AKTUALISASI VISI MISI DAN PROGRAM AKSI MANAJEMEN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMPERSIAPKAN SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA YANG BERKUALITAS IBRAHIM HAFID (STIE-YPUP Makassar) ABSTRAK Karya tulisan ilmia ini disusun dan ditulis untuk tujuan memahami kualitas sumber daya manusia indonesia. di era globalisasi yang melanda dunia pada saat sekarang ini, dan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran di perguruan tinggi dan pelatihan kerja dalam mengatasi dan meningkatkan Kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Tulisan ini disusun berdasarkan kajian teoritis, data empiris yang terkait, dengan kebijakan depdiknas dan depnakertrans dalam rangka pembinaan, pembelajaran dan pelatihan sumber daya manusia indonesia berkualitas, trampil dan berjiwa wirausaha. Disamping pengamatan penulis sebagai praktisi pendidikan tinggi dan juga keterlibatan dalam bisnis dunia perbankan. Dari hasil keseluruhan pembahasan karya tulisan ini diketahui bahwa : (1) tidak terdapat kesepadanan dan kesetaraan antara spesifikasi kebutuhan tenaga kerja dan kualifikasi lulusan perguruan tinggi. (2) kualitas dosen dan insruktur pada umumnya menguasai teori namun tidak bisa dipraktekkan di lapangan kerja. (3) aktualisi visi, misi dan program aksi pembelajaran di PT menjawab rendahnya mutu sumber daya manusia indonesia (4) pendidikan tinggi dan pelatihan profesional bukan hanya bernilai ekonomi tetapi juga merupakan aktualisasi diri bagi para alumni lulusan PT. (5) globalisasi dan pasar bebas adalah peluang bukan ancaman, jika direspon secara positif. Kata kunci: Aktualisasi, Visi, Misi, Program Aksi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Nasional summit 2009 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 01/11 – 3/4 2009 selama 3 hari oleh pemerintah Kabinet Indonesia bersatu jilid II yang baru terpilih, di bawah kepimpinan duet jenderal puranawirawan DR. Susilo bambang yudhoyono (SBY) sebagai presiden dan Prof DR. Budiono sebagai wakil presiden. Pertemuan itu dihadiri oleh undangan yang berjumlah ±1300 orang peserta yang datang dari berbagai daerah dan golongan, antara lain Birokrat Teknokrat Kalangan Akademisi, Pengusaha, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) dan sebagainya. Dalam agenda pertemuan itu pemerintah yang baru terpilih ingin mengetahui secara seksama apa sesungguhnya permasalahan Bangsa dan Negara untuk dijadikan masukan dalam menyusun Program Kerja Pemerintah yang baru terpilih itu. Terdapat banyak permasalahan yang terungkap dalam pertemuan itu, salah satu permasalahan bangsa dan Negara yang mengemuka dalam pertemuan temu-muka itu adalah rendahnya mutu pendidikan yang bermuara pada sumber daya manusia yang tidak berkualitas dan berdampak buruk dalam merespon berbagai aktivitas kerja di tempat Kerja. Untuk mengetahui tingkat kompetensi pendidikan di Indonesia, dalam lingkup Negara-negara ASEAN : Singapura, Malaysia, Thailand, Philipina, Brunei
Darussalam, Vietnam, Laos dan Kamboja yang ditunjukkan oleh Humen Depelovment Index (HDI) versi UNDP 2008. Indonesia di tempatkan di urutan ketujuh satu tingkat di bawah Vietnam dan di atas Kamboja, Vietnam, Laos dan Kamboja adalah tiga Negara yang belakangan masuk anggota ASEAN dan di akhir tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an masih terjadi Perang Saudara. Dalam ERA pembangunan pada saat sekarang ini, pembangunan berkelanjutan di Indonesia menitikberatkan pada pembangunan ekonomi yang seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan manusia sebagai bagian yang terintegrasi dengan pembangunan Nasional berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila, dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh, dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat secara keseluruhan. UUD 1945 pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dengan demikian Pendidikan Tinggi yang merupakan Tahapan akhir anak-anak Bangsa yang melanjutkan pendidikan, menerima ilmu dan keterampilan untuk memasuki dunia kerja dan penciptaan kesempatan kerja merupakan tonggak utama dalam pencapaian tujuan kesejahteraan penghidupan bagi Bangsa Indonesia. Beberapa pengalaman Negara berkembang telah menunjukkan bahwa kondisi sumber daya utama banyak di tentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Sedangkan sumber daya alam merupakan factor pendukung dengan memiliki potensi alam yang sama dan sumber daya manusia yang berbeda maka kemajuan pembangunan ekonomi suatu bangsa yang memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas akan cenderung memberikan kemajuan yang pesat dan kemakmuran bagi Rakyatnya. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia harus merupakan titik perhatian utama, dalam konsep perencanaan pembangunan berkelanjutan baik pada saat sekarang ini maupun di masa yang akan dating. Menjadi kebiasaan penguasa pembangunan Ekonomi yang pesat tidak diimbangi oleh kondisi kemantapan dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia dan ini akan berpengaruh negative pada pembangunan yang akan datang. Hal ini terjadi karena Sumber Daya Alam yang dimiliki tidak terpelihara secara optimal, tetapi dikuras habis secara maksimal oleh tangan-tangan Tenaga Kerja Asing yang didatangkan untuk kepentingan golongan tertentu. Sebagai akibat keterbatasan kualitas Sumber Daya Manusia yang dimiliki dan pada gilirannya tidak ada lagi Sumber Daya Alam yang dapat dikelola secara Ekonomis itulah sebabnya penguasaan dan peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam konteks ini peranannya sangat penting dan diperlukan sumber Daya Manusia yang menguasai IPTEK merupakan kunci dan kekuatan dalam persaingan di ERA globalisasi pada saat sekarang ini. Perguruan Tinggi sebagai salah satu komponen dan pelaku utama pendidikan dalam upaya mencerdaskan kehidupan Bangsa dan Bernegara dan dalam upaya mengatasi rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia, Dunia Perguruan Tinggi harus meningkatkan mutu dan kompetensi Alumninya agar di masyarakat akan menjadi motor penggerak di lingkungannya, untuk mencapai kemajuan sebuah tujuan dan terwujudnya sebuah cita-cita. Alumni Perguruan Tinggi yang dinantikan oleh masyarakat demi kemajuan Bangsa dan Negara adalah mereka yang memiliki
kecerdasan dan wawasan International, dengan Indikator ; cerdas, terampil, visioner, kreatif, produktif, memiliki jati diri Bangsa, bermoral dan bermental baik. Bukan alumni yang malas, arogansi bercita-cita tinggi tanpa tindakan, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan hidupnya, bermental budak yang selalu bercita-cita ingin menjadi pegawai negeri lalu memperkaya diri, keluarga dengan cara korupsi. Pengetahuan dan keterampilan kerja yang diajarkan dibangku kuliah PT tidak hanya mempunyai arti Ekonomis, tetapi juga mempunyai arti kemanusiaan yaitu menumbuhkan harga diri dan kebanggan pribadi, oleh karena itu melalui tulisan karya ilmiah ini akan diberi gambaran dan masukan kepada yang terhormat pimpinan perguruan tinggi dalam memenej institusi yang dipimpinnya khusunya dalam aktualisasi program aksi, guna memotivasi peningkatan mutu alumni PT yang akan bermuara pada peningkatan Sumber Daya Manusia Indonesia yang selama ini Tetinggal !. PERMASALAHAN MENDASAR, HAMBATAN DAN PELUANG 1.
Permasalahan Mendasar
Strategi kebijakan perluasan kesempatan kerja dititikberatkan pada upaya bagaimana menciptakan kesempatan kerja dengan produktifitas tinggi dan bagaimana menghilangkan dan mengeliminasi pengangguran terutama penganggur intelektual terdidik alumni PT dan penganguran terselubung secara bertahap. Berkaitan dengan itu pengembangan berbagai program pendidikan dan pelatihan kerja diperlukan guna meningkatkan pengetahuan dan ketrerampilan serta perluasan kesempatan kerja untuk meningkatkan produktivitas usaha yang berdampak pada peningkatan PDB secara Nasional, untuk itu diperlukan segala upaya dalam rangka peningkatan produktivitas disemua bidang agar dapat dicapai tingkat produktivitas yang setaraf dengan standar International. Pengembangan sumber daya manusia terbarukan di ERA globalisasi ini adalah Alumni Perguruan Tinggi harus menguasai Ilmu Pengetahuan yang luas dan mendalam, memiliki keterampilan kerja yang berbasis Teknologi informasi dan komputer, berakhlak mulia, dan menguasai bahasa asing. Dengan model Sumber Daya Manusia Indonesia seperti itu akan menghilangkan STIGMA masyarakat yang menilai bahwa mahasiswa Indonesia lebih banyak tawuran di Kampus, dijalanan dari pada waktu belajarnya, dan lebih pintar bicara politik praktis ketimbang disiplin ilmu yang dipelajarinya. Dan dalam kondisi yang lebih parah dan didukung dengan data yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki para Tenaga Kerja Indonesia secara umum sebagaimana yang dikemukakan oleh SISWO WIRATNO (2009) bahwa sekitar 63,35% Struktur Tenaga Kerja Indonesia berpendidikan SD dan secara keseluruhan kualitas Sumber Daya Manusia masih tergolong rendah, meskipun tingkat melek huruf di Indonesia telah cukup tinggi, namun jumlah penduduk yang telah menyelesaikan pendidikan di atas sekolah dasar masih rendah, itu akibat dari cerminan masyarakat dengan anggapan buat apa melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, membuang uang dan waktu yang juga pada akhirnya menjadi penganggur, akibat rendahnya mutu alumni pada jenjang pendidikan dimanapun saja termasuk alumni perguruan tinggi. Rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia tercermin antara lain dari indeks pembangunan manusia (Human Development Index) tahun 2008 dimana Indonesia ditempatkan pada
peringkat ke 109 dari 179 negara (nilai 0,726) dengan peringkat tersebut terendah di Asia Tenggara. Mengutip laporan Mendiknas MALIK FAJAR (mantan menteri) yang disampaikan pada tanggal 31/1 2002 antara lain menyatakan bahwa salah satu indikator kualitas sumber daya manusia Indonesia itu rendah tercermin pada data yang menunjukkan bahwa 78,8% tidak tamat SD, (0,71%) SMP, dan 10,69% tamat SLTA. Tingginya tingkat penggangguran tersebut menunjukkan lemahnya pengembangan sumber daya manusia dan sistem pendidikan yang belum mampu meningkatkan lulusan yang bermutu dan produktif termasuk lulusan Perguruan Tinggi bagi pertumbuhan Ekonomi. Hal ini antara lain disebabkan pengelolaan pendidikan selama ini diibaratkan sebagai lokomotif yang dijalankan Secara Birokratik dan sentralistik. Di harapkan keselarasan antara dunia perguruan tinggi dengan dunia kerja akan segera terwujud, melalui program dan kebijakan bersinergi antara Kementrian Pendidikan Nasional dan Kementrian Tenaga Kerja sebagai lini terdepan dalam upaya mempersiapkan tenaga kerja yang dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja yang memiliki kompetensi dan daya saing yang sepadan dengan kebutuhan dunia kerja di ERA Pasar bebas sekarang ini. 2.
Tantangan dan Peluang
Globalisasi yang indikatornya perdagangan bebas sangat mempengaruhi mobilitas tenaga kerja dalam negeri maupun tenaga kerja asing. Sementara mobilitas tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan keterampilan terbatas, mengalami keterbatasan untuk mendapatkan peluang kerja. Akhirnya mereka menjadi penganggur intelktual, terdidik, berkaitan dengan itu masuknya tenaga kerja asing yang terampil dan beretos kerja yang tinggi merupakan aspek permasalahan yang perlu diantisipasi oleh lembaga pendidikan tinggi dan lembaga pelatihan kerja di Indonesia. Globalisasi dan Industrialisasi tidak hanya merubah teknologi produksi ke arah Kapital Intensif, tetapi juga mengarah kepenggeseran persyaratan lowongan kerja. Pergeseran ini lebih cepat mendahului kemampuan operasional pembelajaran di perguruan tinggi dan proses pelatihan yang dapat menghasilkan jenis dan tenaga kerja yang dibutuhkan, akibatnya perubahan ini cenderung memperkecil dan merupakan tantangan untuk mendapatkan kesempatan kerja. Dengan kondisi aktivitas Ekonomi yang menurun akibat krisis keuangan dan moneter pada saat sekarang ini, secara mendasar memberikan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap pengembangan Sumber Daya Manusia di berbagai sektor dan wilayah, sementara produktivitas tenaga kerja tetap harus dipertahankan dan di tingkatkan. Dalam ekonomi yang lesuh, kenyataan yang dihadapi adalah angakatan kerja tumbuh lebih cepat dengan keterampilan yang tidak memadai, dari pada pertumbuhan kapasitas produksi dunia usaha yang memerlukan ketermapilan kerja yang tinggi dan penguasaan teknologi, membuat kegiatan ekonomi Nasional menjadi stagnan. Dengan kondisi itu membuat bertambah panjangnya antrian pencarian kerja alias penganggur. Bertambahnya jumlah penduduk dan persentase penduduk usia muda yang cukup tinggi serta penyebaran penduduk yang masih belum merata, juga dapat menimbulkan dampak dan masalah pengembangan Sumber Daya Manusia, khususnya kualitas. Penyediaan lapangan kerja serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya ekonomi.
Melalui proses pembelajaran di perguruan tingggi diharapkan alaumni lulusan yang dihasilkan akan dapat menjadi wirausaha Membuka usaha untuk dirinya dan dapat mempekerjakan tenaga kerja lainnya. Dengan lulusan PT yang dihasilkan setiap tahunnya dapat menciptakan lapangan kerja produktif dalam jumlah yang cukup besar perlu diupayakan untuk menampung tambahan angkatan kerja yang memasuki pasar kerja dengan mutu yang semakin meningkat agar pertumbuhan dan penyerapan tenaga kerja sektoral mencapai maksimal yang dibutuhkan. Dengan kondisi sumber daya manusia yang berkualitas Dalam konteks ini diperlukan upaya penyiapan tenaga kerja yang handal sesuai dengan kebutuhan pembangunan di segala bidang. Pemanfaatan ini juga mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diajarkan dibangku kuliah perguruan tinggi, untuk memenuhi persyaratan jabatan dan peningkatan produktivitas yang akan dimiliki dan dilakukan oleh alumni perguruan tinggi, hal ini sangat diharapkan oleh masyarakat secara umum, oleh sebab selama ini masyarakat menila bahwa alumni lulusan perguruan tinggi tidak dapat menjual ilmu yang didapat dari proses perkuliah dalam jangka waktu panjang, membuang ruang dan uang akhirnmya ilmu yang didapat menjadi barang rongsokan alias tidak berguna. Hambatan seperti ini harus menjadi perhatian manajemen perguruan tinggi di Indonesia. Globalisasi ekonomi adalah peluang dan bukan ancaman yang seharusnya memicu terciptanya peningkatan kualitas tenaga kerja Indonesia untuk mampu bersaing dengan tenaga kerja dari Negara-negara lain. Melalui percepatan dan pemacuan penciptaan sumber daya manusia yang mapan dan penciptaan lapangan kerja diharapkan pertumbuhan ekonomi menjadi semakin berkualitas dan membaik. Hal ini akan memacu pembangunan ketenagakerjaan dalam menciptakan tenaga kerja mandiri mereka yang profesional beretos kerja tinggi dan cepat tanggap terhadap perubahan teknologi selain itu dengan semakin terbukanya kesempatan memperoleh pendidikan dan pelatihan keterampilan akan mempercepat penyediaan tenaga kerja dengan kualitas dan produktivitas yang lebih tinggi untuk mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja, baik di dalam negeri maupun di negara-negara lain, dan serta diharapkan menggantikan lapangan kerja yang masih diisi oleh tenaga kerja asing. Peranserta masyarakat dalam mengawasi peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi penting dan semakin sentral, pengawasan perlu dilakukan agar manajmen perguruan tinggi dan lembaga latihan kerja yang memungut berbagai pembayaran dari masyarakat, dapat melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik mengajarkan dan mendidik apa yang “seharus”nya diajarkan, bukan hanya mengajarkan apa yang bisa diajarkan. Penyelenggara perguran tinggi dan pelatihan kerja harus dapat dilaksanakan secara saling melengkapi memperkuat dan mendukung terciptanya usaha pemberdayaan sumber daya manusia Indonsia. KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN 1. Hak Memperoleh Pendidikan Secara prinsip setiap manusia yang hidup di bumi persada nusantara Indonesia berhak memperoleh pendidikan untuk pengembangan potensi dirinya sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan usia bakat, minat dan kecerdasannya. Pentingnya aspek pendidikan sebagaimana tertuang
dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea ketiga dinyatakan bahwa pemerintah berkewajiban untuk mencerdaskan kehidupan Bangsa lebih lanjut pasal 31 ayat (1) dinyatakan bahwa ; setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat (2) setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayai. Mengacu pada kedua ayat tersebut, secara yuridis formal, setiap warga Negara Indonesia mamilki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal ini didukung dengan pasal 28c ayat (1) UUD 1945 tentang hak asasi manusia dimana disebutkan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melakukan pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Lebih lanjut lagi, Hak Warga Negara yang berhubungan dengan Hak Asasi Manusia (HAM) sebagaimana termaktub dalam pasal 12 undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang HAM dengan tegas dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya untuk memperoleh pendidikan mencerdaskan dirinya dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung jawab, berahlak mulia, bahagia dan sejahtera sesuai denga hak asasi manusia. Pasal lain yang mendukung hak tersebut yaitu pasal 60 ayat (1) UU HAM Nomor 39/1999 dinyatakan bahwa setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya sesuai bakat, minat dan tingkat kecerdasannya. Disamping itu ke dua undang-undang tersebut, undang-undang yang erat kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan adalah undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 4 ayat (1) di mana disebutkan bahwa “Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia nilai keagamaan, nilai kultur, dan kemajemukan Bangsa. Selanjutnya dalam pasal 5 ayat (1) disebutkan pula bahwa ; setiap Warga Negara mempunyai Hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, dalam hal ini pemberian layanan dan kemudahan pendidikan kepada setiap Warga Negara, ditegaskan pula dalam pasal 11 ayat (1) dimana Pemerintah Dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselanggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap Warga Negara tanpa diskriminasi. Jalur pendidikan termasuk pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana magister, spesialis dan Doktor yang di selenggarakan oleh pendidikan tinggi (UU No 20 tahun 2003 tentang sisdiknas). Selanjutnya perlu dipahami bahwa pendidikan tinggi bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesionalisme yang dapat menerapkan mengembangkan dan/atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian (PP No 60 tahun 1999 tentang pendidikan tinggi). Analog dengan penyelenggaraan pendidikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, maka penyelenggaraan pendidikan pada berbagai jenis, jenjang dan jalur pendidikan di Indonesia yang diselenggarakan masyarakat wajib hukumnya mengacu pada landasan yuridis sebagaimana yang telah diungkap di atas.
2. Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) merupakan satu cara untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia pada dasarnya Pendidikan dan Pelatihan merupakan bagian dari Investasi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk meningkatkan kemapuan dan keterampilan kerja. Pendidikan berkaitan dengan pekerjaan yang akan datang, untuk itu merupakan pembelajaran sepanjang hidup, berarti pencarian Ilmu Pengetahuan baru secara terus-menerus dan memperbaiki cara melakukan apa saja dalam Dunia yang selalu berubah ini. Sementara pelatihan dimaksudkan sebagai proses terencana dalam memodifikasi sikap pengetahuan atau prilaku keahlian melalui pengalaman pembelajaran untuk mencapai kinerja Efektif dalam kegiatan atau sejumlah kegiatan. Untuk itu hal ini dimaksudkan bahwa pelatihan merupakan pembelajaran yang disediakan kepada pekerja berkaitan dengan pekerjaan mereka pada saat sekarang ini. Secara Emperik pendidikan mulai dari tingkat SD, SMP, SMA sampai pada jenjang tertinggi yaitu perguruan tinggi menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan Nasional (kemendiknas), sementara pelatihan menjadi tanggung jawab Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (kemenakertrans), kedua kementerian tersebut hingga saat ini, diasumsikan belum memiliki kesepakatan yang sama terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Seharusnya bidang garap pendidikan memiliki garis demarkasi yang jelas dengan bidang garap pelatihan dan keduanya saling ada keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara kompetisi pengetahuan yang didapat melalui bangku kuliah di perguruan tinggi dan kompetisi keterampilan yang diperoleh melalui pelatihan di Dunia usaha dan Dunia Industri secara kelembagaan di perguruan tinggi. Terdapat pendidikan sistem ganda (dual sistem) dimana penguasaan Teori Ilmu Pengetahuan dilakukan di bangku kuliah dan praktek dilakukan di Dunia Industri istilah ini populer di kenal dengan istilah kuliah, kerja nyata (KKN) Konsep Pendidikan dengan model ini merupakan salah satu cara untuk mewujudkan mutu dan relevansi antara pendidikan dan kebutuhan Dunia Kerja. Pelaksanaan pendidikan dengan sistem ganda yang memadukan terciptanya kompetensi tamatan alumni perguruan tinggi dan kebutuhan dunia kerja merupakan salah satu metode yang mempertemukan antara kompetensi calon tenaga kerja alumni PT dengan kebutuhan dunia kerja. Hal ini sekaligus menghilangkan anggapan masyarakat pengguna Tenaga Kerja tamatan Alumni perguruan tinggi sebagai calon tenaga kerja tidak siap kerja; tidak memiliki sikap, displin, kemampuan Itelektual dan keterampilan serba tanggung. Bahkan Malik Fajar menteri P dan K menyebutkan bahwa rendahnya mutu alumni perguruan tinggi ibarat orang buta, bisu dan tuli artinya tidak kesepadanan antara Ilmu dan keterampilan yang di dapat di bangku kuliah perguruan tinggi dan kebutuhan Dunia kerja. 3. Link dan Match Link dan Match adalah gagasan Prof.Wardiman mantan menteri pendidikan di ERA orde baru, penyelenggaran pendidikan tinggi baik itu perguruan tinggi Negeri maupun perguruan tinggi Swasta yang dibawah kendali manajemen bermutu yang profesional dan dukungan semua pihak, baik pemerintah, Dunia usaha maupun masyarakat secara luas memiliki arti dukungan yang penuh manfaat terhadap dukungan program pemberdayaan Sumber Daya Manusia bagi mahasiswa yang
belajar di perguruan tinggi sebagai persiapan akhir dalam memasuki Dunia Kerja yang berubah setiap saat sesuai dengan perubahan Teknologi Informasi yang berubah dan berkembang setiap saat. Dunia Industri dan Dunia Usaha tiada hari tanpa perubahan hal ini dalam dunia Sains dan Teknologi dikenal dengan istilah Inovasi dan Kreativitas. Peningkatan keahlian Intelektual dan kecerdasan Emosional dalam mendukung keterampilan (skill) sumber daya manusia pada saat sekarang ini sangat penting dan diperlukan dalam mendukung perubahan struktur produksi dan pelayanan jasa sebagai konsekuensi logis dari proses libralisasi dan globalisasi. Struktur produksi dan jasa pelayanan pada berbagai sektor dengan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi dan cepat, semakin merubah keadaan dari pola padat karya kepada pola padat keterampilan yang berselimut kecanggihan Teknologi Komputer dan Informasi, Internet, Web-site, E-mail dan sebagainya. Demikian juga dari pemberian kompensasi dari upah murah kepada pola upah yang bersaing. Tuntutan etos kerja yang lebih tinggi melalui keterampilan yang lebih produktif dan juga penguasaan IPTEK semakin diperlukan. Sejalan dengan itu kebutuhan pasar kerja terutama tenaga kerja teknisi untuk mengisi kelompok hollow middle dan alumni perguruan tinggi yang berminat menjadi Enterpreneur menjadi semakin nyata dengan demikian manajemen pengelolaan perguruan tinggi perlu memahami Aspek lingkungan external itu untuk disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan serta kemajuan IPTEK yang ada dilapangan sebagai tempat yang di tuju oleh mahasiswa setelah mereka menamatkan pendidikannya. Mengacu pada perubahan kebutuhan Dunia Kerja yang semakin cepat dan beragam, diperlukan Tenaga Pengajar (dosen) yang luwes menguasai ilmunya dan memahami tujuan dan manfaat mata kuliah yang diajarkannya memiliki kemampuan komunikasi yang baik, berbicara secara sederhana namun informatif. Standar kwalifiaksi kemampuan dan standar program pembelajaran dibatasi pada hal-hal yang subtantip yang berlaku umum secara sektoral dan wilayah, sedangkan hal-hal yang bersifat spesifik dikembangkan sebagai muatan lokal dan bersifat non standar, bentuk komitmen antara perguruan tinggi, pemerintah dan dunia usaha dalam penyelenggaraan perguruan tinggi perlu memeliki standar mutu dan harus diupayakan untuk menjamin efektifitas dan efisiensi, sehingga Alumni yang dihasilkan perguruan tinggi memiliki segala sesuatu yang yang diperlukan di lingkungan masyarakat secara umum, mereka harus menjadi agen perubahan dan pembaharu dimanapun mereka berada dan bertugas nantinya. ARAH DAN AKTUALISASI VISI, MISI DAN PROGRAM AKSI 1. Aktualisasi Visi dan Misi Rencana strategi Depdiknas 2005-2010 telah ditetapkan dengan adanya tiga pilar kebijakan pembangunan pendidikan yaitu : (1) pemerataan dan perluasan akses pendidikan (2) peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan (3) penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik pendidikan. Berdasarkan pada rencana strategi Depdiknas maka Indikator operasional dan arah pengembangan perguruan tinggi berlandaskan pada tiga pilar kebijakan Pembangunan Pendidikan Nasioanal itu.
Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan menjadi kata kunci di ERA Globalisasi dan pasar bebas pada saat sekarang ini, melihat gejolak situasi ekonomi dan keuangan seperti yang terjadi di hampir semua Negara di Dunia maka pembangunan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia harus tetap menjadi prioritas utama dalam rangka mengantisipasi dan menjawab setiap permasalahan yang akan terjadi. Adalah tampak nyata bahwa untuk kepentingan pembangunan ekonomi berkelanjutan dibutuhkan motivasi dan dorongan bagi peningkatan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat, penciptaan kondisi tersebut harus didukung oleh pemberdayaan masyarakat yaitu antara lain melalui program pendidikan dan pelatihan kerja. Pada alenia keempat pembukaan UUD 1945 secara jelas Visi pendidikan Nasional dan pelatihan kerja adalah membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan Bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban Dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Ekspresi arahan visi tersebut sangat relevan untuk diketngahkan di ERA globalisasi yang penuh dengan persaingan secara mendasar kerangka tersebut memberikan arah kepada generasi penerus anak-anak muda Bangsa Indonesia untuk berpartisipasi dalam memacu Pembangunan Nasional. Misi Pendidikan Nasional secara eksplisit diungkap dalam UU No 2 tahun 1989 dan telah diubah menjadi UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, khusunya pada pasal 3 disebutkan “Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam ramgka untuk mewujudkan tujuan Nasional”. Dalam Dunia Bisnis Indonesia yang saat ini sedang mengalami kelesuhan dan keterperukan tetap dibutuhkan suatu Visi yang mampu menuju masa depan yang lebih baik, termasuk harapan manejmen pengelolaan perguruan tinggi yang akan menghasilkan Alumni yang berdaya saing tinggi. Adalah Moran dan Recen Burger (1994) merumuskan perlunya suatu visi strategis pada suatu organisasi yaitu dengan ungkapan “strategic vision can be defined as idial picture of what the company should look like some future is the central rolling for all plans employees and employee actions, strategic vision is the beacon that guides the way forward the company. strategic vision is designed to position the organization in the future rather than focus on how it will get there” Dalam mendorong institusi perguruan tinggi dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berprestasi tinggi, keberadaan manajemen Mutu di Organisasi perguruan tinggi menjadi sangat penting dan berperan dalam mengelola proses pembelajaran sebagai langkah persiapan menuju terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu besaing dalam percaturan Ekonomi GLOBAL. Tuntutan visi kemasa depan tersebut harus mengantisipasi kebutuhan pasar kerja, baik bagi kepentingan pasar kerja dalam Negeri maupun peluang kerja di Negara lain. Faktor Internal dan External yang diekspresikan melalui kondisi dalam Negeri dan International, mempengaruhi strategi pengelolaan dan arah visi pendidikan dan pelatihan kerja Nasional. TILAR (1997) mengemukakan Visi Pendidian dan
Pelatihan Kerja Nasional yaitu mengembangkan potensi anak-anak generasi muda Indonesia yang beridentitas dan sadar budaya Indonesia serta religius dan bermoral dalam suatu masyarakat industri maju sejajar dengan Negara-negara Industri maju lainnya di kawasan Asia-Pasifik sementara dalam konteks Misi Pendidikan dan Pelatihan disebutkan lima (5) kandungan antara lain ; (1) pendidikan dan pelatihan yang menunjang pembangunan masyarakat industri yang kompetetif (2) deregulasi pendidikan tinggi ke arah swastanisasi (3) pendidikan tinggi menunjang Perkembangan indutrialisasi serta industri jasa (4) semakin besar tanggung jawab masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatiahn serta pembiayaannya (5) masyarakat Dunia Usaha Industri dan Dagang Menjadi Pelaksana program pelatihan. Dalam keterlibatan di ERA pasar bebas seperti ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREMENT (ACFTA) dan APEC, Prasarat Aktualisasi visi bagi penyelenggara dan pengelola manajemen perguruan tinggi dan Lembaga Pelatihan Kerja lainnya yang berkiprah International tidak boleh lepas dari kebutuhan dalam persaingan bebas tesebut, yaitu pemenuhan standar kualitas International, sikap pro aktif dalam aktualisasi visi pendidikan Nasional dan pelatihan kerja terhadap kebutuhan bagi kepentingan pemberdayaan sumber daya manusia yang bermutu perlu ditanamkan secara utuh atas segala apa yang diperlukan dalam memenangkan persaingan baik antar individu maupun atas nama Bangsa dan Negara. Kesempatan berpro-aktif dan mengadaptasi dalam aktualisasi visi ke depan sangat dimungkinkan pada ERA perdagangan bebas. Perkembangan IPTEK demikain cepat dan ditunjang oleh derasnya Akses Informasi melalui kecanggihan media Informasi, Internet , Web-Site, E-mail, dan transportasi, sehingga proses adaptasi terhadap perkembangan IPTEK memerlukan Flexibilitas para penyelenggara dan pengelola pendidikan dan pelatihan kerja untuk tetap bertahan dan memperoleh kemenangan. Dalam banyak Issu dan Informasi yang disuarakan oleh para cerdik-pandai Pendidikan menghimbau penyelenggara pendidikan pemerintah maupun masyarakat (swasta) untuk turut malakukan efisiensi dalam masa krisis dan resesi yang melanda dunia seperti yang terjadi pada masa dekade beberapa tahun terakhir ini. Kebijakan penghematan menyeluruh yang menyangkut peningkatan Opersional penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kerja tidak mengurangi kualitas hasil luaran bukan saja kualitas mahasiswa merupakan target utama bagi pengembangan sumber daya manusia tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah kualitas para dosen dan instruktur pelatihan ditempat magang, kuliah kerja nyata karena ini merupakan salah satu kunci kesuksesan dan keberhasilan dalam membangun dan menciptakan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia menguasai Ilmu Pengetahuan dengan baik, trampil dan berakhlak mulia. Dengan kombinasi ketiga variabel itu akan sekaligus menjangkau kualitas yang bertaraf International sehingga mampu bersaing dalam pasar Global pada saat sekarang ini. MISI “Life Long Learning And Sustainable Training” dimplementasikan melalui program operasional penglolaan kelembagaan flexibel. Program kerja manajmen perguruan tinggi dan pelatihan kerja disesuaikan dan disepadankan dengan berbagai kondisi dan situasi didunia
perlu yang harus kerja
dalam menjangkau kebutuhan di ERA perdagangan bebas, pembakuan standar mutu terhadap tingkat manajerial, etos kerja dan keterampilan yang dimiliki para mahasiswa perlu ditetapkan, sehingga mereka setelah tamat dapat memasuki dan berkompetensi di alam pasar bebas, baik di dalam negeri maupun di luar Negeri, secara matang dan mapan, materi pembekalan harus berorientasi pada semangat perluasan dan pemerataan kesempatan berusaha disertai peningkatan mutu, peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan dan pelatihan kerja itu sendiri. 2. Aktualisasi Program Aksi Dalam mengantisipasi masalah pengangguran terdidik dan kemungkinan Alumni perguruan tinggi tidak dapat memasuki dunia kerja. Aktualisasi program aksi pengelolaan manajemen perguruan tinggi dan pelaksanaan pelatihan kerja yang melengkapinya harus diupayakan agar tetap dapat berjalan sesuai agenda Visi, Misi yang ingin dicapai secara keseluruhan. Program aksi manajmen operasional pendidikan tinggi dan pelaksanaan pelatihan kerja berlandaskan pada nuansa pemberdayaan alumni PT untuk mandiri bagi dirinya sendiri dan orang-orang lain yang ingin dipekerjakannya. Oleh sebab itu mereka diharapkan sebagai agen perubahan dilingkungan masyarakat, perlu memiliki karakter etos kerja dan kemampuan manajerial ketiga variabel itu menjadi kunci keberhasilan bagi orangorang yang terlebih dahulu sukses dibidang tuganya masing-masing terutama di dunia bisnis. KARAKTER atau watak yang dimiliki oleh seseorang ada yang terbawa sejak lahir dan ada yang bisa diciptakan oleh pribadi yang bersangkutan melalui pengalaman, lingkungan pergaulan, pendidikan, pelatihan dan sebagainya. Untuk memahami Karakter itu dengan baik perlu dipahami pengertian Kewirausahaan (Enterpreneurship) yaitu orang-orang yang mampu menemukan peluang usaha, mampu merintis dan mengatur inovasi, mengadaptasi teknik, cara dan pola baru dan yang paling penting berani mengambil resiko. Karakter atau watak adalah orang yang ingin sukses di Dunia Bisnis harus berani mengambil resiko, bermental ponggawa, jujur, tidak ingin diatur, berinisiatif dan ingin memerintah dalam perjalanan dan perkembangan hidupnya dipermukaan bumi ini. Mereka memiliki kompetensi untuk mewujudkan cita-cita hidupnya. Karakter adalah identitas diri berupa kelakuan seseorang dalam menjalani kehidupannya dalam Dunia Bisnis Karakter kadang kala lebih penting dibanding dengan kecakapan Ilmu pengetahuan, oleh sebab itu mahasiswa yang bercita-cita ingin menjadi wirausaha sesudah menyelesaikan pendidikannya, Karakter dan Kecerdasan Intelektual harus menyatu dalam diri pribadinya. Wirausaha harus memiliki talenta, pengetahuan, keterampilan, motivasi, komitmen dalam mengerjakan segala sesuatu. Survei membuktikan sukses karir seseorang dalam pekerjaan bukan semata-mata karena kecerdasan atau keterampilan melainkan didominasi oleh faktor Karakter. ETOS KERJA yang mencerminkan semangat juang banyak dipengaruhi oleh nila Budaya dan keyakinan yang dianut oleh seseorang dalam melakukan pekerjaan, sedangkan nilai-nila itu sendiri selalu berubah dan berkembang sesuai kondisi yang mempengaruhinya. ETOS juga dapat merupakan landasan ide, cita-cita pikiran yang akan menentukan setiap tindakan. Hal ini dikarenakan pemikiran seseorang atas suatu pekerjaan maka ia akan menentukan pula hasil-hasil yang akan dicapai secara
kualitatif maupun kwantitatif. Menjadi penting untuk dipahami sebagai seorang calon pengusaha adalah sukses atau nilai seseorang bukanlah tergantung dari beberapa banyak hal yang anda ketahui tetapi lebih dari pada berapa banyak hal yang anda hasilkan. Tanpa hasil kerja nyata semua pengetahuan, keterampilan, talenta dan kehebatan pengusaha akan menjadi sia-sia. Berdasarkan uraian tersebut di atas mahasiswa sebagai calon Wirausahawan harus memiliki Etos Kerja yang merupakan kesediaan dan kesadaran diri bagi seseorang pemimpin atau orang-orang yang terlibat dalam bisnis harus bekerja dengan baik dalam mencapai tujuan. Untuk itu yang menjadi parameter etos kerja adalah (1) memiliki kedisiplinan dalam melaksanakan tugas (2) bekerja sama dalam melaksanakan tugas (3) bertanggung jawab dalam bekerja (4) bergairah dalam bekerja (5) kesesuaian dalam bekerja. Perwujudan potensi pengetahuan melalui Etos Kerja pada diri seseorang bisa tampak lebih dinamis apakah diikuti oleh aspek keterampilan dan sikap secara seimbang jika tidak demikian pengetahuan hanya tinggal dan tidak lebih sebagai informasi yang statis. KEPEMIMPINAN variabel lainnya adalah kemampuan manajerial, perusahaan akan didirikan dengan tujuan pada umumnya untuk memenuhi kebutuhan dan memuaskan konsumen dengan nilai-nilai tertentu. Management “is the getting things dare through other people”, sementara fungsi manaejmen terdiri ; perencanaan, pengoraganisasi, pengarahan dan pengendalian. Untuk menjadi seorang pemimpin terutama di Dunia Bisnis diperlukan kualifikasi tertentu antara lain ;(1) kecerdasan seorang pemimpin diharapakan memiliki kemampuan berpikir yang lebih luas dari orang-orang yang dipimpinnya (2)kemampauan memimpin merupakan sifat yang seharusnya dimiliki seorang manajer, karena tanpa adanya kemampuan untuk memimpin maka akan mengurangi kewibawaannya (3) kemampuan berkomunikasi. Dalam hal ini seorang pemimpin disamping menerima laporan, keluhan maupun saran dari bawahan juga dituntut harus mampu mengendalikan komunikasi ke bawah yaitu memberikan perintah, petunjuk, teguran dan sebagainya (4) berpikir logis, setiap pemimpin dituntut mampu memecahkan setiap masalah secara logis, menguntungkan organisasi dan tidak emosional (5) ketahanan moral, moral yang tinggi sangat menunjang kewibawaan seorang pemimpin, jujur, panutan, tidak pendendam dan perilaku baik lainnya, hal ini mutlak diperlukan (6) bersikap adil, seorang pemimpin harus berusaha bersikap dan berlaku adil terhadap siapapun jika seseorang bawahan Berprestasi harus dihargai dan diberi peluang pada jenjang yang lebih tinggi dan sebaliknya jika seseorang bersalah siapapun dia harus ditegur dan di kenakan sanksi (7) Inisiatif, hal ini diperluakan terutama menyangkut pengembangan dan pertumbuhan perusahaan untuk itu pemimpin harus dapat menciptakan ide-ide baru untuk pengembangan usaha, pemimpin harus inovatif dan kreatif. Selain itu seorang pemimpin dalam memikul tanggung jawabnya, mengelola dan memenaj organisasi secara efektif untuk mencapai tujuan, seorang pemimpin harus memiliki beberapa keterampilan (skill) antara lain (1) Conseptual skills, adalah kemampuan mental para manajer untuk mengkordinasikan dan mengintegrasiakan seluruh kepentingan dan kegiatan organisasi sehingga organisasi dapat dilihat sebagai suatu kesatuan yang utuh (2) Technical skills, adalah kemampuan untuk
menggunakan peralatan-peralatan prosedur-prosedur atau teknik dari bidang kegiatan tertentu, seperti akuntansi, produksi penjualan atau permesinan (3) Human skills, yaitu kemampuan untuk bekerja dengan orang lain, memahami dan merangsang serta mendorong orang lain, karyawan para relasi dan orang yang mempunyai kepentingan terhadap organisasi (4) Administrative skills yaitu seluruh keterampilan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kepegawaian. Keterampilan administratif adalah perluasan dari keterampilan konseptual, pemimpin melakukan keputusan-keputusan melalui penggunaan keterampilan administratif. Selain hal tersebut yang menjadi mutlak harus dimiliki seorang pemimpin yang memiliki kewenangan dengan status formal adalah (1) peranan yang bersifat interpersonal, figurheade, leader, liaison dan alloceter (2) peranan yang bersifat informasional ; monitor, disseminator dan spoksman (3) peranan sebagai pengambil keputusan ; disturbance, handler, resorces, allocator dan negotiator. Dengan demikian kemampuan seorang alumni perguruan tinggi dapat menjadikan Indonesia baru dalam wujud masyarakat Eterpreneur. PENUTUP Pendidikan dan pelatihan kerja yang dimiliki dan melekat pada diri seseorang tidak hanya mempunyai arti Ekonomis tetapi juga mempunyai arti kemanusiaan yaitu menumbuhkan harga diri dan hanya orang-orang yang memiliki itu dapat maju dan berkembang. Pengembangan sumber daya manusia kewirauhaan melalui penyelenggaraan pendidikan tinggi dan pelatihan kerja di arahakan dan fokus pada peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan yang menghasilkan tamatan lulusan perguruan tinggi menjadi tenaga kerja profesional dan produktif dengan peningkatan mutu keterampilan, kepemimpinan, Etos kerja, berwawasan kebangsaan, kewirausahaan, efektivitas dan efisiensi kerja untuk perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha sesuai dengan kemampuan, keterampilan dan keahliannya. Demikian juga perkembangan perekonomian Nasional berjalan seiring dengan kecenderungan liberalisasi dan globalisasi merubah struktur produksi dan komposisi kebutuhan tenaga kerja. Tuntutan akan kualitas produk berimplikasi pada peningkatan kebutuhan tenaga kerja terampil dan profesional. Ruang lingkup manajemen perguruan tinggi dalam melakukan program aksi di Institusinya yang didukung ruang lingkup pelatihan yang sangat berpariasi dan luas, meliputi berbagai bidang profesi dan sektor usaha. Demikian pula populasinya meliputi berbagai kelompok dengan jumlah yang sangat banyak dan tersebar di semua lini, untuk mengjangkau ruang lingkup tersebut, dikembangkan kebijakan sentralisasi pengaturan dan desentralisasi pengaturan dan desentralisasi pelaksanaan baik secara sektoral maupun wilayah. Peran serta masyarakat secara umum untuk mengawasi penyelenggaraan perguruan tinggi dan pelatihan kerja adalah hal yang perlu dan mutlak , hal ini bukan hanya karena keterbatasan sumber daya pemerintah, tetapi juga karena pengguna terbesar hasil lulusan pendidikan dan pelatihan adalah masyarakat, dunia usaha dan Industri. peningkatan peran serta masyarakat atau kemitraan dalam penyelenggaraan perguruan tinggi dan pelaksanaan pelatihan kerja dilakukan melalui pengembangan dan kerjasama yang padu dan utuh.
Upaya untuk memenangkan persaingan global adalah masalah besar dan menyangkut kelangsungan hidup suatu bangsa. Oleh karena itu penyelenggara perguruan tinggi dan pelaksanaan lembaga pelatihan kerja harus berjalan seiring dan memiliki rasa Nasionalisme yang tinggi. seperti ungkapan yang pernah dilontarkan presiden Amerika JF. KENEDY kepada jajaran pemerintahannya dengan kalimat kurang lebih sebagai berikut : jangan tanya apa yang dapat kamu ambil dari negara tetapi tanya apa yang dapat kamu berikan kepada Bangsa dan Negara. Oleh karena itu diperlukan tekad, kesungguhan dan pemikiran inovative dari seluruh jajaran pemerintahan dan kalangan masyarakat terutama masyarakat dunia usaha dan industri serta para cendekiawan, maupun tokoh-tokoh dan pemuka masyarakat disemua bidang kehidupan. Berbagai terobosan dan penyusunan strategi manajemen yang penuh perhitungan matang serta jangkauan ke depan perlu kiranya di susun dan dikerjakan (plan and action). Menjadi contoh nyata Negara-negara maju industri dalam menghadapi persaingan global pasar bebas yang telah melanda perekonomian dunia dewasa ini hanya sumber daya manusia terbarukan yang perlu ditingkatkan kualitasnya, perlu disuarakan dan ditekankan bahwa permasalahan dalam meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia dan IPTEK bermuara pada Idealisme penyelenggara dan pengelola perguruan tinggi dalam melaksanakan aktualisasi visi, misi dan program aksi. Oleh karena itu upaya peningkatan dan pembentukan kualitas sumber daya manusia perlu mendapat perhatian yang serius agar institusi perguruan tinggi dan lembaga pelatihan kerja dapat menjadi wadah “LABORATORIUM” masyarakat dalam upaya dan perjuangan peningkatan daya saing nasional dan menciptakan kemandirian bangsa untuk terciptanya masyarakat wirausaha di Republik Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Balanchard Kneth and Harsey Paul. (1998). Management Of Behavior. Singapure Practice Hall, Inc. Basri, Faisal, Didik J. Racbini dan M. Nawir Messi. 1997. Pengangguran Terdidik dan “Mismatch” Pendidikan Tinggi. Kompas, 4 Maret 1997 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – Depdiknas. 2004. Strategi Pendidikan Tinggi Jangka Panjang 2003 – 2010, Mewujudkan Perguruan Tinggi Yang Berkualitas. Direktorat Akademik, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – Departement Pendidikan Nasional. 2007. Panduan Dan Paparan Audit Mutu Akademik Internal (AMAI). Habibi, B.J, 2004, Beberapa Pemikiran Tentang Peran Sumberdaya Manusia Dalam Membangun Masa Depan Bangsa. Makalah Disampaikan Dihadapan Guru Besar, Dosen Dan Mahasiswa UGM. Nandika, Dodi, Dkk. 2006. Universitas, Riset dan Daya Saing Bangsa, Pustaka Pelajar : Jakarta. Pulvers & Dierkhoff. 1999. The Relationship Between Academic Dishonesty And College Classroom Environment. Research In Higher Education, 40 (4), 487499 Suryadi dan Salim. 1995. Kesenjangan Struktur Persediaan dan Permintaan Tenaga
Kerja Terdidik, Prisma No. 8, LP3ES, 1995. Fritjof Capra (1997) The Turning Point, Seince, Society and The Rising Culture, New York Bantam Book. Ivan Cevich at,all (1995) Fundamental Of Management, USA : Richard D.Iran Inc Moran Rober dan Jhon Reisen Berger (1994) The Global Chalenge, Building The New Worldwide Enterprise. London MC Gran Hill Book.