Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 40 - 51
AKUNTANSI PROGRAM LOYALITAS PELANGGAN Rudiana Politeknik Praktisi Bandung Email:
[email protected]
Abstrak : Program loyalitas pelanggan bertujuan untuk mempertahankan pelanggan secara berkelanjutan. Dalam jangka panjang, program loyalitas pelanggan akan menjadi tujuan perencanaan pemasaran yang strategis. Terdapat berbagai cara untuk mempertahankan loyalitas pelanggan diantaranya progam pemberian hadiah, potongan harga, atau pembelian ulang secara gratis. Program loyalitas pelanggan dapat dilakukan langsung oleh entitas ataupun melalui pihak ketiga.Akuntansi untuk program loyalitas pelanggan diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomor 23 Pendapatan revisi 2010, dan Interpretasi atas Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) nomor 10 Akuntansi Program Loyalitas Pelanggan.Pendapatan dari point penghargaan dalam bentuk pembelian ulang secara gratis akan diakui setelah pelanggan melakukan pembelian ulang berdasarkan nilai wajar. Pendapatan dari point penghargaan dalam bentuk hadiah khusus akan diakui pada periode penjualan dan mengakui beban atas poin penghargaan pada periode tersebut. Pendapatan atas poin penghargaan yang dilakukan melalui pihak ketiga akan diakui secara bruto berdasarkan nilai wajar dan mengakui beban atas poin penghargaan pada periode tersebut. Hal ini dengan asumsi bahwa risiko signifikan dibebankan kepada entitas. Jika risiko dibebankan kepada pihak ketiga, maka pendapatan dari point penghargaan diakui secara neto. Kata kunci: Program Loyalitas Pelanggan, Pengakuan Pendapatan. Abstract : Customer loyalty program aims to maintain the customers in buying the entity product continuously. In the long run, customer loyalty program will become the goal of strategic marketing planning. There are various ways of maintaining customer loyalty such as program of giving a special prize, discount, or free of repurchasing. Customer loyalty program can be held by the entity directly or the third-party. Accounting for customer loyalty program is regulated by Statement of Financial Accounting Standard (SFAS) No.23 about Revenue with the revision in 2010 and Interpretation Statement of Financial Accounting Standard No. 10 about Accounting for Customer Loyalty Program. Revenue from reward point of sales which is gotten by free of repurchasing program will be admitted by its fair value after the customer repurchases the entity product. Revenue from reward point of sales in giving special prize program wil be admitted by fair value in the selling period and it’s allocating as special prize expenses. Revenue from reward point of
40
Akuntansi Program Loyalitas Pelanggan sales which is held by third-party will be admitted as the gross method by fair value and reward point expense as well. These conditions assume that the significant risk is exposured by the entity. However if the significant risk is exposured by the third party, revenue from reward point will be admitted by the entity as the net appoach. Keyword: Customer Loyalty Program, The Recognition of Revenue
PENDAHULUAN Masa krisis ekonomi di Indonesia yang berawal pertengahan 1997 memberikan gambaran tentang terjadinya perubahan lingkungan yang berdampak pada proses keputusan beli pelanggan.(Basu, 1999). Penurunan daya beli konsumen menciptakan kondisi dan situasi yang lebih terbatas menyangkut pilihan produk yang diinginkannya. Untuk mempertahankan pelanggan, perlu dilakukan terobosan-terobosan baru, agar konsumen tidak berpindah merk. Loyalitas pelanggan menjadi suatu obsesi bagi para pemasar agar produknya dapat terus diminati. Hal ini disebabkan, omzet penjualan yang tinggi berasal dari pelanggan yang loyal. Menurut Frederick Reichheld dan Earl Sasser, 70% penjualan berasal dari pelanggan yang loyal dan kenaikan 5 % dari loyalitas pelanggan dapat melipatduakan keuntungan sebuah perusahaan. (2010:19). Menurut Basu, dalam jangka panjang, loyalitas pelanggan menjadi tujuan bagi perencanaan pasar yang strategis, selain itu juga dijadikan dasar untuk pengembangan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan ( 1994:74). Berbagai cara yang dilakukan untuk menciptakan loyalitas pelanggan dapat melalui program discount, pembelian ulang secara gratis, atau hadiah seperti contoh beberapa diantaranya: Perusahaan Ritel Hipermat diskon dengan kupon dan potongan. Promosi lainnya memberikan double discount, yakni memberikan potongan harga signifikan untuk pembelian produk kedua. Tujuannya untuk menjaga arus barang khususnya untuk barang yang pergerakannya lambat.(http//economy.ekozone.com). PT. Telkom melakukan program loyalitas pelanggan dengan cara pemberian hadiah langsung berupa voucher belanja, voucher wisata, barang-barang rumah tangga dan lainnnya. Bagi yang memilih untuk mengikuti undian disediakan hadiah antara lain mobil Suzuki Swift untuk periode 6 bulan, mobil Suzuki APV untuk hadiah 3 bulanan, dan mobil Mercedes C Class untuk hadiah 6 bulanan.(http//www.telkom.co.id) Toko buku Imanuel memberikan program loyalitas pelanggan yaitu bagi yang berbelanja di Immanuel bookstore.com maka setiap kelipatan pembelanjaan sebesar Rp.20.000 maka hadiah atau disumbangkan ke gereja-gererja yang bekerjasama dengan toko tersebut.(http//www. Imanuelbookstore.com/store/cms.php?id).
41
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 40 - 51
Toserba Yogya memberikan point hadiah berupa kupon berhadiah langsung yang dapat ditukarkan dengan barang dagangan, dan 1 kupon undian berhadiah untuk setiap pembelian Rp.50.000 beserta kelipatannya. Dari berbagai cara yang dilakukan tersebut nampaknya dapat diidentifikasi program loyalitas pelanggan tersebut dapat berupa:
menawarkan pembelian ulang secara gratis, pemberian produk atau jasa melalui pihak ketiga, pemberian hadiah khusus.
Ditinjau dari sudut pandang akuntansi, bagaimana program loyalitas pelanggan harus tercermin dalam laporan keuangan entitas bisnis. Dewan Standar akuntansi Keaungan telah mengeluarkan mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 23 tentang Pendapatan revisi 2010, dan Interpretasi Standar akuntansi Keuangan (ISAK)nnomor 10 Program Loyalitas Pelanggan. Dua permasalahan dalam akuntansi yaitu bagaimana pengakuan dan pengukuran pendapatan dan kewajiban berkaitan dengan program loyalitas pelanggan tersebut. Baik program loyalitas pelanggan yang dilakukan sendiri oleh Entitas atau dilakukan melalui pihak ketiga. IDENTIFKASI MASALAH Berdarkan uraian diatas, maka rumusannya adalah sebagai berikut 1. Bagaimana Akuntansi Program Loyalitas Pelanggan atas pembelian ulang secara gratis
untuk pelanggan? 2. Bagaimana Akuntansi Program Loyalitas Pelanggan atas pemberian hadiah khusus? 3. Bagaimana Akuntansi Program Loyalitas Pelanggan atas pemberian produk atau jasa untuk pelanggan melalui pihak ketiga? PEMBAHASAN Loyalitas Pelanggan Istilah loyalitas pelanggan sebetulnya berasal dari loyalitas merk yang mencerminkan loyalitas pelanggan pada merek tertentu (Basu, 1999:73). Mowen dan Minor dalam Basu (1999:73) menggunakan definisi loyalitas merk dalam arti kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah merk, mempunyai komitmen pada merk tersebut, dan bermaksud meneruskan pembeliannya dimasa mendatang. Boulding dan kawan-kawan dalam Basu (199:74) mengemukakan bahwa terjadinya loyalitas merek pada konsumen itu disebabkan oleh adanya pengaruh kepuasan/ketidak puasan dengan merek tersebut yang terakumulasi secara terus menerus disamping adanya persepsi tentang kualitas produk.
42
Akuntansi Program Loyalitas Pelanggan Definisi yang dikemukakan oleh Mowen didasarkan pada dua pendekatan yaitu pendekatan keperilakuan dan attitudinal. Tahap-tahap loyalitas berdasarkan pendekatan Atitudinal dan Behavioural dibagi menjadi 4 tahap yaitu Loyalitas Kognitif, Loyalitas Afektif, Loyalitas Konatif dan Loyalitas Tindakan. Tahap Pertama: Loyalitas Kognitif Loyalitas tahap pertama ini menggunakan basis informasi secara memaksa menunjuk pada satu merk atas merek lainnya. Jadi loyalitasnya hanya didasarkan pada kognisi saja. Misal seorang konsumen selalu berbelanja di pasar swalayan yang secara konsisten selalu menawarkan harga yang lebih rendah dari pesaing yang ada. Loyalitas ini hanya didasarkan pada karakteristik fungsional terutama biaya, manfaat dan kualitas. Jika ketiga faktor tersebut tidak sesuai harapan, maka konsumen akan mudah beralih ke merk lain. Konsumen dalam tahap ini merupakan konsumen yang paling rentan terhadap perpindahan merk karena adanya rangsangan pemasaran. Tahap kedua: Loyalitas Afektif Loyalitas tahap kedua didasarkan pada aspek afektif konsumen. Munculnya loyalitas afektif tersebut didorong oleh factor kepuasan. Loyalitas tahap ini jauh lebih sulit dirubah, tidak seperti tahap pertama, karena loyalitasnya sudah masuk ke dalam benak konsumen sebagai afek dan bukannya sendirian sebagai kognisi yang mudah berubah. Loyalitas afek memiliki sifat yang tidak mudah berubah, karena sudah terpadu dengan kognisi dan evaluasi konsumen secara keseluruhan dengan suatu merk Pada loyalitas ini, kerentanan konsumen lebih banyak terfokus pada tiga faktor yaitu ketidak puasan pada merk yang ada, persuasi dari pemasar maupun konsumen, dan upaya mencoba merk lain. Tahap Ketiga: Loyalitas Konatif Konasi menunjukkan suatu niat atau komitmen untuk melakukan sesuatu kearah satu tujuan tertentu. Maka loyalitas konatif merupakan suatu kondisi loyal yang mencakup komitmen mendalam untuk melakukan pembelian. Model runtutan sikapnya sebagai berikut Keyakinan sikap niat Pada loyalitas tahap ini, konsumen lebih terfokus pada faktor persuasi dan upaya coba merk lain. Tahap keempat: Loyalitas Tindakan Tindakan merupakan hasil dari pertemuan dua kondisi yang mengarah kepada kesiapan bertindak dan pada keinginan untuk mengatasi hambatan untuk mencapai tindakan tersebut. Konsumen yang loyal merk dapat diidentifikasi berdasar pola pembeliannya, seperti runtutan pembelian (tiga atau empat kali pembelian merk yang sama) atau proporsi pembelian (delapan dari sepuluh kali pembelian yang sama. Pemasar dapat mempengaruhi 43
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 40 - 51
pola pembelian konsumen dengan melakukan promosi penjualan yang intensif seperti pemberian kupon atau dengan menawarkan perubahan harga. Dalam loyalitas tindakan, konsumen kebal terhadap upaya pemasaran balik dari merk saingan, komunikasi dan strategi pemasaran merk lain tidak banyak mendapat perhatian. Pendapatan Pengertian Pendapatan Lima kali cuci, gratis satu kali cuci”. Kalau jeli membaca iklan cuci mobil atau motor , mungkin sempat terpikirkan , bagaiman entitas tersebut menghitung penghasilan untuk mobil keenam. Haruskah entitas tersebut tidak mencatat pendapatan atas cuci gratis itu. Memang benar, sering kali konsep pendapatan sulit untuk dipahami,bukan hanya oleh entitas tersebut diatas, melainkan juga oleh para akuntan. Sebagai pedoman praktis, Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan nomor 23 , terakhir revisi ditahun 2010. Didalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan(PSAK) nomor 23, penghasilan didefinisikan sebagai kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan asset, atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal (2010:23.3). Pendapatan dalam artian ini merupakan penghasilan yang timbul dari aktivitas normal entitas. Kontribusi dari pemilik tidak diakui sebagai pendapatan tetapi menambah modal. Penghasilan tersebut dapat berupa pendapatan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa, maupun keuntungan. Pendapatan biasa sering dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan untuk perusahaan dagang atau industri, ataupun disebut penghasilan jasa untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, bunga, dividen royalti dan sewa. Pengakuan Pendapatan Didalam PSAK 23, pendapatan diakui ketika kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke entitas dan manfaat tersebut dapat diukur secara andal (2010:.23.2).Manfaat ekonomi masa depan dapat berupa masuknya kas atau aktiva lainnya dari luar entitas. Dalam melakukan pengakuan pendapatan, dalam keadan tertentu dapat saja diterapkan pada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi tunggal, hal ini dimaksudkan agar mencerminkan substansi dari transaksi tersebut.). Contoh situasinya sebagai berikut: Jika harga penjualan dari suatu produk termasuk jumlah yang dapat diidentifikasi untuk jasa berikutnya, maka jumlah tersebut ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan selama jasa tersebut dilaksanakan. Dalam pengertian pendapatan, hibah dari pihak ketiga bagi sebuah yayasan ataupun pemotongan hutang oleh pemerintah bagi beberapa konglomerat adalah penghasilan bagi 44
Akuntansi Program Loyalitas Pelanggan mereka. Sementara itu, setoran modal oleh pemegang saham baru dalam kasus initial public offering sebuah perusahaan yang hendak mendapatkan sumber pembiayaan baru bukan merupakan pendapatan. Pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima ole perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahana nilai dan harga pokok tiket yang dijual oleh agen perjalanan bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan karena itu harus dikeluarkan dari pendapatan. Pengukuran Pendapatan Didalam PSAK 23,pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima (2010:23.4). Pengertian nilai wajar dalam hal ini adalah suatu asset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi yang wajar. Pihak-pihak yang bertransaksi idealnya merupakan pihak-pihak yang tidak saling mengendalikan. Sebagai contoh, jika suatu entitas memberikan diskon 25% atas penjualan barangnya dimana harga awalnya Rp.200.000, maka entitas harus melaporkan penjualan bersih Rp.150.000 yang terdiri dari penjualan kotor Rp.200.000 dipotong diskon penjualan Rp.50.000. Demikian juga misalnya dengan toko beras yang memberikan rabat 5% untuk setiap 1 ton pembelian beras seharga Rp.4.000.000.,maka toko tersebut harus mengurangkan rabat volume sebesar Rp.200.000 dari total penjualan Rp.4000.000 untuk mendapatkan penjualan bersih. Bila barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa, pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang dan jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer. (PSAK 23, par 11). Oleh karena itu, ketika PT. IPTN menerima tawaran Thailand untuk menjual pesawat berunya dengan bayaran berupa komoditas beras, maka IPTN hendaknya mencatat transaksi tersebut sebagai penjualan yang mengakibatkan pendapatan, pada nilai wajarnya yang disetujui kedua belah pihak. Liabilitas (Kewajiban) Pengertian Liabilitas/Kewajiban Didalam PSAK 57, liabilitas adalah kewajiban kini entitas, timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya dapat mengakibatkan arus keluar sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi. (2009:57.3) Bentuk Kewajiban: a. Kewajiban Hukum: Kewajiban hukum adalah kewajiban yang timbul dari: 45
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 40 - 51
Suatu kontrak (secara eksplisit atau implisit); Peraturan perundang-undangan; atau pelaksanaan produk hukum lainnya b. Kewajiban Konstruktif Kewajiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari tindakan entitas yang dalam hal ini berdasarkan praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah dipublikasi, atau pernyataan baru yang cukup spesifik, entitas telah memberikan indikasi kepada pihak lain bahwa entitas akan menerima tanggung jawab tertentu; dan akibatnya, entitas telah menciptakan ekspektasi valid kepada pihak lain bahwa entitas akan melaksanakan tanggung jawab tersebut.(PSAK 57, par 10) Provisi Transaksi pendapatan dapat menimbulkan kewajiban selain penyerahan barang atau jasa yang dijual oleh entitas. Biasanya kewajiban tersebut berkaitan dengan peristiwa kemudian yang mu ngkin akan terjadi yang merupakan layanan purnal jual kepada pelanggan. Hal ini seperti garansi atas produk, atau pemberian program hadiah. Kewajibanyang waktu dan jumlahnya belum pasti disebut dengan Provisi. Pengakuan provisi: Didalam PSAK 57, Provisi diakui jika: a. Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif)sebagai akibat peristiwa masa lalu; b. Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi; dan c. Estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat. Jika kondisi di atas tidak terpenuhi, maka provisi tidak diakui. ( 2009:57.7) Pengukuran Provisi Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan. Estimasi terbaik pengeluaran merupakan jumlah yang secara rasional yang akan dibayar oleh entitas untuk menyelesaikan kewajibannya pada akhir periode pelaporan. Beberapa hal yang mempengaruhi pengukuran Provisi: Jika nilai waktu dari uang berdampak material, maka provisi diukur berdasarkan nilai kini (dilakukan diskonto untuk provisi) Mempertimbangkan peristiwa masa depan yang akan terjadi. Mempertimbangkan dampak peraturan perundang undangan yang kemungkinan akan diberlakukan.
46
Akuntansi Program Loyalitas Pelanggan Program Loyalitas Pelanggan Berdasarkan Intrepretasi Standar Akluntansi Keuangan (ISAK) 10 Latar Belakang Munculnya ISAK 10 Program Loyalitas Pelanggan Pada tanggal 15 Desember 2009, Dewan Standar Akuntansi Keuangan membentuk panitia penyusunan ISAK 10. Untuk menyusun Interpretasi Standar akuntansi Keuangan nomor 10 (ISAK 10) yaitu Program Loyalitas Pelanggan. ISAK 10 ini dikeluarkan sebagai dampak diadopsinya IAS 18 Revenue menjadi PSAK 23 tentang Pendapatan revisi 2010. Dalam hal ini, DSAK memandang perlu untuk mengadopsi IFRIC 13 Customer Loyalty Programmes menjadi ISAK 10 Program Loyalitas Pelanggan. Tangal efektif berlakunya ISAK 10 ini adalah per 1 Januari 2011. Pengertian Program Loyalitas Pelanggan Berdasarkan ISAK 10 Program Loyalitas Pelanggan digunakan entitas untuk memberikan insentif kepada pelanggan untuk membeli barang atau jasa entitas. Jika pelanggan membeli barang atau jasa, maka entitas memberikan point penghargaan kepada pelanggan (seringkali disebut point). Pelanggan dapat menukar point penghargaan tersebut dengan barang atau jasa secara gratis atau dengan potongan harga. Pengertian program loyalitas pelanggan berdasarkan ISAK 10 hanya terfokus kepada pemberian penghargaan kepada konsumen secara pasti. Dalam kondisi ini, jika konsumen berkeinginan untuk memanfaatkan point tersebut, dapat langsung melakukannya. Akuntansi Program Loyalitas Pelanggan atas Pembelian Langsung untuk Pelanggan Program loyalitas pelanggan dapat berupa hubungan langsung antara entitas dengan konsumen yang dapat digambarkan sebagai berikut: Entitas
Konsumen Entitas
Gambar 1 : Hubungan Langsung Entitas Dengan Konsumen Dalam hubungan tersebut, entitas menjual produk kepada konsumen dan konsumen diberikan point hadiah yang akan diterima dari Entitas. Point hadiah dapat berupa barang yang dijual atau berupa hadiah khusus untuk konsumen. Permasalahan muncul pada saat periode penjualan dan periode pemberian poin penghargaan berbeda periode. Akuntansi Program Loyalitas Pelanggan Atas Pembelian Ulang Secara Gratis Jika point penghargaan berupa barang yang dijual, maka entitas mengalokasikan sejumlah tertentu imbalan yang diterima atau tagihan dari transaksi penjualan pada point penghargaan dan menangguhkan pengakuan pendapatan. Hal ini dilakukan jika harga 47
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 40 - 51
penjualan dari suatu produk termasuk jumlah yang dapat diidentifikasi untuk jasa berikutnya, maka jumlah tersebut ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan selama periode jasa tersebut dilaksanakan. Misal: Suatu grosir melaksanakan program loyalitas pelanggan dengan memberikan voucher belanja kepada pembeli secara cuma-cuma. Voucher tersebut tidak memiliki batas kadaluarsa. Dalam suatu periode voucher yang sudah diberikan 100 lembar. Nilai wajar dari setiap point adalah Rp.10, total penjualan periode tersebut Rp.1.000.000, maka pendapatan yang ditangguhkan adalah Rp.1.000 dengan jurnal: Kas............................1.000.000 Penjualan.................................999.000 Pendapatan Ditangguhkan.........1.000 Akuntansi Program Loyalitas Pelanggan Berupa Hadiah Jika point tersebut berupa barang atau jasa yang dikhususkan untuk point penghargaan, dimana point penghargaan tersebut bersifat khusus (bukan barang atau jasa yang dijual entitas), maka entitas dapat membukukan sejumlah biaya masa depan diestimasi untuk memberikan point penghargaan, dan seluruh pendapatan diakui pada periode tersebut. Menurut Kieso (2011:684) menyebutkan ,..companies should charge the cost of premiums and coupons to expense in the periode of sales that benefit from the platt. Dengan demikian, entitas dapat membebankan premium pada periode penjualan terjadi. Hal ini artinya pendapatan atas penjualan diakui penuh secara bruto, disisi lainnya pemberian hadiah kepada pelanggan diakui sebagai beban pada periode tersebut, dengan melakukan estimasi. Contoh: Suatu grosir melaksanakan program loyalitas pelanggan dengan memberikan hadiah berupa 1 buah gelas untuk total belanja Rp.500.000. Voucher tersebut tidak memiliki batas kadaluarsa. Dalam suatu periode total penjualan Rp.50.000.000. jumlah total hadiah yang sudah diberikan pada tahun tersebut sebanyak 30 gelas. Harga perolehan 1 buah gelas adalah Rp.5.000, dengan jurnal: Kas............................50.000.000 Penjualan..................................50.000.000 Beban (hadiah)..........150.000 Persediaan ..........................150.000 Beban (hadiah)..........350.000 Kewajiban Provisi ..........................350.000 (mencatat jumlah pelanggan yang belum memanfaatkan hadiah) 50.000.000/500.000 -30 * 5.000 = 350.000. 48
Akuntansi Program Loyalitas Pelanggan Akuntansi Program Loyalitas Pelanggan melalui Pihak Ketiga Penghargaan terhadap pelanggan dapat dilakukan oleh dua pihak yang berbeda yaitu dari entitas atau dari pihak ketiga. Hubungan transaksinya dapat digambarkan sebagai berikut: Konsumen Entitas
Entitas
Pihak 3
Gambar 2 : Hubungan Entitas Kepada Konsumen Melalui Pihak Ketiga Gambaran hubungannya yaitu entitas menjual barang kepada konsumen dan memberikan point atau penghargaan melalui pihak ketiga. Entitas membayar kepada pihak ketiga sejumlah point yang menjadi kewajiban entitas. Pengakuan pendapatan dilakukan pada saat pemenuhan kewajiban terhadap point penghargaan, sedangkan pengukuran pendapatan atas poitn penghargaan dilakukan tergantung dari hubungan kepentingan antara entitas dengan pihak ketiga. Pemberian point penghargaan dapat ditinjau dari dua sudut pandang: Pemberian point penghargaan melalui pihak ketiga untuk kepentingan entitas Pemberian point penghargaan melalui pihak ketiga untuk kepentingan pihak ketiga. Pemberian point penghargan melalui pihak ketiga untuk kepentingan entitas Dalam kondisi ini, artinya risiko pemberian point penghargaan oleh pihak ketiga ditanggung entitas, jika point penghargaan tidak diberikan oleh pihak ketiga maka akan ditanggung oleh entias. Pengukuran pendapatan dilakukan berdasarkan nilai wajar secara bruto yang dialokasikan kepada point penghargaan. Dampak lainnya adalah terjadi kewajiban kontijensi untuk entitas. Misal: Pengecer barang elektronik memberikan kepada pembelinya satu point perjalanan udara untuk setiap Rp.1.000 yang dibelanjakan. Pengecer membayar entitas penerbangan Rp.90 untuks setiap point. Penjualan dalam suatu periode Rp.1.000.000, dan pengecer memberikan 1.000 point. Nilai wajar setiap point Rp.100. Pencatatannya adalah: Kas....................1.000.000 Penjualan...............................990.000 Pendapatan dari point.............10.000 Beban (point)..................9.000 Kas.........................................9.000 49
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 40 - 51
Pemberian point penghargan melalui pihak ketiga untuk kepentingan Pihak Ketiga. Dalam kondisi ini, artinya risiko pemberian point penghargaan oleh pihak ketiga ditanggung pihak ketiga. jika point penghargaan tidak diberikan oleh pihak ketiga maka akan ditanggung oleh pihak ketiga. Pengukuran pendapatan oleh entitas dilakukan berdasarkan nilai wajar secara netto yaitu selisih antara nilai wajar penjualan dikurangi jumlah kewajiban yang harus dibayar kepada pihak ketiga. Dalan hal ini, tidak terdapat kewajiban kontijensi untuk entitas. Hal ini seperti ditegaskan oleh Kieso, ..”in a principal-agen relationship, amount collected on behalf of the principal are not revenue of the agent, Instead, revenue for the agent is the amount of the commision it receives.(usually a percentage of the total revenue):.(2011,962) Misal: Pengecer barang elektronik memberikan kepada pembelinya satu point perjalanan udara untuk setiap Rp.1.000 yang dibelanjakan. Dalam hal ini, pengecer bertindak sebagai agen penerbangan. Pengecer membayar entitas penerbangan Rp.90 untuks setiap point. Penjualan dalam suatu periode Rp.1.000.000, dan pengecer memberikan 1.000 point. Nilai wajar setiap point Rp.100. Pencatatannya adalah: Penerimaan dari pelanggan: Kas................................1.000.000 Penjualan.....................................990.000 Kewajiban kepada pihak ketiga......9.000 Pendapatan dari point.....................1.000 Kewajiban kepada pihak ketiga........9.000 Kas...........................................................9.000 KESIMPULAN 1. Didalam program loyalitas pelanggan atas pembelian ulang secara gratis, sebagian pendapatan akan diakui pada periode penjualan, dan akan menangguhkan pendapatan untuk point penghargaan sampai batas waktu point penghargaan kadaluarsa sebesar nilai wajarnya. 2. Didalam program loyalitas pelanggan atas pemberian hadiah khusus, pendapatan akan diakui secara bruto pada periode penjualan, dan mengestimasi sejumlah biaya masa depan atas point penghargaan dan menimbulkan Kewajiban Provisi. 3. Didalam program loyalitas pelanggan atas pemberian hadiah melalui pihak ketiga, jika didasarkan untuk kepentingan entitas, maka total pendapatan terdiri dari pendapatan dari penjualan barang dagangan (yang diukur berdsarkan total penjualan dikurangi pendapatan dari point), dan pendapatan dari point (yang diukur berdasarkan nilai wajarnya) , dan mengakui beban atas point penghargaan yang dibayar kepada pihak ketiga, dan adanya kewajiban kontijensi. Jika point 50
Akuntansi Program Loyalitas Pelanggan penghargaan didasarkan untuk kepentingan pihak ketiga, maka pendapatan dari point diakui sebesar netto dan tidak menimbulkan kewajiban kontijensi. Daftar Pustaka Basu Swastha Dharmmesta, 1999, Loyalitas Pelanggan: Sebuah Kajian konseptual Sebagai Panduan Bagi Peneliti, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,Volume 14, No. 3, 1999 Kieso, Wejgant, Warfield, 2011, Intermediate Accounting, Volume 1, Jhon Wiley and Soon. -----, http//economy.eko,zone.com -----, http//www. Imanuelbookstore.com/store/cms.php?id. -----, http//www.telkom.co.id -----, Institut Akuntan Publik Indonesia, Juli 2010, Loyalitas Pelanggan: Perlakuan Akuntansinya, Buletin Akuntan Publik, Edisi 7 tahun II, halaman 19-22 -----, Ikatan Akuntan Indonesia, 2010, ISAK no. 10: Program Loyalitas Pelanggan, -----, 2010, PSAK 23: Pendapatan revisi 2010, ------, 2009, PSAK 57: Provisi, Liabilitas Kontijensi dan Aset Kontijensi . BIODATA PENULIS
Rudiana, SE., M.Ak., Ak. Dosen Tetap Politeknik Praktisi
51