Prosiding Seminar Nasional 2013 Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Melalui Pendekatan Peka Budaya
Pengalaman Klien Pengguna Narkoba Suntik yang Terinfeksi HIV/AIDS dalam Meningkatkan Kualitas Hidup di Rumah Cemara Bandung Tri Ardayani Feri Masri Blacius Dedi Abstrak Klien dengan HIV/AIDS merupakan suatu yang berat dalam hidup, permasalahan yang kompleks selalu dihadapi setiap hari, kondisi penyakit yang disertai dengan stigma sosial menyebabkan membawa efek dominan menurunnya kualitas hidup KDHA dari segi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi pengalaman klien dengan HIV/AIDS dalam meningkatkan kualitas hidup di Rumah Cemara Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif analisis fenomenologi. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah empat orang. Metode pengumpulan data dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian memperoleh lima tema yaitu: 1) Pecandu narkoba suntik 2) Marah 3) Menurunya daya tahan tubuh 4) Keluarga dan lingkungan mendukung 5) Rendahnya dalam pemenuhan spiritual. kesimpulan penelitian dari lima tema yang didapat dilihat dari aspek fisik adalah rendah yang ditandai dengan partisipan sering sakit dan lama untuk sembuh serta sudah terkena infeksi oppurtunistik, dilihat dari aspek emosional rendah yang ditandai sering muncul perasaan marah dan frustasi, dilihat dari aspek sosial baik yang ditandai adanya dukungan dari keluarga dan lingkungan. dilihat dari aspek spiritual rendah yang di tandai dengan jarangnya melakukan ibadah. Saran bagi klien dengan HIV/AIDS harus lebih meningkatkan kedisiplinan dalam menjaga kondisi fisik klien seperti pengaturan makan dan aktifitas sehari-hari untuk mencegah terjadinya komplikasi. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan menggunakan berbagai metode baik kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian selanjutnya dilakukan kepada partisipan yang mengalami infeksi HIV/AIDS memalui transseksual. Kata kunci: Pengalaman Klien, Kualitas Hidup, Klien dengan HIV/AIDS
Abstract Become a client with HIV/AIDS is a heavy things on life, complex problems is always faced day by day, the diseases is accompanied with social stigma which caused dominant effect that decreasing the quality of life of ODHA (person with HIV/AIDS) from the facet of physical, psychological, social and spiritual. The aim of this research is to identified the experience from the client with HIV/AIDS on in improving quality of life at Rumah Cemara Bandung. The research method which used is qualitative phenomenological analysis. The participant in this study amounted to four participant. Methods of collecting data with depth interview. The result obtained five themes, namely : 1) drugs injecting addict 2) angry 3) immune deficiency 4) family and neighborhood support 5) less on spiritual needed. conclusion of the five research themes derived from the physical aspect is seen lower participants often characterized by pain and longer to heal and are infected oppurtunistik, seen from a low emotional aspect that indicated frequent feelings of anger and frustration, viewed from the social aspects of both marked the support of family and the environment. seen from the spiritual aspect of the mark with low infrequent worshipers. Advice for clients with HIV / AIDS must be increased discipline in maintaining the physical condition of clients such as eating arrangements and daily activities to prevent complications. Subsequent researchers can conduct research using a variety of qualitative and quantitative methods. Subsequent research carried out to participants who become infected with HIV / AIDS through transsexual. Keywords: Client Experience, Quality of Life, Client with HIV/AIDS
419
Prosiding Seminar Nasional 2013 Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Melalui Pendekatan Peka Budaya
Kesehatan RI jumlah orang dengan infeksi HIV/AIDS. Pada tahun 2011 dilaporkan jumlah kasus baru AIDS sebanyak 4.162 dan kasus kumulatif AIDS sebanyak 29.879 (Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2012). Menurut data Dinas Kesehatan Jawa Barat sampai dengan Desember 2001, tercatat secara kumulatif ada 395 kasus yang terdiri dari 362 kasus HIV dan 33 kasus AIDS. Kasus AIDS pertama di temukan di Kota Bandung tahun 1989 (2 tahun sesudah kasus pertama di Indonesia di temukan di Bali tahun 1987). Jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS di Jawa Barat sebanyak 4929, HIV positif sebanyak 2999, AIDS sebanyak 1930. Jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS Kota Bandung sebanyak 1500 penderita (Dinkes Prov.Jabar, 2009). Infeksi HIV saat ini belum ditemukan pengobatannya, sehingga sangat memungkinkan seseorang yang menderita AIDS sering mengalami masalah-masalah psikologis. Perasaan depresi juga dapat menekan sistem imun sehingga individu lebih rentan terhadap penyakit dan kesakitan (National Safety Council, 2003). Dampak yang diakibatkan dari suatu penyakit tersebut berdasar pada pemahaman penderita terhadap penyakit dan terapi yang dilakukan ternyata berdampak terhadap fungsi dan kondisi sehat dari sudut pandang penderita (Wang et al. 2000). Penilaian tersebut dikenal sebagai kualitas hidup dan dianjurkan sebagai pencerminan bagaimana penderita tersebut merespon suatu penyakitnya
Pendahuluan Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) dapat mengancam seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kelas ekonomi, usia maupun jenis kelamin. Situasi yang dihadapi penderita HIV/AIDS sangat kompleks, selain harus menghadapi penyakitnya sendiri, mereka juga menghadapi stigma dan diskriminasi, sehingga mengalami masalah pada fisik, psikis, dan sosial yang memerlukan intervensi komprehensif meliputi medikamentosa, nutrisi, dukungan sosial maupun psikoterapi/konseling (Effendy, 2008). Data di dunia tahun 2011 menunjukan Lebih dari 34 juta orang sekarang hidup dengan HIV/AIDS. Sekitar 2,5 juta orang yang baru terinfeksi HIV. 330.000 berada di bawah usia 15 tahun. Setiap hari hampir 7.000 orang tertular HIV. Masih di tahun 2011, WHO melaporkan 1,7 juta orang meninggal karena AIDS. 230.000 dari mereka di bawah usia 15 tahun. WHO menyimpulkan pada awal epidemi, HIV/AIDS ada 60 juta orang telah terinfeksi HIV dan hampir 30 juta telah meninggal terkait AIDS (WHO/UNAIDS, 2012). Indonesia telah digolongkan sebagai negara tingkat epidemik, dengan jumlah penderita HIV/AIDS yang semakin lama semakin meningkat. Menurut Ditjen Pemberantas Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Kementrian
420
Prosiding Seminar Nasional 2013 Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Melalui Pendekatan Peka Budaya
atau tindakan medis berdasar kondisi yang dialami penderita. Menurut Molnar, (2009). Kualitas hidup individu dapat diketahui dengan kondisi ideal yang diinginkan oleh individu. Lingkup dari konsep dan pengukuran kualitas hidup harus berpusat pada persepsi subjektif individual mengenai kualitas hidup dari kehidupannya sendiri sebagai KDHA (Mendlowicz & Murray, 2012). Carr et al. (2012) bahwa kualitas merupakan konstruk individual yang menjadi pertimbangan dalam pengukuran kualitas hidup yang tepat. (Gill & Feinstein,1994) dalam Rachmawati 2013. Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu tentang posisinya dalam kehidupan, dalam hubungannya dengan sistem budaya dan nilai setempat dan berhubungan dengan cita-cita, pengharapan, dan pandangan-pandangannya, yang merupakan pengukuran multidimensi, tidak terbatas hanya pada efek fisik maupun psikologis pengobatan. Penelitian yang dilakukan Makukula dan Makoleka, (2010). Tentang kualitas hidup dan Kepatuhan terhadap Obat Antiretroviral pada klien yang terinfeksi HIV/AIDS. Jenis penelitian yang digunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini menunjukan bahwa Kemanjuran obat antiretroviral HIV/AIDS menunjukkan penghambatan replikasi virus dan pengurangan viral load ke titik di mana partikel virus yang tidak terdeteksi dalam darah orang yang
terinfeksi. Orang dengan HIV/AIDS yang tidak mematuhi pengobatan untuk setidaknya satu tahun cenderung mengalami AIDS berhubungan dengan kematian. Oleh karena itu kepatuhan terhadap rejimen ARV sangat penting tidak hanya untuk kesehatan pasien individual, tetapi juga untuk kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Penentuan obat kepatuhan mengarah ke pengembangan inovatif, intervensi yang efektif diperlukan untuk memfasilitasi perilaku mengubah, meningkatkan kualitas hidup dan mencegah resistensi terhadap obat antiretroviral. Sementara itu studi tentang kepatuhan terhadap pengobatan telah menunjukkan bahwa ada tiga cara utama mengukur kepatuhan pengobatan yaitu: jumlah pil, laporan dari klien dan Event Pengawasan Obat. Sumber stres terbesar pada ODHA adalah kematian, efek samping obat, diskriminasi, ditinggal oleh orang yang disayang dan diketahuinya status HIV/AIDS oleh orangorang terdekat. Mekanisme koping yang digunakan adalah reaksi yang berorientasi pada ego, sebagian besar partisipan melakukan denial, projeksi, displacement, isolasi dan menyembunyikan status. Reaksi yang berorientasi pada verbal yang banyak dilakukan adalah meremas dan diam, sedangkan reaksi yang berorientasi pada masalah partisipan lebih banyak mencari tahu tentang HIV/AIDS dengan membaca buku atau
421
Prosiding Seminar Nasional 2013 Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Melalui Pendekatan Peka Budaya
menanyakan pada orang yang lebih tahu tentang HIV/AIDS. Menjadi klien dengan HIV/AIDS merupakan suatu yang berat dalam hidup, dimana permasalahan yang kompleks selalu dihadapi setiap hari, bukan hanya berurusan dengan kondisi penyakit, tetapi kondisi penyakit yang disertai dengan stigma sosial yang sangat diskriminatif. Seseorang akan merasa bahwa dirinya tidak berguna, tidak ada harapan, takut, sedih, marah dan muncul perasaan lainnya. Bagi orang yang dinyatakan positif HIV pasti akan mengalami atau menghadapi isu-isu kompleks seperti permasalahan bio, psiko, sosial, dan spiritual. Berdasarkan latar belakang itulah mengapa peneliti tertarik
meneliti tentang pengalaman pengguna narkobasuntik yang terinfeksi HIV/AIDS dalam meningkatkan kualitas hidup, yang mana kualitas hidup merupakan masalah yang penting dalam pengalaman para penderita penyakit yang telah berhasil mengendalikan penyakitnya dan memperpanjang masa hidup yang dilaluinya. Berdasarkan latar belakang penelitian maka tujuan penelitian ini adalah mengungkap secara mendalam “Bagaimanakah Pengalaman klien pengguna narkoba suntik yang terinfeksi HIV/AIDS dalam meningkatkan kualitas hidup di Rumah Cemara Bandung?”. dilihat dari segi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Subjek penelitian ini adalah empat klien pengguna narkoba suntik yang terinfeksi HIV/AIDS di Rumah Cemara Bandung. Sesuai fokus penelitian maka yang di jadikan subjek penelitian adalah klien pengguna narkoba suntik yang terinfeksi HIV/AIDS, untuk mendapatkan data tersebut peneliti meminta bantuan pada seorang relawan yang terlibat dalam salah satu yayasan yang bergerak dalam penyakit HIV/AIDS yang ada di kota Bandung untuk memperoleh klien pengguna narkoba suntik yang terinfeksi HIV/AIDS yang bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini. Empat empat klien pengguna narkoba suntik yang terinfeksi HIV/AIDS bersedia untuk mengisi
Metode Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode analisi fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah sebuah metode penelitian yang di gunakan untuk meneliti fenomena yang sulit untuk dikuantifikasi atau di katagorikan. Metode ini memuat informasi yang di peroleh dari data tertulis hasil wawancara (nonnumerik) (Polit & Beck, 2004). Menurut Bogdan dan Taylor, (1975) dalam Moleong, (2007) penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
422
Prosiding Seminar Nasional 2013 Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Melalui Pendekatan Peka Budaya
Informed Consent sebagai subjek penelitian. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April -Juli 2013. Dalam upaya menjamin ke akuratan data, hasil wawancara atau in-depth interview segera dianalisissetelah pengumpulan data selesai di lakukan. Wawancara mendalam atau in-depth interview digunakan peneliti untuk mendapatkan data atau informasi tentang masalah-masalah yang diteliti. Adapun wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi struktur untuk mengungkap beberapa hal anatara lain aktifitas partisipan yang dilakukan sehari-hari, keadaan fisik yang dialami sejak menderita HIV/AIDS sampai sekarang, perasaan apa saja yang dirasakan selama menjalani kehidupan dengan status sebagai klien pengguna narkoba suntik yang terinfeksi HIV/AIDS, bagai mana menjalani kehidupan sosial dan spiritualnya. Analisis data penelitian kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milihnya menjadi suatu yang dapat di kelola, mensintesiskanya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang di pelajari, Pembahasan
dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Maleong, 2007).Pengkodean dalam analisa data penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu: 1. Level I Pengkodean dilakukan dengan menggaris bawahi kata-kata partisipan (kata kunci), seandainya data tidak sesuai atau perlu di klarifikasi maka peneliti kembali kepada partisipan di area penelitian. 2. Level II Kata-kata kunci di temukan dikelompokan untuk membuat kategori. 3. Level III Setelah membuat kategorikategori kemudian mencari keterkaitan antara kategori satu dengan yang lainya untuk membuat tema yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Validasi data atau keabsahan data (trustworhineess) dalam penelitian ini menggunakan empat kriteria dalam teknik pemeriksaan yaitu meliputi derjat kepercayaan (credibility), dan derajat keteralihan (transferability), derajat ketergantungan (dependability), dan derajat kepastian (confrimability) (Maleong, 2007). suntik yang terinfeksi HIV/AIDS,. Karakteristik Partisipan dalam penelitian secara lengkap bisa dilihat pada Tabel 1.
Pemilihan partisipan dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan kesediaan klien pengguna narkoba
423
Prosiding Seminar Nasional 2013 Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Melalui Pendekatan Peka Budaya
Tabel 1 Rekapitulasi Karakteristik Partisipan Partisipan 1 2 3 4
Usia 33 tahun 40 tahun 37 tahun 31 tahun
Agama
Suku
Pendidikan
Lama terinfeksi HIV/AIDS
Tempat Rehabilitasi
Islam
Sunda
SMA
14 tahun
Rumah cemara
Islam
Sunda
SMA
10 tahun
Rumah cemara
Islam
Sunda
SMA
10 tahun
Rumah cemara
Islam
Sunda
SMA
11 tahun
Rumah cemara
Analisis table 1: partisipan dalam penelitian ini rata-rata berusia 30 tahun, semua partisipan beragama Muslim dan bersuku sunda, pendidikan terakhirnya SMA. Lama terinfeksi HIV/AIDS rata-rata 10 tahun. Tempat rehabilitasnya di Rumah cemara Bandung. Hasil wawancara dengan empat partisipan dapat diidentifikasi 5 tema yang muncul. Tema terebut yaitu: 1) Pecandu narkoba suntik 2) Marah 3) Menurunya daya tahan tubuh 4) Keluarga dan lingkungan mendukung 5) Rendahnya dalam pemenuhan spiritual. Klien yang terinfeksi HIV/AIDS, sejalan dengan penurunan derajat imunitas pasien, terutama imunitas seluler dan menunjukan gambaran penyakit yang kronis, penurunan imunitas biasanya diikuti adanya peningkatan resiko dan derajat keparahan infeksi oppurtunistik serta penyakit keganasan. Serta akan mengalami isu-isu yang kompleks seperti permasalahan bio, psiko, social, dan spiritual. Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan pada empat orang partisipan dengan tujuan
mengetahui pengalaman klien pengguna narkoba suntik yang terinfeksi HIV/AIDS dalam meningkatkan kualitas hidup di Rumah Cemara Bandung menghasilkan lima tema utama yaitu: 1) Pecandu narkoba suntik 2) Marah 3) Menurunya daya tahan tubuh 4) Keluarga dan lingkungan mendukung 5) Rendahnya dalam pemenuhan spiritual. Selanjutnya dalam bab ini akan di bahas satu persatu, yaitu: 1. Pecandu Narkoba suntik Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh partisipan klien dengan HIV/AIDS adalah pecandu narkoba suntik. Partisipan tertular penyakit HIV/AIDS yaitu melelui jarum suntik yang di pakai saling bergantian dengan teman-temannya yang sesama pemakai narkoba suntik. Partisipan bisa memakai narkoba karena kondisi psikologis yang membutuhkan pengakuan identitas dan kelabilan emosi. Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang digunakan oleh para penguna narkoba (injecting Drug User-IDU) sangat berpotensi menular HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU secara bersama-sama juga
424
Prosiding Seminar Nasional 2013 Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Melalui Pendekatan Peka Budaya
menggunakan tempat penyampuran, pengaduk, dan gelas pengoplos obat, sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan HIV. Kelompok remaja merupakan populasi beresiko dalam penyalahgunaan narkoba, masa remaja seringkali identik dengan masa pencarian jati diri sehingga mendorng remaja berkeinginan untuk mencoba sesuatu yang baru diketahui termasuk mencoba mengkonsumsi narkoba. (Nursalam, 2009). Penelitian yang dilakukan Laurensia, (2007) faktor mempengaruhi perilaku pecandu penyalahgunaan napza pada masa pemulihan di rumah sakit jiwa daerah atma husada mahakam samarinda. Jenis penelitian menggunakan penelitian kualitatif. Informan atau partisipan dalam penelitian ini adalah pecandu NAPZA yang mengikuti masa pemulihan. Rasa ingin tau bagi kalangan muda tidak hanya sebatas pada hal-hal yang negatif. Akan tetapi rasa ingin tau terhadap narkoba narkotika dan psikotropika ini merupakan salah satu pendorong bagi seseorang untuk melakukan perbuatan menyimpang termasuk keingintahuan terhadap narkoba, yang pada akhirnya menimbulkan ketergantungan. Peneliti menemukan bahwa partisipan telah mengenal narkoba dan mengkonsumsi narkoba. Solidaritas persahabatan seringkali dijadikan sebagai alasan untuk melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukan untuk dilakukan secara bersama. Pada remaja kematangan psikologis belum stabil,
masih sering merasa kurang bermanfaat dilingkungan dan sangat mudah terprovokasi dari orang lain hal ini mendorong mereka untuk berprilaku menyimpang termasuk mengkonsumsi narkoba suntik. Pengguna narkoba suntik diketahui turut menyumbang peningkatan jumlah orang yang terinfeksi HIV/AIDS, hal ini karena sebagian besar pengguna narkoba menggunakan jarum suntik secara bergantian. Penelitian yang d dapatkan sesuai dengan teori dan penelitian (Nursalam, 2009); (Laurensia, 2007). 2. Perasaan Marah Hasil penelitian didapatkan bahwa dari empat partisipan klien dengan HIV/AIDS yang diteliti, muncul perasaan marah tidak bisa menerima kenyataan ketika mengetahui bahwa dirinya tertular penyakit HIV/AIDS. karena merasa kehilangan perannya dari kondisi sehat menjadi sakit dan haurus menjalani sebagai orang yang hidup dengan penyakit. Ketika pertama kali mengetahui bahwa mereka tertular HIV/AIDS dalam hal ini partisipan frustasi belum bisa menerima kenyataan kalau sekarang dirinya tertular HIV/AIDS, karena penyakit tersebut memiliki kesan negatif. Penyakit AIDS menurut partisipan adalah penyakit yang tidak bisa sembuh dan bisa menyebabkan datangnya kematian lebih cepat. Kualitas hidup klien dengan HIV/AIDS secara aspek emosional dalam penelitian ini adalah belum menerima sepenuhnya kondisi
425
Prosiding Seminar Nasional 2013 Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Melalui Pendekatan Peka Budaya
mereka sabagi klien dengan HIV/AIDS dan mereka berharap agar suatu saat nanti bisa sembuh dari penyakit AIDS walaupun mereka tahu sampai saat ini penyakit AIDS belum ada obatnya. Hasil penelitian yang dilakukan Suhardiana, (2007) kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS yang mengukuti terapi antiretroviral. Jenis penelitian menggunakan penelitian kualitatif. Responden dalam penelitian ini adalah orang dengan HIV/AIDS yang mengukuti terapi antiretroviral. Kualitas hidup yang dilihat dari segi aspek secara emosional, sosial, dan spiritual adalah rendah dimana pada hasil penelitian menunjukkan bahwa ODHA kurang mengembangkan hubungan sosial dan kehidupan spiritualnya serta kurang memperoleh dukungan sosial baik dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya yang menggambarkan bahwa stigma dan diskriminasi masih banyak yang dialami oleh ODHA. Menurut peneliti respon penolakan atau menyangkal yang dialami partisipan adalah suatu respon yang wajar dari setiap individu. Respon seperti itu akan muncul ketika menghadai sebuah perubahan atau situasi yang baru. Partisipan harus mendapatkan pendampingan dari orang-orang terdekat dan perawat. Keluarga dan teman dapat memberikan dukungan emosional sehingga penderita lupus dapat tetap bertahan, semangat dan merasa tidak berharga. Perawat dapat memberikan penjelasan mengenai penyakit yang dialami, dan
membantu perawatan sehingga penderita dapat memperoleh kesehatannya kembali. 3. Menurunnya daya tahan tubuh Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh partisipan mengalami penurunan daya tahan tubuh. Penurunan daya tahan tubuh merupakan respon tubuh terhadap tibulnya penyakit HIV/AIDS yang menyerang berbagai organ tubuh partisipan. Serangan tersebut menyebabkan gangguan fungsi organ dan berdampak terhadap kehidupan sehari-hari. Ganguan tersebut terlihat dari pernyataan partisipan yang mengungkapkan bahwa gangguan yang dialami diantaranya: mudahnya terkena sakit, kondisi tubuh menurun, lama untuk sembuh, cepat cape. Kualitas hidup klien dengan HIV/AIDS secara aspek fisik dalam penelitian ini adalah kurang baik atau rendah, yang ditandai dengan partisipan sering sakit dan lama untuk sembuh serta sudah terkena infeksi oppurtunistik dalam diri partisipan Penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Suhardiana, (2007) kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS yang mengukuti terapi antiretroviral. Jenis penelitian menggunakan penelitian kualitatif. Responden dalam penelitian ini adalah orang dengan HIV/AIDS yang mengukuti terapi antiretroviral. Kualitas hidup yang dilihat dari segi aspek fisik adalah baik karena ketiga subjek menyadari pentingnya menjaga kesehatan fisik sebagai ODHA dengan minum obat Antiretroviral tepat waktu sehingga
426
Prosiding Seminar Nasional 2013 Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Melalui Pendekatan Peka Budaya
tidak ada infeksi opportunistik yang muncul. Pendapat peneliti perlu adanya kesadaran setiap individu untuk mengetahui kondisi kesehatannya. Jika seseorang berada dalam kondisi yang kurang sehat alangkah baiknya untuk memeriksakan diri terhadap tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat. HIV/AIDS dapat menimbulkan gejala dan gangguan yang berbeda pada setiap orang. Deteksi dini penyakit HIV/AIDS diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi terhadap penderita. Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan pemeriksaan rutin, pengobatan dan perawatan yang tapat. Pengobatan dan perawatan yang tepat dapat membantu mengembalikan fungsi fisik penderita. Pola hidup sehat juga sangat diperlukan oleh penderita untuk tetap menjaga kondisi fisiknya. 4. Keluarga dan lingkungan mendukung Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh partisipan seringkali ditemani oleh keluarga, karena menurut partisipan kehadiran keluarga yang selalu mendampinginya dan memberikan dukungan dapat menambah kekuatan dan ketenangan. Menjadi sakit dan menjalani prosedur pengobatannya menimbulkan dampak pada banyak aspek termasuk bio-psiko-sosio dan spiritual, tidak terkecuali klien dengan HIV/AIDS. Mereka merasa tidak ada harapan tatkala harus menjalani prosedur pengobatan seumur hidup. Sehingga semangat
hidupnya menjadi lemah. Kehadiran keluarga yang selalu mendampingi dan membeikan dukungan baik secara moril maupun dukungan lainya dapat menambah kekuatan, semangat dan ketenangan jiwa klien. Hampir setiap orang tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri, tetapi mereka memerlukan bantuan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dukungan sosial merupakan mediator yang penting dalam menyelesaikan masalah seseorang. Hal ini karena individu merupakan bagian dari keluarga, teman sekolah atau kerja, kegiatan agama ataupun bagian dari kelompok lainnya (Gottilieb, 1983 dalam Nursalam, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Farah (2012) gambaran dukungan sosial pada ODHA, serta dampak dukungan social pada ODHA. Jenis penelitian yang digunakan penelitian kualitatif. Responden dalam penelitian ini adalah pria yang terpapar virus HIV. Hasil penelitian menyimpulkan subjek mendapatkan dukungan sosial dari keluarga, istri, dan temen-teman kerja. Dukungan yang diperoleh subjek adalah emotional support, informational support, instrumental or tangible support, dan companionship support, dukungan tersebut berdampak positif pada kehidupan subjek. Peneliti berpendapat bahwa dukungan keluarga dan lingkungan sangat mempengaruhi kesembuhan seseorang karena hal tersebut dapat memberikan semangat atau pengharapan, dorongan dari kelurga
427
Prosiding Seminar Nasional 2013 Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Melalui Pendekatan Peka Budaya
dan lingkungan untuk sembuh, dalam hal ini khususnya keluarga adalah seseorang yang paling dekat dianggap dapat memberikan pertolongan. Kualitas hidup klien dengan HIV/AIDS dalam aspek sosial samasama baik mereka tidak membatasi interaksi dengan orang lain serta memperoleh dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan sekitar. 5. Rendahnya dalam pemenuhan spiritual Hasil penelitian didapatkan partisipan merasakan kekecewaan tertular penyakit HIV/AIDS membuat partisipan jarang melakukan ibadah sebagai orang muslim karena merasa bahwa melakukan suatu kebaikan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan spiritual, hal ini yang menyebabkan partisipan jarang ibadah, untuk menjalani klien dengan HIV/AIDS memang bukan hal yang mudah bagi partisipan. Pernah merasakan putus asa dan frustasi akan kenyataan yang harus dihadapi membuat partisipan merasa bahwa tuhan tidak adil pada dirinya sehinggga kehidupan spiritual dalam melaksanakan ibadah dilakukan hanya ketika ingat saja. Hasil penelitian yang di lakukan Suhardiana, (2007) kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS yang mengukuti terapi antiretroviral. Jenis penelitian menggunakan penelitian kualitatif. Responden dalam penelitian ini adalah orang dengan HIV/AIDS yang mengukuti terapi antiretroviral. Kualitas hidup yang dilihat dari segi aspek secara emosional, sosial, dan spiritual adalah
rendah dimana pada hasil penelitian menunjukkan bahwa ODHA kurang mengembangkan hubungan sosial dan kehidupan spiritualnya serta kurang memperoleh dukungan sosial baik dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya yang menggambarkan bahwa stigma dan diskriminasi masih banyak yang dialami oleh ODHA. Perubahan nilai-nilai spiritual dan tujuan hidup yang menjadi dasar perubahan makna hidup oleh partisipan tidak dirasakan sebagai hal yang sangat esensi atas peritiwa yang dialami selama ini. Kekecewaan tertular penyakit HIV/AIDS membuat partisipan jarang melakukan ibadah sebagai orang muslim karena merasa bahwa melakukan suatu kebaikan sudah cuku untuk memenuhi kebutuhan spiritual, Menurut peneliti hal ini yang menyebabkan partisipan jarang ibadah. Menjalani klien dengan HIV/AIDS memang bukan hal yang mudah bagi partisipan. Kaitannya disini yaitu persepsi partisipan mengenai penyakit HIV/AIDS ini merupakan kutukan dari tuhan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori. menurut Seharusnya Salah satu cara mekanisme koping dalam menghadapi permasalahan yaitu lebih mendekatkan diri terhadap tuhan sebagai sumber koping internal Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pengalaman klien dengan HIV/AIDS dalam meningkatkan
428
Prosiding Seminar Nasional 2013 Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Melalui Pendekatan Peka Budaya
kualitas hidup, dilihat dari aspek fisik adalah rendah yang ditandai dengan partisipan sering sakit dan lama untuk sembuh serta sudah terkena infeksi oppurtunistik, dilihat dari aspek emosional rendah yang ditandai sering muncul perasaan marah dan frustasi, dilihat dari aspek sosial baik yang ditandai adanya dukungan dari keluarga dan lingkungan. Dilihat dari aspek spiritual rendah yang di tandai dengan jarangnya melakukan ibadah. Pengalaman tersebut tertuang dalam pernyataan partisipan yang masingmasing diungkapkan secara unik dan berbeda-beda.
3.
Bagi STIK Immanuel Diharapkan dengan bertambahnya hasil penelitian mengenai penyakit kronik khususnya penyakit HIV/AIDS. Perpustakaan dapat menyediakan lebih banyak lagi referensi terkait penyakit HIV/AIDS, baik referensi dari nasional maupun internasional. 4. Bagi Penulis Selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan partisipan yang mengalami infeksi HIV/AIDS memalui transseksual. Daftar Pustaka Ali, Zaidin. (2002). Dasar-Dasar Keperewatan professional. Jakarta: EGC.
Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Bagi Klien Dengan HIV/AIDS Meningkatkan kedisiplinan dalam menjaga kondisi fisik klien seperti pengaturan makan dan aktifitas sehari-hari untuk mencegah terjadinya komplikasi. Bagi Rumah Cemara Menciptakan lingkungan yang terapeutik dengan cara: a. Menambah sarana seperti adanya perpustakaan untuk klien. b. Adanya tokoh agama seperti ulama atau pendeta untuk memberikan ceramah atau suiraman rohani pada klien. c. Pelatihan komunikasi teapeutik dan pelatihan bagi perawat dan klien.
Andaru, (2005). Peranan faktor internal dan eksternal dalam pemilihan strategi koping stres odha dewasa muda. Jakarta; FKUI; http//www.digilib.ui.ac.id; diakses tanggal 13 April 2013. Anik Maryunani, Ummu Aeman. (2009). Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi Penatalaksanaan di Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media. Aritonang, dan Eva Yanti. (2008). Pengalaman ibu dalam memberikan perawatan pada balita bawah garis merah (BMG) di Kelurahan Cibaduyut wilayah kerja puskesmas kopo Bandung. Skripsi STIK
429
Prosiding Seminar Nasional 2013 Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Melalui Pendekatan Peka Budaya
Immanuel; dipublikasikan.
tidak
Konsep, proses, dan praktik Edisi 7 Volume 1. Jakarta: EGC.
Brockopp, Dorothy Young & Marie T. Hastings Tolsma. (2002). Dasar-Dasar Riset Keperewatan. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Depkes R.I. (2003). Pedoman nasional perawatan, dukungan dan pengobatan bagi odha. Buku pedoman untuk petugas kesehatan dan petugas lainya. Jakarta: Ditjen PPM dan PL Depkes.
Cemara, Rumah. (2010). Profil Rumah Cemara. Bandung: Rumah Cemara.
Dinkes Provinsi Jabar. (2007). Profil Kesehatan Profinsi Jabar.Jakarta: Depkes RI.
Creswell, dan John W. (2007). Qualitative inquiry and Research design: Chosing among five tradisional. Thousand Oaks: Sage publication.
Hartono, dan Andry. (2009). Harrison, manual kedokteran. Jakarta: Karisma Publishing Grou. Hare RD, (2006). ‘Tanpa Nurani’, PT. Graha Media Medika, Jakarta, p.1-210.
Crotty, dan Michael. (2003). the foundation of social research. ;http://book.googlr.co.id/books ;Diakses pada tanggal 25 Februari 2013.
Effendy, (2007). Peran Psikologi Transpersonal dalam meningkatkan Kualitas Hidup Penderita HIV/AIDS di Indonesia. Anima: Indonesian Psychological Journal, 24 (1), 1-16.
Creswell, John W. (2007). Qualitative inquiry and research Design: Choosing among Five Traditional. Thousand Oaks: Sage Publication.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Craven, R F& Himle, C.J. (2007). Fundamentals of nursing: Human healt and function sixth edition. Philadelphia. Lippincott William & Wilkins.
Kristiani, dan Erika. (2011). Pengalaman ibu dalam merawat balita dengan thalassemia di perhimpunan orang tua penderita thalassemia Indonesia Cab.Bandung. Skripsi STIK
Cozier, Barbara, et al. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan:
430
Prosiding Seminar Nasional 2013 Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Melalui Pendekatan Peka Budaya
Immanuel; dipublikasikan.
tidak
HIV/AIDS (ODHA) dalam Menghadapi Stres akibat Penyakitnya di Yogyakarta. Jakarta: FKUI; http//www. digilib.ui.ac.id; diakses tanggal 18 April 2013.
Larsson dan Bodling. (2010). A descriptive study of selfperceived attitudes regarding HIV/AIDS in Cambodia; Akademin for Halsa och arbetsliv; hig.diva-portal.org; diakses pada tanggal 30 juli 2013.
Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistic Kualitatif. Bandung: Tasrito. Nursalam. (2003, 2006). The Effect of Nursing Care Appoach on the Increase of CD4 Cell Count for Patien with HIV Infection, Folia medica Indonesia. Hal 13-26.
Laela, Sri. (2011). Pengalaman Orang Tua Dalam Merawat Anak Penyandang Cerebral Palsy Di LSB Hasrat Mulia Kabupaten Bandung. Skripsi STIK Immanuel Bandung; tidak dipublikasikan.
Norwood, dan Susan Lisie. (2002). Research strategies for Advance nurse. New Jersey: Prentice Hill.
Lubkin, I.M & Larsen, P.D (2006). Chronic illness: impact and intervention sixth edition.United state of America. Jones and Bartlett publisher.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Makukula dan makoleka. (2010). Quality of Life and Adherence to Antiretroviral Drugs; Medical Journal of Zambia; Volume 37; Number 1; hig.diva-portal.org; diakses pada 30 Juli 2013.
Pasanen A & Lee A, (2008). ‘Morality and Psychopathy’, in Cognitive Neuroscience, p.111. Polit, D.F; Beak, CT. (2004). Nursing research: Principle and Methods Ed,7. Philadelphia: JB Lippincott.
Maleong Lexy J. (2000). Metode penelitian kualitatif. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
Potter, Patricia A; Perry, Anne G. (2009). Fundamental keperawatan buku 1 Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.
Maleong, lexcy j. (2007). Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.
Putra,
Natalya, (2006). Mekanisme dan Strategi Koping Orang dengan
431
S.T (2004). Psyhoneuroimmunologic mechanism in infection disease.
Prosiding Seminar Nasional 2013 Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Melalui Pendekatan Peka Budaya
Buku kumpulan makalah. Third basic molecular biology course on infection diseases. Unibraw. Malang. hal 14-21.
Twin Study, New Viking,. hal. 219-224.
York:
Streubert, H.J and Carpenter, D.R. (2003). Qualitativeresearch in nursing; advancing the rd humanistic imprerative (3 ed). Lippicott: Philadelphia.
Raco, JR. (2010) Metode Penelitian Kualitatif (Jenis, Karakteristik, dan Keunggulan)). Jakarta: Grsindo.
Sudoyo, Aru.W. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta: Interna Publising.
Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat. Hal.126-127.
Sugiono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Robbins, S.P. dan Judge, T.A. (2007). Organizational Behavior. Upper Saddle River, N.J: Pearson Prentice Hall. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel. (2010). Pedoman Penyusunan SKripsi Program Sarjana (S1) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung. Bandung.
UNAIDS. (2012). AIDS and HIV Infection. Information for United Nations Empleyee and Their Families. Geneva: UNAIDS dari http://data.unaids.org/hrm/hivworkplace_facilitationguide_en.pdf; Diakses pada tanggal 25 Februari 2013.
Smith, Jonathan A. (2009). Psikologi kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Walgito, Bimo. (2005). Pengantar psikologi umum Edisi5. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Stewart, Herek, G. M., Ramakrishna, J., Chandy, S., Wrubel, J., & Elstrand, M. L., (2008). HIV related stigma; adapting atheoretical framework for the use in India; Social Science and Medicine, 67, 1225-1235. ;http://www.ncbi.nlm.nih.gov; diakses tanggal 20 April 2013.
West, Richard dan Wright, Barry. (2008). Pengantar teori komunikasi analisis dan aplikasi Edisi 3. Jakarta: Salemba Humanika. Widoyono. (2011). Penyakit tropis.Semarang: Erlangga. Yusfi. (2012). Pembentukan persepsi dan factor-faktor yang mempengaruhinya, http://id.shvoong.com/sosialsciences/education/2252775-
Stein, M. B.; Jang, K. L.; Livesley, W. J. (2002). Heritability of Social Anxiety-Related Concerns and Personality Characteristics: A
432
Prosiding Seminar Nasional 2013 Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Melalui Pendekatan Peka Budaya
pembentukan-persepsi-danfaktor-faktor/#ixzzly9Lm117b; diakses pada 15 April 2013.
433
Prosiding Seminar Nasional 2013 Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Melalui Pendekatan Peka Budaya
434