AKUNTABILITAS DI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BANTEN Kandung Sapto Nugroho Email :
[email protected]
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta KM 4 Serang
Abstract : One of the goals of accountability dalah application of the concept of service where it is a consciousness in order to restore the dignity of people in the region, providing educational opportunities in order to improve the quality of political democracy in the region, improving the efficiency of local public services and public services as well as closer to the community, increased acceleration of development in the region, reducing regional imbalance in development, is also expected that the implementation of the governing how good (good governance) which in the end is for the welfare of society. Formulation of the problem in this study that is how the application of the principles of good governance in Banten Provincial Government Education Department? This research used descriptive survey with quantitative research approaches. Objectives of this research is all education stakeholders in the province of Banten in this case the whole range of educational bureaucracy, all layers of civil society, and all employers who interact with the world of education. Mechanical determination of sample taken is quota sampling technique, the total sample will amount to 90 respondents. The conclusion of this study that the rate of application of the principle of good governance in the Department of Education when viewed on the principle of voice and accountability levels reached 46.75 application included in the category of poor governance. Kata Kunci : good governance, akuntabilitas publik
Istilah
good
membicarakannya.
governance
Konsep
good
sekarang ini sangat terkenal, hampir
governance idealnya menawarkan
semua
adanya partisipasi civil society dan
orang
pernah 20
peran swasta dalam pelaksanaan
dengan melakukan pekerjaan secara
pemerintahan
seolah
membawa
bertahap
angin
sebagai
justifikasi
perubahan yang dikehendaki akan
segar
karena
semakin
ini
governance
keberhasilannya. Hal ini nampak dari
dijadikan acuan kerja dalam sistem
apa yang disampaikan oleh Krina
birokrasi di Indonesia. Ketiga pilar
(2003: 7), bahwa: ”Membangun
good governance ini haruslah dalam
good governance adalah mengubah
posisi
cara kerja state, membuat pemerintah
good
kesetaraan
tidak
dalam
dicapai
besar
ketidakberdayaan pemerintah, saat konsep
sulit
semakin
kerangka saling mendominasi satu
accountable,
sama lain, demikian halnya dalam
pelaku-pelaku di luar negara cakap
proses kepemerintahan di Provinsi
untuk ikut berperan membuat sistem
Banten. Dinas Pendidikan Provinsi
baru yang bermanfaat secara umum.
Banten
Dalam konteks ini, tidak ada satu
dalam
menjalankan
kegiatannya juga mengacu prinsip-prinsip Good
good
membangun
tujuan pembangunan yang dapat
pada
diwujudkan
governance.
governance versi
dan
tingkat
dengan
baik
hanya
dengan mengubah karakteristik dan
UNDP
(1997): (1) Partisipasi; (2) Rule of
cara
Law;
(4)
pemerintah. Harus kita ingat, untuk
pada
mengakomodasi keragaman, good
(3)
Transparansi;
kerja
institusi
negara
dan
Responsif;
(5)
Orientasi
konsensus;
(6)
Kesetaraan;
(7)
governance juga harus menjangkau
Efektivitas
&
efisiensi;
(8)
berbagai tingkat wilayah politik. Karena
Akuntabel; dan (9) Visi strategik.
itu,
membangun
good
good
governance adalah proyek sosial
governance adalah mengenai sistem
yang besar. Agar realistis, usaha
tata kerja dalam penyelenggaraan
tersebut
pemerintahan dari pusat sampai ke
bertahap,
untuk
daerah di semua lini organisasi
fleksibilitas
dalam
birokrasi yang ada, sehingga untuk
konsep ini diperlukan agar dapat
mencapai
menangani realitas yang ada.”
Bidang
penelitian
keberhasilan
dalam
menerapkan good governance adalah
21
harus
dilakukan
secara
Indonesia, memahami
dan
Salah satu prinsip dari good
sekaligus
mendekatkan
goverance adalah akuntabilitas atau
pelayanan publik pada masyarakat,
tanggung jawab dimana dewasa ini
peningkatan
menjadi value yang didengungkan
pembangunan di daerah, mengurangi
oleh semua pihak dan tidak kalah
ketimpangan
dengan apa yang dilakukan oleh
daerah, diharapkan pula pelaksanaan
pemerintah. Pemerintah dewasa ini
cara berpemerintahan
menjanjikan
(good governance) dimana pada
atau
adanya
akuntabilitas
pertanggungjawaban
percepatan
pembangunan
di
yang baik
akhirnya adalah untuk kesejahteraan
yang
masyarakat.
menyeluruh di seluruh aspek dalam
Sejalan
menjalankan pemerintahan, dalam
dengan
analisis
kebijakannya
terhadap berbagai persoalan di dunia
pemerintah selalu menekankan aspek
pendidikan, dan visi pembangunan
akuntabilitas.
Provinsi
pelaksanaan
Banyak
pemerintah
Banten
yaitu
“Rakyat
daerah yang mengeluarkan peraturan
Banten Sejahtera Berlandaskan Iman
daerah
aspek
dan Takwa, maka Dinas Pendidikan
dengan
Provinsi Banten merumuskan Visi-
guna
akuntabilitas,
mendukung misalkan
dibentuknya Komisi Transparansi
nya
dan Partisipasi di Kabupaten Lebak
“Pendidikan Bermutu untuk Semua
Provinsi Banten adalah dalam rangka
Menuju Banten Bermartabat dan
memenuhi aspek akuntabilitas.
Sejahtera”. Visi pendidikan ini dapat
Salah
satu
tujuan
dalam
dijelaskan
dari
rangka
sebagai
mencapai
berikut;
(1)
akuntabilitas dalah penerapan konsep
Pendidikan di Banten harus dapat
pelayanan dimana ini merupakan
dijangkau oleh semua kalangan,
sebuah
rangka
terbebas dari persoalan mahalnya
mengembalikan harkat dan martabat
biaya pendidikan, terbebas kerusakan
masyarakat di daerah, memberikan
sarana–prasarana
peluang pendidikan politik dalam
terbebas
rangka
geografis yang terpencil; (2) Mutu
kesadaran
dalam
meningkatkan
kualitas
dari
serta
persoalan
letak
demokrasi di daerah, peningkatan
pendidikan
efisiensi pelayanan publik di daerah
untuk mencapai Standar Nasional
22
di
sekolah,
Banten
diarahkan
Pendidikan, yang difokuskan pada
(religius),
mutu tata kelola pendidikan, mutu
(berbudaya),
pendidik dan tenaga kependidikan,
(nasionalis dan patriotis), serta warga
mutu
dunia (humanis dan pluralis).
kurikulum
dan
bahan
masyarakat warga
Berdasarkan
pembelajaran, serta relevan dengan
lokal negara
visi
di
atas,
kebutuhan masyarakat dan pasar
maka disusunlah misi pendidikan
tenaga kerja. Bermutu juga bermakna
Provinsi
kemampuan
untuk
mencapai visi tersebut dalam tiga
menciptakan insan yang cerdas dan
misi pendidikan Provinsi Banten,
berdaya saing, yaitu insan yang
yaitu; (1) Meningkatkan pemerataan
mampu berkompetisi, baik di tingkat
dan aksesibilitas layanan pendidikan;
lokal,
(2) Meningkatkan mutu layanan
pendidikan
nasional,
maupun
Banten
sebagai
internasional; (3) Insan yang cerdas,
pendidikan
dimaksudkan sebagai insan yang
masyarakat dan kemitraan dengan
memiliki
dunia
kecerdasan
komprehensif majemuk), kecerdasan emosional
(kafah,
antara
yang
spiritual dan
Meningkatkan
meliputi:
pendidikan
(religius),
sosial,
dalam
pendidikan; mutu
di
kelembagaan
serta
partisipasi
usaha/industri
penyelenggaraan
kecerdasan
lain
serta
upaya
(3)
tata
kelola
semua
lini
penyelenggara
pendidikan.
intelektual dan kinestetik; (4) Insan
Dalam
yang berdaya saing bermakna insan
Rencana
Strategi
yang memiliki kompetensi sesuai
Dinas Pendidikan 2007-2012, Visi
dengan kebutuhan lapangan kerja,
dan misi di atas dirumuskan dalam
serta
rangka
memiliki
kecakapan
hidup,
kemandirian, dan
strategis
jiwa
mencapai sebagai
tujuan-tujuan berikut:
entrepreneurship sehingga memiliki
Memperluas
kreativitas dan kemampuan untuk
warga masyarakat untuk memperoleh
menciptakan
pekerjaan;
layanan pendidikan bermutu tanpa
dan (5) Insan bermartabat berarti
dibatasi oleh kendala ketersediaan
insan yang memiliki karakter atau
sarana prasarana pendidikan, letak
jatidiri, baik sebagai mahluk tuhan
geografis, maupun biaya pendidikan;
lapangan
23
kesempatan
1)
seluruh
2) Meningkatkan mutu dan relevansi
tahun 2004 mencapai 94,7%. Angka
pendidikan guna meningkatkan daya
partisipasi
saing
pendidikan,
Banten dapat diuraikan bahwa angka
meningkatkan kecakapan hidup, dan
partisipasi sekolah usia tujuh sampai
menumbuh
jiwa
12 tahun pada tahun 2002 mencapai
Meningkatkan
93,08%, kemudian pada tahun 2003
mutu tata kelola pendidikan dengan
mencapai 93,77% dan pada tahun
menerapkan
good
2004 mencapai 96,88%. Kemudian
governance guna memperbaiki citra
angka partisipasi sekolah usia 13
publik, menumbuhkan kepercayaan
sampai 15 tahun pada tahun 2002
masyarakat,
mencapai 76,96%, pada tahun 2003
keluaran
kembangkan
kewirausahaan;
3)
prinsip-prinsip
serta
martabat
sekolah
di
Provinsi
mencapai 79,11% dan pada tahun
pemerintah dan masyarakat Banten. tujuan
2004 mencapai 81,89%. Kemudian
diperlukan
angka partisipasi sekolah usia 16
strategi dan kebijakan yang relevan
sampai 18 tahun pada tahun 2002
dengan upaya pencapaian tujuan
tidak tersedia, pada tahun 2003
maka di atas, yang secara singkat
mencapai 45,68% dan pada tahun
dirumuskan
1)
2004 tidak tersedia (Rencana Aksi
Pemerataan dan perluasan akses
Daerah Pendidikan untuk Semua
pendidikan; 2) Peningkatan mutu,
Provinsi Banten 2005).
relevansi, dan daya saing keluaran
Angka
Guna pendidikan
mencapai tersebut,
sebagai
berikut:
Partisipasi
Murni
pendidikan; 3) Penguatan tata kelola,
(APM) di Provinsi Banten pada
akuntabilitas,
tingkatan SD pada tahun 2002/2003
dan
citra
publik
mencapai 98,68%, tahun 2003/2004
pendidikan.
mencapai 105% tahun 2004/2005
Pendidikan di Banten dalam perkembangannya dari tahun
mengalami
ke
mencapai 94,12%. Kemudian Angka
positif
Partisipasi Murni (APM) SLTP pada
tahun
trend
terlihat dalam indeks melek huruf
tahun 2002/2003
pada tahun 2002
tahun 2003/2004 tidak tersedia, dan
yang mencapai
mencapai 69%,
sebesar 93,8%, kemudian pada tahun
pada tahun 2004/2005
2003
63,75%,
mencapai 94,2% dan pada
24
dan
Angka
mencapai Partisipasi
Murni (APM) SLTA pada tahun
dan realisasi belanja pembangunan
2000/2001
2002
mencapai 29,33% dan
pada tahun 2001/2002 31,58%
(Rencana
Rp.
411.412.000.000,00)
mencapai
(Sumber: BPS. 2002. Banten Dalam
Daerah
Angka 2002. Serang: BPS. Hal. 295).
Aksi
Pendidikan untuk Semua Provinsi
Pendidikan
Banten 2005). Jumlah anak rumah
perkembangannya
tangga miskin yang tidak bersekolah
penerapan
pada tahun 2004 mencapai jumlah
governance, ini nampak dari visi,
total sebesar 442.939 orang, dimana
misi, tujuan dan sasaran dari Dinas
yang
adalah
Pendidikan Provinsi Banten. Jika
mencapai 71.695 orang ini berakibat
dilihat dari konsep governance, yang
pada persentase pendudukan buta
diterjemahkan
huruf di Provinsi Banten pada usai
pemerintahan, adalah penggunaan
antara 10 tahun sampai dengan 44
wewenang ekonomi, politik dan
tahun mencapai 142.860 orang, dan
administrasi guna mengelola urusan-
kalau pada usia 10 tahun ke atas
urusan negara pada semua tingkat.
mencapai 363.881 orang) dengan
Tata pemerintahan mencakup seluruh
komposisi laki-laki mencapai 47.081
mekanisme, proses dan lembaga-
orang dan perempuan sebesar 95.779
lembaga
orang dengan
kelompok-kelompok
tidak
Banten
bersekolah
jumlah penduduk
sebesar 9.083.144
di
memenuhi
belanja
hak
hukum,
kewajiban
dan
penulis ingin mengetahui kondisi
realisasi
2001
masyarakat
Dalam lokus yang lebih kecil
4.406.000.000,00
pembangunan
dan
diantara mereka (Krina, 2003:5).
dalam APBD pada tahun 2001
dan
warga
menjembatani perbedaan-perbedaan
Alokasi anggaran pendidikan
anggaran
tata
mengutarakan kepentingan mereka,
orang
untuk Semua Provinsi Banten 2005).
(Jumlah
good
menjadi
dimana
menggunakan
Rp.
dalam
menghendaki
prinsip-prinsip
(Rencana Aksi Daerah Pendidikan
mencapai
Banten
pada
Rp.
Dinas Pendidikan Provinsi
217.804.000.000,00) dan pada tahun
Banten dalam konteks pelaksanaan
2002
prinsip
mencapai
Rp.
good
akuntabilitas
27.339.000.000,00 (Jumlah anggaran
25
governance dengan
yakni segala
keterbatasan,
sepertinya
Sebagai gambaran awal dari
mendapatkan pekerjaan yang sangat
hasil penelitian yang dilakukan oleh
berat
PSKK Universitas Gadjah Mada
dalam
hal
menangani
permasalahan pendidikan di Provinsi
Yogyakarta
mengenai
kondisi
Banten.
transparansi
Pemerintah
Provinsi
Banten lihat grafik 1 berikut ini.
0.45 0.4
INDEKSTRANSPARANSI TRANSPARANSI DI INDEKS DI PROVINSI PROPINSIBANTEN BANTEN
TRANSPARANSI
pemahaman terhadap rasionalitas program
keterbukaan dalam kepastian tender
keterbukaan dalam rekrutmen
akses terhadap informasi
0.2 0.15 0.1 0.05 0
keterbukaan dalam kebijakan
0.35 0.3 0.25
Grafik 1. Indeks Transparansi di Provinsi Banten Sumber: PSKK UGM, 2006
Berdasarkan pemaparan di
pemerintahan di Dinas Pendidikan
atas hendaknya Dinas Pendidikan
Provinsi Banten.
Provinsi Banten dalam melaksanakan
Dari latar belakang masalah
pekerjaannya haruslah menggunakan
di
good
permasalahan yakni bagaimanakah
governance
mainstream.
atas
Dengan kata lain logika governance
tingkat
diterapkan
good
dalam
pelaksanaan
26
dapat
penerapan governance
dirumuskan
prinsip-prinsip di
Dinas
Pendidikan
Pemerintah
pembangunan,
Provinsi
sehingga
pembangunan tidak akan jalan tanpa
Banten? Konsep
government
ada
dan
intervensi
dari
pemerintah,
dalam sudut pandang
sedangkan konsep governance yang
pengertian bisa dibedakan, dimana
terlibat ada tiga komponen yakni
government
berarti
sektor publik, sektor swasta dan
yang
sektor masyarakat, ketiga sektor ini
dijalankan oleh suatu organ tertinggi
saling bahu membahu mendorong
dalam
proses
governance,
badan/lembaga/fungsi
suatu
negara,
sedangkan
pembangunan,
pemerintah
konsep governance dapat berarti cara
menjalankan fungsinya pada koridor-
penggunaan
koridor
atau
pelaksanaan.
jelas
tanpa
berbenturan
Kemudian kalau dilihat dari sudut
dengan bagian tugas atau fungsi dari
pandang sifat hubungan, konsep
sektor
government hubungannya hirarkhis,
mendorong
dalam arti sempit yang memerintah
masyarakat
berada di atas, sedangkan warga
perencanaan
negara yang diperintah berada di
pelaksanaan sekaligus pada evaluasi
bawah,
program pembangunan.
sedangkan
governance,
sifat
konsep
swasta
dan
oleh
inipun
juga
partisipasi
dari
baik
itu
maupun
dalam dalam
Dilihat dari sudut pandang
hubungannya
adalah hirarkhis, dalam arti ada
siapa
yang
mempunyai
peranan
kesetaraan kedudukan dan hanya
dominan, konsep government yang
berbeda dalam fungsi saja.
dominan adalah sektor pemerintah, sedangkan konsep governance semua
Apabila dilihat dari sudut pandang komponen yang terlibat
memegang
dalam konsep government hanya ada
fungsinya masing-masing institusi
satu
tersebut. Dilihat dari sudut pandang
yakni
pemerintah sentral
pemerintah, memegang
dalam
Pemerintah
artinya
efek
peranan
sesuai
diharapkan
government
pembangunan.
berfungsi
yang
peran
dengan
konsep
mengharapkan
kepatuhan warga negara terhadap
sebagai
perencana pembangunan, pelaksana
kebijakan-kebijakan
pembangunan
sedangkan dalam konsep governance
dan
evaluator
27
pemerintah
yang dikehendaki adalah partisipasi
tata pemerintahan mulai mengemuka
warga negara untuk aktif dalam
di Indonesia sejak tahun 1990-an,
setiap proses pembangunan misalnya
dan mulai semakin bergulir pada
dari perencanaan, pelaksanaan dan
tahun 1996, seiring dengan interaksi
evaluasinya.
pemerintah Indonesia dengan negara luar sebagai negara-negara pemberi
Dilihat dari hasil akhir yang diharapkan
konsep
bantuan yang banyak menyoroti
government
kondisi
obyektif
negara melalui kepatuhan warga
ekonomi
dan
negara, artinya keberhasilan sebuah
Istilah
ini
seringkali
pembangunan
disangkutpautkan
dengan
mengharapkan
pencapaian tujuan
akan
sangat
tergantung dengan tingkat kepatuhan
kebijaksanaan
warga negara sedangkan konsep
dari
governance
menjadikan
mengharapkan
untuk
perkembangan
politik
Indonesia.
pemberian bantuan
negara
donor,
dengan
masalah
isu
tata
pencapaian tujuan negara dan tujuan
pemerintahan sebagai salah satu
masyarakat
partisipasi
aspek yang dipertimbangkan dalam
maupun
pemberian bantuan, baik berupa
sebagai
melalui
warga
negara
pinjaman maupun hibah.”
sebagai warga masyarakat, ketika
Berdasarkan
warga negara kurang berpartisipasi
dokumen
dalam pembangunan maka potensi
kebijakan UNDP dalam Krina (2003:
kegagalan pembangunan itu akan
4), governance, yang diterjemahkan
tinggi.
menjadi tata pemerintahan, adalah penggunaan
Namun kalau dikaji lebih dalam
konsep
good
politik
governance
wewenang
dan
memerlukan pemahaman yang lebih
mengelola
rinci, karena konsep ini adalah
pada
konsep
pemerintahan
yang
diintrodusir
oleh
ekonomi,
administrasi
urusan-urusan
semua
tingkat. mencakup
guna negara Tata seluruh
lembaga luar negeri, ini seperti yang
mekanisme, proses dan lembaga-
disampaikan oleh Krina (2003: 4)
lembaga
berikut ini : ”Proses pemahaman
kelompok-kelompok
umum mengenai governance atau
mengutarakan kepentingan mereka,
28
dimana
warga
dan
masyarakat
hukum,
tercapainya keberhasilan penerapan
dan
konsep ini justru akan semakin kecil.
menjembatani perbedaan-perbedaan
Kaufmann dkk, (2007: 3-4),
diantara mereka. Sangat jelas bahwa
menyampaikan enam dimensi dari
konsep ini menghendaki adanya
pemerintahan
kesetaraan dari seluruh pilar tata
yakni : 1) Voice and Accountability
pemerintahan yang baik, tidak dalam
(VA) – measuring the extent to which
kerangka saling mendominasi antar
a country's citizens are able to
pilar yang satu dengan yang lainnya,
participate
misalkan
kerangka
government, as well as freedom of
mendominasi pelaku dunia usaha dan
expression, freedom of association,
civil society atau pelaku dunia usaha
and a free media. 2) Political
berusaha
negara
Stability and Absence of Violence
kebijakan-
(PV) – measuring perceptions of the
menggunakan
hak
memenuhi
dengan
kewajiban
state
tidak
mendominasi mengarahkan
kebijakan
agar
berpihak
yang
in
bisa
diukur,
selecting
their
likelihoood that the government will
kepada
be destabilized or overthrown by
pelaku dunia usaha. demikian,
unconstitutional or violent means,
governance adalah sebuah cara, yaitu
including domestic violence and
cara bagaimana kekuasaan negara
terrorism.
digunakan
mengelola
Effectiveness (GE) – measuring the
sumberdaya ekonomi dan sosial guna
quality of public services, the quality
pembangunan
of the civil service and the degree of
Dengan
untuk
masyarakat.
3)
Sementara apabila dilihat lebih teliti
its
bahwa bidang penelitian dari konsep
pressures, the quality of policy
good governance adalah merubah
formulation and implementation, and
sistem
mengenai
the credibility of the government's
pengelolaan kepemerintahan, oleh
commitment to such policies. 4)
karena itu besarnya perubahan yang
Regulatory
diharapkan
measuring
tata
kerja
dengan
diterapkannya
good governance ini maka potensi
29
independence
Government
from
Quality the
government
to
implement
sound
ability
political
(RQ)
–
of
the
formulate
and
policies
and
regulations that permit and promote
dipertanggungjawabkan
private sector development. 5) Rule
terbuka oleh pelaku kepada pihak-
of Law (RL) – measuring the extent
pihak
to which agents have confidence in
penerapan kebijakan, artinya seluruh
and abide by the rules of society, and
stakeholder bisa mengetahui dan
in particular the quality of contract
mempertanyakan kebijakan tersebut
enforcement, the police, and the
dengan adil.
yang
secara
terkena
dampak
courts, as well as the likelihood of
Badan
crime and violence. 6) Control of
Pembangunan
Corruption (CC) – measuring the
menyebutkan bahwa prinsip-prinsip
extent to which public power is
good
exercised for private gain, including
meliputi : 1) Wawasan ke Depan,
both petty and grand forms of
misalnya memiliki perencanaan ke
corruption, as well as "capture" of
depan yang bervisi dan strategi,
the state by elites and private
adanya
interests.
kebijakan
public
Nasional
governance
kejelasan dan
dukungan
Krina (2003: 8) menyebutkan
Perencanaan (2002),
adalah
setiap
tujuan
program,
adanya
pelaku
untuk
dari
yang
mewujudkan visi; 2) Keterbukaan
melandasi good governance, yaitu
dan Transparansi, misalnya dengan
(1) Akuntabilitas, (2) Transparansi,
indikatornya tersedianya informasi
dan
yang memadai pada setiap proses
prinsip-prinsip
(3)
utama
Partisipasi
Masyarakat.
Kemudian Guy Peter dalam Krina
penyusunan
(2003: 9) menyebutkan adanya 3 tipe
kebijakan publik, adanya akses pada
akuntabilitas yaitu: (1) akuntabilitas
informasi
keuangan,
akuntabilitas
dijangkau, bebas diperolah, dan tepat
administratif, dan (3) akuntabilitas
waktu; 3) Partisipasi Masyarakat,
kebijakan
misalnya
(2)
publik.
Akuntabilitas
dan
implementasi
yang
siap,
adanya
mudah
pemahaman
publik bisa dipahami bahwa ini
penyelenggaraan
adalah prinsip yang menjamin bahwa
proses/metode partisipatif, adanya
setiap
pengambilan
kegiatan
pemerintahan
penyelenggaraan
negara
keputusan
tentang
yang
didasarkan konsensus bersama; 4)
dapat
30
Tanggung Gugat, misalnya adanya
tinggi, taat asas, kreatif dan inovatif,
kesesuai antara pelaksanaan dengan
memiliki kualifikasi dibidangnya; 8)
standar
pelaksanaan,
Daya Tanggap, misalnya tersedianya
adanya sanksi yang ditetapkan atas
layanan pengaduan, baik berupa
kesalahan
crisis
prosedur
atau
kelalaian
dalam
center,
Unit
Pelayanan
pelaksanaan kegiatan, adanya output
Masyarakat (UPM), kotak saran, dan
dan
5)
surat pembaca yang mudah diakses
Supremasi Hukum, misalnya adanya
masyarakat., adanya standar dan
peraturan perundang-undangan yang
prosedur
tegas
laporan dan pengaduan; 9) Efisiensi
outcome
dan
yang
terukur;
konsisten,
adanya
dalam
penegakan hukum yang adil dan
dan
tidak
terlaksananya
diskriminatif,
penindakan
adanya
terhadap
menindaklanjuti
efektifitas,
administrasi
penyelenggaraan
setiap
misalnya
negara
yang
pelanggar hukum, adanya kesadaran
berkualitas dan tepat sasaran dengan
dan kepatuhan kepada hukum; 6)
penggunaan
Demokrasi, misalnya adanya hak-
optimal, melakukan monitoring dan
hak
hak
evaluasi berkurangnya
dasar
rakyat
seperti
berkumpul,
berserikat
dan
mengeluarkan
pendapat,
adanya
sumber
daya
untuk
yang
perbaikan,
tumpang
tindih
penyelenggaraan
fungsi
kesamaan di depan hukum, adanya
organisasi/unit
kerja;
10)
kesempatan yang sama untuk turut
Desentralisasi,
misalnya
adanya
serta dalam pengambilan keputusan
kejelasan
kebijakan publik, adanya kesempatan
wewenang
yang
pemerintahan dan antar tingkatan
sama
berbagai
untuk
informasi
kesempatan
yang
memperoleh publik, sama
pembagian antar
tugas
dan
tingkat
jabatan di daerah sesuai dengan PP
ada
Pembagian
untuk
Urusan
Pemerintah
berusaha dan berprestasi, adanya
sebagai revisi PP No. 25 tahun 2000,
kesempatan
adanya
berinovasi,
yang
sama
berkreasi
untuk
kejelasan
standar
dalampemberian dukungan terhadap
dan
berproduktifitas; 7) Profesionalisne
pelayanan
dan Kompetensi, misalnya berkinerja
Pelayanan Mininal); 11) Kemitraan
31
masyarakat
(Standar
Dengan
Dunia
adanya
Usaha,
misalnya
pemahaman
aparat
masyarakat, dan terjaminnya iklim kompetesi yang sehat.
pola-pola
Dalam penelitian ini prinsip-
kemitraan, adanya lingkungan yang
prinsip good governance yang diukur
kondusif bagi masyarakat kurang
adalah
mampu untuk berkarya, terbukanya
disampaikan oleh Kaufmann dkk,
kesempatan bagi masyarakat/dunia
karena peneliti memandang bahwa
usaha swasta untuk turut berperan
ini lebih up date dan riset yang
dalam penyediaan pelayanan umum,
dilakukan
adanya
pendanaannya dilakukan oleh World
pemerintah
tentang
pemberdayaan
institusi
prinsip-prinsip
Kaufmann
yang
dkk,
ekonomi lokal/usaha mikro, kecil
Bank
sekaligus institusi pelopor
dan menengah; 12) Komitmen Pada
untuk menggulirkan konsep good
Pengurangan Kesenjangan, misalnya
governance, namun hanya untuk
adanya kebijakan yang berorientasi
prinsip yang perama yakni prinsip
pada pemenuhan kebutuhan dasar
Suara dan Akuntabilitas. Terkait
bagi masyarakat secara seimbang, tersedianya layanan/fasilitas khusus
penelitian
bagi
masyarakat
adanya
kesetaraan
gender,
adanya
ini
dengan
lokus
yakni
Dinas
tidak
mampu,
Pendidikan Provinsi Banten kalau
dan
keadilan
dilihat
pada
dilakukan
pemberdayaan
hasil
oleh
riset
UGM
(2006)
kawasan tertinggal; 13) Komitmen
menunjukkan
Pada Lingkungan Hidup, misalnya
Pendidikan Provinsi Banten adalah
adanya
peraturan
lembaga yang paling tidak dapat
untuk
memberi
dan
kebijakan
dipercaya
perlindungan,
pelestarian sumber daya alam dan
setelah
lingkungan
kejaksaan,
hidup,
menurunnya
bahwa
yang
pada
Dinas
rangking
pengadilan,
ke-10,
kepolisian,
gubernur,
DPRD
Dispenda,
Kantor
Perijinan,
Badan
tingkat pencemaran dan kerusakan
Provinsi,
lingkungan; 14) Komitment Pada
Pelayanan
Pasar
misalnya
Kepegawaian Daerah dan Badan
ekonomi
Pemberdayaan Masyarakat.
Yang
berkembangnya
Fair,
32
Gambar 2. : Bagan Kerangka Pemikira Tuntutan Masyarakat dan Dunia Internasional
Good Governance
Daniel Kaufmann (2007):
UU No. 20/2003
1. Suara dan Akuntabilitas 2. Stabilitas Politik dan Hilangnya Tindak Kekerasan 3. Efektifitas Pemerintahan 4. Kualitas Peraturan 5. Penegakan Hukum 6. Kontrol Atas Korupsi
Tuntutan masyarakat
Pelaksanaan Visi dan Misi Dinas Pendidikan Provinsi Banten
Visi dan Misi
Dinas Pendidikan Provinsi Banten
akan
pelaksanaannya
pun
haruslah
good governance yang disampaikan
menggunakan prinsip-prinsip good
oleh lembaga internasional sudah
governance.
menjadi
hal
keharusan
yang
lazim
dan
bagi
lembaga
pemerintahan
untuk
menerapkan
Penelitian ini menggunakan
prinsip-prinsip
tata
pemerintahan
metode survai dengan pendekatan
METODE
yang baik. Seperti yang disampaikan
penelitian
deskriptif
oleh
Penelitian
survai
Daniel
Kaufmann
(2007)
kuantitatif.
lebih
banyak
menggunakan 6 indikator seperti
menggunakan instrumen kuisioner
tertera dalam gambar 1. Dalam
dalam mengumpulkan data. Data
Undang-undang No. 20 tahun 2003
kuantitatif ini data yang berbentuk
yang diejawantahkan oleh Dinas
angka
Pendidikan Provinsi Banten dalam
diangkakan dengan menggunakan
visi
skala skoring. Sasaran penelitian ini
dan
dicantumkan pendidikan,
misinya tentang
sangat tata
sehingga
jelas
atau
kualitatif
kelola
adalah
dalam
pendidikan di Provinsi Banten dalam
33
seluruh
yang
stakeholders
hal ini seluruh jajaran birokrasi
terdiri dari para anggota DPRD
pendidikan, seluruh lapisan civil
(7), tokoh masyarakat, tokoh
society, serta seluruh pengusaha yang
agama,
berinteraksi
wartawan (9), lembaga swadaya
dengan
dunia
tokoh
masyarakat
pendidikan. Teknik
penentuan
(7),
pendidikan,
dan
para
akademisi (7).
sampel
penelitian yang diambil adalah sama
3. Pilar market sampel berjumlah
dengan yang digunakan oleh Daniel
30 responden, yang terdiri dari
Kaufmann
dkk.
(2007),
serta
para pengusaha yang terlibat
digunakan
oleh
Pusat
Studi
aktif dengan Dinas Pendidikan
Kependudukan
dan
Provinsi Banten.
Kebijakan
Selanjutnya
Universitas Gadjah Mada (2007)
dalam
bahwa dari ketiga pilar dari good
menentukan responden digunakan
governance
30
teknik purposive sampling, dengan
quota
asumsi bahwa responden mengetahui
responden,
masing-masing dengan
teknik
permasalahan yang hendak diteliti.
sampling, karena begitu besarnya jumlah
stakeholders
Teknik
good
pengumpulan
data
governance yang menjadi populasi
dalam penelitian ini ialah : sumber
penelitian, sehingga total sampel
data
akan
kuisioner/angket dan wawancara (in
berjumlah
90
responden,
primer
yang
terdiri
dari
dengan perincian sebagai berikut:
dept interview); kemudian sumber
1. Pilar the state sampel berjumlah
data sekunder yang terdiri dari studi
30 responden, terdiri dari para
literatur/studi kepustakaan, dan studi
pegawai di Dinas Pendidikan
dokumentasi.
Provinsi Banten pada tingkat middle
manager
ke
atas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Diantaranya adalah kepala dinas
Karakteristik Responden Dalam pembahasan ini akan
(1) dan para kepala seksi (15)
disajikan data yang menyangkut
serta para kepala sekolah (14). 2. Pilar
civil
society
karakteristik
sampel
dasar
dari
para
informan penelitian berdasarkan data
berjumlah 30 responden, yang
34
hasil
penelitian.
responden
Karakteristik
berdasarkan
seperti yang terlihat pada tabel 2
kelompok
berikut
ini.
Tabel 2. Karakteristik Kelompok Responden Kelompok Responden
Frekuensi
Persentase (%)
The State
30
33,3
The Market
30
33,3
Civil Society
30
33,3
90
100,0
Jumlah Sumber : Data diolah, 2009. Analisis
Data
:
Suara
dan
Akuntabilitas Dimensi yang
pertama
Kaufmann
good
akuntabilitas pertamanya masyarakat
adalah
penyusunan
APBD
di
dalam Provinsi
Daniel
masih rendah, tercermin dari 81,1
dan
persen menjawab sangat setuju dan
indikator
setuju, artinya memang tidak ada
suara
dimana
masyarakat
Banten dalam bidang pendidikan
governance
menurut
adalah
partisipasi
keraguan
partisipasi
umum
masyarakat
dalam
lagi
bahwa
dalam
partisipasi penyusunan
penyusunan Anggaran Pendapatan
anggaran pendidikan dalam APBD
dan Belanja Daerah. Data hasil
masih rendah. Guna lebih jelasnya
penelitian
perhatikan
menunjukkan
bahwa
tabel
berikut:
Tabel 10. Partisipasi Publik dalam Penyusunan APBD
Valid
Sangat Setuju Setuju Netral/Abstain Tidak Setuju Total
Frequency 21 52 2 15 90
Percent 23.3 57.8 2.2 16.7 100.0
Sumber: Data diolah, 2009
35
Valid Percent 23.3 57.8 2.2 16.7 100.0
Cumulative Percent 23.3 81.1 83.3 100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat
Indikator kedua dari dimensi
dengan jelas bahwa 73 responden
suara
(81,1
menyatakan
pengawasan oleh masyarakat dalam
sependapat pada pernyataan bahwa
pelaksanaan pendidikan di Dinas
partisipasi publik dalam penyusunan
Pendidikan
APBD masih rendah dan hanya 15
menunjukkan bahwa 76,7 persen
responden
responden
persen)
(16,7
persen)
yang
dan
akuntabilitas
Provinsi
adalah
Banten
menganggap
bahwa
menyatakan tidak sependapat dengan
pengawasan oleh masyarakat masih
pernyataan bahwa partisipasi publik
kurang
dalam penyusunan APBD masih
jelasnya perhatikan tabel berikut:
maksimal.
Guna
lebih
rendah kemudian sisanya menjawab abstain/netral. Tabel 11. Pengawasan Pendidikan Oleh Masyarakat
Valid
Sangat Setuju Setuju Netral/Abstain Tidak Setuju Total
Frequency 15 54 2 19 90
Percent 16.7 60.0 2.2 21.1 100.0
Cumulative Percent 16.7 76.7 78.9 100.0
Valid Percent 16.7 60.0 2.2 21.1 100.0
Sumber: Data diolah, 2009 Dari tabel di atas dapat dilihat
masyarakat
dalam
pelaksanaan
dengan jelas bahwa 69 responden
pendidikan di Dinas
(76,7
Provinsi
persen)
menyatakan
Banten
yang
sependapat pada pernyataan bahwa
maksimal
pengawasan oleh masyarakat dalam
menjawab abstain/netral.
pelaksanaan pendidikan di Dinas suara
kurang maksimal dan hanya 19
pengawasan
responden
pelaksanaan
persen)
kemudian
kurang sisanya
Indikator ketiga dari dimensi
Pendidikan Provinsi Banten yang
(21,1
Pendidikan
yang
dan
akuntabilitas
adalah
oleh
dalam
LSM
kegiatan-kegiatan
menyatakan tidak sependapat dengan
pendidikan di Dinas
pernyataan bahwa pengawasan oleh
Provinsi Banten menunjukkan bahwa
36
Pendidikan
68,9 persen responden menganggap
kurang optimal. Guna lebih jelasnya
bahwa pengawasan oleh LSM masih
perhatikan
tabel
berikut:
Tabel 12. Pengawasan Pendidikan Oleh LSM
Valid
Sangat Setuju Setuju Netral/Abstain Tidak Setuju Total
Frequency 11 51 8 20 90
Percent 12.2 56.7 8.9 22.2 100.0
Cumulative Percent 12.2 68.9 77.8 100.0
Valid Percent 12.2 56.7 8.9 22.2 100.0
Sumber: Data diolah, 2009
Dari tabel di atas dapat dilihat
Dinas Pendidikan Provinsi Banten
dengan jelas bahwa 62 responden
yang
(68,9
sisanya menjawab abstain/netral.
persen)
menyatakan
sependapat pada pernyataan bahwa
kurang
Indikator
kemudian
keempat
dimensi
masyarakat
adalah kebebasan pers di Banten
kegiatan
pelaksanaan
pendidikan
di
Dinas
akuntabilitas
mendapatkan
data-data
Pendidikan Provinsi Banten yang
pendidikan di Dinas
Pendidikan
kurang
20
Provinsi Banten menunjukkan bahwa
yang
50,0 persen responden menganggap
menyatakan tidak sependapat dengan
bahwa kebebasan pers di Banten
pernyataan bahwa pengawasan oleh
untuk mendapatkan data pendidikan
lembaga swadaya masyarakat dalam
masih relatif terkekang. Guna lebih
pelaksanaan kegiatan pendidikan di
jelasnya perhatikan tabel berikut:
optimal
responden
(22,2
dan
hanya
persen)
untuk
dan
dari
pengawasan oleh lembaga swadaya dalam
suara
optimal
37
Tabel 13. Kebebasan Pers
Valid
Frequency 19 26 14 22 9 90
Sangat Setuju Setuju Netral/Abstain Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Total
Percent 21.1 28.9 15.6 24.4 10.0 100.0
Valid Percent 21.1 28.9 15.6 24.4 10.0 100.0
Cumulative Percent 21.1 50.0 65.6 90.0 100.0
Sumber: Data diolah, 2009 Dari tabel di atas dapat dilihat
yang masih terkekang kemudian
dengan jelas bahwa 45 responden (50
sisanya menjawab abstain/netral.
persen) menyatakan sependapat pada
Indikator kelima dari dimensi
pernyataan bahwa kebebasan pers
suara
untuk
dan
akuntabilitas
adalah
mendapatkan
data-data
kemudahan akses masyarakat pada
pendidikan di Dinas
Pendidikan
dokumen-dokumen publik di Dinas
Provinsi
Banten
yang
masih
Pendidikan
Provinsi
Banten
terkekang dan hanya 31 responden
menunjukkan bahwa 72,2 persen
(24,4 persen) yang menyatakan tidak
responden
sependapat
kemudahan akses masyarakat pada
bahwa
dengan
kebebasan
pernyataan pers
untuk
menganggap
bahwa
dokumen publik masih rendah. Guna
mendapatkan data-data pendidikan di
lebih
jelasnya
Dinas Pendidikan Provinsi Banten
berikut:
perhatikan
tabel
Tabel 14. Akses Masyarakat pada Dokumen Publik
Valid
Sangat Setuju Setuju Netral/Abstain Tidak Setuju Total
Frequency 25 40 6 19 90
Percent 27.8 44.4 6.7 21.1 100.0
Sumber: Data diolah, 2009
38
Valid Percent 27.8 44.4 6.7 21.1 100.0
Cumulative Percent 27.8 72.2 78.9 100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat
masih
dengan jelas bahwa 65 responden (72,2
persen)
rendah
kemudian
sisanya
menjawab abstain/netral.
menyatakan
Indikator
keenam
sependapat pada pernyataan bahwa
dimensi
akses masyarakat pada dokumen-
adalah
dokumen publik di Dinas Pendidikan
keluhan publik di Dinas Pendidikan
Provinsi Banten yang masih rendah
Provinsi Banten menunjukkan bahwa
dan
hanya
persen)
19
yang
sependapat bahwa
dan
akuntabilitas
mekanisme
penyampaian
responden
(21,1
77,8 persen responden menganggap
menyatakan
tidak
bahwa
dengan
akses
suara
dari
pernyataan
masyarakat
mekanisme
penyampaian
keluhan publik di Dinas Pendidikan
pada
Provinsi
Banten
belum
optimal.
dokumen-dokumen publik di Dinas
Guna lebih jelasnya perhatikan tabel
Pendidikan Provinsi Banten yang
berikut:
Tabel 15. Mekanisme Penyampaikan Keluhan
Valid
Sangat Setuju Setuju Netral/Abstain Tidak Setuju Total
Frequency 15 55 2 18 90
Percent 16.7 61.1 2.2 20.0 100.0
Cumulative Percent 16.7 77.8 80.0 100.0
Valid Percent 16.7 61.1 2.2 20.0 100.0
Sumber: Data diolah, 2009 Dari tabel di atas dapat dilihat
pernyataan
bahwa
penyampaian
dengan jelas bahwa 70 responden
keluhan publik di Dinas Pendidikan
(77,8
Provinsi Banten yang belum optimal
persen)
menyatakan
sependapat pada pernyataan bahwa
kemudian
penyampaian
abstain/netral.
keluhan
publik
di
Dinas Pendidikan Provinsi Banten
Indikator
yang belum optimal dan hanya 18
dimensi
responden
adalah
(20
persen)
sisanya
yang
menyatakan tidak sependapat dengan
suara pers
Pendidikan
39
menjawab
ketujuh dan
dari
akuntabilitas
release Provinsi
di
Dinas Banten
menunjukkan bahwa 67,8 persen
Banten jarang diadakan. Guna lebih
responden menganggap bahwa pers
jelasnya perhatikan tabel berikut:
release di Dinas Pendidikan Provinsi
Tabel 16. Intensitas Press Release
Valid
Sangat Setuju Setuju Netral/Abstain Tidak Setuju Total
Frequency 17 44 11 18 90
Percent 18.9 48.9 12.2 20.0 100.0
Cumulative Percent 18.9 67.8 80.0 100.0
Valid Percent 18.9 48.9 12.2 20.0 100.0
Sumber: Data diolah, 2009 Dari tabel di atas dapat dilihat
jarang diadakan kemudian sisanya
dengan jelas bahwa 61 responden (67,8
persen)
menjawab abstain/netral.
menyatakan
Indikator dimensi
pers release di Dinas Pendidikan
adalan mekanisme jaring asmara di
Provinsi
jarang
Dinas Pendidikan Provinsi Banten
diadakan dan hanya 18 responden
menunjukkan bahwa 64,4 persen
(20 persen) yang menyatakan tidak
responden
menganggap
sependapat
pernyataan
mekanisme
jaring
di
berjalan.
bahwa
yang
dengan
pers
release
Dinas
Pendidikan Provinsi Banten yang
perhatikan
dan
dari
sependapat pada pernyataan bahwa
Banten
suara
kedelapan
Guna
akuntabilitas
bahwa
asmara lebih
tabel
tidak
jelasnya berikut:
Tabel 17. Proses Jaring Asmara
Valid
Sangat Setuju Setuju Netral/Abstain Tidak Setuju Total
Frequency 18 40 14 18 90
Percent 20.0 44.4 15.6 20.0 100.0
Sumber: Data diolah, 2009
40
Valid Percent 20.0 44.4 15.6 20.0 100.0
Cumulative Percent 20.0 64.4 80.0 100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat
akuntabilitas dalam good governance
dengan jelas bahwa 58 responden
di Dinas Pendidikan Provinsi Banten
(64,4
menyatakan
adalah sebesar 1683 : 3600= 0,4675
sependapat pada pernyataan bahwa
atau 46,75 persen. Dimana menurut
mekanisme jaring asmara di Dinas
pilar the state tingkat penerapan
Pendidikan Provinsi Banten
yang
prinsip
suara
dan
tidak berjalan dengan baik dan hanya
adalah
17,69
persen,
18 responden (20 persen) yang
menurut pilar the market tingkat
menyatakan tidak sependapat dengan
penerapan
pernyataan mekanisme jaring asmara
akuntabilitas adalah 15,11 persen,
di Dinas Pendidikan Provinsi Banten
dan menurut pilar civil society
yang tidak berjalan dengan baik
tingkat penerapan prinsip suara dan
kemudian
akuntabilitas adalah sebesar 13,94
persen)
sisanya
menjawab
prinsip
akuntabilitas kemudian
suara
dan
persen.
abstain/netral. Kemudian analisis berikutnya
Jadi memang secara umum
akan dilihat dari sudut prinsip good
mengenai tingkat penerapan prinsip-
governance,
dan
prinsip good governance di Dinas
akuntabilitas adalah 5 x 8 x 90 =
Pendidikan Provinsi Banten memang
3600. (5 = nilai dari setiap jawaban
masih jauh dari idealitas penerapan
pertanyaan
yang
responden,
8
yakni
=
suara
diajukan
pada
konsep
good
jumlah
item
memudahkan
governance. gambaran
umum
pertanyaan yang diajukan kepada
secara
responden, 90 = jumlah sample yang
prinsip dari good governance dapat
dijadikan
dilihat
responden).
Sedangkan
nilai skor dari hasil penelitian adalah sebesar 1683. Dengan demikian nilai tingkat penerapan prinsip suara dan
41
keseluruhan
Guna
tabel
maupun
per
berikut:
Tabel 18. Persentase Tingkat Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance di Dinas Pendidikan Provinsi Banten No
Prinsip Good Governance Suara dan Akuntabilitas
Point of View
1
The State
17,69
2
The Market (Private Sector)
15,11
3
Civil Society
13,94
4
Total/Rata-rata
46,75
Sumber; Data diolah, 2009. Berdasarkan
Urban
menunjukkan bahwa rata-rata lama
Governance Initiative (TUGI) yang
sekolah dari tahun 2006 sampai
merupakan
United
dengan tahun 2007 tidak mengalami
Nations Development Programme
yakni tetap pada 8,10. Demikian pula
(UNDP) diketahui bahwa tingkat
dengan indikator angka melek huruf
penerapan prinsip good governance
dari tahun 2006 dan tahun 2007 juga
suara dan akuntabilitas di Dinas
tidak mengalami kenaikan yakni
Pendidikan Provinsi Banten masuk
tetap 95,60. Artinya terjadi stagnan
dalam kategori Poor Governance
terhadap kinerja Dinas Pendidikan
karena hanya bernilai 46,75% artinya
Provinsi Banten pada dua parameter
masih moderat karena sebenarnya
pendukung
masih bisa lebih baik lagi. Ini
Pembangunan
menunjukkan belum maksimalnya
masih diperlukan komitmen dan
kinerja Dinas Pendidikan Provinsi
usaha
Banten.
menciptakan
Data
bagian
yang
The
dari
yang
pemerintahan
memperkuat
dari
Indeks
Manusia.
lebih
Artinya
keras
untuk
tata yang
kelola baik
di
Pemerintah Provinsi Banten.
buruknya kinerja Dinas Pendidikan
Namun sebenarnya kesalahan
Provinsi Banten adalah tergambar Provinsi
yang ada tidak bisa sepenuhnya
Banten menanggapi LKPJ Gubernur
dibebankan kepada Dinas Pendidikan
Provinsi Banten Tahun 2008 yang
Provinsi
dalam
Paparan
DPRD
42
Banten
karena
permasalahan rendahnya partisipasi
adanya press release (67,8%) serta
publik dalam penyusunan APBD
tidak berjalannya mekanisme jaring
yang mencapai angka 81,1 persen
asmara (64,4%). Artinya ada represi
mungkin bisa terjadi karena memang
pada profesi jurnalistik, karena pers
rendahnya kualitas SDM di Provinsi
dikekang
kebebasannya,
Banten atau kemungkinan lain yang
nasional
terbaru
disebabkan memang partisipasi itu
adanya represi terhadap wartawan
dihalangi atau tidak diberikan ruang
dan
partisipasi publik atau dengan kata
publikasinya misalkan dalam bentuk
lain kurangnya partisipasi publik
teror tertentu bahkan sampai dengan
dalam penyusunan APBD memang
pembunuhan seperti yang terjadi di
disengaja (by design) karena adanya
wartawan
hidden interest kelompok tertentu
memberitakan tentang kasus korupsi
karena berdasarkan hasil penelitian
di
PSKK Universitas Gadjah Mada
berdampak pada rendahnya akses
(2006) indeks prinsip transparansi di
masyarakat
Pemerintah Provinsi Banten hanya
dokumen-dokumen publik (72,2%)
0.33
misalkan kesulitan peneliti untuk
dan
salah
pendukungnya
satu
adalah
bukti
atau
menunjukkan
narasumbernya
Radar
Dinas
dalam
Bali
Pendidikan.
mendapatkan
sampai
kasus
karena
Sehingga
untuk
mendapat
RPJMD
maupun
sekarang belum juga disahkannya
naskah
LKPJ
Gubernur
peraturan daerah tentang transparansi
Tahun
2008
yang
dan partisipasi publik yang sudah
sehingga harus mendapatkannya dari
digagas sejak 2006 dan sepertinya
DPRD
tidak akan terwujud oleh anggota
bukannya dari Pemerintah Provinsi
legislatif periode sekarang ini (KM,
Banten. Padahal RPJMD dan LKPJ
Staf
merupakan dokomen publik yang
Ahli
Bidang
Pemerintahan
menjadi
Provinsi Banten).
dengan
data
hak
berliku-liku
Banten
masyarakat
dan
untuk
mengetahui bagaimana kinerja dan
Kesan adanya kesengajaan ini diperkuat
Provinsi
Banten
arah Banten ke depan.
yang
Nampaknya
menunjukkan bahwa kebebasan pers juga
masih terkekang (50%) dan jarang
43
terjadi
hal
demikian
pada
kurang
maksimalnya pengawasan baik oleh
(77,8%)
karena
memang
masyarakat (76,7%) maupun oleh
adalah
Lembaga
Swadaya
Masyarakat
penyampaian saran dan kritik, ini
(68,9%)
dalam
pelaksanaan
adalah
tersumbatnya
konsekuensi
terjadi saluran
logis
dari
karena
kondisi yang ada sekarang. Bukti
memang rendahnya kualitas SDM
dari terberangusnya pers di Banten
dan kualitas LSM yang menurut
adalah
beberapa kalangan disebut dengan
anggaran pendidikan adalah 20% dan
“LSM OJ”, anonim dari LSM Ora
sudah
Jelas. LSM OJ ini muncul karena
akademisi melalui seminar-seminar
memang
banyaknya
yang
bahwa Pemerintah Provinsi Banten
berplat
merah
LSMnya
tahun 2008 mentargetkan anggaran
pendidikan
di
pemerintah
Banten
LSM
alias
alias
dana
underbownya
bahwa
amanat
disuarakan
untuk
konstitusi
oleh
Dinas
para
Pendidikan
pemerintah dan LSM yang tidak
Provinsi Banten adalah sebesar Rp.
punya kantor dan struktur organisasi
110.509.538.417,01 artinya hanya
yang jelas, sangat sedikit di Banten
4,88% dari total APBD Provinsi
sebuah LSM yang dikelola secara
Banten
professional,
tersebut
dan faktanya lagi realisasinya untuk
diperkuat dari hasil survei yang
Dinas Pendidikan Provinsi Banten
dilakukan oleh PSKK UGM, 2006
Rp.
yang
pada
hanya 4,42% (Ismanto dan Nugroho,
peringkat ketiga (61,80%) setelah
2009:4) faktanya kritik ini tidak
partai politik dan asosiasi pengusaha
dimuat di surat kabar lokal yang ada
sebagai intansi non pemerintah yang
di Provinsi Banten padahal di Banten
paling tidak bisa dipercaya.
terdapat 5 (lima) surat kabar harian
LSM
pendapat
menempatkan
LSM
Ketika
peran
tidak
maksimal
ditambah kalangan
dengan pers
di
Rp.
2.262.823.333.290,00
103.829.384.064,00
artinya
pengawasan
lokal yakni Fajar Banten, Radar
kemudian
Banten, Tangerang Tribune, Satelite News,
terkekangnya Banten
sehingga
akan
dan
Banten
Raya
pantaslah
Post, kalau
berdampak pada belum optimalnya
berdasarkan pedoman penilaian dari
penyampaian
TUGI
keluhan
publik
44
UNDP predikat penerapan
prinsip suara dan akuntabilitas ini
jawaban-jawaban
mendapatkan
adalah jawaban-jawaban normatife
predikat
poor
yang
diberikan
dan cenderung dimanipulasikan guna
governance. terdapat
sebagai
bentuk
kecenderungan yang menarik untuk
sendiri.
The
dikaji lebih dalam, kalau dilihat
sedikit banyak mengalami hal ini
secara lebih detail dari ketiga pilar
walaupun tidak sedefensif pihak the
good governance tersebut ternyata
state, karena pihak swasta ini lebih
jawaban dari responden pilar the
banyak mendapatkan “kue” dari
state selalu memberikan nilai yang
Dinas Pendidikan karena aktifitas
lebih tinggi baik itu secara kumulatif
proyek-proyek
maupun tiap-tiap prinsip semuanya
selalu
menunjukkan
yang
suburnya praktik-praktik kolutif yang
tinggi.
selama ini terjadi, sehingga “take
Secara
diberikan
umum
bahwa
selalu
nilai
lebih
pembelaan
market
dan
melibatkan
diri
nampaknya
tender
yang
mereka
dan
Demikian pula pada urutan kedua
and give”
yang selalu ditempati oleh the market
akan mengganggu objektifitas dalam
baik pada kumulatifnya maupun per
memberikan
prinsip-prinsipnya baru
pada
diikuti
oleh hal
kebetulan
atau
kinerja
penilaian-penilaian Dinas
Pendidikan,
civil
society.
karena the market menilai teman
tersebut
sebuah
sendiri yaitu the state. Pihak civil
trend
society nampaknya menjadi pihak
pilar
Mungkin
kemudian
menjadi budaya yang
memang
kecenderungan yang terjadi sehingga
yang
layak untuk diteliti lebih dalam.
memberikan
Kecenderungan
paling
memang
ini
objektif penilaian
interaksi
kolutif
dalam karena yang
kemungkinan terjadi karena pihak
mungkin kurang terjadi, sehingga
the state pada posisi memberikan
dalam memberikan jawaban lebih
penilaian
objektif.
diri
sendiri,
sehingga
seringkali pada posisi ini tingkat
Secara keseluruhan memang
objektifitasnya akan lebih diragukan,
kinerja Dinas Pendidikan Provinsi
karena tidak ingin kapasitas diri
Banten tingkat capaiannya masih
sendirinya dikatakan jelek, sehingga
bisa lebih baik lagi. Ini menunjukkan
45
belum maksimalnya kinerja Dinas
Serang
tingkat
kelulusannya
Pendidikan Provinsi Banten, artinya
mencapai 100 persen (Radar Banten,
memang agak berlebihan apabila
Selasa, 23 Juni 2009). Berikut ini
kinerjanya kemudian dianggap gagal.
dipaparkan
Ini tercermin dari capaian hasil
tersebut:
kutipan
dari
harian
“Beberapa kabupaten/kota di
kinerja Dinas Pendidikan Provinsi Banten pada tahun 2009 sekarang ini
Banten,
bahwa "Secara keseluruhan tingkat
mengumumkan ujian nasional (UN)
kelulusan siswa SMA di Banten
SMP seperti Kota Cilegon, Lebak,
sebesar 98,74 persen. Ini lebih tinggi
dan Pandeglang. Di Kota Cilegon,
dari target yang ditetapkan 98,68
peserta UN SMP yang tidak lulus
persen,"
berasal
kata
Kepala
Dinas
baru
dari
kemarin
sekolah
swasta.
Provinsi
Sedangkan peserta UN dari sekolah
Banten, Eko Endang Koswara di
negeri lulus 100 persen. Berdasarkan
Serang, dimana lengkapnya terbagi
data yang diperoleh dari Dinas
tiap
Pendidikan
Pendidikan
(Dindik)
kabupaten/kota
yaitu
Kota
Cilegon,
dari
4.091
Tangerang 99,73, persen, Kabupaten
peserta UN SMP, 20 orang di
Tangerang 99,19 persen Kabupaten
antaranya tidak lulus yang berasal
Pandeglang
dari 12 sekolah swasta.
96,58
persen,
Kota
(Kabid)
Serang 98,56 persen, Kota Cilegon
SMP Dinas Pendidikan Kabupaten
98,36
Lebak
Pandeglang Nurhasan kepada Radar
98,02 persen, dan Kabupaten Serang
Banten, di kantornya. Sekretaris
97,76 persen (Warta Kota, Rabu, 17
Dindik
Juni 2009).
mengatakan, tingkat kelulusan di
persen,
Kabupaten
Cilegon
Muhtar
Gojali
Artinya pada tingkat SMA
Cilegon meningkat dari tahun lalu
capaiannya mengalami peningkatan
yang hanya 97 persen menjadi 99,51
sebesar
walaupun
persen. “Yang tidak lulus hanya 20
memang sangat kecil, namun sudah
orang dari 12 sekolah swasta. Kalau
bisa
peserta UN dari sekolah negeri lulus
0,06
persen,
melampaui
target
yang
dicanangkan. Kemudian pada tingkat
semuanya,”
sekolah dasar misalnya di Kota
(22/6). Angka kelulusan siswa SMP
46
ujar
Muhtar,
Senin
di
Kabupaten
Pandeglang
Pandeglang
juga
703,
Lebak
320,
mengalami kenaikan 2 persen. Dari
Kabupaten Tangerang 541, Kota
tingkat kelulusan 2008 sebanyak
Cilegon 128, dan Kota Serang
97,02 persen naik menjadi 98,90
157.Demikian disampaikan Kepala
persen dari peserta UN 11.557 siswa.
Dinas
“Alhamdulillah naik,” ujar Kepala
Endang Koswara, Minggu (21/6).
Bidang
Kata Eko, tahun ini peserta UN
Ia mengakui, dari angka kelulusan
SLTP se-Banten ada 148.121 siswa
yang mencapai 98,90 persen ini ada
dan hanya 2.263 siswa yang tidak
241 siswa yang harus mengulang.
lulus. “Jumlah siswa yang lulus
Sebagian besar mereka merupakan
mencapai 145.858 siswa,” katanya.
siswa SMP Terbuka yang fasilitas
Eko menjelaskan, meski ada dua
pembelajarannya kurang optimal dan
ribuan siswa yang tidak lulus namun
belum
belajar
tingkat kelulusan UN tahun ini
memadai. “Kalau untuk siswa negeri
mengalami kenaikan dari 97,68%
semuanya
Tingkat
tahun lalu menjadi 98,47% tahun ini.
kelulusan mereka rata-rata mencapai
Di tempat berbeda, Kepala Bidang
99 persen dan ada yang mencapi 100
Pembinaan SMP Dinas Pendidikan
persen,”
seraya
Kota Serang Bakreni mengatakan
berjanji akan mencari formula untuk
bahwa jumlah siswa yang tidak lulus
peningkatan jumlah kelulusan SMP
di Kota Serang ada 105 peserta dari
tahun mendatang”.
6.200 peserta yang mengikuti UN
memiliki
sarana
berhasil.
kata
Nurhasan
Pendidikan
Banten
Eko
Berikut ini juga ditampilkan
SMP. Data ini berbeda dengan yang
di harian Radar Banten, Senin, 22-
ada di Dindik Banten, bahwa siswa
Juni-2009 Pada sehari sebelumnya
SMP di Kota Serang yang tidak lulus
menjelaskan bahwa : “Sebanyak
sebanyak 157. Sementara peserta UN
2.263 siswa SLTP (SMP, SMP
di Kota Serang yang terdata 6.275
Terbuka, dan MTs) se-Banten tidak
orang.
lulus ujian nasional (UN). Mereka
persentase kelulusan UN SMP negeri
tersebar di Kota Tangerang 115,
99,69 persen dari 19 sekolah dan
Kabupaten Serang 299, Kabupaten
persentase
47
Bakreni
kelulusan
mengatakan,
UN
SMP
swasta 97,99 persen dari 25 sekolah.
melebihi
nasional
yakni
7,2,
Total persentase kelulusan 98,84
sementara nasional 6,5,” ujarnya”.
persen yang mengalami kenaikan
Artinya peneliti tidak bisa
dari kelulusan tahun lalu 98,60
menyimpulkan bahwa kinerja Dinas
persen. “Sedangkan untuk UN SMP
Pendidikan Provinsi Banten adalah
Terbuka yakni 62,56 persen dari 3
gagal mengingat apa yang sudah
sekolah,”
ulas
dicapai pada tahun 2009 Langkah
dihubungi,
Minggu
Bakreni
saat
(21/6).
yang
Ia
perlu
dilakukan
dalam
mengatakan, bagi peserta UN yang
menjamin
tak lulus untuk segera mendaftarkan
prinsip
diri sebagai peserta ujian paket B
tindakan yang perlu diambil oleh
mulai hari ini hingga Jumat (26/6).
pemerintah daerah misalnya yang
Ujian paket B akan dilaksanakan 1-3
disampaikan
Juli mendatang. Sementara hari ini
(2003:5) dengan cara melakukan
(Senin, 22/6), hasil ujian akhir
reformasi birokrasi sebagai syarat
sekolah
pemberantasan korupsi, kolusi dan
berstandar
nasional
terlaksananya
good
governance adalah
oleh
(UASBN) siswa SD/SDLB dan MI
nepotisme.
diumumkan.
berkembangnya
Kepala
Dinas
prinsip-
Mustopadidjaja
Namun dewasa ini paradigma
Pendidikan (Dindik) Banten Eko
government
Endang
nampaknya tidak terlalu dipedulikan
Koswara
membeberkan
menjadi
tingkat kelulusan di Banten berhasil
oleh
melebihi rata-rata nasional. “Untuk
disampaikan oleh Khairul Muluk
mata pelajaran Bahasa Indonesia
(2003:
Banten memperoleh 7,52 sementara
dasarnya masyarakat tidak terlalu
rata-rata
6,5.
peduli dengan more regulated atau
Demikian juga dengan nilai mata
less regulated, less governed atau
pelajaran
more governed karena kepedulian
nasional
hanya
Matematika,
Banten
masyarakat,
governance
1)
seperti
berikut
:
“Pada
memperoleh 6,36 sedangkan rata-
utama
rata provinsi 5,5. Mata pelajaran
terselesaikannya beragam masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) juga
yang
sama, Banten mendapat rata-rata
administrasi
48
mereka
ini
yang
mereka
terletak
hadapi.
publik,
kondisi
pada
Bagi ini
merupakan tantangan besar yang
menegaskan bahwa fungsi birokrasi
harus dihadapi mengingat kebutuhan
adalah
masyarakat yang semakin kompleks
Mengapa
sementara sumber daya dan kapasitas
Sebagian
birokrasi yang berkembang tidak
rekayasa
sebanding
hanya
dengan
perkembangan
sebagai
public
kesalahan
servant.
itu
mengatakan sosial
bahwa
yang
terjadi
pada
terjadi?
dilakukan konteksnya
kebutuhan tersebut. Dalam beberapa
namun tidak pada kulturnya, yang
tahun
dilakukan merupakan upaya merubah
terakhir
beragam
ini,
berkembang
pendekatan
menghadapi
tuntutan
manajemen
publik
dalam ini.
dan
pada
Isu
kultur
administrasinya,
sehingga yang terjadi justru birokrasi
public
menjadi
alat
hegemoni
politik.
governance (kepemerintahan publik)
Konteks perubahan bisa jadi sudah
terus meluas dan menjadi perdebatan
benar: peningkatan kapasitas dan
hangat.”
kapabilitas
Kemudian
kalau
merujuk
pemerintahan,
pada bahasan yang disampaikan oleh
kata
Rochyati Wahyuni Triana (2005: 11)
birokrasi.
kelembagaan. “kepentingan
diri sebagai alat kekuasaan yang
Belanda
administrasi
pengembangan Apalagi publik”
(yang
kata ada
kawulo, dan kawulo tidak dilayani
minta dilayani oleh publik. Mental
penjajahan
kultur
bersama
pelayan publik makin mengokohkan
warisan
“dalam
nilai dan norma yang dikembangkan
Birokrasi yang diharapkan menjadi
praja
yakni
pemerintah kita, tak ikut menjadi
Entrepreneurship mati, posisi publik
pangreh
melupakan
berikutnya
menjadi
bukan ke arah yang dikehendaki.
hadapan
namun
melayani yang memang tidak pernah
terjadi dan selalu terjadi, namun
di
-organ
melayani kepentingan publik”. Kata
berikut ini: “Perubahan memang
melemah
organ
tapi melayani). Sektor publi k dan
budaya
sektor privat tak jelas definisinya
bukannya
apalagi batasnya. Apa yang menjadi
menghilang, namun malah menguat
sektor publik di privatkan (hilangnya
kendati terjadi perubahan dalam
taman - taman kota menjadi pusat
pendekatan tata pemerintahan yang
perbelanjaan, misalnya) dan sektor
49
privat menjadi sektor publik (urusan
mencapai apa yang menjadi cita-cita
haji).
pembentukan Provinsi Banten yakni
Bahkan
birokrasi
dan
administra si kemudian juga menjadi
meningkatnya
kesejahteraan
dan
kawulo bagi politik pemerintah yang
kualitas pelayanan pendidikan yang
berkuasa. Tak heran yang lahir justru
lebih baik.
perubahan yang makin menyesakkan dada: budaya administrasi publik dan pemerintahan
yang
arogan
KESIMPULAN Berdasarkan
dan
hasil
korup, serta budaya masyarakat yan
pembahasan yang sudah dilakukan
ttidak berkepribadian”.
dapat tingkat
Akhirnya awal semangat dari pembentukan melalui
Provinsi
Undang-undang
kesimpulan
penerapan
governance
Banten No.
ditarik
bahwa
prinsip
good
di Dinas Pendidikan
apabila dilihat berdasarkan prinsip
32
Tahun 2000 adalah semangat untuk
suara
dan
mencapai tingkat kesejahteraan dan
penerapannya
lebih mendekatkan pelayanan yang
termasuk
lebih baik untuk masyarakat Banten
governance.
akuntabilitas
tingkat
mencapai
46,75
dalam
kategori
poor
termasuk di dalamnya pelayanan
Berdasarkan hasil penelitian
pendidikan. Setelah 9 tahun Banten
dan kesimpulan di atas maka saran
menjadi provinsi, cukup banyak
yang
kemajuan yang telah dicapai, kendati
peningkatan sinergi antara semua
tidak sedikit pula kekurangan dan
pilar good governance, artinya ketiga
kelemahan
di
bidang.
pilar yang ada yakni the state, the
Gambaran
yang
sangat
market dan civil society tidak dalam
diperlukan guna melihat capaian-
kerangka untuk saling mendominasi
capaian
berbagai
namun untuk saling menjaga agar
kelemahan dan kekurangan secara
tetap dalam kondisi sejajar dan
apa adanya guna diperbaiki di masa
menerapkan
mendatang. Nampaknya tugas kita
governance ke dalam sendi-sendi
bersama
arah
penyelenggaraan tata pemerintahan
pembangunan Provinsi Banten guna
di Dinas Pendidikan Provinsi Banten.
itu,
berbagai obyektif
disamping
untuk
menjaga
50
muncul
adalah
perlunya
prinsip-prinsip
good
March/April 2008 Volume 68 Number 2.
Misalnya dalam menerapkan prinsip pertama
yakni
suara
dan Center
akuntabilitas adalah membuka ruang untuk publik seluas-luasnya yang memungkinkan
peran
aktif
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.
Secara
keseluruhan
langkah riil yang bisa dilakukan oleh Pemerintahan Provinsi Banten adalah hendaknya
melakukan
Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2005. Rencana Aksi Daerah Pendidikan Untuk Semua, Serang Banten
penelitian
secara komprehensif atau secara keseluruhan
hendaknya
segera
Dinas Pendidikan Provinsi Banten, Rencana Strategi Dinas Pendidikan 2007 -2012, Serang Banten.
digagas sebuah peraturan daerah yang
mengatur
tentang
pengarasutamaan good governance
DPRD Banten, 2008. Potret Kinerja Pembangunan di Banten Tahun 2008. DPRD Provinsi Banten
di lingkungan Pemerintahan Provinsi Banten untuk kemudian menjadi sebuah
diagnostic
tool
for
governance
assessment
yang
memudahkan
stakeholders
dalam
for Local Government Innovation, 2003. Dokumentasi Best Practises Pendidikan (Tentang Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Pemerintahan yang Baik dalam Pengelolaan Pendidikan). CLGI Indonesia.
Gubernur Banten, 2009. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Provinsi Banten Tahun 2008, Pemerintah Provinsi Banten
mengukur kinerja lembaga publik.
Daftar Pustaka
Ismanto, Gandung dan Kandung S. Nugroho, 2009. Executive Brief, Analisa Terhadap Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Provinsi Banten Tahun 2008. FISIP Untirta.
Akses Riset Indonesia, 2006. Kinerja Pemprov Banten, Akses Riset Indonesia, Jakarta BPS, 2002. Banten Dalam Angka 2002. Serang Banten
Kaufmann, Daniel, dkk. 2007. A Decade Of Measuring The Quality Of Governance, Governance Matters 2007
Caiden E. Gerald, 2008. Governance and Anticorruption, Public Administration Review,
51
Worldwide Governance Indicators, 1996–2006, The World Bank.
Reform at Banten Province, Yogyakarta. Pemerintah Provinsi Banten. 2007. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten 2007-2012. Provinsi Banten.
----------, 2007. Governance Matters VI: Aggregate and Individual Governance Indicators 1996–2006, The World Bank.
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Administratif, dilengkapi dengan Metode R&D, Alfabeta, Bandung,
Krina, Loina Lalolo, 2003. Indikator & Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi & Partisipasi, Sekretariat Good Public Governance Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta. Muluk,
-------------, 2007. Statistika untuk Penelitian, Alfabeta Bandung. Triana. Rochyati Wahyun, 2005. Reformasi dan Pembangunan Lembaga, Melembagakan Tata Kepemerintahan dan Pelayanan Publik, FISIP Unair, Surabaya
Khairul. 2003. Paradigma Baru Administrasi Publik :Dari “Public Management” Menuju “Public Governance”, Public Management and Governance. London: Routledge, 2003, xxi+255 pp.
Asia
Mustopadidjaja, 2003. Reformasi Birokrasi sebagai Syarat Pemberantasan KKN, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Depkehham, Jakarta.
Harian Umum Pelita, 2009. Disdik Banten dapat BOMM 15 miliar lebih, http://www.diknas.go.id/head line.php?id=336, 12 Mei 2009
Pratikno, 2004. Governance in Practices: Belajar Dari Pengalaman di Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pusat
Foundation, 2007. IRDA Report, Http://www.asiafoundation.o rg/pdf/ IRDA_Report2_Bahasa.pdf, 11 Februari 2009
Kompas, 2009. Korupsi Mengancam Pembangunan Pendidikan, Edisi Selasa, 5 Mei 2009 04:56 WIB Jakarta, http://cetak.kompas.com/read /xml/ 2009/05/05/04565957/
Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada, 2007. Governance Assessment and
52
The Urban Governance Initiative (TUGI), 1997. Issues Report Card Cultural Heritage, United Nations Development Programme (UNDP). Wisma UN, Kompleks Pejabat Damansara (Block C) Jalan Dungun, Damansara Heights 50490 Kuala Lumpur Malaysia
[email protected]; Website: http://www.tugi.apdip.net or www.tugi.org.
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (20042009). Radar Banten, 2009. 100% Siswa SD di Kota Serang Lulus, Hhttp://www.radarbanten.co m/mod.php?mod=publisher& op=viewarticle&artid=43356 , Selasa, 23-Juni-2009, 08:05:01 Siegle,
Del. 2008. Reliability. Http://www.gifted.uconn.edu , diakses pada 11 Nov 2008, 15:12:02
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-undang Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Provinsi Banten
Suara Banten, 2008. Mantan Kadis Pendidikan Banten Diperiksa Soal Dugaan Korupsi DAK Rp 90,7 Miliar, www.suarabanten.com, Juni 2009. Suara
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Karya, 2009. DAK Pendidikan, Kejati Banten Tingkatkan Penyidikan Dugaan Korupsi, www.suarakaryaonline.com/news.html?id, Selasa, 10 Maret 2009
Warta Kota, 2009. 354 Siswa Banten Tak Lulus, Http://www.warta kota.co.id/read/pendidikan /6165, Rabu, 17 Juni 2009 | 12:03 WIB
53