AKTIVITAS ANTIKANKER DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK CABE JAWA SECARA IN VITRO TERHADAP SEL MCF-7 YANG BERASAL DARI BERBAGAI LOKASI DI INDONESIA
KRISTINA MULIA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Aktivitas Antikanker dan Antioksidan Ekstrak Cabe Jawa Secara In Vitro Terhadap Sel MCF-7 yang Berasal dari Berbagai Lokasi di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2015 Kristina Mulia NIM G851130271
RINGKASAN
KRISTINA MULIA. Aktivitas Antikanker dan Antioksidan Ekstrak Cabe Jawa Secara In Vitro Terhadap Sel MCF-7 yang Berasal dari Berbagai Lokasi di Indonesia. Dibimbing oleh SURYANI dan AKHMAD ENDANG ZAINAL HASAN. Kanker adalah penyakit mematikan yang menempati posisi kedua setelah penyakit jantung. Salah satu penyebab penyakit kanker adalah radikal bebas yang mengakibatkan stress oksidatif pada manusia. Antioksidan adalah senyawa yang dapat mengurangi stress oksidatif. Aktivitas antioksidan erat hubungannya dengan aktivitas antikanker. Diketahui bahwa selain sebagai analgetik, afrosidiak cabe jawa juga berpotensi sebagai antikanker. Penelitian ini mengkaji potensi antikanker dan antioksidan dari ekstrak etanol cabe jawa yang berasal dari sembilan lokasi di Indonesia yaitu Pamekasan, Sumenep, Giritontro, Paranggupito, Air Naningan, Karang Asem dan Gianyar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dengan ekstraksi cabe jawa menggunakan etanol 70%, pengujian fitokimia, penentuan total fenol dan total flavonoid, identifikasi senyawa kimia dengan menggunakan LC-MS/MS, pengujian antikanker menggunakan metode MTT terhadap sel kanker payudara MCF-7 dan pengujian antioksidan dengan menggunakan metode DPPH. Ekstrak etanol cabe jawa menunjukkan aktivitas antioksidan paling baik terhadap radikal bebas 2,2-difenil-1- pikrilhidrazil (metode DPPH) berasal dari lokasi Paranggubito I yaitu sebesar 217.63 µg/mL. Toksisitas terhadap sel kanker payudara MCF-7 dengan menggunakan metode MTT (3-(4,5-dimetiltiazol-2-yl)2,5-dipeniltetrazolium bromida yang terbaik berasal dari daerah berasal dari daerah Air Naningan II yaitu sebesar 32.34 µg/mL. Identifikasi senyawa menggunakan LC-MS ekstrak etanol cabe jawa mengandung senyawa paclitaxel dan piperin. Kata Kunci : Antikanker, Antioksidan, Piper retrofractum Vahl., Sel MCF-7
SUMMARY KRISTINA MULIA. Anticancer Activity and Antioxidant Extract Java Chili Extract In Vitro Against MCF-7 Cells Coming from Various Locations in Indonesia. Supervised by SURYANI and AKHMAD ENDANG ZAINAL HASAN. Cancer is a deadly disease that ranks the second after heart disease. One of the causes of cancer is free radicals causing oxidative stress in humans. Antioxidant is compound that can reduce oxidative stress. The antioxidant activity is closely connected with anticancer activity. It is known that in addition to being an analgesic, aphrodisiac of Java chili also has potential as anticancer. This study examined the potential anticancer and antioxidant from the ethanol extract of Java chili from nine locations in Indonesia, namely Pamekasan, Sumenep, Giritontro, Paranggupito, Air Naningan, Karang Asem and Gianyar. The method used in this study began with the extraction of Java chili using ethanol 70%, phytochemical testing, determination of total phenol and total flavonoids, identification of chemical compounds using LC-MS/MS, anticancer testing using MTT method on MCF-7 breast cancer cell line and antioxidant testing using DPPH. Java chili ethanol extract shows that the good antioxidant activity on free radical 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH method) was coming from Paranggubito I by 217.63 µg/mL. Of the toxicity on MCF-7 breast cancer cells using MTT method (3-(4.5-dimetiltiazol-2-yl)-2.5-dipeniltetrazolium bromide, the best was coming from Air Naningan II by 32.34 µg/mL. The identification of compounds using LC-MS of Java chili ethanol extract contains paclitaxel and piperine compounds. Key words: Anticancer, antioxidant, Piper retrofractum Vahl., MCF-7 Cell
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
AKTIVITAS ANTIKANKER DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK CABE JAWA SECARA IN VITRO TERHADAP SEL MCF-7 YANG BERASAL DARI BERBAGAI LOKASI DI INDONESIA
KRISTINA MULIA
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Biokimia
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Penguji luar komisi pada ujian tesis : Dr Mega Safithri SSi MSi
PRAKATA Alhamdulillahi Rabbil „Alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan dalam menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Aktivitas Antikanker dan Antioksidan Ekstrak Cabe Jawa Secara In Vitro Terhadap Sel MCF-7 yang Berasal dari Berbagai Lokasi di Indonesia”. Penulis banyak sekali mendapatkan dukungan moral maupun material dari berbagai pihak selama menjalani perkuliahan hingga terselesainya tesis ini. Penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dr Suryani SP M.Sc sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr Ir Akhmad Endang Zainal Hasan M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan tesis ini. Terimakasih atas Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPP-DN) yang diperoleh dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) pada tahun 2013. Penulis Mengucapkan terimakasih kepada keluarga tercinta (Ayah, Ibu, Kartiko Rusadi) yang telah memberikan do‟a, semangat dan dukungannya. Mahasiswa Pascasarjana Biokimia angkatan 2013 atas dukungan dan bantuannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2015 Kristina Mulia
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................................
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi . DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi . 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 Latar Belakang............................................................................................ 1 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 2 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 3 2 METODE PENELITIAN .................................................................................. 4 Waktu dan Tempat....................................................................................... 4 Alat dan Bahan ............................................................................................ 4 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 4 Analisi Data ................................................................................................. 6 3 HASIL ............................................................................................................... 7 Rendemen Cabe Jawa .................................................................................. 7 Komponen Fitokimia Ekstrak Cabe Jawa ................................................... 7 Komponen Kimia Hasil Uji LC-MS/MS ..................................................... 8 Total Fenolik ............................................................................................... 8 Total Flavonoid ........................................................................................... 9 Aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH.................................... 10 Aktivitas antikanker terhadap sel MCF-7 dengan metode MTT ................. 11 4 PEMBAHASAN................................................................................................ 13 Rendemen Cabe Jawa .................................................................................. 13 Komponen Fitokimia ................................................................................... 13 Komponen kimia hasil uji LC-MS/MS ....................................................... 14 Total Fenolik ............................................................................................... 15 Total Flavonoid ........................................................................................... 15 Aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH.................................... 16 Aktivitas antikanker terhadap sel MCF-7 dengan metode MTT ................. 17 Hubungan antara IC50 antioksidan dengan antikanker ................................ 18 5 SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 19 Simpulan ...................................................................................................... 19 Saran ............................................................................................................ 19 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
20 23 38
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4.
Kandungan kimia ekstrak etanol cabe jawa Komponen kimia hasil uji LC-MS/MS Aktivitas antioksidan Aktivitas sitotoksik
7 8 10 11
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4.
Hasil rendemen ekstrak cabe jawa Kandungan total fenolik tiap sampel Kandungan total flavonoid tiap sampel Kanker payudara MCF-7
7 9 10 12
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Bagan alir penelitian --------------------------- 23 Ekstrak etanol cabe jawa --------------------------- 24 Rendemen ekstrak etanol cabe jawa --------------------------- 24 Contoh perhitungan ekstrak etanol cabe jawa --------------------------- 25 Kandungan kimia ekstrak etanol cabe jawa --------------------------- 26 Absorbansi standar asam galat --------------------------- 27 Gambar kurva standar asam galat --------------------------- 27 Kadar total fenolik ekstrak etanol cabe jawa --------------------------- 28 Absorbansi standar kuersetin --------------------------- 29 Gambar kurva standar kuersetin --------------------------- 29 Kadar total flavonoid ekstrak etanol cabe jawa --------------------------- 30 Hasil kromatogram LC-MS --------------------------- 31 Aktivitas antikanker ekstrak etanol cabe jawa --------------------------- 36 Contoh perhitungan nilai IC50 ekstrak etanol cabe jawa -------------------- 36 Aktivitas antioksidan ekstrak etanol cabe jawa --------------------------- 37 Contoh perhitungan nilai IC50 aktivitas antioksidan ekstrak cabe jawa -- 37
1 PENDAHULUAN Latar belakang Kanker menjadi masalah kesehatan utama baik di negara maju maupun di negara berkembang. Keberadaan makanan cepat saji, rokok, alkohol dan kegemukan merupakan faktor resiko tinggi penyebab terjadinya penyakit kanker. Pekerja di sektor industri, pertanian, dan tenaga kesehatan di rumah sakit sering memakai bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit kanker, banyak di antara mereka yang tidak memakai alat pelindung diri sehingga tubuh kontak langsung dengan bahan-bahan tersebut. Bila hal ini berlangsung lama dapat berakibat timbulnya kanker. Kanker adalah tumor ganas yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel-sel tubuh. Menurut laporan WHO, terdapat lebih dari 10 juta kasus kanker pertahun di dunia. Penyakit kanker di Indonesia merupakan penyebab kematian ke-6. Penyakit kanker di Amerika Serikat merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit kardiovaskular. (Tjindarbumi & Mangunkusumo 2002). Kanker payudara termasuk jenis kanker yang paling sering diderita wanita disamping kanker kulit dan merupakan penyebab kematian kedua setelah kanker paru. Kanker payudara di Amerika Serikat menduduki peringkat pertama (32%) dan kematian karena kanker jenis ini mencapai 18% (King, 2000). Kanker payudara di Indonesia menduduki peringkat kedua setelah kanker leher rahim (serviks) dan kasusnya mencapai 17.77% (Tjindarbumi & Mangunkusumo 2002). Salah satu penyebab penyakit kanker adalah radikal bebas yang menyerang sel tubuh manusia. Radikal bebas diduga merupakan penyebab kerusakan sel yang mendasari timbulnya penyakit kanker termasuk kanker payudara (Risky & Suyatno 2014). Senyawa yang dapat menunda, menghambat atau mencegah oksidasi bahan atau senyawa yang mudah teroksidasi oleh radikal bebas dan mengurangi stres oksidatif adalah antioksidan (Dai 2010). Antioksidan telah terbukti bermanfaat dalam pencegahan sel kanker (Chaudhary 2015). Penelitian tentang obat kanker telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah kemoterapi dan penggunaan obat-obatan untuk menghambat tumbuhnya sel kanker. Penggunaan obat seperti doksorubisin merupakan salah satu cara untuk mengatasi perkembangan kanker dan mengurangi pembentukan kanker baru. Efek samping dari pengobatan dengan doksorubisin ini adalah terjadinya kerontokan rambut, jantung berdebar, dan menurunnya jumlah sel darah putih sebagai agen pertahanan tubuh. Salah satu tantangan dalam pengobatan kanker adalah meningkatkan efektivitas dan mengurangi buruknya pengaruh pengobatan utama. Upaya yang dilakukan adalah menemukan dan mengembangkan obat berbasis bahan alam (herbal), salah satu diantaranya adalah cabe jawa (Budiman et al. 2013). Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) merupakan tanaman penghasil rempah dan fitofarmaka yang penting baik ditinjau dari pemenuhan kebutuhan bumbu dan obat tradisional (Soleh 2003). Cabe jawa diketahui memiliki aktivitas antikanker. Ekowati et al. (2012) menunjukkan bahwa jahe, cabe jawa dan kombinasi jahe dan cabe jawa memiliki aktivitas sitotoksik pada sel myeloma dengan IC50 (Inhibitory Concentration 50%) dari masing-masing 28, 36, dan 55
2
mg/ml dan sel line WiDr dengan masing-masing IC50 74, 158, dan 64 mg/ml. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa jahe (Zingiber officinale), cabe jawa (Piper retrofractum) dan kombinasinya menunjukkan aktivitas sitotoksik, induksi apoptosis dan ekspresi p53 dari sel HeLa, T47D (Tumor 47 Ductal), dan sel line MCF-7 (Michigan Cancer Foundation-7). Serbuk dari buah cabe jawa di Madura biasa dibubuhkan ke dalam minuman seperti teh, susu, dan kopi (Djauhariya & Rosman 2008). Penduduk Ulias di Ambon menggunakan buah cabe jawa sebagai rempah pengganti cabe rawit (Heyne 1987). Cabe jawa merupakan salah satu tanaman obat unggulan untuk dilakukan uji klinik (Dewoto 2007). Penelitian senyawa bioaktif tumbuhan obat dan pemanfaatannya akan semakin meningkat termasuk cabe jawa (Evrizal 2013). Dilihat dari produksi, buah cabe jawa tersebar di beberapa provinsi di Indonesia. Sentra produksi buah cabe jawa adalah Jawa Timur dan Lampung (Evrizal 2013). Penelitian yang telah dilakukan diduga terdapat korelasi positif antara aktivitas antioksidan dan aktivitas antikanker. Melihat persebaran cabe jawa di sentra produksi di Indonesia maka, perlu dilakukan penelitian yang menguji aktivitas sitotoksik ekstrak buah cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) dari sembilan lokasi di daerah sentra produksi yaitu berasal dari Sumenep dan Pamekasan (Madura), Paranggupito I, Paranggupito II, Giritontro (Jawa Tengah), Air Naningan I dan Air Naningan II (Lampung), Karang Asem dan Gianyar (Bali) terhadap sel kanker payudara MCF-7 (Michigan Cancer Foundation-7), dan aktivitas antioksidan. Perumusan masalah Cabe jawa memiliki potensi sebagai obat-obatan herbal yang dapat dikembangkan sebagai alternatif pengobatan kanker yang aman. Beberapa penelitian telah menguji aktivitas sitotoksik ekstrak cabe jawa pada beberapa sel kanker tetapi pengujian aktivitas sitotoksik dan antioksidan terhadap sel kanker payudara MCF-7 dari berbagai lokasi di Indonesia belum dilakukan, maka penelitian ini memanfaatkan ekstrak cabe jawa sebagai agen antikanker dan antioksidan yang berasal dari berbagai lokasi sentra produksi di Indonesia. Pemanfaatan cabe jawa tersebut diharapkan dapat menjadi solusi alternatif sebagai obat antikanker. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah 1. ekstraksi dan identifikasi komponen kimia ekstrak cabe jawa 2. pengujian kemampuan aktivitas sitotoksik dan aktivitas antioksidan dari cabe jawa. Manfaat penelitian 1. hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang cabe jawa sebagai antikanker dan gambaran kepada masyarakat luas terutama
3
dalam eksplorasi serta penemuan senyawa aktif dari bahan alam sebagai pengobatan herbal yang akan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. 2. secara khusus dapat mengetahui kemampuan aktivitas sitotoksik dan aktivitas antioksidan cabe jawa. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup ekstraksi etanol cabe jawa yang berasal dari sembilan lokasi di Indonesia, uji fitokimia, identifikasi menggunakan LC-MS/MS penentuan total fenolik, penentuan total flavonoid, uji antikanker dan uji antioksidan. Ekstrak etanol cabe jawa diuji aktivitas sitotoksiknya terhadap sel kanker MCF-7 dengan menggunakan metode MTT dan pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH.
4
2 METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia, FMIPA IPB dan Laboratorium Pusat Studi Satwa Primata IPB. Penelitian dilakukan selama enam bulan dari bulan Agustus 2014 sampai dengan bulan Februari tahun 2015. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam peneltian ini adalah buah cabe jawa (Piper rectrofractum) dari berbagai lokasi sentra produksi yaitu Sumenep dan Pamekasan (Madura), Paranggupito I, Paranggupito II, Giritontro (Jawa Tengah), Air Naningan I dan Air Naningan II (Lampung), Karang Asem dan Gianyar (Bali), pelarut DMSO, etanol 70 %, amonia, kloroform, larutan H2SO4, CH3COOH, HCl pekat, dietilester, bubuk Mg, amilalkohol, FeCl3 1%, AlCl3, Naasetat, dan pereaksi analisis fitokimia, DPPH, doksorubisin, vitamin E (αtokoferol) dan air suling. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laminar, inkubator, kulkas, pipet mikro, rotary evaporator, Shaker, pemanas gelombang mikro, plate 96 sumuran, LC-MS/MS, spektrofotometer UV-Vis, ELISA reader, dan peralatan gelas lainnya. Prosedur Penelitian Ekstraksi cabe jawa (Hasan 2013) Sebanyak 20 g serbuk cabe jawa berukuran 60 mesh dipanaskan dengan pemanas gelombang mikro (frekuensi 2.450 MHz dan daya 800 Watt) selama 5 menit, dimaserasi dengan etanol 70% 1:20, ditutup sambil diaduk dengan orbital shaker selama 18 jam, lalu disaring. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan rotavapor pada suhu 50±2 0C selama tiga jam atau hingga air dan etanol menguap sempurna. Ekstrak yang diperoleh kemudian ditimbang dan dihitung rendemennya. Hasil ekstraksi disimpan dalam botol gelap dan ditempatkan di ruang yang tidak terkena sinar matahari langsung. Rendemen ditentukan dengan rumus sebagai berikut : Rendemen (%) = (bobot hasil ekstraksi/bobot cabe jawa) x 100. Pengujian kualitatif komponen kimia (Harborne 1987) Uji kualitatif cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) meliputi uji alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, saponin dan tannin. Uji alkaloid Sebanyak 100 mg cabe jawa dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dua tetes ammonia dan 5 ml kloroform lalu disaring. Filtrat hasil
5
penyaringan ditambahkan 1 ml H2SO4 2 M, kemudian fraksi asam ditambahkan pereaksi Dragendorf, Meyer dan Wagner. Keberadaan alkaloid dalam cabe jawa ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah pada pereaksi Dragendorf, endapan putih pada pereaksi Meyer dan endapan coklat pada pereaksi Wagner. Uji triterpenoid dan steroid Sebanyak 100 mg cabe jawa dimasukan dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan etanol panas sebanyak 5 ml lalu disaring. Filtrat hasil penyaringan dievaporasi, kemudian ditambahkan 1 ml dietileter. Setelah diaduk hingga homogen dengan vortex, lalu ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat dan 1 ml CH3COOH. Terbentuknya warna merah atau kelabu menunjukkan adanya triterpenoid dan warna hijau menunjukkan adanya steroid dalam cabe jawa. Uji flavonoid Sebanyak 100 mg cabe jawa dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan 5 ml air, lalu dipanaskan selama 5 menit. Selanjutnya dilakukan penyaringan. Filtrat yang diperoleh ditambahkan bubuk Mg, 1 ml HCl pekat, dan 1 ml amilalkohol. Kemudian diaduk sempurna sehingga timbul lapisan yang berbeda. Warna yang terbentuk antara dua larutan amilalkohol menunjukkan adanya flavonoid. Uji tannin Sebanyak 100 mg cabe jawa dimasukkan dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 5 ml air dan disaring. Kemudian dipanaskan selama 5 menit. Filtrat hasil penyaringan ditambahkan 3 tetes FeCl3 1%. Terbentuknya warna biru atau hijau kehitam-hitaman menunjukkan adanya tanin dalam cabe jawa. Uji saponin Sebanyak 100 mg cabe jawa dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 ml air dan disaring. Kemudian dipanaskan selama 5 menit. Filtrat hasil penyaringan dikocok dengan sempurna lalu dibiarkan selama 10 menit. Terbentuknya buih yang stabil menunjukkan adanya saponin dalam cabe jawa. Identifikasi senyawa kimia cabe jawa dengan LC-MS/MS (Blazies et al. 2011) Ekstrak etanol cabe jawa yang berasal dari sembilan lokasi di Indonesia di analisis menggunakan Liquid Chromatograph-tanden Mass Spectrometry (LCMS/MS/MS) dengan tipe QMicro QAA 842. Sampel berupa cairan dimasukkan ke fase gerak yang ada pada kolom LC dengan laju alir 0.2 mL/menit. Temperatur kolom yang digunakan adalah 400C dan waktu akhir 35 menit. Pemisahan senyawa kimia terjadi di dalam kolom dengan bantuan pompa. Hasil analisis dengan LC dilanjutkan MS untuk identifikasi komponen kimia. Jenis analisis massa yang digunakan adalah quadrupole dengan modus scan selama 5 detik. Spektrum yang diperoleh menunjukan rasio massa dengan muatan (m/z). Penentuan total fenolik (Pourmorad 2006) Total fenol ditentukan oleh reagen Follin Ciocalteu. Ekstrak etanol cabe jawa atau asam galat (standar senyawa fenolik) dicampur dengan reagen Folin Ciocalteu 10% dan Na2CO3 1M. Campuran didiamkan selama 15 menit dan total fenol diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 765 nm. Kurva standar dibuat dengan konsentrasi 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30 dan 35 µg/mL larutan asam galat dalam metanol : Air 50:50 (v/v). Total nilai fenol yang dinyatakan dalam setara asam galat (mg g-1 massa kering).
6
Penentuan total flavonoid (Sahu & Saxena 2013) Kandungan total flavonoid ditentukan dengan pengujian menggunakan AlCl3 yang diukur dengan metode pewarnaan. Kuersetin digunakan sebagai standar. Sebanyak 5 mL standar atau larutan ekstrak dengan konsentrasi (0, 20, 40, 80 dan 100 µg/mL) ditambahkan dengan 0.3 ml NaNO2 5%. Setelah 5 menit ditambahkan AlCl3 10 % sebanyak 0.3 ml. Setelah 6 menit ditambahkan 2 ml NaOH 1M ke dalam campuran, lalu di encerkan dengan akuades sebanyak 2.4 ml. Larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm. Absorban yang dihasilkan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dari kurva standar kuersetin. Total flavonoid dihitung berdasarkan ekuivalen kuersetin Pengujian aktivitas antikanker dengan metode MTT (Hasan 2013) Doksorubisin digunakan sebagai kontrol positif dan larutan DMSO sebagai kontrol negatif. Ekstrak dilarutkan dengan pelarut DMSO untuk dibuat larutan stok 10%. Larutan stok dilarutkan dalam media RPMI 1640 untuk membentuk larutan substok 1%. Pembuatan variasi konsentrasi dimulai dari 250, 100, 50, 10 dan 1 μg/ml. Larutan uji sebanyak 20 μL dengan berbagai konsentrasi tersebut ditambahkan dalam sumur yang sudah diberikan sel kanker payudara (MCF-7) lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 oC dengan kandungan 5% CO2. Jumlah sel yang hidup dari tiap sumur dihitung menggunakan ELISA Reader pada panjang gelombang 570 nm. Nilai IC50 dibuat dengan membuat grafik antara persentase sel hidup dengan konsentrasi sampel. Persentase sel mati dihitung dengan membandingkan persamaan: % Sel mati = (Ab-Au)/Ab x 100%, dimana Ab: Absorbansi blank (DMSO) dan Au: Absorbansi larutan contoh. Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (Aranda 2011) Aktivitas antioksidan dari radikal bebas DPPH secara spektrofotometri. Ekstrak dilarutkan dalam etanol dengan variasi konsentrasi 7.625; 15.125; 32.25; 62.5; 125; 250 dan 500 µg/mL. Dalam campuran uji terkandung 80 µL ekstrak dan 80 µL dari DPPH (dilarutkan didalam etanol). Didiamkan pada suhu kamar dan gelap selama 30 menit. Absorbansi kemudian diukur pada panjang gelombang 517 nm. Aktivitas antioksidan dilihat dari nilai IC50, dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: Nilai IC50 dihiting dengan membuat grafik antara persentase penghambatan radikal bebas dengan konsentrasi sampel. Persen penghambatan radikal bebas : (A-B) x 100% A Dimana, A adalah absorbansi kontrol negatif (DPPH ditambah etanol) dan B adalah absorbansi dari sampel (DPPH, etanol ditambah sampel)
Analisis data Data absorbansi yang diperoleh dari uji aktivitas sitotoksik sel dan antioksidan dinyatakan dalam IC50 (konsentrasi yang menyebabkan kematian 50% populasi sel). Selanjutnya hasil yang didapatkan pada masing-masing uji kemudian dianalisis dengan uji Anova menggunakan software SPSS 22.
7
3 HASIL Rendemen ekstrak cabe jawa Ektraksi cabe jawa menggunakan pelarut etanol 70 %. Tujuan melakukan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat di dalam simplisia. Hasil rendemen ekstrak cabe jawa dari sembilan lokasi berkisar 7.55 % hingga 16.4 % (Gambar 1). Hasil rendemen tertinggi berasal dari Paranggupito I yaitu sebesar 16.4 % dan terkecil berasal dari Sumenep yaitu sebesar 7.55 %.
Gambar 1 Hasil rendemen ekstrak cabe jawa dari berbagai lokasi
Komponen fitokimia ekstrak cabe jawa Komponen senyawa kimia di dalam ekstrak etanol cabe jawa ditentukan dengan pengujian fitokimia. Uji fitokimia meliputi uji keberadaan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin. Steroid, dan saponin. Sembilan lokasi memiliki kandungan senyawa aktif yang tidak jauh berbeda. Lokasi Pamekasan, Sumenep Giritontro, Paranggupito I, dan II, Karang Asem, Gianyar, Air Naningan I dan II mendapatkan uji positif pada senyawa alkaloid, steroid, flavonoid, dan saponin sedangkan Pamekasan dan Sumenep juga memiliki komponenn kimia tanin (Tabel 1). Tabel 1. Kandungan fitokimia ekstrak etanol cabe jawa Lokasi Pamekasan Sumenep Giritontro Paranggupito I Paranggupito II Air Naningan I Air Naningan II Karang Asem Gianyar
Alkaloid + + + + + + + + +
Golongan Senyawa Steroid Flavonoid Tanin + + + + + + +++ ++ +++ ++ +++ ++ +++ ++ +++ + ++ ++ ++ ++ -
Keterangan : + = hasil positif (sedikit); ++ = sedang; +++ = banyak; - = hasil negatif
Saponin + + + + + + + + +
8
Komponen kimia hasil uji LC-MS/MS Identifikasi komponen kimia dari sampel ekstrak cabe jawa menggunakan LC-MS/MS. Hasil analisis berupa spektrum yang menggambarkan rasio bobot molekul per muatan (m/z) (Lampiran 10). Sampel yang dianalisis adalah yang berasal dari Paranggupito I, Giritontro dan Air Naningan II. Sampel tersebut dianalisi berdasarkan uji sebelumnya yang menunjukkan paling baik pada setiap uji. Hasil kromatogram dari ketiga sampel disajikan pada table 2. Tabel 2 Komponen kimia hasil uji LC-MS/MS Lokasi Sampel Waktu Retensi Rumus Molekul Paranggupito I
Giritontro
Air Naningan II
5.71 6.56 32.97 4.51 5.026 25.470 30.410 6.22 29.729 31.092 32.966
C15H12ClN30 C20H23NO4 C17H18F1N3O3 C7H51NO14 C15H12ClN30 C49H75N13O12 C19H22FN303 C20H33N3O4 C11H14ClN3O4 C49H75N13O12 C15H10O6
Berat Molekul (m/z) 285.07 341.163 331.133 853.330 285.0667 1037.658 359.1645 379.247 382.983 1037.566 286.048
Total senyawa fenolik Kandungan fenolik total pada masing-masing ekstrak dinyatakan sebagai ekuivalen asam galat atau Gallic Acid Equivalent (GAE). Asam galat GAE merupakan acuan umum untuk mengukur sejumlah senyawa fenolik yang terdapat dalam suatu bahan. Asam galat digunakan sebagai standar, konsentrasi yang digunakan, yaitu 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30 dan 35 mg/L, dengan persamaan kurva standar y = 0.0352x + 0.0325 dengan R2= 0.9923. Perlakuan sampel dibuat sama dengan metode pembuatan kurva standar. Total fenolik dihitung berdasarkan nilai ekuivalen asam galat. Data hasil perhitungan, yang memiliki total fenolik tertinggi adalah ekstrak cabe jawa yang berasal dari Giritontro yaitu 41.19 mg GAE/g. Kemudian tertinggi ke dua Parangguito I, dilanjutkan dengan Paranggupito II, Karang Asem, Sumenep, Gianyar, Pamekasan, Air Naningan I dan Air Naningan II dengan total fenolik berturut-turut sebagai berikut 39.35; 36.44; 29.53; 26.72; 24.57; 23.58; 23.13 dan 21.01 mg GAE/g (Gambar 2). Hasil uji statistika terhadap total senyawa fenolik menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05). Hasil tersebut memperlihatkan bahwa setiap sampel uji dari sembilan sampel memiliki kandungan total fenol yang berbeda.
9
Gambar 2 Kandungan total fenolik tiap sampel. Angka pada balok meunjukkan kandungan total senyawa fenolik sedangkan huruf superscrift (a,b,c,d,e) menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0.05)
Total senyawa flavonoid Total flavonoid pada ekstrak cabe jawa diperoleh dengan cara membuat kurva standar kuersetin, dengan persamaan kurva standar y= 0.0044x – 0.0051 dengan R2= 0.9995. Nilai total flavonoid dapat ditentukan dengan memasukkan nilai absorbansi ke persamaan kurva standar. Penentuan total flavonoid dilakukan dengan menggunakan asam kuersetin sebagai standar untuk pembuatan kurva standar. Perlakuan sampel dibuat sama dengan metode pembuatan kurva standar. Total fenolik dihitung berdasarkan nilai ekuivalen kuersetin. Hasil total flavonoid tiap sampel yang terbesar adalah Paranggupito I sebesar 6.56 mg QE/g. Kemudian Sumenep, Giritontro, Pamekasan, Karang Asem, Paranggupito II, Gianyar, Air Naningan I, dan Air Naningan II yaitu berturut-turut 6.28; 6.21; 5.77; 5.17; 4.49; 4.44; 3.30; 2.43 mg QE/ g (Gambar 3). Hasil uji statistika terhadap total senyawa flavonoid menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05). Hasil tersebut memperlihatkan bahwa setiap sampel uji dari sembilan sampel memiliki kandungan total fenol yang berbeda.
10
Gambar 3 Kandungan total senyawa flavonoid tiap sampel. Angka pada balok meunjukkan kandungan total senyawa flavonoid sedangkan huruf superscrift (a,b,c,d,e) menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0.05) Aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH Tokoferol digunakan sebagai kontrol positif dengan nilai IC50 sebesar 7.28 μg/mL. Pada konsentrasi sampel tertinggi 500 μg/mL persen penghambatan hingga 74.838 % berasal dari daerah Paranggupito II. Data perhitungan diketahui bahwa Paranggupito I memiliki aktivitas antioksidan paling baik dengan nilai IC 50 yaitu 217.69 μg/mL. Kemudian Giritontro, Paranggupito II, Air Naningan I, Gianyar, Air Naningan II, Sumenep, Karang Asem dan yang terakhir Pamekasan. Nilai IC50 secara berturut-turut 220.21; 261.66; 248.01; 259.83; 275.72; 288.39; 285.62 dan 279.17 μg/mL dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil uji statistika memperlihatkan bahwa semua sampel memiliki aktivitas antioksidan yang berbeda nyata (p<0.05) (Tabel 2). Aktivitas antioksidan semakin baik apabila nilai IC50 semakin rendah Tabel 3 Aktivitas antioksidan Sampel Sumenep Pamekasan Paranggupito I Paranggupito II Giritontro Air Naningan I Air Naningan II Karang Asem Gianyar
IC50 (µg/mL) 288.39e 279.17d 217.69a 261.66c 220.21a 248.01b 275.72d 285.62e 259.83c
Keterangan : Huruf superscrift (a,b,c,d,e,f) pada tabel menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0.05)
11
Aktivitas antikanker terhadap sel MCF-7 dengan metode MTT Sel kanker payudara MCF-7 diberi perlakuan dengan ekstrak etanol cabe jawa yang memiliki aktivitas sitotoksik atau menyebabkan kematian sel kanker MCF-7. Aktivitas sitotoksik ekstrak etanol cabe jawa yang berasal dari sembilan lokasi yang berbeda dapat diketahui melalui nilai IC50. Penelitian ini dibuat variasi konsentrasi yang dibuat dari larutan induk sebesar 1, 10, 50, 100 dan 250 μg/mL. Pada konsentrasi 250 μg/mL persen inhibisi terbesar mencapai 95.89 % yang berasal dari daerah Air Naningan, Lampung (Tabel 3). Nilai IC50 terbaik berasal dari Air Naningan II yaitu sebesar sebesar 32.36 μg/mL. Penampakan sel kanker payudara MCF-7 dapat dilihat pada Gambar 4. Nilai IC50 sampel yang berasal dari Sumenep sebesar 46.61 μg/mL, Gianyar sebesar 49.21 μg/mL, Air Naningan I sebesar 54.76 μg/mL, Pamekasan sebesar 83.7 μg/mL, Giritontro sebesar 126.36 μg/mL, Paranggupito I dan II berturut-turut sebesar 96.73 μg/mL dan 131.13 μg/mL dan Karang Asem sebesar 63.16 μg/mL. Hasil uji statistika memperlihatkan bahwa semua sampel memiliki aktivitas antioksidan yang berbeda nyata (p<0.05) (Tabel 2). Aktivitas antioksidan semakin baik apabila nilai IC50 semakin rendah. Tabel 4 Aktivitas sitotoksik Sampel Sumenep Pamekasan Paranggupito I Paranggupito II Giritontro Air Naningan I Air Naningan II Karang Asem Gianyar
IC50 (µg/mL) 46.61b 83.70e 96.73f 131.13h 126.36g 54.76c 32.36a 63.16d 49.21b
Keterangan : Huruf superscrift (a,b,c,d,e,f) pada tabel menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0.05)
(a)
(b)
12
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 4 Sel kanker payudara MCF-7 pada uji antikanker ekstrak dari daerah Air Naningan I pada konsentrasi (a) 0 μg/mL (kontrol negatif), (b) 1 μg/mL, (c) 10 μg/mL, (d) 50 μg/mL, (e) 100 μg/mL, (f) 250 μg/mL pada perbesaran 100x .
13
4 PEMBAHASAN Rendemen cabe jawa Ekstraksi bahan alam adalah tahap yang paling penting dalam memperoleh metabolit sekunder untuk dimanfaatkan sebagai bahan obat (Pratiwi 2013). Ektraksi cabe jawa ini menggunakan cara maserasi. Maserasi sampel dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol karena sifatnya yang mampu melarutkan semua zat, baik yang bersifat polar, semi polar dan non polar serta kemampuannya untuk mengendapkan protein dan menghambat kerja enzim sehingga dapat terhindar dari proses hidrolisis dan oksidasi (Harbone 1987). Ekstraksi cabe jawa komponen utama yang diinginkan adalah golongan senyawa fenolik khususnya flavonoid. Ekstraksi cabe jawa menggunakan perlakuan pemanasan gelombang mikro (microwave-assited extraction, MAE). Pemanasan menggunakan gelombang mikro (microwave) terjadi melalui interaksi langsung antara material dengan gelombang mikro mengakibatkan transfer berlangsung cepat dan berpotensi meningkatkan kualitas produk (Kurniasari 2008). Cabe jawa pada penelitian ini didapat dari beberapa lokasi di Indonesia diantaranya Pamekasan, Sumenep, Giritontro, Paranggupito, Karang Asem, Air Naningan. Hasil ekstrak cabe jawa menunjukan perbedaan persentase rendemen. Hasil rendemen ekstraks cabe jawa dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil rendemen yang paling banyak berasal dari daerah Paranggupito I dan yang terendah berasal dari daerah Sumenep, masing-masing persentase hasil ekstraknya adalah 16,4 % dan 7,55 % (Lampiran 2). Istiqomah (2013) membandingkan metode ekstraksi maserasi dan sokletasi terhadap kadar piperin buah cabe jawa. Hasil rendemen ekstrak etanol 95% cabe jawa dengan metode maserasi sebesar 8.83 % dan menggunakan metode sokletasi sebesar 15.75 %. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil rendemen pada penelitian ini.
Komponen fitokimia ekstrak cabe jawa Metabolit sekunder menentukan senyawa yang terkandung dalam tanaman. Metabolit sekunder adalah pertahanan diri atau adaptasi tanaman pada suatu daerah atau iklim tertentu (Bourgaud 2001). Aktivitas biologi tanaman dipengaruhi oleh jenis metabolit sekunder yang terkandung didalamnya. Unit struktur atau gugus molekul mempengaruhi aktivitas biologi karena berkaitan dengan mekanisme kerja senyawa terhadap reseptor di dalam tubuh (Cutler 2000). Senyawa tersebut sebagian besar berkontribusi untuk interaksi tanaman dengan ekosistem, seperti antibiotik, anti-jamur, anti-virus (karena dapat melindungi tanaman dari patogen), dan alelopati (Bourgaud 2001). Sehingga metabolit sekunder tiap tanaman akan berbeda menurut tempat hidupnya. Senyawa metabolit sekunder pada tanaman biasanya diklasifikasikan menurut jalur biosintesisnya. Ada tiga kelompok molekul besar yaitu fenolik, terpenoid, dan steroid (Bourgaud 2001).
14
Menurut penelitian Haryudin dan Rostiana (2011); Evrizal (2013) keragaman varietas cabe jawa yang ditanam pada beberapa disentra produksi terlihat jelas dari karakter buah, daun dan kadungan senyawa aktif yang terdapat di dalam buah menunjukkan variasi. Hal tersebutlah yang menyebabkan perbedaan hasil rendemen ekstrak cabe jawa. Perbedaan dari asal tanaman cabe jawa dan kepolaran pelarut akan menghasilkan perbedaan hasil rendemen yang mengarah pada perbedaan senyawa kimia dan jumlah flavonoid (Paviani et al. 2011). Potensi suatu bahan bioaktif dapat dikarakterisasi melalui analisis kandungan senyawa kimia yang terkandung dalam suatu ekstrak (Utami 2014). Penapisan fitokimia merupakan metode pendekatan yang dapat digunakan untuk mengungkapkan keberadaan senyawa-senyawa metabolit sekunder dari tumbuhan. Senyawa yang dianalisis meliputi alkaloid, steroid, flavonoid, tanin dan saponin. Sembilan lokasi mempunyai kandungan senyawa aktif yang tidak jauh berbeda yang terkandung di dalamnya. Cabe jawa yang berasal dari Pamekasan, Sumenep Giritontro, Paranggupito I, dan II, Karang Asem, Gianyar, Air Naningan I dan II menghasilkan uji positif pada senyawa Alkaloid, steroid, flavonoid, dan saponin, sedangkan untuk daerah Pamekasan dan Sumenep juga memiliki kandungan kimia tanin (Tabel 1). Setiap lokasi mengandung flavonoid yang di perlukan pada penelitian ini. Perbedaan komponen kimia secara umum terjadi karena perbedaan lokasi dan perbedaan tempat hidup dari cabe jawa tersebut. Menurut Badan POM RI 2010, buah cabe jawa mengandung alkaloid, saponin, polifenol, minyak atsiri, asam palmitat, asam tetrahidropiperat, 1undeselinil-3,4-metilendioksibenzena dan sesamin. Senyawa piperin adalah senyawa golongan alkaloid. Senyawa piperin biasanya terkandung dalam cabe jawa. Piperin adalah amida yang pertama kali diisolasi dari spesies piper, berguna sebagai antipiretik, antioksidan, aktivitas anti-inflamasi dan anti-rematik (Joy 2010). Piperin yang terkandung dalam cabe jawa melindungi sel-sel dari kanker dengan mengikat protein di mitokondria untuk memicu apoptosis tanpa merugikan sel normal melalui peningkatan kegiatan enzim antioksidan seperti superoksida dismutase, katalase, dan glutation peroksidase (Selvendiran et al. 2003, Ekowati 2012).
Komponen kimia hasil uji LC-MS/MS Analisis menggunakan LC-MS/MS menyediakan informasi untuk menganalasis senyawa farmasi memiliki sensitivitas, selektivitas, kecepatan analisi dan efektifitas biaya (Lee & Kerns 1999). Penelitian ini menggunakan analisis massa jenis quadrupole dengan teknik scan karena relatif sederhana dan murah. LC-MS/MS memberikan informasi lebih terstruktural daripada HPLC. Pada LC-MS/MS, identifikasi senyawa secara kualitatif lebih spesifik dibandingkan dengan HPLC karena pada LC-MS/MS tidak hanya waktu retensi yang diamati tetapi juga pemisahan ion suatu senyawa (Rachmawati & Widiyanti 2103). Senyawa yang teridentifikasi oleh MS tidak dapat diprediksi nama senyawa aktif secara tepat karena produk yang dihasilkan dari MS hanya berupa bobot dan rumus molekul. Berdasarkan analisis menggunakan LC-MS/MS,
15
ekstrak cabe jawa memiliki puncak lebih dari satu. Hal tersebut dikarenakan ekstrak cabe jawa yang digunakan untuk analisis masih berupa ekstrak kasar yang belum murni sehingga banyak senyawa yang teridentifikasi (Blazics et al. 2011).
Total senyawa fenolik Fenolik adalah bagian dari metabolit sekunder yang melimpah di jaringan tanaman. Kandungan fenolik total pada masing-masing ekstrak dinyatakan sebagai ekuivalen asam galat atau Gallic Acid Equivalent (GAE). Asam galat GAE merupakan acuan umum untuk mengukur sejumlah senyawa fenolik yang terdapat dalam suatu bahan. Asam galat digunakan sebagai standar, konsentrasi yang digunakan, yaitu 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30 dan 35 mg/L. Total senyawa fenolik pada sampel diketahui berdasarkan kemampuan senyawa fenolik dalam mereduksi asam fosfomolibdat-fosfotungstat dalam reagen Folin-Ciocalteau yang dapat menghasilkan senyawa kompleks molibdenumtungsten berwarna biru (Rorong 2008). Pada saat direaksikan antara reagen FolinCiocalteu dengan senyawa fenolik akan terjadi perubahan warna dari kuning menjadi biru. Warna biru teramati berbanding lurus dengan konsentrasi senyawa fenolik yang terbentu. Semakin pekat warna biru yang dihasilkan maka semakin banyak senyawa fenolik yang terdapat pada sampel (Budiarso 2014). Berdasarkan persamaan kurva standar dapat ditentukan kadar total fenolik yang terdapat pada ekstrak etanol cabe jawa dari berbagai lokasi tersebut. Kadar total fenolik tiap sampel ditunjukkan pada Gambar 2. Hasil perhitungan diperoleh, yang menunjukan total fenolik tertinggi adalah ekstrak cabe jawa yang berasal dari Giritontro yaitu 41.19 mg GAE/ g (di dalam setiap gram ekstrak cabe jawa setara dengan 41.19 mg asam galat). Fenol adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mengandung cincin aromatik dengan satu atau dua gugus hidroksil. Fenol cenderung mudah larut dalam air karena berikatan dengan gula sebagai glikosida atau terdapat dalam vakuola sel (Harborne 1987). Polifenol mempunyai sifat antioksidan yang kuat dan dapat mencegah stress oksidatif yang berhubungan dengan penyakit kanker. Selain sebagai antioksidan polifenol memiliki beberapa tindakan biologis tertentu lainnya dalam mencegah dan atau mengobati penyakit (Dai 2010).
Total senyawa flavonoid Penentuan total flavonoid dari ekstrak cabe jawa dilakukan dengan metode pewarnaan menggunakan AlCl3 dengan pembentukan kompleks antara AlCl3 dengan gugus keto. Total flavonoid pada ekstrak cabe jawa diperoleh dengan cara membuat kurva standar kuersetin, dengan persamaan kurva standar y= 0.0044x – 0.0051 dengan R2= 0.9995. Nilai total flavonoid dapat ditentukan dengan memasukkan nilai absorbansi ke persamaan kurva standar. Hasil besar flavonoid tiap sampel yang terbesar adalah Paranggupito I sebesar 6.56 mg QE/g artinya setiap 1 gram ekstrak cabe jawa terdapat 6.56 mg kuersetin yang terkandung.
16
Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang banyak pada tanaman. Flavonoid dibagi menjadi enam sub kelompok yaitu flavon, flavanol, flavanon, isoflavon, dan antosianin (Dai 2010). Flavonoid dapat mencegah kanker, memiliki efek penting pada kemoprevensi kanker dan kemoterapi. Ada banyak mekanisme kerja flavonoid termasuk karsinogen inaktivasi, antiploriferasi, penangkapan siklus sel, induksi apoptosis dan diferensiasi, inhibisi angiogenesis, antioksidan dan kombinasi dari mekanisme-mekanisme tersebut. Flavonoid dapat menjadi agen antikanker yang baik (Ren 2003).
Aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH. DPPH umumnya digunakan untuk pengujian antioksidan secara in vitro (Zhou & Yu 2004). Metode DPPH adalah cara mudah, cepat dan sensitif untuk survei antioksidan, aktivitas senyawa tertentu atau ekstrak tanaman (Koleva et al. 2002). Metode uji DPPH merupakan metode pengujian aktivitas antioksidan yang paling cocok bagi komponen antioksidan yang bersifat polar, karena kristal DPPH hanya dapat larut dan memberikan absorbansi maksimum pada pelarut etanol ataupun metanol (Amrun dan Umiyah 2005). Aktivitas diukur dengan menghitung jumlah pengurangan intensitas cahaya ungu DPPH yang sebanding dengan pengurangan konsentrasi DPPH. Peredaman tersebut dihasilkan oleh bereaksinya molekul 2,2difenil-1- pikrilhidrazil dengan atom hidrogen yang dilepaskan oleh molekul komponen sampel dengan mekanisme transfer elektron sehingga menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari ungu menjadi kuning (Zuhra et al. 2008). Konsentrasi sampel tertinggi 500 μg/mL persen penghambatan hingga 74.838 % berasal dari daerah Paranggupito I. Nilai IC50 didefinisikan sebagai konsentrasi sampel yang menyebabkan hilangnya 50% dari aktivitas DPPH dan dihitung dengan regresi linier, di plot dari persentase aktivitas radikal bebas terhadap konsentrasi sampel (Nahak 2011). Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa Paranggupito I memiliki penghambatan paling besar terlihat dari nilai IC50 terendah dari sembilan sampel yaitu 217.63 μg/mL (Tabel 2). Tingkat kekuatan antioksidan dikatakan kuat apabila nilai IC50 < 50 μg/mL, aktif IC50 50-100 μg/mL, sedang IC50 101-250 μg/mL, Lemah IC50 250500 μg/mL, dan tidak aktif IC50 > 500 μg/mL (Jun et al. 2003). Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan dari ekstrak cabe jawa tergolong sedang dan lemah. Aktivitas yang tergolong sedang pada daerah Paranggupito I, Giritontro, Paranggupito II, Air Naningan I. Aktivitas antioksidan lemah pada daerah Karang asem, Pamekasan. Khalaf et al. (2008) menguji aktivitas antioksidan beberapa tanaman, salah satunya Piper nigrum Linn Dan Piper cubeba Linn. Hasil aktivitas dari kedua tanaman tersebut yaitu sebesar 144.1 µg/mL dan 11.3 µg/mL. Nilai IC50 dari kedua tanaman tersebut lebih tinggi dari IC50 cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) yang berada dalam satu genus yang sama.
17
Aktivitas antikanker terhadap sel MCF-7 dengan metode MTT Aktivitas sitotoksik ekstrak etanol cabe jawa yang berasal dari sembilan lokasi yang berbeda dapat diketahui melalui nilai IC50. IC50 adalah konsentrasi ekstrak yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker sebesar 50% (Boyd et al. 1992). Penelitian ini dibuat variasi konsentrasi larutan induk sebesar 1, 10, 50, 100 dan 250 μg/mL. Sel MCF-7 (Gambar 5) merupakan salah satu model sel kanker yang banyak digunakan dalam penelitian. Popularitas sel line MCF-7 ini terutama disebabkan sensitivitas hormon melalui ekspresi reseptor estrogen (ER), sehingga model yang ideal untuk mempelajari respon hormon (Holliday & Speirs 2011). Sel kanker payudara MCF-7 ditemukan pada tahun 1973 di Michigan Cancer Foundation (Holliday & Speirs 2011). Pengujian aktivitas sitotoksik dilakukan dengan metode MTT assay. Metode ini berdasarkan pada perubahan garam tetrazolium [3-(4,5-dimet iltiazol2-yl)-2,5-difeniltetrazolium bromide] (MTT) oleh reduktase untuk membentuk produk formazan biru (Chapdelaine 2001). MTT diabsorbsi ke dalam sel hidup dan dipecah melalui reaksi reduksi oleh enzim reduktase dalam rantai respirasi mitokondria menjadi formazan yang terlarut dalam PBS (Phosphate Buffer saline) berwarna biru (Padmi 2008). Konsentrasi formazan yang berwarna biru dapat ditentukan secara spektrofotometri visibel dan berbanding lurus dengan jumlah sel hidup karena reduksi hanya terjadi ketika enzim reduktase yang terdapat dalam jalur respirasi sel pada mitokondria aktif (Padmi 2008). Semakin besar absorbansi menunjukkan semakin banyak jumlah sel yang hidup. Jumlah sel yang hidup dihitung dengan Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) reader (Gambar 4) (Chapdelaine 2001). Ekstrak cabe jawa dengan perlakuan berbagai konsentrasi diberikan kepada sel kanker payudara MCF-7 menunjukkan adanya pengaruh terhadap sel kanker MCF-7 dibandingkan dengan kontrol negatif secara morfologi. Pada perkaluan kontrol sel kanker payudara MCF-7 berbentuk elips sedangkan sel kanker payudara MCF-7 yang diberi perlakuan ekstrak mengalami perubahan morfologi sel menjadi lebih bulat dan berukuran lebih kecil dengan kepadatan sel yang lebih rendah (Gambar 4). Hasil penelitian menunjukkan peningkatan aktivitas sitotoksik seiring dengan bertambahnya konsentrasi. Konsentrasi 250 μg/mL persen inhibisi terbesar mencapai 95,89% yang berasal dari daerah Air naningan (Tabel 3) dengan nilai IC50 terbaik yang berasal dari Air Naningan II yaitu sebesar 32.34 μg/mL. Nilai IC50 sampel yang berasal dari Sumenep sebesar 46.68 μg/mL, Gianyar sebesar 49.47 μg/mL, Air Naningan I sebesar 60.95 μg/mL, Pamekasan sebesar 83.66 μg/mL, Giritontro sebesar 126.37 μg/mL, Paranggupito I dan II berturut-turut sebesar 96.59 μg/mL dan 131. 12 μg/mL dan Karang asem sebesar 63.28 μg/mL. Berdasarkan hasil yang disajikan pada Tabel 3, aktivitas sitotoksik dari ekstrak cabe jawa tergolong kuat hingga sedang. Aktivitas sitotoksik yang tergolong kuat berasal dari daerah Sumenep, Air Naningan II dan Gianyar. Aktivitas yang tergolong aktif pada daerah Air Naningan I, Karang asem, Pamekasan dan Paranggupito I. Aktivitas sitotoksik sedang pada daerah Giritontro dan Paranggupito II. Penampakan sel kanker payudara MCF-7 dapat dilihat pada Gambar 6.
18
Menurut temuan yang di laporkan Ekowati et al. (2011) hasil aktivitas sitotoksik ekstrak cabe jawa terhadap sel Hela sebesar 33 µg/mL dan sel t47D sebesar 53 µg/mL. Ekowati et al. (2012) Aktivitas sitotoksik ekstrak cabe jawa terhadap myeloma sebesar 36 mg/mL dan sel WiDr sebesar 158 mg/mL. Dengan demikian cabe jawa dapat diasumsikan memiliki potensi sebagai chemopreventif agent terhadap sel kanker payudara (MCF-7). Ekstrak cabe jawa melindungi sel-sel normal dari sel kanker dengan mengikat protein pada mitokondria sel kanker untuk memicu apoptosis tanpa merusak sel-sel sekitarnya ( Selvendiran et al. 2003).
Hubungan antara IC50 antioksidan dengan antikanker
IC50 (µg/mL)
Analisis korelasi pada penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara IC50 antioksidan dengan IC50 antikanker. Berdasarkan tampilan grafik diatas, dapat ditunjukkan bahwa pengaruh perubahan nilai pada IC50 antioksidan tidak mempengaruhi nilai IC50 antikanker, begitu juga sebaliknya. Kenaikkan atau penurunan nilai IC50 antioksidan tidak berkorelasi dengan kenaikan/penurunan nilai IC50 antikanker. Hal tersebut dapat terjadi karena perbedaan kandungan senyawa fitokimia dan senyawa bioaktif yang terkandung di dalam ekstrak cabe jawa pada masing-masing lokasi. Metabolit sekunder tiap tanaman akan berbeda menurut tempat hidupnya (Bourgaud 2001).
Gambar 7 Hubungan antara IC50 antioksidan dengan antikanker. ….. : IC50 Antioksidan : IC50 Antikanker
19
5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ekstrak etanol cabe jawa mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid dan memiliki potensi sebagai antikanker dan antioksidan. Aktivitas antioksidan ekstrak cabe jawa yang paling tinggi berasal dari Paranggupito I dan Giritontro dengan nilai IC50 terendah masing-masing 217.69 µg/mL dan 220.21 µg/mL serta berbeda nyata dengan sampel dari lokasi lainnya. Aktivitas antikanker ekstrak etanol cabe jawa yang terbaik berasal dari daerah Air Naningan II karena memiliki rataan IC50 terendah dengan nilai 32.36 µg/mL dan berbeda nyata dengan sampel lokasi lainnya. Aktivitas antikanker ekstrak etanol cabe jawa mulai dari sedang hingga aktif terhadap sel kanker payudara MCF-7. Hasil uji hubungan aktivitas antioksidan dan aktivitas antikanker menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara aktivitas antioksidan dan aktivitas antikanker.
Saran Diperlukan pengujian secara in vitro pada berbagai jenis sel kanker yang berbeda dan pengujian secara in vivo pada hewan uji. Isolasi senyawa murni perlu dilakukan dengan teknik kromatografi untuk mendapatkan nilai IC50 yang lebih rendah.
20
DAFTAR PUSTAKA Amrun MH, Umiyah. 2005. Pengujian Antiradical Bebas Difenilpikril Hidrazil (DPPH) Ekstrak Buah Kenitu (Chrysophyllum cainito L.) dari Daerah Sekitar Jember. J Ilmu Dasar, 6(2):110 114. Aranda et al. 2011. Antimicrobial and Antioxidant Activity of Plants from Northeast of Mexico. Evidence- Based Complementary and Alternative Medicine 2011:6. DOI: 10.1093/ecam/nep127. Badan POM RI. 2010. Acuan Sedian Herbal. Jakarta. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Blazies B, Alberti A, Beni S, Kursinszki L, Tolgyesi L, Kery A. 2011. Identification and LC-MS/MS/MSdetermination of Acetoside, the Main Antioxidant Compound of Euphrasia Rostkoviana, using the isolated target analyte as external standard. J Chrom Scie 49 Bougand F, Gravol A, Melesi S, Gontier E. 2001. Production of plant secondary metabolites: a historical perspective. Plant Science 161 (2001) 839–851. Boyd MR, Paull KD, Rubinstein LR. 1992. Cytotoxic Anticancer Drugs: Models and Concepts for Drug Discovery and Development. Vleriote FA, Corbett TH, Baker LH, editor. Hingham (US) Kluwer Academic. hlm 11-34. Budiarso L, Suryanto E, Sudewi S. 2014. uji aktivitas antioksidan dari fraksi buah sirih hutan (Piper cubeba) dengan metode DPPH. J Ilmiah Farmasi 3 No.2 2302-2493 Budiman A, Khambri D, Bachtiar H. 2013. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan berobat pasien yang diterapi dengan Tamoxifen setelah operasi kanker payudara. J Kesehatan Andalas. 2(1): 20−4. Chapdelaine JM. 2001. MTT Reduction- A Tetrazolium- Based Colorimetric Assay for Cell Survival and Proliferation, Aplication Note 5, MAXlineTM. Chaudhary S. 2015. Evaluation of antioxidant and anticancer activity of extract and fractions of Nardostachys jatamansi DC in breast carcinoma. BMC Complementary and Alternative Medicine 15:50. DOI : 10.1186/s12906015-0563-1. Cutler, SJ., H. Cutler. Biologically Active Natural Products: Pharmaceuticals. CRC Press. Boca Raton. USA 2000;l-13, 17- 22, 73-92. Dai J, Mumper RJ. 2010. Plant Phenolics: Extraction, Analysis and Their Antioxidant and Anticancer Properties. J mol 15,7313. Doi : 10.3390/molecules 15107313. Denre M. 2014. The Determination of Vitamin , Total Phenol and Antioxidant Activity of Some Commonly Cooking Spices Crops Used in West Bengal. J of Academic. 6(6), PP. 66-70 Juli 2014. Doi : 10.5897/IJPP B 2014. 2010. Dewoto, H.R. 2007. Pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia 57(7): 205-211. Djauhariya, D., Emmyzar, dan F.M. Rachmat. 1992. Pengaruh macam setek dan jumlah ruas terhadap pertumbuhan bibit cabe jawa. Bul. Littro VII(2): 5863.
21
Ekowati H et al. 2011. An Extract of Zingiber officinale and Piper retrofractum Combination and Its effect to Cancer Cell Line. Indonesia J Cancer Chemo 2(1):173-181. Ekowati H et al. 2012. Zingiber officinale, Piper retrofractum and Combination Induced Apoptosis and p53 Expression in Myeloma and WiDr Cell Lines. J Hayati Biosci 19 (3) 137-140. DOI: 10.4308/hjb.19.3.137. Evizal R. 2013. Status Fitofarmaka dan Perkembangan Agroteknologi Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl.). J Agro 18(1). Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tubuhan. Penerbit ITB Bandung. Hasan AEZ, Mangunwidjaja D, Sunarti TC, Suparno O, Setiyono A. 2013. Production of Indonesia Nanopropolis as a Antibreastcancer Agent. [disertasi]. IPB. Henry C, Bergeron K. 2005. Compost Use in Forest Land Restoration, United States Environmental Protection Agency, EPA832-R-05-004 hlm 3-9. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Obat Indonesia III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Jakarta : 1794-1798. Holliday D, Speirs V. 2011. Choosing the right cell line for breast cancer research. Leeds Institute of Molecular Medicine, University of Leeds. UK Holliday D, Speirs V. 2011. Choosing the Right Cell Line for Breast Cancer Research. Leeds Institute of Molecular Medicine, University of Leeds Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi Terhadap Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus) [Skripsi]. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Joy B, Sandhya CP, Remitha KR. 2010. Comparison and Bioevluation of Piper lognum Fruit Extracts. J Chem Pharm Res, 2010, 2(4): 696-706. Jun, M.H.Y., J., Fong, X., Wan, C.S., Yang, C.T., Ho. 2003. Camparison of Antioxidant Activities of Isoflavones Form Kudzu Root (Puerarua labata O). J Food Sci Institute Technol. 68:2117-2122. Khalaf NA. 2008. Antioxidant Activity of Some Common Plants. Turk J Biol 32 (2008) 51-55. King RJB. 2000, Cancer Biology, 2nd ed, Pearson Eduation Limited, London. Koleva I.I, Van Beek T.A, Linssen J.P.H, de Groot A and Evstatieva L.N. 2002. Screening of plant extracts for antioxidant activity: A comparative study on three testing methods. Phytochem Anal. 2002;(13): 8-17. Kurniasari L. 2008. Kajian Ekstraksi Minyak Jahe Menggunakan Microwave Assisted Extraction (MAE). [Tesis]. Universitas Wahid Hasyim. Lee MS dan Kerns EH. 1999. LC/MS Aplication in Drug Development. Mass Spectro Rev 18: 187-279 Lu J-J, Bao J-L, Chen X-P, Huang M, Wang Y-T. 2012. Alkaloid Isolated from Natural Herbs as the Anticancer Agents. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine 2012-485042. DOI: 10.1155/2012485042. Moeloek N. 2006, Uji klinik ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) sebagai fitofarmaka androgenik pada pria hipogonad, Laporan akhir penelitian. PROM-Badan POM RI. Jakarta. Nahak G, Sahu RK. 2011. Phytochemical Evaluation and Antioxidant activity of Piper cubeba and Piper nigrum. J Applied Pharma Sci 01 (08); 2011: 153157.
22
Negrusz A. 2000.Quantitation of Clonazepam and Its Major Matabolite 7Aminoclonazepam In Hair. J Anal Toxicol 24. Paviani L, Sacoda P, Saito E, Cabral F. 2010. Extraction techniques of red and green propolis: extraction yield of phenolic Compounds. State University of Campinas. Pourmorad F, Hosseinimehr S J, Shahabimajd N. 2006. Antioxidant Activity, Phenol and Flavonoid Contents of Some Selected Iranian Medicinal Plants. J African Biotechnol 5 (11), pp. 1142-1145. Rachmawati S, Widiyanti PM. 2013. Kadar Melamin pada Produk Berbahan Susu dan Susu Bubuk yang Dianalisis secara Liquid Chromatography Mass Spectrometry (LC-MS/MS). JITV 18 No 1 Th. 2013: 63-69 Ren W, Qiao Z, Wang H, Zhu L, Zhang L. 2003. Flavonoid: Promising Anticancer Agents. Med Res Rev 23(4):519-534. Risky TA, Suyatno. 2014. Aktivitas Antioksidan dan Antikanker Ekstrak Metanol Tumbuhan Paku Adiantum philippensis L. J UNESA Chem 3 No. 1. Rorong J. A. 2008. Uji Aktivitas Antioksidan dari Daun Cengkeh (Eugenia carryophyllus) dengan Metode DPPH. Chem. Prog.2:111-116 Rostiana O, A. Abdullah, W. Haryudin, S. Aisyah. 1994. Eksplorasi, karakterisasi, evaluasi dan pelestarian plasma nutfah tanaman obat. Koleksi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Pertanian, Review Hasil dan Program Penelitian Plasma Nutfah Pertanian, Bogor. hlm. 193-208. Sahu R and Saxena J. 2013. Screening of Total Phenolic and Flavonoid Content in Conventional and Non-Conventional Species of Curcuma. J Pharma Phytochey 2 hlm 176-179. Schiff PB, Fant J, Horwitz SB (1979). Promotion of microtubule assembly in vitro by Taxol. Nature 277: 665–667. Selvendiran, K., J. P. Singh, K. B. Krishnan, D. Sakthisekaran, 2003. Cytoprotective Effect of Piperine Against Benzo[a]pyrene Induced Lung Cancer with Reference to Lipid Peroxidation and Antioxidant System in Swiss Albino Mice. J Fitoter, Feb; 74, 1-2, 109-115. Soleh M. 2003. Pengembangan sistem usahatani cabe jamu mendukung peningkatan pendapatan petani. Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian 6:42-52. Tjindarbumi D, Mangunkusumo R. 2002. Cancer in Indonesia. Present and Future.J Clin Oncol : 32 : S17-S21. Utami AWA. 2014. Potensi Ekstrak Bakteri Laut yang Berasosiasi dengan Spons sebagai Antikanker dan Antioksidan. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Zhou K, Yu L.2004. Effects of extraction solvent on wheat bran antioxidant activity estimation. Lebensmittel-Wissenschaft Technol 37: 717-721. Zuhra C.F, Tarigan J Br, Sitohang H. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropus androginus (L) Merr). Jurnal Biologi Sumatera 3: 7-10.
23
LAMPIRAN
Lampiran 1 Bagan alir penelitian
Preparasi Sampel
Ekstraksi Cabe Jawa
Karakterisasi Cabe Jawa
Pengujian sitotoksik pada sel kanker payudara
Data Karakter Cabe Jawa dari Sembilan lokasi di Indonesia
Nilai IC50
Pengujian Aktivitas Antioksidan
Analisis Data
Kesimpulan
24
Lampiran 2 Ekstrak etanol cabe jawa (a) Paranggupito I (b) Air naningan I (c) Giritontro (d) Air naningan II (e) Pamekasan (f) Sumenep (g) Karang asem (h) Gianyar (i) Paranggupito II
Lampiran 3 Rendemen ekstrak etanol cabe jawa
Asal Daerah Sampel
Berat awal cabe jawa (g)
Pamekasan
20
Sumenep
20
Giritontro
15
Paranggupito I
15
Paranggupito II
20
Karang asem
20
Gianyar
20
Air naningan
20
Air naningan II
20
Bobot Ekstraksi (g) 1.50 1.23 1.83 1.51 1.42 1.6 1.74 1.86 1.8 2.46 2.03 289 2.98 2.87 3.09 2.98 2.99 2.97 2.48 2.21 2.75 2.31 2.22 2.4 2.48 2.34 2.62
Rata-rata Rendemen (% b/v) 7.6
7.55
12
16.4
14,9
14,9
12,4
11,55
12,4
25
Lampiran 4 Contoh perhitungan rendemen ekstrak etanol cabe jawa bobot ekstrak Rendemen = x 100 bobot awal cabe jawa 1.50 g Rendemen =
x 100% = 7.5 % 20 g Ulangan 1 + Ulangan 2 + Ulangan 3
Rata-rata rendemen = 3 7.5 % + 6.15 %+ 9.15 %
Rata-rata rendemen =
= 7.6 3
26
Lampiran 5 Kandungan kimia ekstrak etanol cabe jawa Golongan senyawa
Hasil Uji
Uji dragendorf
Alkaloid Uji Meyer
Keterangan Keberadaan alkaloid dalam cabe jawa ditunjukkan dengan terbentuknyaendapan merah pada pereaksi Dragendrof, endapan putih pada pereaksi meyer, dan endapan coklat pada pereaksi wagner.
Uji wagner
Steroid
Warna hijau menunjukan adanya steroid dalam ekstrak cabe jawa.
Flavonoid
Warna yang terbentuk antra dua larutan amilalkohol menunjukan adanya flavonoid.
Tanin
Terbentuk warna biru atau hijau kehitam-hitaman menunjukkan adanya tanin dalam ekstrak cabe jawa. Terbentuk buih yang stabil menunjukkan adanya saponin dalam ekstrak cabe jawa.
Saponin
27
Lampiran 6 Absorbansi standar asam galat Konsentrasi standar (μg/mL) 0 5 10 15 20 5 30 35
Rata-rata absorbansi 0,002 0,212 0,384 0,578 0,757 0,921 1,145 1,193
Lampiran 7 Gambar kurva standar asam galat
Kurva standar asam galat
28
Lampiran 8 Kadar total fenolik ekstrak cabe jawa
Sampel
Ulangan
Sumenep
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Pamekasan
Paranggupito I
Paranggupito II
Giritontro
Air naningan I
Air naningan II
Karang asem
Gianyar
Kadar Ekiuvalen asam galat (mg GAE/g) 26,718 26,690 26,747 23,537 23,622 23,594 39,361 39,332 39,361 36,463 36,435 36,435 41,207 41,179 41,179 23,139 23,111 23,139 21,008 21,008 21,008 29,503 29,531 29,559 24,559 24,559 24,588
Kadar Total Fenol 26,718 26,690 26,747 23,537 23,622 23,594 39,361 39,332 39,361 36,463 36,435 36,435 41,207 41,179 41,179 23,139 23,111 23,139 21,009 21,009 21,009 29,502 29,531 29,559 24,559 24,559 24,588
Rata-rata Kadar total fenol 26,72
23,58
39,35
36,44
41,19
23,13
21,01
29,53
24,57
29
Lampiran 9 Absorbansi standar kuerseti Konsentrasi standar (μg/mL) 0 20 40 60 80 100
Rata-rata absorbansi 0,000 0,081 0,166 0,260 0,351 0,440
Lampiran 10 Gambar kurva standar kuerseti
Kurva standar kuersetin
30
Lampiran 11 Kadar total flavonoid ekstrak etanol cabe jawa
Sampel
Ulangan
Sumenep
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Pamekasan
Paranggupito I
Paranggupito II
Giritontro
Air naningan I
Air naningan II
Karang asem
Gianyar
Kadar Ekiuvalen kuersetin (mg QE/g) 62,773 62,773 63 58,227 57,318 57,545 65,727 65,273 65,727 45,045 45,045 44,590 62,091 62,091 62,091 33 33 33 24,136 24,364 24,364 51,864 51,636 51,636 44,818 44,136 44,3636
Kadar Total Flavonoid 6,277 6,277 6,3 5,823 5,732 5,755 6,573 6,527 6,573 4,505 4,505 4,459 6,209 6,209 6,209 3,3 3,3 3,3 2,414 2,436 2,436 5,186 5,164 5,164 4,482 4,414 4,436
Rata-rata Kadar flavonoid 6,29
5,77
6,56
4,49
6,21
3,3
2,43
5,17
4,44
31
Lampiran 12 Hasil kromatogram LC-MS/MS 1. Sampel asal derah Sumenep
2. Sampel asal daerah Pamekasan
32
3. Sampel asal daerah Paranggupito I
4. Sampel asal daerah Paranggupito II
33
5. Sampel asal daerah Giritontro
6. Sampel asal daerah Air naningan I
34
7. Sampel asal daerah Air naningan II
8. Sampel asal daerah Karang asem
35
9. Sampel asal daerah Gianyar
36
Lampiran 13 Aktivitas antioksidan ekstrak etanol cabe jawa dengan metode DPPH Sampel Air Naningan I Air Naningan II Gianyar Giritontro Karang Asem Pamekasan Paranggupito I Paranggupito II Sumenep
Rataan IC50 248.01b 275.72d 259.83c 220.21a 285.62e 279.17d 217.69a 261.66c 288.39e
Lampiran 14 Contoh perhitungan nilai IC50 aktivitas antioksidan ekstrak etanol cabe jawa Persentase penghambatan pada konsentrasi 500 ppm Absorbansi kontrol – Absorbansi sampel % penghambatan = Absorbansi kontrol
x 100%
0.309 - 0.081 % penghambatan =
x 100%
0.309 % penghambatan = 73.786 %
Kurva hubungan konsentrasi ekstrak cabe jawa asal Sumenep terhadap persentase penyerapan radikal bebas
IC50 = x saat y=50 Rumus persamaan garis y = 0.1288x + 12.856 50 = 0.1288x + 12.856 IC50 = 288.385
37
Lampiran 15 Aktivitas antikanker ekstrak etanol cabe jawa terhadap sel kanker payudara MCF-7 dengan metode MTT Sampel Air Naningan I Air Naningan II Gianyar Giritontro Karang Asem Pamekasan Paranggupito I Paranggupito II Sumenep
Rataan IC50 54.76c 32.36a 49.21b 126.36g 63.16d 83.70e 96.73f 131.13h 46.61b
Lampiran 16 Contoh perhitungan nilai IC50 ekstrak etanol cabe jawa Persentase penghambatan pada konsentrasi 500 ppm Absorbansi kontrol – Absorbansi sampel % penghambatan = Absorbansi kontrol
x 100%
0.584 - 0.026 % penghambatan =
x 100% 0.584
% penghambatan = 95.548 %
Kurva hubungan konsentrasi ekstrak cabe jawa asal Pamekasan terhadap persentase penghambatan sel MCF-7
IC50 = x saat y=50 Rumus persamaan garis y = 0.3039x + 24.575 50 = 0.3039x + 24.575 IC50 = 83.662
38
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 28 Juli 1990 dari ayah Krisno Hadi Utomo dan Ibu Rusiani. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu, lulus pada tahun 2012. Tahun 2013 penulis diterima di Sekolah Pascasarjana IPB di Program Studi Biokimia dengan sponsor beasiswa pascasarjana dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) melalui program Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negri (BPPDN). Pada tahun 2012 sampai tahun 2013 penulis bekerja sebagai staf laboran di Progran Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Bengkulu. Sebagian dari penelitian ini telah diterima untuk dipublikasikan di Jurnal Current Bichemistry dengan judul : Aktivitas Antikanker dan Antioksidan Ekstrak Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) Secara In Vitro yang Berasal dari Pamekasan dan Karang Asem.