[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.2 Agustus 2015]
AFIASI
Hubungan Pengetahuan, Sikap, Motivasi dan Peran Petugas LSM terhadap Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Komunitas GWL Jambi Relationship of knowledge, Attitude, motivation and the role of LSM worker on behavior of prevention HIV/AIDS in Jambi GWL of community
Bs. Titi Haerana, Muslimah Program Studi KesehatanMasyarakat, STIKES Harapan Ibu, Jambi Abstrak GWL (Gay Waria Lelaki Suka Seks Lelaki) merupakan salah satu kelompok yang berisiko mempercepat penularan HIV/AIDS. Dari data KPA (Komisi Penaggulangan AIDS) diketahui 1,13 juta GWL Indonesia merupakan populasi rawan tertular HIV/AIDS.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional, menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah sampel 83 GWL. Instrument yang digunakan kuesioner, dianalis secara univariat dan untuk melihat hubungan antar variabel dilakukan uji statistik yaitu uji chi-square.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan (p-Value = 0,000), sikap (p-Value=0,015) dan motivasi (p-Value=0,005)dan peran petugas LSM (p-Value=0,003) dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada komunitas GWL Kota Jambi Tahun 2014.Diharapkan agarperan petugas ditingkatkan melalui sosialisasi tentang HIV/AIDS kepada masyarakat itu sendiri terutama kepada GWL yang belum teridentifikasi dalam data MWGJ dan belum mendapatkan akses informasi seputar HIV/AIDS. Kata Kunci :Pengetahuan, sikap, motivasi, peran petugas LSM, HIV/AIDS
Pendahuluan Human Immunodefiency Virus dan Acquired Immuno Deficiency (AIDS) disebabkan oleh infeksi virus human immunode fiency virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan heteroseksual, transfusi darah yang tidak aman, penggunaan jarum suntik bersama yang terkontaminasi secara bergantian dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui kandungan dan menyusui1. Sistem kekebalan tubuh terdiri dari sel-sel, termasuk sel-T dan yang memerangi kuman dan infeksi. Bila HIV memasuki tubuh, virus itu memasuki sel-T dan kadang kala sembunyi disana tanpa diketahui untuk beberapa lama. Jadi orang yang sudah terinfeksi bisa tampak sangat sehat, namun menjadi sumber penularan bagi orang lain. Pada suatu saat HIV memperbanyak diri dan mulai merusak sel-T sistem pertahanan tubuh menjadi lemah dan tidak mampu memerangi kuman yang berada didalam dan disekitar tubuh. Akhirnya orang yang terkena AIDS akan meninggal karena berbagai penyakit dan kanker langka2. Tes HIV hanya boleh dilakukan jika ada persetujuan dari kita sendiri dengan disertai konseling (pemberian informasi yang lengkap) sebelum dan sesudah tes. Lagi pula, hasil tes harus dirahasiakan. Hanya ada kewajiban untuk melaporkan kasus jika sudah dimasa AIDS. Laporan tersebut hanya mencantumkan jenis kelamin dan usia, tanpa identitas lain. Status HIV sifatnya rahasia bagi orang selain kita dan dokter atau konselor kita; kitalah yang dapat memutuskan jika orang lain (termasuk keluarga) yang ingin kita mengetahui.3
Abstract GWL is one of the risk groups accelerate the spread of HIV / AIDS . From the data KPA ( AIDS Commission ) known to 1.13 million GWL Indonesia is vulnerable population infected with HIV / AIDS.This research is a quantitative research with cross sectional method , using the accidental sampling with a sample of 83 GWL . Instrument used questionnaires , were analyzed using univariate and to see the relationship between variables , namely statistical test chi-square test. The results showed that there is a relationship between knowledge ( p Value = 0.000 ) , attitude ( p - Value = 0.015 ) and motivation ( p - Value = 0.005 ) and the role of NGO workers ( p - Value = 0.003 ) with the behavior of HIV / AIDS prevention GWL community Jambi City Year 2014.It is expected that the role of officers increased through dissemination of HIV / AIDS to the community itself mainly to GWL who has not been identified in the data MWGJ and not gain access to information about HIV / AIDS Keywords: Knowledge, attitudes, motivation, role of NGO workers , HIV / AIDS
1
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.2 Agustus 2015]
GWL (Gay, Waria, LSL → Lelaki suka seks lelaki) merupakan salah satu kelompok yang berisiko mempercepat penularan HIV/AIDS hal ini terkait dengan perilaku berisiko pada komunitas ini. Oleh karena itu perilaku pencegahan terhadap HIV/AIDS seharusnya dilakukan oleh komunitas ini. Upaya pencegahan HIV/AIDS berperan juga petugas kesehatan, dimana peran petugas kesehatan sebaiknya memberikan atau mengadakan penyuluhan-penyuluhan pada semua lapisan masyarakat termasuk juga bagi komunitas GWL untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan motivasi untuk melakukan perilaku pencegahan. MWGJ adalah suatu organisasi atau LSM yang anggotanya adalah para pria yang peduli terhadap kegiatan isu-isu sosial seperti pencegahan dan penanggulangan penularan virus HIV/AIDS, pemberdayaan komunitas GWL (Gay,Waria, LSL) dalam kesamaan hak maupun isu masalah diskriminasi terhadap GWL serta Kesehatan produksi untuk teman-teman GWL di Kota Jambi. MWGJ memprediksi jumlah GWL Kota Jambi berjumlah 1000 an sedangkan yang teridentifikasi berjumlah 812 dan anggota yang tercatat dalam LSM MWGJ Tercatat berjumlah 560 GWL. Pada abad ke-20, istilah GAY direkomendasikan oleh kelompok-kelompok besar dan paduan gaya penulisan untuk menggambarkan orang yang tertarik pada yang berkelamin sama dengannya. Cara berpakain, bersikap, dan bergaul seseorang apakah ia tampil maskulin, feminism atau androgin (antara maskulin dan feminism) tidak berhubungan dengan orientasi seksual seseorang. Tampil maskulin, feminism, atau androgin adalah ekspresi gender seseorang3. Waria dalam kamus ilmiah popular adalah kependekan dari wanita pria, Waria merupakan seorang individu yang secara lahiriah dia terlahir dengan jenis kelamin laki-laki namun memiliki kecendurungan sikap, sifat, kepribadian dan hasrat seperti seorang perempuan dan untuk memenuhi hasratnya sebagai seorang perempuan maka dalam kehidupan sosialnya dia mengambil peran sebagai seorang perempuan, mulai dari cara berpakaian, cara berjalan cara berbicara serta tingkah laku lainnya yang menyerupai layaknya seorang perempuan. Seorang Waria ataupun yang lainnya bukanlah kondisi dimana seorang manusia dimasuki roh jahat atau energi negatif lainnya
AFIASI
sehingga membutuhkan proses pelepasan dengan menggunakan ritual-ritual tertentu3. Ada pula dengan istilah LSL → (Lelaki Suka Seks Lelaki) yaitu menggambarkan sebuah konsep penamaan baru terhadap komunitas laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan jenis kelamin yang sama yaitu laki-laki tetapi juga melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Terlepas dari kata gay yang merupakan Stigma yang diberikan masyarakat untuk komunitas ini, LSL tampak lebih universal entah dia sebagai pelaku yang murni hanya melakukan hubungan seks dengan laki-laki atau juga dengan turut melakukan hubungan seks dengan lawan jenis, asalkan dia sudah pernah melakukan hubungan seks dengan sesama jenis laki-laki, maka dia sudah bisa disebut LSL. Setiap orang mempunyai kepercayaan masingmasing. Seperti halnya masyarakat secara umum, banyak GWL yang beragama dan melakukan aturan agamanya dengan taat. Bahkan ada GWL yang menjadi pendeta, tokoh agama dan tokoh religious lainnya4. Mengingat bahwa setiap manusia dilahirkan secara bebas berhak menikmati HAM tanpa adanya perbedaan seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, pendapat politis atau lainnya, Negara atau masyarakat asal, tempat lahir atau status lainnya, tetapi keberadaan mereka masih mendapat diskriminasi. GWL merupakan salah satu kelompok yang berisiko mempercepat penularan HIV/AIDS. Dari data KPA (Komisi Penaggulangan Aids) diketahui 1,13 juta GWL Indonesia merupakan populasi rawan tertular HIV/AIDS5. Dilihat juga dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jambi diketahui kasus baru HIV/AIDS di Kota Jambi selalu mengalami peningkatan pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 yaitu sebanyak 839 orang. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan, pengetahuan, sikap dan motivasi serta peran petugas LSM Terhadap Perilaku Pencegahan HIV.AIDS pada komunitas GWL (Gay Waria Lelaki suka seks Lelaki) Kota Jambi Tahun 2014. Metode Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain crosssectional yang bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan sikap dan motivasi dan peran petugas LSM terhadap perilaku
2
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.2 Agustus 2015]
pencegahan HIV/AIDS pada komunitas GWL (Gay, Waria, LSL → Lelaki Suka Seks Lelaki) Kota Jambi Tahun 2014. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Januari sampai 3 Februari 2015 yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh Ketua LSM MWGJ. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota komunitas GWL Kota Jambi yang berjumlah 560 responden. Tekhnik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode accidental sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 83 responden. Variabel independennya adalah pengetahuan, sikap, motivasi, dan peran petugas LSM MWGJ Sedangkan variabel Dependennya adalah perilaku pencegahan HIV/AIDS. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dan dilakukan analisis bivariat.
AFIASI
pencegahan HIV/AIDS pada komunitas GWL Kota Jambi Tahun 2015 Pembahasan
1. Hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan HIV/AIDS pada GWL Kota Jambi Tahun 2014
Perilaku Komunitas
Berdasarkan hasil penelitian analisis data diketahui bahwa dari 39 komunitas GWLyang memiliki pengetahuan yang rendah, sebanyak 26 orang (66,7%) mempunyai perilaku pencegahan HIV/AIDS yang kurang baik dan 13 orang (33,3%) mempunyai perilaku pencegahan HIV/AIDS yang baik. Sedangkan 44 komunitas GWL lainnya yang memiliki pengetahuan yang tinggi sebanyak 10 orang (22,7%) mempunyai perilaku pencegahan HIV/AIDS yang kurang baik dan sebanyak 34 orang (77,3%) mempunyai perilaku pencegahan HIV/AIDS yang baik.
Hasil Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, sikap, motivasi GWL dan peran petugas LSM terhadap perilaku
Tabel 1. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Motivasi, dan Peran Petugas LSM dengan pencegahan HIV/AIDS pada Komunitas GWL Kota Jambi Tahun 2014 Pencegahan diare total P Value kurang baik Baik Variabel n % n % n % Pengetahuan Rendah 26 66,7 13 33,3 39 100 Tinggi 10 22,7 34 77,3 44 100 0,000 Jumlah 36 43,4 47 56,6 83 100 Sikap Negatif 22 59,5 15 40,5 37 100 Positif 14 30,4 32 69,6 46 100 0,015 Jumlah 36 43,4 47 56,6 83 100 Motivasi Kurang baik Baik
63,6 30,0 43,4
12 35 47
36,4 70,0 56,6
33 46
100 100
Jumlah
21 15 36
83
100
Peran Petugas LSM Kurang Baik
19
67,9
9
32,1
28
100
Baik
17
30,9
38
69,1
55
100
Jumlah
36
43,4
47
56,6
83
100
Sedangkan 44 komunitas GWL lainnya yang memiliki pengetahuan yang tinggi sebanyak 10 orang (22,7%) mempunyai perilaku pencegahan HIV/AIDS yang kurang baik dan sebanyak 34 orang (77,3%) mempunyai perilaku pencegahan HIV/AIDS yang baik. Hasil analisis bivariat
0,005
menunjukkan bahwa ada hubungan (p value = 0,000) antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada komunitas GWL Kota Jambi. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dantik Setiana (2011), yang
3
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.2 Agustus 2015]
mengatakan bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan pencegahan penularan penyakit HIV/AIDS. Pengetahuan merupakan salah satu dari ketiga komponen pembentuk sikap yaitu komponen koqnitif. Dalam teori Rosenberg, pengetahuan dan sikap berhubungan secara konsisten. Bila komponen koqnitif (pengetahuan) berubah, maka akan diikuti perubahan sikap. Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan seseorang seharusnya berhubungan dengan sikapnya6. Hasil penelitian ini mendukung teori yang mengatakan pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan yang diperoleh mahasiswa tentang pencegahan penularan penyakit HIV/AIDS kemungkinan didapatkan dari hasil mendengar dan melihat, dimana dari hasil melihat dan mendengar bahwa pencegahan penularan penyakit HIV/AIDS harus dilakukan7. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa komunitas GWLyang mempunyai pengetahuanrendah lebih banyak yang kurang baik dalam melakukan pencegahan HIV/AIDS, sebaliknya komunitas GWLyang mempunyai pengetahuan tinggi lebih banyak yang baik dalam melakukan pencegahan HIV/AIDS. Tingkat pengetahuan komunitas GWL tentang pencegahan HIV/AIDS sangat berperan dalam menentukan sikap yang utuh dari komunitas GWL. Pengetahuan ini akan membawa komunitas GWL untuk berpikir dan berusaha supaya dirinya tidak mengalami infeksi atau tertular HIV/AIDS. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga komunitas GWL tersebut berniat (cenderung bertindak) untuk melakukan pencegahan dengan menerapkan prinsip-prinsip pencegahan penularan HIV/AIDS. 2. Hubungan Sikap dengan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Komunitas GWL Kota Jambi Tahun 2014 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa didapatkan dari 37 komunitas GWLyang memiliki sikap yang negatif, sebanyak 22 orang (59,5%) mempunyai perilaku pencegahan HIV/AIDS yang kurang baik dan 15 orang (40,5%) mempunyai perilaku pencegahan HIV/AIDS yang baik. Sedangkan 46 komunitas GWL lainnya yang
AFIASI
memiliki sikap yang positif sebanyak 14 orang (30,4%) mempunyai perilaku pencegahan HIV/AIDS yang kurang baik dan sebanyak 32 orang (69,6%) mempunyai perilaku pencegahan HIV/AIDS yang baik. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan (p value = 0,015) antara sikap dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada komunitas GWL Kota Jambi Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Tunut yang mengatakan bahwa ada hubungan bermakna antara sikap dengan pencegahan penularan penyakit HIV/AIDS. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa komunitas GWL yang mempunyai sikap negatif lebih banyak yang kurang baik dalam melakukan pencegahan HIV/AIDS, sebaliknya komunitas GWL yang mempunyai sikap positif lebih banyak yang baik dalam melakukan pencegahan HIV/AIDS. Sikap komunitas GWL juga memegang peranan yang penting dalam melakukan pencegahan HIV/AIDS, hal ini dikarenakan mereka yang lebih tinggisikapnya akan melakukan melakukan pencegahandengan baik karena pencegahan HIV/AIDS sangat penting jika tidak dilakukan dengan baik maka akan membahayakan, dengan sikapyang baik maka mereka akan melakukan pencegahan HIV/AIDS dengan baik. Sikap yang diharapkan pada komunitas GWL tentang pencegahan penyakit HIV/AIDS tentu saja sikap positif yang pada tingkat lebih baik lagi yaitu sikap pada tingkat bertanggung jawab (responsible), dimana komunitas GWL diharapkan bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan dalam pencegahan penyakit HIV/AIDS . Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa sikap responden masih ada yang negatif dikarenakan kurangnya kesediaan untuk bertindak oleh responden untuk melakukan pencegahan HIV/AIDS. Hal ini dikarenakan kurangnya bimbingan yang didapat. Responden dengan sikap yang negatif tersebut dikarenakan kurangnya keinginan untuk melakukan pencegahan HIV/AIDS dan tidak memahami cara-cara memelihara dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Sehingga mereka tidak memahami manfaat pencegahan tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut dapat diartikan bahwa sikap responden ternyata masih rendah.
4
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.2 Agustus 2015]
3. Hubungan Motivasi dengan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Komunitas GWL Kota Jambi Tahun 2014 Berdasarkan hasil penelitian analisis data diketahui bahwa didapatkan dari 33 komunitas GWLyang memiliki motivasi yang kurang baik, sebanyak 21 orang (63,6%) mempunyai perilaku pencegahan HIV/AIDS yang kurang baik dan 12 orang (36,4%) mempunyai perilaku pencegahan HIV/AIDS yang baik. Sedangkan 46 komunitas GWL lainnya yang memiliki motivasi yang baik sebanyak 15 orang (30%) mempunyai perilaku pencegahan HIV/AIDS yang kurang baik dan sebanyak 35 orang (70%) mempunyai perilaku pencegahan HIV/AIDS yang baik. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan (p value = 0,005) antara motivasi dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada komunitas GWL Kota Jambi. Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa salah satu usaha untuk mencapai perilaku tersebut adalah dengan motivasi yang baik. Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan7. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa komunitas GWLyang mempunyai motivasi yang kurang baik lebih banyak yang kurang baik dalam melakukan pencegahan HIV/AIDS, sebaliknya komunitas GWLyang mempunyai sikap positif lebih banyak yang baik dalam melakukan pencegahan HIV/AIDS. Motivasi komunitas GWLjuga memegang peranan yang penting dalam melakukan pencegahan HIV/AIDS, hal ini dikarenakan mereka yang lebih baik motivasinya akan melakukan pencegahandengan baik karena pencegahan HIV/AIDS sangat penting jika tidak dilakukan dengan baik maka akan membahayakana diri sendiri, dengan motivasiyang baik maka mereka akan melakukan pencegahan HIV/AIDS dengan baik. Bagi komunitas GWLdiharapkan kesadarannya untuk memeriksakan diri ke petugas kesehatan setiap 6 bulan sehingga tidak menyebarkan penularan kepada orang lainnya. Untuk itu diperlukan adanya pendidikan dan pengenalan penyakit kepada komunitas GWLdan masyarakat sekitarnya dari petugas kesehatan.
AFIASI
4. Hubungan Peran Petugas LSM dengan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Komunitas GWL Kota Jambi tahun 2014 Berdasarkan hasil penelitian analisis data diketahui bahwa didapatkan dari 28 komunitas GWLyang berpendapat bahwa peran petugas LSMyang kurang baik, sebanyak 19 orang (67,9%) mempunyai perilaku pencegahan HIV/AIDS yang kurang baik dan 9 orang (32,1%) mempunyai perilaku pencegahan HIV/AIDS yang baik. Sedangkan 55 komunitas GWL lainnya yang berpendapat bahwa peran petugas LSM baik sebanyak 17 orang (30,9%) mempunyai perilaku pencegahan HIV/AIDS yang kurang baik dan sebanyak 38 orang (69,1%) mempunyai perilaku pencegahan HIV/AIDS yang baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arisman (2009) didapatkan kesimpulan bahwa faktor tingkat pengetahuan pekerja seks komersial, sikap dan peran petugas kesehatan merupakan faktor utama yang menyebabkan kurangnya peran mandiri terhadap konseling dan tes HIV. Seperti pendapat Chris,W, Greenmengetakan upaya pencegahan HIV/AIDS berperan juga petugas kesehatan, dimana peran petugas kesehatan sebaiknya memberikan atau mengadakan penyuluhan-penyuluhan pada semua lapisan masyarakat termasuk juga bagi komunitas GWL jambi. Disinilah kita bisa melihat bagaimana petugas kesehatan dalam mendorong atau memberi motivasi kepada anggota komunitas GWL dalam melakukan perilaku pencegahan HIV/AIDS3. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa komunitas GWL yang berpendapat bahwa peran petugas LSM kurang baik lebih banyak yang kurang baik dalam melakukan pencegahan HIV/AIDS, sebaliknya komunitas GWL yang berpendapat bahwa peran petugas LSM baik lebih banyak yang baik dalam melakukan pencegahan HIV/AIDS. Fakta sehari-hari di dalam masyarakat, Gay/Waria/LSL selalu hidup mengelompok karena latar belakang kehidupan sosialnya. Dan dalam hal ini sengaja atau tidak sengaja ternyata membuat mereka menjadi orang yang terdiskriminasi, baik dari lingkungan keluarga atau masyarakat. Selain itu oleh kelompok tertentu Gay/Waria/LSL juga dicap sebagai prostitusi, penyebar HIV/AIDS dan
5
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.2 Agustus 2015]
juga kriminal. Hal ini merupakan masalah besar kehidupan Gay/Waria/LSL di dalam masyarakat yang harus segera ada penyelesaiannya. LSM MWGJ (Macam Warna Gaya Jambi) dibentuk dengan tujuan sebagai wadah berkumpulnya bagi komunitas Gay/Waria/LSL yang ada di Kota Jambi untuk berbagi informasi yang baik dan benar tentang bahaya penyalahgunaan Narkoba serta pencegahan penularan penyakit IMS dan HIV/AIDS, kesehatan reproduksi serta informasi lainnya. Pemberdayaan komunitas dan dengan informasi yang baik dan benar tersebut, diharapkan kedepannya para Gay/Waria/LSL di Kota Jambi dapat bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri serta lingkungan disekitar nya, sehingga nantinya stigma dan Diskriminasi terhadap Gay/Waria/LSL dapat hilang dan dapat hidup berdampingan dengan masyarakat umum lainnya.
AFIASI
4. Sri Agustine, 2007. Prinsip-Prinsip Yogyakarta, Penerbit Ardanary Institute Jakarta, 5. Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jambi Tahun, Jambi. 6. Dantik Setiana (2011), Hubungan Bermakna Antara Pengetahuan dengan Pencegahan Penularan Penyakit HIV/AIDS 7. Notoatmodjo, S, (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Kesimpulan Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, motivasi GWL dan peran petugas LSM terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada komunitas GWL Kota Jambi Tahun 2015 Saran 1.
Meningkatkan peran petugas kesehatan melakukan penyuluhan secara langsung (melalui leflet, poster, atau dari media elektronik lainnya) untuk meningkatkan pengetahuan, motivasi dan sikap positif ke komunitas GWL. 2. Meningkatkan peran petugas LSM sebagai lembaga yang menaungi komunitas LSM untuk dapat melakukan penyebaran informasi ke komunitas GWL.
Daftar Pustaka 1. Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jambi Tahun, Jambi. 2. Murni, Suzana., Green, W., Cris, dkk. 2013. Hidup Dengan HIV/AIDS. Jakarta. Penerbit : Yayasan Spiritia. 3. Chris, W., Green. 2013. HIV dan TB, Jakarta, Penerbit : Yayasan Spitiria.
6