SeminarNasional Peternakan don Veteriner 1998
AKUMULASI Pb DALAM DAGING AYAM DAN INTERAKSI TERHADAP KANDUNGAN Cu DAN Zn PADA AYAM PEDAGING YANG DIBERI AIR MINUM MENGANDUNG Pb ACETAT ZAINAL
ARi
iN
Balai Peneftian Veteriner Jalan R.E. Martadinata No. 30, P.O . Box 151, Bogor 16114
ABSTRAK Timbal (Pb) merupakan logam toksik yang dapat mempengaruhi patologi dan metabolismc struktur nutrisi dalam tubuh. Timbal juga dapat berinteraksi dengan logam esensial lainnya seperti tembaga (Cu) dan seng (Zn). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa akumulasi Pt dalam daging ayam broiler yang diberi beberapa dosis Pb acetat . Interaksi antara Pb dengan CL dan Zn yang merupakan dua unsur esensial juga diperiksa . Sebanyak 80 ekor ayam dikelompokkar menjadi 4 kelompok, masing-masing 20 ekor yang diadaptasikan dulu selama 7 hari. Tiap-tiaf kelompok diberi dosis Pb acetat yaitu 0, 500 mg Pb/l, 1 .000 mg Pb/1 dan 1.500 mg Pb/l di dalair air minum . Setiap 7 hari sekali 5 ekor ayam disetiap kelompok dibunuh . Sampel daging dianalisi ; untuk menentukan kadar Pb, Cu dan Zn. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Pb di dalan daging meningkat seiring meningkatnya dosis yang diberikan (P<0,01) . Sedangkan kadar Cu dai Zn menurun (P<0,05) . Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa konsentrasi Pb dalam daging meningkat searah dengan dosis pemberian Pb dan berkorelasi negatif dengan konsentrasi Cu dai Zn di dalam daging ayam broiler. Kata kunci : Ayam broiler, Pb acetat PENDAHULUAN Timbal (Pb) merupakan logam berat non esensial yang sangat toksik serta dapa menyebabkan keracunan pada makhluk hidup, sedangkan mineral esensial seperti Cu dan Zi berguna untuk aktifitas kerja sistem enzim. Terjadinya keracunan logam paling sering disebabkai pengaruh pencemaran lingkungan, seperti pembuangan limbah pabrik yang berasal dari limbal penggunaan batu bara, pengabuan sampah serta limbah dari penggunaan logain yang bersangkutai untuk hasil produksi yaitu pabrik baterai/aki, listrik, pigmen/cat warna tekstil, pestisida, gelm keramik dan lain-lain (HONDA, 1990; UNDERWOOD, 1977) . Jika sejumlah logain non esensi1 seperti Pb di dalam tubuh dan sel jaringan tubuh keracunan logain tersebut dengan konsentra< cukup tinggi, maka sejumlah kecil sel jaringan akan rusak (BURNS, 1980) . Keberadaan logar tersebut dalam tubuh akan berinteraksi dengan logam lain yang mempunyai sifat fisik yang llampi sama seperti tembaga (Cu) dan seng (Zn) . Adanya Pb yang tinggi dalam pakan ayam dap~ mempengaruhi metabolisme dari mineral esensial seperti Zn, Ca, Fe, Cu dan Mn, karena unsti logam yang mempunyai sifat fisik dan kimia yang hampir sama secara biologi akan bersif, antagonis, antara satu dan lainnya akan saling berinteraksi clan kompetisi dalam mendudult ikatannya dalam protein (HILL dan MATRON, 1970) . COMBS (1974) melaporkan bahwa day keracunan dari suatu logam berat non esensial dapat meningkat atau menjadi tunm olell hadir ata absennya logam essensial, sehingga peristiwa tersebut disebut interaksi antara logam.
1046
Seminar NasionalPeternakan dan Veteriner 1998
BAHAN DAN CARA Bahan dan alat Pada penelitian ini digunakan ayam broiler "shaver" umur satu hari sebanyak 80 ekor dengan rata-rata bobot badan sama . Pereaksi yang dipakai adalah: Pb acetat, HN03 (96%), H2S04 (70%). Alat yang dipakai gelas ukur, Erlenmeyer, hotplate, oven serta Spektrofotometer Serapan Atom (AAS varian 1275). Cara Sebanyak 80 ekor ayam broiler dikelompokkan menjadi empat kelompok yang masingmasing 20 ekor dalam kandang sistem liter dengan luas 4 m2, kemudian ayam diadaptasikan selama 1 minggu. Kelompok I diberi 0 mg Pb (sebagai kelompok kontrol), kelompok II diberi 500 mg Pb/1, kelompok III diberi 1 .000 mg Pb/1 serta kelompok IV diberi 1 .500 mg Pb/1 pada air minum. Air minum yang mengandung Pb diberikan setiap hari secara ad libituil, sedangkan pemberian pakan diberikan dua kali sehari (Gold Coin). Tiap-tiap kelompok diambil 5 ekor dengan jarak 7 hari dibunuh dan kemudian daging paha diambil dan disimpan dalam pendingin (-120°C), sampai dianalisis. Pengambilan sampel dilakukan empat kali dalam waktu selang 7 hari sampai 28 hari. Analisis kandungan Pb, Cu dan Zn Sampel ditaruh dalam suhu kamar kemudian dikeringkan dalam oven 800C selama 2 hari . Sekitar 2 gram sampel kering dimasukkan dalam erlenmeyer 100 ml, ditambalikan campuran HN03 pekat clan H2SO4 pekat (3 : 1) clan dibiarkan selama 1 hari . Sampel yang telall lanit dipanaskan di atas hotplate pada 110°C selama 6 jam . Lanitan kemudian disaring dengan kertas Whatman 42 kemudian dilarutkan kembali dengan aquabides sampai 25 ml lalu dianalisis dengan AAS menggunakan standar Pb, Cu clan Zn (BDH chem. England). Semua data dihitung dalam mg/kg berat kering, analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 4 x 4 dengan pola dasar rancangan acak lengkap dimana faktor pertama adalah dosis terdiri dari 0 ppm Pb, 500 ppm Pb, 1.000 ppm Pb dan 1 .500 ppm Pb, sedangkan faktor kedua pengambilan sampel terdiri dari minggu ke-1, 2, 3, dan 4 dengan masingmasing 5 kali ulangan . Untuk mengetahui pengaruh perlakuan tersebut dilakukan analisis ragam, sedangkan untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuaan digunakan metoda uji BNT (STEEL dan ToRRI, 1980) . HASIL DAN PEMBAHASAN Secara kualitatif akumulasi Pb dalam daging ayam serta interaksi kandungan Cu dan Zn dalam daging ayam broiler yang diberi air minum mengandung berbagai dosis Pb acetat pada minggu pertama penelitian seperti tertera pada Tabel 1 . Pada Tabel 1 tampak bahwa ada kecendenmgan yang searah antara kenaikkan dosis Pb acetat dengan kenaikkan akumulasi Pb dalam daging ayam broiler. Sebaliknya ada kecendenmgan yang searah antara kenaikkan dosis Pb acetat dengan penuninan kandungan Cu clan Zn dalam daging ayam broiler,
104 7
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Tabel 1.
Rata-rata kandungan Pb, Cu dan Zn dalan daging dengan berbagai dosis Pb acetat dalam air minum pada minggu pertama
Dosis Pb acetat 0 ppm 500 ppm 1.000 ppm 1.500 ppm
Pb
4,87 ± 0,08 5,39 t 0,08 6 .72 ± 0,08 9 ,24 ± 0,12
Cu
Zn
2,31 t 0,09
81,25 t 3,85
1,97 t 0,14
72,59 t 3,51 61,20 t 5,32
1,62 t 0,12 1,61 t 0,06
58,61 t 3,67
Untuk mengetahui sejauh mana kenaikkan dosis Pb acetat dengan kenaikkan akunnilasi P dalam daging tersebut, dilakukan analisis keragaman untuk regresi fnier dan ternyata berbed nyata (P<0,01). Setelah diolah lebih lanjut diperoleh korelasi positif yang sangat nyata denga persamaan garis regresi sebagai berikut : Y = 4,369 + 0,003X dengan koefisien korelasi r = 0,9549 (Gambar 1) 100
Y=80,309-0,0058X --> Zn r = 0,9757
80 60 40
cN m N
3 m
20
0
Gambar 1.
500 1000 Dosis Pb acetat (mgA) -*- Zn + Cu -+- Pb
0
1500
Hubungan vitara dosis Pb acetat dengan akumulasi Pb dan interaksi kandungan Cu dan Zn dalam daging ayam broiler pada minggu ke-I
Disamping itu, untuk mengetahui sejauh mana kenaikkan dosis Pb acetat dengan penuntna kandungan Cu dalam daging tersebut, dilakukan analisis keragaman untuk regresi linier da ternyata berbeda nyata (P<0,01) . Setelah diolah lebih lanjut diperoleh korelasi negatif yang mngi nyata dengan persamaan garis regresi sebagai berikut : Y = 2,273 - 0,0004X dengan koefisien korelasi r = 0,9742 (Gambar 1) Selain itu, untuk mengetahui sejauh mana kenaikkan dosis Pb acetat dengan penuntna kandungan Zn dalam daging tersebut, dilakukan analisis keragaman untuk regresi linier da 1048
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
ternyata berbeda nyata (P<0,01) . Setelah diolah lebih lanjut diperoleh korelasi negatif yang sangat nyata dengan persamaan garis regresi sebagai berikut : Y = 80,309 - 0,0058X dengah koefisien korelasi r = 0,9757 (Gambar 1) Pada minggu kedua akumulasi Pb serta kandungan Cu dan Zn dalam daging ayam broiler yang diberi air minum mengandung dosis Pb acetat berbeda-beda dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2
Rata-rata kandungan Pb, Cu dan Zn dalam daging dengan berbagai dosis Pb acetat dalam air minwn pada minggu kedua
Dosis Pb acetat 0 ppm 500 ppm 1 .000 ppm 1 .500 ppm
4,87 5,39 6,72 9,24
Pb ± 0,11 ± 0,12 ± 0,10 ± 0,18
2,03 1,63 1,60 1,61
Cu ± 0,07 ± 0,10 ± 0,05 ± 0,04
Zn 73,61 ± 66,22 ± 64,31 t 64,60 ±
2,27 3,32 2,12 2,42
Pada Tabel 2 tampak bahwa ada kecenderungan yang searah antara kenaikkan dosis Pb acetat dengan kenaikkan akumulasi Pb dalam daging ayam broiler . Sebaliknya ada kecendeningan yang searah antara kenaikkan dosis Pb acetat dengan penurunan kandungan Cu dan Zn dalam daging ayam broiler . Untuk mengetahui sejauh mana kenaikkan dosis Pb acetat dengan kenaikkan akunuilasi Pb dalam daging tersebut, dilakukan analisis keragaman untuk regresi linier dan ternyata berbeda nyata (P<0,01) . Setelah diolah lebih lanjut diperoleh korelasi positif yang sangat nyata dengan persamaan garis regresi sebagai berikut : Y = 7,033 + 0,0017X dengan koefisien korelasi r = 0,8837 (Gambar 2)
10
-,80
Y=71,613-0,0059X --> Zn ,~r=00 731
Y 8 E
60
Y=7,033+0,0017X --> Pb r = 0,8837
0 6 c -v
0 3 y
40 cn N 20
2 c
Y0L 0
Gambar 2.
Y=1,914-0,0003X --> Cu
,
1 r = 0,8103
,
500 1000 Dosis Pb acetat (mg/1) -+- Cu --*- Zn -"- Pb
0
1500
Hubungan antara dosis Pb acetat dengan akumulasi Pb dan interaksi kandungan Cu dan Z,n dalam daging ayam broiler pada tninggu ke-2 104 9
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Disamping itu, untuk mengetahui sejauh mana kenaikkan dosis Pb acetat dengan penuninan kandungan Cu dalam daging tersebut, dilakukan analisis keragaman untuk regresi linier dan ternyata berbeda nyata (P<0,01) . Setelah diolah lebih lanjut diperoleh korelasi negatif yang sangat nyata dengan persamaan garis regresi sebagai berikut : Y = 1,914 - 0,0003X dengan koefisien korelasi r = 0,8103 (Gambar 2) Selain itu, untuk mengetahui sejauh mana kenaikkan dosis Pb acetat dengan penuninan kandungan Zn dalam daging tersebut, dilakukan analisis keragaman untuk regresi linier clan temyata berbeda nyata (P<0,01) . Setelah diolah lebih lanjut diperoleh korelasi negatif yang sangat nyata dengan persamaan garis regresi sebagai berikut : Y = 71,613 - 0,0059X dengan koefisien korelasi r = 0,8731 (Gambar 2) Pada minggu ketiga akumulasi Pb serta kandungan Cu clan Zn dalam daging ayam broilei yang diberi air minum mengandung dosis Pb acetat berbeda-beda dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3
Rata-rata kandungan Pb, Cu dan Zn dalam daging dengan berbagai dosis Pb acetat dalam air minum pada minggu ketiga
Dosis Pb acetat 0 ppm 500 ppm 1 .000 ppm 1 .500 ppm
4,27 5,71 6,19 6,90
Pb ± 0,09 ± 0,16 ± 0,18 ± 0,12
1,93 1,75 1,61 1,59
Cu t 0,10 ± 0,13 t 0,09 ± 0,08
Zn 91,40 ± 64,80 ± 46,71 ± 45,22 t
3,39 2,30 3,06 2,05
Pada Tabel 3 tampak bahwa ada kecendenmgan yang searah antara kenaikkan dosis Pb acetat dengan kenaikkan akumulasi Pb dalam daging ayam broiler . Sebaliknya ada kecendennngan yang searah antara kenaikkan dosis Pb acetat dengan penurunan kandungan Cu dan Zn dalam daging ayam broiler. Untuk mengetahui sejauh mana kenaikkan dosis Pb acetat dengan kenaikkan akumulasi Pt dalam daging tersebut, dilakukan analisis keragaman untuk regresi linier dan ternyata berbeda nyata (P<0,01). Setelah diolah lebih lanjut diperoleh korelasi positif yang sangat nyata dengan persamaan garis regresi sebagai berikut : Y = 4,512 + 0,0017X dengan koefisien korelasi r = 0,9721 (Gambar 3) Disamping itu, untuk mengetahui sejauh mana kenaikkan dosis Pb acetat dengan penuninar kandungan Cu dalam daging tersebut, dilakukan analisis keragaman untuk regresi linier dar ternyata berbeda nyata (p<0,01) . Setelah diolah lebih lanjut diperoleh korelasi negatif yang sangat nyata dengan persamaan garis regresi sebagai berikut : Y = 1,894 - 0,0002X dengan koefisien korelasi r = 0,9535 (Gambar 3) Selain itu, untuk mengetahui sejauh mana kenaikkan dosis Pb acetat dengan penurunar kandungan Zn dalam daging tersebut, dilakukan analisis keragaman untuk regresi linier dam ternyata berbeda nyata (p<0,01) . Setelah diolah lebih lanjut diperoleh korelasi negatif yang sangat nyata dengan persamaan garis regresi sebagai berikut: Y = 87,889 - 0,021X dengan koefisien korelasi r = 0,9548 (Gambar 3)
1050
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
100
Y=87,889-0,021X --> Zn 0
r = 0,9757
U c
Y=4,512+0,0017X --> Pb
E 6 ca ~° 4
40 20
Y=1,894-0,0002X --> Cu
c
0
60
r = 0,9721
ca ~2 m
Y
80
r = 0,9535
1000 500 Dosis Pb acetat (mg/1)
0
+ Cu
--~ Pb Gambar 3.
c 0 cn
tv CA N
3 c°
0 1500
-*- Zn
Hubungan antara dosis Pb asetat dengan akumulasi Pb dan interaksi kandungan Cu dan Zn dalam daging ayam broiler pada minggu ke-3
Pada minggu keempat akumulasi Pb serta kandungan Cu dan Zn dalam daging ayam broiler yang diberi air minum mengandung dosis Pb acetat berbeda-beda dapat dilihat pada Tabel 4 . Tabel 4.
Rata-rata kandungan Pb, Cu danZn dalam daging dengan berbagai dosis Pb acetat dalam air mimun pada minggu keempat
Dosis asetat 0 ppm 500 ppm 1 .000 ppm 1 .500 ppm
4,66 8,78 8,94 9,78
Pb t 0,10 ± 0,11 ± 0,10 ± 0,09
1,78 1,53 1,35 1,30
Cu ± 0,06 ± 0,07 ± 0,08 ± 0,06
Zn 71,62 ± 64,80 ± 46,71 ± 45,22 ±
1,97 2,92 3,52 5,93
Pada Tabel 4 tampak bahwa ada kecenderungan yang searah antara kenaikkan dosis Pb acetat dengan kenaikkan akumulasi Pb dalam daging ayam broiler . Sebaliknya ada kecendeningan yang searah antara kenaikkan dosis Pb acetat dengan penurunan kandungan Cu clan Zn dalam daging ayam broiler . Untuk mengetahui sejauh mana kenaikkan dosis Pb acetat dengan kenaikkan akunntlasi Pb dalam daging tersebut, dilakukan analisis keragaman untttk regresi linier dan ternyata berbeda nyata (P<0,01) . Setelah diolah lebih lanjut diperolelt korelasi positif yang sangat nyata dengan persamaan garis regresi sebagai berikut : Y = 5,712 + 0,0031X dengan koefisien korelasi r = 0,8728 (Gambar 4) Disamping itu, untuk mengetahui sejauh mana kenaikkan dosis Pb acetat dengan penurunan kandungan Cu dalam daging tersebut, dilakukan analisis keragaman untuk regresi linier clan 105 1
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
ternyata berbeda nyata (P<0,01) . Setelah diolah lebih lanjut diperoleh korelasi negatif yang sanga nyata dengan persamaan garis regresi sebagai berikut : Y = 1,733 - 0,0003X dengan koefisien korelasi r = 0,9633 (Gambar 4) Selain itu, untuk mengetahui sejauh mana kenaikkan dosis Pb acetat dengan penuninai kandungan Zn dalam daging tersebut, dilakukan analisis keragaman unttilc regresi linier dal ternyata berbeda nyata (P<0,01) . Setelah diolah lebih lanjut diperoleh korelasi negatif yang sanga nyata dengan persamaan garis regresi sebagai berikut: Y = 74,681 - 0,0195X dengan koefisien korelasi r = 0,9547 (Gambar 4)
Y=74,681-0,0195X -> Zn 9547
500 1000 Dosis Pb acetat (mg/1) s
Gambar 4.
Pb
+ Cu
1500
-*- Zn
Hubungan antara dosis Pb asetat dengan akumulasi Pb dan interaksi kandungan dalam daging ayam broiler pada minggu ke-4
Cu
dan Zn
BAHRI et al. (1994) dan VILLAREAL-TREVINo clan VILLEGAS-NAVARRO (1987) dalart laporannya menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi Pb yang terdapat di dalam tubull ada kaitan erat dengan sejumlah unsur Pb yang masuk ke dalam tubuh tersebut . Dengan konsentrasi Pi yang meningkat akan dapat mempenganthi metabolisme clan berinteraksi dengan mineral lainny, yang mempunyai sifat fisik clan kimia yang hampir sama seperti Cu clan Zn.
Dari Tabel 1, 2, 3 clan 4 terlihat bahwa lama pemberian dosis Pb acetat terhadap akunnilas Pb clan interaksi kandungan Zn clan Cu dalam daging ayam broiler tidak berpengaruh terhadal kandungannya. Sebagai contoh akum ilasi Pb dan interaksi kandungan Cu clan Zn yang palinj tinggi ada pada minggu ke-2, 1 dan 3, namnn perbedaan itu bukan karena penganih larm pemberian dosis. Penyebab rendahnya kadar Cu dan Zn pada daging dalam penelitian ini numgkin disebabkan bahwa daging bukan meruplkan tempat berkumpulnya kandungan mineral pada jaringan pokol 105 2
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
seperti hati dan ginjal serta tidak tersedianya pemasukan suplemen dalam tubuh, demikian juga adanya interaksi antara unsur logam esensial dengan non esensial yang dapat mempengaruhi logam yang bersangkutan atau sebaliknya . Timbal masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan pernafasan, sehingga setiap individu hewan tersebut mempunyai daya tahan yang berbeda . Disamping itu juga dipenganihi oleh adanya kompetisi dengan logam lain seperti unsur Cu dan Zn dalam diet, akibatnya nutrisinya dapat menaikkan absorpsi dari unsur Pb (HILL, 1970 ; PIERZtNSKI, 1993) . PARK dan Kim (1984) dalam laporannya menyatakan bahwa penambahan Zn bersama Pb dalam pakan ayam akan mempengaruhi akumulasi Pb pada tulang maupun terhadap efek toksik yang ditimbulkan . DARMONO (1995) clan OSWELLER et al. (1978) melaporkan bahwa Pb mungkin berpengaruh negatif pada semua organ yaitu dengan mengganggu enzim oksidase, sehingga berakibat menghambat sistem metabolisme sel, salah satu di antaranya adalah menghambat sistensi Hb dalam sumsum tulang . Pb yang mencemari lingkungan biasanya berbentuk anorganik yang bersifat reaktif dalam berinteraksi dengan logam-logam lainnya . HILL dan MATRON (1970) dalam penelitiannya melaporkan bahwa adanya Pb yang tinggi dalam pakan dapat mempengaruhi metabolisme mineral-inineral non esensial, seperti Ca, Fe, Zn, Cu clan Mn karena unsur logam tersebut mempunyai sifat fisik dan kimiawi yang hampir sama. Secara biologis akan bersifat antagonis antara satu dengan lainnya serta akan saling berinteraksi clan kompetisi dalam menduduki ikatan dalam protein . Pada umumnya defisiensi dari unsur-unsur tersebut dapat meningkatkan absorpsi Pb sehingga akan menjadi keracunan, sedangkan jika berlebihan akan dapat mencegah terjadinya keracunan . PARK dan Kim (1984) melaporkan bahwa interaksi antara Pb dengan Zn dapat melibatkan proses absorpsi Pb, sintesis Hb dan penganih terhadap syaraf pusat . Seorang peneliti melaporkan bahwa pada hewan yang diberi 500 ppm Zn maka kandungan Pb pada jaringan Iebill rendatl dibandingkan pada hewan yang diberi 5 ppm Zn. Interaksi Pb dan Zn juga dilaporkan pada proses biokimiawi dalam pembentukan Hb yang dapat dihambat secara total olell Pb (UNDERWOOD, 1978) . Pb juga dapat mengganggu metabolisme Fe sehingga terjadi anemia dan hal ini juga Iebill parah jika hewan tersebut tnengalarni defisiensi Cu. Demikian juga Cu clan Fe sangat diperlukan dalam mencegah penganlh Pb dalam sistem hematopoietik .
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa makin tingginya dosis Pb acetat diberikan pada ayam broiler akan meningkatkan akumulasi Pb dalam daging ayam, sedangkan interaksi antara Pb dengan Cu clan Zn mengakibatkan penurunan dan terjadi korelasi negatif. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terima kasih kepada Drh . Darmono M.Sc. atas saran clan bimbingannya dalanl penulisan ini dan tak lupa ucapan terima kasih kepada staff dan teknisi disiplin toksikologi alas bantuannya dalam penelitian ini . DAFTAR PUSTAKA dan A. SAFUAN . 1994 . Hubungan antara kandungan plumburn (Pb) pada organ hati dan kandungan plumbum pada organ ginjal ayam yang diberi air minutn mengandung Pb.
BAI-IRI , S ., SUGITO, DARMONO,
PenyakitHewan 26(48) : 57-63.
105 3
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
BuRNs, M.J . 1980 . Role of zinc in physiological processes.
Auburn Yet. J.
BuRNs, M.J . 1981 . Role of copper in physiological processes .
36(2):45-47 .
Auburn Vet. J.
38(1):12-15 .
Cogs, T.L . 1974 . The nature of zinc and copper complexes in the cyster Ostrees edulis . 28 :1-10.
Marine Biolop
DARmoNO dan S. BAHRi. 1989 . Difisiensi Cu dan Zn pada sapi di daerah trarnnigrasi Kalimantan Selatai
PenyakitHewan
DARmoNO. 1995 . 110.
21(38):128-131 .
Logam dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup.
Penerbit Universitas Indonesia (M-Press). 1 :
GmNDRA, A. SIHOMBING, dan S. SUARDI . 1973 . Metabolisme Mineral. Aspek mineral dalam tubuh llewal Institut Pertanian Bogor. Dalam: TRI RAHARDJo dkk. (1989). Proc. Pert. Ilmu Rruninansia . Pusa Penelitian dan Pengembangan Peternakan . Bogor: 270-274.
HILL, C.H . dan G. MATRONEE. 1970 . Chemical parameters in the study of invivo and invitro interactions transtition elements . Fed.Proc. 29 :1474-1481 .
HONDA K., D.P . LEE, and TATSUKAWA. 1990 . Lead poisioning in swans in Japan. 65 :209-218 .
McDoWELL, L.R . 1985 . Florida.
Nutrition of Grazing Ruminants in Warm Climates .
Environmental Pollutioi
Academic Press hlc. Orland
OSWELLER, G.D ., A. VANGELDER, and W.B . BUCK . 1978 . Epidemiology of lead poisoning in animals .
Dala
Toxicology of heavy metals in The Environment part I. Oeheme (ed.) Marcel & Decker hic. N.Y .
PARK, J. H. and C.S . Kim. 1984 . Effects of over doses Lead and its interaction with iron, copper, zinc protein supplement in chicks . Korean J. Vet. Res. 24 :24-30 . PIERZINSKI, G.M . dan A.P . ScHWAB . 1993 . Bioavaliability of zinc, cadmium and lead in a metal contaminate alluvial soil . J. Environ. Quality 22 :247-254 . STEEL, R.G .D . and J.H . ToRRIE . 1991 .
Prinsip-prinsip dart Prosedur Statistika .
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta .
terjemahan B. SitMANrj
TSALEV, D.L . dan Z.K . ZPRIANOV . 1983 . Atomic Absorption Spectrometry in Occuptional and Enviromenl Health Practice . Vol l. CRC. Press Inc . USA. VILLAREAL-TREVINO and VILLEGAS-NAVARRO, 1987 . Differential accumulation of lead rabbit .
Bull. Emiron . Contain Toxicol.
UNDERWOOD, E.J .
39 : 334-342.
1978 . Interacction of trace elements .
Dalam
Environment part 2 . Oclune(ed). Marcel & Decker hrc. N.Y .
by solf, tisues
Toxicology of Heavy Metals
in T
TANYA JAWAB J. Manurung
:
Apa dasar perlakuan pemberian Pbdan pertimbangan
pemberian dosisn
bagaimana ? Zainal Arifin : Karena dalam air limbah selalu ditemukan kandungan Pb (dalanl Survai) dan
doi
yang diberikan pernah dicoba kurang dari 500 ternyata sedikit terjadi perubahan akunutlasi Pb .
1054