AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SERBUK n-HEKSANA DAN METANOL HASIL PENGERINGAN SEMPROT EKSTRAK KELADI TIKUS (Typhonium divaricatum (L) Decne Yunahara Farida1, Lestari Rahayu1, Faizatun1 1
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jagakarsa Jakarta 12640 Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan hasil pengeringan semprot ekstrak n-heksana dan ekstrak metanol daun keladi tikus (Typhonium divaricatum (L) Decne menggunakan maltodekstrin sebagai pengisi dan penambah kelarutan. Terhadap serbuk n-heksana dan metanol dilakukan uji aktivitas antioksidan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Hasil uji terhadap serbuk n-heksana menggunakan maltodekstrin 35, 40 dan 45% diperoleh nilai IC50 berturut-turut adalah IC50 283,29 bpj, 167,99 bpj dan 121,15 bpj. Hasil uji terhadap serbuk metanol menggunakan maltodekstrin 40, 45 dan 55% diperoleh nilai IC50 berturut-turut adalah 58,78 bpj, 59.78 bpj dan 54,09 bpj. Dari hasil uji menunjukkan bahwa serbuk metanol memiliki nilai IC50 lebih tinggi dibandingkan dengan serbuk n-heksana, tetapi lebih kecil dibandingkan dengan vitamin C sebagai kontrol dengan nilai IC50 7,59 bpj Kata kunci: Keladi tikus (Typhonium divaricatum (L) Decne, maltodekstrin, pengeringan semprot, DPPH
PENDAHULUAN Antioksidan merupakan senyawa yang sangat berperan dalam kesehatan terutama dalam menetralkan dan melawan bahan toksik (radikal bebas) dan menghambat terjadinya kerusakan sel atau jaringan yang diduga dapat memicu timbulnya penyakit kanker. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat reaktif dalam upaya mendapatkan pasangan elektronnya dan dapat terbentuk radikal bebas baru dari atom atau molekul yang elektronnya terambil untuk berpasangan dengan radikal bebas sebelumnya. Senyawa antioksidan dari tumbuhan seperti asam askorbat, tokoferol, fenol, flavonoid diketahui berpotensi mengurangi resiko penyakit degeneratif tersebut (Okawa, et al, 2001; Aqil et.al., 2006). Aktivitas antioksidan flavonoid tergantung pada struktur molekulnya terutama gugus prenil. Dalam penelitian menunjukkan bahwa gugus prenil flavonoid dikembangkan untuk pencegahan atau terapi terhadap penyakit-penyakit yang diasosiasikan dengan radikal bebas. Birt et.al., 2001). Salah satu tumbuhan yang diduga memiliki aktivitas antioksidan adalah tanaman keladi tikus (Typhonium divaricatum (L) Decne, familia Araceae, merupakan salah satu jenis tanaman liar yang belum banyak dikenal oleh masyarakat. Berdasarkan penelitian, ekstrak umbi keladi tikus mempunyai efek
antioksidan dan antibakteri (Mohan S, et.al., 2008). Secara empiris, masyarakat Indonesia menggunakan nya untuk terapi kanker atau tumor. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak tanaman keladi tikus yang telah mengalami proses pengeringan semprot (spray drying) dengan penambahan maltodekstrin sebagai spray drying agent digunakan metode peredaman radikal bebas DPPH. Pada metode ini radikal bebas DPPH diredam oleh antioksidan yang terdapat dalam sampel uji dan membentuk 1,1,-difenil-2-pikril hidrazin, yang memberikan hasil dengan perubahan warna dari ungu menjadi kuning yang dapat diukur dengan spektrofotometer cahaya tampak pada λ 515 nm.
BAHAN DAN METODE Bahan. Ekstrak n-heksana dan metanol daun keladi tikus. Bahan kimia: maltodekstrin (Roquette), nheksana, metanol, DPPH, Vitamin C. Alat. Spray dryer (Buchi 190), Karl Fischer Moisturemeter (Mitsubishi A-06), Spektrofotometer UV-Vis ( Hitachi U-2000), Labu tentukur 5 mL, 25 mL dan 50 mL (Pyrex), inkubator, vortex, alat sentrifuge, mikropipet (Eppendorf), timbangan analitik, dan alat-alat gelas.
Kongres Ilmiah XVIII Ikatan Apoteker Indonesia di Makasar, 10 – 12 Desember 2010
METODE Optimasi suhu pengering semprot. Optimasi suhu pengering semprot terhadap ekstrak nheksana dan metanol daun keladi tikus dilakukan pada suhu inlet 170oC-190oC dan suhu outlet untuk ekstrak n-heksana 90oC serta suhu outlet ekstrak metanol 80oC menggunakan maltodekstrin dengan konsentrasi 35%. Suhu pengering semprot yang akan digunakan selanjutnya dipilih berdasarkan parameter sifat fisik serbuk yang dihasilkan dan kadar air serbuk. Kadar air yang memenuhi syarat untuk bahan alam yakni dipilih kadar yang paling kecil dan tidak lebih dari 10%. Penentuan konsentrasi maltodekstrin. Konsentrasi maltodekstrin yang digunakan adalah 25%-45% untuk ekstrak n-heksana pada suhu 170oC dan 25 -55% untuk ekstrak metanol pada suhu 190oC. Pemilihan dan penetapan konsentrasi maltodekstrin yang digunakan untuk pengeringan semprot yakni berdasarkan sifat organoleptik dan kadar air serbuk. Berdasarkan hasil organoleptik dan evaluasi kadar maka dipilih konsentrasi maltodekstrin 35,40 dan 45% untuk ekstrak n-heksana dan 40, 45 dan 55% untuk ekstrak metanol. Pembuatan serbuk kering. Ekstrak kental n-heksana dan metanol ditambahkan maltodekstrin dengan konsentrasi 35, 40 dan 45% (n-heksana) 40, 45 dan 55% (metanol) dikeringkan dengan metode pengeringan semprot menggunakan spray dryer. Serbuk hasil pengeringan semprot di uji aktivitas antioksidan dengan metode peredaman radikal bebas DPPH.. Uji aktivitas antioksidan dengan peredaman radikal bebas DPPH. Dibuat larutan induk sampel 1000 bpj menggunakan metanol sebagai pelarut. Kemudian untuk membuat larutan sampel dengan konsentrasi 5, 10, 25, 50 dan 100 bpj, dipipet 25 µL, 50 µL, 125 µL, 250 µL dan 500 µL larutan induk dimasukkan ke dalam lima labu tentukur 5 mL. Larutan vitamin C sebagai kontrol positif dibuat dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 bpj. Ke dalam masing-masing tabung ditambahkan 1,0 mL larutan DPPH 1 mM dan diencerkan dengan metanol sampai 5,0 mL. Setelah homogen, tabung yang berisi larutan tersebut diinkubasi dalam penangas air 37°C selama 30 menit. Serapan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimun 515 nm. Nilai IC50 diperoleh dari persamaan garis regresi linier dari kurva hubungan antara konsentrasi serbuk uji dan persentase peredaman radikal bebas, sehingga didapatkan persamaan y = a + bx. Semakin kecil
nilai IC50, makin aktif serbuk uji tersebut sebagai peredam radikal bebas DPPH.
HASIL DAN PEMBAHASAN Optimasi suhu pengering semprot Berdasarkan hasil pengujian, suhu yang optimal adalah suhu dengan kadar air terendah seperti terlihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Hasil optimasi suhu pengering semprot Sampel
n-heksana
metanol
Suhu inlet (oC) 170 180 190 170 180 190
Suhu outlet (oC) 90
80
Kadar air (%) 5,902 6.125 6,210 6,369 5,650 3,196
Berdasarkan tabel untuk ekstrak n-heksana digunakan suhu inlet 170oC dan suhu outlet 90oC serta untuk ekstrak metanol suhu inlet 1900C dan suhu outlet 800C, maka suhu tersebut dipilih untuk digunakan seterusnya. Penentuan konsentrasi maltodekstrin.. Hasil penentuan konsentrasi maltodekstrin ekstrak nheksana dan metanol menggunakan pengering semprot seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil penentuan konsentrasi maltodekstrin Sampel
Suhu inlet/outlet (oC)
n-heksana
170/90
metanol
190/80
Maltodekstrin (%) 25 30 35 40 45 25 30 35 40 45 50 55
Kadar air (%) 8,528 7,5207 6,588 6,865 7,124 6,3495 8,2020 5,5785 4,4515 4,5980 5,3810 4,8345
Berdasarkan Tabel 2. serbuk n-heksana dan metanol memenuhi persyaratan kadar air untuk bahan alam yaitu tidak lebih dari 10%. Namun dipilih tiga konsentrasi maltodekstrin dengan kadar air yang terendah yakni 35, 40 dan 45% untuk n-heksana dan 40, 45 dan 55% untuk metanol. Konsentrasi
Kongres Ilmiah XVIII Ikatan Apoteker Indonesia di Makasar, 10 – 12 Desember 2010
maltodekstrin terbaik sebagai pengisi tidak hanya ditentukan dari hasil penetapan kadar air serbuk saja. Uji Antioksidan dengan Metode DPPH. Hasil uji aktivitas antioksidan terhadap serbuk nheksana dan metanol hasil pengeringan semprot seperti terlihat pada Tabel 3 dan 4 dan Gambar 1, 2 dan 3. Dalam uji digunakan vitamin C sebagai kontrol positif. 50 45
Hambatan (%)
40 35 30 25 20 15 10 5 0 0
10
20
30
40 50 60 70 Konse ntras i (bpj)
n-heksana 35%
80
n-heksana 40%
90
100
110
n-heksana 45%
Tabel 4. Persentase hambatan dan nilai IC50 dari serbuk metanol hasil pengeringan semprot Sampel Konsentrasi Hambatan IC50 (bpj) (%) (bpj) 25 3.57 Metanol-40% 50 10.10 maltodekstrin 58,78 125 16.23 250 40.58 500 87.83 25 -2.69 50 5.27 Metanol-45% 59,78 125 8.30 maltodekstrin 250 47.05 500 87.22 25 -4.49 50 1.40 Metanol-55% 54,09 125 22.16 maltodekstrin 250 72.14 500 87.62
Gambar 1. Grafik hubungan antara konsentrasi dan hambatan serbuk n-heksana
350 325 300 275 250
IC50 (bpj)
Tabel 3. Persentase hambatan dan nilai IC50 dari serbuk n-heksana hasil pengeringan semprot Sampel Konsentrasi Hambatan IC50 (bpj) (bpj) (%) 25 3.96 n-heksana50 4.37 35% 283.29 125 9.28 maltodekstrin 250 13.47 500 19.25 25 9.75 50 10.06 n-heksana167.99 125 9.39 40% 250 15.05 maltodekstrin 500 34.43 25 6.72 n-heksana50 8.29 45% 121.15 125 7.71 maltodekstrin 250 18.13 500 44.05
225 200 175 150 125 100 75 50 25 0
Heks-35% Heks-40% Heks-45% Met-40% Malto Malto Malto Malto
Met-45% Malto
Met-55% Malto
Vit.C
Sampel
Gambar 3. Histogram IC50 serbuk n-heksana dan metanol Berdasarkan data Tabel dan Gambar dari hasil uji peredaman radikal bebas DPPH menunjukkan bahwa serbuk metanol hasil pengeringan semprot lebih aktif dibandingkan dengan serbuk n-heksana. Nilai IC50 serbuk metanol berturut-turut 58,78 bpj, 59,78 bpj dan 54,09 bpj. Apabila dibandingkan dengan vit.C, maka aktivitas antioksidan vit.C masih lebih tinggi (7,59 bpj).
KESIMPULAN
100
Hambatan (%)
80
Serbuk metanol hasil pengeringan semprot menggunakan maltodekstrin sebagai spray drying agent mempunyai aktivitas antioksidan lebih baik (lebih aktif) dibandingkan serbuk n-heksana.
60
40
20
0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
-20
110
UCAPAN TERIMA KASIH
Kons entras i (bpj) metanol 40%
metanol 45%
metanol 55%
Gambar 2. Grafik hubungan antara konsentrasi dan hambatan serbuk metanol
Terima kasih kepada DP2M, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemendiknas, yang telah mendanai penelitian ini.
Kongres Ilmiah XVIII Ikatan Apoteker Indonesia di Makasar, 10 – 12 Desember 2010
DAFTAR PUSTAKA Okawa, M., Kinjo, J., Nohara, T., Ono, M. 2001. DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picryl hydrazyl) radical scavenging activity of flavonoids obtained from some medicinal plants, Biol.Pharm. Bull. 24 (10), 1202-1205. Mohan S., Abdul A.B., Wahab S.I.A.,Al-Zubairi A.S., Elhassan M.M., Yousif M. 2008. Antibacterial and antioxidant activities of Typhonium flagelliforme (Lodd) Blume Tuber. American J. of Biochem. and Biotech., 4(4):402407. Setyohartini S. 1976. Pengeringan semprot. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Pertanian; hal. 25. Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1989. Teori dan praktek farmasi industri. Edisi III Vol 1.Diterjemahkan oleh Suyatmi S. Jakarta: UI Press; hal. 101-2, 127-8, 130. Kim J.B., Cho K.J., Konig G.M. and Wright A.D. 2006. Antioxidant activity of 3,4,5Trihydroxybenzaldehyde Isolated from japonicum. J.of Food and Drug Analysis, Vol 14, No.1, 190-3
Yen GC, Chen HY. 1995. Antioxidant activity of various tea extract in relation to their antimutagenity. J. Agric Food Chem. 27-32. Kumalaningsih S. antioksidan alami. Surabaya: Trubus Agrisarana; 2006. hal.4,16-22. Aqil F., Iqbal Ahmad, Zafar Mehmood .,2006. Antioxidant and Free Radical Scavenging Properties of Twelve Traditionally Used Indian Medicinal Plants., Turk J Biol., 30 : 177-183. Birth D.F., Hendrich, S., dan Wang, W., 2001. Dietary agents in cancer prevention: flavonoids and isoflavonoid, Pharmacol.Ther.90: 157-177. Pourmorad.F., Hosseinimehr S,J., Shahabimajd N., 2006. Antioxidant activity, phenol and flavonoid contents of some selected Iranian medicinal plants. African J.of Biotech. Vol 5 (11). P.1142-1145.
Kongres Ilmiah XVIII Ikatan Apoteker Indonesia di Makasar, 10 – 12 Desember 2010
Kongres Ilmiah XVIII Ikatan Apoteker Indonesia di Makasar, 10 – 12 Desember 2010
Kongres Ilmiah XVIII Ikatan Apoteker Indonesia di Makasar, 10 – 12 Desember 2010