BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusia secara berkelanjutan. Salah satu hal yang harus diperhatikan secara khusus adalah masalah pembinaan dan pengembangan sedini mungkin yaitu sejak masih dalam kandungan dan semasa balita. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, pembinaan tumbuh kembang anak diselenggarakan secara holistik sebagai bagian integral dari upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan perlindungan ibu dan anak (BKKBN, 2002). Bina Keluaraga Balita (BKB) adalah salah satu media pelayanan kesehatan yang memiliki berbagai jenis kegiatan yaitu penyuluhan dan bermain dengan Alat Permainan Eduaktif (APE). Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu dan anggota keluarga lainnya tentang pentingnya proses tumbuh kembang balita serta meningkatkan keterampilan ibu dan anggota keluarga lainnya dalam mengusahakan tumbuh kembang anak secara optimal, antara lain dengan stimulus mental dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) dan memanfaatkan pelayanan yang tersedia (Soetjiningsih, 1995). Sebelum BKB berdiri, pemerintah lebih memperhatikan aspek pertumbuhan fisik balita, antara lain melalui berbagai usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK), Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, dan sebagainya. Oleh karena itu, BKB
Universitas Sumatera Utara
didirikan untuk melengkapi program yang telah ada dengan perhatian pada pertumbuhan dan perkembangan balita (BKKBN, 1992). Program BKB ini dimulai pada tahun anggaran 1981 dengan uji coba di 3 desa lokasi perbaikan kampung, yaitu Cirebon, Semarang dan Ujung Pandang. Dalam masa ini telah pula dilakukan hal-hal yang berkaitan dengan aspek manajemen program. Selanjutnya, BKB terus dikembangkan menjadi proyek percontohan di 27 propinsi secara bertahap. Sehingga pada tanggal 25-26 Januari 1990 melalui seminar nasional tentang pengembangan BKB, tercapai kesepakatan dan menetapkan sasaran jangkauan desa per propinsi untuk Pelita V, yang keseluruhannya berjumlah 17.573 desa di seluruh Indonesia (BKKBN, 1992). Pelaksanaan Program BKB di kota Dumai telah dimulai sejak tahun 2002. Sedangkan di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan sendiri, BKB dimulai pada tahun 2007 hingga saat ini. Dalam rentang waktu tersebut BKB telah mampu menjalankan dua kegiatan antara lain penyuluhan dan bermain dengan Alat Permainan Edukatif (APE) pada balita. Penyuluhan BKB adalah pemberian materi pada setiap ibu yang mempunyai balita yang datang waktu pelaksanaan BKB tentang Integrasi KB dengan BKB, konsep diri ibu dan peran ibu dalam pendidikan balita, proses tumbuh kembang anak, gerakan kasar, gerakan halus, komunikasi pasif, komunikasi aktif, kecerdasan, menolong diri sendiri, dan tingkah laku sosial. Sedangkan untuk kegiatan bermain dengan Alat Permainan Edukatif (APE) dilakukan oleh balita pada setiap kelompok umur balita dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) yang didampingi oleh kader dan ibu anak balita. Dalam kegiatan bermain Alat Permainan Edukatif (APE) tersebut, balita menggunakan Alat
Universitas Sumatera Utara
Permainan Edukatif (APE) yang telah diberikan dan distandarisasi oleh Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BKB P3A) Kota Dumai. Pelayanan kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu membina dan mengembangkan anak khusunya semasa balita. Pemerintah mulai mengarahkan perhatian pada dua aspek yaitu aspek fisik dan pembinaan dimensi mental intelektual yang akhirnya membentuk pertumbuhan dan perkembangan yang sempurna (Soetjiningsih, 1995). Pembinaan tumbuh kembang balita merupakan serangkaian kegiatan yang sifatnya berkelanjutan antara lain berupa peningkatan kesejahteraan anak pada pemenuhan kebutuhan dasar dan hak-hak anak seperti makanan, kesehatan, perlindungan, memperoleh kasih sayang, interaksi, rasa aman dan stimulasi serta kesempatan belajar (BKKBN, 2007). Pembinaan perkembangan anak yang dilaksanakan secara tepat dan terarah menjamin anak tumbuh kembang secara optimal sehingga menjadi manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, kreatif, produktif, bertanggungjawab dan berguna bagi bangsa dan negara. Hal tersebut mengandung konsekuensi dalam pembinaan kesehatan bayi dan balita. Bayi dan balita yang telah selamat dari ancaman kematian perlu mendapat perhatian agar mereka dapat mencapai kualitas hidup yang baik. Dalam kehidupan manusia, masa balita disebut golden period atau masa keemasan dimana pada masa ini pertumbuhan fisik dan mental serta intelektual berkembang secara cepat. Pada masa ini pula terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berpikir dan berbicara
Universitas Sumatera Utara
serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif, dan awal pertumbuhan moral (BKKBN, 2007). Dari hasil penelitian Yunanda (2009) pada anak usia 36-59 bulan di Desa Tulaan Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil diketahui persentase pertumbuhan anak yang berstatus gizi normal pada kelompok peserta BKB sebesar 83,33%, sedangkan pada kelompok bukan peserta BKB sebesar 76,67%. Pada persentase perkembangan anak yang normal diketahui pada kelompok peserta BKB sebesar 76,67%, sedangkan pada kelompok bukan peserta BKB sebesar 46,67%. Ternyata tidak terdapat perbedaan yang terlalu banyak pada pertumbuhan anak pada kelompok peserta dan bukan peserta BKB. Hal ini disebabkan oleh ibu yang menjadi responden setiap bulan memantau pertumbuhan anaknya ke posyandu. Sedangkan pada perkembangan anak mengalami perbedaan karena anak pada kelompok peserta BKB mendapatkan rangsangan perkembangan dari ibunya serta dipantau secara teratur oleh kader BKB. Sementara anak pada kelompok bukan peserta BKB tidak mendapatkan rangsangan perkembangan dan tidak memantau perkembangan anak. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa aspek yang terdapat dalam kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB), seperti penyuluhan dan bermain dengan APE (Alat Permainan Edukatif). Berdasarkan keadaan tersebut, peneliti ingin mengetahui proses pelaksanaan kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) sehingga dapat diketahui secara jauh kegiatan telah dapat diterima dan dimengerti masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana hubungan kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dengan tumbuh kembang balita di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat 2009. 1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dengan tumbuh kembang balita di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat Tahun 2009. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui kegiatan BKB {penyuluhan dan bermain dengan Alat Permainan Edukatif (APE)} di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat 2. Untuk mengetahui pertumbuhan balita di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat 3. Untuk mengetahui perkembangan balita di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat 4. Untuk mengetahui hubungan kegiatan penyuluhan dengan pertumbuhan dan perkembangan balita di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat
Universitas Sumatera Utara
5. Untuk mengetahui hubungan kegiatan bermain dengan Alat Permainan Edukatif (APE) dengan pertumbuhan dan perkembangan balita di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan Kecamatan Dumai Barat 1.4
Manfaat Penelitian Sebagai bahan masukan bagi pihak Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak dan sektor lain dalam menindak lanjuti kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) yang ada di Kelurahan Simpang Tetap Darul Ichsan, sehingga masyarakat benar-benar merasakan bahwa Bina Keluarga Balita (BKB) tersebut memberi manfaat yang besar bagi mereka.
Universitas Sumatera Utara