Aktivitas Masyarakat Sekitar Cagar Alam Manggis Gadungan, Desa Manggis, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri (Studi Adaptasi Pasca Penutupan Hutan)
Alvian Affan M.
[email protected] Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga
ABSTRAK Cagar alam adalah hutan yang dilindungi negara dan aksesnya terbatas untuk masyarakat umum.Aktivitas masyarakat di sekitar Cagar alam juga dibatasi, termasuk masyarakat sekitar Cagar alam di Desa Manggis, Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri. Fenomena pembatasan dengan penutupan Cagar alam ini menarik untuk diteliti karena masyarakat sekitar tetap dapat mengakses Cagar alam. Dalam hal ini aktivitas masyarakat sekitar tidak bisa dipisahkan terhadap Cagar alam Manggis Gadungan pada tahap pasca penutupan.Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana aktivitas masyarakat sekitar pada pasca penutupan Cagar alam Manggis Gadungan?dan (2) Apa saja aktivitas masyarakat sekitar hutan pada tiap tahap pasca penutupan yang terkait penyeimbangan ?.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnografi.Lokasi penelitian ini di Desa Manggis, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri karena di lokasi tersebut Cagar alam ditutup.Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam pada 10 informan dengan pedoman wawancara.Teknik analisis data kualitatif secara kualitatif dengan menggunakan teori penyeimbangan Roy A. Rappaport.Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas masyarakat sekitar cagar alam Manggis Gadungan pasca penutupan adalah mereka tetap menjalanakan program SPKP yaitu, Penagkaran burung, budidaya lebah, pembuatan pupuk organik, serta berdagang, membuka lahan parkir, dan mendukung sekitar Cagar alam menjadi tujuan wisata. Aktivitas masyarakat sekitar hutan tahap pasca penutupan untuk penyeimbangan dengan menjadikan sekitar kawasan konservasi sebagai tempat wisata.Dengan ditutupnya kawasan Cagar alam Manggis Gadungan lebih terjaga ketahanan air tanahnya dan lebih lestari.
Kata kunci : Penyeimbangan, Cagar alam, aktivitas masyarakat sekitar hutan AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.1/Pebruari 2017, hal 26
ABSTRACT Nature reserves are protected State forests, and they have limited access for the general public. Community activities around nature reserves are also restricted, including community around a nature reserve in the village of Manggis subdistrict Puncu, Kediri District. The phenomenon of this restriction is exciting to researched because the surrounding communities still have access the nature reserve. In this case, the activities of the surrounding communities can not be separated from the Manggis Gadungan nature reserve at it’s stage of pre, mid, and post-closure. The formulations of the problem in this research are (1) How the activities of the local community on the pre, mid, and post closure of the Manggis Gadungan nature reserve? and (2) What are the activities of the communities surrounding the forest at each stage of the forest’s closing in regards of balancing?.The methods used in this research is Ethnography. The location of this research is in the village of Manggis sub-district Puncu, Kediri Regency, because in that location the nature reserve was closed. The technique used for collecting data are observation and in-depth interviews on 10 informants using playbook interview. Qualitative data analysis techniques using qualitative theory of balancing of Roy Rappaport. The results of this research show what the activities of the community around the Manggis Gadungan nature reserve post-closure are. They keep running the program SPKP which are bird breeding, bee cultivation, making organic fertilizers, tradings, creating a parking lot, and making the areas around the nature reserve to became a tourist destination. The activities of the communities surrounding the forest post-closure as an effort for balancing by making areas around the conservation area as tourist attractions. With the closure of the area Manggis Gadungan nature reserve, the soil’s water resistance are getting better and more sustainable. Keywords: balancing,nature reserve, forest, community activities surrounding the forest Pendahuluan Hutan di Indonesia adalah
hutan yang berada di Indonesia
tempat bermukim masyarakat yang
melalui
peraturan
Nomor
menggantungkan hidup pada sekitar
P.40/Menhut-II/2010
hutan dengan jumlah masing sebesar
Organisasi
48.800.000 orang (Ditjen RLPS,
Kementerian
2007 diacu dalam Kemenhut, 2011a).
124.022.848,67
Kementrian Kehutanan (Sejak 2014,
2013).
Kementrian Lingkungan Hidup dan
dibagi menjadi hutan lindung, hutan
Kehutanan) mempublikasikan luas
produksi terbatas, hutan produksi
tentang
dan
Tata
Kerja
Kehutanan
adalah
Kawasan
Ha
(Kemenhut,
hutan
tersebut
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.1/Pebruari 2017, hal 27
tetap, hutan produksi yang dapat
menggantungkan hidup pada hutan
dikonversi sesuai dengan UU no 41
utamanya dalam hal pemanfaatannya
tahun 1999 (Arupa, 2014). Pada tiap
untuk
macam jenis hutan tersebut terdapat
kebutuhan hidup.
masyarakat yang bermukim di dalam dan
sekitar
hutan
dengan
memanfaatkanhutan
untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Penduduk dan
Cagar
tinggal
alam
maupun
Manggis-Gadungan
adalah kawasan konservasi dibawah pengelolaan
Balai
Konservasi
Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa
yang bermukim
menggantungkan
tempat
Timur
yang
terletak
di
dusun
berjumlah
Manggis, desa Manggis, kecamatan
10.200.000 jiwa dari 48.800.000 jiwa
Puncu, kabupaten Kediri. Kawasan
masuk dalam kategori miskin. Untuk
konservasi atau masyarakat sekitar
hal itu kebijakan dalam pengelolaan
menyebutnya hutan lindung telah
hutan oleh pemerintah haruslah tepat
lama menjadi kawasan Cagar alam
sasaran tanpa merugikan masyarakat
sejak zaman Kolonial Belanda pada
yang berada di sekitar hutan (RLPS,
tanggal 11 Juli 1911.
2007). Kabupaten Kediri terdapat masyarakat
yang bermukim
Pada
dan
meggantungkan hidupnya terhadap hutan dari mulai pra, proses, maupun
Indonesia
zaman
kemerdekaan
statusnya
masih
dipertahankan sebagai Cagar alam. Kondisi Cagar alam tersebut masih
pasca penutupan.
betahan
seperti
zaman
kolonial
Setiap fungsi hutan di suatu
Belanda tidak berubah dan ada jalan
tempat berpengaruh pada tata cara
penghubung antar desa yang berada
atau
di kawasan konservasi tersebut sejak
model
pengelolaan
mempengaruhi bagi
pola
masyarakat
Pemerintah kebijakan
hutan
pemanfaatan
di
sekitarnya.
sebagai
penentu
jika
salah
dalam
dulu. BKSDA Jawa Timur sebagai pelaksana
program
Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
menetapkan kebijakan, maka akan
dalam rangka melestarikan
mempengaruhi
bersama masyarakat dengan program
masyarakat
yang
hutan
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.1/Pebruari 2017, hal 28
MDK yang salah satunya berada di
dimana sampai terjadi peangkapan
Desa Manggis Kecamatan Puncu
warga
Kabupaten
(www.alha-raka.org).
Kediri.
Pengambilan
kebijakan jangan sampai menjadi polemik atau masalah yang muncul kepada masyarakat di sekitar hutan kawasan konservasi seperti yang pernah terjadi antara pihak Perum Perhutani dengan masyarakat pada tahun
2005
terkait
dengan
pemanfaatan sumber daya hutan (www.stnsumedang.blogspot.co.id). Terbentuknya program MDK
oleh
aparat
Cagar Gadungan
kepolisian
alam
Manggis
atau oleh
masyarakat
setempat
menamainya
Alas
Simpenan adalah aset konservasi yang penting bagi daerah tersebut bila salah pengelolaan tentunya akan mengakibatkan permasalahan sosial antara masyarakat dang penegak hukum
dan
masyarakat
dengan
lngkungan hidup. MDK (Model Desa
(Model Desa Konservasi) ini tidak
Konservasi)
terlepas untuk penyadartahuan atau
meningkatkan
penyuluhan
masyarakat
untuk
kawasan
kebutuhan
hidupnya
konservasi agar ikut melestarikan
kebijakan
kawasan tersebut dan siap dengan
melestarikan kawasan Cagar alam
pengalihfungsian
yang
Manggis Gadungan. BKSDA Jawa
awalnya terbuka aksesnya menjadi
Timur dalam pelaksanaanya program
tertutup.
kepada
tersebut menggandeng masyarakat
masyarakat tentang penutupan akses
dengan adanya wadah kegiatan yaitu
Cagar alam Manggis Gadungan yang
SPKP (Sentra Penyuluh Kehutanan
awalnya terbuka menjadi tertutup ini,
Pedesaan) Wana Jaya.
tentang
kepada
masyarakat
pentingnya
hutan
Pemahaman
pun juga bertujuan meminimalisir silang pendapat yang pernah terjadi antara
masyarakat
dan
perum
Perhutani yang saat itu berselisih tentang pengelolaan hutan produksi
adalah
cara
untuk
keberdayaan
yang
Selama
mencukupi sekaligus
bertujuan
ini
untuk
Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah
berupaya
untuk
mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan lahan Perum Perhutani AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.1/Pebruari 2017, hal 29
dengan
diimplimentasikannya
hutan telah diatur oleh pemerintah
kebijakan
PHBM
(Pengelolaan
melalui Undang-undang. Peraturan
Hutan Bersama Masyarakat) dengan
mengenai pemberdayaan masyarakat
organisasi
LMDH
dan pengelolaan hutan juga sudah
Masyarakat
Desa
(Lembaga Hutan),
dan
dilanjutkan
dengan
diterbitkan
Kementerian
Lingkungan
organisasi lain di bawahnya untuk
melalui
kawasan hutan produksi di lahan
Hidup dan Kehutanan dengan UU
Perum Perhutani. Sedangkan untuk
Nomor P.16/Menhut-II/2011 tentang
hutan yang berfungsi ekologis atau
Pedoman Umum Program Nasional
konservasi dan perlindungan satwa
Pemberdayaan
dan flora pemerintah mengeluarkan
Mandiri.
instrumen kebijakan dengan program
Hidup
MDK
Desa
lembagadibawahnya
melaksanakan
2009
program-program
pemberdayaan
(Model
Konservasi).Sampai
tahun
Masyarakat
Kemeterian dan
Desa
Lingkungan
Kehutanan
melalui
laporan dari departemen Kehutanan
kepada masyarakat yang berada di
(sekarang, Kementrian Lingkungan
sekitar dan dalam hutan seperti
Hidup
telah
Perum Perhutani (Hutan Produksi),
melaksanakan program MDK dengan
BKSDA (Balai Konservasi Sumber
77 (tujuh puluh tujuh) UPT (Unit
daya Alam), dan Direktorat Jendral
Pelaksana Teknis) Direktorat Jendral
Perlindungan Hutan dan Konsevasi
Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam
Alam (PHKA) baik oleh Balai
konservasi maupun lindung.
dan
Konservasi
Kehutanan)
Sumber
Daya
Alam
(BKSDA) ataupun Taman Nasional sejumlah 133 desa di dalam dan sekitar
hutan
(Departemen
kehutanan, 2009).
yang
Cagar
dalam
alam
hutan
Manggis
Gadungan telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat dari akses pra penutupan
yang
terbuka
hingga
ditutupnya akses ke hutan konservasi
Kebijakan tentang kawasan hutan
(PHKA)
berdampak
pada
masyarakat desa sekitar atau dalam
tersebut.
Pelaksanakannya
MDK
(Model Desa Konsevasi) tidak lain untuk
bertujuan
melepaskan
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.1/Pebruari 2017, hal 30
ketergantungan
dari
Cagar alam
Metode
Manggis Gadungan dalam proses penutupan
dan
mengembalikan
Metode adalah
yang
metode
digunakan
Etnografi
fungsi Cagar alam yang sebenarnya
Antropologi
dimana aktivitas manusia terbatas
gambaran
untuk kelestarian flora maupun fauna
pengelolaan dan pemanfaatan hutan
yang ada didalamnya. Oleh karena
oleh masyarakat dengan kolaborasi
itu penelitian menarik dengan adanya
budaya
aktivitas masyarakat yang sebelum
etnografi dapat memberi gambaran
atau
yang
pra
penutupan
yang
untuk
dalam
nyata
mengetahui
mengenai
didalamnya.
lengkap
tata
Adanya
mengenai
sistem
pemanfaatan masyarakat terhadap
pengelolaan dan pemanfaatan hutan
hutan tersebut besar hingga pada
secara
tertutupnya akses hutan konservasi
(Nugraha dan Murtijo, 2005). Pola
yang masih
ada aktivitas
perilaku masyarakat setempat dapat
masyarakat di sekitar hutan. Peneliti
dideskripsikan baik sebelum, proses
tertarik
tentang
maupun pasca penutupan sehingga
masyarakat
ada perbandingan antara sesudah dan
tetap
untuk
fenomena
mengkaji
aktivitas
sekitar terhadap hutan konservasi baik
pra
penutupan,
menyeluruh
dan
lengkap
sebelum penutupan.
proses
Pemilihan metode etnografi
penutupan, maupun pada tahap pasca
dapat memberikan gambaran yang
penutupan.
lengkap dan menyeluruh dalam tata
Berdasarkan
hal
ini
bagaimana aktivitas masyarakat pada
pengelolaan
saat pra, proses, dan pasca penutupan
sumber daya hutan oleh masyarakat
Cagar alam Manggis Gadungan yang
sekitar
telah
holistik dengan pendekatan studi
lama
dimanfaatkan
oleh
serta
hutan.
Pendekatan
yang
masyarakat sekitar dan apa saja
mikro
penyeimbangan
menyajikan data yang akurat dengan
dilakukan.
yang
telah
dan
pemanfaatan
instrumen
alat
komperatif.dapat
penelitian
yang
mampu merekam data. Peneliti memfokuskan pada aktivitas baik pada saat pra, proses, AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.1/Pebruari 2017, hal 31
dan pasca penutupan Cagar alam
sehingga
Manggis
Gadungan
(Spradley, 1997)
pemanfaatan
dan
dalam
penyeimbangan
data
Teknik
hutan oleh masyarakat. Pada tiap fase
kualitatif
memiliki keunikan dalam proses
penelitiadalah
penyeimbangan
wawancara
baik
oleh
menjadi
akurat
pengumpulan
data
digunakan
oleh
observasi
dan
yang
mendalam
terhadap
masyarakat sekitar terhadap Cagar
informan. Informan yang diambil
alam Manggis Gadungan.
adalah
Berbagai
yang
ikut
dari
berpartisipasi sejak pra, proses, dan
pra,
penutupan serta masyarakat yang
yang
merasakan perubahan dari fase-fase
dilakukan oleh masyarakat sekitar
yang ada. Pengumpulan data lewat
kawasan
pengamatan
aktivitas
tindakan
masyarakat
masyarakat
proses,
pasca
pada
penutupan
konservasi.
Metode
dan
wawancara
Etnografi dipilih untuk pemandu
mendalam
dalam proses penelitian. Metode
penelitian untuk mengetahui tahapan
etnografi ini juga dipilih untuk
pra, proses, dan pasca penutupan
memahami perilaku dari manusia
serta
dengan hutan pada beberbagai fase
masyarakat.
yang
terjadi,.
ditemukan
Perilaku
dengan
dapat
menanyakan
diutamakan
dalam
mendeskripsikan
Observasi memahami
pada
aktivitas
bertujuan tahap
aktivitas
kepada seseorang yang dianggap
pasca penutupan apa saja yang
memenuhi kriteria dan pengetahuan
dilakukan masyarakat sekitar hutan
hal yang ditanyakan. Hal ini terkait
sehari-harinya. Peneliti selama tujuh
dengan
hari
pertanyaan
aktivitas
telah
melakuan
observasi
masyarakat pra, proses, dan pasca
terhadap lingkungan sekitar hutan
penutupan
Manggis
Cagar alam Manggis Gadungan yang
pendukung
penduduknya masih hidup dengan
Gadungan.
Cagar
alam
Peralatan
seperti handphone dengan aplikasi
menggantungkan
recorder, kamera digunakan untuk
pertanian.
merekam
data
dan
buku
saku
diperlukan dalam proses penelitian
hidup
Pengumpulan diperoleh
dari
data
observasi
pada
yang atau
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.1/Pebruari 2017, hal 32
pengamatan
dari
menganalisa yang telah di dapatkan
wawancara mendalam. Wawancara
dari hasil penelitian di lapangan
mendalam
Interview)
tentang aktivitas masyarakat sekitar
menggunakan
Cagar alam Manggis Gadungan.
tersebut
juga
didapat
(Indepth disusun
pedoman
wawancara
kepada
informan.
Hasil
penelitian
yang
dianalisa
merupakan data dari hasil observasi, wawancara mendalam, serta studi
Wawancara dilakukan dengan cara
indepth
wawancara
interview
atau
mendalam
supaya
mendapatkan informasi yang detail dan lengkap.Wawancara dilakukan dengan
ketersediaan
informan.Informan
dipilih
oleh
ketentuan bahwa yang dipilih sebagai informan merupakan orang yang paham tentang tahapan pra, proses, penutupan.
menetapkan
Peneliti
informan
dalam
penelitian ini yaitu, salah Ketua dan Sekertaris SPKP (Sentra Penyuluh Kehutanan Pedesaan) Wana Jaya, Sekertaris Desa Manggis, Sesepuh Dusun, Ketua RW, dan petani yang beraktivitas di sekitar Cagar alam Manggis
Gadungan
serta
dua
pedagang dan dua pengujung sekitar Cagar alam pasca penutupan.
dari
berbagai
sumber
ilmiah.Metode-metode pengumpulan data tersebut merupakan metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif.
waktu
peneliti secara sengaja tetapi dengan
pasca
literartur
Dari hasil penelitian tersebut akan dijabarkan melalui hasil analisa berupa
narasi
deskriptif,
supaya
semua hasil informasi atau data yang diperoleh dapat tersampaikan secara jelas
dan
detail.
Selain
itudata
kualitatif dianalisis dengan teori Penyeimbangan
dari
Roy
Rappaport
A.
(1967).
Denganmenggunakan penyeimbangan
bisa
teori menjelaskan
dan menganalisis permasalahan pada tahap pra, proses, hingga pasca penutupan kawasan konservasi yang berdasar
penelitian
Jers
(2012)
tentang penyeimbangan masyarakat muna terkait hutan, ekonomi dan
data
masyarakat. Dengan begitu teori
digunakan untuk mengolah data atau
tersebut digunakan untuk mengetahui
Pada bagian
analisa
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.1/Pebruari 2017, hal 33
aktivitas dan penyeimbangan yang
pada
masayrakat.Pemanfaatannya
dilakukan oleh masayrakat
berupa ketahanan air yang disimpan oleh hutan konservasi. Kekhasan
HasilPenelitian
sumur yang ada di masyarakat
Aktivitas masayrakat sekitar
dimana debit sumur pada musim
Gadungan
hujan surut namun pada musim
sudah berjalan lama baik untuk
kemarau justru debit air naik, secara
pemanfaatan
normal adalah sebaliknya.
Cagar
alam
Manggis
secara
langsung
maupun tidak langsung pada tahap pra atau sebelum penutupan. Adanya akses jalan penghubung antar desa yang masuk dikawasan konservasi sudah berlangsung pada tahun 1911 yang
sampai
tahun
2014
tetap
dimanfaatakan sebagai sarana jalan penghubung.
Pemahaman tentang
alam
Manggis
Gadungan atau Alas Simpenan telah sama mengenai ketahanan air. Hutan konservasi terjaga sumber air juga tersedia.Pemahaman bagi masyarkat tentang hutan konservasi pun terjaga pada saat sebelum maupun sesudah
Pemanfaatan
masyarakat
penutupan.
secara langsung dalam hal ini adalah pemanfaatan
hasil
hutan
dirasakan.Pemanfaatannya
bisa adalah
mengambil hasil hutan baik berupa ramban(pakan
ternak),
rencek
(ranting), tanaman obat, madu hutan, dan kemiri untuk dijual kembali dimana
Cagar
masyarakat
untuk
Pada
proses
penutupan
masyarakat mengurangi aktivitasnya dengan didirikannya SPKP Wana Jaya. Diperketatnya keamanan dan mulai dikembalikan fungsi hutan konservasi pada semestinya, yaitu terbatas aksesnya.
mencukupi
kebutuhannya saja.
Dimulainya program bantuan yang dilaksanakan SPKP pada tahun
Pemanfaatan langsung
secara
yang dimaksud
tidak adalah
manfaat yang tidak secara langsung
2010 untuk hutan lestari diharapkan untuk
wadah
dan
beralihnya
masyarakat untuk masuk kedalam
dirasakan namun memiliki dampak AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.1/Pebruari 2017, hal 34
kawasan
konservasi
tempat untuk melihat satwa (monyet)
ttersebut.Program dari dan untuk
diluar kawasan.Muncul pengunjung
masyarakat ini adalah kemitraan dan
dan pedagang di sekitar kawasan
pembinaan
(Balai
dimanfaatkan untuk berdagang dan
Konservasi Sumber Daya Alam)
tempat hiburan.Lahan parkir yang
Jawa Timur.Samapai pada tahun
dikelola oleh masyarakat setempat
tahun 2016 program yang masih
dan
berjalan adalah Penangkaran burung,
potensi
pembuatan pupuk bokashi (organik),
penutupan oleh masyarakat.
dari
BKSDA
tempat
dagangan
menjadi
pemanfaatan
pasca
dan budidaya lebah madu. Pada tahun 2016, BKSDA Pada 2014 penutupan akses
Jawa Timur dangan Perum Perhutani
Cagar alam mulai dilakukan dengan
KPH (Kesatuan Pemangku Hutan)
menutup jalan dan adanya pohon
Manggis
roboh
jalan.
membuat wilayah buffer zoneatau
sebelumnya
zona penyangga seluas 40 meter
dengan memasang spanduk untuk
mengelilingi Cagar alam Manggis
memberitahuan bahwa akses jalan di
Gadungan yang dipergunkan untuk
dalam kawasan konservasi
menjaga
yang
Sosialisasi
menutup
dilakukan
akan
bekerjasama
jarak
antara
untuk
kawasan
ditutup, menjaring pendapat dengan
konservasi dan interaksi dari luar.
kuisioner juga dilakukan, sosialisasi
Pada pembuatanbuffer zone ini juga
informal
pentingnya
masih tetap ada kegiatan masyarakat
kelesetarian kawasan dan ditutupnya
dengan mengunjungi kawasan dan
akses kedalam kawasan dilakukan.
berdagang.
tentang
Secara resmi pada 2015 akses
Pembahasan
jalan ditutup dan telah dibangunnya jalan pengganti.Penutupan tersebut tidak membuat kawasan konservasi semakin
sepi
namun
berubah
menjadi tempat untuk berwisata.Hal ini
dikarekan
terkonsentrasinya
Aktivitas masyarakat sekitar Cagar alam Manggis Gadungan pada tahap pra, proses, maupun pasca penutupan.Pada setiap tahap tersebut masyarakat
melakukan
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.1/Pebruari 2017, hal 35
penyeimbangannya.Penyeimbangan
secara
menyeluruh
yang dilakukan mengutamakan pada
masyarakat.
dimanfaatkan
lingkungannya, yaitu Cagar alam Pada tahap pasca penutupan
Manggis Gadungan.
tidak membuat kawasan menjadi Pada
tahap
masyarakat
prapenutupan
memanfaatkan
hasil
tempat
yang
pengunjung
tertutup.Datangnya
mendatang
pedagang
hutan untuk kebutuhan hidupnya saja
untuk memenuhi kebutuhan para
atau subsisten.Akses hutan walaupun
pengunjung.Lahan
masih terbuka, masyarakat dalam
daganagn mendatang manfaat bagi
mengambil hasil hutan tetap menjaga
masyarakat
kelestarian
ini.Penutupan hutan konservasi yang
hutan
dan
tidak
mengambil
secara
berlebihan.Penyeimbangan
parkir
pasca
bertujuan
dan
penutupan
melindungi
dan
yang
melestarikan flaura dan fauna ayang
dilakukan dengan mengambil hasl
ada didalamanya begitu juga untuk
hutan dengan menjaga dan tetap
ketahanan sumber air tanah.
melestarikan hutan konservasi. Kesimpulan Pada tahap proses penutupan Masyarakat
masyarakat cenderung mengurangi aktivitasnya terhadap Cagar alam Manggis
Gadungan.
Pemberian
wadah dan pengetatan pengamanan menjadikan
masayrakat
beralih.Sosialisasi
pentingnya
kawasan diberitahukan
konservasi dan
juga
pemberitahuan
penutupan.Penyeimbangan
alam
Manggis
Manggis,
yang
hidup
Desa Puncu,
di
sekitar
hutan.
Hubungan timbal balik antara hutan dan masayrakat adalah hal yang wajar karena saling membuthkan. Aktivtas pra, proses, pasca penutupan
memanfaatkan
membuktikan
yang telah ada, meskipun tidak bisa
Cagar
Kabupaten Kediri adalah masyarakat
yang
bantuan
Gadungan,
Kecamatan
dilakukan masayrakat adalah dengan program
sekitar
dengan
adalah
tahapan
bahwa konservasi
menyeimbangkan
yang
masayrakat saling dalam
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.1/Pebruari 2017, hal 36
kesejahteraan
masyarakat
dengan
lingkungan ekologis yang lestari.
potensi yang ada di sekitar kawasan tersebut.Datangnya pengunjung dan munculnya pedagang medatangkan
Pada tahapan pra dengan terbukanya
akses
mengambil
masayrakat
hasil
hutan
memperhitungkan kelestarian
dan
tetap menjaga
hutan.Masyarakat
mengambil kebutuhan secukupnya saja
karena
untuk
memenuhi
kebutuhan.Penyeimbangan
antara
hutan
dalam
dan
masyarakat
potensibaru berupa tempat wisata di sekitar kawasan konservasi tersebut. Penyeimbangan pada tahap pasca penutupan ini dilakukan masyarakat untuk memanfaatkan potensi wisata tersebut untuk mensejahterakan dan tetap menjaga kelsetarian dengan penutupan
Cagar
alam
Manggis
Gadungan tersebut
kesejahteraan adalah terpenuhinya kebutuhan
masyarakat
terjaganya
lingkungan
dan hutan
konservasi. Aktivitas masyarakat pada proses
penutupan
masayrakat
cenderung mengurangi dan beralih perlahan.
Peralihan
ini
dengan
program
dilatarbelakangi
bantuan dari kemitraan SPKP dan BKSDA.Penyeimbangan dilakukan
adalah
yang
mengampenyekan pentingnya Cagar alam Manggis Gadungan utamanya ketahanan air tanah. Cagar
Anonim (2011) http://alharaka.org/pengorganisasiandari-yang-kecil/ diakses pada 03/11/2015 pukul 13.37 WIB. Arupa (2014) Mendorong Pengelolaan Hutan Lindung oleh Pemerintahan Daerah di Jawa Timur. Arupa, Yogyakarta.
dengan
memanfaatkan program bantuan dan
Penutupan
Daftar Pustaka
alam
Manggis Gadungan tidak menutup
Departemen Kehutanan (2009). Laporan Nasional Pelaksanaan Model Desa Konservasi (MDK). Bogor: Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam (PJLWA). Jakarta: Depatemen Kehutanan.
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.1/Pebruari 2017, hal 37
Jers, La Ode Topo (2012) Menebang Jati Mengejar Rupiah (Studi Etnografi Hutan Jati Muna).Disertasi Program Studi Fakultas Ilmu Budaya UGM.Yogyakarta.
Rappaport, Roy A. (1967) http://www.jstor.org/stable/37 72735?seq=1#page_scan_tab _contents
diakses
pada
02/11/2016 pukul 15.16 WIB
Kementerian Kehutanan. (2011a) Pedoman Umum Pengembangan Perhutanan Masyarakat Pedesaan Berbasis Konservasi. Jakarta: Kementrian Kehutanan. Kementerian Kehutanan (2013) Statistik Kementrian Kehutanan 2013. Jakarta: Kementerian Kehutanan. Nugraha, Agung. Murtijo., (2005) Antropologi Kehutanan, Banten: Wana Aksara. Pradana. Donny (2009) 7 Petani Kecamatan Puncu ditahan lagi (Diakses pada: 03/11/2015, pukul 14.07] http://stnsumedang.blogspot.c o.id/2005_11_01_archive.htm l diakses pada 03/11/2015 pukul 14.07 WIB. Spradley, James p. (2007) Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.1/Pebruari 2017, hal 38