupakan lapisan neuron di dalam retina yang memiliki serabut-serabut saraf yang bertolak pada bola mata. Sistem kerja struktur ini pada saat cahaya datang maka cahaya diterima reseptor cone dan reseptor rod setelah melewati 4 lapisan terdahulu yaitu retinal ganglion cells, amacrine cells, bipolar cells dan horizontal cells (Kolb, 2011). Kemudian saat reseptor telah teraktivasi, pesan neural ditranslasikan balik melewati lapisan-lapisan retinal kepada sel-sel ganglion retinal, yang aksonaksonnya berproyeksi diseluruh bagian dalam retina sebelum berkumpul dalam bentuk bundel dan keluar meninggalkan bola mata(Gambar 2.1 di bawah untuk
penjelasan struktur retina). Susunan terbalik ini menciptakan dua masalah visual yaitu, yang pertama cahaya datang terdistorsi oleh jaringan retinal yang harus dilaluinya sebelum mencapai reseptor. Masalah yang kedua adalah agar bundel akson-akson sel ganglion retinal meninggalkan mata harus ada sebuah celah di lapisan reseptor, celah itu dinamakan blind spot (John dan Pinel, 2009).
Gambar 2.1 Struktur Retina (Sumber : Kolb,2011)
Rangsangan yang diterima oleh reseptor (indra) berupa visual akan diterima oleh neuron sensoris yang melalu jalur sistem ekstrapiramidal yang dimulai menuju nukleus vestibularis yang ada di batang otak, kemudian menuju area serebelum berfungsi untuk mengawali dan mengatur gerakan, khususnya gerakan yang terampil. Untuk menghasilkan gerakan yang terampil dan terkoordinasi yang dihasilkan oleh
korteks motorik maka setelah dari area
serebelum, neuron sensoris sebelum ke korteks motorik menuju pada area perencanaan motorik yaitu basal ganglia (Kolb,2011).
2.1.3 Anatomi Sistem Konduktor Saraf 2.1.3.1 Anatomi Sistem Sel Saraf Sistem saraf sebagai sistem koordinasi, sistem saraf mempunyai fungsi yaitu pengendalian kerja alat-alat tubuh agar bekerja serasi, alat komunikasi antara tubuh dengan lingkungan di luar tubuh, yang dilakukan oleh ujung saraf pada indra, dan lingkungan dalam tubuh, pusat kesadaran, kemauan, dan pikiran Untuk melaksanakan fungsi tersebut maka sistem saraf tersusun oleh berbagai organ, jaringan dan juga komponen terkecil yaitu sel saraf atau neuron (Paul, 2015) . Neuron atau sel saraf memiliki bagian-bagian sel yang berbeda dengan tipe sel lainnya (Gambar 2.2 di bawah untuk penjelasan struktur neuron). Berikut bagian-bagian sel saraf beserta fungsinya dalam menghantarkan impuls (rangsangan) sebagai unit fungsional sistem saraf. Inti sel, merupakan struktur inti sel pada umunya yang di dalamnya terdapat asam nukleat (materi inti). Inti sel berperan sebagai pengatur segala aktivitas sel saraf. Badan sel (perykaryon), merupakan struktur utama dari sel saraf yang kaya akan sitoplasma dan di bagian tengahnya terdapat inti sel saraf. Badan sel berfungsi sebagai tempat metabolisme sel saraf.Dendrit merupakan serabut pendek dan bercabang-cabang yang merupakan penjuluran badan sel pada badan sel. Dendrit berfungsi menerima dan menghantarkan rangsangan dari luar ke badan sel saraf. Neurit, merupakan serabut panjang hasil penjuluran badan sel yang mengandung struktur benang-benang halus yang disebut mikrofibril dan
neurofibril. Mikrofibril dan neurofibril berfungsi untuk menjaga bentuk dan kepadatan sel saraf. Neurit atau yang sering dikenal akson memiliki peranan menghantarkan rangsangan dari badan sel saraf yang satu ke sel saraf lain. Rangsangan akan dihantarkan melalui akson dari satu sel saraf menuju dendrit dari sel saraf yang lain. Struktur neurit merupakan struktur yang lebih kompleks daripada dendrit. Neurit memiliki pembungkus yang disebut selaput myelin yang didalamnya terdapat sel Sachwan. Bagian neurit yang tidak terbungkus oleh selaput myelin disebut nodus Ranvier(Dupree dan Duppre, 2007).
Gambar 2.2 Struktur Neuron (Sumber : Boundless, 2014)
Sel-sel saraf akan berkumpul membentuk jaringan saraf dan selanjutnya jaringan-jaringan saraf akan berkumpul dan berkoordinasi membentuk sistem saraf. Hubungan antara sel saraf yang satu dengan sel saraf yang lain disebut
sinapsis, sedangkan hubungan antara sel saraf dengan serabut otot disebut neuromuscular junction(Dupree dan Dupree, 2007). Neuron berdasarkan fungsinya dibedakan atas sel saraf sensorik (afferent), sel saraf motorik (efferent), dan sel saraf konektor (association). Sel saraf sensorik berfungsi menghantarkan rangsangan (impuls) dari indra ke saraf pusat (otak) dan sumsum tulang belakang. Sel saraf motorik berfungsi menghantarkan rangsangan dari saraf pusat (otak) atau sumsum tulang belakang ke otot atau kelenjar. Rangsangan dari sel saraf sensorik diteruskan menuju sel saraf motorik melalui sel saraf konektor (Rhoades dan Bell,2009). Membran neuron layaknya membran sel lainnya bersifat semipermeabel (hanya molekul-molekul tertentu yang dapat keluar masuk misalnya ion-ion tetapi tidak untuk molekul berukuran besar). Membran sel saraf juga secara elektrikal bersifat polar (adanya ion-ion bermuatan negatif yang disebut kation di sekitar permukaan luar membran dan ion-ion bermuatan negatif yang disebut anion di bagian sebelah dalam membran). Impuls saraf berhasil ditransmisikan (disalurkan) dari sel saraf yang satu ke sel saraf yang lain disebabkan oleh potensial aksi yang berpindah di dekat sel saraf. Stimulus merubah kemampuan spesifik permeable lapisan membran dan menyebabkan depolarisasi kation dan anion. Perubahan ini menyebar sepanjang serabut saraf yang selanjutnya disebut sabagai impuls saraf itu sendiri. Polarisasi kembali terjadi setelah depolarisasi yang diikuti oleh periode refractory selama impuls selanjutnya datang lagi (Siegel,2006). Polarisasi dibuat dengan mempertahankan kelebihan ion-ion sodium (Na+) pada bagian luar membran dan kelebihan ion-ion potassium (K+) pada bagian
dalam membran. Jumlah tertentu dari Na dan K selalu bocor (berkurang) melewati membran, tetapi pompa Na/K pada membran secara aktif mengatasi hal tersebut tersebut.Intensitas atau frekuensi antara impuls saraf yang satu dengan yang lain ditentukan oleh diameter dari serabut saraf, hal ini berkaitan juga dengan serabut saraf berselaput mielin dan serabut saraf tanpa selaput mielin. Sitoplasma dari akson atau serabut saraf merupakan konduktor elektrik dan selaput mielin menurunkan kapasitasnya sebagai penghantar. Kondisi tersebut mencegah kebocoran muatan melalui membran. Depolarisasi pada nodus ranvier cukup untuk memicu regerasi voltase elektrik pada nodus berikutnya. Oleh karena itu, potensial aksi pada serabut saraf bermielin tidak berpindah layaknya perpindahan gelombang tetapi terjadi secara berulang pada nodus-nodus. Potensial aksi pada nodus ranvier akan berpindah seperti loncatan-loncatan muatan listrik (Clark, 2005). 2.1.3.2 Anatomi Sistem Organ Saraf Pengatur Koordinasi Gerak Organ yang berperan dalam sistem pengatur pemprosesan koordinasi pada gerak ini adalah otak.Di dalam serebrum (otak) terbagi menjadi 2 bagian, yaitu hemisfer serebral (cerebral hemisphere).Hemisfer ini dihubungkan oleh kumpulan serabut yang cukup banyak yang di sebut dengan korpus kalosum (corpus callosum).Secara umum hemisfer kanan mengontrol sisi kiri tubuh dan hemisfere kiri mengontrol sisi kanan tubuh.Begitu juga dengan tugas hemisfer memiliki tugas dan bakat masing-masing (Carole dan Tavris, 2007). Otak menurut belahannya terdiri dari dua bagian yaitu belahan kiri (left hemisphere) dan belahan kanan (right hemisphere).Belahan otak kiri berkenaan
dengan kemampuan berpikir ilmiah, kritis, logis dan linear, sedangkan belahan otak kanan berkenaan dengan fungsi-fungsi yang non linear, non verbal, holistik, humanistik, dan bahkan mistik.Lahirnya kreativitas dalam bentuk gagasan maupun karya nyata merupakan perpaduan antara kedua belahan otak tersebut(Sherwood,2012). Serebelum berfungsi untuk mengawali dan mengatur gerakan, khususnya gerakan yang terampil. Serebellum berfungsisebagai pembanding antara perencanaan motorik dan basil dari motorik, selain itu serebellum juga berfungsi untuk mendeteksi kesalahan sistem. Serebelum mengirimsinyal untuk koreksi ke brain steam dan kortek motorik. Pada serebellum terdapat Tiga divisi fungsional yaknivestibuloserebellum,spinoserebellum,dan
serebroserebellum.
Vestibuloserebellum berfungsi untuk mengontrol dan mengkoordinasi otot-otot aksial dan gerakan kepala dan mata, spinoserebellumberfungsi untuk memberikan informasi motorik dan eksitabilitas motor neuron, serebroserebellum berfungsi untuk mengawali gerakan dan koordinasi otot (Lahunta dan Glass, 2009). Sistem limbik berfungsi sebagai pusat pengatur adaptasi. Sistem limbik meliputithalamus, bagian yang terdapat di otak depan. Di bagian ini terjadi persimpangan saraf-saraf sensorik yang masuk ke otak.Hipothalamus memiliki efek yang sangat kuat pada hampir seluruh sistem visceral tubuh kita dikarenakan hampir semua bagian dari otak mempunyai hubungan dengannya.Oleh karena hubungan inilah, maka hypothalamus dapat merespon rangsang psikologis dan emosional, hypothalamus, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem limfatik, dan merupakan konektor sinyal dari berbagai bagian otak menuju ke
korteks otak besar.Akson dari berbagai sistem indera berakhir pada hipotalamus (kecuali sistem olfaction) sebelum informasi tersebut diteruskan ke korteks otak besar(Hendelman,2006). Hipotalamus berfungsi sebagai monitoring dan mengontrol berbagai aktivitas
dari
tubuh
yang
sangat
banyak,amygdala,hippocampus,
neurotransmiter , yakni zat kimia di dalam otak yang berfungsi membawa pesan antar sel saraf. Zat kimia ini diproduksi di dalam sel-sel saraf yang ada di otak, ketika pesan dari otak harus ditransmisikan ke bagian-bagian lain. Hampir seluruh kegiatan
otak memanfaatkanneurotransmiter
untuk menyampaikan
pesan(Hendelman,2006). Basal ganglia menghasilkan gerakan yang terampil dan terkoordinasi dihasilkan dari kerja kortek motorik. Sebuah perencanaan motorik dibuat oleh area premotor yang nantinya akan dieksekusi oleh area motorik primer. Gerakan yang dihasilkan oleh kortek motorik primer masih kasar, sehingga perlu dikontrol oleh area premotor yang berhubungan dengan basal ganglia. Dengan peran dari basal ganglia maka gerakan yang dihasilkan akan lebih terkontrol (Steiner dan Tseng,2010). Basal ganglia merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut beberapa area di subcortical gray matter yang meliputi nukleus kaudatus, putamen, globus pallidus, nukleus subthalamikus dan substansia nigra. Nukleus kaudatus dan putamen menyusun striatum. Striatum merupakan reseptor utama dari basal ganglia yang menerima input dari kortekserebri. sistem limbik, thalamus dan substansia nigra. Input yang berasal dari kortek serebri merupakan eksitasi dan
merupakan proyeksi dari sensorik dan kortek motorik menuju ke putamen, dari prefrontal kortek menuju ke nukleus kaudatus dan dari kortek limbik dan amigdala menuju ke ventral striatum. Basal ganglia memiliki sejumlah lintasan yakni : (1) dari striatum ke globus pallidus ke thalamus ke kortek dan ke striatum, (2) dari striatum ke substansia nigra dan ke striatum, (3) dari globus pallidus ke subthalamus dan berakhir ke globus pallidus (Groenewegen et al., 2009). Input
kortikal
dari
basal
ganglia
kebanyakan
menggunakan
neurostransmitter glutamate. Striatum merupakan area di otak yang paling kaya mengandung dua neurotransmitter yang penting di dalam sistem saraf pusat yakni achetylchline dan dopamine. Acetylcholine merupakan neurotransmitter pada sinaps di kebanyakan saraf, sedangkan dopamine diproduksi di substansia nigra dan disalurkan ke striatum melalui akson nigrostriatal, untuk bekerja pada striatum. Apabila terjadi kerusakan pada substansia nigra, maka akan menyebabkan penurunan level dopamine pada striatum. Aktivitas basal ganglia dimodulasi oleh neuron dopaminergic di substansia nigra. Dopamine memiliki efek eksitasi pada neuron striatal pada jalur langsung dan efek inhibisi pada jalur tidak langsung. Jalur langsung terdiri dari putamen nukleus kaudatus, dan striatum menghasilkan inhibisi pada globus pallidus dan sebagai konsekuensinya di inhibisi dari thalamus, superior kullikulus dan target lainnya. Jalur tidak langsung yang terdiri dari nukleus subtalamik menghasilkan eksitasi dari output saraf dari globus pallidus yang akan meningkatkan inhibisi pada organ target (Bolam et al., 2005).
Basal ganglia berperan dalam motor kontrol dan tindakan otomatis dari ketrampilan
motorik
yang
bertindak
dengan
memfasilitasi
penggunaan
perencanaan motorik. Basal ganglia tidak berfungsi untuk memulai gerakan, namun berfungsi memodulasi pola gerakan yang telah dimulai pada level kortikal (Groenewegen et al., 2009). Kapsula interna (internal capsule) adalah bagian otak yang terletak di antara nukleus lentikularis dan nukleus kaudatus. Struktur ini adalah sekelompok saluran serat termyelinasi, termasuk akson dari jaras piramidalis (piramidal neurons) dan jaras motorik ekstrapiramidalis atas (extrapyramidal upper motor neurons) yang menghubungkan korteks ke badan sel dari jaras motorik yang lebih rendah. Karena begitu banyaknya akson yang berkumpul dalam kapsula interna, bagian ini kadang-kadang juga disebut sebagai leher botol serat (bottleneck of fibers). Ujung kapsula interna berakhir dalam otak, tepat di atas otak tengah, namun akson-akson yang melewatinya terus ke bawah melalui batang otak dan sumsum tulang belakang. Mereka turun melalui batang otak dalam dua bundel besar yang disebut pedunkulus serebri atau krus serebri (Wibowo, 2005) . Medulla oblongata adalah bagian dari otak belakang yang merupakan jalur yang dilewati saat motorik dan sensorik neuron dari otak tengah dan otak depan melakukan perjalanan melalui medulla. Sebagai bagian dari batang otak , medulla oblongata membantu dalam mentransfer pesan antara berbagai bagian dari otak dan sumsum tulang belakang. Medulla oblongata terlibat dalam beberapa fungsi tubuh diantaranya koordinasi gerakan tubuh (Wibowo,2005).
Pada potongan melintang medulla spinalis dapat dijumpai berwarna gelap berbentuk kupu-kupu yang dinamakan substansia grisea. Substansia grisea berisi badan sel saraf, yang merupakan sel saraf motorik dan serabut saraf sensoris (Wibowo,2005). 2.1.4 Anatomi Sistem Efektor Tangan Efektor adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan, yaitu otot dan kelenjar, baik kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin terutama dalam pembahasan disini yang dimaksud adalah reaksi dari efektor tangan (Noback et al., 2005). Kerja otot dapat bergerak karena dipengaruhi oleh otot sadar
berupa
tendon otot . Tendon otot merupakan jaringan ikat yang menghubungkan otot ke tulang.Otot menggerakkan tubuh dengan kontraksi terhadap kerangka.Ketika otot mengkerut, mereka bisa lebih pendek,dengan kontraksi, otot menarik pada tulang dan memungkinkan tubuh untuk bergerak.Otot hanya bisa berkontraksi.Mereka tidak bisa secara aktif memperpanjang, meskipun mereka dapat bergerak atau bersantai kembali ke posisi netral non-kontraksi.Oleh karena itu, untuk memindahkan tulang dalam arah yang berlawanan, pasangan otot harus bekerja dalam arah berlawanan. Setiap otot pada pasangan bekerja terhadap yang lain untuk memindahkan tulang pada sendi tubuh. Otot yang mengerut menyebabkan sendi menekuk disebut dengan fleksor.Otot yang berkontraksi menyebabkan sendi untuk meluruskan disebut dengan ekstensor. Ketika salah satu otot berkontraksi atau disebut juga agonis, otot lain dari pasangan ini selalu memanjang atau disebut juga antagonis (Fitria,2014).
2.1.5
Mekanisme Neurofisiologi Koordinasi Antara Mata dan
Tangan Sistem organ yang terlibat dalam suatu gerakan koordinasi yaitu : (1) serebrum (otak besar) untuk penyusunan konsep gerakan (2) sistem visual untuk memberi informasi tentang usaha yang harus dibuat dan pengarahan urutan gerakan (3) sistem motorik sebagai pelaksana (4) sistem sensorik sebagai monitor (5) serebellum (otak kecil) sebagai pengatur dan pengarah informasi atau fungsi koordinasi (Sherwood,2012). Gerakan tubuh yang terkoordinasi antara mata dan tangan diatur oleh rangsangan yang diterima oleh reseptor (indra) berupa visual kemudian rangsangan
diterima
oleh
neuron
sensoris
yang
melalu
jalur
sistem
ekstrapiramidal yang dimulai menuju nukleus vestibularis yang ada di batang otak, kemudian menuju area serebelum berfungsi untuk mengawali dan mengatur gerakan, khususnya gerakan yang terampil. Untuk menghasilkan gerakan yang terampil dan terkoordinasi yang dihasilkan oleh korteks motorik maka setelah dari area serebelum, neuron sensoris sebelum ke korteks motorik menuju pada area perencanaan motorik yaitu basal ganglia (Clikeman dan Ellison,2009). Dengan peran dari basal ganglia maka gerakan yang dihasilkan akan lebih terkontrol. Setelah diproses maka akan kembali lagi menuju batang otak yang menghasilkan neuron motorik melalui proses sistem pyramidal diawali pada korteks motorik, impuls gerakan yang diinginkan berupa koordinasi antara mata dan tangan diteruskan menuju bagian posterior kapsula interna,kapsula interna meneruskan impuls kepada medula oblongata, setelah mencapai medulla
oblongata impuls diteruskan menuju medula spinalis substansia grissea, yaitu bagian integral dari neuron motorik, respon kembali diteruskan menuju ujungujung akson yaitu efektor hingga akhirnya menjadi suatu gerakan yang diinginkan (Sherwood,2012). 2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Koordinasi Antara Mata dan Tangan Koordinasi antara mata dan tangan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu (1) intelegensi, (2) aktivitas visual(3) persepsi visual (4) koordinasi motorik (5) aktivitasgerak lengan, tangan, dan aktivitas penggunaan jari. Faktor ekstrinsik yaitu pengalaman koordinasi antara mata dan tangan seperti merangkai manik - manik, menyusun balok, bermain puzzle, mewarnai pada gambar yang telah tersedia.(Smith & Jane, 2015). Intelegensi merupakan salah satu faktor intrinsik
karena intelegensi
sendiri adalah koordinasi yang memberi struktur kepada tingkah laku suatu organisme sebagai adaptasi mental terhadap situasi baru. Dalam arti sempit, intelegensi sering kali diartikan sebagai intelegensi operasional, termasuk pula tahapan-tahapan yang sejak dari periode sensori motoris sampai dengan opersional formal misalnya saja pada fase senso motor anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakkan, dan secara perlahan-lahan belajar mengkoordinasikan tindakannya (Ali, 2012). Aktivitas dari kerja visual hal tersebut berpengaruh terhadap konsentrasi terhadap objek ataupun penggunaan alat indra mata itu sendiri yang tidak
mengalami gangguan untuk digunakan dalam melihat suatu objek (Gouveia, 2012) . Visual persepsi adalah proses kemampuan dalam mengintregasikan dari input yang didapat secara visual, maksudnya setalah suatu bentuk diterima oleh mata, maka kemampuan visual persepsi diotak akan menjelaskan arti dari objek yang dimaksud. Sehingga berpengaruh juga terhadap koordinasi karena koordinasi juga akan mempersepsikan suatu gambar yang berbentuk serta berbeda- beda polanya (Alsim,2011). Pengertian koordinasi gerak dapat dilihat berdasar dari sudut pandang anatomi dan fisiologi serta biomekanik.Koordinasi gerak adalah hubungan timbal balik antara pusat susunan gerakan dengan alat gerak dalam mengatur dan mengendalikan implus tenaga dan kerja otot serta proses-proses motorik yang terjadi untuk pelaksanaan gerakan.Koordinasi gerak dari sudut pandang anatomi dan fisiologi dari sudut pandang fisiologi, koordinasi gerak dilihat sebagai pengaturan terhadap proses motorik terutama terhadap kerja otot-otot diatur melalui sistim persyarafan. Dari definisi ini dapat ditarik suatu pengertian bahwa koordinasi gerak meliputi pengkoordinasian kerja otot-otot yang terlibat dalam pelaksanaan suatu gerakan. Pengertian koordinasi gerak dari sudut pandang biomekanik diarahkan pada penyesuaian antara pemberian implus kekuatan pada ototdengan kebutuhan pada setiap gerakan.dari sudut pandang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa koordinasi gerak adalah hubungan timbal balik antara pusat susunan syaraf dengan alat gerak dalam mengatur dan mengendalikan inplus tenaga dan kerja
otot serta proses-proses motorik yang terjadi untuk pelaksanaan gerakan (Natasha, 2013) Koordinasi akan terarah pada target motor yang sama apabila dalam gerakanterarah yang menghubungkan antara mata dan tangan gerakan tersebut melibatkan gerakan dari lengan,tangan dan jari- jari sehingga fungsi otak bagian koordinasi temporal mempunyai tugas antar anggota tubuh yang kompleks (Weigelt, 2005). Pengalaman koordinasi antara mata dan tangan pada anak usia 7 - 8 tahun berupaanak mampu fokus untuk keterampilan gerak koordinasi motorik berupa mendorong, menangkap, memukul, melempar, dan memantul - memantulkan bola (Mahendra, 2006).Pada anak usia 7- 8 tahun sangat aktif secara fisik telah menikmati berbagai tantangan, yang menguji kekuatan serta ketangkasannya. Peningkatan kekuatan fisik serta koordinasi tangan mata membuat anak mampu, memukul bola dan tulisan tangannya lebih terbaca terutama bagi anak perempuan (Sujiono,2009). 2.2. Tahap Perkembangan Kognitif Koordinasi Antara Mata dan Tangan Anak Usia 7-8 tahun Karakteristik perkembangan anak usia 7 – 8 tahun secara umum adalah perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat,dari segi secara kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian. Menurut Piaget, tahap perkembangan kognitif anak secara kronologis terjadi 4 tahap. Urutan tahap-tahap ini tetap bagi setiap orang, akan tetapi usia kronologis memasuki setiap tahap bervariasi pada setiap anak. Tahap sensorimotor usia 0 – 2 tahun, tahap pra
operasional usia 2 -7 tahun, (3) tahap operasi kongkret usia 7 – 11/12 tahun, tahap operasi formal usia 11/12 ke atas (Shaffer,2009). Berdasarkan urutan tahap perkembangan di atas, pada anak usia 7 sampai 8 tahun perkembangan kognitifnya masuk dalam tahap operasi kongkret usia 7 – 11/12 tahun.Tahap operasi konkret (concrete operations) ditandai dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis.Anak sudah memperkembangkan operasi-operasi logis.Operasi itu bersifat reversible, artinya dapat dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikembalikan kepada awalnya lagi. Tahap operasi konkret dapat ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata atau koonkret yaitu anak sudah mampu berpikir analisis dan sintesis, deduktif dan induktif ( Santrock,2008). Perkembangan gerak bagi anak – anak usia antara 7 - 8 tahun meliputi beberapa aktivitas, seperti aktivitas gerak khusus,
aktivitas penemuan dan
pengalaman dalam objek lingkungan , aktivitas penyesuaian diri dengan tempat bermain dan lingkungan, aktivitas imajinasi dan meniru-niru aktivitas memanjat dan menggantung,aktivitas dalam kelompok kecil, aktivitas berirama untuk memperhalus
koordinasi,aktivitas
macam-macam
cabang
olahraga
atau
keterampilan, aktivitas untuk memperhalus kemampuan gerak dasar dalam daerah lokomotor, manipulasi, dan kestabilan (Gallahue dikutip oleh Handika, 2014). Pada tahapan ini anak mampu fokus untuk keterampilan motorik halus tangan,menulis,
menggambar.Kecerdasan
berupamendorong,
melempar,
menangkapseperti
kinestetik menulis,dan
manipulatif memukul
(Syamsu,2007).Perkembangan gerak anak usia 7 - 8 tahun seharusnya sudah bisa menampilkan gerakan-gerakan keterampilan dasar dengan lebih sempurna dan dapat lebih memiliki pola gerakan yang jelas untuk dapat diukur (Gallahue dikutip oleh Handika, 2014). Pada usia 7-8 tahun ini perkembangan motorik anak sudah mulai terkoordinasi baik, sehingga setiap gerakan sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya, namun anak – anak cenderung kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah sehingga perlu di bimbing agar koordinasi anak semakin terarah nantinya ketika beranjak dewasa. Koordinasi diukur melalui pola gerak keterampilan
mencakup
kemampuan
mengontrol
tubuh,
keseimbangan,
kelincahan, dan fleksibilitas. Kemampuan koordinasi gerak secara umum antara anak laki-laki dan perempuan tidak berbeda sampai umur 11 tahun. Perbedaannya, anak laki-laki lebih baik dalam aktivitas kekuatan dan gerak kasar dengan melibatkan otot besar, perempuan lebih baik pada aktivitas kecermatan (Budiman,2010) 2.3 Senam Otak 2.3.1 Pengertian Senam Otak Senam otak adalah serangkaian gerakan sederhana untuk merangsang area pada otak berdasarkan fungsional otak masing-masing.Senam otak terdiri dari gerakan-gerakan
yang
menuntut
keseimbangan,
yang
secara
mekanis
mengaktifkan kedua hemisfer otak melalui korteks motorik dan korteks sensoris, serta merangsang sistem vestibular untuk menjaga keseimbangan.Kekuatan
gerakan-gerakan senam otak mengaktifkan fungsi seluruh otak melalui hubungan yang intim dengan gerakan-gerakan tubuh (Dennison, 2006). Pada awalnya senam otak dimanfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan depresi, namun seiiring berkembangnya zaman senam otak bermanfaat untuk kematangan pemrosesan otak
anak-anak
dispraksia
serta
dapat
berikan
pada
anak
normal
sekalipun(Hyatt,2007) . Senam otak merupakan sejumlah gerakan sederhana yang dapat menyeimbangkan setiap bagian – bagian otak.Diharapkan melalui rangkaian gerakan tubuh, dapat menarik keluar tingkat konsentrasi anak.Senam otak juga dikenal sebagai jalan keluar bagi bagian-bagian otak yang “terhambat” agar dapat berfungsi maksimal.Selain itu senam otak juga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dan daya ingat.Orang menjadi lebih bersemangat, lebih konsentrasi, lebih kreatif dan efisien. Siapapun akan merasa lebih sehat karena stress berkurang (Tammasse, 2009). Senam otak dapat dilakukan dalam waktu singkat (kurang dari lima menit), tidak memerlukan bahan atau tempat khusus, kemungkinan belajar tanpa stress, meningkatkan kepercayaan diri, memandirikan seseorang dalam hal belajar, mengaktifkan potensi dan ketrampilan, menyenangkan dan menyehatkan, serta hasilnya bisa segera dirasakan (Demuth, 2005). 2.3.2 Mekanisme Gerak Senam Otak terhadap Koordinasi Senam otak dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yakni lateralitas, pemfokusan dan pemusatan.Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui
olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak.(Tammasse, 2009). Latihan akan memberikan rangsangan baru yang akan memperkuat hubungan saraf dalam otak dan membuatnya lebih responsif. Setiap kali rangsangan diterima oleh sistem sensoris, maka akan terjadi hubungan-hubungan saraf baru pada jembatan antarsel pada otak atau sinapsis yang akan tercipta. Semua pengalaman yang memberikan pembelajaran terhadap sensoris secara potensial
mempunyai
kapasitas
untuk
mengubah
sistem
otak
dalam
mengorganisasi diri kembali (re-organization), atau sering disebut sebagai neuroplasticity (Heru, 2011) Pada dimensi lateralis mengaktivasi belahan otak kiri dan kanan, dimensi pemfokusan mengaktivasi bagian batang otak (brainstem) dan depan otak (frontal lobes), dimensi pemusatan mengaktifkan midbrain dan otak besar. Dimensi lateralitas yang menunjukkan sisi tubuh manusia dibagi dalam sisi kiri dan sisi kanan. Sifat ini memungkinkan dominasi salah satu sisi misalnya menulis dengan tangan kanan atau kiri dan juga untuk integrasi kedua sisi tubuh yaitu untuk menyebrangi garis tengah tubuh. Dimensi fokus adalah kemampuan menyebrangi garis tengah yang memisahkan bagian belakang dan depan tubuh. Dimensi pemusatan adalah kemampuan untuk menyebrangi garis antara bagian atas dan bawah tubuh, mengaktifkan fungsi bagian atas dan bawah otak, mengaktifkan bagian tengah sistem limbik serta otak besar (Dennison, 2006). Menurut Dennison (2006), ahli senam otak dari lembaga educational kinesiology Amerika Serikat, bahasa tulis maupun lisan menjadi lebih jelas dan
lebih hidup ketika sisi kanan dan kiri dari tubuh dan otak bekerja bersama – sama. Ketika integrasi kedua sisi kita menjadi lebih baik, komunikasi diantara kedua hemisfer serebral menjadi lebih spontan.Dengan senam otak, otak kanan dan otak kiri dapat bekerja lebih sinergis. Tiga dimensi otak Sesuai Edu – K Otak sebagai pusat kegiatan tubuh akan mengaktifkan seluruh organ dan sistem tubuh melalui pesan yang disampaikan melewati serabut syaraf secara sadar maupun tidak sadar. Pada umumnya, otak bagian kiri bertanggung jawab untuk pergerakan bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Dengan senam otak, maka tiga dimensi otak akan diaktifkan secara keseluruhan maka,bagian fungsi otak koordinasi teraktivasi (Dennison, 2006) 2.3.3 ManfaatGerakan Senam Otak. Pengawalan gerakan senam otak harus menjalani PACE. PACE adalah empat keadaan yang diperlukan, untuk dapat belajar dan berpikir dengan menggunakan seluruh otak. PACE merupakan singkatan dari positif, aktif, clear (jelas), dan energetis. Untuk menjalankan PACE ini, harus memulainya dengan energetis (minum air), clear (melakukan pijat saklar otak), aktif (melakukan gerakan silang), positif (melakukan kiat rileks), dan dilanjutkan dengan gerakangerakan senam yang lain.PACE adalah sebagai berikut : a. Positif: Kait Rileks (hook-ups) Gerakan kait rileks akan memilihkan keseimbangan setelah mengalami ketegangan dan stres emosional atau stres berasal dari lingkungan. Gerakan ini akan membantu untuk meningkatkan konsentrasi dan berpikir. Gerakan ini akan menghubungkan semua energi dalam badan dan merangsang pengaliran energi
yang terhambat. Gerakan ini merupakan gerakan yang mengaktifkan dimensi pemusatan.Fungsinya untuk keseimbangan dan koordinasi meningkat, perasaan nyaman terhadap lingkungan sekitar (mengurangi kepekaan yang berlebihan), pernafasan lebih dalam. b. Aktif: Gerakan Silang (cross crawl) Gerakan silang mengaktifkan bagian otak kiri dan kanan bersamaan. Gerakan ini sangat menunjang kegiatan belajar siswa, di mana aktivitas belajar akan menjadi mudah untuk menerima hal-hal baru. Aktivitas belajar akan menjadi mudah karena gerakan silang akan mengaktifkan dua belahan otak dapat bekerja sama, sehingga siswa akan belajar dengan menggunakan keseluruhan otak. Belajar dengan menggunakan keseluruhan otak akan memungkinkan hasil yang optimal. Gerakan ini mengaktifkan dimensi lateralisasi – komunikasi. c. Clear : Saklar Otak (brain buttons) Gerakan saklar otak meningkatkan peredaran darah yang kaya oksigen ke otak. Gerakan ini dilakukan untuk mempersiapkan siswa agar bisa berpikir jernih dan tenang, karena gerakan saklar otak akan membantu meningkatkan aliran peredaran darah ke otak, meningkatkan koordinasi dua belahan otak dan meningkatkan keseimbangan badan. Gerakan mata yang sebelumnya terhambat diaktifkan.Gerakan ini mengaktifkan dimensi pemusatan. d. Energetis : Air (water) Minum air merupakan gerakan untuk mengawali kegiatan belajar. Gerakan ini dilakukan karena air sebagai media penghantar yang meningkatkan potensi listrik melalui membran sel dan yang paling dibutuhkan untuk menjamin fungsi
jaringan syaraf,dengan minum air, para siswa cukup berenergi untuk belajar, mengingat semua aktivitas tubuh memerlukan air. Gerakan ini mengaktifkan dimensi pemusatan Jika kebutuhan air dalam tubuh cukup, maka akan membantu pengaliran energi ke otak sehingga otak akan menjalankan fungsinya secara optimal dan tidak akan terjadi dehidrasi. Semakin murni air yang diminum semakin mudah pembakaran terjadi, semakin mudah racun dikeluarkan dari badan. Gerakan Brain Gym mengaktifkan otak dibagi ke dalam 3 ( tiga ) dimensi yaitu : 1)
Lateralitas (Kanan-Kiri)
Gerakan untuk menyebrang garis tengah, menyangkut sikap positif: mendengar, melihat, bergerak. Otak bagian kiri aktif jika sisi kanan tubuh digerakkan dan bagian kanan aktif apabila sisi kiri tubuh digerakkan.Gerakan menyebrang garis tengah, mengaktifkan kerjasama tersebut.Kemampuan belajar paling tinggi apabila kedua belah otak bekerjasama dengan baik. a.Delapan tidur (Lazy 8) Fungsinya melepaskan ketegangan mata, tengkuk, dan bahu pada waktu memusatkan perhatian dan meningkatkan kedalaman persepsi, meningkatkan pemusatan, keseimbangan, dan koordinasi. b. Coretan Ganda (Double doodle) Fungsinya kesadaran akan kiri dan kanan, memperbaiki penglihatan perifer, kesadaran akan tubuh, koordinasi, serta keterampilan khusus tangan dan mata, memperbaiki kemampuan olahraga, dan keterampilan gerakan.
c. Gajah ( The Elephant) Gerakan gajah mengaktifkan otak untuk berintegrasi pada penglihatan dan gerakan seluruh tubuh, meningkatkan persepsi dan kemampuan kerja sama mata. Gerakan gajah akan meningkatkan koordinasi tubuh bagian atas dan bawah.Pada gerakan gajah, batang tubuh, kepala, lengan dan tangan bekerja sebagai satu kesatuan, yang bergerak di sekeliling bayangan 8. 2)
Pemfokusan (Muka –Belakang)
Gerakan meregangkan otot, menyangkut: konsentrasi, pengertian, dan pemahaman . Gerakan ini menunjang kesiapan untuk menerima hal baru dan mengekspresikan apa yang sudah diketahui. Kalau sulit memahami inti keseluruhan pelajaran, atau orang tidak dapat berkonsentrasi, sebaiknya gerakan ini dilakukan agar otot lega dan semangat belajar meningkat. a.Burung Hantu (The Owl) Fungsinyamelepaskan ketegangan tengkuk dan bahu yang timbul karena stress, menyeimbangkan otot leher dan tengkuk (mengurangi sikap tubuh yang terlalu condong ke depan), dan menegakkan kepala (membantu mengurangi kebiasaan memiringkan kepala atau bersandar pada siku). b.Mengaktifkan Tangan (The Active Arm) Fungsinya peningkatan fokus dan konsentrasi tanpa fokus berlebihan, pernafasan lebih lancar dan sikap lebih santai, dan peningkatan energi pada tangan dan jari.
c.
Lambaian Kaki (The Footflex) Fungsinya sikap tubuh yang lebih tegak dan relaks, lutut tidak kaku lagi,
dan kemampuan berkomunikasi dan memberi respon meningkat. d.
Luncuran Gravitasi (The Gravitational glider)
Fungsinya merelaksasikan daerah pinggang, pinggul dan sekitarnya, tubuh atas dan bawah bergerak sebagai satu kesatuan. 3)
Pemusatan (Atas-Bawah)
Gerakan untuk meningkatkan energi, menyangkut: mengorganisasi, mengatur, berjalan, tes atau ujian. Otak terdiri dari milyaran sel saraf kecil bernama neuron yang jalurnya dihubungkan seperti kabel pada telepon. Bila gerakan ini dibuat berarti hubungan elektrik jaringan dapat diaktifkan agar dapat berfungsi baik dalam memberikan informasi dari badan ke otak dan sebaliknya. a.
Tombol Bumi (Earth Buttons)
Fungsinya, kesiagaan mental (Mengurangi kelelahan mental), kepala tegak (tidak membungkuk), dan pasang kuda-kuda dan koordinasi seluruh tubuh. b.
Tombol imbang (Balance Buttons)
Fungsinya, perasaan enak dan nyaman, mata, telinga, dan kepala lebih tegak lurus pada bahu, dan mengurangi fokus berlebihan pada sikap tubuh. c.
Tombol Angkasa (Space Buttons)
Fungsinya untuk
kemampuan untuk relaks, kemampuan untuk duduk
dengan nyaman, lamanya perhatian meningkat.
d.
Titik Positif (Positive Point)
Fungsinya untuk mengaktifkan bagian depan otak guna menyeimbangkan stres yang berhubungan dengan ingatan tertentu, situasi, orang, tempat, dan ketrampilan, menghilangkan refleks (Dennison,2006). 2.4SKJ 2008 2.4.1 Pengertian SKJ 2008 Senam berasal dari bahasa Inggris disebut “Gymnastic” yang berasal dari kata “gymnos” melakukan latihan senam di ruangan khusus yang disebut “Gymnasium” atau “Gymnasion”. Senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual (Muhajir, 2007).Senam merupakan latihan tubuh, artinyalatihan untuk seluruh organ tubuh.Gerakangerakannya selalu dibuatdan diciptakan dengan sengaja danterencana.Gerakangerakannya selalutersusun dan dinamis. Gerakannyaberguna untuk mencapai tujuan untukkebugaran jasmani dan meningkatkankesehatan (Kamajaya,2013). Sedangkan pengertian dari kebugaran jasmani adalah kondisi jasmani yang bersangkut paut dengan kemampuan dan kesanggupannya berfungsi dalam pekerjaan secara optimal dan efisien. Kesegaran jasmani juga berarti kapasitas seseorang untuk dapat menyesuaikan diri terhadap latihan yang melelahkan dan dapat segera pulih kembali dari kelelahan tersebut. Orang bugar adalah mereka yang dapat menikmati hidup dan kehidupanya, baik secara fisik, mental, emosional dan sosial (Endang dan Fajar, 2008). Kesegaran jasmani bagi anak usia
sekolah dasar usia 7-8 tahun kesegaran jasmani adalah mempunyai fungsi kemampuan untuk menyediakan tugas-tugas belajar di sekolah dengan baik. Di samping itu, kesegaran jasmani bagi anak-anak untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik yang baik (Marzuki,2012). Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa senam kesegaran jasmani adalah latihan tubuh yang dilakukan secara sadar, terencana,sistematis guna mengkatkan kesegaran jasmani untuk meningkatkan kapasitas fisik tubuh sehingga dapat menyesuaikan terhadap latihan yang melelahkan. SKJ
2008
ini
termasuk
aerobik
dangerakan-gerakannya
adalah
gerakanaerobik, baik step-stepnya, gerakanlengan, dan bentuk tangannya. Berbedadengan SKJ yang pertama yaitu SKJ 1984dan SKJ 1988 masih merupakan
senampagi
peregangan,
pelemasan,
pelepasan,dan
kekuatan.Kementerian Negara Pemuda danOlahraga (Kemenegpora) yang menjadiwadah
dalam
bidang
masyarakattermasuk
cabang
senam
Indonesiasenantiasa menciptakan senam-senamuntuk masyarakat.
di
Hal ini
ditujukan untukmengurangi tingkat kejenuhan padapeserta senam dalam hal ini masyarakatuntuk rutin melaksanakan kegiatansenam. Salah satunya Kementrian NegaraPemuda dan Olahraga menciptakanSenam Kesegaran Jasmani 2008, SKJ 2008 adalah senam kebugaranjasmani yang diciptakan oleh KementrianNegara Pemuda dan Olahraga(Kemenegpora), yang mencerminkankeinginan untuk melestarikan kesehatandan olahraga masyarakat (Kamajaya, 2013).
2.4.2 Mekanisme Gerak SKJ 2008 terhadap Koordinasi Antara Mata dan Tangan Senam kebugaran jasmani pada penerapannya merupakan struktur gerak yang paling kaya atau bias dikatakan gerakannya variasi, yang berdasarkan unsur geraknya mengandung gerak lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif. Dilihat berdasarkan dari lingkungan gerak senam tersebut merupakan senam dengan ketrampilan open skillsyaitu ketrampilan yang terbuka dengan lingkungan yang terduga dan yang tertutup closed skills dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang tidak terduga.Dilihat berdasarkan struktur lokomotor dapat meningkatkan kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelincahan dan keseimbangan.Berdasarkan pola gerak non lokomotor meningkatkan kelentukan dan keseimbangan statis.Terlebih senam dengan musik memperlihatkan banyaknya anak terlibat dalam gerakangerakan tersetruktur dan terencana, anak juga dibangun kemampuan koordinasi serta potensi pengolahan rangsangan pada pusat kesadarannnya. Berdasarkan karakteristik gerak tersebut sangat bermanfaat dalam peningkatan pengertian dan pemahaman gerak anak terhadap prinsip-prinsip mekanika gerak pada tubuh, ditambah penanaman konsep-konsep gerak yang berkaitan dengan tubuh, ruang, dan usaha. Sehingga gerak tersebut menjadi gerak faham dan
gerak sadar yang berpengaruh terhadap ketrampilan geraknya
terutama pada koordinasi antara mata dan tangan (Widi, 2014). 2.4.3 Prinsip dan Manfaat Gerakan SKJ 2008 Senam kesegaran jasmani merupakan salah satu jenis senam kesegaran yang aktivitasnya tidak hanya menggunakan fisik semata tetapi menuntut
koordinasi gerak tubuh. Unsur - unsur gerakan kesegaran jasmani adalah kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi, ketepatan, dan keseimbangan. Dari unsur gerakan tersebut salah satunya berupa koordinasi gerak yang merupakan kemampuan mencakup dua atau lebih kemampuan perseptual pola-pola gerak. Dengan senam kesegaran jasmani diharapakan nantinya anak dapat meningkatkan koordinasi menjadi lebih baik dari sebelumnya. Karena dengan memiliki koordinasi yang baik motorik anak akan terkontrol dengan baik dan gerakan – gerakan yang dihasilkan akan selaras (Marzuki,2012). Pelaksanaan gerakan SKJ 2008 terdiri dari tiga tahap yaitu gerakan pemanasan, gerakan inti, dan gerakan pendinginan. Adapun tata cara pelaksanaannya, diantaranya : 1. Pemanasan : diisi dengan gerakan yang melatih peregangan dan pelemasanseluruh
persendian
dalam
rangka
mempersiapkan
tubuhuntuk mengikuti gerakan selanjutnya. 2. Inti : terdiri dari gerakan senam yang sebenarnya dan memiliki dinamikagerakan yang lebih tinggi dari gerakan pemanasan. 3. Pendinginan : gerakan yang bertujuan untuk auto- massage (memijat terhadapdiri sendiri) dengan mengaktifkan mekanisme pompa vena agar kondisi homeostatis dalam tubuh secepatnya kembali (Kamajaya, 2013).
Manfaat dari unsur gerakan kesegaran jasmani yang berupa kekuatan, daya tahan,
kecepatan,
kelincahan,
kelentukan,
koordinasi,
ketepatan,
dan
keseimbanganadalah : 1. Kekuatan Kemampuan tubuh dalam menggunakan daya otot. Serabut otot yang ada didalam otot akan memberikan respon atau tanggapan apabila dikenakan beban atau tahanan dalam latihan. Tanggapan atau respon ini membuat otot lebih efisien dan mampu memberikan respon lebih baik kepada sistem saraf pusat. 2. Daya tahan Kemampuan atau kapasitas kelompok otot untuk melakukan kontraksi yang beruntun atau berulang- ulang terhadap suatu beban dalam jangka waktu tertentu, maka kelelahan otot bisa terhindar. 3. Kecepatan Kecepatan adalah kemampuan untuk berjalan atau bergerak dengan sangat cepat, seperti semua kemampuan biomotor kecepatan dapat dirinci menjadi dua tipe kecepatan maksimal dan kecepatan terkontrol. 4. Kelincahan Kelincahan adalah kemampuan mengubah secara cepat pada arah tubuh atau bagian tubuh tanpa ada gangguan keseimbangan. 5. Kelentukan Kemampuan untuk melakukan gerakan persendian melalui jangkuan gerak sendi yang luas.
6. Koordinasi Kemampuan untuk melakukan gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan efisien dan penuh ketepatan. 7. Ketepatan Kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. 8. Keseimbangan Kemampuan mempertahankan sikap tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan (Samsi, 2011). 2.5 PemeriksaanKoordinasi Antara Mata dan Tangan Tes koordinasi antara mata dan tangan adalah suatu bentuk tes untuk mengukur kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan mata dan tangan dan kaki dalam serangkaian gerakan yang utuh, menyeluruh, dan terus menerus secara cepat dan tepat dalam irama gerak yang terkontrol (Sridadi, 2009). Pemeriksaan koordinasi antara mata dan tangan banyak berbagai jenisnya, salah satunya adalah lempar tangkap bola tenis yang diperkenalkan oleh krikendal tahun 1987. Test koordinasi antara mata dan tangan memiliki validitas tes sebesar 0,84 dan reliabilitas tes sebesar 0,62 (Sridadi,2009). Tes koordinasi antara mata dan tangan yang menggunakan lempar tangkap bola yang telah dimodifikasi pernah dilakukan dalam penelitian pada pada anak usia 712 tahun guna mengidentifikasi bakat kemampuan anak pada tenis meja dengan mengukur koordinasi antara mata dan tangan dengan nilai p < 0,05 (Faber et al., 2014).
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir
Koordinasi antara mata dan tangan (juga dikenal sebagai hand–eye coordination) adalah kontrol terkoordinasi gerakan mata dengan gerakan tangan, dan pengolahan masukan visual untuk membimbing, mencapai dan memegang bersama dengan penggunaan proprioception tangan untuk memandu mata. Dalam istilah sederhana, koordinasi antara mata dan tangan melibatkan visi terkoordinasi dan gerakan tangan untuk menjalankan tugas. Pada usia 7-8 tahun perkembangan motorik anak sudah mulai terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakan yang sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada usia ini anak – anak cenderung kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah sehingga perlu dibimbing agar koordinasi anak semakin terarah nantinya ketika beranjak dewasa. Perkembangan sosial anak usia tersebut mulai ingin melepaskan diri dari otoritas orangtuanya. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan anak untuk selalu bermain di luar rumah bergaul dengan teman sebaya. Anak mulai menyukai permainan sosial, bentuk permainan yang melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi. Perkembangan emosi anak sudah mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari kepribadian anak. Pada tahapan ini anak mampu fokus untuk keterampilan motorik halus tangan, seperti menulis, menggambar. Kecerdasan
kinestetik berupa menyepak, melempar, menangkap, memantul-mantulkan bola, memukul. Dalam sistem koordinasi diperlukan tiga komponen agar fungsi koordinasi dapat berlangsung, yaitu : (1) reseptor, reseptor adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan. Bagian yang berfungsi sebagai penerima rangsangan tersebut adalah indra, (2) konduktor, konduktor adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai penghantar rangsangan. Bagian tersebut adalah sel-sel saraf (neuron) yang membentuk sistem saraf. Sel-sel saraf ini ada yang berfungsi membawa rangsangan ke pusat saraf ada juga yang membawa pesan dari pusat saraf, (3) efektor, efektor adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan, yaitu otot dan kelenjar (baik kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin). Sistem saraf dan indra sangat erat kaitannya dalam sistem koordinasi. Koordinasi antara mata dan tangan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu (1) intelegensi, (2) aktivitas visual (3) persepsi visual (4) koordinasi motorik (5) aktivitas gerak lengan, tangan, dan aktivitas penggunaan jari. Faktor ekstrinsik yaitu pengalaman koordinasi antara mata dan tangan seperti merangkai manik - manik, menyusun balok, menggambar orang dengan anggota tubuh lengkap, mampu makan, minum dan berpakaian sendiri, membuat dan menulis angka, membuat bentuk wajik, segitiga dan segi empat, memotong dan menggunting dengan sempurna, menggambar sesuai dengan penglihatan. Prinsip gerakan senam otak dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yakni lateralitas-komunikasi,
pemfokusan-pemahaman
dan
pemusatan-pengaturan.
Senam otak diawali oleh gerakan PACE dalam arti kata Positif, Aktif, Clear dan Energetik, dari gerakan tersebut diperoleh manfaat berupa memori atau daya ingat yang lebih baik, anak lebih rileks, gerakan terkoordinasi sehingga tercapai konsentrasi, keseimbangan anak lebih baik. Unsur gerakan SKJ 2008 adalah kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi, ketepatan, dan keseimbangan. Dari unsur gerakan tersebut salah satunya berupa koordinasi gerak yang merupakan kemampuan mencakup dua atau lebih kemampuan perseptual pola-pola gerak. Dengan senam kesegaran jasmani diharapkan nantinya anak dapat meningkatkan koordinasi menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dari pemikiran di atas bahwa koordinasi antara mata dan tangan dapat ditingkatkan dengan senam otak yang mengaktifkan otak pada tiga dimensi, ketika sisi kanan dan kiri dari tubuh dan otak bekerja bersama – sama, integrasi kedua sisi pada tubuh menjadi lebih baik, komunikasi diantara kedua hemisfer serebral menjadi lebih spontan dan otak kanan dan otak kiri dapat bekerja lebih sinergis, sehingga memperoleh gerak yang terkoordinasi, kemudian unsur dari SKJ 2008
memperlihatkan banyaknya anak terlibat dalam gerakan-gerakan
terstruktur dan terencana mencakup dua atau lebih kemampuan perseptual polapola gerak, untuk kemampuan koordinasi serta potensi pengolahan rangsangan pada pusat kesadarannya, berupa koordinasi gerak yang bertujuan untuk meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan. Hal inilah yang menjadi dasar penelitian, namun pada penelitian ini SKJ 2008 hanya sebagai kontrol.
3.2 Konsep Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian pustaka, maka konsep yang dapat disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Anak Usia 7 – 8 tahun Kemampuan koordinasi antara mata dan tangan
Faktor Ekstrinsik : Pengalaman
Faktor Intrinsik : Intelegensi, aktivitas
koordinasi antara
visual, persepsi visual, koordinasi motorik,
mata dan tangan .
kemampuan gerak.
Penambahan Senam Otak Senam Otak Dennison
SKJ SKJ 2008
Kemampuan koordinasi antara mata dan tangan meningkat
Gambar 3.1 Konsep Penelitian
3.3 Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka maka peneliti menetapkan hipotesis sebagai berikut : Penambahan senam otak pada program SKJ 2008 lebih meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan daripada SKJ 2008 pada anak usia 7- 8 tahun di SD Negeri 3 Sumberjo Lampung Tengah.
BAB IV METODE PENELITIAN
4. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, memakai kelompok kontrol. Dengan menggunakan rancangan penelitian two group pre and post test control group design (Pocock, 2008). Untuk mengetahui makna penambahan senam otak pada program SKJ 2008 lebih meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan daripada SKJ 2008 pada anak usia 7 – 8 tahun di SD Negeri 3 Sumberjo Lampung Tengah. Adapun bentuk rancangan penelitian ini dapat digambarkan dengan pola sebagai berikut:
P1
P
R
RA
S
P2
O3
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Keterangan : P
: Populasi
R
:
S
: Sampel
Randomisasi
RA : Random alokasi
O2
O1
O4
O1 : Hasil pengukuran tes koordinasi antara mata dan tangan pada kelompok I sebelum perlakuan. P1 : Perlakuan pada kelompok I kontrol (program SKJ 2008). O2 : Hasil pengukuran tes koordinasi antara mata dan tangan pada kelompok I setelah perlakuan. O3 : Hasil pengukuran tes koordinasi antara mata dan tangan pada kelompok II sebelum perlakuan. P2 : Perlakuan pada kelompok II (Senam Otak dan SKJ 2008). O4 : Hasil pengukuran tes koordinasi antara mata dan tangan pada kelompok II setelah perlakuan. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SD Negeri 3 Sumberjo Lampung Tengah, pada bulan Maret sampai April 2015. 4.3 Penentuan Sumber Data Penentuan sumber data dimulai dari menentukan populasi target yang akan diteliti, kemudian didapat populasi terjangkau, menentukan sampelnya, kriteria, eligibilitas, besaran sampel dan teknik pengambilan sampel. 4.3.1 Populasi target Dalam penelitian ini populasi target adalah anak usia 7 - 8 tahun yang memenuhi kriteria dalam penelitian. 4.3.2 Populasi terjangkau Populasi terjangkau dalam penelitian ini anak usia 7 - 8 tahun yang bisa mengikuti program yang dilakukan oleh peneliti.
4.3.3 Sampel Sampel dalam penelitian adalah jumlah sampel yang diambil dari populasi terjangkau, disesuaikan dengan kriteria inklusi yang dibahas dalam kriteria eligibilitas. 4.3.4 Kriteria eligibilitas Kriteria egibilitas adalah kriteria pemilihan yang membatasi karakteristik populasi terjangkau, yaitu : Kriteria inklusi, kriteria eksklusi dan kriteria drop out. 1.
Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi : a. Murid kelas 2 - 3 berusia 7 - 8 tahun. b. Mendapat ijin dari orang tua untuk diikutsertakan dalam penelitian. 2.
Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini meliputi: a. Anak SD kelas 2 – 3 berusia 7 - 8 tahun saat dilakukan pengetesan dalam keadaan demam. b. Mempunyai kelainan indera mata, telinga atau gangguan fungsi motorik pada ekstremitas atas. 3. Kriteria pengguguran (drop out) Sampel dikatakan termasuk kriteria drop out apabila : a. Anak tidak menyelesaikan latihan selama 6 minggu sesuai dengan program. b.
Tidak mampu mengikuti instruksi saat dilakukan pengukuran.
c.
Anak selama penelitian tidak teratur mengikuti prosedur penelitian.
d.
Anak tidak hadir pada evaluasi setelah 6 minggu selesai mengikuti program penelitian dengan tenggang waktu 3 hari dari hari terakhir.
4.3.5 Besaran Sampel Rumus Pocock Pada penelitian ini perhitungan jumlah sampel dihitung dengan rumus (Pocock, 2008). Rumus : (
(
)
)
Keterangan : n = Jumlah Sampel = Simpang baku = Tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,05) Interval kepercayaan (1 ) 0,95 = Tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,20) Tingkat kekuatan uji / power of test 0.80 ƒ( , ) = Interval kepercayaan 7,9
1 = Rerata nilai pada kelompok kontrol 2 = Rerata nilai pada kelompok perlakuan Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Faber tahun 2014 didapatkan hasil rerata ,1 = 26 persen, Standar deviasi = 5 rerata 2 = 31,2 persen, dengan demikian dapat dihitung sebagai berikut : ( ) (
(
)
)
Maka jumlah sampel dalam penelitian ini dibulatkan jadi 15 orang pada setiap kelompok. Untuk menghindari kemungkinan drop out sampel ditambah 20
%, yang berarti jumlah sampel 18 orang. Total keseluruhan jumlah sampel 36 orang. 4.4 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah: 4.4.1 Variabel terikat: Koordinasi antara mata dan tangan 4.4.2 Variabel bebas: Senam otak dan SKJ 2008 4.5 Definisi Operasional 4.5.1 Pelaksanaan gerak senam otak Pada penelitian ini gerakan senam otak dilakukan seminggu 3 kali selama 6 minggu dengan 15 gerakan. Perlakuan senam otak dilakukan pagi hari sebelum aktivitas belajar selama 20 menit, disesuaikan berdasarkan Edu – K (educational kinesiology) diambil dari Dennison (2006), yang terlampir pada Lampiran 6. Gerak senam otak diawali gerakan PACE : 1.
Positif : Kait Rileks (hook-ups) :
Saat sambil bernapas dalam dan rileks selama 1 menit dihitung satu sesi, diulang 3 kali per sesi.
2.
Aktif : Gerakan Silang (cross crawl):
Dilakukan 10 kali pengulangan per sesinya. Diulang 1 kali per sesi
3.
Clear : Saklar Otak (brain buttons) :
Ditahan 30 detik, bergantian per sesinya, diulang 3 kali per sesi
4.
Energetis : Air (water) :
Minum air putih dalam jumlah yang cukup yaitu 0,4 liter.
Gerakan Senam otak 3 ( tiga ) dimensi yaitu : 1. Lateralitas (Kanan-Kiri) 1.
Delapan tidur (Lazy 8) :
Dilakukan 10 kali setiap tangan dan dilanjutkan 10 kali dengan kedua tangan dalam satu sesi, istirahat 5 detik, dilakukan 10 x per sesi.
2.
Coretan Ganda (Double doodle):
dilakukan 10 x pengulangan dalam satu sesi, istirahat 5 detik, diulang 10 x per sesi.
3.
Gajah (The Elephant)
dilakukan 10 x pengulangan dalam satu sesi, istirahat 5 detik, diulang 10 x per sesi. Kemudian bergantian
2. Pemfokusan (Muka – Belakang) 1.
Burung Hantu (The Owl) :
Tarik napas ditahan selama 3 detik, kemudian bergantian per sesi, 10 x per sesi
2.
3.
Mengaktifkan Tangan (The Active Dilakukan selama 10 kali hitungan, Arm) :
kemudian dilakukan bergantian
Lambaian Kaki (The Footflex) :
Diulang 10 kali per sesi
4.
Luncuran Gravitasi :
Diulang
10
(The Gravitational glider)
bergantian
kali,
kemudian
3. Pemusatan (Atas-Bawah) 1.
Tombol Bumi (Earth Buttons) :
Selama 30 detik, sambil bernafas rileks
kemudian
bergantian,
diulang selama 10 kali 2.
Tombol imbang (Balance Buttons) :
Sambil nafas rileks selama 1 menit, kemudian bergantian
3.
Tombol Angkasa (Space Buttons)
Sambil nafas rileks selama 1 menit, kemudian bergantian
4.
Titik Positif (Positive Point) :
Selama 30 detik sampai dengan 3 menit
4.5.2
Prosedur gerakan SKJ 2008
Gerakan SKJ 2008 ( Endang Widyastuti dan Agus Suci pada buku sekolah elektronik : Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, dikutip oleh Widyaningrum, 2012 ) dilakukan seminggu 3 kali selama 6 minggu pada sore
hari. Terdiri dari pemanasan, inti dan pendinginan yang terlampir pada Lampiran 7. 4.5.3
Koordinasi antara mata dan tangan
Koordinasi antara mata dan tangan adalah kontrol terkoordinasi gerakan mata dengan gerakan tangan, dan pengolahan informasi visual untuk mencapai suatu kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan mata dan tangan kedalam rangkaian gerakan yang utuh, menyeluruh, dan terus menerus secara tepat dalam irama gerak yang terkontrol. 4.5.4
Tes lempar tangkap bola tenis
Tes koordinasi antara mata dan tangan adalah suatu bentuk tes untuk mengukur kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan antara mata dan tangan dalam serangkaian gerakan yang tepat dalam irama gerak yang terkontrol. Pada tes ini mengarahkan lemparan pada
sasaran yang dipantulkan dan
menangkapnya kembali, yang mana bola akan dilempar 10 kali ulangan dengan tangan kanan. Kemudian tangan kiri melakukan lemparan pada sasaran yang dipantulkan dan mengkapnya kembali, dan bola akan dilempar sebanyak 10 kali ulangan. Penilaian pada pengukuran ini adalah keseluruhan hasil dari jumlah pantulan yang ditangkap pada tangan kanan dan tangan kiri, jika jumlah lemparan tersebut benar maka nilai yang diperoleh adalah 20. Penilaian yang dihitung yaitu bisa memantulkan ke arah sasaran dengan tepat dan menangkap kembali bola yang dilempar dengan perolehan nilai 1, penilaian tidak dihitung apabila, bola yang dilempar jika tepat sasaran namun
tidak bisa ditangkap kembali, bisa menangkap dan melempar namun tidak tepat sasaran. 4.6 Alur Penelitian
Populasi
Kriteria inklusi dan eksklusi
Sampel
Pre test : Kelompok I & Kelompok II
Gambar 4.2 Alur Penelitian 4.7 Alat Penelitian
Kelompok I : Kontrol (SKJ 2008) Kelompok II : Perlakuan (Senam Otak dan SKJ 2008)
Alat pengukuran koordinasi antara mata dan tangan. Dalam pengukuran Post test : Kelompok I &: Bola Hasilalat-alat sebagai koordinasi antara mata dan tangan diperlukan berikut Kelompok II tenis, kapur untuk membuat batas, sasaran berbentuk lingkaran terbuat dari kertas berwarna dengan garis tengah 30 cm. Teknik penggunaan tes lempar tangkap bola tenis adalah sebagai berikut : Sasaran ditempatkan pada tembok setinggi bahu peserta tes. Peserta berdiri di belakang garis batas lemparan sejauh 2,5 meter. Sebelum penilaian tes, peserta tes diberikan contoh untuk melempar bola dengan satu tangan kearah sasaran dengan dipantulkan dan berusaha menangkap dengan tangan kanan. Bola dilempar dengan cara lemparan bawah, dan bola harus ditangkap dengan posisi tangan menengadah sebelum jatuh. Kemudian untuk yang kedua diuji coba, melakukan lempar tangkap bola dengan menggunakan tangan kiri kemudian
dipantulkan ke arah sasaran dan ditangkap oleh tangan kiri. Setelah itu diuji coba kepada peserta tes untuk sekali lemparan. Setelah peserta mengerti maka, diminta untuk melempar bola ke arah sasaran dipantulkan dan menangkap bola kembali sebanyak 10 kali ulangan, dengan menggunakan tangan kanan . Kemudian melakukan lempar tangkap bola dipantulkan ke arah sasaran dengan menggunakan tangan kiri dan ditangkap oleh tangan kiri sebanyak 10 kali ulangan. Nilai yang dihitung adalah lemparan yang sah, yaitu lemparan yang mengenai sasaran dan dapat ditangkap kembali, bola ditangkap dengan satu tangan dengan tanpa bantuan anggota badan lainnya, dan pada pelaksanaan lempar dan tangkap bola
peserta tidak menginjak garis batas. Sebuah
lemparan akan memperoleh nilai 1 apabila lemparan tersebut mengenai sasaran dan dapat ditangkap kembali dengan benar. Jumlah nilainya adalah keseluruhan hasil lempar tangkap bola dengan tangan kanan dan tangan kiri jadi nilai tertinggi adalah 20 (Dewanti, 2009). 4.8 Prosedur Penelitian 4.8.1 Tahap awal Langkah pertama setelah mendapatkan ijin dari Kepala Sekolah SD Negeri 3 Sumberjo Lampung Tengah, peneliti mengadakan pendekatan pada orangtua untuk mendapatkan ijin dan persetujuan bahwa anak menjadi sampel penelitian. Langkah kedua yaitu mengumpulkan sampel anak- anak usia 7 – 8 tahun sebanyak 36 anak dan perekrutan tenaga lapangan, guru atau wali kelas anak-anak
kelas 2 dan 3 SD Negeri 3 Sumberjo Lampung Tengah yang bertugas memberikan senam otak dan SKJ 2008 selama penelitian. Langkah ketiga, peneliti melakukan pengukuran koordinasi antara mata dan tangan dengan tes lempar tangkap bola tenis. Setelah dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah subjek masuk dalam kriteria penerimaan, subjek diberikan penjelasan tentang senam otak dan pilihan latihannya dalam penelitian ini. Kemudian ditanya apakah bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, selanjutnya dijelaskan mengenai jalannya penelitian. Orang tua subjek yang bersedia berpartisipasi mendatangani persetujuan tindakan terapi (informed consent). 4.8.2 Tahap pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan (1) subjek atau sampel dibagi menjadi 2 kelompok dengan anak kelas 2 dan 3 bernomor absen ganjil sebagai kelompok I sebagai kontrol dan anak kelas 2 dan 3 bernomor absen genap sebagai kelompok perlakuan II, (2) melakukan pre test pada kedua kelompok subyek penelitian, (3) pemberian perlakuan dan pengawasan dilakukan oleh tenaga lapangan dalam proses pelaksanaan senam, kelompok I sebagai kontrol diberikan SKJ 2008, selama 6 minggu dengan dosis, 3 kali setiap minggu, 30 menit pada sore hari di dalam ruangan, dan kelompok perlakuan II diberikan senam otak selama 6 minggu dengan dosis senam otak 3 kali setiap minggu selama 20 menit pada pagi hari sebelum aktivitas belajar, kemudian pada sore hari diberikan SKJ 2008, selama 6 minggu dengan dosis, 3 kali setiap minggu, 30 menit pada sore
hari di dalam ruangan, (4) setelah latihan sesi ke 18 dilakukan post test. Pengukuran ini akan dilakukan oleh tenaga lapangan yang sudah terlatih. 4.9 Analisis Data Dari hasil statistik sebelum dilakukan uji beda, lebih dulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas sebagai berikut : a. Uji normalitas Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan
Shapiro-Wilk test.
Data
dikatakan berdistribusi normal jika nilai p > 0,05. Apabila data berdistribusi normal, maka menggunakan analisa parametrik. b. Uji homogenitas Pada penelitian ini Uji homogenitas menggunakan levene’s test, varians dikatakan homogen apabila nilai p > 0,05. c. Uji beda kelompok I dan Kelompok II Pada penelitian ini penguji menggunakan uji t tidak berpasangan. Uji beda pada masing-masing kelompok, apabila data berdistribusi normal dan homogen maka analisis statistik yang digunakan adalah uji t tidak berpasangan. Batasan kemaknaan uji statistik adalah 0,05 (95%).dengan nilai signifikansinya adalah p≤0,05 maka bermakna ada perbedaan atau pengaruh.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan tujuan untuk mengetahui penambahan senam otak pada program SKJ 2008 meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan daripada SKJ 2008 pada anak usia 7 – 8 tahun di SD Negeri 3 Sumberjo Lampung Tengah. Pada penelitian ini jumlah subjek sebanyak 36 anak pada tingkat sekolah dasar kelas 2 dan 3 yang bertempat di SD Negeri 3 Sumberjo` Lampung Tengah. Penelitian ini dilakukan pada 17 Maret 2015 dilakukan pengukuran awal untuk pelaksanaan program dilakukan 18 Maret – 27 April 2015 seminggu 3 kali selama 18 kali pertemuan , dan pengukuran akhir pada 28 April 2015. 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan pada Tabel 5.1 di bawah ini: Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Karakteristik Sampel
Kelompok
Kelompok
Kontrol
Perlakuan
Rerata ± SB
Min;Maks
Rerata ± SB
Min;Maks
Umur(thn)
7,50 ± 0,51
7
7,50 ± 0,514
7
Tinggi Badan(cm)
115,83 ± 0,51 110 118
115,72 ± 3,14
110 117
Berat Badan (kg)
24,33 ± 3,19
17
23,28 ± 2,96
18
IMT Z skor
-0,10± 0,59
-0,96 0,79
0,033 ± 0,48
-0,66 0,86
8
23
8
23
Tabel 5.1
memperlihatkan umur subjek pada kelompok kontrol yang
diberikan SKJ 2008 pada umur 7 – 8 tahun dengan rerata adalah 7,50 ± 0,51dengan umur minimal 7 tahun dan maksimal 8 tahun. Tinggi badan reratanya adalah 115,83 ± 0,51 dengan nilai minimal 110 maksimal 118. Berat Badan reratanya 24,33 ± 3,19 dengan nilai berat badan minimal 17 dan berat badan maksimal 23. IMT Z skor reratanya adalah -0,10 ± 0,59 dengan nilai minimal 0,96 maksimal 0,79. Pada kelompok penambahan senam otak pada program SKJ 2008 pada umur 7 – 8 tahun dengan rerata adalah 7,50 ± 0,51 dengan umur minimal 7 tahun dan maksimal 8 tahun. Tinggi badan reratanya adalah 115,72 ± 3,14 dengan nilai minimal 110 maksimal 117. Berat Badan reratanya 23,28 ± 2,96 dengan berat badan minimal 18 dan berat badan maksimal 23. IMT Z skor reratanya adalah 0,03 ± 0,48 dengan nilai minimal -0,66 maksimal 0,86. Tabel 5.2 Deskriptif Data Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Kelompok Kontrol
Kelompok Perlakuan
N
%
n
%
Laki-laki
8
44,4
9
50
Perempuan
10
55,6
9
50
Sampel Jenis Kelamin
Tabel 5.2 memperlihatkan karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin. Dilihat dari jenis kelamin menunjukkan bahwa laki-laki sebanyak 8 anak (44,4%) dan perempuan 10
anak (55,6%) pada kelompok kontrol SKJ 2008. Pada
kelompok perlakuan SKJ 2008 dan Senam Otak
memperlihatkan bahwa
perempuan sebanyak 9 anak (50%) dan laki-laki sebanyak 9 anak (50%).
5.2 Analisis Deskriptif Pengukuran Koordinasi Antara Mata dan Tangan Sebelum Perlakuan Pada Kedua Kelompok Koordinasi antara mata dan tangan sebelum perlakuan dengan hasil diskriptif rerata, menggunakan alat ukur tes koordinasi mata tangan dengan melakukan lempar tangkap bola tenis didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 5.3 Hasil Pengukuran Pre Tes Koordinasi Antara Mata dan Tangan Pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan Rerata ± SB Kelompok Kontrol
4,00 ± 1,138
Kelompok perlakuan
4,06 ± 1,305
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa rerata sebelum perlakuan pada kelompok kontrol sebesar 4,00, sedangkan pada kelompok perlakuan sebesar 4,06. 5.3 Uji Normalitas Sebagai prasyarat untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan maka akan dilakukan uji normalitas data pengukuran koordinasi antara mata dan tangan dengan tes lempar tangkap bola tenis, sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua kelompok. Jenis data dalam penelitian ini adalah numerik karena skalanya berbentuk interval. Dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui normalitas
dan distribusi data. Jumlah data yang dianalisa < 30, maka uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Shapiro-Wilk Test. Hasil data tersebut tertera pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Uji Normalitas dengan (Shapiro-WilkTest) Koordinasi antara
mata
Kelompok Kontrol
dan
Kelompok Perlakuan
tangan
P
Kete
p
rangan Sebelum
0,1 06
Sesudah 7
angan Nor
mal 0,7
0 Normal ,113
Nor mal
Keter
0 ,132
Norm al
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol dengan SKJ 2008 sebelum memiliki nilai Shapiro-Wilk Test, dengan nilai p = 0,106 (p > 0,05) dan setelah memiliki dengan nilai p = 0,77 (p > 0,05). Pada kelompok perlakuan dengan penambahan senam otak pada SKJ 2008 adalah memiliki nilai Shapiro-Wilk Test, dengan nilai p = 0,113 (p > 0,05) dan setelah memiliki nilai p = 0,132 (p > 0,05). Pada uji normalitas data, nilai p > 0,05 maka distribusi data dinyatakan normal.
5.4 Analisis Deskriptif Data pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
Analisis deskriptif data pada kelompok kontrol bertujuan untuk mengetahui rerata pada koordinasi antara mata dan tangan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol yang diberikan SKJ 2008. Tabel 5.5 Deskriptif Data Pada Kelompok Kontrol Sebelum
Sesudah
Variabel
Rerata ± SB
Rerata ± SB
Koordinasi antara
4,00 ± 1,138
4,44 ± 1,149
mata dan tangan
Pada Tabel 5.5 di atas menunjukkan beda rerata pada kelompok kontrol untuk sebelum nilai reratanya adalah 4,00 ± 1,138, dan setelahnya nilai reratanya adalah 4,44 ± 1,149. Analisis deskriptif data pada kelompok perlakuan bertujuan untuk mengetahui rerata pada koordinasi antara mata dan tangan sebelum dan sesudah pada perlakuan yang diberikan penambahan senam otak pada program SKJ 2008. Tabel 5.6 Deskriptif Data Pada Kelompok Perlakuan Sebelum
Sesudah
Variabel
Rerata ± SB
Rerata ± SB
Koordinasi
4,06 ± 1,305
7,06 ± 1,626
antara mata dan tangan
Pada Tabel 5.6 di atas menunjukkan beda rerata pada peningkatan koordinasi antara mata dan tangan sebelum dengan sesudah perlakuan memiliki
nilai rerata pada sebelum perlakuan adalah 4,06 ± 1,305 dan pada setelah perlakuan memiliki nilai rerata 7,06 ± 1,626.
5.5 Uji Beda Hipotesis Uji beda ini bertujuan untuk membedakan rerata koordinasi antara mata dan tangan sesudah perlakuan antara kelompok kontrol SKJ 2008 dengan kelompok perlakuan yang diberikan penambahan senam otak pada program SKJ 2008. Pada uji beda ini menggunakan uji t tidak berpasangan.
Sebelum
melakukan uji tersebut maka dilakukan uji homogenitas dengan F test (Levene’s Test), artinya jika varian sama maka uji t menggunakan Equal Variance Assumed yang diasumsikan varian itu sama. Adapun hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 Uji Homogenitas Variabel
P
Koordinasi antara Mata dan Tangan
0,194
Ket Equal Variance Assumed (Homogen)
Setelah didapat hasil dari uji homogenitas menunjukkan bahwa nilai p > 0,05 maka dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan. Adapun hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.8
Tabel 5.8 Uji Beda Hipotesis Variabel
Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan
p
Ket.
Rerata ± SB Koordinasi antara mata dan tangan
4,44 1,149
Rerata ± SB ±
Ho 7,06 ± 1,626
0,000 ditolak
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji t tidak berpasangan seperti pada Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa beda rerata pada koordinasi antara mata dan tangan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol 4,44 ± 1,149 dan perlakuan 7,06 ± 1,626 dengan nilai p < 0,05. 5.6 Deskriptif Karakteristik Subjek Penelitian Umur anak yang terlibat pada penelitian ini adalah 7 – 8 tahun, dengan jumlah 17 anak laki-laki dan 19 anak perempuan. Pada kelompok kontrol yang diberikan program SKJ 2008, laki-laki berjumlah 8 anak dan perempuan 10 anak dan pada kelompok perlakuan yang diberikan penambahan senam otak dan program SKJ 2008, laki-laki berjumlah 9 anak dan perempuan 9 anak. Kemampuan koordinasi gerak secara umum antara anak laki-laki dan perempuan tidak berbeda sampai umur 11 tahun. Perbedaannya, anak laki-laki lebih baik dalam aktivitas kekuatan dan gerak kasar dengan melibatkan otot besar, perempuan lebih baik pada aktivitas kecermatan (Budiman, 2010). Berat badan, tinggi badan diukur untuk mengetahui Indek Massa Tubuh (IMT) kemudian dihitung dengan menggunakan Z skor. Hasil dari rerata Indeks Massa Tubuh subjek dengan Z skor pada kelompok kontrol reratanya adalah -0,10 ± 0,59 dengan nilai minimal -0,96 maksimal 0,79, sedangkan pada kelompok perlakuan IMT (Z-score) reratanya adalah 0,033 ± 0,48 dengan nilai minimal 0,66 maksimal 0,86, secara keseluruhan komposisi tubuh pada subjek penelitian
berdasarkan hasil nilai Z skor normal berdasarkan nilai IMT anak usia 7- 8 tahun. Pada penelitian Donath (2005), menunjukkan bahwa IMT berpengaruh pada ketrampilan gerak anak pada usia pra sekolah dimana anak tersebut sudah mampu menangkap, memantulkan bola dan melempar. 5.7 Penambahan Senam Otak pada Program SKJ 2008 Lebih Meningkatkan Koordinasi Antara Mata dan Tangan Daripada SKJ 2008 Pada Anak Usia 7 – 8 Tahun di SD Negeri 3 Sumberjo Lampung Tengah. Berdasarkan hasil deskriptif data koordinasi antara mata dan tangan pada kelompok kontrol yang diberikan program SKJ 2008, antara sebelum dan sesudah perlakuan yang tercantum pada Tabel 5.5 diperoleh hasil, untuk sebelum nilai reratanya adalah 4,00 ± 1,138, dan setelah nilai reratanya adalah 4,44 ± 1,149. Nilai rerata tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil antara sebelum dan sesudah. Sesuai pada penelitian yang dilakukan oleh Kalinggajati (2013), dari hasil penelitiannya menunjukkan terdapat peningkatan yang signifikan dengan nilai p = 0,000 dalam pemberian senam kesegaran jasmani terhadap koordinasi antara mata dan kaki pada subyek penelitian siswa sekolah dasar kelas 2 dan kelas 3 yang berada dalam rentang usia 8 - 9 tahun, yang didominasi siswa usia 9 tahun dilakukan selama 12 kali pertemuan. SKJ 2008 berdasarkan karakteristik gerak meningkatkan pengertian dan pemahaman gerak anak terhadap prinsip-prinsip mekanika gerak pada tubuh, ditambah penanaman konsep-konsep gerak yang berkaitan dengan tubuh, ruang, dan usaha. Sehingga gerak tersebut menjadi gerak paham dan gerak sadar yang
berpengaruh terhadap ketrampilan geraknya terutama pada koordinasi antara mata dan tangan (Widi, 2014). Hal tersebut berhubungan dengan gerakan SKJ 2008 yang mana terdapat beberapa gerakan yang mengandung unsur gerakan koordinasi antara mata dan tangan. Pada penambahan senam otak dan program SKJ 2008, berdasarkan hasil deskriptif data koordinasi antara mata dan tangan pada
kelompok perlakuan
sebelum dan sesudah pada Tabel 5.6, didapatkan hasil nilai rerata pada sebelum perlakuan adalah 4,06 ± 1,305 dan pada setelah perlakuan memiliki nilai rerata 7,06 ± 1,626. Nilai rerata tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil antara sebelum dan sesudah. Pada penelitian lain menyebutkan bahwa senam otak bermakna untuk meningkatkan fungsi memori jangka pendek yang dilakukan selama 6 minggu pada anak dari keluarga status ekonomi rendah dengan subyek usia 8 – 9 tahun (Putranto,2009). Senam otak dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yakni lateralitas, pemfokusan dan pemusatan. Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. (Tammasse, 2009). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji t tidak berpasangan, berdasarkan hasil pengukuran tes lempar tangkap bola tenis menunjukkan adanya beda rerata koordinasi antara mata dan tangan sesudah perlakuan antara kelompok kontrol yang diberikan program SKJ 2008 dengan kelompok perlakuan yang diberikan Senam otak dan program SKJ 2008, memiliki nilai p = 0,000 (p<0,05) yang diuji dengan uji t tidak berpasangan pada Tabel 5.8 yang memiliki varian
data sama dan telah diuji dengan F test pada Tabel 5.7 dengan nilai p>0,05, hal ini disimpulkan bahwa Ho ditolak maka dengan adanya pemberian penambahan senam otak pada program SKJ 2008 lebih meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan
daripada SKJ 2008 pada anak usia 7-8 tahun di SD Negeri 3
Sumberjo Lampung Tengah. Nilai rata-rata kelompok perlakuan penambahan senam otak dan program SKJ 2008 dengan kelompok kontrol yang diberikan program SKJ 2008 berbeda jauh dengan selisih nilai peningkatannya pada kelompok kontrol yaitu 4,44 sedangkan pada kelompok perlakuan 7,06. Pada penelitian yang dilakukan oleh schott (2013), latihan dapat meningkatkan koordinasi pada anak yang mengalami gangguan perkembangan koordinasi pada anak usia 10 - 12 tahun dengan nilai p < 0,05. Perbedaan ini dipengaruhi karena senam otak gerakannya merangsang pada dimensi otak, sedangkan SKJ 2008 gerakannya berupa penanaman konsepkonsep gerak. Pada penelitian Dewi (2010) senam otak berpengaruh terhadap kemampuan motorik halus anak pra sekolah pada usia 4-6 tahun dengan nilai p = 0,001, dengan jumlah sampel 28 anak, yang mana dimensi gerakan senam otak akan mengaktifkan fungsi cerebellum berupa aplikasi gerak keseimbangan, koordinasi gerak otot, keterampilan motorik halus. Pada gerakan senam otak akan memberikan rangsangan baru yang akan memperkuat hubungan saraf dalam otak dan membuatnya lebih responsif maka semua pengalaman yang memberikan pembelajaran terhadap sensoris secara potensial
mempunyai
kapasitas
untuk
mengubah
sistem
otak
dalam
mengorganisasi diri kembali (re-organization), atau sering disebut sebagai neuroplasticity (Heru, 2011). Perkembangan koordinasi yang baik merupakan bagian yang komplek dan berkembang melalui adanya spatial awareness, yaitu kemampuan untuk memperkirakan jarak. Kemampuan untuk memperkirakan jarak akan didapatkan melalui proses persepsi. Dimana proses persepsi merupakan proses pemahaman atau pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus yang didapatkan dari proses pengindraan terhadap suatu objek, peristiwa atau hubungan – hubungan antara gejala yang selanjutnya diproses otak (Grosso dikutip oleh Kalinggajati, 2013). Sedangkan pada SKJ 2008 berdasarkan karakteristik gerak meningkatkan pengertian dan pemahaman gerak anak terhadap prinsip-prinsip mekanika gerak pada tubuh yang menjadi gerak paham dan
gerak sadar yang berpengaruh
terhadap ketrampilan geraknya terutama pada koordinasi antara mata dan tangan (Widi, 2014). Adanya stimulus yang masuk melalui sistem pengindraan, diteruskan oleh serabut saraf sensoris menuju saraf pusat, yaitu medulla spinalis dan otak, kemudian terjadi proses persepsi dan diteruskan melalui efektor ke arah saraf somatik menuju otak, maka terjadi peningkatan atau penurunan tonus serta kontraksi atau relaksasi otot rangka, dimana tonus otot berperan dalam mempertahankan sikap tubuh, yang dipengaruhi oleh sistem aktivasi retikuler oblongata, sedangkan kontraksi otot ke arah gerakan yang lebih terampil dilakukan oleh korteks cerebri bersama pusat motorik lainnya. Korteks motor
primer merupakan pusat tertinggi bertugas untuk mengendalikan kegiatan motorik, dimana dalam pelaksanaannya dibantu oleh area disekitarnya, seperti supplementary motor area yang berperan dalam perencanaan gerak serta area premotor yang lebih berperan dalam melakukan gerakan yang lebih rumit, seperti perubahan arah posisi tubuh secara cepat dan tepat (Steward, 2012). 5.6 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan pada peneliti ini adalah kemampuan peneliti untuk mengontrol aktivitas dari sampel yang melakukan gerakan senam dengan benar, mengikuti instruksi dari pemimpin senam dan penguasaan terhadap gerakan senam tersebut. Oleh karena itu perlu diawasi supaya sampel melaksanakan gerakan dengan sungguh-sungguh.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan dari pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : Penambahan senam otak pada program SKJ 2008 lebih meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan daripada SKJ 2008 pada anak usia 7- 8 tahun di SD Negeri 3 Sumberjo Lampung Tengah. 6.2 Saran Berdasarkan simpulan penelitian, disarankan beberapa hal yang berkaitan dengan peningkatan koordinasi antara mata dan tangan pada anak usia 7-8 tahun: Penambahan senam otak pada program SKJ 2008, bisa menjadi salah satu pilihan untuk meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan pada anak usia 7-8 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M.2012. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 26-27. Alsim, O. 2011. Visual Persepsi Dapat Mempengaruhi Prestasi Akademik Seseorang Anak. (serial online. Update 2011. Available from : URL : http://www.mitrakeluarga.com/gading/visual-persepsi-dapatmempengaruhi-prestasi-akademik-seorang-anak/ Applegate.E.2011. The Edition.Elsiver.
Anatomy
and
Physiology
Learning
System.4th
Beighle, A., Beets, M.W., Erwin, H.E., Huberty, J.L., Moore, J.B., and Stellino, M.2010. Physical activity promotion in afterschool programs. Afterschool Matters.hal; 11: 24–32 Bolam.J.P, Ingham.C.A, Magil.J.P.2005. The Basal Ganglia VIII.Volume 56,Oxford, United Kingdom. Boundless.2014. “Introducing the Neuron.” Boundless Psychology. ( serial online Update 03 Dec. 2014 from https://www.boundless.com/psychology/textbooks/boundless-psychologytextbook/the-brain-and-behavior-4/neurons-33/introducing-the-neuron141-12676/ Budiman. D. 2010. Bahan Ajar M.K Psikologi Anak dalam Penjas. PGSD Carole,W., Tavris, Carol.2007. Psikologi Edisi kesembilan Jilid I. Jakarta: Erlangga. hlm. 139. Clark.K.R.2005. Anatomy and Physiology: Understanding the Human Body. USA. Clikeman.S.M. and Ellison.T.A.P.2009.Child Neuropsychology: Assessment and Interventions for Neurodevelopmental. Spinger.USA Crawford, J.D , Medendorp . M.P , Marotta, J.J.2004. Spatial Transformations for Eye–Hand Coordination. Journal of Neurophysiology Published 1 July 2004 Vol. 92 no. 1, 10-19 DOI: 10.1152/jn.00117.2004 Daly, J.C, Kelly.G.T, Krauss,A.2003.Relationship Between Visual-Motor Integration and Handwriting Skills of Children in Kindergarten : A Modified Replication Study. The American Journal of Occupational Therapy. Demuth, E.2005. Meningkatkan Potensi Belajar Melalui Gerakan dan Sentuhan; INTIM Teologi Kontekstual. Edisi no. 8, Semester Genap Dennison & Gaul E.D. 2006; Brain Gym And Me. Jakarta : PT. Grasindo
Dewanti, I.2009. Tes dan Pengukuran Untuk Koordinasi Tubuh.(serial online.Update2009.Available from : URL : http://ikorsportscience.blogspot.com/2009/05/tes-dan-pengukuran-untukkoordinasi.html Dewi.F.N. 2010. Pengaruh Senam Otak (Brain Gym) Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Prasekolah Di Tk Kartika Iv-8 Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.Tesis.Universitas Jember. Donath L, Faude O, Hagmann S, Roth R, Zahner L.2015. Fundamental movement skills in preschoolers: a randomized controlled trial targeting object control proficiency. Child Care Health Dev. doi: 10.1111/cch.12232 Dupree, R.J and Dupree, P.2007. Anatomy and Physiology Workbook.Wiley Publishing, Canda. Endang, R. S. Dan Fajar, S.W.2008. Senam Kebugaran. Yogyakarta. Faber.I.R. Frits .G. J. O., Maria W. G., Nijhuis .V., Sanden.2014. Does an EyeHand Coordination Test Have Added Value as Part of Talent Identification in Table Tennis? A Validity and Reproducibility Study. Published: January 17, 2014.DOI: 10.1371 Fitria, S.2014. Proses Mekanisme Gerak Otot Manusia.( serial online). Update 2014 sept, 23. Available from : URL : http://www.sridianti.com/prosesmekanisme-gerak-otot-manusia.html Ganawati, D.2010.Sistem Koordinasi dan Alat Indra pada Manusia. diakses tanggal 8/12/2011 dari http://www.crayonpedia.org/mw/SISTEM_KOORDINASI_DAN_ALAT_ INDRA_PADA_MANUSIA_9.1_DEWI_GANAWATI Gouveia,D.2012. Creative Stuff: An Activity Book for Visual Thinkers. Creative Stuff, Canada. Groenewegen.J.G, Voorn.P., Berendse.W.H,B. Mulder.B.A, Alexander R. Cools.A.R.2009. The Basal Ganglia IX.Springer.London. Handika, R. 2014. Perkembangan Kemampuan Gerak Anak Besar. (serial online. Update 2014. Available from : URL : http://rizalhandikautama.blogspot.com/2014/05/perkembangankemampuan-gerak-anak-besar.html. Hendelman, W.2006. Atlas of Functional Neuroanatomy. Second Edition, CRC, New York.
Heru, M.J.2011. MUSIC CAN CHANGE OUR BRAIN. Available from : URL : http://jeliaedu.blogspot.com/2011/03/music-can-change-our-brain.html Hidayat, A.A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 1. Salemba Medika. Jakarta Hyatt, Keith J. April 2007. "Brain Gym – Building Stronger Brains or Wishful Thinking?" (fee required). Remedial and Special Education Jayadi, W.2006.Kemampuan Chest Pass dalam Permainan Bolabasket. Jurnal Iptek Olahraga, Vol.8, No.1, Januari: 72-82. John, P.J.2009. Biopsikologi.Pustaka Pelajar. Yogyakarta Kalinggajati,P,H.2013. Pengaruh Senam Kesegaran Jasmani (Skj) Terhadap Koordinasi Mata Dan Kaki Pada Anak Usia 8-9 Tahun.skripsi. Surakarta: Poltekkes Surakarta. Kamajaya,I., Dantes,N., Kanca,N,I.2013. Pengaruh Pelatihan Senam Kesegaran Jasmani 2008 Terhadap Volume Oksigen Maksimal Ditinjau Dari Kemampuan
Awal.
e-Journal
Program
Pascasarjana
Universitas
Pendidikan Ganesha, Volum 3 tahun 2013. Knudson Duane.2007.Fundamentals of Biomechanics.Springer Science.Second Edition.USA. Kolb, H.2011. Simple Anatomy of the Retina, The Organization of the Retina and Visual System (serial online. Update 2011. Available from : URL : http://webvision.med.utah.edu/book/part-i-foundations/simple-anatomyof-the-retina/ Lahunta.D.A,Glass.E.2009. Veterinary Neuroanatomy and Clinical Neurology. Third Edition,Elsiver Mahendara, A. 2006. Modul Pend.Olahraga, serial elektronik book. Maizarni.S.2008. Meningkatkan Gerak Mata Tunagrahita.Skripsi. Padang: FIP UNP.
dan
Tangan
pada
Anak
Marzuki.2012. Unsur-Unsur Kesegaran Jasmani. (Serial online), diakses tanggal 10 September 2014. Diakses dari : http://marzuki49.blogspot.com/2012/02/unsur-unsur-kesegaranjasmani.html. Mayesky.M .2012 .Creative activity for young children. Tenth edition. USA. Casper Holroyd. Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga & Kesehatan. Jakarta : Yudhistira.
Natasha , R,. 2011. Koordinasi Gerak (serial online. Update Januri,11,2013). Available
from
:
URL
:
http://raranatasha.wordpress.com/2013/01/11/koordinasi-gerak/ Noback.C. R, Strominger.L.N., Demarest.J.R, Ruggiero.A.D.2005. The Human Nervous System: Structure and Function.Human Pers,New Jersy. Nursalam. 2005. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : Salemba Medika Pocock, S.J. 2008. Clinical Trials, A Practical Approach, Cichestes, John Wiley & Sons Putranto, P.L.2009.”Pengaruh Senam Otak Terhadap Fungsi Memori Jangka Pendek Anak Dari Keluarga Status Ekonomi Rendah”(tesis).Semarang : Universitas Diponegoro. Rea Paul.2015. Essential Clinical Anatomy of the Nervous System.Elsiver.British. Rhoades.R, Bell.R.D.2009. Medical Physiology: Principles for Clinical Medicine. fourth edition,China Samsi.2011. Upaya Peningkatan Kebugaran Jasmani Melalui Senam kebugaran Jasmani 2008 Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Gemuruh Kecamatan Bawang Kabupaten Banjar Negara Tahun Pelajaran 2010/2011,(skripsi). Solo : Universitas Sebelas Maret Surakarta. Santrock, J.W.2008. A topical approach to life-span development . edition 4 New York City: McGraw-Hill. Schott N, Alof V, Hultsch D, Meermann D.2013. Physical Fitness in Children With Developmental Coordination Disorder. Research Quarterly for Exercise and Sport Volume 78, Issue 5. Septiady Indra.2013.Sumbangan Tinggi Badan dan Koordinasi Mata Tangan Terhadap Ketepatan Servis Pendek Atlet BuluTangkis Remaja Putra PB YKPN Yogyakarta.(skripsi).UNY :Universitas Yogyakarta. Shaffer,D.2009. Social and Personality Development. Sixth edition.Wadsworth Sherwood, L. 2012. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 6. Jakarta : EGC Siegel, A.2006. Essential Neuroscience,Lippicont, USA. Siscawati, E.2011.Senam Otak; diakses tanggal 7/11/2011 http://www.faktailmiah.com/2011/04/30/senam-otak.html
dari
Siska.2012. Brain Gym - Senam Otak, Serial online, Update 30 Oktober 2012, Available from : http://gerakjemari.blogspot.com/2012/06/brain-gymsenam-otak-diposting-oleh.html Smith, C,J, & Jane, C, O,. 2015. Occupational Therapy for Children.Seventh Edition.Canada.Elsevier. p. 92. Sofiah, N. 2012. Upaya Mengembangkan Motorik Kasar Melalui Bermain Papan Titian Pada Anak Kelompok B TK Pirinitikan Yogyakarta.(skripsi). UNY: Yogyakarta. Sridadi .2009. Sumbangan Tes Koordinasi Mata, Tangan, dan Kaki yang Digunakan untuk Seleksi Calon Mahasiswa Baru Prodi PJKR Terhadap Mata Kuliah Praktek Dasar Gerak Softball. Yogyakarta: FIK-UNY Steiner, H dan Tseng, K.2010. Handbook of Basal Ganglia Structure and Function: A Decade of Progress.Elseiver,USA. Steward Oswald.2012. Functional Neuroscience.First Edition.USA. Suarca, K. Soetjaningsih, Endah, A. 2005.Kecerdasan Majemuk Anak.Vol.7, No.2, Sari Pediatri. Sujiono,B. 2007. Metode Pengembangan Fisik (Edisi Revisi). Jakarta: Universitas Terbuka. Sujiono,N.Y. 2009. Konsep dasar pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT.Indeks. Sullivan, B.O, Schmit.J.T, Fulk.2014. Physical Rehabilitation.Sixth Edition, Davis Company. Syamsu, Y. 2007. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tammasse, J. 2009. Lakukan Senam Otak . Harian Fajar. Edisi 19 Juli 2009.Universitas Negeri Yogyakarta Watson,A.,And Ginger,L,K.2014. The Effect Of Brain Gym® On Academic Engagement For Children With Developmental Disabilities.International Journal Of Special Education Weigelt, M.2005. Target-related Coupling in Bimanual Coordination. Cuviller Verlag,Gottingen. Westmoreland, B. et al. 1994. Medical Neurosciences: An Approach to Anatomy, Pathology, and Physiology by Systems and Levels. New York: NY. Little, Brown and Company. Wibowo, D.2005. Anatomi Tubuh Manusia. Cetakan Pertama, Grasindo, Jakarta. Widi.F.S.2014.Pengaruh Pembelajaran Aktifitas Senam Kebugaran Jasmani 2012 dengan Senam Parahayangan Terhadap Pemahaman dan Ketrampilan
Gerak Siswa Kelas VIII.(skripsi),Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Widyaningrum, D.2012. SKJ 2008, KELAS 4 SEM 2, serial online, Update 13 November 2012, Available from : http://dinarwidyaningrum.blogspot.com/2012/11/skj-2008-kelas-4-sem2.html
LAMPIRAN 1: Informed Consent PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA KONSENTRASI FISIOTERAPI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR PERSETUJUAN TINDAKAN (INFORMED CONSENT) MENGIKUTI PROGRAM PENELTIAN Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : …………………………………………………. Umur : …………………………………………………. Jenis Kelamin : ( L / P ) Alamat:………………………………………………………………………… Dengan ini menyatakan persetujuan untuk mengikuti program penelitian, terhadap anak saya : Nama : …………………………………………………. Umur : …………………………………………………. Jenis Kelamin : ( L / P ) Alamat : Telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang maksud atau tujuan penelitain, cara melakukan dan konsekuensinya, demi manfaat yang sebesarbesarnya, dengan ini saya menyatakan: 1. Memahami sepenuhnya maksud dan tujuan penelitian, prosedur penelitian dan segala konsekuensinya. 2. Mengizinkan anak kami mengikuti dan melaksanakan petunjuk serta program
penelitian
yang diberikan secara
sungguh-sungguh dan
bertanggung jawab secara rutin. 3. Mengizinkan anak kami untuk
mengikuti penelitian ini secara tidak
terpaksa dan hingga penelitian ini selesai. Peneliti,
(Al Um Aniswatun Kh)
Lampung,…………..2015
(Orang Tua/Wali)
Lampiran 3 Diskriptif Subyek Penelitian Descriptive Statistics N Umur Kelompok Kontrol Tinggi Badan Kelompok Kontrol Berat Badan Kelompok Kontrol IMT(Z-Score)Kelompok Kontrol Umur kelompok Perlakuan Tinggi Badan Kelompok Perlakuan Berat Badan Kelompok Perlakuan IMT(Z-Score)Kelompok Perlakuan Valid N (listwise)
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
18
7
8
7.50
.514
18
110
118
113.67
2.029
18
17
23
19.89
1.676
18
-.96
.79
-.1078
.59985
18
7
8
7.50
.514
18
110
117
113.83
2.036
18
18
23
20.39
1.685
18
-.66
.86
.0339
.48849
18
Lampiran 4 :Uji Data Penelitian Uji Normalitas Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
pre kelompok 1 kontrol
.915
18
.106
pre kelompok 2 perlakuan
.917
18
.113
post kelompok 1 kontrol
.907
18
.077
post kelompok 2 perlakuan
.921
18
.132
Uji Kompabilitas
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the Std. Mean
Difference
Error
Sig. (2- Differe Differe F pre
t
df
tailed)
nce
nce
Lower Upper
Equal
kelompok variances 1&2
Sig.
.605
.442 -.136
34
.893
-.056
.408
-.885
.774
.893
-.056
.408
-.885
.774
assumed Equal variances not assumed
-.136
33.3 80
Uji Kelompok I dan II Paired Samples Statistics
Mean Pair 1
Pair 2
N
Std. Deviation Std. Error Mean
pre kelompok 1 kontrol
4.00
18
1.138
.268
post kelompok 1 kontrol
4.44
18
1.149
.271
pre kelompok 2 perlakuan
4.06
18
1.305
.308
post kelompok 2 perlakuan
7.06
18
1.626
.383
Paired Samples Correlations N Pair 1
pre kelompok 1 kontrol & post kelompok 1 kontrol
Pair 2
pre kelompok 2 perlakuan & post kelompok 2 perlakuan
Correlation
Sig.
18
.720
.001
18
.802
.000
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Mean Deviation
Std. Error Mean
Difference Lower
Sig. (2-
Upper
t
df
tailed)
Pair pre kelompok 1 1
kontrol - post kelompok 1
-.444
.856
.202
-.870
-3.000
.970
.229
-3.482
-.019
-2.204
17
.042
-2.518 -13.120
17
.000
kontrol Pair pre kelompok 2 2
perlakuan - post kelompok 2 perlakuan
Uji Hipotesis
Group Statistics
Std. Error kelompok
N
post kelompok 1 & 2 kontrol perlakuan
Mean
Std. Deviation
Mean
18
4.44
1.149
.271
18
7.06
1.626
.383
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the Std. Mean
Difference
Error
Sig. (2- Differe Differe F post
Equal
kelompok variances 1&2
Sig.
t
df
1.755
.194 5.56 4
Equal
-
assumed
nce
nce
Lower
Upper
-
assumed
variances not
tailed)
5.56 4
34
30.5 90
.000
-2.611
.469
-3.565
-1.657
.000
-2.611
.469
-3.569
-1.653
Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian Dokumentasi Pengukuran Sebelum Penelitian tanggal 17 Maret 2015
Gambar 5.5 Dokumentasi Pengukuran Sebelum Penelitian tanggal 17 Maret 2015 Dokumentasi Pengukuran Setelah Penelitian tanggal 28 April 2015
Gambar 5.6 Dokumentasi Pengukuran Setelah Penelitian tanggal 28 April 2015 Dokumentasi Proses Penelitian
Gambar 5.7 Dokumentasi proses pelaksanaan SKJ 2008
Gambar 5.7 Dokumentasi proses pelaksanaan Senam Otak Dennison