ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI
ENI ROHMA WIYATI
AKTIVITAS ANTIMIKROBA FRAKSI EKSTRAK ETIL ASETAT JAMUR ENDOFIT Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) DARI Alyxia reinwardtii Bl.
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA SURABAYA 2011
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lembar Pengesahan
AKTIVITAS ANTIMIKROBA FRAKSI EKSTRAK ETIL ASETAT JAMUR ENDOFIT Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) DARI Alyxia reinwardtii Bl.
SKRIPSI Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga 2011
Oleh :
ENI ROHMA WIYATI NIM : 050710202
Disetujui Oleh :
Pembimbing Utama
Pembimbing Serta
Prof.Dr.Noor Cholies Zaini NIP. 194311211971091001
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Prof.Dr.Noor Erma S., Apt, MS. NIP. 195211281980022001
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufiq serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Dengan selesainya skripsi yang berjudul “AKTIVITAS ANTIMIKROBA FRAKSI EKSTRAK ETIL ASETAT JAMUR ENDOFIT Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) DARI Alyxia reinwardtii Bl.” ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Hj. Umi Athijah, Apt., MS. selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. 2. Prof. Dr. Noor Cholies Zaini sebagai pembimbing utama yang dengan penuh kesabaran dalam membimbing dan memberi dorongan baik moril maupun materiil kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 3. Prof. Dr. Noor Erma S. Apt., MS. sebagai pembimbing serta yang dengan penuh kesabaran dalam membimbing dan memberi dorongan baik moril maupun materiil kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 4. Dr. Isnaeni, MS. dan Dr. Idha Kusumawati, SSi.,MSi. selaku dosen penguji atas segala saran, kritikan, dan masukan untuk terselesaikannya skripsi ini. 5. Ir. Hj. Rully Susilowati, MSi. sebagai dosen wali dengan penuh kesabaran memberi dorongan dan semangat kepada penulis, sehingga penulis mampu menjalani kuliah dengan penuh semangat. 6. PT. Widatra, atas bantuan mikroba uji dan teman-teman endofit 2007 yang senantiasa bekerja sama dengan baik dan penuh dukungan. Penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga dimohon kritik dan saran guna menyempurnakan penyusunan skripsi ini. Surabaya,
Agustus 2011 Penulis
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
RINGKASAN Aktivitas Antimikroba Fraksi Ekstrak Etil Asetat Jamur Endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) dari Alyxia reinwardtii Bl. Eni Rohma Wiyati Endofit adalah mikroba yang hidup pada jaringan tanaman tanpa menyebabkan gejala yang merugikan bagi tanaman inang. Endofit ditemukan pada semua bagian tanaman termasuk xilem dan floem (Tejesvi et al, 2007). Endofit yang paling sering diisolasi adalah jamur. Jamur endofit mempunyai potensi tak terbatas dan secara ekonomis penting bagi industri farmasi dan bidang pertanian sebagai sumber bahan alami berharga untuk bahan baku berkhasiat obat, enzim dan biokontrol masa depan (Sugijanto NE, 2008). Endofit berkontribusi pada tanaman inang dengan memproduksi metabolit sekunder yang digunakan untuk proteksi dan pertahanan hidup tanaman inang. Beberapa contoh metabolit yang telah diisolasi dapat digunakan sebagai bahan antibiotik, anti jamur, imunosupresan, dan antikanker (Strobel dan Daisy, 2003). Pulasari (Alyxia reindwartii Bl.) merupakan salah satu tumbuhan obat Indonesia yang mempunyai khasiat antidiare, antidemam, antiasma, antibakteri, antijamur, pengelat (astringent), pengecil pori-pori, karminatif, kejang perut, kelebihan asam lambung, mulas, meningkatkan nafsu makan, dan disentri (Hariana, 2009). Salah satu mikroba endofit yang telah diisolasi dari Alyxia reinwardtii Bl. (Sugijanto et al., 2006) dan telah dideterminasi oleh Universität Düsseldorf adalah jamur endofit Kabatiella caulivora var.B. Dian (2008) telah melakukan uji aktivitas antimikroba ekstrak metanol, etil asetat, dan diklorometana jamur endofit Kabatiella caulivora var.B. Hasil uji aktivitas terhadap 6 mikroba uji menghasilkan zona hambat. Mengingat hal tersebut penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mengetahui fraksi mana yang aktif. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji aktivitas antimikroba fraksi ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538, Escherichia Coli ATCC 8739 dan Candida albicans ATCC 10231. Metode uji digunakan difusi cakram kertas dengan mikroba uji S.aureus ATCC 6538, E.Coli ATCC 8739 dan C. albicans ATCC 10231. Hasil fraksinasi dari 2,51 gram ekstrak menggunakan kromatografi kolom dengan eluen n-heksana – etil asetat – metanol secara gradien menghasilkan 20 fraksi. Hasil uji aktivitas menunjukkan bahwa 15 fraksi dari 20 fraksi tersebut menghasilkan zona hambat terhadap 3 mikroba uji. Hambatan fraksi terbesar terhadap E. Coli ATCC 8739 dan C. albicans ATCC 10231 ditunjukkan oleh fraksi ke-7 sedangkan terhadap S. aureus ATCC 6538 ditunjukkan fraksi ke-5. Fraksi ke-18 memberikan zona hambat terhadap mikroba uji terhadap E. Coli ATCC 8739 dan C.albicans ATCC 10231 sedangkan fraksi ke-19 hanya memberikan zona hambat terhadap mikroba uji S. aureus ATCC 6538. Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk melakukan isolasi terhadap senyawa aktif yang terdapat dalam masing-masing fraksi dan menguji potensi aktivitas antimikrobanya.
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
ABSTRACT
Antimicrobial activity of fraction of ethyl acetat extract endophytic fungi of Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) from Alyxia reinwardtii Bl.
Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) is one of endophytic fungi was isolated from Pulasari (Alyxia reinwardtii Bl.). The aim of the study was to assay 20 fractions of ethyl acetate extract Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) against Staphylococcus aureus ATCC 6538, Escherichia Coli ATCC 8739 and Candida albicans ATCC 10231. The assay was conducted disc diffusion method. The activity was evaluated by determination of the diameter of zone of inhibition. The result showed that at least 15 fractions of 20 fractions of ethyl acetat extract Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) had antimicrobial activity against Staphylococcus aureus ATCC 6538, Escherichia Coli ATCC 8739 and Candida albicans ATCC 10231. The higgest activity against Escherichia Coli ATCC 8739 and Candida albicans ATCC 10231 was showed by 7th fraction eventhough against Staphylococcus aureus ATCC 6538 was showed fraction 5th. Key words
Skripsi
: Antimicrobial, endophytic fungi, Kabatiella caulivora var.B, Alyxia reinwardtii Bl.
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR…………….............................................................. iii RINGKASAN …….………………………………………………………. iv ABSTRACT ………………………………………………………………. v DAFTAR ISI…………………….…………………………….................... vi DAFTAR TABEL…………………………………………….................... ix DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… x DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xi DAFTAR SINGKATAN………………………………………….............. xii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………………………………………...………… 1 1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….. 3 1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………...4 1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………. 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Alyxia reinwardtii Bl…………………………..5 2.1.1 Klasifikasi……………………………………………………….5 2.1.2 Nama daerah…………………………………………… .…….. 5 2.1.3 Morfologi tumbuhan…………………………………...……….6 2.1.4 Ekologi dan penyebaran……………………………….………. 6 2.1.5 Budidaya……………………………………………………… 6 2.1.6 Kandungan kimia……………………………………………… 6 2.2 Tinjauan Tentang Isolasi………………………………………… 7 2.2.1 Pengertian isolasi………………………………………. ………7 2.2.2 Prosedur isolasi jamur endofi dari tanaman inang…………..… 7 2.3 Tinjauan Tentang Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B)……… 7 2.4 Tinjauan Tentang Jamur Endofit………………………………… 8 2.4.1 Pengertian jamur endofit……………………………………… 8 2.4.2 Media kultur jamur endofit……..……………………………... 8
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
2.5 Tinjauan Tentang Fraksinasi…………………………………….. 8 2.5.1 Pengertian fraksinasi……………………………….………….. 8 2.5.2 Proses fraksinasi ekstrak jamur endofit………………….……..9 2.6 Tinjauan Tentang Kromatografi Kolom ……………….……….. 9 2.7 Tinjauan Tentang Antimikroba………………………………….. 9 2.7.1 Pengertian antimikroba……………….……………………….. 9 2.7.2 Faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikroba……….……. 9 2.7.3 Aktivitas antimikroba………………………………………...... 10 2.7.4 Metode uji aktivitas antimikroba……………………………… 11 2.8 Tinjauan Tentang Mikroba Uji…………………………………... 11 2.8.1 Staphylococcus aureus……………………………………...… 11 2.8.2 Escherichia coli...……….………………………………...…… 12 2.8.3 Candida albicans……………….…………………………...… 12 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL…………………………………… 14 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Bahan…………………………………………………………….. 16 4.1.1 Jamur endofit………………………………………………….. 16 4.1.2 Bahan kimia…….……………………………………………… 16 4.1.3 Mikroba uji…….………………………………………………. 16 4.2 Alat………………………………………………………………. 16 4.3 Pelaksanaan Penelitian…………………...………………….……16 4.3.1 Penyiapan media………………………………………………. 16 4.3.1.1 Pembuatan media padat (malt extract agar)………...………. 16 4.3.1.2 Pembuatan media cair (malt extract)………………………… 17 4.3.2 Inokulasi jamur endofit pada media padat yaitu malt extract agar (pembuatan stok kultur)……………………….………… 17 4.3.3 Inokulasi jamur endofit pada media cair malt extract.…………17 4.3.4 Pemanenan jamur endofit dari media cair…………………………... 17 4.3.5 Ekstraksi jamur endofit……………………………………….. 18 4.3.6 Fraksinasi ekstrak jamur endofit……...………………............. 18 4.3.7 Penyiapan alat untuk uji aktivitas …………….………….…… 19
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
4.3.8 Penyiapan media uji aktivitas…………………………………. 19 4.3.8.1 Media nutrient agar…………………………………………. 19 4.3.8.2 Pembuatan media benih bakteri………………………………19 4.3.8.3 Media sabouraud dextrose agar…………………………….. 20 4.3.9 Kultivasi mikroba uji……………………………..…………… 20 4.3.10 Pembuatan suspensi mikroba uji……….……………………. 20 4.3.11 Pembuatan larutan uji………………………………………... 20 4.3.11.1 Pembuatan larutan streptomisin sulfat 100 ppm………….... 20 4.3.11.2 Pembuatan larutan ketokonazol 2000 ppm.………………... 21 4.3.11.3 Pembuatan larutan fraksi uji 100000 ppm ……...…………. 21 4.3.12 Pelaksanaan uji aktivitas antimikroba dengan metode difusi cakram ………………………………………………… 21 4.4 Skema Percobaan……………………………………………….. 22 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Pembuatan Ekstrak…….………………………………….. 25 5.2 Fraksinasi……...………………………………………………….25 5.3 Aktivitas antimikroba fraksi ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B)…………………………. 29 BAB 6 PEMBAHASAN …………………………………………………. 36 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan………………………………………………………. 40 7.2 Saran …………………………………………………………….. 40 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 41
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 5.1 Sistem eluen yang digunakan untuk Kromatografi Kolom………26 Tabel 5.2 Penggabungan fraksi sejenis…………………………………….. 27 Tabel 5.3 Aktivitas Antimikroba Fraksi Ekstrak Etil Asetat Jamur Endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) terhadap Staphylococcus aureus
ATCC 6538, Escherichia Coli ATCC 8739 dan
Candida albicans ATCC 10231…………………………………… 29 Tabel 5.4 Hasil Pengamatan Uji aktivitas Antimikroba Fraksi Ekstrak Etil Asetat Jamur Endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538…………………... 30 Tabel 5.5 Hasil Pengamatan Uji aktivitas Antimikroba Fraksi Ekstrak Etil Asetat Jamur Endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) terhadap Escherichia Coli ATCC 8739………………….……... 32 Tabel 5.6 Hasil Pengamatan Uji aktivitas Antimikroba Fraksi Ekstrak Etil Asetat Jamur Endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) terhadap Candida albicans ATCC 10231………………………. 34
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 Kerangka Konseptual…………….…………………………… 15 Gambar 4.1 Skema Inokulasi, pemanenan, dan ekstraksi ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B)……... 22 Gambar 4.2 Skema fraksinasi ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B)……………………... 23 Gambar 4.3 Skema percobaan pelaksanaan uji aktivitas antimikroba fraksi ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B…………………………………………………….. 24 Gambar 5.1 Proses fraksinasi menggunakan kromatografi kolom. Fase diam yang digunakan silica gel 60 dan Fase gerak yang digunakan
n-heksana – etil asetat – metanol
secara gradien…………………………………………………. 25 Gambar 5.2 Kromatogram KLT fraksi (1-20) hasil kromatografi kolom ekstrak etil asetat Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B), dengan silica gel 60F254 eluen n-heksana : etil asetat = 1 : 9 (A) dan etil asetat : metanol = 3 : 1 (B dan C)…………………………. 28 Gambar 5.3 Uji aktivitas aktivitas antimikroba berbagai fraksi ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538 pada pengamatan ke – 24 jam. ..………………………………………………….. 31 Gambar 5.4 Uji aktivitas aktivitas antimikroba berbagai fraksi ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B terhadap Escherichia Coli ATCC 8739 pada pengamatan ke – 24 jam… 33 Gambar 5.5 Uji aktivitas aktivitas antimikroba berbagai fraksi ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B terhadap Candida albicans ATCC 10231 pada pengamatan ke – 24 jam 35
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Surat Keterangan identifikasi Alyxia reinwardtii Bl………….. 46 Lampiran 2 Surat keterangan identifikasi Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B)……………………………………………………. 47 Lampiran 3 Hasil identifikasi secara mikroskopis Kabatiella caulivora var.B (ALE.30.B) …………………………………………….. 48 Lampiran 4 Kromatogram fraksi penggabungan ekstrak etil asetat Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B)………………………. 49 Lampiran 5 Sertifikat Escherichia coli ATCC 8739………………………. 54 Lampiran 6 Sertifikat Staphylococcus aureus ATCC 6538………………..55 Lampiran 7 Hasil Identifikasi Mikroskopis Staphylococcus aureus ATCC 6538…………………………………………………… 56 Lampiran 8 Hasil Identifikasi Mikroskopis Escherichia coli ATCC 8739).. 57 Lampiran 9 Hasil Identifikasi Mikroskopis Candida albicans ATCC 1023. 58 Lampiran 10 Sertifikat Ketokonazol………………………………………. 59 Lampiran 11 Identitas Produk Injeksi Streptomisin ………………………. 60 Lampiran 12 Kadar fraksi Ekstrak Etil Asetat Jamur Endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) ………………………………… 61 Lampiran 13 Hasil Pengamatan Uji aktivitas antimikroba terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus ATCC 6538 pada jam ke-24………... 62 Lampiran 14Hasil Pengamatan Uji aktivitas antimikroba terhadap bakteri uji Escherichia Coli ATCC 8739 pada jam ke-24……………… 64 Lampiran 15 Hasil Pengamatan Uji aktivitas antimikroba terhadap Candida albicans ATCC 10231 pada jam ke-24……………. 66
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR SINGKATAN
Skripsi
ALE 30.B
: Alyxia Reinwardtii strain/galur B nomor 30
ATCC
: American Type Culture Collection
DMSO
: dimethylsulfoxide
mg
: miligram
var
: varietas
m
: meter
cm
: centimeter
ml
: mililiter
g
: gram
KHM
: Konsentrasi Hambat Minimal
KBM
: Konsentrasi Bunuh Minimal
µl
: mikroliter
mm
: milimeter
µg
: mikrogram
p.a.
: pro analisis
LAFC
: Laminair Air Flow Cabinet
UV
: Ultra Violet
nm
: nanometer
ppm
: part per million
ULP
: Unit Layanan Pengujian
SA
: Staphylococus aureus
EC
: Escherhichia coli
SA
: Staphylococcus aureus
EtOAc/EA
: Etil asetat
SD
: Standart Deviation
RSD
: Relative Standart Deviation
Rf
: Retardation factor
K
: Keruh
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi
J
: Jernih
v/v
: volum/volum
dst
: dan seterusnya
HIV
: human imunodeficiency virus
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Meningkatnya penyakit infeksi yang sulit dicegah karena bakteri atau mikroba telah mengalami resistensi terhadap obat antimikroba (Fauci, 2010). Agen antimikroba telah digunakan selama hampir 70 tahun untuk menyembuhkan pasien yang mengalami penyakit infeksi. Sejak tahun 1940, obat - obat ini memiliki peranan besar dalam mengurangi kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi. Banyak fungi, virus, dan parasit yang mengembangkan resistensinya terhadap antimikroba karena ketidaktepatan dalam peresepan dan penggunaan obat - obat tersebut. Beberapa kasus, seperti infeksi human immunodeficiency virus (HIV), influenza, dan malaria menjadi masalah dunia dekade terakhir ini karena tidak tersedianya antimikroba yang mampu melawan mikroorganisme yang telah resisten/ galur MDR (multi-drug resistant) (cdc, 2011). Hal ini mendorong para ahli untuk mencari sumber bahan baku obat dari bahan alam yang dapat digunakan untuk produksi obat antimikroba (Muhammad dan Kumala, 2008). Terdapat 300.000 spesies tanaman yang berbeda di bumi kita dan beberapa di antaranya telah diisolasi bahan aktifnya. Beberapa di antara tumbuhan tersebut telah diisolasi mikroba endofitnya (Strobel, 2003). Endofit adalah mikroba yang hidup pada jaringan tanaman tanpa menyebabkan gejala yang merugikan bagi tanaman inang. Endofit ditemukan pada semua bagian tanaman termasuk xilem dan floem (Tejesvi et al., 2007). Endofit yang paling sering diisolasi adalah jamur. Jamur endofit mempunyai potensi tak terbatas dan secara ekonomis penting bagi industri farmasi dan bidang pertanian sebagai sumber bahan alami berharga untuk bahan baku berkhasiat obat, enzim dan biokontrol masa depan (Sugijanto NE, 2008). Endofit berkontribusi pada tanaman inang dengan memproduksi metabolit sekunder yang digunakan untuk proteksi dan pertahanan hidup tanaman inang (Strobel dan Daisy, 2003). Beberapa metabolit sekunder yang diperoleh kemudian diisolasi dan dikarakterisasi yang kemungkinan mempunyai potensi untuk
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
pengobatan, pertanian, dan industri farmasi (Strobel dan Daisy, 2003). Pertama kali, Gusman dan Vanhaelen mendeskripsikan metabolit sekunder dari 38 jamur endofit beserta aktivitas biologinya, dengan lebih komprehensif, Tan dan Zou telah mempresentasikan 138 metabolit sekunder jamur endofit sebelum tahun 2000 (Gunatilaka, 2006). Beberapa contoh yang telah diisolasi dapat digunakan sebagai antibiotik, anti jamur, imunosupresan, dan antikanker (Strobel dan Daisy, 2003). Beberapa penelitian tentang endofit sebagai penghasil senyawa berkhasiat, antara lain Pestalotiopsis jesteri dideskripsikan sebagai jamur endofit yang berasal dari sungai Sepik, Papua Nugini, menghasilkan jesterone dan hydroxyjesterone, yang menunjukkan aktivitas antifungi melawan berbagai jamur patogen. Endofit Fusarium sp dari tanaman Selaginella pallescens, diperoleh dari Costa Rica, telah diuji aktivitas antifunginya. Agen antifungi baru, CR377, telah diisolasi dari kultur cairan jamur endofit menunjukkan aktivitas potennya melawan Candida albicans. Suatu galur dari Pseudomonas microspora telah diisolasi dari tanaman Torreya taxifolia dan memproduksi beberapa metabolit yang mempunyai aktivitas antifungi (Strobel dan Daisy, 2003). Jamur endofit yang terdapat dalam tanaman merupakan mikroorganisme yang menyediakan sumber metabolit sekunder (Tejesvi et al., 2007). Mayoritas jamur endofit telah diisolasi dari tanaman tingkat tinggi, tetapi ada beberapa tanaman herba yang telah diuji keberadaan jamur endofit di dalamnya (Tejesvi et al., 2007). Menurut Strobel dan Daisy (2003), salah satu strategi yang digunakan untuk memperoleh metabolit sekunder berkhasiat obat adalah dengan menyeleksi tanaman yang mempunyai tempat tumbuh yang ‘unik’, mempunyai kegunaan etnobotani, mempunyai umur yang ekstrim atau pada lokasi endemik. Alyxia reinwardtii Bl. merupakan tanaman tingkat tinggi berkasiat obat dan digunakan sebagai jamu, tumbuh di hutan-hutan dan lereng-lereng gunung yang beriklim tropik (Anonim, 1977). Salah satu mikroba endofit yang telah diisolasi dari Alyxia reinwardtii Bl. (Sugijanto NE et al., 2003) dan telah dideterminasi oleh Institüt für Pharmazeutische Biologie, Universität Düsseldorf adalah jamur endofit Kabatiella caulivora var.B.
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Penelitian telah dilakukan oleh Dian (2008) untuk mengetahui aktivitas antimikroba ekstrak metanol, etil asetat, dan diklorometana jamur endofit Kabatiella caulivora var.B. Hasil uji aktivitas terhadap 6 mikroba uji, ekstrak metanol menunjukkan aktivitas terhadap semua mikroba uji, kecuali terhadap Staphylococus aureus ATCC 25923 dan Candida albicans pada konsentrasi 5 mg/disk. Pada kedua mikroba uji ini, ekstrak metanol hanya menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 10 mg. Sedangkan ekstrak etil asetat menunjukkan aktivitas terhadap semua mikroba uji pada konsentrasi 5 mg maupun 10 mg. Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji aktivitas antimikroba pada fraksi-fraksi ekstrak etil asetat Kabatiella caulivora var.B karena ekstrak etil asetat menunjukkan aktivitas terhadap semua mikroba uji pada konsentrasi 5 mg maupun 10 mg (Dian, 2008). Aktivitas biologis diketahui dengan uji daya antimikroba secara invitro dengan menggunakan difusi cakram kertas (Bauer dan Kirby, 1966). Dalam hal ini dilakukan uji aktivitas antimikroba fraksi ekstrak etil asetat yang berasal dari jamur endofit Kabatiella caulivora var.B pada konsentrasi 2 mg/disk, dengan menggunakan mikroba uji Staphylococcus aureus ATCC 6538 yang mewakili bakteri gram positif, Escherichia Coli ATCC 8739 mewakili bakteri gram negatif dan Candida albicans ATCC 10231 mewakili golongan jamur. Diharapkan dari penelitian ini nanti dapat diperoleh fraksi yang mempunyai aktivitas antimikroba dari ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B dalam upaya memperoleh
sumber
alternatif baru
penghasil
antimikroba serta
dapat
berkontribusi dalam dunia kesehatan pada umumnya dan kefarmasian pada khususnya.
1.2 Rumusan Masalah Apakah fraksi-fraksi dalam ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B mempunyai aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538, Escherichia Coli ATCC 8739 dan Candida albicans ATCC 10231?
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
1.3 Tujuan Penelitian Melakukan uji aktivitas antimikroba dan mengetahui aktivitas antimikroba dari hasil fraksinasi ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538, Escherichia Coli ATCC 8739 dan Candida albicans ATCC 10231.
1.4 Manfaat Penelitian Diharapkan diperoleh fraksi yang memiliki aktivitas antimikroba dari ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B dari tanaman pulasari (Alyxia reinwardtii Bl.) dalam upaya memperoleh sumber alternatif baru penghasil antimikroba.
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Alyxia reinwardtii Bl. 2.1.1 Klasifikasi Domain
: Eukaryota
Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Viridaeplantae
Phylum
: Magnoliophyta
Subphylum
: Euphyllophytina
Infraphylum
: Radiatopses
Class
: Magnoliopsida
Subclass
: Lamiidae
Superordo
: Gentiananae
Ordo
: Apocynales
Family
: Apocynaceae
Genus
: Alyxia
Spesies
: reinwardtii - Blume
Botanical name : Alyxia reinwardtii Blume (Buitenzorg, 2009)
2.1.2 Nama daerah Jawa
: Arey palasari, Arey pulasari, palasari, pulasari (Sunda), pulasari
(Jawa), pulasari, das plasare (Madura), adas
pulasari (Jakarta). Nusa Tenggara : Pulasari (Bali) Sumatera
:Akar mempelai hari, empelas hari, mempelas hari, palasari, pulasari (Melayu), talatari (Aceh).
Sulawesi
: Pulasari, calpari (Makasar), calapari (Bugis), balasari (Buton).
Maluku
: Purasane (Ambon)
(Anonim, 1997)
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
2.1.3 Morfologi tumbuhan Tumbuhan berupa semak yang menanjak atau merambat, tinggi 5 m sampai 10 m, dalam keadaan subur, batang utama dapat sebesar lengan dan menjalar ditanah, dari batang utama timbul cabang-cabang sebesar ibu jari. Cabang-cabang utama tidak berdaun, hanya dibagian atas terdapat daun-daun yang terpusar 3 sampai 4 helai bersama-sama; helai daun berbentuk gelondong atau lonjong dengan pangkal daun dan ujung daun meruncing, lebar daun 1 cm sampai 2,5 cm dan panjang daun 3 cm sampai 10 cm, tangkai daun tebal dan panjang 0,5 cm sampai 1 cm; penulangan daun menyirip dengan banyak cabang-cabang, helai daun tipis. Perbungaan malai, terdapat pada ketiak daun satu atau berpasangan, panjang tangkai (gagang) malai 4 mm sampai 6 mm dan berbunga 3 sampai 6 buah; bunga kecil, warna putih, berkelipatan lima; kelopak terbagi dalam bagian-bagian kelopak berbentuk bundar telur dan sempit; mahkota berbentuk corong dan berwarna putih (Anonim, 1977).
2.1.4 Ekologi dan penyebaran Tumbuhan liar yang merambat ini diketemukan tersebar di seluruh Asia yang beriklim tropik di hutan-hutan dan lereng-lereng gunung, juga di Australia dan kepulauan-kepulauan di Pasifik (Anonim, 1977).
2.1.5 Budidaya Budidaya tanaman ini belum banyak diketahui, hanya cara yang paling mudah untuk memperbanyak tanaman yakni dengan menggunakan stek batang yang telah berakar. Sifat batang ini apabila menyentuh tanah, terangsang untuk mengeluarkan akar yang kemudian membentuk tanaman baru (Anonim, 1977).
2.1.6 Kandungan kimia Pulasari mempunyai rasa seperti kumarin dan pahit. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam tumbuhan pulasari diantaranya asam betulinat, tannin, alkaloid, glikosida, saponin, flavonoid, minyak atsiri, dan pulasariosida. Kulit mengandung kumarin, zat samak, zat pahit, dan alkaloid (Hariana, 2009)
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
2.2 Tinjauan Tentang Isolasi 2.2.1 Pengertian isolasi Isolasi adalah suatu pembedahan bahan kimia organisme, dalam rangka mengkarakterisasi metabolit yang terkandung, biasanya metabolit sekunder yang menonjol pada organisme, atau sekelompok organisme, dan berada dalam semua sistem kehidupan, seperti kandungannya berguna untuk kimia, ekologi atau terapi kanker, dan lain-lain (Cannell, 1998).
2.2.2 Prosedur isolasi jamur endofit dari tanaman inang Kulit batang, daun, dan batang tanaman Alyxia reinwardtii Bl. dicuci dengan air suling. Sampel tanaman dipotong 2 - 3 cm kemudian direndam alkohol 70% v/v dengan dilakukan optimasi waktu, bervariasi antara 1, 3, 5, 7, 10, 15, 20 menit, dibilas air suling steril. Selanjutnya disterilkan dengan larutan chlorox dengan dioptimasi waktu dan berbagai kadar pengenceran, antara 20%, 30%, dst hingga 75% v/v dengan variasi waktu perendaman 10 menit, 15, 20, 30, 45, hingga 60 menit. Selanjutnya dibilas dengan air suling steril, ditanam pada media agar steril (malt extract agar). Isolasi endofit tersebut dilakukan di Laminair Air Flow Cabinet secara aseptis. Media ditanami potongan tanaman steril, diinkubasi 3 – 14 hari. Dalam waktu tersebut apabila potongan tanaman tetap steril, secara aseptis dipotong pada bagian tengah dan potongan tersebut dipindahkan ke dalam media segar. Setelah 3 – 28 hari akan tumbuh miselium endofit dari bagian tanaman yang dipotong. Subkultivasi dan pemisahan jamur endofit dilakukan setekah kultur jamur endufit tumbuh baik. (Sugijanto NE et al., 2008)
2.3 Tinjauan Tentang Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B)
Skripsi
Kingdom
: Fungi
Phylum
: Ascomycota
Class
: Dothideomycetes
Subclass
: Dothideomycetidae
Order
: Dothideales
Family
: Dothioraceae
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Genus
: Kabatiella
Species
: Kabatiella caulivora
Binomial name : Kabatiella caulivora (Kirchn.) Karak., (1923) Sinonim
: Aureobasidium caulivorum (Kirchn.) W.B. Cooke, (1962) Exobasidiopsis caulivora (Kirschst.) Karak., (1922) Gloeosporium caulivorum Kirchn., (1902)
(Anonim, 2009)
2.4 Tinjauan Tentang Jamur Endofit 2.4.1 Pengertian jamur endofit Endofit adalah mikroba (fungi dan bakteri) yang hidup pada jaringan tanaman tanpa menyebabkan gejala yang merugikan bagi tanaman inang. Endofit ditemukan pada semua bagian tanaman termasuk xilem dan floem (Tejesvi et al., 2007). Endofit berkontribusi pada tanaman inang dengan memproduksi metabolit sekunder yang digunakan untuk proteksi dan pertahanan hidup tanaman inang (Strobel dan Daisy, 2003)
2.4.2 Media kultur jamur endofit Media yang digunakan untuk kultur jamur endofit yaitu Malt Extract Agar (Sugijanto NE et al., 2009)
2.5 Tinjauan Tentang Fraksinasi 2.5.1 Pengertian fraksinasi Fraksinasi adalah semua proses pemisahan campuran menjadi beberapa bagian senyawa. Pemisahan senyawa dalam ekstrak dapat difraksinasi dengan ekstraksi cair – cair dan atau kromatografi kolom, kromatografi vakum, dan kromatografi lapis tipis. Tipe fraksinasi bergantung sampel dan tujuan pemisahan. Cirinya, suatu kolom dijalankan dan eluasi diatur serta dibagi menjadi beberapa ukuran fraksi, kemudian diikuti analisis fraksi untuk mendeterminasi kandungan senyawa (Cannell, 1998)
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
2.5.2 Proses fraksinasi ekstrak jamur endofit Metabolit kasar (ekstrak) dipisahkan melalui Kromatografi Kolom dengan menggunakan sistem fase diam dan fase gerak ditetapkan melalui KLT (Tarman, 2011)
2.6 Tinjauan Tentang Kromatografi Kolom Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan, memurnikan, dan mengisolasi komponen dalam campuran. Fase diam dikemas dalam kolom gelas atau plastik yang inert. Fase mobil terdiri dari campuran dua atau lebih pelarut yang dioptimasi melalui KLT (Kromatografi Lapis Tipis), yang ideal untuk komponen yang dikehendaki memiliki Rf ± 0,25 (Channell, 1998). Fase mobil bergerak melewati kolom akibat gravitasi atau tekanan dari luar. Interaksi yang terjadi antara komponen senyawa, fase diam dan fase mobil tergantung pada fase diam yang digunakan. Panjang kolom dan interval penetesan (kecepatan fase mobil melintasi kolom) tergantung jumlah sampel dan banyaknya komponen yang perlu dipisahkan (Channell, 1998)
2.7 Tinjauan Tentang Antimikroba 2.7.1 Pengertian antimikroba Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain (Setiabudy, 2007)
2.7.2 Faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikroba Beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikroba antara lain pH lingkungan, komponen-komponen medium, stabilitas obat, takaran inokulum, lamanya inkubasi, dan aktivitas metabolisme mikroorganisme. Beberapa macam obat lebih aktif dalam pH asam (misalnya nitrofurantoin), yang lain pada pH alkalis (misalnya streptomisin, sulfonamida). Selain itu adanya garam sangat menghambat streptomisin. PABA (Para Amino Benzoic Acid) dalam ekstrak jaringan adalah antagonis dengan sulfonamide. Protein serum
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
mengikat penisilin dalam jumlah yang berbeda-beda, dari 40% untuk metisilin sampai 96% untuk eksasilin. Pada suhu inkubator, beberapa zat antimikroba kehilangan aktivitasnya. Klortetrasiklin cepat menjadi nonaktif dan penisilin lebih lambat, sedangkan streptomisin, kloramfenikol, dan polimiksin B stabil untuk waktu yang lama. Pada umumnya semakin besar inokulum bakteri, maka kesensitifan organisme akan semakin rendah. Populasi bakteri yang besar dapat menghambat tumbuhnya bakteri lebih kurang cepat dan kurang sempurna daripada populasi yang lebih kecil, di samping itu, kemungkinan terjadinya mutan resisten adalah lebih besar. Semakin besar inokulum, daerah hambat akan semakin kecil, oleh karena itu, densitas inokulum harus disesuaikan sedemikian rupa, sehingga pertumbuhan koloni tampak bersatu dan tidak sebagai suatu filum yang bersinambungan. Hasil pengujian cara difusi berbeda berdasarkan pada jumlah dan kondisi lingkungan bakteri yang ditanam dan sukar dibakukan, maka perlu dievaluasi dengan cara membandingkan dengan pengujian kontrol yang menggunakan organisme baku yang telah diketahui sensitivitasnya. Dalam banyak hal mikroorganisme tidak terbunuh dalam waktu kontak yang pendek tetapi hanya terhambat. Semakin lama berlanjutnya inkubasi semakin besar kemungkinan timbulnya mutan yang resisten, atau anggota populasi bermultiplikasi, karena obat itu terurai. Aktivitas metabolisme mikroorganisme juga mempengaruhi uji aktivitas. Pada umumnya organisme yang sedang aktif dan cepat tumbuh lebih sensitif terhadap aktivitas obat daripada yang sedang berada dalam fase istirahat. Mikroorganisme yang sedang mempertahankan diri untuk tetap hidup (persisten) dari segi metabolisme adalah nonaktif dan dapat bertahan dalam waktu lama dalam kontak dengan obat, meskipun organisme ini pada awalnya sangat sensitif terhadap obat tertentu. (Irianto, 2007)
2.7.3 Aktivitas antimikroba Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatika; dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisida. Kadar
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya masing-masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Antimikroba tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM (Setiabudy, 2007)
2.7.4 Metode uji aktivitas antimikroba Efek daya hambat ekstrak dilakukan pada bakteri patogen terhadap manusia dan jamur yang diuji dengan memodifikasi metode Kirby– Bauer (1966) dimana tiap paper-disc/cakram (6 mm diameter) diberi 20 µl larutan sampel pada konsentrasi 100000 µg/mL (konsentrasi 2 mg/cakram). Menurut Tarman (2011) konsentrasi yang dimasukkan ke dalam cakram dengan tujuan untuk pemeriksaan/screening sebesar 1 mg/cakram atau 2 mg/cakram untuk komponen yang masih kasar (crude) dan berbagai konsentrasi (300, 100, 50, dan 25 µg/cakram untuk komponen murni.
2.8 Tinjauan Tentang Mikroba Uji 2.8.1 Staphylococcus aureus Famili
: Bacteria
Kelas
: Firmicutes
Bangsa : Bacillales Suku
: Staphylococcaceae
Marga : Staphylococcus Jenis
: Staphylococcus aureus
Staphylococci adalah bakteri Gram-positif bulat, yang merupakan kluster berbentuk seperti anggur yang bergerak. Staphylococci merupakan bakteri anaerob fakultatif. Mereka terutama tumbuh dengan respirasi aerobik, atau fermentasi yang menghasilkan asam laktat. Ada dua jenis koloni yang terbentuk yaitu yang dibentuk oleh S. aureus adalah kuning dan agak besar pada media yang kaya, sedangkan yang dibentuk oleh S. epidermidi berwarna putih dan membentuk koloni yang relatif kecil pada media yang kaya.
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Galur Staphylococcus resisten terhadap antibiotik yang paling kuat sehingga mendorong para peneliti untuk mencari alternatif/cara yang lebih efektif melawan Staphylococcus. Staphylococcus aureus merupakan flora normal dari kulit dan selaput lendir di hidung manusia. S. aureus menular baik hewan dan manusia. Sekitar 30% dari populasi yang sehat normal dipengaruhi oleh S. aureus karena berkolonisasi pada host manusia. Staphylococcus aureus adalah penyebab paling umum infeksi dan bertanggung jawab atas berbagai penyakit termasuk: infeksi kulit ringan (impetigo, folikulitis, dll), penyakit invasif (infeksi luka, osteomielitis, bakteremia dengan komplikasi metastasis, dll), dan racun dimediasi penyakit (keracunan makanan, toxic shock syndrome atau TSS, skala sindrom kulit, dll. Infeksi superfisial umum meliputi impetigo, selulitis, folikulitis. Infeksi yang didapat masyarakat bakteremia influde, endokarditis, osteomylitis, pneumonia dan infeksi luka kurang umum. (Anonim, 2004)
2.8.2 Esherichia coli Esherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang, kadang – kadang berkapsul, bergerak dengan flagel peritrik dan tidak membentuk spora. Diameternya sekitar 0,7 µm dan panjangnya 1-4 µm (Smith et al., 1960). Koloninya berbentuk mukoid. Pada media Mac Conkey berwarna merah muda, karena dapat mengadakan fermentasi laktosa menjadi gas dalam medium (Jawetz et al., 1996)
2.8.3 Candida albicans Candida albicans merupakan jamur dimorphic yang menyebabkan infeksi oportunistik berat manusia beberapa diantaranya infeksi kutan, vaginitis, infeksi usus, dan infeksi sistemik Candida albicans dikenal sebagai jamur komensal terhadap hewan berdarah panas termasuk manusia dengan berkoloni pada permukaan mukosa rongga mulut, vagina dan pencernaan serta dapat menyebabkan bebrapa infeksi tergantung pada
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
inangnya. Oleh karena itu, infeksi C. albicans (candidiasis) sangat jarang dalam kesehatan individu. Candidiasis dapat dibagi mejadi permukaan (seperti oral dan vaginal serta chronic mucocutaneous candidiasis) dan tempat dalam (seperti Candida - myocarditis dan acute disseminated Candida septicaemia). Untuk beberapa alasan (terapi immunosupresif, kateterisasi jangka lama, dan penggunaan antibiotik spektrum luas), infeksi Candida meningkat secara drastis selama dua dekade terakhir (Molero, 1998)
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
Pulasari (Alyxia reindwartii Bl.) merupakan salah satu tumbuhan obat di Indonesia yang mempunyai khasiat antidiare, antidemam, antiasma, antibakteri, antijamur, pengelat (astringent), pengecil pori-pori, karminatif, kejang perut, kelebihan asam lambung, mulas, meningkatkan nafsu makan, dan disentri (Hariana, 2009). Saat ini telah diisolasi beberapa jamur endofit dari pulasari, diantaranya Kabatiella caulivora var.B (Sugijanto NE et al., 2006) Endofit adalah mikroba yang hidup pada jaringan tanaman tanpa menyebabkan gejala yang merugikan bagi tanaman inang (Tejesvi et al., 2007). Endofit berkontribusi pada tanaman inang dengan memproduksi metabolit sekunder yang digunakan untuk proteksi dan pertahanan hidup tanaman inang. Beberapa
metabolit
sekunder
yang
diperoleh
kemudian
diisolasi
dan
dikarakterisasi yang kemungkinan mempunyai potensi untuk digunakan dalam pengobatan, pertanian, industri farmasi, sebagai bahan dasar antibiotik, anti jamur, imunosupresan, dan antikanker (Strobel dan Daisy, 2003) Pada penelitian sebelumnya telah diteliti mengenai aktivitas antimikroba ekstrak metanol, etil asetat, dan diklorometana jamur endofit Kabatiella caulivora var.B. Hasil uji aktivitas terhadap 6 mikroba uji, pada ekstrak etil asetat menunjukkan aktivitas terhadap semua mikroba uji pada konsentrasi 5 mg maupun 10 mg. Ekstrak etil asetat Kabatiella caulivora var.B mengandung banyak senyawa diantaranya golongan seskuiterpen, steroid, dan terpenoid (Irfiani, 2005). Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas antimikroba fraksi etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B terhadap mikroba uji Staphylococcus aureus ATCC 6538, Escherichia Coli ATCC 8739 dan Candida albicans ATCC 10231. Kemampuan mikroba endofit memproduksi senyawa metabolit sekunder merupakan peluang yang sangat besar untuk memproduksi metabolit sekunder berkhasiat obat. Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat diduga bahwa fraksi etil asetat dari jamur endofit Kabatiella caulivora var.B mempunyai aktivitas antimikroba.
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Alyxia reindwartii Bl.(pulasari) merupakan salah satu tumbuhan obat di Indonesia yang mempunyai khasiat antidiare, antidemam, antibakteri, antijamur, pengelat (astringent), pengecil pori-pori, karminatif, kejang perut, kelebihan asam lambung, mulas, dan disentri (Hariana, 2009)
Kabatiella caulivora var.B terdapat didalam Alyxia reindwartii Bl. (Sugijanto NE et al., 2003)
Endofit berkontribusi pada tanaman inang dengan memproduksi metabolit sekunder yang digunakan untuk proteksi dan pertahanan hidup tanaman inang serta memiliki khasiat antijamur, imunosupresan, dan antikanker, dan sebagai bahan dasar antibiotik (Strobel dan Daisy, 2003)
Ekstrak etil asetat Kabatiella caulivora var.B telah diuji daya antimikrobanya terhadap 6 mikroba uji, beberapa diantaranya Staphylococcus aureus, Escherhichia coli, dan Candida albicans (Dian, 2008)
Ekstrak etil asetat Kabatiella caulivora var.B mengandung banyak senyawa di antaranya golongan seskuiterpen, steroid, dan terpenoid (Irfiani, 2005)
Ekstrak terdiri dari beberapa macam fraksi yang terkandung didalamnya (Tarman, 2011)
Fraksi-fraksi ekstrak etil asetat Kabatiella caulivora var.B mengandung senyawa kimia yang berkhasiat antara lain antimikroba
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Bahan 4.1.1 Jamur endofit Jamur endofit Kabatiella caulivora var.B yang diisolasi dari tanaman pulasari
(Alyxia
reinwardtii
Bl.)
dan
dideterminasi
oleh
Institüt
für
Pharmazeutische Biologie, Universität Düsseldorf (Sugijanto NE et al., 2003).
4.1.2 Bahan Kimia Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian adalah etil asetat (Merck, p.a), malt extrat agar, agar (food grade), Nutrient broth (Oxoid), streptomisin (pharmaceutical grade), ketokonazol, larutan Normal Salin (NaCl 0,9%), etanol 70%, silica gel 60, Sabouraud Dextrose Agar
4.1.3 Mikroba Uji Staphylococcus aureus ATCC 6538, Escherichia Coli ATCC 8739 dan Candida albicans ATCC 10231 diperoleh dari PT Widatra.
4.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rotavapour laborata 4000 merk Heidolph, pH meter, LAFC (Dalton), autoclave (Huxley HL-340 Speedy), inkubator, timbangan analitik (Alsep), petri dishes (cawan petri), culture tubs (tabung kultur), appendorf, soccorex, vortex, öse, pinset, jangka sorong, cakram kertas (Oxoid), berbagai alat gelas lainnya.
4.3 Pelaksanaan Penelitian 4.3.1 Penyiapan media 4.3.1.1 Pembuatan media padat (malt extract agar) Malt extract dan agar dengan bagian yang sama dilarutkan air suling dengan pemanasan, setelah larut dibagi dalam beberapa tabung reaksi masing-masing 8 mL. Tabung reaksi ditutup kapas dan disterilkan dengan autoklaf selama 15
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
menit pada suhu 121oC. Selanjutnya, tabung reaksi dimiringkan sehingga terbentuk media agar miring. Media tersebut dibiarkan selama 3 hari dalam tempat yang bersih dan apabila terbukti steril (tidak terkontaminasi) secara visual (terlihat tidak tumbuh jamur), maka media tersebut dapat digunakan untuk inokulasi.
4.3.1.2 Pembuatan media cair (malt extract) Malt extract dilarutkan dalam air suling hingga tepat tanda (15 g malt extract per 1 liter air suling), lalu dilakukan pengecekan pH dengan pH meter, pH sekitar 5,5-5,8. Setelah itu, media dituang ke botol masing-masing 40 mL lalu botol ditutup dengan kapas dan disterilkan dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC. Media tersebut dibiarkan selama 3 hari dalam tempat yang bersih dan apabila terbukti steril (tidak terkontaminasi) secara visual (terlihat tidak tumbuh jamur) maka media tersebut dapat digunakan untuk inokulasi.
4.3.2 Inokulasi jamur endofit pada media padat yaitu malt extract agar (pembuatan stok kultur) Jamur endofit induk yang diperoleh dari penelitian Sugijanto NE et al., (2003) diinokulasi ke media Malt extract Agar dalam ruang LAFC. Dalam 3 hari dapat dilihat secara visual apakah jamur telah tumbuh tanpa kontaminasi. Jamur yang tidak terkontaminasi dapat di pindah ke media cair.
4.3.3 Inokulasi jamur endofit pada media cair malt extract Jamur endofit dari media padat (Malt Extract Agar) umur 4-7 hari diinokulasi ke media cair Malt extract diinkubasi selama 4 minggu dan bila tidak terjadi kontaminasi dapat dilakukan pemanenan.
4.3.4 Pemanenan jamur endofit dari media cair (malt extract) Setelah 4 minggu, dilakukan pemanenan yaitu dengan cara broth fermentation pada Erlenmeyer dikerok dengan batang pengaduk dan dimasukkan ke dalam blender, kemudian dihomogenkan dengan blender selama 5 menit dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Erlenmeyer dibilas dengan air suling dan
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
bilasan dihomogenkan dengan blender selama 5 menit, kemudian dimasukkan dalam Erlenmeyer terpisah.
4.3.5 Ekstraksi jamur endofit Erlenmeyer yang berisi jamur (sudah dihomogenkan) dan Erlenmeyer yang berisi bilasan (sudah dihomogenkan) dicampur dan ditambahkan etil asetat ½ kali volum hasil pemanenan kemudian diultrasonifikasi menggunakan ultrasonik selama 15 menit dan dilanjutkan dengan pengocokan menggunakan rotary shaker selama 1 jam. Setelah itu dilakukan pemisahan menggunakan corong pisah. Fase etil asetat (lapisan atas) dituang ke dalam Erlenmeyer sedangkan residu cairan media (lapisan bawah) diikutkan ke ekstraksi berikutnya. Dilakukan ekstraksi lagi hingga 5x proses ekstraksi. Bilasan yang telah disendirikan dalam wadah lain, diekstraksi dengan cara yang sama sebanyak 1x proses ektraksi. Fase etil asetat dipekatkan dengan rotavapour pada suhu 35oC sehingga didapatkan ekstrak yang pekat.
4.3.6 Fraksinasi ekstrak jamur endofit Fraksinasi dilakukan melalui kromatografi kolom pada ekstrak etil asetat. Ditimbang ekstrak etil asetat ± 2,51 gram, ditambahkan pelarut semula (etil asetat) 2 mL, ditambahkan Silica gel 60 for column chromatography 4,00 gram hingga kering dan homogen. Kemudian dilakukan eluasi menggunakan eluen dari nonpolar ke polar dengan gradien 10%. Cairan yang menetes dari kolom kromatografi diatur kecepatannya dan ditampung dalam vial yang masing – masing 25 mL. Fraksi – fraksi yang diperoleh, dilakukan KLT dengan Silica gel 60 F254 dengan eluen hasil optimasi yang menghasilkan pemisahan bagus (Rf 0,25 – 0,50) . Hasil KLT yang menunjukkan noda dengan Rf sama dan memberikan warna sama pada penampak noda sinar ultra violet λ 254 nm dan atau pereaksi anisaldehid – H2SO4 digabung dalam satu fraksi. Fraksi tersebut selanjutnya diuji aktivitas antimikrobanya (Sugijanto NE, 2008)
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
4.3.7 Penyiapan alat untuk uji aktivitas Alat-alat yang digunakan untuk mengkultur mikroba uji dan melakukan uji aktivitas seperti tabung kultur, cawan petri, beaker glass, Erlenmeyer, maupun alat gelas lainnya disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Proses memindahtanamkan bakteri uji dilakukan secara aseptis pada LAFC yang sebelumnya telah disterilkan dengan sinar UV selama 30 menit dan didesinfeksi terlebih dahulu menggunakan larutan alkohol 70%. Tehnik aseptis yang digunakan dengan cara flaming mulut tabung serta öse dengan api spiritus di dalam LAFC. Cakram kertas dengan diameter 6 mm yang akan digunakan dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian cawan petri tersebut disterilisasi dengan autoclaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
4.3.8 Penyiapan media uji aktivitas 4.3.8.1 Media nutrient agar Media nutrient agar dibuat dengan cara mencampur 13 g nutrient broth dan 20 g agar dalam 1000 mL air suling kemudian dipanaskan sambil diaduk-aduk sampai melarut sempurna. Ditambahkan air suling hingga volumenya 1000 mL apabila volumenya menyusut. Nutrient agar cair tersebut dimasukkan ke dalam tabung kultur masing-masing 15 mL kemudian tabung ditutup dengan kapas dan disterilkan pada suhu 121oC selama 15 menit.
4.3.8.2 Pembuatan media benih bakteri Media nutrient agar dibuat dengan cara mencampur 13 g nutrient broth dan 20 g agar dalam 1000 mL air suling kemudian dipanaskan sambil diadukaduk sampai melarut sempurna. Ditambahkan air suling hingga volumenya 1000 mL apabila volumenya menyusut. Nutrient agar cair tersebut dimasukkan ke dalam tabung kultur masing-masing 10 mL kemudian tabung ditutup dengan kapas dan disterilkan pada suhu 121oC selama 15 menit. Tabung kultur dimiringkan 30oC terhadap bidang datar (setelah diautoklaf saat media masih dalam konsisitensi cair). Media agar tersebut akan menjadi agar miring yang padat setelah dingin.
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
4.3.8.3 Media sabouraud dextrose agar Media sabouraud dextrose agar didapat dengan mencampur 30 gram media sabouraud 2% dextrose broth dan 30 gram agar dalam air suling kemudian campuran dididihkan sambil diaduk hingga larut. Sabouraud dextrose agar cair tersebut dimasukkan ke dalam tabung kultur masing-masing 15 mL kemudian tabung ditutup dengan kapas dan disterilkan pada suhu 121oC selama 15 menit. Tabung kultur dimiringkan 30oC terhadap bidang datar (setelah diautoklaf saat media masih dalam konsisitensi cair). Media agar tersebut akan menjadi agar miring yang padat setelah dingin.
4.3.9 Kultivasi mikroba uji Diambil sejumlah koloni mikroba uji dengan öse dari kultur persediaan mikroba, kemudian masing-masing koloni digoreskan ke permukaan agar miring dan diinkubasi untuk bakteri 37oC selama 24 jam dan untuk jamur pada suhu 30oC.
4.3.10 Pembuatan suspensi mikroba uji Dilakukan dengan menambahkan 10 mL normal salin steril ke dalam tabung mikroba uji yang sudah dibiakkan selama 24-48 jam, di homogenkan dengan vortex sampai koloni bakteri tersuspensikan ke dalam normal salin kemudian diukur kekeruhan dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 580 nm, jika perlu diencerkan dengan normal salin steril sampai dicapai transmitan 25% dibandingkan terhadap normal salin sebagai blanko (Anonim, 1995)
4.3.11 Pembuatan larutan uji 4.3.11.1 Pembuatan larutan streptomisin sulfat 100 ppm Ditimbang 50,0 mg streptomisin sulfat dilarutkan dengan air suling dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL kemudian diultrasonifikasi hingga larut sempurna dan ditambah air suling hingga tepat tanda. Didapatkan larutan induk streptomisin sulfat 2000 ppm. Diambil 50 µL larutan induk streptomisin sulfat 2000 ppm dan ditambahkan 950 µL air suling, kemudian dihomogenkan dengan vortex dan didapatkan larutan streptomisin sulfat 100 ppm.
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
4.3.11.2 Pembuatan larutan ketokonazol 2000 ppm Ditimbang 50,0 mg ketokonazol dilarutkan dengan DMSO dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL kemudian diultrasonik hingga larut sempurna dan ditambah DMSO hingga tepat tanda. Didapatkan larutan induk ketokonazol 2000 ppm.
4.3.11.3 Pembuatan larutan fraksi uji 100000 ppm Ditimbang fraksi ekstrak etil asetat jamur Kabatiella caulivora var.B kemudian dilarutkan dalam etil asetat hingga diperoleh kadar 100000 ppm kemudian diultrasonifikasi hingga larut sempurna.
4.3.12 Pelaksanaan uji aktivitas antimikroba dengan metode difusi cakram Media yang digunakan dalam uji aktivitas antimikroba ini dibuat dengan cara mengambil 10,0 µL suspensi S.aureus ATCC 8739 dan E.coli ATCC 8739 yang mempunyai transmitan 25% ditambahkan ke dalam 15,0 mL nutrient agar cair serta 2,5 µL suspensi C.albicans ATCC 10231 ditambahkan ke dalam 15,0 mL Saboraud Dextrose Agar cair yang telah disterilkan kemudian divortex hingga homogen. Dituangkan dengan segera inokulum mikroba uji tersebut ke dalam cawan petri kemudian digoyang-goyangkan agar merata dan didiamkan hingga memadat. Cawan petri yang telah berisi media yang mengandung mikroba uji ditambahkan cakram kertas yang masing-masing sudah diberi larutan uji masingmasing sebanyak 20 µl. Larutan uji tersebut antara lain, kontrol positif (larutan streptomisin 100 ppm/ketokonazol 2000 ppm), kontrol negatif (etil asetat), larutan fraksi uji (100000 ppm). Selanjutnya diinkubasi pada 37oC selama 24 jam untuk bakteri dan 30-32oC untuk jamur (Doughari, 2006 dengan modifikasi). Zona jernih yang terbentuk diamati secara visual dan diukur diameternya dengan menggunakan jangka sorong untuk mengetahui aktivitas antimikroba larutan fraksi uji (Bauer dan Kirby, 1966)
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
4.4
Skema Percobaan
Bibit induk Kabatiella caulivora var .B dari Laboratorium Mikrobiologi FFUA Diinokulasikan pada media Malt Exstract Agar miring steril Media agar miring yang terinokulasi Diinkubasi selama 3 hari
Jamur yang berumur 4 – 7 hari diambil satu öse dengan öse dan diinokulasi pada malt extract cair Media malt extract cair yang telah terinokulasi Diinkubasi selama 4 minggu
Inokulan yang tidak terkontaminasi siap dipanen (broth fermentation dikerok dari Erlenmeyer, diblender 5 menit, ditambahkan etil asetat ½ kali volume broth fermentation, diultrasonik 15 menit, dikocok dengan rotary shaker selama 1 jam) Jamur endofit dalam etil asetat Dipisahkan dengan corong pisah Residu cairan media Fase etil asetat Dipekatkan dengan Diekstraksi lagi dengan etil asetat ½ kali Rotavapor suhu 35oC volume broth fermentation sampai kental begitu seterusnya hingga 4x
Fase etil asetat
Residu cairan media
Dipekatkan dengan Rotavapor suhu 35oC hingga kental ekstrak etil asetat
Gambar 4.1 Skema Inokulasi, pemanenan, dan ekstraksi jamur endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B)
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
2,51 g ekstrak ditambahkan etil asetat 2 mL
Silika gel kering 200 g dibuat suspensi dengan eluen n-heksana 500 mL
Diultrasonik 5 menit Dikeringkan dengan silika
Dimasukkan ke dalam kolom dibiarkan semalam untuk Kolom ditutup dengan kapas dan corong gelas Dilakukan penetesan dengan kecepatan yang diatur dan ditampung pada vial dengan volume penampungan 25 mL @ vial
Dilakukan penggantian eluen n-heksan : etil asetat {(1 : 1) ; (1 : 9)} ; Etil Asetat 100% ; Etil Asetat : Metanol {(9 : 1); (8 : 2); (7 : 3); (6 : 4); (5 : 5); (4 : 6); (3 : 7); (2 : 8); (1 : 9)}; Metanol 100%, dan Metanol 80%
Setiap 5 vial hasil kromatografi kolom dan kelipatannya dianalisis dengan KLT dengan eluen yang sesuai
KLT dengan penampak noda UV + anisaldehid-H2SO4 Noda dengan Rf sama digabungkan
Pelarut diuapkan Uji aktivitas antimikroba
Gambar 4.2 Skema fraksinasi ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B)
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Fraksi Uji
Mikroba uji A, B, dan C umur 24-48 jam (dalam tabung)
Kontrol positif
Fraksi ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B
uji A & C Streptomisin 50,0 mg (antibakteri)
Diambil 10µL (A & B)/2,5µL (C) dan dimasukkan ke dalam media agar 15,0 mL
Ditimbang fraksi kering (0,06-0,65g)dan ditambahkan etil asetat hingga diperoleh kadar 100000 ppm
Ketokonazol 50,0 mg (anti jamur)
+ air suling vortex Streptomisin 2000 ppm
+ 10 mL NS dan vortex Suspensi mikroba T=25%
uji B
+ DMSO vortex
Ketokonazol 2000 ppm
Ambil 50µL+950µL air suling dengan soccorex
Diambil dengan soccorex 20 µL masukkan Cakram kertas
Vortex Larutan Streptomisin 100 ppm Ambil 20 µL dengan soccorex
keringkan Masukkan ke dalam cawan petri dan dibiarkan memadat
Kontrol negatif etil asetat 20µl
Inkubasi selama 24 jam dan 48 jam pada suhu 37oC
Amati zona hambat
Gambar 4.3 Skema percobaan pelaksanaan uji aktivitas antimikroba fraksi ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) (A : S.aureus ATCC 6538, B : E.Coli ATCC 8739, C : C.albicans ATCC 10231)
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Pembuatan Ekstrak Jamur Endofit Jamur endofit Kabatiella caulivora var.B dari tanaman Alyxia reinwardtii Bl. dikultivasi pada media cair Malt Extract dengan volume media masing – masing 40 mL. Untuk menghasilkan ekstrak kental 5,08 g diperlukan media cair 16,87 liter (421 botol). Massa ekstrak yang dihasilkan berwarna coklat kental pekat.
5.2 Fraksinasi
Gambar 5.1 Proses fraksinasi menggunakan kromatografi. Fase gerak yang digunakan penggantian eluen n-heksan : etil asetat {(1 : 1) ; (1 : 9)} ; Etil Asetat 100% ; Etil Asetat : Metanol {(9 : 1); (8 : 2); (7 : 3); (6 : 4); (5 : 5); (4 : 6); (3 : 7);
(2 : 8); (1 : 9)}; Metanol 100%, ; Metanol 80 % . Fase diam
silika gel 60 dengan tinggi 65,64 cm dan diameter 3,5 cm.
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Hasil kromatografi kolom disajikan dalam tabel 5.1 dan tabel 5.2. Tabel 5.1 berisi sistem eluen yang digunakan dalam kromatografi kolom sedangkan tabel 5.2 berisi penggabungan fraksi berdasar nilai Rf pada KLT. Gambar 5.2 merupakan contoh penggabungan fraksi pada KLT.
Tabel 5.1 Sistem eluen yang digunakan untuk Kromatografi Kolom
Skripsi
JENIS ELUEN
PERBANDINGAN
VOLUM ELUEN
Untuk KK
ELUEN
(mL)
n-heksana
100%
300
n-heksana : etil asetat
1:1
500
n-heksana : etil asetat
1:9
500
etil asetat
100%
500
etil asetat : metanol
9:1
500
etil asetat : metanol
8:2
500
etil asetat : metanol
7:3
500
etil asetat : metanol
6:4
500
etil asetat : metanol
5:5
500
etil asetat : metanol
4:6
500
etil asetat : metanol
3:7
500
etil asetat : metanol
2:8
500
etil asetat : etanol metanol metanol
1:9 100% 80%
500 600 200
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Setiap 5 vial hasil Kromatografi kolom, dilakukan analisis menggunakan KLT dan penampak noda UV-Anisaldehid/H2SO4. Noda yang memiliki Rf sama,digabungkann menjadi satu fraksi. Proses penggabungan fraksi disajikan dalam Lampiran 4 dan hasil penggabungan fraksi terakhir disajikan dalam Tabel 5.2 dan Gambar 5.2
Tabel 5.2 Penggabungan fraksi sejenis
NO.
VIAL KE -
FRAKSI
Skripsi
ELUEN untuk KROMATOGRAFI KOLOM
ELUEN untuk KLT
1
1 – 16
n-heksana (100%)
n-heksana : etil asetat (9 : 1)
2
17 – 21
n-heksana (100%)
n-heksana : etil asetat (9 : 1)
3
22 – 33
n-heksana : etil asetat (1 : 1)
n-heksana : etil asetat (1 : 9)
4
34 – 38
n-heksana : etil asetat (1 : 1)
n-heksana : etil asetat (1 : 9)
5
39 – 44
n-heksana : etil asetat (1 : 9)
n-heksana : etil asetat (1 : 9)
6
45 – 46
n-heksana : etil asetat (1 : 9)
n-heksana : etil asetat (1 : 9)
7
47 – 55
n-heksana : etil asetat (1 : 9)
etil asetat : metanol (8 : 2)
8
56 – 66
n-heksana : etil asetat (1 : 9)
etil asetat : metanol (8 : 2)
9
67 – 79
etil asetat 100%
etil asetat : metanol (8 : 2)
10
80 – 90
etil asetat : metanol (9 : 1)
etil asetat : metanol (3 : 1)
11
91 – 105
etil asetat : metanol (9 : 1)
etil asetat : metanol (3 : 1)
12
106 – 114
etil asetat : metanol (8 : 2)
etil asetat : metanol (3 : 1)
13
115 – 133
etil asetat : metanol (8 : 2)
etil asetat : metanol (3 : 1)
14
134 – 144
etil asetat : metanol (7 : 3)
etil asetat : metanol (1 : 2)
15
145 – 175
etil asetat : metanol (6 : 4)
etil asetat : metanol (1 : 2)
16
176 – 198
etil asetat : metanol (4 : 6)
etil asetat : metanol (1 : 2)
17
199 – 240
18
241 – 252
19
etil asetat : metanol (3 : 7) etil asetat : metanol (1 : 2) dan etil asetat : metanol (2 : 8) etil asetat : metanol(1 : 9) dan etil asetat : metanol (1 : 2) metanol 100% metanol 100% etil asetat : metanol (1 : 2)
20
metanol 80%
Aktivasi antimikroba...
etil asetat : metanol (1 : 2)
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
1
2
3
4
5
6
7
8
A
9
10
11
12
13
19
20
14
15
B
16
17
18
C Gambar 5.2 Kromatogram KLT fraksi (1-20) hasil kromatografi kolom ekstrak etil asetat Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B), dengan silica gel 60F254 eluen n-heksana : etil asetat = 1 : 9 (A) dan etil asetat : metanol = 3 : 1 (B dan C). ( : fraksi yang menunjukkan aktivitas terbesar terhadap mikroba uji )
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
5.3 Aktivitas Antimikroba Fraksi Ekstrak Etil Asetat Jamur Endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B)
Tabel 5.3 Aktivitas Antimikroba Fraksi Ekstrak Etil Asetat Jamur Endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538 (SA), Escherichia Coli ATCC 8739 (EC) dan Candida albicans ATCC 10231 (CA)
Sampel Uji Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3 Fraksi 4 Fraksi 5 Fraksi 6 Fraksi 7 Fraksi 8 Fraksi 9 Fraksi 10 Fraksi 11 Fraksi 12 Fraksi 13 Fraksi 14 Fraksi 15 Fraksi 16 Fraksi 17 Fraksi 18 Fraksi 19 Fraksi 20
SA + + + + + + + + + + + + + + + + -
Mikroba Uji EC + + + + + + + + + + + + + + + + -
CA + + + + + + + + + + + + + + + + -
Keterangan : +
: memiliki aktivitas
-
: tidak memiliki aktivitas
(SA : Staphylococcus aureus ATCC 6538, EC : Escherichia Coli ATCC 8739, dan CA : Candida albicans ATCC 10231)
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel 5.4 Hasil Pengamatan Uji aktivitas Antimikroba Fraksi Ekstrak Etil Asetat Jamur Endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538 Hasil Pengamatan disajikan dalam tabel berikut : Diameter Zona Hambat (mm) Fraksi
∑ sampel / cakram
Sampel Uji
(µg)
Streptomisin 2 µg
24 jam
48 jam
Rata-rata ± SD
RSD (%)
Rata-rata ± SD
RSD
120 jam
Rata-rata ± SD
RSD
-
22,50 ±2,19
9,73
(%)
(%)
Fraksi 1
2000
-
-
-
Fraksi 2
2000
8,18 ±0,85
10,39
7,83±0,38
4,85
K
22,50 ±2,19
9,73
Fraksi 3
2000
9,01 ±0,53
5,88
8,28±0,04
0,48
J
20,20 ±0,94
4,65
Fraksi 4
2000
18,27 ±0,18
0,98
17,48±3,2
18,30
J
22,50 ±2,19
9,73
Fraksi 5
2000
21,92 ±0,53
2,42
20,80±1,54
7,40
J
22,50 ±2,19
9,73
Fraksi 6
2000
8,91 ±0,57
6,40
8,68±0,74
8,53
J
22,50 ±2,19
9,73
Fraksi 7
2000
21,63 ±0,60
2,77
21,75±0,99
4,55
J
22,50 ±2,19
9,73
Fraksi 8
2000
17,19 ±0,82
4,77
16,20±2,89
17,84
J
19,93 ±0,45
2,26
Fraksi 9
2000
7,88 ±0,47
5,96
8,25±1,56
18,91
J
21,15 ±1,01
4,78
Fraksi 10
2000
20,45 ±0,00
0,00
18,52±1,29
6,70
J
19,93 ±0,45
2,26
Fraksi 11
2000
11,35 ±0,96
8,46
10,87±0,55
5,06
J
21,15 ±1,01
4,78
Fraksi 12
2000
11,20 ±0,22
1,96
11,18±0,81
7,25
J
21,15 ±1,01
4,78
Fraksi 13
2000
16,18 ±0,99
6,12
14,52±1,46
10,06
J
19,93 ±0,45
2,26
Fraksi 14
2000
12,93 ±1,12
8,66
12,8±2,12
16,56
J
19,93 ±0,45
2,26
Fraksi 15
2000
11,30 ±0,98
8,67
10,65±1,26
11,83
J
19,93 ±0,45
2,26
Fraksi 16
2000
9,79 ±0,60
6,13
9,47±0,46
4,86
J
20,57 ±1,51
7,34
Fraksi 17
2000
-
-
-
-
J
20,57 ±1,51
7,34
Fraksi 18
2000
-
-
-
-
J
20,57 ±0,55
2,67
Fraksi 19
2000
7,29 ±0,18
2,47
-
-
K
19,93 ±0,45
2,26
Fraksi 20
2000
-
-
-
-
-
21,15 ±1,01
4,78
Etil Asetat
-
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan : K : Keruh , J : Jernih , - : tidak ada zona hambat
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
A
B -
C
D
Gambar 5.3 Uji aktivitas aktivitas antimikroba berbagai fraksi ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538 pada pengamatan ke – 24 jam. A (fraksi 1, 2, 4, 5, 6, 7), B (fraksi 9, 11, 12, 16, 17, 20), C (fraksi 3), D (fraksi 8, 10, 13, 14, 15, 19) (
Skripsi
)Menunjukkan fraksi yang memiliki aktivitas terbesar (fraksi 5)
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel 5.5 Hasil Pengamatan Uji aktivitas Antimikroba Fraksi Ekstrak Etil Asetat Jamur Endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) terhadap Escherichia Coli ATCC 8739 Hasil pengamatan disajikan dalam tabel berikut : Diameter Zona Hambat (mm) Sampel Uji
(µg)
Streptomosin 2µg
Fraksi
∑ sampel / cakram
24 jam
48 jam
Rata-rata ±SD
RSD
RSD
(%)
Rata-rata ±SD
120 jam
Rata-rata ±SD
RSD (%)
(%)
Fraksi 1
2000
-
-
-
-
-
23,17 ±0,94
4,06
Fraksi 2
2000
9,22 ±0,08
0,87
-
-
K
23,17 ±0,94
4,06
Fraksi 3
2000
8,27 ±1,77
21,40
-
-
K
20,61 ±0,61
3,00
Fraksi 4
2000
21,62 ±2,4
11,10
14,68±3,35
22,82
J
22,47 ±2,07
9,21
Fraksi 5
2000
25,50±1,18
4,63
24,58±0,81
3,30
J
23,17 ±0,94
4,06
Fraksi 6
2000
9,86 ±0,71
7,20
10,61±0,72
6,79
J
23,17 ±0,94
4,06
Fraksi 7
2000
26,65±1,67
6,27
23,15±1,41
6,09
J
23,17 ±0,94
4,06
Fraksi 8
2000
19,38 ±0,53
2,73
16,83±0,82
4,87
J
21,87 ±1,53
7,00
Fraksi 9
2000
12,23 ±1,90
15,53
13,70±0,64
4,67
J
21,00 ±1,04
5,00
Fraksi 10
2000
21,97 ±0,56
2,55
20,52±0,77
3,75
J
21,87 ±1,53
7,00
Fraksi 11
2000
11,78 ±0,59
5,00
10,35±0,54
5,22
J
20,56 ±0,64
3,11
Fraksi 12
2000
12,27 ±0,14
1,14
11,17±0,88
7,88
J
20,56 ±0,64
3,11
Fraksi 13
2000
17,10 ±0,88
5,15
13,17±1,72
13,06
J
21,87 ±1,53
7,00
Fraksi 14
2000
14,23 ±0,96
6,74
11,52±1,19
10,33
J
21,87 ±1,53
7,00
Fraksi 15
2000
11,11 ±4,26
38,34
13,65±4,46
32,67
K
21,02±1,15
5,47
Fraksi 16
2000
10,21 ±0,07
0,69
8,43±0,50
5,93
J
20,32 ±0,06
0,30
Fraksi 17
2000
-
-
-
-
K
20,32 ±0,06
0,30
Fraksi 18
2000
7,88 ±0,46
5,84
-
-
K
20,56 ±0,64
3,11
Fraksi 19
2000
-
-
-
-
-
21,87 ±1,53
7,00
Fraksi 20
2000
-
-
-
-
-
20,59 ±0,62
3,01
Etil Asetat
-
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan : K : Keruh, J : Jernih, - : tidak ada zona hambat
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
A
B 8
4
10 2
+
13
19 -
C
14
D 18 15
16
12 17 11
Gambar 5.4 Uji aktivitas aktivitas antimikroba berbagai fraksi ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B terhadap Escherichia Coli ATCC 8739 pada pengamatan ke – 24 jam. A (fraksi 3, 11, 12, 16, 20), B (fraksi 4, 8, 10, 13, 14, 19, 2), C (fraksi 16, 17, 11, 12, 15, 18), D (fraksi 1, 2, 4, 5, 6, 7) (
Skripsi
)Menunjukkan fraksi yang memiliki aktivitas terbesar (fraksi 7)
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel 5.6 Hasil Pengamatan Uji aktivitas Antimikroba Fraksi Ekstrak Etil Asetat Jamur Endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) terhadap Candida albicans ATCC 10231 Hasil pengamatan disajikan dalam tabel sebagai berikut : Diameter Zona Hambat (mm) Fraksi
∑ sampel / cakram
Sampel Uji
(µg)
24 jam
120 jam
48 jam
Rata-rata ±SD
RSD
RSD
(%)
Rata-rata ±SD
Ketokonazol Rata-rata ±SD
RSD (%)
(%)
Fraksi 1
2000
-
-
-
-
-
15,65 ±0,44
2,81
Fraksi 2
2000
11,23 ±1,00
8,90
-
-
K
15,65 ±0,44
2,81
Fraksi 3
2000
17,19 ±1,14
6,63
12,78±0,67
5,24
J
15,22 ±0,88
5,78
Fraksi 4
2000
22,03 ±0,72
3,27
18,58±2,07
11,14
K
15,65 ±0,44
2,81
Fraksi 5
2000
28,21 ±1,12
3,97
22,58±0,49
2,17
K
15,65 ±0,44
2,81
Fraksi 6
2000
12,53 ±2,42
19,31
13,35±1,41
10,56
K
15,65 ±0,44
2,81
Fraksi 7
2000
28,65 ±0,72
2,51
20,75±0,78
3,79
K
15,65 ±0,44
2,81
Fraksi 8
2000
22,02 ±0,53
2,41
13,50±2,08
15,41
J
15,22 ±0,88
5,78
Fraksi 9
2000
12,37 ±0,93
7,52
10,38±1,45
13,97
K
14,53 ±0,52
3,58
Fraksi 10
2000
23,80 ±1,46
6,13
20,58±0,64
3,11
J
14,53 ±0,52
3,58
Fraksi 11
2000
13,33 ±1,00
7,50
12,92±2,21
17,11
J
14,53 ±0,52
3,58
Fraksi 12
2000
14,51 ±1,26
8,68
9,66±0,65
6,73
J
14,22 ±0,99
6,96
Fraksi 13
2000
20,37 ±1,00
4,91
13,6±1,57
11,54
J
13,88 ±0,67
4,83
Fraksi 14
2000
18,94 ±3,52
18,59
12,12±1,85
15,26
J
13,88 ±0,67
4,83
Fraksi 15
2000
14,88 ±0,73
4,91
10,30±0,83
8,06
K
13,88 ±0,67
4,83
Fraksi 16
2000
11,28 ±0,91
8,07
10,30±1,63
15,83
K
13,83 ±0,59
4,27
Fraksi 17
2000
-
-
-
-
-
13,83 ±0,59
4,27
Fraksi 18
2000
9,40 ±0,52
5,53
-
-
K
14,25 ±0,05
0,35
Fraksi 19
2000
-
-
-
-
-
14,19 ±0,09
0,63
Fraksi 20
2000
-
-
-
-
-
14,25 ±0,05
0,35
Etil Asetat
-
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan : K : Keruh , J : Jernih , - : tidak ada zona hambat
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
A
B
C
D
Gambar 5.5 Uji aktivitas aktivitas antimikroba berbagai fraksi ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B terhadap Candida albicans ATCC 10231 pada pengamatan ke – 24 jam. A (fraksi 1, 2, 4, 5, 6, 7), B (fraksi 3, 8, 9, 10, 11, 12), C (fraksi 13, 14, 15, 18, 20, 8), D (fraksi 16, 17, 19, 9, 10, 11) (
Skripsi
)Menunjukkan fraksi yang memiliki aktivitas terbesar (fraksi 7)
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB 6 PEMBAHASAN
Penelitian Sugijanto NE et al., (2003) telah berhasil mengisolasi beragam jamur berdasarkan ciri makroskopiknya dari tanaman Aglaia elliptica, Aglaia eusideroxylon, Aglaia odorata, Aglaia odoratissima, dan Alyxia reindwartii Bl. yang berasal dari kebun Raya Purwodadi, Jawa Timur. Salah satu isolat jamur endofit dari Alyxia reindwartii Bl tersebut telah diidentifikasi oleh Institut für Pharmazeutische Biologie, Universität Düsseldorf, Germany sebagai Kabatiella caulivora var.B (ALE.30.B). Penelitian uji aktivitas telah dilakukan oleh Dian (2008) untuk mengetahui aktivitas antimikroba ekstrak metanol, etil asetat, dan diklorometana jamur endofit Kabatiella caulivora var.B. Hasil uji aktivitas terhadap 6 mikroba uji, ekstrak metanol menunjukkan aktivitas terhadap semua mikroba uji, kecuali terhadap Staphylococus aureus ATCC 25923 dan Candida albicans pada konsentrasi 5 mg/disk. Pada kedua mikroba uji ini, ekstrak metanol hanya menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 10 mg. Sedangkan ekstrak etil asetat menunjukkan aktivitas terhadap semua mikroba uji pada konsentrasi 5 mg maupun 10 mg. Ekstraksi menggunakan etil asetat dengan pertimbangan bahwa diisopropil eter, etanol, etil eter, aseton dan etil asetat digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri dengan jumlah komponen non-aktif yang rendah dan menunjukkan kegunaannya untuk isolasi komponen bioaktif (Ahmad et al., 2006) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian (2008), menunjukkan pentingnya untuk dilakukan proses fraksinasi ekstrak etil asetat untuk mengetahui fraksi manakah yang aktif. Fraksinasi dilakukan dengan kromatografi kolom dengan pertimbangan kromatografi merupakan tehnik yang paling umum dan banyak digunakan dalam fraksinasi ekstrak karena tidak ada keraguan dalam isolasi komponen bahan alam (Houghton, 1998). Proses fraksinasi ekstrak etil asetat menggunakan kromatografi kolom dengan eluen n-heksana – etil asetat – metanol secara gradien. Hasil kromatografi kolom selanjutnya dianalisis secara KLT dengan penampak noda UV dan Anisaldehid H2SO4 menjadi 20 fraksi.
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Fraksi 1-20 sedikit aktif UV, sehingga selama penggabungan menggunakan penampak noda anisaldehid-asam sulfat. Uji aktivitas antimikroba dilakukan terhadap 20 fraksi yang dihasilkan menggunakan metode difusi cakram kertas. Metode difusi cakram kertas atau metode Kirby Bauer (1966) merupakan salah satu metode difusi dimana larutan uji atau larutan standar yang akan digunakan dalam konsentrasi tertentu diimpregnasikan ke dalam kertas cakram kosong (blank disc). Pada metode ini dapat digunakan untuk mendeteksi fraksi yang memiliki potensi rendah (Hostettman, 1991) dan proses pengerjaannya lebih praktis. Zona hambat yang dihasilkan pada metode ini lebih reprodusibel karena menggunakan cakram yang standar. Selain itu diperoleh keakuratan interpretasi zona hambat yang terbentuk pada metode cakram lebih baik. Suspensi bakteri uji Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Escherichia Coli ATCC 8739 masing – masing 10 µL dimasukkan ke dalam media uji Nutrient agar, sedangkan suspensi jamur uji Candida albicans ATCC 10231 sebanyak 2,5 µL dimasukkan ke dalam media uji Saboraud’s Dextrose Agar. Jumlah suspensi mikroba uji yang ditambahkan berdasarkan pada hasil optimasi dimana jumlah tersebut menghasilkan koloni yang tidak terlalu penuh dan tidak terlalu jarang. Pada penelitian ini digunakan konsentrasi sampel fraksi sebesar 100000 ppm dan diimpregnasikan ke dalam kertas cakram kosong sebanyak 20 µL sehingga diperoleh kadar 2 mg/cakram. Sebagai kontrol positif digunakan antibiotika streptomisin sulfat dan ketokonazol. Streptomisin sulfat merupakan antibiotika golongan aminoglikosida yang memiliki daya hambat terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Ketokonazol merupakan antijamur yang bersifat fungistatik. Kontrol positif adalah suatu senyawa yang sudah diketahui kegunaannya, kadarnya, dan dapat digunakan sebagai pembanding dalam pencarian suatu senyawa baru. Hasil uji aktivitas terhadap 3 mikroba uji, menunjukkan bahwa 15 fraksi dari 20 fraksi tersebut menghasilkan zona hambat. Hambatan fraksi terbesar ditunjukkan oleh fraksi 7 terhadap Escherichia Coli ATCC 8739 dan Candida albicans ATCC 10231 sedangkan terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538 ditunjukkan fraksi 5. Berdasarkan deteksi dengan penampak noda anisaldehid-
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
asam sulfat, fraksi 7 mengandung noda berwarna coklat keunguan dengan nilai Rf 0,57 dan fraksi 5 mengandung noda berwarna hijau keunguan dengan nilai Rf 0,7. Senyawa yang menghasilkan warna ungu dengan penampak noda anisaldehidasam sulfat menunjukkan senyawa tersebut merupakan golongan steroid (Zaini dan Indrayanto, 1978), sedangkan menurut Pulici et al (1955) merah hingga ungu menunjukkan senyawa tersebut merupakan seskuiterpen. Pada hasil diatas senyawa yang berwarna ungu diduga mengandung steroid dan seskuiterpen. Fraksi 18 memberikan zona hambat terhadap mikroba uji Escherichia Coli ATCC 8739 dan Candida albicans ATCC 10231, sedangkan fraksi 19 memberikan zona hambat terhadap mikroba uji Staphylococcus aureus ATCC 6538. Pada uji aktivitas terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538 zona hambat yang terbentuk sebesar 7,29 – 21,92 mm. Pada uji aktivitas terhadap Escherichia Coli ATCC 8739 zona hambat yang terbentuk sebesar 7,88 – 26,65 mm. Pada uji aktivitas terhadap Candida albicans ATCC 10231 didapatkan bahwa hasil uji mencapai zona terbesar diantara mikroba uji yang lain yaitu antara 9,40 – 28,65 mm. Ada beberapa fraksi yang tidak memiliki zona hambat yaitu fraksi 1, 17, dan 20. Fraksi 1 merupakan fraksi non-polar sehingga tidak memilki aktivitas antimikroba karena senyawa kimia minyak atsiri, lemak, dan karotenoid dapat terekstraksi dengan pelarut non polar (Harbone, 1987). Fraksi 17 tidak memiliki aktivitas antimikroba hal ini disebabkan senyawa tersebut mengandung senyawa aktif berkhasiat antimikroba tetapi kadarnya kecil sehingga aktivitasnya tidak dapat terlihat, selain itu mungkin galur mikroba uji yang digunakan tidak sesuai, volume inokulum, pH media, suhu inkubasi, komposisi media yang digunakan dan fraksi tersebut memang tidak mengandung senyawaberkhasiat antimikroba (Berghe dan Vlietinck, 1991). Fraksi 20 tidak memiliki aktivitas terhadap 3 mikroba uji sedangkan fraksi 19 memiliki aktivitas terhadap S.aureus ATCC 6538. Senyawa yang terekstraksi dengan pelarut polar yaitu garam alkaloid, glikosida, saponin dan tanin (Harbone, 1987). Pada fraksi 20 dimungkinkan sudah tidak mengandung senyawa yang terekstraksi sehingga tidak memiliki aktivitas antimikroba. Pelarut semi polar dapat mengekstraksi alkaloid bebas, asam fenolat, fenil propanoid, flavonoid, antrakinon, xanton, stilben (Harbone, 1987)
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Pengamatan juga dilakukan setelah 24 jam masa inkubasi (48 jam dan 120 jam). Setelah diinkubasi selama 48 jam, zona hambat yang terbentuk mengalami reduksi diameter zona hambat. Setelah diinkubasi 120 jam, ada beberapa fraksi yang diameter zona hambatnya menjadi keruh, hal ini menunjukkan bahwa fraksi bersifat bakteriostatika/menghambat dan ada beberapa fraksi yang tetap jernih, hal ini menunjukkan bahwa fraksi bersifat bakteriosida/membunuh. Tidak adanya pertumbuhan mikroba di daerah zona hambat selama lebih dari 24 jam diasumsikan bahwa fraksi bersifat bakterisida (Doughari, 2006). Pengamatan uji terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538 diketahui bahwa 13 dari 15 fraksi (3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, dan 16 ) bersifat bakteriosida (warna tetap jernih. Pengamatan uji terhadap Escherichia Coli ATCC 8739 diketahui bahwa 14 dari 16 fraksi (4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, dan 16) bersifat bakteriosida (warna tetap jernih). Pengamatan uji terhadap Candida albicans ATCC 10231 diketahui bahwa 7 dari 15 fraksi (3, 8, 10, 11, 12, 13, dan 14 ) bersifat fungisida (warna tetap jernih) Aktivitas antimikroba telah dilaporkan bahwa aktivitas ini dimilki oleh tanaman yang mengandung terpenoid, steroid, komponen fenolik dan alkaloid (Hostettmann dan Nakanishi, 1979). Penelitian pendahuluan juga telah dilakukan oleh Irfiani (2005), dan berhasil melakukan skrining kimiawi KLT-Densitometri terhadap ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B). Hasil skrining menunjukkan pada ekstrak etil asetat terdeteksi senyawa golongan seskuiterpen, steroid, dan terpenoid. Berdasarkan penelitian pendahuluan dan analogi dengan literatur Hostettmann dan Nakanishi diatas dapat disimpulkan bahwa fraksi ekstrak etil asetat Kabatiella caulivora var.B (ALE.30.B) memiliki aktivitas antimikroba karena mengandung terpenoid, steroid, komponen fenolik (flavon) dan alkaloid. Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk melakukan isolasi terhadap senyawa aktif yang terdapat dalam masing-masing fraksi dan menguji potensi aktivitas antimikrobanya. Selain itu perlu dilakukan penelitian tentang bioaktivitas yang lain, seperti antikanker dan antivirus dari jamur endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B) dari tanaman Alyxia reinwardtii Bl.
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan 1. Fraksi-fraksi dalam ekstrak etil asetat jamur endofit Kabatiella caulivora
var.B
mempunyai
aktivitas
antimikroba
terhadap
Staphylococcus aureus ATCC 6538, Escherichia Coli ATCC 8739 dan Candida albicans ATCC 10231 2. Hambatan fraksi terbesar ditunjukkan oleh fraksi ke-7 terhadap pertumbuhan Escherichia Coli ATCC 8739 dengan diameter zona hambat (26,65±1,67) mm dan Candida albicans ATCC 10231 dengan diameter zona hambat (28,65±0,72) mm, sedangkan terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538 ditunjukkan fraksi ke-5 dengan diameter zona hambat (21,92±0,53. Fraksi ke-18 memberikan zona hambat terhadap mikroba uji Escherichia Coli ATCC 8739 dengan diameter zona hambat sebesar (7,88±0,46) mm dan Candida albicans ATCC 10231 dengan diameter zona hambat sebesar (9,40±0,52) mm, sedangkan fraksi ke-19 hanya memberikan zona hambat terhadap mikroba uji Staphylococcus aureus ATCC 6538 dengan zona hambat sebesar (7,29±0,18) mm. 7.2 Saran Dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap fraksi aktif terutama fraksi 5 dan 7 ekstrak etil asetat Kabatiella caulivora var.B (ALE.30.B) dari tanaman Alyxia reinwardtii Bl. sehingga dapat diperoleh obat baru sebagai antimikroba.
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, I., Aqil, F., 2006. Owais, M., Modern Phytomedicine. Weinheim : Wiley-VCH Verlag GmBH & Co. KgaA, p.104
Anonim,1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia hal.891-895
Anonim, 1997. Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal 7
Anonim, 2004. http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Staphylococcus diakses pada tanggal 18 Februari 2011 pukul 19.30 WIB
Anonim, 2009. http://indexfungorum.org, diakses pada tanggal 25 September 2010 pukul 17.00 WIB
Anonim, 2011. http://www.cdc.gov/drugresistance/about.html diakses pada tanggal 22 Juli 2011 pukul 20.00 WIB
Bacon, W. Charles., 1988. Procedure for Isolating the Endophyte from Tall Fescue and Screening Isolates for Ergot Alkaloids, No.11, Vol.54, p.2615
Bauer, A.W., Kirby, W.M.M., Sherris, J.C., and Turck, M., 1966. Antibiotic Susceptibility Testing By a Standardized Single Disk Method, No.4, Vol.45, p.493-495
Berghe, V.D.A. and and Vlientinck, J.A., 1991. Screening methods for antibacterial and antiviral agent from higher plant. In : P.M. Dey, and J.B. Harborne, Methods in Plant Biochemistry. Edited by Hostettmann K. London : Academic Press, p. 47-58
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Buitenzorg,
Cat.
Gew.,
2009.
Description
Familia
Apocynace.
www.plantamor.com, 20-09-10, 18.30 WIB
Channel, J.P Richard., 1998. Natural Products Isolation. Totowa New Jersey : Humana Press, p. 2-3.
Clark,2009.http//www.tjclarkinc.com/bacterial_diseases/pseudomonas_aeruginosa .htm diakses tanggal 18 Februari 2011 pukul 19.30
Dian, 2008. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Metanol, Etil Asetat, dan Diklorometana Jamur Endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE.30.B). Surabaya. p. 35-50.
Doughari, J.H., 2006. Antimicrobial Activity of Tamarindus indica Linn, No.2, Vol.5, p.597-603.
Fauci, AS., 2010. NIH Funds Four Clinical Trials to Fight Antimicrobial Resistance.www.niaid.nih.gov/news/newsreleases/2010/pages/ARtrialsAwards.as px diakses tanggal 22 Juli 2011 pukul 20.00 WIB
Gunatilaka, A.A., Leslie., 2006. Natural Products from Plant-Associated Microorganisms:
Distribution,
Structural
Diversity,
Bioactivity,
and
Implications of Their Occurrence, Vol.69, p.509-526.
Hariana, Arief., 2009. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Jakarta : Penebar Swadaya, hal.192.
Harborne, JB, 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan Edisi Kedua. Diterjemahkan : Kokasih Padmawinata dan Iwang Sudiro. Bandung : ITB Press.
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Houghton, Peter J. dan Raman, Amala, 1998. Laboratory Handbook for the Fractionation of Natural Extract, Great Britain : Thomson Publishing, p.66-110
Hostettman K, Nakanishi., 1979. Moronic acid, a simple triterpenoid keto acid with antimicrobial activity isolated from Ozoroa Nucroanto. J. Med Plant Research, vol.31, p.358 - 366
Irianto, 2006. Mikrobiologi Jilid 1. Bandung : Yrama Widya, hal. 89-94.
Jawetz, E., Melnick, J.L., dan Adelberg, E.A, 1996. Mikrobiologi Kedokteran edisi 20, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC hal 194-197
Kumala, S., Muhamad G., 2008. Isolasi dan Penapisan Kapang Endofit Tanaman Secang (Caesalpinia sappan L.) Sebagai Penghasil Senyawa Antibakteri. MEDICINUS Scientific Journal of Pharmaceutical Development and Medical Application, No. 2, Vol. 21, p. 12-14.
Molero, Gloria. 1998. Departamento de Microbiología II, Facultad de Farmacia, Universidad Complutense de Madrid, Span. International Microbiologi, No. 1, p. 95-106, www.im.microbios.org/02june98/04%20Molero.pdf. Diakses tanggal 18 Februari 2011 pukul 19.40
Pulici, M., Sugawara, F., Koshino, H., Uzawa, J., and Yoshida S., 1995. A new isodrimeninol from Pestalotiopsis sp., J Nat. Prod., vol.59, p.47-8.
Setiabudy, 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru, hal.723
Smith, D.T., Conant, N.F., Beard J.W., Willet, H.P., Overmann, J.R., Larsh., J.E., Brown, I.W., Sharp, D.G., and Poston, M.A., 1960. Zinsser Bacteriology. New York : Appletton-Century-Crofts, Inc
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Strobel, G.A., 2003. Endophytes as sources of bioactive products. Microbes and Infection, Vol.5, p. 535-544.
Strobel, Gary., Daisy, Bryn., Castillo, Uvidelio., and Harper, James., 2004. Natural products from Endophytic Microorganism, Vol.67, p.257-258
Sugijanto, NE., 2008. Isolasi Jamur Endofit dari Alyxia reinwardtii Bl ; Studi Metabolit Sekunder dan Bioaktivitas Jamur Baru Lecythosphora sp., hal 1 – 60
Sugijanto, N.E., Diesel A., Ebel, E.,Indrayanto, G., and Zaini, N.C., 2009. Chemical Constituent of the Endophytic Fungus Lecythopora sp. Isolated from Alyxia reinwardtii, No.11,Vol.4, p. 1485-1488.
Tarman, K., 2011. Biological and Chemical Investigations of Indonesian Marine-Derived Fungi and their Secondary Metabolites., p.38-61
Tayung, K., Barik, B.P., and Jha, D.K., 2010. Antifungal activity and biocontrol potential of metabolite produced by an endophytic Fusarium (MTCC-9622) against some postharvest pathogens. Journal of Agricultural Technology, No.3, Vol..6., p.409-419
Tejesvi, M.V., Nalini, M.S., Mahesh, B., Prakash, H.S., Kini, K.R., Shetty, H.S., and Subbiah, Ven., 2007. New hopes from endophytic fungal secondary metabolites. No.1, Vol.1, p. 19-26.
Tjitrosoepomo, G., 1986. Taksonomi Tumbuhan (Taksonomi Khusus), Jakarta, Penerbit Bhratara Karya Aksara, hal. 3
Wang, F. W., Jiao R. H., Cheng, A. B., Tan, S. H., and Song, Y. C., 2007. Antimicrobial potentials of endophytic fungi residing in Quercus variabilis and brefeldin A obtained from Cladosporium sp. World J Microbiol Biotechnol No.23, p.79–83
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Zaini, N.C., dan Indrayanto, G., 1978. Cara-Cara Skrining Fitokimia, Disajikan pada acara kursus penyegaran dalam rangka Lustrum III FFUA, hal. 3-11.
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 1 Surat Keterangan identifikasi Alyxia reinwardtii Bl.
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 2 Surat keterangan identifikasi Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B)
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 3 Hasil identifikasi secara mikroskopis Kabatiella caulivora var.B (ALE.30.B) A
B
C
A. Hasil identifikasi secara mikroskopis Kabatiella caulivora var.B (ALE.30.B) dengan perbesaran 100 kali B. Hasil identifikasi secara mikroskopis Kabatiella caulivora var.B (ALE.30.B) dengan perbesaran 400 kali C. Hasil identifikasi secara mikroskopis Kabatiella caulivora var.B (ALE.30.B) dengan perbesaran 400 kali (Irfiani, 2005)
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 4 Kromatogram fraksi penggabungan ekstrak etil asetat Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B)
1 – 16
17 - 21
35 – 37 ; 39 – 40 ; 50 – 55
23 – 30 ; 34 digabung dengan 35 – 37
Skripsi
22 – 33
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
50 – 60
34 – 38 ; 47 – 50 ; 60 berbeda
dengan 50
Skripsi
25 – 30; 45 – 50
35 – 37 ; 39 – 40 ; 50 – 55
47 – 55
45 – 46
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi
56 – 59 gabung 60
66 gabung 65; 67 – 69 gabung 70 -79
140 – 144
145 – 155
160 – 175 ; 180 – 185
198 gabung 176 – 195; 222 - 240
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
221 gabung 220; 225 – 240
Skripsi
n-Heksan : Etil Asetat (1 : 9)
Etil Asetat : Metanol (3 : 1)
Etil Asetat : Metanol (3 : 1)
Etil Asetat : Metanol (3 : 1)
XIII dan XIV ; mungkin XVI = XVII
Rf XVII < Rf XVI
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Etil Asetat : Metanol (4,5 : 6,5) XV ada warna merah muda; XVI dan XVII XVII ada warna hijau tipis dibawah XIX dan XX -
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 5 Sertifikat Escherichia coli ATCC 8739
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 6 Sertifikat Staphylococcus aureus ATCC 6538
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 7 Hasil Identifikasi Mikroskopis Staphylococcus aureus ATCC 6538 Suspensi kuman dalam air suling steril pada objek gelas dikeringkan diudara dan difiksir dengan cara melewatkan diatas api spiritus. Sediaan ditutupi dengan kristal violet selama 1 menit, dicuci dengan air lalu ditutupi dengan lugol selama 1 menit, dicuci dengan air lagi. Warna dihilangkan selama 10 - 30 detik dengan menambahkan alkohol 96% pada sediaan, kemudian dicuci dengan air. Sediaan ditambahkan safranin selama 10 – 30 detik, dicuci dengan air (Jawet, 1996).
Gambar Staphylococcus aureus ATCC 6538 dengan perbesaran 1000x
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 8 Hasil Identifikasi Mikroskopis Escherichia coli ATCC 8739 Suspensi kuman dalam air suling steril pada objek gelas dikeringkan diudara dan difiksir dengan cara melewatkan diatas api spiritus. Sediaan ditutupi dengan kristal violet selama 1 menit, dicuci dengan air lalu ditutupi dengan lugol selama 1 menit, dicuci dengan air lagi. Warna dihilangkan selama 10 - 30 detik dengan menambahkan alkohol 96% pada sediaan, kemudian dicuci dengan air. Sediaan ditambahkan safranin selama 10 – 30 detik, dicuci dengan air (Jawet, 1996).
Gambar Escherichia coli ATCC 8739 dengan perbesaran 1000x
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 9 Hasil Identifikasi Mikroskopis Candida albicans ATCC 10231 Suspensi kuman dalam air suling steril pada objek gelas dikeringkan diudara dan difiksir dengan cara melewatkan diatas api spiritus. Sediaan ditutupi dengan kristal violet selama 1 menit, dicuci dengan air lalu ditutupi dengan lugol selama 1 menit, dicuci dengan air lagi. Warna dihilangkan selama 10 - 30 detik dengan menambahkan alkohol 96% pada sediaan, kemudian dicuci dengan air. Sediaan ditambahkan safranin selama 10 – 30 detik, dicuci dengan air (Jawet, 1996).
Gambar Candida albicans ATCC 10231 dengan perbesaran 1000x
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 10 Sertifikat Ketokonazol
Skripsi
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 11 Identitas Produk Injeksi Streptomisin
Skripsi
Kandungan bahan aktif
: 1 vial mengandung 1 gram streptomisin
Nama pabrik
: PT. Meiji Indonesia
Alamat pabrik
: Bangil – Pasuruan, Jawa Timur – Indonesia
No. Batch
: 08446
Tanggal kadaluarsa
: September 2013
No. Registrasi
: DL2012033
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 12 Kadar fraksi Ekstrak Etil Asetat Jamur Endofit Kabatiella caulivora var.B (ALE 30.B)
Skripsi
Sampel Uji
Berat kosong
Berat zat (g)
Volum pelarut (µL)
Kadar
(g)
Berat botol + zat (g)
Fraksi 1
37,2993
37,4729
0,1736
1736
100000
Fraksi 2
44,7458
45,0002
0,2544
2544
100000
Fraksi 3
44,3835
44,4823
0,0998
998
100000
Fraksi 4
44,8063
44,9417
0,1354
1354
100000
Fraksi 5
44,3425
44,4065
0,0640
640
100000
Fraksi 6
44,1909
44,2901
0,0992
992
100000
Fraksi 7
35,1674
35,2336
0,0662
662
100000
Fraksi 8
35,0704
35,3175
0,2471
2471
100000
Fraksi 9
34,7250
34,8310
0,1060
1060
100000
Fraksi 10
44,5061
44,5984
0,0923
923
100000
Fraksi 11
44,7463
44,8940
0,1477
1477
100000
Fraksi 12
44,4540
44,5160
0,0620
620
100000
Fraksi 13
36,8310
37,0872
0,2562
2562
100000
Fraksi 14
35,7713
36,0380
0,2667
2667
100000
Fraksi 15
44,6615
44,8379
0,1764
1764
100000
Fraksi 16
37,6987
38,0649
0,3662
3662
100000
Fraksi 17
34,2018
34,2614
0,0596
596
100000
Fraksi 18
44,6584
44,9471
0,2887
2887
100000
Fraksi 19
34,7399
35,2421
0,5022
5022
100000
Fraksi 20
26,5463
27,1964
0,6501
6501
100000
Aktivasi antimikroba...
(ppm)
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 13 Hasil Pengamatan Uji aktivitas antimikroba terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus ATCC 6538 pada jam ke-24 Diameter Zona Hambat (mm)
Skripsi
Fraksi
Streptomisin 2 µg
Sampel Uji
Dosis (µg)
1
2
3
Ratarata± SD
1
2
3
Ratarata± SD
Fraksi 1
2000
-
-
-
-
24,05
23,45
20,00
22,50 ±2,19
Fraksi 2
2000
8,15
7,35
9,05
8,18 ±0,85
24,05
23,45
20,00
22,50 ±2,19
Fraksi 3
2000
8,40
9,33
9,30
9,01 ±0,53
20,13
21,18
19,30
20,20 ±0,94
Fraksi 4
2000
18,25
18,10
18,45
18,27 ±0,18
24,05
23,45
20,00
22,50 ±2,19
Fraksi 5
2000
22,20
21,30
22,25
21,92 ±0,53
24,05
23,45
20,00
22,50 ±2,19
Fraksi 6
2000
8,25
9,30
9,18
8,91 ±0,57
24,05
23,45
20,00
22,50 ±2,19
Fraksi 7
2000
21,45
21,15
22,30
21,63 ±0,60
24,05
23,45
20,00
22,50 ±2,19
Fraksi 8
2000
17,08
16,43
18,05
17,19 ±0,82
19,45
20,00
20,35
19,93 ±0,45
Fraksi 9
2000
7,34
8,15
8,15
7,88 ±0,47
20,13
21,18
22,15
21,15 ±1,01
Fraksi 10
2000
20,45
20,45
20,45
20,45 ±0,00
19,45
20,00
20,35
19,93 ±0,45
Fraksi 11
2000
10,34
11,45
12,25
11,35 ±0,96
20,13
21,18
22,15
21,15 ±1,01
Fraksi 12
2000
11,10
11,45
11,05
11,20 ±0,22
20,13
21,18
22,15
21,15 ±1,01
Fraksi 13
2000
15,10
16,40
17,05
16,18 ±0,99
19,45
20,00
20,35
19,93 ±0,45
Fraksi 14
2000
14,30
12,25
12,25
12,93 ±1,12
19,45
20,00
20,35
19,93 ±0,45
Fraksi 15
2000
11,25
12,30
10,35
11,30 ±0,98
19,45
20,00
20,35
19,93 ±0,45
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi
Fraksi 16
2000
10,13
9,10
10,15
9,79 ±0,60
22,15
20,40
19,15
20,57 ±1,51
Fraksi 17
2000
-
-
-
-
22,15
20,40
19,15
20,57 ±1,51
Fraksi 18
2000
-
-
-
-
20,13
21,18
20,40
20,57 ±0,55
Fraksi 19
2000
7,10
7,30
7,46
7,29 ±0,18
19,45
20,00
20,35
19,93 ±0,45
Fraksi 20
2000
-
-
-
-
20,13
21,18
22,15
21,15 ±1,01
Etil Asetat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 14 Hasil Pengamatan Uji aktivitas antimikroba terhadap bakteri uji Escherichia Coli ATCC 8739 pada jam ke-24 Diameter Zona Hambat (mm) Sampel Uji
Skripsi
Fraksi
Dosis (µg)
1
2
Streptomisin 2 µg 3
Ratarata ± SD
1
2
3
Ratarata ± SD
Fraksi 1
2000
-
-
-
-
22,20
23,23
24,08
23,17 ±0,94
Fraksi 2
2000
9,20
9,30
9,15
9,22 ±0,08
23,23
24,08
22,20
23,17 ±0,94
Fraksi 3
2000
7,40
7,10
10,30
8,27 ±1,77
21,30
20,13
20,40
20,61 ±0,61
Fraksi 4
2000
22,20
23,40
19,25
21,62 ±2,4
23,23
24,08
20,15
22,47 ±2,07
Fraksi 5
2000
26,30
24,15
26,05
25,50 ±1,18
22,20
23,23
24,08
23,17 ±0,94
Fraksi 6
2000
10,35
10,18
9,05
9,86 ±0,71
22,20
23,23
24,08
23,17 ±0,94
Fraksi 7
2000
26,45
28,40
25,10
26,65 ±1,67
22,20
23,23
24,08
23,17 ±0,94
Fraksi 8
2000
19,05
19,10
20,00
19,38 ±0,53
23,10
20,15
22,35
21,87 ±1,53
Fraksi 9
2000
14,20
10,40
12,08
12,23 ±1,90
22,20
20,40
20,40
21,00 ±1,04
Fraksi 10
2000
22,45
22,10
21,35
21,97 ±0,56
23,10
20,15
22,35
21,87 ±1,53
Fraksi 11
2000
12,15
12,10
11,10
11,78 ±0,59
21,30
20,13
20,25
20,56 ±0,64
Fraksi 12
2000
12,10
12,35
12,35
12,27 ±0,14
21,30
20,13
20,25
20,56 ±0,64
Fraksi 13
2000
18,00
17,05
16,25
17,10 ±0,88
23,10
20,15
22,35
21,87 ±1,53
Fraksi 14
2000
15,25
13,35
14,08
14,23 ±0,96
23,10
20,15
22,35
21,87 ±1,53
Fraksi 15
2000
16,00
9,08
8,25
11,11 ±4,26
22,35
20,35
20,35
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi
Fraksi 16
2000
10,25
10,25
10,13
10,21 ±0,07
20,25
20,35
20,35
20,32 ±0,06
Fraksi 17
2000
-
-
-
-
20,25
20,35
20,35
20,32 ±0,06
Fraksi 18
2000
8,20
8,10
7,35
7,88 ±0,46
21,30
20,13
20,25
20,56 ±0,64
Fraksi 19
2000
-
-
-
-
23,10
20,15
22,35
21,87 ±1,53
Fraksi 20
2000
-
-
-
-
21,30
20,13
20,35
20,59 ±0,62
Etil Asetat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 15 Hasil Pengamatan Uji aktivitas antimikroba terhadap Candida albicans ATCC 10231 pada jam ke-24 Diameter Zona Hambat (mm) Sampel Uji
Skripsi
Fraksi
Dosis (µg)
1
2
Ketokonazol 42,24 µg 3
Ratarata ± SD
1
2
3
Ratarata ± SD
Fraksi 1
2000
-
-
-
-
15,35
15,45
16,15
15,65 ±0,44
Fraksi 2
2000
10,25
11,20
12,25
11,23 ±1,00
15,35
15,45
16,15
15,65 ±0,44
Fraksi 3
2000
16,13
17,05
18,40
17,19 ±1,14
15,10
14,40
16,15
15,22 ±0,88
Fraksi 4
2000
21,20
22,45
22,45
22,03 ±0,72
15,35
15,45
16,15
15,65 ±0,44
Fraksi 5
2000
28,43
29,20
27,00
28,21 ±1,12
15,35
15,45
16,15
15,65 ±0,44
Fraksi 6
2000
10,35
15,13
12,10
12,53 ±2,42
15,35
15,45
16,15
15,65 ±0,44
Fraksi 7
2000
28,05
28,45
29,45
28,65 ±0,72
15,35
15,45
16,15
15,65 ±0,44
Fraksi 8
2000
22,30
22,35
21,40
22,02 ±0,53
15,10
14,40
16,15
15,22 ±0,88
Fraksi 9
2000
11,45
12,35
13,30
12,37 ±0,93
15,10
14,40
14,08
14,53 ±0,52
Fraksi 10
2000
24,00
25,15
22,25
23,80 ±1,46
15,10
14,40
14,08
14,53 ±0,52
Fraksi 11
2000
13,30
12,35
14,35
13,33 ±1,00
15,10
14,40
14,08
14,53 ±0,52
Fraksi 12
2000
15,23
15,25
13,05
14,51 ±1,26
15,10
14,40
13,15
14,22 ±0,99
Fraksi 13
2000
21,35
20,40
19,35
20,37 ±1,00
14,20
14,30
13,15
13,88 ±0,67
Fraksi 14
2000
22,33
19,20
15,30
18,94 ±3,52
14,20
14,30
13,15
13,88 ±0,67
Fraksi 15
2000
15,40
15,20
14,05
14,88 ±0,73
14,20
14,30
13,15
13,88 ±0,67
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi
Fraksi 16
2000
12,20
10,38
11,25
11,28 ±0,91
14,08
13,15
14,25
13,83 ±0,59
Fraksi 17
2000
-
-
-
-
14,08
13,15
14,25
13,83 ±0,59
Fraksi 18
2000
10,00
9,05
9,15
9,40 ±0,52
14,20
14,30
14,25
14,25 ±0,05
Fraksi 19
2000
-
-
-
-
14,08
14,25
14,25
14,19 ±0,09
Fraksi 20
2000
-
-
-
-
14,20
14,30
14,25
14,25 ±0,05
Etil Asetat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Aktivasi antimikroba...
Eni Rohma Wiyati