Seminar Nasional – Universitas Sarjanawiyata Yogyakarta Proceeding No: 978-602-17617-9-3
Akuntabilitas Guru Sebagai Agen Pembelajaran Dalam Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Dr. Bambang Ismanto, M.Si Dosen UKSW Salatiga - Indonesia Abstract
Teachers as strategic subjects in improving the quality of human resources through various educational programs. The development of information technology, the law and the values of human life can not let go of the teacher as an agent of change (development) learners as recruitment of competent independent living, social, state and nation. Certification as an initial determination of teacher educators as a profession to direct learners achieve national education goals. Sustainable Development Profession related to performance improvement and teacher career through self-development, scientific publications and innovative work. Self-development through education and training of teachers functional and collective activities. The teachers make innovations in improving the quality of learning. Various innovations published to elicit a response of self-development and accountability to fellow teachers, professional organizations and society. This program as an update knowledge and improving the competence of the implications for teacher career advancement on the achievement of performance appraisal standards. Accountability teacher performance is a challenge as a learning agent and professional educators. Profession Sustainable Development is not just meet the minimum standards of performance appraisal teacher but as an effort to improve the quality of education. The continuing professional development of teachers accountable to God, Principle Scientific, Professional Organizations, Communities, Schools and Almamater.
Keywords: Teacher, Accountability, Development, Profession, Sustainable
Abstrak
Guru sebagai subyek strategis dalam peningkatan mutu SDM melalui berbagai program pendidikan. Perkembangan teknologi informasi, perangkat hukum dan nilai-nilai kehidupan manusia tidak bisa melepaskan guru sebagai agen perubahan (pengembangan) peserta didik sebagai SDM yang memiliki kompetensi hidup mandiri, sosial, berbangsa dan bernegara. Sertifikasi pendidik sebagai awal penetapan guru sebagai profesi untuk mengarahkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan nasional. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan berkaitan dengan peningkatan kinerja dan karir guru melalui pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif. Pengembangan diri melalui Pendidikan dan Latihan fungsional dan kegiatan kolektif guru. Para guru melakukan inovasi dalam peningkatan mutu pembelajaran. Berbagai inovasi dipublikasikan untuk memperoleh respon pengembangan diri dan pertanggungjawaban kepada sesama guru, organisasi profesi dan masyarakat. Program 1
ini sebagai pembaruan pengetahuan dan peningkatan kompetensi yang membawa implikasi peningkatan karier guru atas pencapaian standar kinerja penilaian. Akuntabilitas kinerja guru menjadi tantangan sebagai agen pembelajaran dan profesi pendidik. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bukanlah sekedar memenuhi standar minimal penilaian kinerja guru melainkan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan. pengembangan keprofesian berkelanjutan dari guru dipertanggungjawabkan kepada Tuhan, Prinsip Keilmuan, Organisasi Profesi, Masyarakat, Sekolah dan Almamater.
Kata Kunci : Guru, Akuntabilitas, Pengembangan, Keprofesian, Berkelanjutan,
Pendahuluan
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Sebagai agen pembelajaran (learning agent), guru harus mengembangkan diri menjadi fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan inspirator belajar bagi peserta didik. Hal ini membawa implikasi guru secara terur menerus melakukan pembaruan diri agar sebagai agen selalu memberikan informasi up to date dan merekayasa pembelajaran (learning re engineering) yang bermakna bagi peserta didik. Hal ini menjadi penting untuk merespon perubahan lingkungan pembelajaran sebagai dampak dari arus informasi dalam perpektif globalisasi dan kemajuan teknologi. Guru berkedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU 14 Tahun 2005). Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan 2
tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi
program sarjana atau program diploma empat.
Kompetensi guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan oleh
perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan
yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah. Guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalitas sebagai berikut ( UU 14 Tahun 2005) a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; d. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan i. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Aplikasi teknologi informasi dan internalisasi nilai-nilai sosial, budaya, ekonomi dn politik tidak akan merubah secara total fungsi guru sebagai aktor dan agen dalam pengembangan peserta didik. Kehadiran guru diperlukan baik melalui tatap muka di kelas, pembimbing di laboratorium, pengarah aplikasi teknologi informasi dan pendamping penelitian lapang. Guru menjadi nara sumber dan evaluator serta pengembang dari setiap kegiatan PBM. Demikian halnya respon peserta didik terhadap nilai-nilai kehidupan (sosial, budaya, ekonomi, hukum dan politik) memerlukan arahan dalam bentuk standar yang menjadi acuan dari setiap keputusan peserta didik. Refleksi atas nilai-nilai diperlukan referensi dan pengalaman dari guru yang mendorong peserta didik menetapkan keputusan terbaik dalam kehidupannya.
Dalam hal ini Ismanto (2014:9) menyatakan bahwa Arus
globalisasi yang ternyata sering bersifat paradoksikal, yakni di satu sisi membawa efek penyeragaman, tapi di sisi lain menumbuhkan kuatnya kesadaran identitas kelompok, ternyata juga menambah tajam fragmentasi sosial. 3
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, secara bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitas guru. Pengembangan keprofesian berkelanjutan mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi yang didesain untuk meningkatkan karakteristik, pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan. ( Kemendikbud : 2012:5). Dengan demikian, guru dapat memelihara, meningkatkan, dan memperluas pengetahuan dan keterampilannya untuk melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. Pembelajaran yang berkualitas diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik. Pengembangan keprofesian berkelanjutan merupakan salah satu bagian penting dari proses pengembangan profesionalisme guru yang diperlukan untuk memberikan layanan pendidikan yang berkualitas dan secara individu untuk peningkatan karirnya. Pengembangan keprofesian berkelanjutan wajib dilaksanakan oleh semua guru, karena selain untuk peningkatan dan pengembangan profesionalitas guru juga diperhitungkan sebagai salah satu unsur utama dalam peningkatan jenjang jabatan fungsional guru. Oleh sebab itu, pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan perlu dilakukan secara sistematis dan terstruktur dengan melibatkan semua pihak terkait. Guru adalah bagian integral dari organisasi pendidikan di sekolah. Sebuah organisasi, termasuk organisasi pendidikan di sekolah, perlu dikembangkan sebagai organisasi pembelajar, agar mampu menghadapi perubahan dan ketidakpastian yang merupakan ciri kehidupan modern. Salah satu karakter utama organisasi pembelajar adalah senantiasa mencermati perubahan internal dan eksternal yang diikuti dengan upaya penyesuaian diri dalam rangka mempertahankan eksistensinya. Pengembangan keprofesian berkelanjutan menjadi bagian integral dari tugas guru sehari-hari yang berorientasi kepada keberhasilan peserta didik. Cakupan materi untuk kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan harus kaya dengan materi akademik, metode pembelajaran, penelitian pendidikan terkini, teknologi dan/atau seni, serta berbasis pada data dan hasil pekerjaan peserta didik sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (Permendikbud 2012:10). Pengembangan
keprofesian
berkelanjutan
mencakup
kegiatan
perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi yang didesain untuk meningkatkan karakteristik, 4
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan. Sebagai agen pembelajaran diperlukan task force yang jelas, terukur dan akuntabel. Output layanan guru adalah meningkatnya kemampuan peserta didik dalam setiap tahapan pembelajaran. Pengembangan karier dan keprofesian guru harus berdampak positif dalam peningkatan mutu pendidikan. Ini berarti bahwa terdapat sinergisitas peningkatan profesi dan karier guru dengan meningkatnya mutu pendidikan – pembelajaran atas segala aktivitas guru.
PKB
Gambar : 1. Tahapan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Setiap guru berhak mendapat kesempatan dan wajib mengembangkan diri secara teratur, sistematis, dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan pengembangan profesinya. Sekolah wajib menyediakan kesempatan kepada setiap guru untuk mengikuti program pengembangan keprofesian berkelanjutan dengan minimal jumlah jam per tahun sesuai dengan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/atau sekolah berhak menambah alokasi waktu jika dirasakan perlu. Untuk menghindari kemungkinan pengalokasian kesempatan pengembangan yang tidak merata, maka proses perencanaan program pengembangan keprofesian berkelanjutan harus dimulai dari sekolah (Kemendikbud 2012 :15-16). Pengembangan diri bukan tanggung jawab pribadi. Pemerintah dan Pemerintah Daerah bahkan Penyelenggara Pendidikan Masyarakat (swasta) turut bertanggung jawab dalam pengembangan keprofesian berkelanjutan. Kesadaran diri guru sangat penting dan mendasar agar setiap langkah dalam mengawali pengembangan profesi guru dapat dipersiapkan dengan baik. Kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam mendukung pembiayaan melalui APBN/D serta implikasi
penghargaan atas kenaikan
pangkat / jabatan menjadi inherent dalam pengembangan profesi guru. Dengan demikian, 5
akan semakin jelas positioning guru sebagai profesi bukan komoditas politik. Artinya bahwa penetapan hak-hak guru bukan karena keputusan politik semata melainkan sebagai remunerasi atas kinerja prestasi yang dicapai setiap guru. Hal ini membawa implikasi siapapun MPR, DPR, DPD, DPRD, Presiden, Gubernur dan Bupati / Walikota tidak akan begitu mudah untuk mereposisi implikasi dari sertifikasi pendidik. Pengembangan keprofesian berkelanjutan dapat dilakukan di internal sekolah, eksternal-antar sekolah maupun melibatkan kepakaran lain yang dimungkinkan untuk dilakukan melalui jaringan virtual (Kemendikbud 2012 :18). Kegiatan di Sekolah seperti program induksi, mentoring, pembinaan, observasi pembelajaran, kemitraan pembelajaran dan berbagai pengalaman pengembangan sekolah baik perencanaan, implementasi dan evaluasi monitoring program sekolah. Jaringan Sekolah yang dikembangkan dengan kegiatan Kelompok Kerja Guru, Musyawarah Guru Mata Pelajaran / Bimbingan Konseling, K3S, KKPS, MKPS serta jaringa virtual. Pengembangan melalui dukungan pakar seperti asosiasi profesi, asosiasi guru kelas, guru mata pelajaran, LPMP, LPTK, peneliti dan pengembang pendidikan. Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, unsur kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan meliputi: a. Pengembangan Diri, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif. Pengembangan diri adalah upaya untuk meningkatkan profesionalisme diri agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau kebijakan pendidikan nasional serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan melalui diklat fungsional dan/atau kegiatan kolektif guru yang meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian guru. Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum. Publikasi ilmiah mencakup 3 (tiga) kelompok, yaitu: 1) Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pemrasaran dan/atau nara sumber pada seminar, lokakarya, koloqium, dan/atau diskusi ilmiah,
baik
yang
diselenggarakan
pada
tingkat
sekolah,
KKG/MGMP/MGBK,
kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. 2) Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang pendidikan formal. Publikasi dapat berupa karya tulis hasil penelitian, makalah tinjauan ilmiah di bidang pendidikan formal dan pembelajaran, tulisan ilmiah populer, dan artikel ilmiah dalam bidang pendidikan. Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau penemuan baru sebagai bentuk kontribusi 6
guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni. Karya inovatif ini dapat berupa penemuan teknologi tepat guna, penemuan/peciptaan atau pengembangan karya seni, pembuatan/modifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum, atau penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat nasional maupun provinsi. Akuntabilitas Pengembangan Profesi Guru Pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi (Permendikbud 2012:16). Ini berarti bahwa setiap guru memiliki hak yang sama dalam pengembangan diri sebagai profesi pendidikan / pengajaran. Kesempatan ini perlu dipertanggungjawabkan dalam kesadaran diri guru sebagai agen pembelajaran dan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Penetapan guru sebagai profesi, setara dengan profesi lain seperti Dokter, Notaris, Akuntan, Psikolog dan profesi lainnya. Sertifikat Pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada Guru sebagai tenaga profesional.
Sertifikasi dilakukan
kepada pendidik yang memenuhi kualifikasi pendidikan Strata 1 / Diploma IV, menguasai kompetensi pribadi, sosial, pedagogik dan profesional, serta sehat jasmani dan rohani. Guru bukanlah peneliti dan pengembang pendidikan dan atau pembelajaran. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Menurut UU 14 Tahun 2005, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Sementara itu Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan
dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Memperhatikan konsepsi dan kedudukan
guru tersebut menjadi
persoalan potensial dalam publikasi ilmiah dan karya inovasi. Publikasi ilmiah diperlukan 7
kemampuan metodologi, penelitian lapang, analisis data, penulisan laporan serta mempublikasikan dalam karya tulis dan forum ilmiah. Sejak studi S-1 LPTK atau non LPTK, guru tidak pernah disiapkan secara kurikuler sebagai peneliti dan atau penulis karya ilmiah. Sebelum terbitnya UU 14 Tahun 2005, kompetensi lulusan PTK dalam bidang penelitian adalah memiliki kemampuan melakukan penelitian dan menafsirkan hasil penelitian untuk kepentingan pengembangan pendidikan/pengajaran. Kemampuan ‘inovasi’ diperlukan penguasaan keilmuan yang ‘dalam’ dan ketrampilan dalam merancang, eksperimen, perbaikan (improvisasi), implementasi dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau seni. Diperlukan komitmen, keteguhan diri dan sikap inkuiri dalam melihat kebutuhan dan merancang pemecahan masalah di lingkungan sekolah dan masyarakat. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dibutuhkan motivasi dan komitmen diri dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Menurut Hoy K Wayne and Patrick B. Forsyth (2003: 201), terdapat 6 kebutuhan dasar bagi guru yaitu achivement (prestasi), recognition (pengakuan), work itself (pengakuan diri), responsibility (tanggung jawab), advancement (pengembangan), and growth possibility (kemungkinan pertumbuhan). Komitmen diri direfleksikan dan dinyatakan dalam bentuk kegiatan yang relevan dengan pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif. Sedangkan Alam (2011:303) menyebutkan 4 faktor yang memotivasi guru yaitu : a. Income status; b. Importance in the society; c. Self confidence; d. Incentives and rewards on showing good results. Akuntabilitas guru sebagai agen pembelajaran dalam perspektif pengembangan keprofesian berkelanjutan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan, Prinsip Keilmuan, Organisasi Profesi, Masyarakat, Sekolah dan Almamater. Tuhan
Sekolah
Masyarakat
Keilmuan
Organisasi Profesi Almamater
Gambar : 2. Akuntabilitas Pengembangan Keprofesian Guru 8
Panggilan moral kebenaran, kejujuran, kebaikan, apresiasi kemanusiaan kepada sang pencipta adalah wujud pertanggungjawaban kepada Tuhan atas segala program yang relevan dengan pengembangan keprofesian. Penguasan metodologi
dan filsafat
mendasari penelitian,
publikasi ilmiah dan karya inovasi guru. Inquiry – discovery merupakan wujud pembaharuan diri guru sebagai agen pembelajaran yang selalu merefleksikan kebaruan informasi kepada peserta didik. Prinsip dan prosedur pengembangan keilmuan dalam tata krama organisasi profesi memberikan rambu-rambu dalam pengembangan diri guru yang profesional. Masyarakat sebagai lingkungan sosial akan memberikan respon atas kontribusi guru dari hasil pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovasi. Sekolah menjadi bagian utama karier guru sebagai agen pembelajaran. Nilai tambah (value added) atas pengembangan karier guru direfleksikan dalam bentuk Kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan baik pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovasi dilaksanakan secara berkelanjutan. Hal ini menjadi penting untuk mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme para guru Indonesia. Ini berarti Penilaian Kinerja Guru tidak sekedar untuk pemenuhan angka kredit, melainkan sebagai wujud akuntabilitas (pertanggungjawaban) profesi pendidik. Dengan demikian, sertifikasi pendidik tidak identik peningkatan kesejahteraan guru melainkan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan melalui sertifikasi.
Daftar Pustaka Alam, Muhammad Tayyab and Sabeen Farid, 2011, Factors Affecting Teachers Motivation, International Journal of Business and Social Science Vol. 2 No. 1; January 2011 Hoy, K. Wayne and Patrick B. Forsyth, 2003, Effektive Supervision (Theory into Practices), New York, Inc. Publisher Ismanto, Bambang, 2014, Membangun Kurikulum Pendidikan Dalam Kemartabatan Bangsa Indonesia, Disajikan Sebagai Call Paper pada Seminar Nasional Pendidikan Untuk Perubahan Masyarakat, Dies Natalis FIP, Universitas Negeri Yogyakarta, tanggal 27 September 2014 Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2012, Pembinaan Dan Pengembangan Profesi Guru, Buku 1 Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan DanKebudayaan Dan Penjaminan Mutu Pendidikan Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, Jakarta Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomer : 74 Tahun 2005, Tentang Guru Pemerintah Republik Indonesia, Undang - Undang Nomer : 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen 9
10