EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN YANG SESUAI UNTUK MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN DI DAS POSALU KECAIV1ATAN WANG I-WANC I KABUPATEN WAKATOBI Oleh: Sitti Marwaht, La Ode Alwit, Ismawati, don L.M. Ssniwut
ABSTRACT The objective of this research were (l) to evaluate land use with and capability classes, (2) to study land managemenl planning and crops that can be applied by farmers with then capability and treat erosion, and (3) alternative to recommendation of land management by sustainable agriculture system. The research conducted at posalu watershed in wangi-wangi district wakatobi regency on June until September 2005. Research method consigted ofpreparation, pre survey, main survey, analysis ofdata and presentation of result of composed of land utilization evaluation, erosion prediction, tolerable soil loss (TLS) and agro technology analysis, and alternative recommendations of cropping pattem and agro technologies. Result of this research showed that land capability classes of the area consisted of class IIl, IV, V, VI and VII by limiting factors are slope, rock and shallow solum soil. The land use garden by cropping pattern, agro technology and activity conservation has more erosion then TLS, that is land unit 2 (54,7 ton-r.har.yearr), unit 4 (534,7 ton-r.ha-r.yearr), unit l4 (141,6 ton-r.ha-r.yearr), unit 16 (74,7 ton-l.har.yearr) and l7 (291,4 ton-r.ha-r.yearr), except in land unit I (3,3 ton-r.har.yeartl of land capability class IV and unit l5 (4,3 ton-
r.ha-r.yearr;
of
land capability class
V is lower erosion.
Agro technology suggest following
recommendation : a) crops management by mixed garden: corn + peanut + mulching by organic matter, b) crops rotation of paddy gogo with corn, c) planting of pineapple follow contour, d) paddy gogo + com + cassava + mulching organic 6 ton-'. ha-' after that was rotation by peanut.
Keywords
:
management,
land capability, erosion, degradation, conservation and
sustainable
agriculture.
air
PEIIDAHULUAN
merata sepanjang tahun,
(4)
mampu
mempertahankan DAS yang bersifat lentur
Lahan merupakan salah
(resilient) serta satu
komponen sumberdaya alam yang keberadaan dan luasnya terbatas. Meningkatnya
kebutuhan manusia terhadap
lahan
menyebabkan tekanan penduduk terhadap lahan semakin meningkat. Pengelolaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan terutama di daerah DAS akan menyebabkan kerusakan (degradasi) yang mengakibatkan penurunan produktivitas lahan dan kerusakan ekosistem DAS. Untuk itu dalam pengelolaan penggunaan lahan usahatani harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik DAS. Karakteristik DAS sangat menentukan dalam mencapai tujuan pengelolaan DAS. Tujuan pengelolaan DAS adalah: (l) menggunakan sumberdaya lahan secara rasional untuk produksi
maksimum dan lestari, (2) menekan kerusakan yang seminimal mungkin
termasuk erosi dan sedimentasi, (3) distribusi
(5) adanya pemerataan
pendapatan (Sinukaban, 1 99 I ).
DAS Posalu merupakan salah satu DAS yang berada di Kecamatan WangiWangi, dengan luas DAS 2.056,00 ha
terdapat berbagai macam penggunaan lahan diantaranya hutan 269,17 ha, semak belukar
49,18 ha, pemukiman I10,09 ha dan kebun
campuran 1.627,56
ha, dengan
bentuk
wilayah datar hingga curam (Survey lapang, 2005). Dalam sistem hidroligisnya, DAS Posalu sudah terganggu akibat adanya kegiatan penebangan sumberdaya hutan menjadi daerah pertanian dan pemukiman. Dampak.yang ditimbulkan dari kegiatan di atas yaitu terjadi penurunan kualitas tanah akibat erosi. Keadaan ini sebagai akibat dari pengelolaan lahan yang keliru dan pola pertanian yang tidak sesuai. Hal ini disebabkan karena pengetahuan masyarakat tentang pola penggunaan lahan terutama
) Slaf Pengojar pada Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian ttnirersi/as Hitualei
Kffii.
8t
82
teknologi pengelolaan lahan yang masih kurang dan data karateristik fisik DAS masih
berarti tidak berpotensi dan tidak dapat diusahakan^Idimanfaatkan untuk tujuan
produksi dalam memenuhi
terbatas sehingga memungkinkan terjadinya
kebutuhan pangan, sandan dan papan bagi masyarakat di
erosi tanah terutama yang
memiliki kemiringan lereng > 45Yo. Erosi ini terjadi selain diakibatkan oleh adanya pengelolaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan, juga diakibatkan oleh kondisi tanah yang sangat peka terhadap erosi. Hasil survey lapang pada DAS Posalu menunjukan bahwa luas penyebaran inceptisol yaitu 889,36 ha atau 43,25 o/o dan Entisol seluas 1.166,52 ha
Wilayah DAS, tetapi pengelolaannya perlu diperhatikan.
Penelitian
ini
bertujuan untuk
(l)
mengevaluasi penggunaan lahan berdasarkan
kelas kemampuan lahan,
(2)
mengkaji
perencanaan pengelolaan lahan dan tanaman yang dapat diterapkan berdasarka kelas kemampuan lahan dan aneaman erosi dan (3) merekomendasikan alternatif pengelolaan lahan me lal u i sistem pertan ian berkelanj utan.
atau 56,74 Yo dan merupakan luasan terbesar. Entisol adalah salah satu jenis tanah
yang tergolong tanah muda dan tingkat horison yang kurang berkembang, hal ini disebabkan beban induk yang sangat resisten
METODE
dan pelapukan sangat lambat (Harpstead et al, 1998 dolam Marwah 2002). Lain halnya dengan Inceptisol yang merupakan tanah
Penelitian ini telah dilaksanakan di Wangi-Wangi
DAS Posalu, Kecamatan
mineral yang sudah mulai menunjukan perkembangan horison pedogenik lain, sebagai tambahan selain telah terbentuk epipedon okrik dan horison albik yang diperbolehkan pada Entisol (Subagyo et al 2000 dalam Haryati 2A04. Entisol dan Inceptisol pada daerah dengan curah hujan tinggi dengan kemiringan lereng yang curam merupakan daerah sumber erosi. Erosi yang
Kabupaten Wakatobi Propinsi Sulawesi Tenggara, yang berlangsung dari bulan Juni
sampai September 2005. Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu : kompas, double ring. bor fanah, kantung plastik, pisau lapang, ke(as label, pacul, kartu deskripsi dan ring sampel, meter, abney level, alat tulis menulis serta seperangkat komputer untuk pengolahan dan analisis data.
sangat kuat dapat menyebabkan bahan-bahan yang tererosi lebih banyak dari yang terbentuk melalui proses pembentukan tanah. Entisol di lahan kering pada daerah tropika basah umumnya masam dan kesuburan rendah. Demikian pula dataran pantai berpasir yang umumnya alkalis dan berkadar garam tinggi. Penguapan yang tinggi pada
Data yang data digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang terdiri;
data bio-fisik lahan (permeabilitas tanah, kemiringan dan panjang lereng, drainase, kedalaman efektif tanah, tekstur dan bahan organik) dan jenis tanaman yang diusahakan petani, digunakan untuk evaluasi penggunaan lahan dan kelas kemampuan lahan. Data sekunder terdiri atas; data curah hujan rata-rata bulanan dan harian maksimum tertentu dari stasiull pengamatan terdekat, Peta Rupa Bumi skala I : 50.000, Peta Rupa Rurni skala I : 50.000 lembar Wanci nomor 23 10-51 edisi I tahun lg92, peta Land System and Suitability, Reppprot skala I : 250.000 tahun 1998, Peta administrasi Kabupaten Buton BPN skala I : 50.000 tahun 2003, Peta geologi Lembar Tukang besi Sulawesi Tenggara skala I : 25.000 tahun 1994, dan penggunaan lahan di DAS posalu, masing-masing skala I : 50.000. dan faktor C
Inceptisol dapat menurunkan kualitas tanah, karena dengan adanya penguapan yang tinggi menimbulkan salinitas tanah. Salinitas yang tinggi ini erat hubungannya dengan kadar natrium akibat adanya instrusi air laut pada musim kemarau/kering. Pada kondisi yang sangat masam sejumlah hara tidak tersedia. Ketersediaan fosfat menjadi sangat terbatas, karena fosfat diikat oleh Al dan Fe menjadi Al/Fe-fosfat yang tidak larut pada pH rendah. Untuk mencapai penggunaan lahan berkelanjutan pemeliharaan kualitas tanah sesuai kondisi alami sangat penting. Oleh karena itu, tanah Entisoldan Inceptisol bukan
AGRIPLUS, volume 17 Nomor
03
september
200I rssN 0gs4-0lzg
83
(pengolahan tanaman) dan P (teknologi konservasi tanah) dari hasi l-hasi I penel itian.
Metode yang digunakan
dalam
penelitian ini adalah metode survey, dengan
jarak
observasi bebas
(fret
survey).
Penentuan unit lahan berdasarkan hasil tumpang tindih peta-peta tematik berupa peta
topografi, peta geologi, peta penggunaan tanah dan peta jenis tanah menghasilkan peta unit lahan. Tipe observasi dilapangan dilakukan teknik pengeboran dan pengambilan contoh tanah pada titik pengambilan sampel pada masing-masing unit lahan. Metode penelitian terdiri atas empat tahap yaitu pertama tahap persiapan, survey pendahuluan, survey utama serta analisis data dan penyajian hasil. Data fisik lahan yang telah diperoleh digunakan untuk menentukan kelas kemampuan lahan dan prediksi erosi sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan alternatif pengelolaan lahan yang sesuai di DAS Posalu. Tahapan analisis
untuk menyusun p€rencanaan alternatif pengelolaan lahan dilakukan dengan
oleh Klingebiel
Tabel l. Kriteria kelas k No
I 2 3 4 5 6 7 8 9 l0
Tingkat erosi(e) Kedalaman tanah (t)
Tekstur lapisan atas (t) Tekstur lapisan bawah Permeabilitas anah (p) Drainase (d)
Kerikil/batuan (b) Ancaman banjir (O)
I
:
(') (.*r)
mempertimbangkan kondisi lahan aktual teknik
(enis tanaman, pola tanam dan konservasi).
Penentuan kelas kemampuan lahan dilakukan pada masing-masing unit lahan berdasarkan informasi karateristik biofisik lahan seperti kemiringan lereng, kepekaan erosi tanah, tingkat erosi yang terjadi, kedalaman tanah (solum), tekstur, perrneabilitas, drainase, kerikil/batuan, ancaman
disajikan pada Tabel
l.
dan
II
l-2 3
Kelas Kemampuan
III
IV 3
4-s
6 J 2
(*)
VI
VII
(*)
(*)
(**) 4 0 I (*) (*) l-3 l-3 t-4 t-4 (n) l-4 l-4 r-3 t-3 1-4 1-4 (*) l_4 l-4 2-3 2-3 2-3 2-3 l (*) (*) I 2 3 4 5 1**1 (**) 0 0 2 (*) (*) 3 0 I 2 4 3 (**) (**) 0 0
I
2
I
ot2:(**t'a'i*ii*i
Stnbcr Arsyad (2000) Ket
Hammer (1981) dan Arsyad (2000) dengan
n lahan berdasarkan faktor
Faktor Penghambat Lereng permukaan (l) Kepekaan erosi (KE)
didasarkan dari bcrbagai penelitian terdahulu dan sumber-sumber yang ada seperti
banjir dan salinitas. Kriteria untuk menentukan kelas kemampuan lahan
langkah-langkah sebagai berikut: (a) evaluasi kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan kelas kemampuan lahan sebagaimana yang
dikemukakan
Montgomery (1973) yang dimodifikasikan oleh Arsyad (2000), (b) prediksi erosi yan dihitung dengan persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) dan penentuan nilai Etol ditentukan dengan persamaan (Wood dan Dent, 1983 dalam Alwi, 2004), dan (c) dan teknologi konservasi tanah dan alternatif pengelolaan lahan didasarkan pada nilai CP (faktor tanaman dan teknik konservasi) yang dapat diterapkan pada .berbagai jenis pengelolaan lahan Penetapan nilai CP
= dapat mempunyai sebaran sifat faclor penghambal = umumnya terdapat di.taerah rniring beriklirn panas
di
(*r) = tidak
Kelas
kelas secara umum (USDA dalam Arsyad, 2000) diuraikan sebagai berikut:
penggunaannya. Sesuai
AckrPlas,volume
17
5 5
s
0 4
(*)
berlaku
Dari Tabel atas menunjukkan bahwa arahan penggunaan lahan pada tingkat
I
(*) (*) (*)
(pertanian sangat intensif), memiliki
sedikit hambatan yang
penggunaan pertanian
membatasi berbagai
untuk
dari
Nomor L3september z00z rssN0gs4-012g
tanaman
84
semusim, tanaman rumput, padang rumput, hutan dan cagar alam. Tindakan pengelolaan yang diperlukan ditujukan untuk memelihara
produktivitas seperti pemupukan, pengapuran, tanaman penutup tanah, penggunaan sisa tanaman, pupuk kandang dan pergiliran tanaman.
Kelas
II
(pertanian intensif); memiliki
beberapa hambatanlancaman kerusakan yang
mengurangi pilihan penggunaannya atau mengakibatkannya memerlukan tindakan konservasi yang sedang. Tanah kelas ini sesuai untuk berbagai penggunaan seperti tanaman semusim. tanaman rumput, padang pengembalaan, hutan produksi. hutan
pengolahan tanah bagi tanaman semusim berupa topografi datar atau hampir datar tetapi tergenang air, sering terlanda banjir, atau berbatu-batu atau iklim yang tidak sesuai. Tanah kelas ini sesuai untuk tanaman
semusim, tanaman rumput, padang hutan produksi, hutan lindung dan suaka alam. Tindakan
pengembalaan,
pengelolaan yang diperlukan ditujukan untuk mengurangi intensitas faktor' penghambat berupa genangan air tetap, sering banjir atau berbatu-batu.
tindakan pengelolaan yang sedang seperti
Kelas VI (pengembalaan sedang); memiliki hambatan berat yang tidak dapat dihilangkan. Tanah kelas ini terletak pada lereng yang agak curam yang menyebabkan tidak sesuai untuk pertanian, penggunaannya terbatas
strip, pergiliran pengolahan tanah menurut kontur,
pengembalaan,
lindung dan cagar alam.
Memerlukan
guludan, penanaman dalam
untuk tanaman rumput atau padang hutan produksi, hutan
tanaman dan pemupukan.
lindung atau cagar alam.
Kelas
Kela; VII (pengembalaan terbatas); memiliki hambatan atau ancaman kerusakan yang berat dan tidak dapat dihilangkan seperti
III
(pertanian sedang): memiliki hambatan yang lebih berat dari tanah-tanah kelas II dan jika digunakan memerlukan tindakan konservasi biasanya lebih sulit diterapkan dan dipelihara. Tanah kelas ini sesuai untuk tanaman semusim, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung dan suaka margasatwa. Tindakan pengelolaan yang diperlukan adalah penanaman dalam strip, penggunaan mulsa" pergiliran tanaman atau kombinasi dari tindakan tersebut. Kelas IY (pertanian terbatas); memiliki hambatan yang lebih besar dari tanah kelas III dan pemilihan tanaman lebih terbatas.
Tanah kelas ini sesuai untuk tanaman semusim, padang pengembalaan, hutan produksi, hutan lindung atau suaka alam. Tindakan pengelolaan yang diperlukan adalah teras bangku, saluran bervegetasi,
dam penghambat, tindakan-tindakan
pemeliharaan kesuburan dan kondisi fisik tanah.
Kelas V (pebgembalaan intensif); memiliki hambatan yang membatasi pilihan macam penggunaan dan tanaman, dan pengambat
lercng curam, tererosi sangat berat, daerah perakaran sangat dangkal. Tanah-tanah kelas ini sesuai untuk padang rumput dan hutan produksi dengan pencegahan erosi yang sangat berat. Tindakan-tindakan konservasi yang diperlukan adalah teras bangku, konservasi vegetasi dan pernupukan.
Kelas YIII (cagar alam); memiliki hambatan berupa lereng yang sangat curam, berbatu atau kapasitas menahan air sangat rendah. Tanah kelas ini sebaiknya dibiarkan dalam keadan alami sebagai hutan lindung, cagar alam dan tempat rekreasi.
HASIL DAN PbMBAHASAN Penggurtan Lahan di DAS Posalu Penggunaan lahan di DAS Posalu berdasarkan luas dan jenisnya ditampilkan pada di bawah ini:
AGRIPLUS, Volume 17 Nomor 03 Septembet 2M7, ISSN 0854-0U8
85
Tabel2. Luas dan jenis penggunaan lahan diwilayah DAS Posalu No.
Penggunaan Lahan
L
Pemukiman Kebun Campuran Semak Belukar Hutan
2. 3.
4.
Luas (ha) I 10,09 1.627,56 49,18 269.17
Luas (%)
2.056,00
100,00
Jumlah
5,36 79,16 2,39 13,09
:tumber: Jurvcy Lapang, J(rut
Hasil observasi menujukan bahwa penggunaan lahan yang paling dominan yaitu
fungsi DAS sebagai kesatuan sistem yang mengakibatkan kompleksistas proses yang berlaku didalam DAS. Mengingat fungsi hutan di dalam wilayah DAS, maka upaya pelestariannya mutlak dilakukan. Oleh karena itu, keterlibatan berbagai pihak yang terkait (stakeholder) secara langsung atau tidak langsung sangat penting agar konversi atau alih fungsi hutan tetap terjaga dan dapat dikendalikan sampai ambang batas yang tidak membahayakan. Alih fungsi hutan untuk penggunaan yang lebih menguntungkan dan sesuai kemampuan lahannya serta agroteklonologi yang dapat dilaksanakan sehingga dampak kerusakan lahan maupun DAS dapat dicegah minimal mungkin.
kebun campuran dengan luas 1.627,56 ha (79,16yo) dengan tingkat kemiringan lereng berkisar antar datar sampai curam, sedangkan hutan yang merupakan daerah ekologis bagi DAS hanya seluas 269,17 ha atau (l3,Q9o/o). Penyempitan luas hutan pada umumnya disebabkan oleh adanya kegiatan penebangan
hutan berupa penebangan kayu, dan kemudian dikonversi menjadi daerah pertanian dan pemukiman yang dilakukan oleh masyarakat baik yang berrnukim di dalam maupun di luar DAS Posalu. Hutan pada umumnya terdapat di daerah hulu subsub DAS yang secara ekologis merupakan daerah tangkapan (cotchment area). Oleh karena itu, terjadinya penyempitan luas hutan dari tahun ketahun harns mendapat perhatian
yang serius
sehubungan
Evaluasi Kesesualan
dengan
keberlanjutan diseluruh kawasan DAS khususnya aspek Hidrologis. Sebagaimana dikernukakan oleh Pasaribu (1999) dalam Alwi (2004), bahwa peran strategis DAS sebagai unit pengelolaan sumberdaya semakin nyata pada saat hutan tidak dapat berfungsi optimal sebagai media pengatur tata air dan penjamin kualitas air yang mencerminkan dengan terjadinya banjir, kekeringan dan tingkat sedimentasi yang
Evaluasi kesesuaian
lahan dimaksudkan untuk
penggunaan mengetahui
kesesuaian entara pengunaan lahan dengan
kelas kemampuan lahan, agar
dapat
berproduksi secana berkelanjutan tanpa mengalami kerusakan lahan meliputi tekstur,
permeabilitas, kedalaman efektif tanah, panjang dan kemiringan lereng, drainase, batuan, tingkat bahaya erosi dan banjir atau genangan. Hasil evaluasi penggunaan lahan di DAS Posalu disajikan pada Tabel 3.
tinggi. Meskipun dalam prosesnya, kejadiankejadian tersebut merupakan fenomena yang timbul sebagai akibat dari terganggunya
AGRIPLUS, Volume 17 Nomor
Penggunaan
Lahan
03
September 2M7, ISSN hgF,t-hl&g
86
Tabel 3. Hasil evaluasi kesesuaian penggunaan lahan di DAS Posalu. Kelas Unit Pengelolaan Unit Penggunaan Kesesuaian Kemampuan Lahan I-ahan Lahan Lahan Penggunaan Lahan ilt il td3 Kebun IV lvk2, lvb2kz,lVbZ 1,2,16 Kebun Campuran Sesuai V vb3 3,1 5 Kebun Campuran Sesuai
l4
VI VII
17
VI14
VIII5
Campuran SeauA-
Kebun
Campuran
Kgbqn
-C"qTp!gu-! !glugi__
Sumhcr : Suruey lapang 2005
Hasil pengamatan dan pengukuran parameter fisik lahan menunjukan bahwa penggunaan lahan kebun campuran yang berada di Wilayah DAS Posalu terdapat dalam kelas kemampuan lahan III ,lV ,V, VI, dan VII. Lahan kelas ffl,lanah di lokasi penelitian di golongkan sebagai lahan kelas III dengan faktor pembatas adalah drainase, terdapat pada unit lahan 14 dengan penggunaan lahan kebun campuran. Tanah kelas ini sesuai untuk tanaman semusim, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung dan suaka margasatwa. Lahan kclas IV, tanah di lokasi penelitian yang tergolong lahan kelas IV adalah unit lahatr I 2, dan 16, memiliki faktor pembatas batuan dan kedalaman efektif tanah. Tanah kelas ini sesuai untuk tanaman semusim, padang pengembalaan, hutan produksi, hutan lindung atau suaka
lahan kelas
VII yaitu terdapat
Sesuai
pada unit lahan
4, memiliki hambatan atau ancaman
kerusakan yang berat dan tidak dapat dihilangkan seperti lereng curam (>45%), tererosi sang at berat dan daerah perakaran yang dangkal. Tanah-tanah dalam kelas ini sesuai untuk padang rumput dan hutan produksi dengan pencegahan erasi yang sangat berat, tindakan konservasi yang diperlukan adalah teras bangku, konservasi vegetasi dan pemupukan.
Berdasarkan
hasil
evaluasi
kemampuan lahan, maka dapat disajikan bahwa pengunaan lahan di DAS Posalu berada pada ketegori sesuai. Lahan kelas III sesuai untuk pertanian, lahan kelas IV dan V meskipun tanahnya berbatu tapi sesuai juga
untuk pertanian dengan membutuhkan
tindakan konservasi tanah, sedangkan lahan kelas Vl dan VII dengan faktor penghambat adalah lereng yang agak curam sehingga diperlukan juga tehnik kcinservasi perrnanen. Oleh karena itu lahan kelas VI dan VII, diperuntukan untuk pengembalaan sedang
alam.
Lahan kelas V,
tanah di lokasi penelitian yang tergolong lahan kelas V adalah unit lahan 3, dan 15 dengan faktor pembatas adalah batuan. Tindakan pengelolaan yang
ataupun terbatas (Klingebial dan Montgomeri, 1973). Pada lahan ini
diperlukan ditujukan untuk
mengurangi intensitas faktor penghambat tersebut. Lahan
kelas Vl yaitu terdapat pada unit lahan 17,
digunakan untuk kebun campuran dengan jenis tanaman tahunan (kakao, jambu mete, mangga dan kelapa) tindakan konservasi untuk mensegah kerusakan lahan ini masih dapat dipertahankan. Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan kelas kemampuan lahannya sangat penting untuk
lereng agak curam (3045%\, oleh karena
mcrumuskan kebijakan-kebijakan penggunaan dan pengelolaan lahan. Penggunaan lahan
kelas ini sesuai untuk untuk tanaman semusim, tanaman rumput, padang
pengembalaan, hutan produksi, hutan lindung dan suaka alam. Lahon kelas VI, tanah di lokasi penelitian di golongkan sebagai lahan
memiliki faktor penghambat kemiringan
wilayah ini digunakan untuk
yang sesuai dengan kemampuannya
kebun
campuran dengan jenis tanaman berkayu, maka diperlukan pengelolaan dan tindakan konservasi yang tepat. Lahan kelas VII, tanah di lokasi penelitian di golongkan dalam
AGRIPLUS, Volume 17 Namor
merupakan tindakan konservasi utama karena akan menjamin kelestarian
hal ini
sumberdaya alam. Sebaliknya, penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung 03
Selttember Z0OZ, ISSN AgS4-0125
87
dan kemampuannya akan meyebabkan terjadinya percepatan degradasi, sehingga lahan kritis akan semakin meluas. Untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan, maka macam penggunaan dan pengelolaan lahan secara detail yang akan direkomendasikan selain memperhatikan kelas kemampuan lahannya, juga sangat penting mempertimbangkan faktor-faktor: (l) besarnya erosi yang terjadi harus lebih kecil dari erosi yang dapat ditoleransikan pada penggunaan dan pengelolaan lahan tertentu, secara ekonomi dapat mendukung
(2)
kehidupan yang layak bagi petani secara terus-menerus dan (3) aspek sosial budaya dapat diterima oleh masyarakat setempat
serta, (4) agroteknologi yang
dapat
diterapkan oleh petani setempat secara terus menerus tanpa intervensi dari pihak luar
(Sinakuban, 1994). Untuk merekomendasikan macam penggunaan dan pengelolaan lahan (agroteknologi) yang akan diterapkan
penelitian ini, diperlukan analisis tahapan lanjutan. Tahap lanjutan yang dperlukan adalah analisis besarnya erosi dan ytng ditoleransikan (ETol) pada masing-masing kelas kemampuan dan macam penggunaan lahannya.
Prediksi Erosi
Erosi yang terjadi di
daerah
penelitian diprediksi dengan menggunakan metode USLE dengan nilai indel<s erosivitas hujan (R) ditentukan berdasarkan persamaan Bols (1978) dengan menggunakan curah hujan rata-rata bulanan (1995-2004), curah hujan maksimum 24 jam rata-rata bulanan (1995-2004) dan jumlah hari hujan rata-rata bulanan (1995-2004). Sedangkan nilai indeks erosivitas hujan (R = EIro) berdasarkan
persamaan
Bols (1978), nilai
erodibilitas tanah
(K)
hasil
data
faktor
berdasarkan persamaan Wischmier dan Smith (1978) dari
pengukuran tanah di lapangan/laboratorium, nilai faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) ditentukan berdasarkan persamaan Wischmier dan Smith (1978) dari hasil pengukuran panjang dan kemiringan lereng dilapangan serta nilai fahor pengelolaan tanaman dan teloik konservasi tanah (C dan P) ditentukan
malalui hasil
pengamatan
terhadap
pengelolaan tanaman dalam setahun dan tindakan konservasi aktual di lapangan. Hasil perhitungan erosi berdasarkan persamaan universal Soil Loss Equation (USLE) terjadi pada penggunsan lahan campuran kebun campuran disajikan pada Tabel4.
Tebel 4. Data hasil perhitungan erosi aktual pada masing-masing penggunaan lahan kebun campufal dr wilayah DAS Posalu A Lahan Kemampuan Lahan (t.ha-l.thn-l
ffis r
2 3 4 14 t5 16 17 ll CP
tentan
rvk2 tvk2b2 Vb3
VIII5 ilrd3 vb3 IVb2
vll4 ..
=I+l"rlanjang
1481,3
0,07
l48l ,3 l48l ,3 l48l,3
0,04 0,19
1481,3
0,66
1481,3 1481,3
0,02 0,09
l4g
l,3
Lereng
0,33
o,o5
dan.Kemiringan = Faktor Penggunaan Lahan daan Tindakan Konservasi Tanah
Hasil pengamatan dan perhitungan g parameter-parameter eros iv i tas h uj an
(H), erodibilitas tanah (K), pajang dan kemiringan lereng (LS), pengelolaan AGRIPLUS,Yolume 17
Namu
0,4 1,4 3,1 9,5 0,4 0,4 1,4
9,5
0,09 0,09 0,24 0,2 0,362 0,367 0,4
0,4
3,3 54,7 44,1
534,7 141,6 4,3
74,7
zgl,4
n = nurya*nyi'i;"dT";;;
tanaman (C) dan teknik konservasi tanah (p) maka diperoleh nilai erosi aktual terbesar pada unit lahan 17 sebesar 281,4 t.har.th-' dengan pola tanam ubi kayu + pisang +
Q3September ZA0Z, ISSN0gg4-0125
88
kelapa + jembu mete * jagung yang berada pada kemiringan lereng > 45 Yo dan nilai erosi terendah pada unit lahan l5 sebesar 4,3
didominasi oleh vegetasi sekunder yang berumur panjang. Pada unit lahan l4 walaupun pola tanamannya sama dengan unit lahan l7 namun mempunyai nilai erosi yang sangat rendah yaitu 141,6 t.ha-r,thn-' karena
t.ha-r,th-r dengan pola tanam kelapa+ubi
kayu+pisang+mangga
pada
berada
berada pada lereng datar (3-8%), maka percepatan aliran permukaan menurun (kecil) sehingga kekuatan mengangkut air menurun
kemiringan lereng 3-8%. Besarnya laju erosi yang terjadi pada unit lahan l7 karena berada pada kemiringan lereng sangat curam di mana kemiringan lereng yang besar dapat mempercepat laju aliran permukaan di nrana tanahnya juga berbatu yang menyebabkan kurangnya air yang terinfiltrasi sehingga erosi terjadi sangat
besar dan juga pola tanarn yang
pula.
Hasil Perhitungan Erosi Diperbolehkan F,rosi dipertrolehkan (ETol) drtentukan trerdasarkan persamaan Wood dan Dent 1983) hasilnya disajikan pada Tabel 5.
ada
Tebel 5. Hasil
ah DAS Posalu
nlt
I
La han
M
FKT
DE
t,0
s00
600
1,0 1,0
500
300
500 I
300 600
r
300 600
mm)
MPT
LPT
200 200 200 200 200 200 200
1,2
I
t
50 500 500 I t00 500 500
2 J
4 5
6 1
8
I
Kf:T l,P'f
FK'[ .-
ll'Iul ..
080
0,95 0.95 0,95 0,95
045 475 475
026
.- Kqlslarnan lil'cklil(mln) x Nilai l;aktor
-,
Kcdrlanun t:lbkrif 'lanah
300
l,a.itr Pctrlbcnlnkan 'l analt Rala-Rata di lrxkrncsia
l 2 3 4 14 l5
l6 l7
larellorvigcno,
1
994)
tjrosi l)iprrhxhkan
30,5 21.6
JJ,+ ..
!flP'l' : llv
nilai erosi yang
Kcdalamat tanah rninimurn Masr Pakai 'l'anah
llcrnl VolInlc
diperbolchkan dengan
Pcrbandingan Erosi Aktual dan Erosi Diperbolehkan Berdasarkan hasil perhitungan erosi aktual pada Tabel 4, dan erosi diperbolehkan
pada Tabel 5 maka diperoleh perbandingan erosi aktual dan diperbolehkan disajikan pada Tabel 6. kan
IS
Lereng Lahan Tanah t.ha-r.thn-r Keoun Lampurall 5 3,32 Keburr Campuran 8 Litosol t97,43 Kebun Campuran l8 Litosol 44,08 Kebun Campuran 42 Litosol 6698,44 Kebun Carnpuran 3 Mediteran 141,56 Kebun Campuran 8 Mediteran 4.28 Kebun Campuran 74,65 Kebun Campuran Mediteran
l3 Mediteran 2533,02 tQ
AGRIPLUS, Volume 17 Nomor
tanah
asumsi masa pakai tanah selama 200 tahun.
erosi aktual dan erosi di nggunaan
24,A
35,76
l)min (l
Fakror Kcdalarnan']anah
Tabel 6. Hasil
42,0 23,0
1,2 1,2 1,2 1,2 1.2 1,2
Kcdalaman
Nilai erosi diperbolehkan ditcntukan oleh kedalaman tanalr, masa pakai tanah dan laju pemberrtukan tanalr. Nilai erosi diperbolehkan di wilayah DAS Posalu yang terbesar terdapat pada unit 14, sebesar 35,76 t.ha-r.th'r dan unit lahan l7 sebesar 33,4 t.ha'.th-', Sedangkan yang terkecil terdapat pada unit lahan l6 sebesar 21,6 t.ha-r.th-'- Hal ini menujukan bahwa semakin besar nilai kedalaman tanah maka semakin besal' pula nrt Lahan
ol (t .thn'')
03
t.ha- .thn-l
A VS ETol
0
42,0 23.0 24,4 35,76 30,5
zl,6 33,4
Septcrnber ZMZ, ISSN 0BS4-0IZ9
hasil erosi
88
kelapa + jembu mete * jagung yang berada pada kemiringan lereng > 45 Yo dan nilai erosi terendah pada unit lahan l5 sebesar 4,3
didominasi oleh vegetasi sekunder yang berumur panjang. Pada unit lahan l4 walaupun pola tanamannya sama dengan unit lahan l7 namun mempunyai nilai erosi yang sangat rendah yaitu 141,6 t.ha-r,thn-' karena berada pada lereng datar (3-8%), maka percepatan aliran permukaan menurun (kecil) sehingga kekuatan mengangkut air menurun
t.ha'r,th-r dengan pola tanam kelapa+ubi
kayu+pisang+mangga
berada
pada
kemiringan lereng 3-8%. Besamya laju erosi yang terjadi pada unit lahan l7 karena berada pada kemiringan lereng sangat curam di mana kemiringan lereng yang besar dapat mempercepat laju aliran permukaan di mana tanahnya juga berbatu yang menyebabkan kurangnya air yang terinfiltrasi sehingga erosi terjadi sangat
besar dan juga pola tanam yang Tebel 5. Hasil
rhit DE
FKT
Hasil Perhitungan f, rosi Diperbolehkan Erosi diperbolehkan (ETol) ditentukan berdasarkan persamaan Wood dan Dent 1983) hasilnya disajikan pada Tabel 5.
ada
lehkan llar
pula.
diwi IM
h DAS Posalu MPT
mm
1,0
s0
2 J
500 500 r t00 500 500
4 5
6 1
8
r
080
500 04s 475
600 300 300 600 300
475
300
1026
600
s00
1.0 1,0
500
1,0
0,95 0.95 0.95 0,95
I
.-
K!:'t' t.P'r
=. Kcdalaman t:fektil"l anah l,aju ['crltxntrrkan lanah llala-Rata rli lnd0ncsia (llardjrrrvigcro, 1994)
FK'r
.."
rl'llll -.
Faktor Kcdalarnan l-anah
1,2 1,2
t,2
r.t5
r,2
t.2
t.2
l,l5
ran
l)min
.-
30,5 21.6 33,4
Kcdalaman lanah rninimurn Pakai
-l'anah
llcrat Vtrllnrc
tanah
diperbolchkan dengan
Perbandingan Erosi Aktual dan Erosi Diperbolehkan Berdasarkan hasil perhitungan erosi aktual pada Tabel 4, dan erosi diperbolehkan
pada Tabel 5 maka diperoleh perbandingan erosi aktual dan
diperbolehkan disajikan pada Tabel 6. ehkan
A
+:ili
t.ha-r.thn-r
3
t.ha-r.thn-l
A VS ETol
3,32
Campuran 8 Litosol 197,43 Campuran l8 l-itosol 44,08 Campuran 42 Litosol 6698,44 Carnpuran 3 Mediteran 141,56 Campuran 8 Mediteran 4,28 Campuran 13 Mediteran 74,65 Campuran 40 N,lgditeran 2533,02
AGRIPLUS, Volume 17 Nomor
'
nilai erosi yang
dingan erosi aktual dan erosi di
rggnnaan Lereng
Kebun Kebun Kebun Kebun Kebun Kebun Kebun Kebun
1,2 1,2
42,0 23,0 24,0 35,76
asumsi masa pakai tanah selama 200 tahun.
pernbentukan tanah. Nilai erosi di wilayah DAS Posalu yang terbesar terdapat pada unit 14, sebesar 35,76 t.ha-r.th-r dan unit lahan l7 sebesar 13,4 t.ha' '.th''. Sedangkan yang terkecil terdapat pada unit lahan l6 sebesar 21.6 t.ha-r.th-r- Hal ini menujukan bahwa semakin besar nilai kedalaman tanah nraka semakin besal' pula
I 2 3 4 14 I5 16 l7
l,l5 l,l5
B\r
laju
Lahan
t,?
MP'l' '.'Masa
t:rosi t)ipcdxrhkan
diperbolehkan
Tabel 6. Hasil
1,2 1,2
Kulalarnan lil'cktif(nrnr) x Nilai Faktor Kedalarnan
Nilai erosi dipcrbolehkan ditentukan oleh kedalaman tanah, masa pakai tanah dan
Unit
200 200 200 200 200 200 200
I)F,
BV
LPT
03
42,0
23.0 24,0 35,76 30,5
2l,6 33,4
Septcnber ZW7, ISSN 0S54-0125
hasil erosi
90
Penentuan alternatif pengelolaan lahan dan tindakan konservasi tanalr selain memperhatikan faktor C dan P yang dipilih yang mampu mengurangi tingginya nilai erosi yang terjadi, tetapijuga memperhatikan kelas dan ancaman erosi. Tabel 3 menunjukan bahwa tanah-tanah di lokasi penelitian termasuk pada lahan kelas lll, lV, V, VI dan VII, dengan tingkat bahaya erosi yang berbeda. Unit-unit lahan yang perlu dilakukan tindakan altematif pengelolaan lahan dan teknik konservasi tanah yang diterapkan berdasarkan kelas kemampuan lahan dan ancaman erosi di DAS Posalu adalah
menekan laju erosi yang terjadi diusahakan tanaman dan pola tanam yang mempunyai nilai CP maks lebih rendah dari 0,035 dan sesuai dengan kelas kemampuan lahannya,
maka alternatif pengelolaan lahan dan tindakan konservasi tanah yang dilakukan adalah jagung+l6aea11g tanah+mulsa sisa tanaman (0,014). Padi gogo, jagung dalam
rotasi (0,013). Albisia dengan
(0,010). Hutan alami berkembang baik dengan serasah sedang (0,005) dan serasah tinggi (0,001).
Unit lahan y' dengan penggunaan lahan
:
Unit lahan 2 dengan penggunaan lahan kebun campuran berada pada kemiringan
lereng 3-8% termasuk dalam
kebun campuran berada pada kemiringan lereng > 45%. Dengan faktor pembatas lereng, unit lahan ini termasuk dalam lahan kelas kemampuan VII. Erosi aktual yang terjadi lebih besar dari Etol. Nilai CP maks untuk unit lahan ini 0,056. Untuk menekan laju erosi yang terjadi diusahakan tanaman dan pola tanam yang mempunyai nilai CP maks lebih rendah dari 0,056. Oleh karena unit lahan ini berada pada kelas kemampuan VII dan di dalam wilayah DAS, maka altematif pengelolaan lahan dan tindakan konservasi tanah yang dilakukan adalah
kelas
kemampuan lahan IV dengan faktor pembatas adalah batuan dan kedalaman tanaho erosi terjadi 893,3 t.ha-r.th-r lebih besar dari erosi yang diperbolehkan yaitu 42,0 t.har.th-r. Maka untuk menekan laju
erosi yang terjadi perlu ada altematif pengelolaan lahan yang lain dan perlunya tindakan konservasi tanah. Nilai CP maks untuk unit lahan ini adalah 0,017. Untuk menekan laju erosi yang terjadi digunakan tanaman dan pola tanam yang mempunyai nilai CP maks lebih rendah dari 0,017 dan sesuai dengan kelas kemampuan lahannya, maka altematif pengelolaan lahan dan tindakan konservasi tanah yang dilakukan adalah jagung+kacang tanah+mulsa sisa tanaman (0,014). Padi gogo, jagung dalam
rotdsi (0,013). Albisia dengan
hutan alami berkembang baik dengan serasah
tinggi (0,001) dan serasah sedang (0,005). Tindakan ini sangat baik untuk mendukung keberkelanjutan kawasan DAS Posalu khususnya aspek hidrologis.
Unit lahurr fC dengan
penggunaan lahan kebun campuran berada pada lereng datar (0-3%\ termasuk dalam kelas kemampuan lahan III dengan erosiyang terjadi 141,5 t.ha'.th-' lebih besar dari ETol 35,7 t.har.th-r. Maka unttrk menekan laju erosi yang terjadi perlu adanya altematif pengelolaan lahan dengan tindakan konservasi tanah yang sesuai. Nilai CP maks untuk unit lahan ini adalah 0,091. Untuk untuk menekan laju erosi yang lerjadi diusahakan tanaman dan pola tanam yeng mempunyai nilai CP maks lebih rendah dari 0,091. Maka alternatif pengelolaan lahan dan tindakan konservasi
semak
campuran (0,012). Nenas dengan penan&man menurut kontur dengan mulsa dipermukaan
(0,010). Hutan alami berkembang baik dengan serasah sedang (0,005) dan serasah tinggi (0,001). Unit lahan 3, dengan penggunaan lahan kebun campuran berada pada kemiringan
lereng 15-30% termasuk dalam kelas kemampuan lahan V dengan faktor pembatas adalah batuan, erosi yang te{adi 232,7 t.ha' '.th-' lebih besar ETol 23,0 t.ha-'.th-r- Untuk menekan laju erosi yang terjadi perlu ada alternatif pengelolaan lahan yang lain dengan tindakan kanservasi tanah. Nilai CP maks untuk unit lahan ini 0,035. Jadi untuk
AGRIPLUS, Volume 17 Nomor
semak
campuran (0,012). Nenas dengan penanaman menurut kontur tambah mulsa dipermukaan
tanah yang dilakukan adalah padi gogo+jagung+ubi kayu+mulsa jerami 6 ton.ha'', setelah padi ditanami kacang tanah (0,079). Kacang tanah*mulsa jerami 4 03
September 2007, ISSN 0gflit-012t
9t
dan kacang tanah+sisa tanaman menjadi mulsa (0,014). ton.ha-r (0,049). Jagung
sumberdaya tanah,
Hutan alami berkembang baik dengan tinggi (0,001) dan serasah rendah
sumberdaya genetik hewan dengan teknologi yang cocok, menguntungkan secara ekonomi dan dapat diterima secara sosial tanpa
serasah (0,005).
Unit lahan 16 dengan
penggunaan lahan kebun campuran berlereng datar (8-15%) termasuk kelas kemampuan lahan IV. Erosi yang terjadi 22,5 t.ha-r.th-r lebih besar dari ETol 21,6 t.ha-r.thn-r. Untuk menekan laju
erosi yang terjadi diperlukan
adanya
altematif pengelolaan lahan dan tindakan konservasi tanah dengan nilai CP maks 0,115. Untuk menekan laju erosi yang terjadi diusahakan tanaman dan pola tanam yang mempunyai nilai CP maks lebih rendah dari 0,1 I5. Maka alternatif pengelolaan lahan dan tindakan konservasi tanah yang diperlukan adalah padi gogo+jagung+ubi kayu* mulsa jerami 6 ton.ha'r, setelah padi ditanami kacang tanah (0.079). Kacang tanah+mulsa
jerami
4
ton.har (0,M9).
Jagung+kasnng
tanah*mulsa sisa tanaman (0,014). Hutan alami berkembang baik dengan serasah tinggi (0,001) dan serasah rendah (0,005). Unit lahan 17 dengan penggunaan lahan kebun campuran berada pada kemiringan lereng 3045% termasuk dalam lahan kelas kemampuan VI. Erosi aktual 253,3 t.ha-r.thn' lebih besar dari Etol 33,4 t.ha-r.thn-r. Untuk menekan laju erosi yang terjadi diusahakan tanaman dan pola tanam yang mempunyai nilai CP maks lebih rendah dari 0,005 maka alternatif pengelolaan lahan dan tindakan konservasi tanah yang dilakukan mempunyai erosi aktual 31,6 t.ha-r.thn-r lebih kecil Etol 33,4 t.ha-r.thn-r adalah hutan alami berkembang baik dengan serasah tinggi (0,001). Tindakan ini sangat baik untuk mendukung keberkelanjutan kawasan DAS khususnya aspek hidrologis.
Alternatif Pengelolaan Usahatani Berkelanjutan Melalui Sistem Agroforestri
Pertanian berkelanjutan
adalah
pengelolaan lahan dan konservasi sumberdaya alam yang berorientasi teknologi dan perubahan institusi untuk menjamin tercapainya kebutuhan manusia saat ini dan generasi yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan seperti itu melindungi
air,
tanamano dan
kerusakan lingkungan FAO (1995) dalam Marwah (2002\. Penggunaan lahan yang tepat dan pengelolaan yang sesuai adalah kunci utama dari pertanian yang berkelanjutan. Pengelolaan lahan yang berorientasi pada pertanian berkelanjutan yang telah banyak dipratekkan petani adalah sisten agraforestri yang menggabungkan ilmu kehutanan dan agronomi untuk menciptakan keselarasan antara intensifi kasi pertan ian dan pelestarian lingkungan, di dalamnya terdapat
tanaman pertanian yang bernilai komersial,
seperti rempah-rempah dan kopi juga berpeluang bagi tanaman pangan. Dengan
kombinasi pohon, perdu dan
tanaman
semusim, akan dapat memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakarannya serta menjadi produktif dan konservatif. Tanah-tanah di daerah DAS Posalu tergolong tanah yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah dan kondisi
tanah yang sangat peka terhadap erosi. Dengan memelihara tanah tetap tertutup, bahaya degradasi lahan karena erosi (air, angin) akan dapat dihindari. Hasil pelapukan sisa tanaman baik berupa akar, daun rhaupun
hijauan lainnya akan banyak berrttanfaat memperbaiki agregat tanah sehingga dapat meningkatkan kapasitas tanah menahan air.
Sebaliknya pada tanah-tanah bertekstur halus, terutama pada lahan berlereng, akan meningkatkan laju perkolasi yang akan mengurangi aliran permukaan yang juga mengurangi erosi. Bahan organik juga menyuburkan tanah dengan penambahan hara atau membuat hara tanaman lebih mudah diserap oleh tanaman (Alwi, 2004). Dengan beraneka ragamnya tanaman dalam suatu lahan, berbagai keuntungan akan
diperoleh Belain selalu ada jaminan paling tidak salah setu tanaman akan memberikan
hasil pada saat terburuk serta
makin
banyaknya lahan hijauan yang dihasilkan dapat berguna sebagai bahan pakan makanan
ternak, sumber pupuk organik ataupun mulsa. Bahan hijauan dari tanaman legum pepohonan seperti lamtoro, turi dan lain-lain
AGRTPLUS' Yolume 17 Nomor 03 september
zMz, rssN 0sl4-0us
92
merupakan bahan pakan yang kaya protein.
Posalu termasuk dalam kelas kemampuan lahan III dengan faktor pembatas drainase, lahan kelas IV dengan faktor pembatas batuan dan kedalaman efektif tanah, lahan kelas V dengan faktor pembatas batuan dan lahan kelas VI dan VII dengan faktor pembatas lereng. Altematif pengelolaan lahan yang dapat diterapkan untuk menekan
Peran temak pada usahatani terpadu sangat penting bagi penghasil susu, daging danjuga merupakan tabungan dan modal bagi banyak petani di pedesaan (Marwah, 2000). Dengan memanfaatkan hijauan dari tanaman legum tersebut dan sisa panen sebagai pakan ternak
maka rantai daur zat srang dan zat lemas menjadi semakin efisien. Limbah pertanian berupa kotoran ternak dan sisa tanaman yang tidak mengandung lignin tinggi dapat dikomposkan secara anaerobik sehingga dapat diperoleh biogas yang sangat berguna
tingkat bahaya erosi sesuai dengan
kemampuan lahan adalah : iagung+kacang tanah*mulsa sisa tanaman 4 ton.ha-r. Padi gogo dirotasi dengan jagung. Albisia dengan semak campuran. Nenas dengan penanaman menurut kontur dengan mulsa dipermukaan. Padi gogo+jagung+ubi kayu*mulsa jerami 6 ton.ha-r setelah padi ditanami kacang tanah. Hutan alami berkembang baik dengan sisa serasah tinggi (0,001) dan serasah sedang (0,005). Untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan selain memilih pola tanam yang dapat menekan tingkat bahaya erosi, juga diperlukan alternatif pengelolaan lain seperti sistem agroforestri dengan memilih tanaman yang dapat melindungi sumberdaya tanah, air dan tanaman, menguntungkan secara ekonomi dan diterima secara sosial tanpa kerusakan lingkungan. Perlu penelitian lanjutan untuk mengetahui besarnya nilai erosi yang terjadi setelah adanya perubahan pengelolaan lahan dan teknik konservasi lahan di DAS Posalu.
sebagai bahan bakar.
Bentuk agrofotestri sederhana yang paling banyak dijumpai adalah tumpangsari. Sistem ini dikembangkan dalam program perhutanan sosial Perum Perhutani. Sistemsistem agroforestri sederhana juga menljadi ciri umum pada pertanian komersil, seperti kopi sejak dahulu diselingi dengan tanaman dadap yang menyediakan naungan bagi kopi dan kayu bakar bagi petani. Demikian pula pemaduan kelapa dengan kakao juga semakin banyak dilakukan. Pola tanaman lorong sebagai salah satu bentuk sistem
agroforestri sangat dianjurkan,
namun
tanaman pagar pada pola tan am ini akan lebih innovative apabila mempunyai fungsi
ganda seperti penghasil buah, makanan temak dan sekaligus menambat nitrogen dari
udara (enis legum). Peranan sistem ini sebagai tindakan konservasi tanah untuk
menghindari
dan
mengatasi
masalah
degradasi lahan dan mencapai penggunaan lahan yang berkelanjutan telah diterima secara luas. Dengan demikian agroforestri merupakan suatu sistem penggunaan lahan yang tepat untuk mendukung pertanian yang
DAT-TAR PUSTAKA
Alwi. L. 2004.
berkelanjutan karena disamping memiliki
Kendari, Sulawesi Ten ggara.
konstribusi produksi yang nyata dan beragam
Arsyad. S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Pres, Bogor
juga berfungsi konservatif terhadap lingkungan dan keadaan sosial, sehingga menjamin ekonomi yang lebih luas dan keamanan pangan yang lebih tinggi (FAG, 1989 dalam Marwah 20A4.
FAC. 1976. A Framework Of Land Evaluation. F.A.0. Soil Bull. No. 32lt/illri pull. No.22. Rome, ltaly.30 h. Hardiowigeno, S. 1994. Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Pertanian Daerah dan
KESIMPULAN DAN SARAN
Bangunan. Pendidikan dan Pelatihan Survey Penggunaan Tanah Pegawai
Kesimpulan yang diperoleh pada di wilayah DAS
Badan Pertanahan Nasional. Anggkatan
lll.
penggunaan lahan usahatani
AGRIPLUS, Volumc 17 Nomor
Perencanaan Pola Usahatani Lahan
Kering Untuk mendukung Pertanian Berkelanjutan di Sub DAS Konaweha
03
Lembaga Pengabdian Masyarakat
Sepccnber 2M7, ISSN 0854-0IZB
93
dan Faperta IPB bekerjasama dengan Badan Pertanahan Nasional. Bogor.
Huyat| U. 2002. Makalah Strategi
Pascasarjana. IPB, Bogor.
Marwah, S. 2002. Makalah Pengelolaan Entisol
Untuk
Pengelolaan
Mendukung
Pertanian
Inceptisol Untuk Pertanian Berkelanjutan
Berkelanjutan. Program Pasca Sarjana.
di Indonesia. Program
IPB, Bogar
Pascasarjana. IPB,
Bogor.
Sinukaban. 1994. Membangun pertanian Menjadi lndustri yang Lestari dengan Pertanian konservasi, Orasi ilmiah guru Besar ilmu
Marwah, S. 2002. Perencanaan Sistem Usahatani
Lahan Kering Dalam
Mewujudkan
konservasi Tanah
di DAS Wanggu Kendari Sulawesi Tenggara Program Pertanian Berkelanjutan
AGRIPLUS, Yolume 17 Nomor
dan Air.
Pertartanian, IPB, Bogar.
03
September 2M7, ISSN 0854-0U8
Fakultas