Pengaruh Getaran pada Pengelasan Aluminum 5083 H112 Terhadap Porositas dan Sifat Mekanis Menggunakan Proses Las Gas Metal Arc Welding (GMAW) dengan Kawat Las ER 4043 Aji Wicaksono, Winarto Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Depok, 16436, Indonesia Email:
[email protected] ;
[email protected]
Abstrak Aluminum magnesium seri 5083 H112 banyak diaplikasikan untuk industri perkapalan. Hal tersebut dikarenakan aluminum memiliki kekuatan spesifik yang tinggi serta ketahanan korosi yang baik. Namun pada proses penyambungan berupa pengelasan banyak terjadi permasalahan berupa porositas serta menurunnya sifat mekanis terutama daerah terpengaruh panas. Mengacu kepada pengecoran, pemberian getaran pun diaplikasikan pada penelitian pengelasan dengan menggunakan kawat las ER 4043 ini. Sumber getaran berasal dari sebuah meja getar dan diatur getarannya sebesar 30 Hz. Pengujian yang dilakukan yakni pengujian tarik, metalografi, kekerasan mikro, radiografi-visual, dan image analysis. Dari hasil penggetaran nilai kekerasan daerah las dan juga kekuatan tarik meningkat dengan butir dari lasan yang halus pada tiap kecepatan las, 300 mm/menit dan 400 mm/menit. Jumlah porositas pun berkurang dengan dilakukannya penggetaran sebesar 30 Hz. Effect of Vibration to Porosity and Mechanical Properties of Aluminum 5083 H112 Using GMAW Method and Filler ER 4043 Abstract 5083 series aluminum magnesium is widely used for marine industrial. It is caused aluminum has high spesific strength and good corrosion resistance. However, at process of welding many of porosity occured in the aluminum and it decrease the mechanical properties especially in HAZ (Heat Affected Zone). At casting process of aluminum, there is one method that can reduce the porosity by giving vibration while casting is performed. So this method is tried to be aplicated at this research which is using ER 4043 as welding wire. Vibration that used is around 30 Hz. Tensile test, metallography, micro hardness, radiography-visual test, and image analysis was used for characterize mechanical properties and porosity content at weldment. The higher average result of tensile test and microhardness for ER 4043 filler weldment for vibrated specimen and porosity content decreased for specimen with welding speed 300 mm/minute and 400 mm/minute. And finer grain has found at microstructure of weldment after welded with vibration. Keywords: Aluminum 5083, GMAW, Filler ER 4043, Porosity, Vibration
Pengaruh getaran pada..., Aji Wicaksono, FT UI, 2014
1.
Pendahuluan Seperti diketahui bahwa seiring kemajuan zaman, material baja dan besi atau material
lain yang memiliki massa jenis yang besar semakin diminimalisir penggunaannya dan mulai berganti material dengan massa jenis yang tergolong rendah dan memiliki kekuatan yang tinggi, Aluminum salah satunya. Alumunium merupakan salah satu jenis logam yang banyak digunakan setelah besi dan baja, khususnya dalam industri otomotif[1]. Hal ini dikarenakan sifatnya yang cukup baik seperti massa jenisnya yang ringan (2,7 g/cm3) dibandingkan baja yakni 7,8 g/cm3 dan juga Aluminum ini memiliki keuletan yang tergolong tinggi juga[1]. Pengelasan merupakan metode manufaktur yang paling banyak digunakan untuk melakukan penyambungan Aluminum, salah satu aplikasinya di industri perkapalan[2]. Kelas Aluminum yang banyak digunakan untuk aplikasi perkapalan ialah Aluminum 5XXX dengan paduan utama berupa Magnesium[3], Ada masalah dalam pengelasan aluminum yakni tingginya kelarutan Hidrogen saat pengelasan dilakukan maka besar kemungkinan terjadi porositas. Hal ini tentu dapat memengaruhi sifat mekanis dan kualitas dari sambungan lasannya. Pada penelitian Chirita dan Taghavi[4,5], membuktikan bahwa pemberian getaran (rentang antara 10-50 Hz) akan berdampak meningkatkan nukleasi dan mereduksi ukuran butir dari as-cast, lalu efek lain yang paling penting ialah dapat mengurangi shrinkage porosities yang hasil akhirnya ialah struktur metal yang lebih homogen[4,5]. Qinghua[6] juga membahas mengenai pengaruh penggetaran terhadap porositas pada hasil lasan, dimana dilakukan percobaan antara pengelasan SAW dengan getaran dan tanpa getaran pada material forged steel A105[6], dan hasil percobaan tersebut mengatakan bahwa dengan penambahan getaran eksternal akan menghasilkan sub-butir yang lebih halus dan batas butirnya akan mencegah terjadinya perambatan retak, ditambah lagi dengan penggetaran SAW yang dilakukan akan melepaskan gas yang terlarut di weld bead (dampaknya akan mengurangi porositas) dan akan menggiring inklusinya ke teraknya tersebut[6]. Dengan didasari beberapa literatur tersebut, penelitian ini dilakukan dengan mengaplikasikan penggetaran pada spesimen saat pengelasan berlangsung, dan hal tersebut diharapkan akan bisa mengurangi porositas yang timbul di kampuh lasan. Maka dari itu, vibrasi menjadi parameter pada pengelasan Aluminum 5083 H112 terhadap porositas dan sifat mekanis. Untuk alasan mengenai metode yang digunakan, yakni metode GMAW. Hal inilah yang mendasari digunakannya GMAW untuk metode pengelasannya. Untuk kawat las yang
Pengaruh getaran pada..., Aji Wicaksono, FT UI, 2014
digunakan yakni ER 4043 dengan kandungan 4,5-6 wt.% Silikon dan mengandung beberapa unsur yang berupa grain refiner seperti Titanium sekitar 0,2 wt.%[7]. 2.
Dasar Teori
2.1. Aluminum 5083-H112 dan Paduannya Alumunium seri 5xxx merupakan tipe alumunium yang mekanisme penguatannya menggunakan metode pengerasan regang dimana proses manufaktur dari Alumunium ini melalui proses canai dingin atau canai panas dilanjutkan dengan proses anil (untuk seri 5xxx anil-recovery sekitar 240-280˚C selama 1-4 jam dan anil-recrystallization 330-380˚C selama 0,5-2 jam)[8]. Efek dari pengerasan regang untuk memodifikasi struktur material melalui proses deformasi plastis, dimana efeknya ialah meningkatkan sifat mekanis, kekerasan, akan tetapi keuletannya menurun[8]. Alloying yang berperan dalam manufaktur seri 5xxx ialah Magnesium[8], maka dari itu seri 5xxx bisa disebut juga Al-Mg series. Tabel 1. Komposisi Kimia Aluminum 5083 H112 Al
Mg
Mn
Cr
Si (Max)
Fe (Max)
Cu (Max)
Lainnya
remainder
44,9
0,41
0,05-0,25
0,4
0,4
0,1
0,15
Komposisi (%)
2.2. Metode Pengelasan GMAW/MIG Pada penelitian ini digunakan metode pengelasan GMAW (Gas Metal Arc Welding) atau sekarang lebih dikenal dengan MIG (Metal Inert Gas). Pada metode ini busurnya tercipta dari elektroda yang consumable dan gas pelindung yang digunakan untuk logam non ferrous biasanya gas Argon, yang akan melindungi kawah lasan dari lingkungan sekitarnya[9]. Untuk kecepatan pengelasannya sekitar 0.40 to 1 m/min-1[8]. Untuk metode transfernya, metode GMAW memiliki empat tipe transfer logam yakni Spray Transfer, Globular Transfer, Short Circuiting Transfer, dan Pulsed Transfer. 2.3. Variabel Proses Variabel yang menjadi fokus pada penelitian ini ialah getaran, dimana spesimen diberikan getaran saat proses pengelasan sedang berlangsung. Latar belakang pemilihan getaran sebagai variabel didasari oleh beberapa penelitian seperti pada G.Chirita, et.al[4] menyebutkan bahwa dengan dilakukan penggetaran pada cetakan akan berpengaruh terhadap laju solidifikasi, karakteristik daripada Aluminum, dan tentunya sifat mekanisnya juga
Pengaruh getaran pada..., Aji Wicaksono, FT UI, 2014
terpengaruh akibat penggetaran ini. Dan pemberian getaran antara 10-50 Hz akan berdampak reduksi ukuran butir dan porositasnya berkurang[4]. Taghavi, et. al[5] juga berkesimpulan sama dengan Chirita, bahwa pemberian getaran (rentang antara 10-50 Hz) akan mengurangi porositas. Pada penelitiannya dengan frekuensi yang semakin tinggi massa jenis dari Aluminumnya akan semakin tinggi yang mengindikasikan bahwa porositas dalam spesimennya berkurang[5].
Gambar 1. Grafik durasi penggetaran vs Reynold number[5]
Lalu pada penelitian Qinghua, et. al[6] melakukan percobaan antara pengelasan SAW dengan getaran dan tanpa getaran pada material forged steel A105[6], dan hasil percobaan tersebut mengatakan bahwa dengan penambahan getaran eksternal akan menghasilkan subbutir yang lebih halus dan batas butirnya akan mencegah terjadinya perambatan retak, ditambah lagi dengan penggetaran SAW yang dilakukan akan melepaskan gas yang terlarut di weld bead (dampaknya akan mengurangi porositas) dan akan menggiring inklusinya ke teraknya tersebut[6]. 2.4. Struktur Mikro Lasan Aluminum Struktur mikro hasil lasan Aluminum mengalami mekanisme seperti fenomena anil, contohnya seperti terjadi fenomena rekristalisasi dan pertumbuhan butir[9]. Dikarenakan semakin dekat dengan daerah fusi, temperatur yang diterima struktur material akan semakin tinggi, dan kecepatan pendinginan juga akan semakin tinggi. Daerah logam las atau daerah fusi yakni daerah logam pengisi yang cair yang dipanaskan sampai temperatur leleh. Bentuk butir tergantung dari jenis kawat las yang digunakan. Untuk struktur mikro ER 4043 berbentuk Aluminum Silikon, dimana berbentuk dendrit dengan butir yang lebih bulat karena
Pengaruh getaran pada..., Aji Wicaksono, FT UI, 2014
adanya kandungan grain refiner. Daerah pertumbuhan butir, dimana logam induk yang tidak mencair akan membesar karena pemanasan yang amat tinggi akibat proses pengelasan. Daerah Rekristalisasi, karena temperatur sedikit lebih rendah dari daerah rekristalisasi, terjadi pembentukan butir baru yang lebih halus[9]. Butir yang tedeformasi akan sedikit berubah bentuk dan deformasinya berangsur hilang. Daerah tak terpengaruh panas, fasa logam induk yang tidak berubah karena tidak terkena pengaruh panas pada pengelasan. Jadi butir yang terdeformasi tidak berubah bentuk pada daerah ini. 3.
Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan spesimen uji berupa Aluminum 5083
H112 dengan paduan utamanya berupa Magnesium. Spesimen Aluminum 5083 H112 dipotong dengan dimensi 150x150x8 mm per platnya dan dibentuk sudut kampuh las dengan sudut 30° (Single V). Untuk memudahkan penanganan sampel, maka setiap sampel diberikan penamaan sebagai berikut:
Gambar 2. Pengkodean spesimen uji
Sebelum dilakukan pengelasan, terlebih dahulu dilakukan persiapan seperti WPS-nya yang meliputi posisi pengelasan yang menggunakan 1G dan juga tegangan, arus, dan kecepatan las yang digunakan. Selain WPS persiapan yang dilakukan ialah kawat las ER 4043, pembersihan daerah kampuh las spesimen dengan alkohol sebelum dilakukan pengelasan, penyetelan meja getar dengan tachometer, dan terakhir ialah memastikan kembali setelan mesin las dan pemasangan gas argon sudah benar.
Pengaruh getaran pada..., Aji Wicaksono, FT UI, 2014
Gambar 3. Susunan peralatan las dalam penelitian ini
Setelah semua persiapan untuk pengelasan telah selesai, getaran pada meja getar diatur dengan Tachometer. Dimana pada penelitian ini akan dibandingkan sifat mekanis dan kandungan porositas dari hasil lasan spesimen yang tidak digetarkan dengan yang digetarkan dengan frekuensi 30 Hz. Dan apabila pengelasan telah selesai dilakukan dan daerah sambungan telah dibersihkan maka dilakukan pengkarakteristikan hasil lasan apakah kandungan porositas berkurang atau tidak dengan diberikan penggetaran sebesar 30 Hz. Karakterisasi material diawali dengan pengamatan visual dengan bantuan welding gauge, lalu dilanjutkan dengan karakterisasi material dengan pengujian tarik, kekerasan mikro, radiografi, metalografi (pada artikel jurnal ini hanya dibahas mengenai struktur mikro) dan dengan menggunakan software image analysis yakni “ImageJ”.
4.
Hasil Penelitian
4.1. Pengamatan Visual dan Radiografi Dalam mendapatkan hasil pengamatan secara visual dibantu dengan menggunakan welding gauge. Tidak semua spesimen lolos kriteria, dikarenakan ada beberapa spesimen yang ada cacat lasnya. Untuk spesimen yang tidak digetarkan seluruhnya masuk kategori accepted yang mengacu kepada standar AWS D1.2 untuk pengujian visual. Dan untuk spesimen yang digetarkan mengalami beberapa cacat las seperti Incomplete Penetration dan Excessive stop/run. Sama halnya dengan pengujian radiografi, hasil dari kedelapan spesimen reject semua atau dengan kata lain tidak ada yang memenuhi kriteria. Dalam proses radiografi ada beberapa parameter yang dilakukan oleh pihak PT. Gamma Hipsy seperti waktu papar atau durasi ketika spesimen ditembakkan dengan sinar γ. IQI atau Image Quality Indicator yang
Pengaruh getaran pada..., Aji Wicaksono, FT UI, 2014
digunakan yakni tipe wire dimana IQI ini akan menjadi tolak ukur kualitas pancaran radiografi. Untuk spesimen tebal 8 mm menggunakan IQI set B dengan mengacu kepada standar ASME Section V[10]. 4.2. Pengujian Tarik Berikut ini adalah hasil dari pengujian tarik dengan membandingkan kekuatan tarik dan elongasi dari spesimen yang digetar dan tanpa getar, dan dalam kecepatan las masing-masing, yakni 300 dan 400 mm/menit :
Gambar 4. Tren kekuatan tarik (atas) dan elongasi (bawah) spesimen
4.3. Pengujian Kekerasan Mikro Berikut ini adalah hasil dari pengujian kekerasan mikro spesimen yang digetarkan dengan 30 Hz dan yang tidak digetar dan dalam kecepatan las masing-masing, yakni 300 dan 400 mm/menit. Untuk pengujian kekerasan mikro ini terlihat perbandingan distribusi
Pengaruh getaran pada..., Aji Wicaksono, FT UI, 2014
kekerasan mikro dengan menggunakan rata-rata dari 9 titik penjejakan pada setiap spesimennya, dimana penjejakan meliputi daerah lasan, daerah logam induk, dan daerah terpengaruh panas. Berikut distribusi kekerasan mikro spesimen uji :
Gambar 5. Distribusi kekerasan mikro spesimen kecepatan las 300 mm/menit (kiri) dan spesimen kecepatan las 400 mm/menit (kanan)
4.4. Struktur Mikro Dalam pengamatan struktur mikro yang dilakukan pada perbesaran 200x dan 500x dengan daerah yang diamati area logam induk, daerah lasan, dan daerah terpengaruh panas (HAZ). Setelah dipreparasi dari amplas, poles, hingga etsa dengan menggunakan Keller’s Reagent spesimen siap untuk diamati dibawah mikroskop. Untuk waktu etsa dilakukan selama 35 detik, pada literatur mencapai 1-3 menit[11].
Gambar 1. Perbandingan spesimen AB-1 (kiri) dengan BB-1 (kanan) dengan kedua foto perbesaran 200x
Pengaruh getaran pada..., Aji Wicaksono, FT UI, 2014
4.5. Pengamatan Image Analysis Berikut data yang didapatkan dengan software ImageJ mengenai presentase porositas dalam spesimen. Foto yang digunakan didapatkan dari pengambilan gambar dengan perbesaran 50x di titik yang sama pada setiap spesimennya.
Gambar 7. Grafik rata-rata % luas area porositas spesimen
5.
Pembahasan
5.1. Pengamatan Visual Kedelapan spesimen yang akan diinspeksi secara visual ialah AA-1, AA-2, AB-1, AB-2, BA-1, BA-2, BB-1, dan BB-2. Tidak semua spesimen lolos kriteria, dikarenakan ada beberapa spesimen yang ada cacat lasnya. Untuk spesimen yang dilakukan penggetaran tidak ada yang lolos atau dengan kata lain semuanya reject, dikarenakan saat proses pengelasan diduga contact tip dan liner yang digunakan sudah tidak ideal lagi untuk digunakan, dan harus diganti dengan contact tip yang baru. Jadi tidak jarang, saat proses pengelasan berlangsung kawat las mengalami kekusutan dan otomatis proses las berhenti. Hal ini yang menjadi penyebab munculnya cacat las excessive stop/run. Untuk kasus Incomplete Penetration pada spesimen diduga karena pada pertengahan arus dan tegangan pada mesin las sempat tidak stabil sehingga memicu terjadinya penetrasi yang tidak stabil juga pada spesimen las.
Pengaruh getaran pada..., Aji Wicaksono, FT UI, 2014
5.2. Pengujian Tarik Berdasarkan kurva hasil uji tarik akan diketahui informasi tentang nilai kekuatan tarik spesimen yang nanti akan dibandingkan antara kekuatan tarik spesimen yang digetarkan dan yang tidak digetarkan. Secara keseluruhan nilai elongasi dan nilai kekuatan tarik dari kedelapan spesimen tidak ada yang mencapai standar minimalnya, dimana untuk elongasi minimal 10% dan kekuatan tarik minimal 275 MPa[12]. Akan tetapi tren terlihat pada pengelasan Aluminum 5083 dengan kawat las ER 4043 ini, dimana spesimen yang dilakukan penggetaran cenderung memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak digetarkan. Pada data juga terlihat bahwa lebih tingginya kekuatan tarik pada spesimen yang diberi getaran diduga karena terjadi penyeragaman butir yang menyebabkan sifat mekanis dari spesimen menjadi lebih tinggi, hal ini diperkuat dengan analisa struktur mikro. Porositas diduga menjadi penyebab utama lemahnya kekuatan tarik spesimen dimana kekuatan tarik maksimal yang dicapai tidak memenuhi standar kekuatan tarik untuk Aluminum 5083 pasca pengelasan yakni 275 MPa[12].
5.3. Pengujian Kekerasan Mikro Terlihat tren bahwa pada hampir semua spesimen kekerasan daerah lasan lebih rendah dibanding HAZ dan logam induknya, kecuali untuk spesimen dengan kecepatan las 400 mm/menit. Hal ini dikarenakan pada struktur logam induk masih berbentuk butir yang terdeformasi dengan kata lain kekerasan dari struktur logam induk lebih keras dibandingkan dengan HAZ dan daerah lasan yang terkena panas lebih banyak dan akhirnya menghilangkan efek deformasi yang ada pada logam induknya. Terlihat pada gambar 5 bahwa kekerasan daerah lasan spesimen yang digetarkan lebih rendah dari daerah lasan yang tidak digetarkan untuk kecepatan las 300 mm/menit. Sebaliknya, untuk kecepatan las 400 mm/menit, spesimen yang digetar lebih tinggi kekerasannya dibanding daerah lasan yang tidak digetar. Hal ini dapat dijelaskan dengan konsep masukan panas. Dimana masukan panas berbanding terbalik dengan laju pendinginan dari suatu lasan, dan juga semakin lambat kecepatan las maka panas yang akan diterima daerah lasan akan semakin lama[13]. Dengan konsep Masukan Panas, dengan kecepatan las yang lebih lama akan memengaruhi butir dimana butir akan cenderung lebih besar karena daerah lasan dengan kecepatan rendah akan mendapatkan panas lebih lama dibanding yang kecepatan lasnya lebih cepat. Ditambah lagi dengan masukan panas yang tinggi akan memperlambat laju pendinginan yang akan
Pengaruh getaran pada..., Aji Wicaksono, FT UI, 2014
memberikan waktu lebih lama untuk membesar. Sebaliknya denngan kecepatan las yang lebih tinggi, masukan panas akan lebih rendah, dan laju pendinginan pun akan lebih cepat. 5.4. Struktur Mikro Struktur mikro yang dapat dianalisa terkait dengan penggetaran yang diberikan yakni struktur mikro daerah lasan. Pada struktur mikro yang tertera di lampiran 6, porositas tidak banyak berkurang dengan dilakukannya penggetaran, baik di kecepatan las 300 ataupun 400 mm/menit. Akan tetapi ditemukan pengaruh berupa penyeragaman ukuran butir pada spesimen AB-1 dibandingkan dengan butir pada spesimen BB-1 dimana dilakukan dengan kecepatan yang sama yakni 300 mm/menit. Perbandingannya dapat dilihat pada gambar 6. Penyeragaman butir ini sesuai dengan literatur dimana terjadi penyeragaman butir dengan diaplikasikannya getaran[4,5]. Untuk fenomena poisoning effect tidak terlihat dimana grain refiner masih tetap berpengaruh kepada butir spesimen. Jadi hasil penelitian pada literatur Chakraborty et al[11] yang menyebutkan bahwa pengaruh Si lebih dari 2% akan mengganggu kinerja dari grain refiner. 5.5. Pengamatan Image Analysis Data yang didapatkan dari software ‘ImageJ’ menjadi penunjang analisa dari datadata pengujian dan pengamatan lainnya. Hasil yang didapat merupakan persenan dari luas area keseluruhan dalam foto, dan foto tersebut diambil pada bagian tengah lasan tiap spesimennya. Jadi sudah cukup untuk mewakilkan porositas yang ada pada tiap spesimen. Berdasarkan data yang ada kesimpulannya spesimen yang digetarkan baik dengan kecepatan las 300 mm/menit maupun kecepatan 400 mm/menit mengalami penurunan angka porositas dibandingkan dengan yang tidak digetarkan.
Pengaruh getaran pada..., Aji Wicaksono, FT UI, 2014
6.
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan analisa yang telah dilakukan maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian ini, yaitu : 1. Pemberian getaran 30 Hz pada spesimen saat pengelasan berlangsung akan menjadikan kekuatan tarik lebih tinggi dibandingkan spesimen yang tidak dilakukan penggetaran. 2. Dengan dilakukan penggetaran maka akan terjadi dampak pada struktur mikronya yakni penyeragaman dan penghalusan ukuran butir yang cenderung meningkatkan kekuatan mekanis karena kekuatannya tersebar secara merata. 3. Spesimen yang digetarkan mengalami penurunan angka porositas dibandingkan dengan yang tidak digetarkan berlaku untuk kedua kecepatan. 4. Kekerasan mikro daerah lasan cenderung lebih tinggi pada spesimen yang digetarkan dan pada kecepatan las yang lebih cepat. Dimana kekerasan mikro untuk spesimen kecepatan 400 mm/menit lebih tinggi dibandingkan spesimen dengan kecepatan las 300 mm/menit.
7.
Saran Saran
dan
rekomendasi
yang
dapat
diberikan
untuk
penelitian
lanjutan
mengenai pengelasan GMAW Aluminum 5083 H112 dengan diberikan pengaplikasian penggetaran dan dengan kawat las ER 4043 adalah sebagai berikut : 1.
Untuk pengelasan pelat Aluminum ER 5083 H112 dengan diberikan getaran masih harus perlu divariasikan dengan getaran dibawah 30 Hz dan getaran diatas 30 Hz agar mendapatkan getaran yang optimal untuk diberikan dalam pengelasan.
2.
Harus dipastikan kebersihan dari spesimen dan kawat las sebelum dilakukan pengelasan dikarenakan adanya kandungan pengotor sedikit saja pada sepesimen atau kawat las maka porositas dan cacat las lainnya akan timbul.
3.
Pada saat pengambilan foto struktur mikro harus melakukan setting untuk tingkat keterangan foto atau contrast-nya dikarenakan apabila foto gelap maka dapat diindikasikan sebagai porous oleh aplikasi ImageJ, dan hasil image analysis akan lebih akurat.
4.
Untuk mendapatkan keluaran data (sifat mekanis dan porositas) yang optimal maka variabel getaran harus dilakukan pada pada 20 Hz, 30 Hz, 40 Hz.
Pengaruh getaran pada..., Aji Wicaksono, FT UI, 2014
8.
Referensi [1] Sofyan, T.Bondan. 2010. Pengantar Material Teknik. Salemba Teknika : Jakarta. Halaman 59-60. [2] Kita-Shinagawa, Shinagawa-Ku. 2011. “Arc Welding of Nonferrous Metals” 4th edition. Kobe Steel LTD : Tokyo, Japan. Halaman 3-8, 19-21. [3] Asre Sanat Eshragh (ASE) Company Ltd. “Alumunium 5083/UNS A95083 Product Data Sheet”. Teheran : Iran. [4] Chirita, G ; I. Stefanescu ; D. Soares ; F.S. Silva. 2009. Material and Design : “Influence of vibration on the solidification behaviour and tensile properties of an Al– 18 wt%Si alloy”. Elsevier. Halaman 1575-1580. [5] Taghavi, Farshid ; Hasan Saghafian ; Yousef H.K. Kharrazi. 2009. Material and Design : “Study on the effect of prolonged mechanical vibration on the grain refinement and density of A356 aluminum alloy”. Elsevier. Halaman 1604-1611. [6] Qinghua Lu ; Chen Ligong ; Ni Chunzhen. 2008. Mechanic of Materials 40 : “Effect of vibratory weld conditioning on welded valve properties”. Elsevier. Halaman 565574. [7] Kaufman, J.G. 2002. “Handbook of Materials Selection”. John Wiley & Sons, Inc : New York. [8] ALCAN Aerospace Transportation and Industry. 2004. Handbook “Alumunium and The Sea”. Pechiney Rhenalu Alcan Group. [9] Singh, D.K. 2008. “Fundamentals of Manufacturing Engineering”. Ane Books India : New Delhi, India & CRC Press : Boca Ranton, USA. Halaman 219-225. [10] ASME Non Destructive Examination : Boiler and Pressure Vessel Code. 2010. Section V. [11] ASM International Committee. ASM Handbook: Metallography and Microstructure (Vol. 9). 2004. Ohio, USA: Author. [12] AWS D1.2/D1.2M:2003. An American National Standard for Structural Welding Code – Aluminum. [13] Funderburk, Scott. R. Paper : “Key Concepts in Welding Engineering : Heat Input”. Welding Innovation Vol. XVI, No. 1, 1999.
Pengaruh getaran pada..., Aji Wicaksono, FT UI, 2014